LAPSUS Meningitis

62
IDENTITAS Nama/ Umur : Nn. NR Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : Guru Agama : Islam Status Pernikahan : Belum Menikah Suku Bangsa : Sunda Tanggal Masuk : 1/11/2014 Dirawat yang ke : I (Pertama) Tanggal Pemeriksaan : 1/11/2014 ANAMNESIS (Alloanamnesis) Keluhan uama : kaku dan kadang gemetar seluruh tubuh sejak kurang lebih 4 jam SMRS Keluhan Tambahan : tidak respon bila diajak komunikasi dan tidak mau bicara disertai demam Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan seluruh tubuh kaku dan kadang gemetar sejak kurang lebih 4 hari SMRS. Keluhan muncul secara tiba-tiba dan masih berlangsung di RS. Keluhan disertai demam tinggi yang juga muncul mendadak bersamaan dengan tubuh kaku dan pasien tidak respon bila diajak komunikasi, sering melamun dan tidak mau bicara. Dalam perjalanan keluhan badan kaku dan gemetar sempat sedikit berkurang selama kurang lebih 15 menit, namun pasien tetap sulit diajak komunikasi dan

description

--

Transcript of LAPSUS Meningitis

Page 1: LAPSUS Meningitis

IDENTITAS

Nama/ Umur : Nn. NR

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Guru

Agama : Islam

Status Pernikahan : Belum Menikah

Suku Bangsa : Sunda

Tanggal Masuk : 1/11/2014

Dirawat yang ke : I (Pertama)

Tanggal Pemeriksaan : 1/11/2014

ANAMNESIS (Alloanamnesis)

Keluhan uama : kaku dan kadang gemetar seluruh tubuh sejak

kurang lebih 4 jam SMRS

Keluhan Tambahan : tidak respon bila diajak komunikasi dan tidak mau

bicara disertai demam

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan seluruh tubuh kaku dan kadang gemetar

sejak kurang lebih 4 hari SMRS. Keluhan muncul secara tiba-tiba dan masih

berlangsung di RS. Keluhan disertai demam tinggi yang juga muncul mendadak

bersamaan dengan tubuh kaku dan pasien tidak respon bila diajak komunikasi,

sering melamun dan tidak mau bicara. Dalam perjalanan keluhan badan kaku dan

gemetar sempat sedikit berkurang selama kurang lebih 15 menit, namun pasien

tetap sulit diajak komunikasi dan tidak mau bicara, kemudian kaku dan gemetar

muncul lagi. Muntah-muntah disangkal, kejang kelojotan disangkal, mata

mendelik keatas disangkal, sakit kepala tidak diketahui.

Awal muncul keluhan, keluarga tidak mengetahui sebelumnya pasien

sedang melakukan hal apa, namun 10 hari SMRS pasien bercerita kepada keluarga

bahwa pasien sempat mau dirampok dijalan oleh 10 orang, semenjak itu pasien

menjadi lebih pendiam, sering ketakutan, jarang makan dan sering melamun. 4

Page 2: LAPSUS Meningitis

hari SMRS tiba-tiba seluruh tubuh pasien kaku dan kadang gemetar disertai

demam tinggi yang juga muncul mendadak. Keluhan kaku terus menerus,

terkadang kaku berkurang sedikit namun tidak hilang total. Sedangkan demamnya

agak turun bila dikompres, namun tidak lama demam muncul lagi. Walaupun

demam sempat turun, namun tidak diikuti dengan hilangnya kaku pada tubuh.

Diare disangkal, batuk pilek disangkal, BAK normal, bintik-bintik merah di tubuh

disangkal.

Riwayat Trauma disangkal, Riwayat Kelahiran dan tumbuh kembang :

tidak pernah vaksin dan atau imunisasi, Riwayat Campak (+) usia 12 tahun,

Riwayat Cacar air (+) usia 8 tahun, Riwayat Kejang demam disangkal, Riwayat

penurunan berat badan drastis disangkal Riwayat sakit kepala disangkal, Riwayat

batuk lama disangkal, Riwayat sering keringat malam hari disangkal, Riwayat

Pengobatan : belum pernah minum obat apapun. Dalam keluarga pasien tidak ada

yang memiliki keluhan serupa, dan pasien baru pertama kali mengalami keluhan

seperti ini.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :

Hipertensi : disangkal

Diabetes melitus : disangkal

Sakit jantung : disangkal

Trauma kepala : disangkal

Sakit kepala sebelumnya : disangkal

Kegemukan : disangkal

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA :

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan seperti pasien.

RIWAYAT KELAHIRAN/PERTUMBUHAN/PERKEMBANGAN :

Lahir normal di bantu dukun, cukup bulan, tidak vaksinasi dan atau imunisasi

Berjalan normal, berbicara normal, kejang demam disangkal

III. PEMERIKSAAN (1 November 2014)

Page 3: LAPSUS Meningitis

STATUS INTERNUS

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Gizi : Kesan Underweight

Tanda vital :

Tekanan darah kanan : 100/70 mmHg

Tekanan darah kiri : 100/70 mmHg

Nadi kanan : 88 x/menit

Nadi kiri : 88 x/menit

Pernafasan : 20 x/menit

Suhu : 38,9 ºC

Limfonodi : Tidak teraba

Jantung : BJ I - II reguler, gallop (-), murmur (-)

Paru : Suara nafas vesikuler +/+, wheezing -/-, rhonki -/-

Hepar : Tidak teraba pembesaran

Lien : Tidak teraba pembesaran

Ekstremitas : Akral dingin, edema (-), CRT < 2”, sianosis (-)

STATUS PSIKIATRI

Tingkah laku : tak dapat dinilai

Perasaan hati : tak dapat dinilai

Orientasi : tak dapat dinilai

Jalan fikiran : tak dapat dinilai

Daya ingat : tak dapat dinilai

STATUS NEUROLOGI

Kesadaran : GCS : 15 ( E4M1V1 )

Sikap tubuh : Berbaring terlentang dan kaku

Cara berjalan : Tidak dilakukan

Gerakan abnormal : Tidak ada

Kepala

Bentuk : Normocephal

Page 4: LAPSUS Meningitis

Simetris : Simetris

Pulsasi a.Temporalis : Teraba

Nyeri tekan : Tidak ada

Leher

Sikap : Normal

Gerakan : terbatas

Vertebrae : Dalam batas normal

Nyeri tekan : Tidak ada

Pulsasi a. Carotis : Teraba

TANDA RANGSANG MENINGEAL

Kanan Kiri

Kaku kuduk : ( + )

Laseque : ( + ) ( + )

Kernig : ( + ) ( + )

Brudzinsky I : ( - ) ( - )

Brudzinsky II : ( - ) ( - )

NERVI KRANIALIS

Kanan Kiri

N I ( Olfactorius )

Daya penghidu : tak dapat dinilai

N II ( Optikus )

Kanan Kiri

Ketajaman penglihatan : tak dapat dinilai

Pengenalan warna : tak dapat dinilai

Lapang pandang : tak dapat dinilai

Fundus : Tidak dilakukan

N III ( Occulomotoris )/ N IV ( Trochlearis )/ N VI ( Abducens )

Page 5: LAPSUS Meningitis

Kanan Kiri

Ptosis : ( - ) ( - )

Strabismus : ( - ) ( - )

Nistagmus : ( - ) ( - )

Exopthalmus : ( - ) ( - )

Enopthalmus : ( - ) ( - )

Gerakan bola mata : tak dapat dinilai

Lateral , Medial, Atas lateral, Atas medial, Bawah lateral, Bawah

medial, Atas, Bawah

Pupil :

Ukuran pupil : Ø 3 mm Ø 3 mm

Bentuk pupil : Bulat Bulat

Isokor/anisokor : Isokor

Posisi : ditengah ditengah

Reflek cahaya langsung : ( + ) ( + )

Reflek cahaya tidak langsung : ( + ) ( + )

Reflek akomodasi/konvergensi: ( - ) ( - )

N V ( Trigeminus )

Kanan Kiri

Menggigit : tak dapat dinilai

Membuka mulut : tak dapat dinilai

Sensibilitas atas : tak dapat dinilai

Tengah : tak dapat dinilai

Bawah : tak dapat dinilai

Reflek masseter : tak dapat dinilai

Reflek zigomatikus : tak dapat dinilai

Reflek kornea : ( + ) ( + )

Reflek bersin : Tidak dilakukan

N VII ( Facialis )

Pasif

Page 6: LAPSUS Meningitis

Kerutan kulit dahi : Simetris

Kedipan mata : Simetris

Lipatan nasolabial : Simetris

Sudut mulut : Simetris

Aktif

Mengerutkan dahi : tak dapat dinilai

Mengerutkan alis : tak dapat dinilai

Menutup mata : tak dapat dinilai

Meringis : tak dapat dinilai

Mengembungkan pipi : tak dapat dinilai

Gerakan bersiul : tak dapat dinilai

Daya pengecapan lidah 2/3 depan: tak dapat dinilai

Hiperlakrimasi : Tidak ada

Lidah kering : tak dapat dinilai

N VIII ( Vestibulocochlearis )

Kanan Kiri

Mendengarkan suara gesekan jari tangan : tak dapat dinilai

Mendengar detik jam arloji : tak dapat dinilai

Test rinne : Tidak dilakukan

Test weber : Tidak dilakukan

Test swabach : Tidak dilakukan

N IX ( Glossopharyngeus )

Arcus pharynx : tak dapat dinilai

Posisi uvula : tak dapat dinilai

Daya pengecapan lidah 1/3 belakang : Tidak dilakukan

Reflek muntah : Tidak dilakukan

N X ( Vagus )

Denyut nadi : Teraba, Reguler

Arcus pharynx : tak dapat dinilai

Page 7: LAPSUS Meningitis

Bersuara : tak dapat dinilai

Menelan : tak dapat dinilai

N XI ( Accesorius )

Memalingkan kepala : tak dapat dinilai

Sikap bahu : tak dapat dinilai

Mengangkat bahu : tak dapat dinilai

N XII ( Hipoglossus )

Menjulurkan lidah : tak dapat dinilai

Kekuatan lidah : tak dapat dinilai

Atrofi lidah : tak dapat dinilai

Artikulasi : tak dapat dinilai

Tremor lidah : tak dapat dinilai

MOTORIK

Gerakan :

Kekuatan :

Tonus :

Bentuk :

REFLEK FISIOLOGI

Reflek tendon Kanan Kiri

Tak dapat dinilai

Reflek bicep :

Terbatas Terbatas

Terbatas Terbatas

1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1

hiperton

us

hiperton

us

Hiperto

nus

hiperton

usEutrofi Eutrofi

Eutrofi Eutrofi

Page 8: LAPSUS Meningitis

Reflek tricep :

Reflek brachioradialis :

Reflek patella :

Reflek achilles :

Reflek periosteum :

Reflek permukaan

Dinding perut : Tidak dilakukan

Cremaster : Tidak dilakukan

Spincter ani : Tidak dilakukan

REFLEK PATOLOGIS

Kanan Kiri

Hoffman tromer : Tak dapat dinilai

Babinski : ( - ) ( - )

Chaddok : ( - ) ( - )

Oppenheim : ( - ) ( - )

Gordon : ( - ) ( - )

Schafer : ( - ) ( - )

Klonus paha : ( - ) ( - )

Klonus kaki : tak dapat dinilai

SENSIBILITAS

Kanan Kiri

Eksteroseptif : tak dapat dinilai

Nyeri :

Suhu :

Taktil :

Propioseptif : tak dapat dinilai

Posisi :

Vibrasi :

Tekanan dalam :

Page 9: LAPSUS Meningitis

KOORDINASI DAN KESEIMBANGAN

Test romberg : Tidak dilakukan

Test tandem : Tidak dilakukan

Test fukuda : Tidak dilakukan

Disdiadokokenesis : Tidak dilakukan

Rebound phenomen : Tidak dilakukan

Dismetri : Tidak dilakukan

Test tunjuk hidung : Tidak dilakukan

Test telunjuk-telunjuk : Tidak dilakukan

Test tumit lutut : Tidak dilakukan

FUNGSI OTONOM

Miksi

Inkontinentia : Tak dapat dinilai

Retensi : Tak dapat dinilai

Anuria : Tak dapat dinilai

Defekasi

Inkontinentia : Tak dapat dinilai

Retensi : Tak dapat dinilai

FUNGSI LUHUR

Fungsi bahasa : Tak dapat dinilai

Fungsi orientasi : Tak dapat dinilai

Fungsi memori : Tak dapat dinilai

Fungsi emosi : Tak dapat dinilai

Fungsi kognisi : Tak dapat dinilai

RESUME

ANAMNESIS

Page 10: LAPSUS Meningitis

Pasien datang dengan keluhan kaku dan kadang gemetar pada seluruh

tubuh sejak 4 hari SMRS muncul mendadak diikuti demam tinggi yang juga

muncul mendadak. Pasien juga tidak respon bila diajak komunikasi, tidak mau

bicara dan sering melamun. Muntah disangkal, kejang kelojotan disangkal, mata

mendelik keatas disangkal, sakit kepala tidak diketahui. 10 hari SMRS pasien

dirampok dan semenjak itu menjadi pendiam, 4 hari SMRS tiba –tiba seluruh

tubuh pasien kaku disertai demam. Keluhan kaku terus menerus namun sempat

hilang sedikit. Demam turun bila dikompres, namun setelah itu naik lagi. Bila

demam turun, tidak diikuti dengan hilangnya kaku pada tubuh. Diare (-), batuk

pilek (-), bintik-bintik merah di tubuh (-), trauma (-), kejang demam (-), vaksin

imunisasi (-), Riwayat batuk lama disangkal, Riwayat sering keringat malam hari

disangkal, RPO (-), RPK tak ada yang punya keluhan serupa, pasien baru pertama

kali mengalami keluhan seperti ini.

PEMERIKSAAN

Status Internus :

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Gizi : Kesan Underweight

Tekanan darah kanan : 100/70 mmHg

Tekanan darah kiri : 100/70 mmHg

Nadi kanan : 88x/menit

Nadi kiri : 88x/menit

Pernapasan : 20 x/menit

Suhu : 38,9 0 C

Status Psikiatris : tak dapat dinilai

Status Neurologis :

Kesadaran : GCS = 6 ( E4M1V1 )

Nn. CRANIALES

N.III : baik

N. V : Refleks Kornea +/+

Page 11: LAPSUS Meningitis

N. VII : Pasif baik

Lain-lain tak dapat dinilai

TANDA RANGSANG MENINGEAL

Kanan Kiri

Kaku kuduk : ( + )

Laseque : ( + ) ( + )

Kernig : ( + ) ( + )

Motorik :

Kekuatan :

Tonus :

Bentuk :

REFLEK FISIOLOGIS Tak Dapat Dinilai

REFLEK PATOLOGIS

Kanan Kiri

Hoffman tromer : Tak dapat dinilai

Babinski : ( - ) ( - )

Chaddok : ( - ) ( - )

Oppenheim : ( - ) ( - )

Gordon : ( - ) ( - )

Schafer : ( - ) ( - )

Klonus paha : ( - ) ( - )

Klonus kaki : tak dapat dinilai

1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1

hiperton

us

hiperton

us

Hiperto

nus

hiperton

usEutrofi Eutrofi

Eutrofi Eutrofi

Page 12: LAPSUS Meningitis

SENSORIK Tak Dapat Dinilai

FUNGSI OTONOM Tak Dapat Dinilai

Pemeriksaan Penunjang

Hematologi

KIMIA KLINIK

Ureum

50 20 – 50 mg/dL

Kreatinin 0.9 0,5 -1,5 mg/dL

GDS 96 < 140 mg/dL

Natrium 152 135-147 mmol/L

Kalium 4.0 3,5 – 5,3 mEq/L

Klorida 117 95 – 105 mEq/L

X-ray Thoraks PA (Gambar terlampir)

Kesan : tak tampak kelainan radiologis pada jantung dan paru saat ini

CT SCAN Kepala (Gambar Terlampir)

Kesan

o Penyangatan kontras gyri lobus parietal sugestif meningitis

o Tak tampak SOL pada hemisfer cerebri/cerebelli kanan kiri

maupun batang otak

o Tak tampak peninggian tekanan intrakranial

o Tak tampak sinusitis maupun mastoiditis

ANALISIS CAIRAN LIQUOR

Warna : putih keruh (Jernih)

Berat Jenis : 1.020 (1.005-1.015)

None : -

Jenis Pemeriksaan HASIL Rujukan

HB 14.9 12-16 g/dL

HT 45 37-47 %

Eritrosit 5.3 4.3-6.0 juta/uL

Leukosit 12840 4.800-10.800/ uL

Trombosit 163000 150.000-400.000/uL

MCV 85 80-96 fL

MCH 28 27-32 pg

MCHC 33 32-36 g/dL

Page 13: LAPSUS Meningitis

Pandy : -

Jumlah Sel : 3 (0-30/uL)

Glukosa : 81 (50-80 mg/dL)

Protein : 69 (15-45 mg/dL)

Klorida : 142 (118-130 mEq/L)

DIAGNOSIS

Diagnosis klinis : Penurunan Kesadaran, Tetraparese spastik

Diagnosis topik : Meningens

Diagnosis etiologi : Meningitis Viral

Diagnosa Banding : Meningoensefalitis Viral

TERAPI

Non medikamentosa :

Tirah baring

Jaga jalan nafas

NGT

Posisi miring kanan dan kiri

Konsul psikiatri

Medikamentosa :

IVFD Asering 20 tpm

Inf. Paracetamol 4x1 fls

Inj. Dexamethasone 4x1 am

PEMERIKSAAN ANJURAN

EEG & MRI

PROGNOSA

Ad vitam : Ad malam

Ad fungtionam : Ad dubia

Ad sanam : Ad malam

Page 14: LAPSUS Meningitis

Ad cosmeticum : Ad dubia

Page 15: LAPSUS Meningitis

Follow up 3.11.2014

S :

Masih kaku namun sedikit berkurang, demam turun, sudah ada respon mata

bila diajak komunikasi namun belum bisa bicara atau mengeluarkan suara

O :

STATUS INTERNUS

Keadaan Umum : sakit sedang

V.signs

TD : 110/70 mmHg

N : 70 x/m

RR : 18 x/m

S : 37.6 0C

STATUS PSIKIATRI: Tak dapat dinilai

STATUS NEUROLOGI

Kesadaran : GCS : 9 ( E4M4V1 )

Sikap tubuh : Berbaring terlentang dan kaku

Cara berjalan : Tidak dilakukan

Gerakan abnormal : Tidak ada

Kepala : dalam batas normal

Leher

Gerakan : terbatas

Lain-lain dalam batas normal

TANDA RANGSANG MENINGEAL : +

NERVI KRANIALIS

Kanan Kiri

N I ( Olfactorius ) tak dapat dinilai

N II ( Optikus ) tak dapat dinilai

Fundus : Tidak dilakukan

Page 16: LAPSUS Meningitis

N III ( Occulomotoris )/ N IV ( Trochlearis )/ N VI ( Abducens )

Dalam batas normal

N V ( Trigeminus )

Kanan Kiri

Reflek kornea : ( + ) ( + )

Reflek bersin : Tidak dilakukan

Lain-lain tak dapat dinilai

N VII ( Facialis )

Pasif : dalam batas normal

Aktif

Hiperlakrimasi : Tidak ada

Lain-lain tak dapat dinilai

N VIII ( Vestibulocochlearis) tak dapat dinilai

N IX ( Glossopharyngeus) tak dapat dinilai

N X ( Vagus ) tak dapat dinilai

N XI ( Accesorius )

Sikap bahu : Simetris

Lain-lain tak dapat dinilai

N XII ( Hipoglossus ) tak dapat dinilai

MOTORIK

Gerakan :

Kekuatan :

Tonus :

Bentuk :

Terbatas Terbatas

Terbatas Terbatas

1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1hiperton

us

Hiperto

nus

Hiperto

nus

Hiperto

nusEutrofi Eutrofi

Eutrofi Eutrofi

Page 17: LAPSUS Meningitis

REFLEK FISIOLOGI

Reflek tendon Kanan Kiri

Tak dapat dinilai

Reflek permukaan : Tidak dilakukan

REFLEK PATOLOGIS

Kanan Kiri

Hoffman tromer : Tak dapat dinilai

Lain-lain : ( - ) ( - )

Klonus kaki : tak dapat dinilai

SENSIBILITAS : tak dapat dinilai

KOORDINASI DAN KESEIMBANGAN tidak dilakukan

FUNGSI OTONOM tak dapat dinilai

FUNGSI LUHUR tak dapat dinilai

A :

Diagnosis Klinis : Penurunan Kesadaran, Tetraparese Spastik

Diagnosis Topis : Meningens

Diagnosis Etiologi : Meningitis Viral

Diagnosis banding : Meningitis Bakteri, Meningoensefalitis viral

P :

Non medikamentosa :

Tirah baring

Jaga jalan nafas

NGT

Posisi miring kanan dan kiri

Rapid HIV test

Lab darah ulang + hitung jenis leukosit

Page 18: LAPSUS Meningitis

Medikamentosa :

IVFD Asering 20 tpm

Inf. Paracetamol 4x1 fls

Inj. Ceftriaxone 2x1 gr

Inj. Dexamethasone 4x1 gr

Follow up 4.11.2014

S :

Kaku berkurang dibanding kemarin, demam (-), sudah ada respon mata bila

diajak komunikasi, sudah bisa menengok kanan kiri namun belum bisa bicara atau

mengeluarkan suara

O :

STATUS INTERNUS

Keadaan Umum : sakit sedang

V.signs

TD : 90/70 mmHg

N : 70 x/m

RR : 20 x/m

S : 37.2 0C

STATUS PSIKIATRI : Tak dapat dinilai

STATUS NEUROLOGI

Kesadaran : GCS : 9 ( E4M4V1 )

Sikap tubuh : Berbaring terlentang dan masih agak kaku

Cara berjalan : Tidak dilakukan

Gerakan abnormal : Tidak ada

Kepala : dalam batas normal

Leher

Page 19: LAPSUS Meningitis

Gerakan : terbatas

Lain-lain : dalam batas normal

TANDA RANGSANG MENINGEAL : +

NERVI KRANIALIS

Kanan Kiri

N I ( Olfactorius ) tak dapat dinilai

N II ( Optikus ) tak dapat dinilai

Fundus : Tidak dilakukan

N III ( Occulomotoris )/ N IV ( Trochlearis )/ N VI ( Abducens )

Dalam batas normal

N V ( Trigeminus )

Reflek kornea : ( + ) ( + )

Reflek bersin : Tidak dilakukan

Lain-lain : Tak dapat dinilai

N VII ( Facialis )

Pasif : dalam batas normal

Aktif

Hiperlakrimasi : Tidak ada

Lain-lain : tak dapat dinilai

N VIII ( Vestibulocochlearis) tak dapat dinilai

N IX ( Glossopharyngeus) tak dapat dinilai

N X ( Vagus )

Denyut nadi : Teraba, Reguler

Lain-lain tak dapat dinilai

N XI ( Accesorius )

Sikap bahu : Simetris

lain-lain tak dapat dinilai

Page 20: LAPSUS Meningitis

N XII ( Hipoglossus ) tak dapat dinilai

MOTORIK

Gerakan :

Kekuatan :

Tonus :

Bentuk :

REFLEK FISIOLOGI

Reflek tendon Kanan Kiri

Tak dapat dinilai

Reflek permukaan : Tidak dilakukan

REFLEK PATOLOGIS

Kanan Kiri

Hoffman tromer : Tak dapat dinilai

Lain-lain : ( - ) ( - )

Klonus kaki : tak dapat dinilai

SENSIBILITAS : tak dapat dinilai

KOORDINASI DAN KESEIMBANGAN tidak dilakukan

FUNGSI OTONOM tak dapat dinilai

FUNGSI LUHUR tak dapat dinilai

Terbatas Terbatas

Terbatas Terbatas

1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1

hiperton

us

Hiperto

nus

Hiperto

nus

Hiperto

nusEutrofi Eutrofi

Eutrofi Eutrofi

Page 21: LAPSUS Meningitis

HIV Rapid Test : -

A :

Diagnosis Klinis : Penurunan Kesadaran, Tetraparese Spastik

Diagnosis Topis : Meningens

Diagnosis Etiologi : Meningitis Viral

Diagnosis banding : Meningitis Bakteri, Meningoensefalitis viral

P :

Non medikamentosa :

Tirah baring

Jaga jalan nafas

NGT

Posisi miring kanan dan kiri

Besok rencana Lumbal Punksi Informed consent keluarga

Medikamentosa :

IVFD Asering 20 tpm

Jenis Pemeriksaan HASIL Rujukan

HB 12.7 12-16 g/dL

HT 37 37-47 %

Eritrosit 4.5 4.3-6.0 juta/uL

Leukosit 7760 4.800-10.800/ uL

Trombosit 83000 150.000-400.000/uL

Hitung Jenis

Basofil 0 0-1%

Eosinofil 0 1-3%

Batang 4 2-6%

Segmen 88 50-70%

Limfosit 6 20-40%

Monosit 2 2-8%

MCV 84 80-96 fL

MCH 29 27-32 pg

MCHC 34 32-36 g/dL

Page 22: LAPSUS Meningitis

Inf. Paracetamol 4x1 fls prn

Inj. Ceftriaxone 2x1 gr

Inj. Dexamethasone 4x1 amp

Follow up 5.11.2014

S :

Perlahan dapat menggerakan kedua pergelangan tangan dan menekuk kedua

tungkai, Demam (-), sudah bisa senyum namun belum bisa bicara atau mengeluarkan

suara

O :

STATUS INTERNUS

Keadaan Umum : sakit sedang

V.signs

TD : 100/70 mmHg

N : 80 x/m

RR : 18 x/m

S : 36.8 0C

STATUS PSIKIATRI : Tak dapat dinilai

STATUS NEUROLOGI

Kesadaran : GCS : 11 ( E4M6V1 )

Sikap tubuh : Berbaring terlentang dan masih agak kaku

Cara berjalan : Tidak dilakukan

Gerakan abnormal : Tidak ada

Kepala : dalam batas normal

Leher

Gerakan : terbatas

Lain-lain dalam batas normal

Page 23: LAPSUS Meningitis

TANDA RANGSANG MENINGEAL : +

NERVI KRANIALIS

Kanan Kiri

N I ( Olfactorius ) tak dapat dinilai

N II ( Optikus ) tak dapat dinilai

Fundus : Tidak dilakukan

N III ( Occulomotoris )/ N IV ( Trochlearis )/ N VI ( Abducens )

Kanan Kiri

Gerakan bola mata : dalam batas normal

Pupil

Reflek akomodasi/konvergensi: ( + ) ( + )

N V ( Trigeminus )

Kanan Kiri

Reflek kornea : ( + ) ( + )

Reflek bersin : Tidak dilakukan

Lain-lain tak dapat dinilai

N VII ( Facialis )

Pasif : dalam batas normal

Aktif

Meringis : simetris

Hiperlakrimasi : Tidak ada

Lain-lain tak dapat dinilai

N VIII ( Vestibulocochlearis) tak dapat dinilai

N IX ( Glossopharyngeus) tak dapat dinilai

N X ( Vagus ) tak dapat dinilai

N XI ( Accesorius )

Memalingkan kepala : (+) namun tidak dapat melawan tahanan

Sikap bahu : Simetris

Mengangkat bahu : tidak dapat dilakukan

Page 24: LAPSUS Meningitis

Denyut nadi : Teraba, Reguler

Lain tak dapat dinilai

N XII ( Hipoglossus ) tak dapat dinilai

MOTORIK

Gerakan :

Kekuatan :

Tonus :

Bentuk :

REFLEK FISIOLOGI

Reflek tendon Kanan Kiri

: ( + ) ( + )

Reflek permukaan: Tidak dilakukan

REFLEK PATOLOGIS Kanan Kiri

: ( - ) ( -)

SENSIBILITAS : tak dapat dinilai

KOORDINASI DAN KESEIMBANGAN tidak dilakukan

FUNGSI OTONOM tak dapat dinilai

FUNGSI LUHUR tak dapat dinilai

A :

Terbatas Terbatas

Terbatas Terbatas

2 2 2 2 2 2 2 2

2 2 2 2 2 2 2 2

Hiperto

nus

Hiperto

nus

Hiperto

nus

Hiperto

nus

Eutrofi Eutrofi

Eutrofi Eutrofi

Page 25: LAPSUS Meningitis

Diagnosis Klinis : Penurunan Kesadaran, Tetraparese Spastik

Diagnosis Topis : Meningens

Diagnosis Etiologi : Meningitis Viral

P :

Non medikamentosa :

Tirah baring

Jaga jalan nafas

NGT

Posisi miring kanan dan kiri

Lumbal Punksi Informed consent keluarga

Medikamentosa :

IVFD Asering 20 tpm

Inf. Paracetamol 4x1 fls prn

Inj. Ceftriaxone 2x1 gr

Inj. Dexamethasone 4x1 amp

Follow up 6.11.2014 (07.00)

S :

Jam 2 pagi demam tinggi dan seluruh tubuh kaku lagi, pasien tidak membuka

mata saat dipanggil. Kaku mulai agak hilang jam 5 pagi, demam belum turun

O :

STATUS INTERNUS

Keadaan Umum : sakit sedang

V.signs

TD : 110/70 mmHg

N : 90 x/m

RR : 22 x/m

S : 39.6 0C

Page 26: LAPSUS Meningitis

STATUS PSIKIATRI Tak dapat dinilai

STATUS NEUROLOGI

Kesadaran : GCS : 4 ( E1M1V2 )

Sikap tubuh : Berbaring terlentang dan kaku

Cara berjalan : Tidak dilakukan

Gerakan abnormal : Tidak ada

Kepala : dalam batas normal

Leher

Gerakan : terbatas

TANDA RANGSANG MENINGEAL : +

NERVI KRANIALIS

Kanan Kiri

N I ( Olfactorius ) tak dapat dinilai

N II ( Optikus ) tak dapat dinilai

Fundus : Tidak dilakukan

N III ( Occulomotoris )/ N IV ( Trochlearis )/ N VI ( Abducens )

Reflek akomodasi/konvergensi: tak dapat dinilai

Lain lain dalam batas normal

N V ( Trigeminus )

Reflek kornea : ( + ) ( + )

Reflek bersin : Tidak dilakukan

Lain-lain tak dapat dinilai

N VII ( Facialis )

Pasif dalam batas normal

Aktif tak dapat dinilai

N VIII ( Vestibulocochlearis) tak dapat dinilai

Page 27: LAPSUS Meningitis

N IX ( Glossopharyngeus) tak dapat dinilai

N X ( Vagus ) tak dapat dinilai

N XI ( Accesorius )

Sikap bahu : Simetris

Lain-lain tak dapat dinilai

N XII ( Hipoglossus ) tak dapat dinilai

MOTORIK

Gerakan :

Kekuatan :

Tonus :

Bentuk :

REFLEK FISIOLOGI

Reflek tendon Kanan Kiri

Tak dapat dinilai

Reflek permukaan : Tidak dilakukan

REFLEK PATOLOGIS

Kanan Kiri

Hoffman tromer : Tak dapat dinilai

Klonus kaki : tak dapat dinilai

Lain-lain -/-

Terbatas Terbatas

Terbatas Terbatas

1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1

Hiperto

nus

Hiperto

nus

Hiperto

nus

Hiperto

nusEutrofi Eutrofi

Eutrofi Eutrofi

Page 28: LAPSUS Meningitis

SENSIBILITAS : tak dapat dinilai

KOORDINASI DAN KESEIMBANGAN tidak dilakukan

FUNGSI OTONOM tak dapat dinilai

FUNGSI LUHUR tak dapat dinilai

ANALISIS CAIRA LIQUOR

Warna : putih keruh (Jernih)

Berat Jenis : 1.020 (1.005-1.015)

None : -

Pandy : -

Jumlah Sel : 3 (0-30/uL)

Glukosa : 81 (50-80 mg/dL)

Protein : 69 (15-45 mg/dL)

Klorida : 142 (118-130 mEq/L)

A :

Diagnosis Klinis : Penurunan Kesadaran, Tetraparese Spastik

Diagnosis Topis : Meningens

Diagnosis Etiologi : Meningitis Viral

Diagnosis banding :Meningoensefalitis viral

P :

Follow up 7.11.2014

06.40

S :

Nafas pasien terputus-putus, seluruh tubuh kaku, dipanggil tidak berespon, demam

tinggi (+)

O :

Keadaan Umum : sakit berat

Page 29: LAPSUS Meningitis

V.signs

TD : 80/palpasi mmHg

N : 105 x/m, lemah

RR : 18 x/m

S : 40.2 0C

Refleks Cahaya Pupil : +/+, isokor, 3mm-3mm

Refleks Kornea : +/+

07.00

V.signs

TD : - mmHg

N : tak teraba

RR : -

Refleks Cahaya Pupil : midriasis maksimal +/+

Refleks Kornea : -/-

Pasien dinyatakan meninggal

Page 30: LAPSUS Meningitis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi dan Pendahuluan

Meningitis viral merupakan inflamasi dari leptomeningen sebagai manifestasi

dari infeksi SSP. Istilah viral digunakan karena merupakan agen penyebab, dan

penggunaan meningitis saja mengimplikasikan tidak terlibatnya parenkim otak dan

medula spinalis. Namun, patogen virus dapat menyebabkan kombinasi dari infeksi

yaitu meningoencephalitis atau meningomielitis.

Pada meningitis viral, perjalanan klinis biasanya terbatas, dengan pemulihan

komplit pada 7-10 hari. Lebih dari 85% kasus disebabkan oleh enterovirus non polio;

maka, karakteristik penyakit, manifestasi klinis, dan epidemiologi menunjukkan

infeksi enteroviral. Campak, polio, dan limfositik choriomeningitis virus (LCMV)

saat ini merupakan ancaman untuk negara berkembang. Polio tetap merupakan

penyebab utama dari mielitis pada beberapa daerah di dunia

II.2 Epidemiologi

Di Amerika Serikat, lebih dari 10,000 kasus dilaporkan setiap tahunnya,

tetapi insiden sesungguhnya dapat mencapai hingga 75,000. Kurangnya pelaporan

dikarenakan tidak ada hasil klinis kebanyakan kasus dan ketidakmampuan dari

beberapa agen viral untuk tumbuh dalam kultur. Menurut laporan CDC, perawatan

pasien dalam rumah sakit dari meningitis virus bervariasi dari 25,000-50,0000 setiap

tahun. Dalam beberapa laporan insiden diperkirakan 11 per 100,000 populasi

pertahun.

Persebaran insiden dari klinis meningitis viral di dunia bervariasi. Penyebab

meningitis viral di dunia termasuk enterovirus, virus campak, VZV, dan HIV. Gejala

meningitis dapat timbul sedikit pada 1 dari 3000 kasus infeksi oleh agen ini. Studi

dari Finlandia memperkirakan insiden 19 per 100,000 populasi pada anak usia 1-4

tahun. Hal ini merupakan contrast signifikan hingga 219 kasus per 100,000 yang

Page 31: LAPSUS Meningitis

diperkirakan untuk anak lebih muda dari 1 tahun. Virus encephalitis B Japaneese,

patogen tersering pada meningitis virus di dunia, menyebabkan lebih dari 35,000

infeksi setiap tahunnya melalui Asia tetapi diperkirakan menyebabkan 200-300 kali

penjumlahannya dari infeksi subklinis. Distribusi dan karakteristik penyerangan oleh

vector arthropod, menunjukkan variabilitas geografis yang kuat. Kurangnya aturan

vaksinasi yang efektif pada Negara dunia ketiga memainkan peranan pada

ketimpangan geografis dari agen infeksi lain.

II.3 Faktor Risiko

Diluar periode neonatal, angka mortalitas dikaitkan dengan meningitis viral

kurang dari 1%; angka morbiditas juga rendah. Dokter harus menyadari virus yang

dapat menyebabkan meningitis juga dapat menyebabkan infeksi yang lebih serius

pada CNS sama halnya dengan organ lain. Laporan statistik World Health

Organization (WHO) dari tahun 1997 melaporkan meningitis enteroviral dengan

sepsis merupakan penyebab ke-5 tersering dari mortalitas pada neonatus. Komplikasi

seperti edema otak, hidrosefalus, dan kejang dapat timbul pada periode akut.

Ras

Tidak ada predileksi rasial spesifik telah diidentifikasi

Sex

Tergantung dari patogen viral, rasio yang mempengaruhi wanita dan pria

dapat bervariasi. Enterovirus diduga untuk mempengaruhi pria 1.3-1.5 kali lebih

sering dibandingkan wanita. Kebanyakan arbovirus mempunyai karakteristik

penyerangan yang beragam, mempengaruhi kedua gender tetapi pada usia berbagi.

Usia

o Insidensi meningitis viral menurun sesuai dengan usia

o Neonatus berada pada resiko terbesar dan mempunyai resiko signifikan akan

morbiditas dan mortalitas.

Page 32: LAPSUS Meningitis

o Beberapa serangan arbovirus sangat ekstrem pada beberapa usia, dengan

orang yang lebih tua berada pada risiko terbesar untuk infeksi, sementara

puncak campak dan cacar timbul pada usia remaja akhir.

II.4 Etiologi

Enteroviruses menyebabkan lebih dari 85% semua kasus meningitis virus.

Mereka merupakan keluarga dari Picornaviridae (“pico” untuk kecil, “rna”

untuk asam ribonukleat), dan termasuk echovirus, coxsackie virus A dan B,

poliovirus, dan sejumlah enterovirus. Nonpolio enterovirus merupakan

virus yang sering, sama dekat ya dengan prevalensi rhinoviruses (flu

Arboviruses menyebabkan hanya 5% kasus di Amerika Utara

Cacar: sejumlah keluarga dari Paramyxovirus, virus cacar merupakan agen

pertama dari meningitis dan meningoensefalitis.

Virus keluarga herpes: HSV-1, HSV-2, VZV, EBV, CMV, dan herpes

virus manusia 6 secara kolektif menyebabkan sekitar 4% kasus meningitis

viral, dengan HSV-2 menjadi penyerang terbanyak.

Lymphocytic choriomeningitis virus: LCMV masuk k edalam keluarga

arenaviruses. Saat ini adalah jarang penyebab meningitis, virus

ditransmisikan ke manusia melalui kontak dengan tikus atau ekskeresi

mereka. Mereka berada pada resiko tinggi pada pekerja laboratorium,

pemilik binatang peliharaan, atau orang yang hidup dia area non higienis.

Adenovirus: Adenovirus merupakan penyebab jarang dari meningitis pada

individu immunocompeten tetapi merupakan penyebab utama pada pasien

AIDS, Infeksi dapat timbul secara simultan dengan infeksi saluran nafas

atas.

Campak: Morbili virus ini merupakan penyebab yang paling jarang saat ini.

Karakteristik ruam makulopapular membantu dalam diagnosis.

Kebanyakan kasus timbul pada orang usia muda di sekolah dan

perkuliahan. Campak tetap merupakan ancaman kesehatan dunia dengan

angka penyerangan tertinggi dari infeksi yang ada; eradikasi dari campak

merupakan tujuan kesehatan masyarakat yang penting dari WHO.

Page 33: LAPSUS Meningitis

Klinisi harus mempertimbangkan secara sebagian meningitis bakterial

sebagai kemungkinan etiologi untuk aseptic dari penyakit pasien; sebagai

contoh, pasien dengan otitits bakteri dan sinusitis yang telah mengambil

antibiotic dapat timbul dengan meningitis dan penemuan CSF yang identik

terhadap meningitis viral.

II.5 Patofisiologi

Patogen virus dapat mencapai akses SSP melalui 2 jalur utama: hematogen

atau neural. Hematogen merupakan jalur tersering dari viral patogen yang diketahui.

Penetrasi neural menunjukkan penyebaran disepanjang saraf dan biasanya terbatas

pada herpes viruses (HSV-1, HSV-2, dan varicella zoster virus [VZV] B virus), dan

kemungkinan beberapa enterovirus.

Pertahanan tubuh multiple mencegah inokulum virus dari penyebab infeksi

signifikan secara klinis. Hal ini termasuk respon imun sistemik dan local, barier

mukosa dan kulit, dan blood-brain barrier (BBB). Virus bereplikasi pada system

organ awal (ie, respiratory atau gastrointestinal mucosa) dan mencapai akses ke

pembuluh darah. Viremia primer memperkenalkan virus ke organ retikuloendotelial

(hati, spleen dan nodus lymph) jika replikasinya timbul disamping pertahanan

imunologis, viremia sekunder dapat timbul, dimana dipikirkan untuk bertanggung

jawab dalam CNS. Replikasi viral cepat tampaknya memainkan peranan dalam

melawan pertahanan host.

Mekanisme sebenarnya dari penetrasi viral kedalam CNS tidak sepenuhnya

dimengerti. Virus dapat melewati BBB secara langsung pada level endotel kapiler

atau melalui defek natural (area posttrauma dan tempat lainyang kurang BBB).

Respon inflamasi terlihat dalam bentuk pleocytosis; polymorphonuclear leukocytes

(PMNs) menyebabkan perbedaan jumlah sel pada 24-48 jam pertama, diikuti

kemudian dengan penambahan jumlah monosit dan limfosit. Limfosit CSF telag

dikenali sebagai sel T, meskipun imunitas sel B juga merupakan pertahanan dalam

melawan benberapa virus.

Page 34: LAPSUS Meningitis

Bukti menunjukkan bahwa beberapa virus dapat mencapai akses ke CNS

dengan transport retrograde sepanjang akar saraf. Sebagai contoh, jalur ensefalitis

HSV-1 adalah melalui akar saraf olfaktori atau trigeminal, dengan virus dibawa oleh

serat olfaktori ke basal frontal dan lobus temporal anterior.

II.6 Manifestasi Klinis

Riwayat Penyakit

Kebanyakan pasien melaporkan demam, sakit kepala, iritabilitasm nausea,

muntah, kaku leher, atau kelelahan dalam 18-36 jam sebelumnya.

Nyeri kepala hampir selalu ada dan seringkali dilaporkan dengan intensitas

yang berat. Bagaimanapun, deskripsi klasik dari ‘sakit kepala terburuk dari

hidup saya’, ditujukan kepada perdarahan sub arachnoid aneurisma, adalah

tidak biasa

Gejala konstitusional lain adalah muntah, diare, batuk dan mialgia yang

timbul pada lebih 50% pasien.

Riwayat kenaikan temperature timbul pada 76-100% pasien yang dating

untuk mendapatkan perjatian medis. Pola yang sering adalah demam dengan

derajat rendah pada tahap prodromal dan kenaikan temperature yang lebih

tinggi pada saat terdapat tanda neurologis.

Beberapa virus menyebabkan onset cepat dari gejala diatas, sementara

lainnya bermanifest sebagai prodromal viral nonspesifik, seperti mialgia,

gejala seperti flu, dan demam derajat rendah yang timbul selama gejala

neurologis sekitar 48 jam. Dengan onset kaku kuduk dan nyeri kepala,

demam biasanya kembali.

Pengambilan riwayat yang hati-hati dan harus termasuk evaluasi paparan

kontak kesakitan, gigitan nyamuk, debu, aktivitas outdoor pada daerah

endemis penyakit lyme, riwayat bepergian dengan kemungkinan terpapar

terhadap tuberculosis, sama halnya dengan penggunaan medikasi,

penggunaan obat intravena, dan resiko penyebaran penyakit menular

seksual.

Page 35: LAPSUS Meningitis

Bagian yang penting dari riwayat adalah penggunaan antibiotic sebelumnya,

dimana dapat mempengaruhi gambaran klinis meningitis bakterial.

Fisik

Penemuan fisik umum pada meningitis viral adalah sering untuk semua agen

penyebab, tetapi beberapa virus mempinyai manifestasi klinis unik yang

dapat membantu pendekatan diagnostic yang terfokus. Pembelajaran klasik

mengajarkan bahwa trias meningitis meliputi demam, rigiditas nuchal, dan

perubahan status mental, meskipun tidak semua pasien mempunyai gejala

ini, dan nyeri kepala hamper selalu timbul. Pemeriksaan menunjukkan tidak

ada deficit neurologis fokal pada kebanyakan kasus.

Demam lebih sering (80-100% cases) dan biasanya bervariasi antara 38ºC

and 40ºC.

Rigiditas nuchal atau tanda lain dari iritasi meningea (tanda Brudzinski atau

Kernig) dapat terlihat lebih pada setengah pasien tetapi secara umum kurang

berat dibandingkan dengan meningitis bakterial.

Iritabilitas, disorientasi, dan perubahan status mental dapat terlihat.

Nyeri kepala lebih sering dan berat.

Photophobia secara ralatif adalah sering namun dapat ringan, Fonofobia juga

dapat timbul.

Kejang timbul pada keadaaan biasanya dari demam, meskipun keterlibatan

dari parenkim otak (encephalitis) juga dipertimbangkan, Encephalopathy

Gambar 6 Tanda Kernig(10)Gambar 5 Tanda Brudzinski(9)

Page 36: LAPSUS Meningitis

global dan deficit neurologis fokal adalah jarang tetapi dapat timbul. Refleks

tendon dalam biasanya normal tetapi dapat berat.

Tanda lain dari infeksi viral spesifik dapat membantu dalam diagnosis. Hal

ini meliputi faringitis dan pleurodynia pada infeksi enteroviral, manifestasi

kulit seperti erupsi zoster pada VZV, ruam maculopapular dari campak dan

enterovirus, erupsi vesicular oleh herpes simpleks, dan herpangina pada

infeksi coxsackie virus. Infeksi Epstein Bar virus didukung oleh faringitis,

limfadenopati, cytomegalovirus, atau HLV sebagai agent penyebab. Parotitis

dan orchitis dapat timbul dengan campak, sementara kebanyakan infeksi

enteroviral dikaitkan dengan gastroenteritis dan ruam.

II.7 Pemeriksaan Penunjang

Studi Laboratorium

Pemeriksaan hematologi dan kimia harus dilakukan

Pemeriksaan CSF merupakan pemeriksaan yang penting dalam pemeriksaan

penyebab meningitis. CT Scan harus dilakukan pada kasus yang berkaitan

dengan tanda neurologis abnormal untuk menyingkirkan lesi intrakranial

atau hidrosefalus obstruktif sebelum pungsi lumbal (LP). Kultur CSF tetap

kriteria standar pada pemeriksaan bakteri atau piogen dari meningitis

aseptic. Lagi-lagi, pasien yang tertangani sebagian dari meningitis bakteri

dapat timbul dengan pewarnaan gram negative dan maka timbul aseptic. Hal

berikut ini merupakan karakteristik CSF yang digunakan untuk mendukung

diagnosis meningitis viral:

Page 37: LAPSUS Meningitis

o Sel: Pleocytosis dengan hitung WBC pada kisaran 50 hingga >1000 x

109/L darah telah dilaporkan pada meningitis virus, Sel mononuclear

predominan merupakan aturannya, tetapi PMN dapat merupakan sel

utama pada 12-24 jam pertama; hitung sel biasanya kemudian

didominasi oleh limfosit pada pole CSF klasik meningitis viral. Hal ini

menolong untuk membedakan meningitis bakterial dari viral, dimana

mempunyai lebih tinggi hitung sel dan predominan PMN pada sel pada

perbedaan sel; hal ini merupakan bukan merupakan atran yang absolute

bagaimanapun.

o Protein: Kadar protein CSF biasanya sedikit meningkat, tetapi dapat

bervariasi dari normal hingga setinggi 200 mg/dL.

Studi Pencitraan

o Pencitraan untuk kecurigaan meningitis viral dan ensefalitis dapat

termasuk CT Scan kepala dengan dan tanpa kontras, atau MRI otak

dengan gadolinium.

o CT scan dengan contrast menolong dalam menyingkirkan patologi

intrakranial. Scan contrast harus didapatkan untuk mengevaluasi untuk

penambahan sepanjang mening dan untuk menyingkirkan cerebritis,

abses intrakranial, empyema subdural, ataulesi lain. Secara alternative,

dan jika tersedia, MRI otak dengan gadolinium dapat dilakukan.

o MRI dengan contrast merupakan standar kriteria pada

memvisualisasikan patologi intrakranial pada encephalitis viral. HSV-1

lebih sering mempengaruhi basal frontal dan lobus temporal dengan

gambaran sering lesi bilateral yang difus.

Tes Lain

o Semua pasien yang kondisinya tidak membaik secara klinis dalam 24-48

jam harus dilakukan rencana kerja untuk mengetahuo penyebab

meningitis.

Page 38: LAPSUS Meningitis

o Dalam kasus ensefalitis yang dicurigai, MRI dengan penambahan

kontras dan visualisasi yang adekuat dari frontal basal dan area temporal

adalah diperlukan.

o EEG dapat dilakukan jika ensefalitis atau kejang subklinis dicurigai

pada pasien yang terganggu, Periodic lateralized epileptiform

discharges (PLEDs) seringkali terlihat pada ensefalitis herpetic.

Prosedur

o Pungsi Lumbal merupakan prosedur penting yang digunakan dalam

mendiagnosis meningitis viral. Prosedur potensial lain, tergantung pada

indikasi individu dan keparahan penyakit, termasuk monitoring tekanan

intrakranial, biopsi otak, dan drainase ventricular atau shunting.

Penemuan Histologis

Dikarenakan dari angka mortalitas rendah dengan meningitis viral akut,

gambaran patologis lain dibandingkan dengan respon limfositik dalam CSF

secara umum bukan merupakan bukti. Leptomeningea yang terdapat

inflamasi dengan PMN dan sel mononuklear pada fase akut penyakit.

neuronophagia, dan peningkatan jumlah sel microglia telah dicatat pada

specimen dari sejumplah pasien yang meninggal karena enchepalitis virus

II.8 Diagnosis Banding

Viral Meningoencephalitis

Aseptic Meningitis

Brucellosis

Cytomegalovirus Encephalitis

Herpes Simplex Encephalitis

II.9 Penatalaksanaan

Perawatan Medis

Terapi untuk meningitis viral kebanyakan suportif. Istirahat, hidrasi,

antipiretik, dan medikasi nyeri atau anti inflamasi dapat diberikan jika

diperlukan, Keputusan yang paling penting adalah baik memberikan terapi

Page 39: LAPSUS Meningitis

antimikroba awal untuk meningitis bakteri sementara menunggu penyebabnya

untuk bias diidentifikasi. Antibiotik intravena harus diberikan lebih awal jika

meningitis bakterial dicurigai. Pasien dengan tanda dan gejala dari

meningoensefalitis harus menerima asiklovir lebih awal untuk mencegah

encephalitis HSV. Terapi dapat dimodifikasi sebagai hasil dari pewarnaan

gram, kultur dan uji PCR ketika telah tersedia. Pasien dalam kondisi yang tidak

stabil membutuhkan perawatan di critical care unit untuk menjaga saluran

nafas, pemeriksaan neurologis, dan pencegahan dari komplikasi sekunder.

Enterovirus dan HSV keduanya mampu menyebabkan septic shock

viral pada bayi baru lahir dan bayi. Pada pasien muda ini, broad spectrum

antibiotic dan asikloviar harus diberikan secepatnya ketika diagnosis

dicurigai. Perhatian khusus harus diberikan terhadap cairan dan keseimbangan

elektrolit (terutama natrum(, semenjak SIADH telah dilaporkan. Restriksi

cairan, diuretic, dan secara jarang infuse salin dapat digunakan untuk

mengatasi hiponatremia. Pencegahan terhadap infeksi sekunder dari traktus

urinarius dan system pulmoner juga penting untuk dilaksanakan

Medikasi

Kontrol simptomatik dengan antipiretik, analgetik dan anti emetic

biasanya itu semua yang dibutuhkan dalam management dari meningitis viral

yang tidak komplikasi.

Keputusan untuk memulai terapi antibakterial untuk kemungkinan

meningitis bakteri adalah penting; terapi antebakterial empiris untuk

kemungkinan patogen harus dipertimbangkan dalam konteks keadaan klinis.

Asiklovir harus digunakan pada kasus dengan kecurigaan HSV (pasien

dengan lesi herpetic), dan biasanya digunakan secara empiris pada kasus yang

lebih berat yang komplikasinya encephalitis atau sepsis.

Agen Antiemetik: Agen ini digunakan dengan luas untuk mencegah mual

dan muntah.

- Ondansetron (Zofran) Antagonis selektif 5-HT3-receptor yang

menghentikan serotonin di perifer dan sentral, Mempunyai efikasi pada

Page 40: LAPSUS Meningitis

pasien yang tidak berespon baikterhadap anti emetik lain. Dewasa: 4-8

mg IV q8h/q12h. Pediatrik: 0.1 mg/kg IV lambat maximum 4 mg/dosis;

dapat diulang q12h

- Droperidol (Inapsine): Agen neuroleptik yang mengurangi muntah

dengan menghentikan stimulasi dopamine dari zona pemicu

kemoreseptor. Juga mempunyai kandungan antipsikotik dan sedative.

Dewasa: 2.5-5 mg IV/IM q4-6 prn. Pediatrik: 6 bulan: 0.05-0.06

mg/kg/dose IV/IM q4-6 prn

Agen Antiviral: Terapi anti enteroviral masih dibawah investigasi untuk

meningitis viral dan dapat segera tersedia. Regimen anti HIV dan anti

tuberculosis tidak dibicarakan disini, tetapi sebaiknya digunakan jika infeksi

ini dengan kuat mendukung secara klinis atau telah dikonfirmasi dengan

pengujian. Terapi empiris dapat dihentikan ketika penyebab meningitis viral

telah tegak dan meningitis bakterial telah disingkirkan

- Acyclovir (Zovirax): Untuk diberikan secepatnya ketika diagnosis

herpetic meningoencephalitis dicurigai. Menghambat aktivitas untuk

kedua HSV-1 and HSV-2. Dewasa: 30 mg/kg/d IV dibagi q8h for 10-14

hari. Pediatrik: 30 mg/kg/d IV dibagi q8h untuk 10 hari.

II.10 Prognosis

Penderita dengan penurunan kesadaran memiliki resiko tinggi mendapatkan

sekuele atau risiko kematian. Adanya kejang dalam suatu episode meningitis

merupakan faktor resiko adanya sekuele neurologis atau mortalitas.

Page 41: LAPSUS Meningitis

BAB III

ANALISIS KASUS

Pada pasien ini ditegakkan diagnosis berupa

Diagnosis klinis : Penurunan Kesadaran, Tetraparese spastik

Diagnosis topik : Meningens

Diagnosis etiologi : Meningitis Viral

Diagnosa Banding : Meningoensefalitis Viral

Diagnosis ditegakkan berdasarkan alloanamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang. Pada anamnesis, didapatkan keluhan pasien berupa kaku pada seluruh

tubuh sejak 4 hr SMRS yang timbul secara mendadak dan disertai demam tinggi yang

juga muncul mendadak bersamaan dengan keluhan kaku pada seluruh tubuh. Pasien

juga tidak respon diajak komunikasi, tidak mau bicara dan sering melamun.

Keluhan kaku seluruh tubuh yang dialami pasien mungkin bisa

merupakan suatu kejang, karena disertai adanya demam yang dapat menjadi

salah satu pecetus kejang. Kejang yang paling mungkin adalah tipe klonik,

untuk itu perlu dicari tahu lebih lanjut adakah tanda-tanda kejang tonik

lainnya. Demam yang muncul tinggi secara mendadak juga mengindikasikan

adanya suatu proses inflamasi dalam tubuh yang biasanya disebabkan oleh

infeksi virus. Adanya keluhan bahwa pasien sulit diajak komunikasi, tidak

mau bicara dan sering melamun bisa dianggap sebagai deficit neurologis

global yaitu penurunan kesadaran. Sehingga mungkin apabila terjadi inflamasi

yang menyebabkan adanya defisit neurologis yang bersifat global dapat

dipikirkan adanya inflamasi dari susunan saraf pusat, baik pada meningens

atau parenkim otak.

Kaku yang terjadi juga dapat merupakan suatu mekanisme

perlindungan tubuh akan nyeri yang terjadi karena iritasi meningens, dimana

terjaudi peningkatan tonus otot bahkan sampai imobilisasi tulang belakang

Page 42: LAPSUS Meningitis

dan bisa terjadi epistotonus. Selain itu, kaku pada keempat ekstremitas,

disertai demam kemungkinan bisa diebabkan meningitis tb.

Keluhan kaku terus menerus, terkadang kaku berkurang sedikit namun tidak

hilang total. Sedangkan demamnya agak turun bila dikompres, namun tidak lama

demam muncul lagi. Walaupun demam sempat turun, namun tidak diikuti dengan

hilangnya kaku pada tubuh. Muntah-muntah disangkal, kejang kelojotan disangkal,

mata mendelik keatas disangkal, sakit kepala tidak diketahui. 10 hari SMRS pasien

bercerita kepada keluarga bahwa pasien sempat mau dirampok dijalan oleh 10 orang,

semenjak itu pasien menjadi lebih pendiam, sering ketakutan, jarang makan dan

sering melamun. Diare disangkal, batuk pilek disangkal, BAK normal, bintik-bintik

merah di tubuh disangkal

Disini menunjukan bahwa keluhan kaku tidak berkaitan dengan demam, tanda

–tanda kejang tonik maupun klonik juga tidak didapatkan begitu juga dengan

peningkatan TIK. Adanya riwayat peristiwa traumatik yang diikuti perubahan

kepribadian sampai mengganggu aktivitas sehari-hari perlu dipastikan apakah

benar-benar terjadi setelah peristiwa terkait atau sebelumnya pernah

mengalami hal serupa. Keluarga mengaku sudah 10 hari pasien jarang makan,

dapat dipikirkan keluhan pasien dikarenakan kurangnya asupan nutrisi,

khususnya elektrolit dan glukosa yang dapat mempengaruhi status

neurologisnya.

Inflamasi SSP yang bisa disebabkan infeksi, khususnya virus karena

onsetnya akut dan demam langsung tinggi, maka kita cari apakah ada gejala

prodormal sebelumnya.

Riwayat Trauma disangkal, Riwayat Kelahiran dan tumbuh kembang : tidak pernah

vaksin dan atau imunisasi, Riwayat Campak (+) usia 12 tahun, Riwayat Cacar air (+)

usia 8 tahun, Riwayat Kejang demam disangkal, Riwayat penurunan berat badan

drastis disangkal Riwayat sakit kepala disangkal, Riwayat batuk lama disangkal,

Riwayat sering keringat malam hari disangkal

Tidak dilakukanya vaksin maupun imunisasi meningkatkan kerentanan

tubuh terinfeksi virus. Dimana seharusnya infeksi virus umumnya bersifat

Page 43: LAPSUS Meningitis

swasirna, namun dengan penurunan imunitas, gejala dapat memberat. Riwayat

TB disini belum ditemukan.

Temuan yang khas dari pemeriksaan fisik, khususnya status neurologis adalah

terdapatnya gejala rangsang meningeal yaitu kaku kuduk, lasegue dan kernig pada

pasien, sehingga dapat memperkuat dugaan meningitis. Temuan ini juga didukung

dari hasil CT scan dengan kesan sugestif meningitis. Untuk meyakinkan organisme

apa yang menginfeksi, maka perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium.

Dari hasil darah didapatkan tanda-tanda infeksi akut karena virus dari hitug

jenis sel. Selain itu terdapat ketidak seimbangan elektrolit yaitu

Hiperkloremia, walaupun hiperkloremia jarang menimbulkan gejala neurologis

dibandingkan elektrolit kalium dan natrium. Analisis cairan serebrospinal didapatkan

warna putih keruh, jumlah sel normal, protein dan glukosa sedikit menigkat. Hasil ini

menunjukan infeksi susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus, yaitu meningitis

viral. Terkenanya parenkim otak masih mungkin terjadi, karena menurut

kepustakaan, seringkali meningitis viral dengan penurunan daya tahan tubuh,

sehingga menimbulkan gejala yang lebih berat seringkali ada keterlibatan ke

parenkim otak sampai mempengaruhi kesadaran seseorang.

Page 44: LAPSUS Meningitis

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonym. Meningitis Bakterial. [serial online] 2011 [cited 2011 Jan 27]; Available

from: URL: http://referensikedokteran.blogspot.com/2010/07/meningitis-

bakterial.html

2. Baehr M, Frostcher M. Duus : Topical Diagnosis in Neurology 4 th ed. New York :

Thieme : 2005

3. Longo, D.L., Kasper, D.L., Jameson, J.L., Fauci, A.S., Hauser, S.L., Loscalzo, J.

eds., 2012. Harrison's Principles of Internal Medicine [pdf]. 18th ed. The

McGraw-Hill Companies.

4. Price S A, Wilson L M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi VI.

Jilid II Penerbit Buku Kedokteran Jakarta; EGC, 2004

5. Ritarwan K. Diagnosis dan penatalaksanaan meningitis otogenik. Majalah

Kedokteran Nusantara 2006 Sep; 39 (3): 253.

6. Sudoyo A. W, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata K. M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam. Jilid I, Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit

Dalam FKUI, 2006

7. Satria. Meningitis viral. [serial online] 2011 [cited 2011 Jan 27]; Available from:

URL: http://satriaperwira.wordpress.com/2010/07/06/meningitis-viral/