Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

45
1 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan ridho-Nya, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas laporan ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas mengenai Pertumbuhan dan Perkembangan Wajah. Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai laporan hasil tutorial kedua mata kuliah Blok Stomatognasi 1 Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. drg. Hafiedz Maulana, M.Biomed selaku dosen dan fasilitator yang telah memberikan bimbingan kepada kami hingga terselesainya penyusunan laporan ini. 2. Anggota kelompok II yang telah berperan aktif dalam diskusi maupun pembuatan laporan hasil tutorial ini. Dalam tugas yang telah diberikan, kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan kesalahan dari apa yang diharapkan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun bagi perbaikan makalah ini. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih. Jember, 18 Februari 2015 Penulis

description

Laporan Tutorial Skenario 1 Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Wajah Blok Stomatognasi 1

Transcript of Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

Page 1: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

rahmat dan ridho-Nya, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas laporan ini tepat

pada waktunya. Makalah ini membahas mengenai Pertumbuhan dan

Perkembangan Wajah. Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai

laporan hasil tutorial kedua mata kuliah Blok Stomatognasi 1

Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. drg. Hafiedz Maulana, M.Biomed selaku dosen dan fasilitator yang telah

memberikan bimbingan kepada kami hingga terselesainya penyusunan

laporan ini.

2. Anggota kelompok II yang telah berperan aktif dalam diskusi maupun

pembuatan laporan hasil tutorial ini.

Dalam tugas yang telah diberikan, kami menyadari bahwa laporan ini masih

banyak kekurangan dan kesalahan dari apa yang diharapkan. Untuk itu kami

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun bagi

perbaikan makalah ini. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.

Jember, 18 Februari 2015

Penulis

Page 2: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

2

DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………… 1

Daftar Isi …………………………………………… 2

BAB I Pendahuluan …………………………………………… 3

BAB II Tinjauan Pustaka …………………………………………… 7

BAB III Pembahasan …………………………………………… 9

3.1 Periode Pertumbuhan dan Perkembangan Orofasial Secara Umum … 9

3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Pertumbuhan dan Perkembangan Orofasial ………………………… 9

3.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Orofasial ………………………… 12

pada Masa Prenatal dan Postnatal ……………………………………

3.4 Kelainan Pertumbuhan dan Perkembangan Orofasial ………………… 38

BAB IV Kesimpulan …………………………………………… 44

Daftar Pustaka …………………………………………… 45

Page 3: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan manusia di muka bumi ini dimulai dari embrio. Masa

embrio adalah dasar dari seluruh sistem organ manusia nantinya. Apakah

nornal atau abnormal, semuanya ditentukan saat pertumbuhan dan

perkembangan masa embrio. Dalam bidang kedokteran gigi, bagian embrio

yang diutamakan pengamatan pertumbuhan dan perkembangannya adalah

bagian orofasial. Bagian orofasial ini meliputi perkembangan embrio yang

dimulai dari pembentukan mulut dan sekaligus mendasari pembentukan

wajah. Setiap manusia pasti mengalami pertumbuhan dan perkembangan dan

setiap perubahan yang terjadi pasti ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada anak. sebelum

membahas tentang faktor apa saja yang dapat mempengaruhi pertumbuhan

dan perkembangan ada baiknya kita mengetahui apa itu pertumbuhan dan apa

itu perkembangan.

Pertumbuhan adalah suatu proses pertambahan ukuran, baik volume,

bobot, dan jumlah sel yang bersifat irreversible (tidak dapat kembali ke asal).

Sedangkan, perkembangan adalah perubahan atau diferensiasi sel menuju

keadaan yang lebih dewasa.

Pertumbuhan dan perkembangan memiliki arti yang sangat penting

bagi makhluk hidup. Misalnya pada manusia, dengan tumbuh dan berkembang

dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dan melestarikan

keturunannya. Sewaktu masih bayi, balita, dan anak kecil, manusia memiliki

daya tahan tubuh yang masih lemah sehingga mudah terserang penyakit.

Tetapi, setelah tumbuh dan berkembang menjadi dewasa, daya tahan tubuhnya

semakin kuat sehingga kelangsungan hidupnya lebih terjamin.

Banyak faktor yang bisa mempengaruhi pertumbuhan anak. Menurut

Ali Khomsan, (2004) pertumbuhan fisik seorang anak dipengaruhi oleh dua

Page 4: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

4

faktor dominan yaitu lingkungan dan genetis. Kemampuan genetis dapat

muncul secara optimal jika didukung oleh faktor lingkungan yang kondusif,

yang dimaksud dengan faktor lingkungan di sini adalah intake gizi. Apabila

terjadi tekanan terhadap dua faktor di atas, maka muncullah growth faltering.

Hal senada juga diungkapkan oleh Soetjiningsih (2001) bahwa faktor

genetik merupakan modal dasar mencapai hasil pertumbuhan. Faktor internal

seperti biologis, termasuk genetic dan faktor eksternal seperti status gizi.

Faktor internal (genetic) antara lain termasuk berbagai faktor bawaan, jenis

kelamin, obstetrik dan ras atau suku bangsa. Apabila potensi genetik ini dapat

berinteraksi dengan lingkungan yang tidak baik maka akan menghasilkan

gangguan pertumbuhan. Gangguan pertumbuhan di Negara maju lebih sering

diakibatkan oleh faktor genetik ini. Di Negara sedang berkembang, gangguan

pertumbuhan selain disebabkan oleh faktor genetik juga dipengaruhi oleh

lingkungan yang tidak memungkinkan seseorang tumbuh secara optimal.

1.2 Skenario

Pertumbuhan dan Perkembangan Wajah

Pertumbuhan adalah suatu proses pertambahan ukuran, baik volume,

bobot, dan jumlah sel yang bersifat irreversible, sedangkan perkembangan

adalah deferensiasi sel menuju keadaan yang lebih dewasa. Pertumbuhan dan

perkembangan memiliki arti dan fungsi yang sangat penting bagi makhluk

hidup. Salah satu dari tahap dari proses pertumbuh dan perkembangan tersebut

adalah pertumbuhan dan perkembangan orofasial. Perkembangan orofasial

adalah perkembangan embrio yang dimulai dari pembentukan mulut dan

sekaligus mendasari pembentukan wajah.

Page 5: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

5

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakangmasalah yang ada, maka perumusan masalah yang

dimuat di laporan tutorial ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana periode pertumbuhan dan perkembangan secara umum?

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan orofasial?

3. Bagaimana proses pertumbuhan dan perkembangan orofasial dalam

masa prenatal?

4. Bagaimana proses pertumbuhan dan perkembangan orofasial dalam

masa postnatal?

5. Apa saja kelainan pada pertumbuhan dan perkembangan orofasial

1.4 Tujuan Pembelajaran

Dari beberapa hal di atas, tujuan pembelajaran yang ingin kami capai, antara lain sebagai

berikut:

1. Mampu menjelaskan periode pertumbuhan dan perkembangan secara

umum.

2. Mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan orofasial.

3. Mampu menjelaskan proses pertumbuhan dan perkembangan orofasial

dalam masa prenatal.

4. Mampu menjelaskan proses pertumbuhan dan perkembangan orofasial

dalam masa postnatal.

5. Mampu menjelaskan kelainan pada pertumbuhan dan perkembangan

orofasial.

Page 6: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

6

1.5 Mapping

1.6 Manfaat Pembelajaran

Dari beberapa hal di atas, manfaat pembelajaran yang ingin kami capai, antara

lain sebagai berikut:

1. Mampu mengetahui dan menjelaskan proses pertumbuhan dan

perkembangan orofasial dalam masa prenatal dan postnatal.

2. Mampu mengetahui dan menjelaskan kelainan-kelainan pada

pertumbuhan dan perkembangan orofasial.

Page 7: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan adalah proses perubahan jasmani yang terjadi sampai

mencapai kematangan fisik yang bersifat kuantitatif yang dialami oleh individu

yang satu dengan yang lain berbeda. perkembangan adalah perkembangan adalah

perubahan individu yang lebih ke arah rohaniah yang menjadi unik untuk setiap

individu, karena perkembangan individu berbeda, perkembangan juga memiliki

pola-pola tersendiri yang khas yang hanya bisa diamati tanpa bisa diukur.

Perkembangan orofasial adalah perkembangan embrio yang dimulai dari

pembentukan mulut dan sekaligus mendasari pembentukan wajah. Ada dua fase

utama pertumbuhan dan perkembangan: 1. Prenatal (sejak telur matang dan

dibuahi sampai lahir) 2. Postnatal (sejak lahir sampai dewasa)

Perkembangan prenatal terdiri dari tiga tahap, yaitu :

1. Tahap impalntasi

Dimulai saat pembuahan sampai akhir minggu ketiga kehamilan

2. Tahap embrio

Awal minggu keempat sampai minggu ketujuh kehamilan

o Terjadi diferensiasi jaringan dan pembentukan organ

defenitive

o Jaringan saraf berpoliferasi sangat cepat dengan

menutupnya tabung saraf (neural tube) dan fleksi dari

segmen anterior membentuk bagian-bagian otak.

o Jantung mulai berdenyut, sehingga darah dapat bersirkulasi

melalui sistem vaskularisasi yang baru terbentuk meskipun

struktur jantung belum terbentuk sempurna

Page 8: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

8

o Terlihat primordialvdari struktur wajah, ekskremitas, dan

organ dalam

3. Tahap fetus

Dimulai minggu kedelapan sampai lahir. Pada tahap ini

diferensiasi seluruh organ telah sempurna, bertambah dalm ukuran,

pertumbuhan progresif struktural skeletal, muskulus dan terutama

otak

Page 9: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

9

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 PERIODE PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SECARA

UMUM

1. Masa prenatal (masa janin dalam kandungan)

Periode penting adalah trisemester pertama kehamilan.

2. Masa bayi umur 0-11 bulan :

a. Masa neonatal : 0-28 hari

b. Masa post neonatal : 29 hari – 11 bulan

3. Masa anak balita (12-59 bulan)

Kecepatan pertumbuhan menurun dan perkembangan motorik meningkat.

4. Masa pra sekolah (60-72 bulan)

Pertumbuhan berlangsung stabil.

3.2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN DAN

PERKEMBANGAN OROFASIAL

A. Faktor Internal

1. Herediter (keturunan) Bentuk wajah seseorang merupakan hasil

perpaduan antara pola dari gen yang berasal dari kedua orang tua

2. Faktor Risiko Janin

a) Kehamilan Kembar

b) Jenis Kelamin

3. Genetik

Page 10: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

10

Struktur kromosom yang biasanya memiliki gen resesif yang terletak

pada kromosom autosom.

Mutasi gen.

Daya kerja terhadap penderita kelainan bisa mengakibatkan kelainan

letal dan subletal. Mutasi gen ini bisa terjadi karena kelainan

kromosom yaitu seperti delesi, duplikasi, translokasi, inverse yang

disebabkan oleh mutagen.

4. Usia

5. Ras

6. Gangguan perkembangan oleh sebab yang tidak diketahui

B. Faktor Eksternal

1. Trauma

a. Trauma prenatal

Contoh :

Hipoplasia mandibula mengakibatkan trauma selama kelahiran

Trauma pada persendian temporomandibularis menyebabkan

fungsi dan pertumbuhan yang tidak seimbang sehingga

terjadiasimetri dan disfungsi persendian.

b. Trauma postnatal

Contoh : Fraktur rahang atau gigi

2. Agen fisik

a. Prematur ekstraksi gigi susu

b. Makanan

Contoh : Pada masyarakat primitive cenderung memakan makananan

berserat, sedangkan masyarakat kota cenderung memakan makanan lunak

3. Kebiasaan buruk

a. Mengisap jempol dan mengisap jari

Page 11: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

11

b. Menjulurkan lidah

c. Mengisap dan menggigit bibir

d. Posture

e. Menggigit kuku

f. Kebiasaan buruk lain

4. Penyakit

a. Penyakit sistemik

b. Penyakit endokrin

c. Penyakit-penyakit lokal

Penyakit nasopharingeal dan gangguan pernapasan

Penyakit periodontal

Tumor

Karies

5. Malnutrisi

Selama anak dalam kandungan, ibu harus memperoleh cukup

kalsium, fosfor vit A, C, D untuk menjamin kebutuhan foetus akan zat-zat

tersebut. Zat-zat ini dengan pengawasan fungsi hormon yang seimbang

merupakan faktor yang penting bagi pertumbuhan tulang.

6. Faktor Risiko Ibu

a) Obat-obatan

Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghamba

pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang

terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi

hormon pertumbuhan.

b) Paparan bahan kimia

c) Merokok

Page 12: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

12

d) Alkohol

e) Psikologi ibu

Akibat jika calon ibu tidak memenuhi kebutuhan gizi janinnya.

Kekurangan :

o Protein : gigi yang tumbuh lebih kecil dari ukuran normal, mengurangi

email dan terjadi gangguan erupsi.

o Vitamin K : sumbing

o Vitamin B : berkurangnya kekuatan gigi

o Vitamin D : dentin tidak beraturan, dan mengalami gangguan pulpa

Jika gizi yang diberikan pada janin tidak cukup, misalnya kekurangan kalsium

maka akan diambil dari ibu. Sehingga kekuatan gigi ibu berkurang, dan

mempermudah terjadinya karies.

7. Iklim

8. Lingkungan

3.3 PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN OROFASIAL PADA

MASA PRENATAL DAN POSTNATAL

A. Pembentukan Mata

Mata dibentuk oleh neuro-ektoderm, ektoderm permukaan dan

mesoderm. Proses Petumbuhan dan Perkembangan mata pada masa

prenatal adalah sebagai berikut:

1. Mula-mula tampak adanya gelembung ke lateral dari bagian otak depan

yang disebut gelembung optic (optic vesicle).

2. Gelembung optic membentuk lapisan baru sehingga menjadi dua lapisan

yang disebut mangkuk mata (optic cup).

3. Gelembung optic tersebut akan berpisah dengan lapisan di dinding otak,

tetapi masih dihubungkan oleh tangkai optic (optic stalk).

Page 13: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

13

4. lapisan ektoderm makin menebal, bundar dan padat yang disebut

gelembung lensa (lens vesicle).

5. Antara gelembung lensa dan mangkuk optic dihubungkan oleh khoroid

mata.

Otot ekstrinsik berasal dari somitomer prakordal dan lapisan

ektodermal cutaneous di atas kornea akan membentuk konjungtiva.

Lapisan ektodermal dengan core sentral mesensim membentuk kelopak

mata. Kelopak mata menutup pada akhir minggu ke-8 dan tertutup sampai

bulan ke-7.

Saat bayi telah dilahirkan merkea tidak langsung bisa melihat, tingkat

ketajamannya hanya pada membedakan antara gelap dan terang. Namun

mata terus berkembang tingkat ketajamannya hingga bulan ke-6, selama 6

bulan ini disebut sebagai periode kritis. Pada akhirnya bayi akan dapat

mengenali dan membedakan benda-benda yang ada di sekitarnya.

Page 14: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

14

B. Pembentukan Telinga

1. Pertumbuhan dan perkembangan branchial apparatus

Selain proses pertumbuhan Dan perkembangan rongga mulut

terjadi pula pertumbuhan dan perkembangan branchial apparatus

yang meliputi :

branchial arches

branchial pounhes

branchial grooves

branchial membrane

2. Branchial arches

Mula-mula dibentuk branchial arch I / pharyngeal arch I, kemudian

disusul dengan pembentukan branchial arch II hingga branchial

arch VI. Namun branchial arch V rudimenter sehingga branchial

arch IV bergabung dengan branchial arch VI.

Dari branchial apparatus inilah akan dibentuk organ-organ, rahang

atas, rahang bawah, lidah, larynx. Pharynx, os hyoid, otot-otot

wajah, ligamentum, arteri vena, nervus dll .

3. Branchial pounches

Branchial pounches membentuk :

cavum tympanica

antrum mastoideum

tuba eustachii

ini semua adalah bagian dari telinga tengah

Page 15: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

15

Pada Branchial pounches lapisan endoderm akan berdifferensiasi

membentuk tonsila palatina dan fossa supratonsiliaris

Bagian dorsal akan berdifferensiasi membentuk glandula

parathyroid inferior lalu bermigrasi ke arah dorsal glandula

thyroid. Sedangkan bagian ventral akan berdifferensiasi

membentuk primordia glandula thymus kemudian bermigrasi ke

arah caudal dan medial selanjutnya bagian kanan dan kiri berfusi

membentuk glandula thymus

Bagian dorsal juga berdifferensiasi membentuk glandula

parathyroid superior kemudian bermigrasi ke dorsal glandula

thyroid. Bagian ventral berdifferensiasi membentuk ultimo

branchial body lalu bermigrasi dan berfusi dengan glandula thyroid

4. Branchial groove

Branchial groove terdiri dari 1 – 4. Branchial groove I akan

membentuk meatus acusticus externa, sedangkan Branchial groove

yang lain akan hilang sehingga leher menjadi rata.

5. Branchial membrane

Sama dengan Branchial groove, branchial membrane I akan

membentuk membran tympanica, sedangkan branchial membrane

yang lain akan menghilang

C. Pembentukan Hidung

a. Prenatal

Pada akhir minggu ke-4, mulai tampak tonjol-tonjol wajah yang terbentuk

dari mesenkim yang berasal dari krista neuralis. Pada minggu keempat

pula mulai tampak lengkung faring, tonjol maksila dan tonjol mandibula.

Tetapi pada gambar ini memperlihatkan kedudukan faring

Page 16: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

16

o Kemudian pada gambar ke-2 merupakan pandangan frontal

mudigah yang berumur 4,5 minggu, dimana telah terlihat

prominensia frontalis. Disisi kanan dan kiri prominensia frontalis,

muncul penebalan-penebalan setempat dari ectoderm permukaan,

yaitu plakoda nasal. Plakoda nasal ini merupakan cikal bakal

hidung.

o

Selama minggu ke-5 plakoda-plakoda hidung tersebut mengalami

invaginasi membentuk lubang hidung.

Kemudian plakoda hidung ini membentuk suatu rigi jaringan yang

mengelilingi masing-masing lubang dan membentuk tonjol hidung.

Tonjol-tonjol yang berada di tepi luar lubang adalah tonjol hidung lateral ;

Page 17: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

17

dan yang berada di tepi dalam adalah tonjol hidung medial.

Selama minggu ke-6, lubang hidung makin bertambah dalam, sebagian

karena tumbuhnya tonol-tonjol hidung yang ada disekitarnya dan sebagian

lagi Karenna lubang ini menembus ke dalam mesenkim dibawahnya. Bisa

dilihat pada gambar A yang memperlihatkan potongan sagital melalui

lubang hidung dan pinggir bawah tonol hidung medial, sedangkan gambar

B adalah gambar yang sama dengan gambar A tetapi mempelihatkan

pecahnya membrane oronasal

Munculnya rongga hidung primitive yang berhubungan langsung dengan

rongga mulut, terjadi pada minggu ke 7. Pada minggu ini pula, tonjolan

maksila terus bertambah besar ukurannya. Serentak dengan itu tonjol itu

tumbuh kearah medial, sehingga mendesak tonjol garis medial kearah

garis tengah. Kemudian celah tonjol hidung medial dan tonjol hidung

maksila hilang bersatu membentuk bibir atas.

Page 18: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

18

Sedangkan bibir bawah dan rahang

bawah dibentuk dari tonjol mandibula yang menyatu digaris tengah.

Pada minggu ke 9 sudah terlihat pemisahan rongga hidung tetap dan

rongga mulut tetap.

b. Postnatal

Munculnya sinus paranasal, perkembangannya melalui tahapan yang

spesifik.

Sinus maksila dan sinus etmoid telah ada saat lahir Saat itu sinus maksila

sudah terbentuk dengan sangat baik dengan dasar agak lebih rendah dari

Page 19: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

19

batas atas meatus inferior. Setelah usia 7 tahun ukuran dan bentuknya

berkembang cepat.

Sinus frontal berkembang dari sinus etmoid anterior pada anak usia + 8

tahun

Sinus sphenoidalis dimulai pada usia 8-10 tahun berasal dari bagian

posterior-superior rongga hidung

Sinus etmoid berkembang sesuai dengan bertambahnya usia sampai

mencapai masa pubertas.

D. Pembentukan Bibir

a. Prenatal

Pada saat minggu ke lima, dua tonjolan akan tumbuh dengan

cepat, yaitu tonjolan nasal medial dan lateral. Tonjolan nasal lateral

akan membentuk alae hidung, sedangkan tonjolan medial akan

membentuk (1) bagian tengah hidung, (2) bagian tengah bibir atas, (3)

bagian tengah rahang atas, serta (4) seluruh langit-langit primer.

Secara simultan, tonjolan maksila akan mendekati tonjolan nasal

lateral dan medial akan tetapi tetap tidak menyatu karena dipisahkan

oleh suatu lekukan yang jelas.

Selama dua minggu berikutnya terjadi perubahan bermakna

pada wajah. Tonjolan maksila terus tumbuh kearah medial dan

menekan tonjolan nasal kearah midline. Selanjutnya terjadi penyatuan

tonjolan-tonjolan nasal dengan tonjolan maksila disisi lateral. Jadi

bibir bagian atas dibentuk oleh dua tonjolan nasal dan dua tonjolan

maksila.

Prominensia mandibularis pada bagian sebelah kaudal dari

stomodeum akan membentuk bibir bagian bawah dan rahang yang

menyatu di garis tengah.

b. Postnatal

Page 20: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

20

Pada saat lahir, permukaan bibir bayi terbagi atas daerah

pengisap di bagian sentral yang mudah bergerak, ditandai dengan fili

yang halus, pars villosa, yang berbeda dari daerah permukaan luar

yang halus, pars glabra, dan daerah vestibulum bagian dalam, pars

mucosa. Bagian vilus bibir bayi bersifat adhesif-lebih daripada bagian

glaborous dan vestibulum; selama menghisap membentuk seal kedap

udara di sekitar putting susu (karena pembengkakan pembuluh darah

dalam vili)

E. Pembentukan Rongga Mulut

Stomodeum dapat dilihat sebagai suatu lekukan dangkal pada

permukaan ectoderm embrio. Kedalaman stomodeum dibatasi oleh

oropharyngeal membrane yang terdiri dari lapisan ectoderm yang berada

di atas lapisan endoderm. Membran ini memisahkan stomodeum dari

primitive pharynx. Pharynx primitive adalah bagian dari cranial yang

merupakan awal dari saluran pencernaan kita.

Pertama, selama minggu ke – 4 Dimulai dengan invaginasi lapisan

ektoderm di bagian caudal dari processus frontonasalis dan disebut

stomodeum (Primitive Oral Cavity) yang merupakan calon rongga mulut.

Disamping itu terjadi pula proses invaginasi pada lapisan endoderm yang

disebut Primitive Digestive Tract yang merupakan calon saluran

pencernaan. Selanjutnya POC dan PDT saling mendekat hingga bertemu

pada membran yang tipis disebut Membrana Bucco Pharyngeal.

Membrana ini akhirnya pecah dan terjadilah hubungan yang sempurna

antara POC dan PDT. Stomodeum akan menjadi oral cavity yang akan

dibatasi oleh oral epithelium. Oral epithelium dan jaringan dibawahnya

akan menjadi gigi dan jaringan disekitarnya.

F. Pembentukan Palatum

Pada perkembangan embriologi, palatum manusia berjalan melalui

beberaapa tahap yang mencerminkan pembagian ruang oronasal.

Page 21: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

21

Perkembangan nares internal dan choane menandai terbentuknya jalan

napas dengan dibentuknya saluran antara kantung olfaktori dan

stomodeum.

Ada 3 elemen yang membentuk primer sekunder – 2 lereng

palatum rahang atas lateral dan palatum primer dari tonjolan frontonasal –

yang mula-mulanya terpisah jauh, karena orientasi vertikal dari lereng

lateral pada setiap sisi lidah (lihat gb 3.12,3.14,3.15).

Ruang stomodeum terbagi atas rongga hidung dan mulut yang

terpisah bila tonjolan frontonasal dan maxila berkembang horizontal ke

ruang tersebut. Perluasan ini membentuk bagian tengah bibir (tuberkulum)

dan bagian tengah palatum primer tunggal membentuk tonjolan maksila (

gb 3.12). Perkembangan lidah dari dasar mulut akan mengisi ruang

oronasal, antara kedua lereng palatum lateral tersebut ; lereng ini tersusun

vertikal, tetapi akan menjadi horizontal bila stomodeum meluas dan lidah

turun.

Pengangkatan lereng memungkinkan lereng berkontak dengan

garis tengah, palatum primer di depan dan septum nasal di superior (gb

3.15). Penggabungan lereng, yang dimulai dari depan, berkembang ke

belakang. Lereng juga bergabung dengan sptum nasal, kecuali di belakang

Page 22: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

22

dimana palatum lunak dan uvula tetap tidak melekat padanya

Osifikasi merupakan dasar dari tulang palatum bagian depan yang

keras. Sepertiga belakang palatum tidak terosifikasi; mesensim tergeser ke

daerah ini dari lengkung brankial pertama dan kedua untuk membentuk

otot palatum lunak, yang menahan inervasi awalnya.

Selama minggu ke 8 terjadi perubahan letak lereng lateral, dari

vertikal ke horizontal, sebagai permulaan dari penggabungn dan

pemisahan ruang oronasal (gb 10.1, 10.2)

Pertumbuhan aposisional dari prosesus alveolar akan menyebabkan

pendalaman, serta pelebaran, vault tulang palatum, dan juga menambah

tinggi serta lebar maksila Prosesus alveolar lateral membantu dalam

membentuk liptan palatal anteroposterior, yang bersama dengan dasar

Page 23: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

23

cekung, membentuk tempat untuk lidah, serta terowongan palatum.

G. Pembentukan Lidah

Lidah terbentuk pada minggu ke-4 sampai ke-9 intra uterin. Placode lidah

berasal dari endoderm. Placode ini dapat tersebar dibawah sel epitel

permukaan. Kemudian tumbuh menjadi “taste bud” yang mengandung

saluran yang bermuara di permukaan lidah atau mulut. Lidah tumbuh

berupa tonjolan yang berasal dari penebalan epidermis di rongga mulut.

Benjolan itu ada 3 daerah:

1. tuberculum impar. Benjolan median di tengah batas arcus viseralis I dan

II

2. copula. Benjolan median di tengah arcus viseralis III

3. benjolan sepasang di a nterior tuberculum impar, kiri kanan di tengah

arcus viseralis

Ketiga daerah tersebut akhirnya akan menyatu dan akan membentuk lidah.

Bagian posterior lidah berasal dari arkus faring kedua, ketiga, dan

sebagian dari kekempat. Epiglotis dan bagian paling posterior lidah

disarafi oleh nervus laringeus superior yang mencerminkan bahwa bagian

ini berkembang dari arkus keempat. Otot lidah tumbuh dari sel mesenkim

yang bermigrasi dari myomote daerah kepala, sedangkan papilae lidah

tumbuh berupa kuncup-kuncup halus pada epidermis lidah. Di pangkal

lidah ada tonsil, yang tumbuh dari mesenkim yang berada di dermis

Page 24: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

24

H. Pembentukan Maksila

Prenatal

Pada masa 24 hari embrio pertama kali dibentuk adalah frontonasal prominence/

frontonasal process yang nantinya merupakan calon bakal dari Bibir bagian atas,

septum nasal, dan forehead. Sementara pada stomodeum akan berkembang

menjadi rongga mulut

Page 25: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

25

Setelah itu bentukan akan berkembang dan didapati ada banyak lipatan-lipatan

yang terdiri dari 6 lipatan yang dinamakan pharingeal arch, pharingeal arch 1

hingga 6 masing-masing memiliki peranan berbeda dalam proses pembentukan

dan untuk haringeal arch yang 1 akan menjadi maksilla dan mandibula.

Page 26: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

26

Setelah hari ke 28 maka akan membentuk beberapa bentukan seperti Nasl Placode

yang nantinya akan membentuk bakal lubang hidung dan akan membentuk lens

placode yang nantinya akan membentuk bakal mata

Page 27: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

27

Dan pada hari ke 48 bentukan orofacial sudah mulai jelas, dimanakah posisi daun

telinga, hidung, mandibula, dan maksila yang nantinya akan dilahirkan.

Postnatal

Remodelling Lengkung Atas

Rahang atas diperluas ke posterior dengan cara aposisi tulang pada permukaan

luar kortikal tuberositas maksila dan resorpsi pada lempeng dalam. Hal ini

menyebabkan fossa pterygopalatina dan pteryomaxillary fissure (PTM) untuk

bergerak ke posterior (PTM diilustrasikan sebagai teardrop terbalik,seperti pada

sefalogram).

Page 28: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

28

Kiri: Fossa Pterygopalatina terletak antara lempeng pterygoid dan tuberositas

maksila.

Primary dan secondary displacement maxilla

Referensi bidang vertical = garis PTM

Referensi bidang horizontal = bidang oklusal fungsional

Kiri : Pertumbuhan panjang maksila dan pergeseran ke anterior secara

simultan (primary displacement). Keduanya berubah mengambil tempat dengan

jumlah yang sama.

Page 29: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

29

Kanan : Secondary displacement maksila dihasilkan dari pembesaran middle

cranial fossa.

Primary displacement kompleks nasomaxillary

Struktur tulang tumbuh ke atas dan ke belakang {<=) karena proses deposisi dan

resorpsi. Secara simultan seluruh kompleks nasomaxillary berpindah Ke depan.

«=>) oki diperlukan ruangan untuk aposisi tulang yang dihasilkan sekitar

permukaan artikularis. Primary displacement sllu mengambil tempat berlawanan

arah dgn vektor pertumbuhan tulang.

Kanan : secara diagramatik memperlihatkan peristiwa selama primary

displacement Tulang diremodeling dan berpindah pada arah yang berlawanan

secara simultan.

Page 30: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

30

Secondary displacement kompleks nasomaxillary

Proses ini tidak berhubungan dengan pertumbuhan tulang itu sendiri. Tipe

displacement ini dimulai dengan pembesaran tulang dari Jaringan lunak

sekitarnya. Hal ini berefek dalam meneruskan/mentransfer dari tulang ke tulang

dan berkembang pada daerah yang relatif jauh. Secondary displacement kompleks

nasomaxillary disebabkan oleh pertumbuhan middle cranial fossa dan lobus

temporalis dan arahnya ke depan dan ke bawah (=>)kanan : secara diagramatik

memperlihatkan secondary displacement tulang berpindah tanpa mengalami

remodeling .

I. Pembentukan Mandibula

Pertumbuhan dan Perkembangan Prenatal

Kartilago dan tulang mandibula dibentuk dari sel embrio neural crest yang

berasal dari otak bagian tengah dan belakang dari neural folds. Sel-sel ini

bermigrasi ke ventral untuk membentuk tonjolan mandibula (dan maksila) pada

wajah, dimana mereka berdiferensiasi menjadi tulang dan jaringan ikat.

Page 31: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

31

Mandibula dihasilkan dari osifikasi membran osteogenik yang dibentuk

dari kondensasi ektomesenkim pada pembentukan hari ke 36-38. Ektomesenkim

mandibula ini harus berinteraksi pertama kali dengan epitelium lengkung

mandibula sebelum osifikasi primer terjadi; tulang hasil osifikasi intramembran

terletak lateral dari kartilago Meckel’s dari lengkung pertama faringeal

(mandibula). Pusat osifikasi untuk untuk masing-masing bagian mandibula naik

pada minggu ke 6 post konsepsi (mandibula dan klavikula merupakan tulang

pertama yang mengalami osifikasi).

osifikasi menyebar ke atas untuk membentuk cekungan untuk

pembentukan gigi. Penyebaran osifikasi intramembran ke arah dorsal dan ventral

membentuk korpus dan ramus mandibula. Kartilago Meckel’s dikelilingi oleh

tulang. Osifikasi berhenti ke arah dorsal yang akan menjadi lingula mandibula,

dimana kartilago Meckel’s berlanjut menjadi telinga bagian tengah. Keberadaan

bundel neurovaskular memastikan bentuk foramen mandibula dan kanalis

mandibularis serta foramen mentalis.

Skema asal mandibula. Pusat osifikasi terletak di sampng tulang rawan

Meckel pada bifurkasi saraf alveolar inferior.

Page 32: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

32

Kartilago Meckel’s yang kekurangan enzim fosfatase ditemukan pada saat

osifikasi kartilago, sehingga menghalangi proses osifikasi; hampir seluruh

kartilago Meckel’s hilang pada minggu ke 24 post konsepsi. Bagian-bagiannya

berubah menjadi ligamen sphenomandibular dan anterior malleolar. Bagian akhir

ventral (dari foramen mentalis berjalan ke arah ventral dari simfisis) membentuk

tulang endokondral yang tergabung menjadi dagu pada mandibula. Kartilago

Meckel’s bagian dorsal hingga foramen mentalis mengalami resorpsi pada

permukaan lateral bersamaan dengan terbentuknya trabekula tulang

intramembranous ke arah lateral teresobsi menjadi kartilago. Kartilago dari

foramen mentalis ke lingula tidak terhubung kepada osifikasi mandibula.

Kartilago aksesori sekunder muncul antara minggu ke 10 dan 14 post

konsepsi untuk membentuk kepala kondilus, bagian dari prosesus koronoideus

dan mental protuberance (gbr 12-1). Penampilan dari kartilago sekunder

mandibula ini memisahkan diri dari faringeal primer (Meckel’s)dan kartilago

kondrokranial

Kartilago kondilus merupakan awal dari kondilus itu sendiri. Sel-sel

kartilago berdiferensiasi dari pusatnya, dan kartilago kepala kondilus bertambah

besar oleh karena pertumbuhan interstitial dan aposisi. Pada minggu ke 14, hasil

pertama dari adanya tulang endokondral muncul pada regio kondilus. Kartilago

kondilus merupakan pusat pertumbuhan yang sangat penting untuk ramus dan

Page 33: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

33

korpus mandibula. Pertumbuhan yang alami ini – primer (sumber utama dari

morfogenesis) atau sekunder ( kompensasi stimulasi fungsional)

Perubahan posisi dan bentuk mandibula berhubungan dengan arah

dan jumlah dari pertumbuhan kondilus. Angka pertumbuhan kondilus meningkat

pada saat pubertas, puncaknya antara 12,5 tahun dan 14 tahun, dan normalnya

berhenti pada usia 20 tahun.

Cartilage derivatives of arches in 24 wk foetus

Pada bulan ke-5 masa kehidupan fetus, semua cartilago sudah

digantikan sebagian besar oleh trabekula tulang. Selama periode ini

penebalan zona cartilago akan berkurang perlahan-lahan karena

aktifitas proliferasi dari sel-sel fibro sellular tumbuh lebih lambat,

sampai akhirnya cartilago menghilang dan tulang pengganti

membentuk seluruh bagian prosesus kondilaris tersebut.

(Lateral view of the head and neck region of an older fetus, showing derivatives

of the arch cartilages participating in formation of bones of the face.)

Page 34: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

34

Pertumbuhan dan Perkembangan Post Natal

Pada saat lahir mandibula walaupun terdeteksi dengan jelas, sangat

berbeda pada berbagai aspek dari tulang dewasa. Perbedaan utamanya terletak

pada sudut mandibula yang tumpul, ramus yang lebih kecil bila dibandingkan

dengan korpus. Pada saat organ-organ benih gigi susu mulai berdiferensiasi,

mandibula akan mulai membentuk hubungan dengan benih gigi tersebut.

Skema unit skeletal mandibula

Page 35: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

35

Lokasi utama pertumbuhan mandibula postnatal berada di kartilago

condylar, yang posterior berbatasan dengan ramus, dan alveolar ridge. Daerah

deposisi tulang yang luas sebagian besar memperhitungkan untuk peningkatan

tinggi, panjang, dan lebar mandibula.

*Panah ke bawah, transposisi ke bawah dan ke depan dari mandibula terhadap

dasar kranial

*Panah ke atas, arah pertumbuhan ke atasdan ke belakang

Page 36: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

36

*Mandibula neonatal(atas), seorang anak berusia 4 tahun(tengah), dan orang

dewasa(bawah), yang menunjukkan lebar bagian tubuh mandibula yang konstan,

tetapi dengan perluasan ke lateral dari ramus.

*Skema perluasan perubahan arah foramen mentalis dari lateral, pada bayi

menjadi ke belakang pada orang dewasa, sebagai akibat dari pergeseran

mandibula dan ikut terseretnya bundelneurovaskular mentalis.

Page 37: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

37

Awalnya, mandibula yang jauh lebih besar dari rahang atas, yang

kemudian terlihat bahwa pertumbuhan maksila lebih besar, sekitar 8 minggu

pasca konsepsi, pertumbuhan maksila overlap dengan mandibula. Pertumbuhan

yang lebih besar pada mandibula menghasilkan ukuran yang hampir sama antara

rahang atas dan rahang bawah pada minggu ke 11. Pertumbuhan mandibula

lambat bahkan berhenti pada minggu ke 13 dan 20 karena adanya peralihan dari

kartilago Meckel ke kartilago sekunder kondilus sebagai penentu utama

pertumbuhan pada mandibula. Namun, meskipun maksila jauh lebih besar,

mandibula dapat tumbuh lebih panjang jika dibandingkan dengan maksila.

Page 38: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

38

3.4 KELAINAN-KELAINAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

OROFASIAL

1 Mikrisefalus: Bentuk dan isi kepala lebih kecil, disebabkan karena terjadi

osifikasi dini, yang mencegah pengembangan ruang cranial.

2 Siklopi : Berasal dari kata yunani Cyclops artinya mata tunggal. Keadaan ini

disebabkan karena kegagalan ujung anterior buluh neural. Kelaianan bola

mata ini disertai dengan kelainan roman muka.

3 Kranioskisis : Kelainan pembentukan tulang atau kepala yang gagal menyatu,

sehingga terbentuk celah pada atap tulang kepala.

4 Hidrosefalus : Keadaan ini disebut water head, disebabkan karena terlalu

banyak cairan serebrospinal pada ventrikel lateral gelambir otak.

5 Agnasia : Kelainan yang ditandai dengan tidak ada rahang

6 Brakhignasia : Kelaianan rahang bawah, bentuknya terlalu kecil.

7 Prognasia : Kelainan rahang bawah, bentuknya terlalu besar

Page 39: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

39

8 Makrostomia : Kelainan mulut, bentuknya terlalu kecil.

9 Mikrostomia : Kelainan mulut, bentuknya terlalu kecil.

10 Makronagsia : Adalah keadaan dimana mandibular dan regio protuberansia

lebih besar daripada ukuran normal

11 Mikrognasia : Kelainan rahang, bentuknya lebih kecil disebabkan karena

hambatan pertumbuhan rahang.

(Radiograf dari perkembangan mandibula yang kurang sempurna pada remaja

putri berumur 17 tahun. Semua gigi tetap ada, diberi kawat ortodonti.)

12 Asefhali : Tidak adanya kepala, merupakan cacat yang paling ekstrim. Str

uktur postcranial dapat terus tumbuh dalam uterus, namun keadaan ini bersifat

letal bagi bayi yang lahir.

Page 40: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

40

13 Anensephali : Tidak adanya otak menimbulkan akraniac (tidak adanya

tengkorak).

14 Anoptalamus : Kelainan pembentukan bola mata, penderita tidak memiliki

bola mata.

15 Anosia : Kelainan pembentukan telinga, penderita tidak memiliki daun

telinga, kebalikannya disebut polisia.

16 Ankilosis : Gangguan perkembangan dan pembentukan sendi mandibula.

17 Strabismus : Kelainan otot bola mata, mata penderita bergetar, karena

kontraksi otot mata yang terus menerus.

18 Rhinoschisis, cheiloskhisis, sumbing:.

Page 41: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

41

Pengertian umum celah bibir (cleft lip)

Celah bibir (cleft lip) merupakan kelainan kongenital yang disebabkan

gangguan perkembangan wajah pada masa embrio. Celah dapat terjadi pada

bibir, langit-langit mulut (palatum), ataupun pada keduanya. Celah pada bibir

disebut labiochisis sedangkan celah pada langit-langit mulut disebut

palatoschisis. Penanganan celah adalah dengan cara pembedahan.

Etiologi celah bibir

Etiologi celah bibir adalah multifaktorial dan etiologi celah bibir belum

dapat diketahui secara pasti. Pembentukan bibir terjadi pada masa embrio

minggu keenam sampai minggu kesepuluh kehamilan. Penyebab kelainan ini

dipengaruhi berbagai faktor, disamping faktor genetik sebagai penyebab celah

bibir, juga faktor non genetik yang justeru lebih sering muncul dalam

populasi, kemungkinan terjadi satu individu dengan individu lain berbeda.

Klasifikasi celah bibir dan celah langit-langit

Klasifikasi yang diusulkan oleh Veau dibagi dalam 4 golongan yaitu :

Golongan I : Celah pada langit-langit lunak (gambar 1).

Golongan II : Celah pada langit-langit lunak dan keras dibelakang foramen

insisivum (gambar 2).

Golongan III : Celah pada langit-langit lunak dan keras mengenai tulang

alveolar dan bibir pada satu sisi (gambar 3).

Golongan IV : Celah pada langit-langit lunak dan keras mengenai tulang

alveolar dan bibir pada dua sisi (gambar 4)

Page 42: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

42

19 Holopronsefali : kelainan otak dengan berbagai derajat hilangnya struktur

pada garis tengah. Hilangnya garis tengah bisa meluas hingga terjadi

penyatuan ventrikel lateral. Cacat ini timbul dalam perkembangan yang sangat

dini, pada saat terjadinya neurulasi (hari ke 19-21) ketika garis tengah otak

depan sedang dibentuk.

20 Mikroglosia : Lidah yang gagal bertumbuh dengan kecepatan normal,

menyebabkan terbentuknya lidah kecil abnormal.

Page 43: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

43

21 Makroglosia : Lidah bertumbuh berlebihan, besar, disebabkan oleh

hipertrofi otot lidah.

22 Aglossia : Lidah gagal bertumbuh.

23 Sumbing Lidah : Celah bibir, terganggunya perpaduan bagian kanan dan

kiri lidah.

24 Celah palatum merupakan tanda sejumlah cacat kongenital, misalnya

mandibulofacialdisostorsis (treacher collin sindrom), migrognatia (piere robin

sindrom) dan orodigitofacial disostosis.

Page 44: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

44

BAB IV

KESIMPULAN

1. Pertumbuhan dan perkembangan orofasial adalah perkembangan embrio

yang dimulai dari pembentukan mulut dan sekaligus mendasari

pembentukan wajah.

2. Pembentukan embrio secara organogenesis dimulai dari peleburan sel

sperma dan sel telur yang bersatu kemudian menjadi zigot, kemudian

berkembang menjadi morula, blastula, kemudian menempel pada dinding

uterus dan berkembang menjadi embrio.

3. Pertumbuhan dan perkembangan orofasial memiliki dua fase

pembentukan. Fase prenatal (sejak telur matang dan dibuahi sampai lahir)

dan fase postnatal (sejak lahir sampai dewasa).

4. Pertumbuhan dan perkembangan orofasial dipengaruhi oleh faktor internal

dan faktor eksternal. Faktor internal adalah horrmon dari ibu dan

penurunan sifat (gen). Faktor eksternal adalah faktor persalinan, faktor

pascapersalinan dan faktor prenatal.

5. Kegagalan pada pertumbuhan dan perkembangan orofasial dapat

menyebabkan cacat ketika lahir yang mempengaruhi kelainan fungsi.

Page 45: Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1

45

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Endah Mardiati,drg., Sp.Ort (K). 2012. Jurnal Proses Tumbuh Kembang

Mandibula Program Study Spesialis Kedokteran Gigi Anak. Bandung: Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran.

IES PURBA. 2011. Anatomi dan Fisiologi Hidung dan Sinus Paranasal. Medan:

Universitas Sumatra Utara

MANICKAM, M. VIGNESVARY. 2012. Rekontruksi Celah Bibir Bilateral

dengan Metode Barsky. Medan: Universitas Sumatra Utara.

Ph.D Sadler T.W. 2000. Embriologi Kedokteran Langman edisi 7. Jakarta:EGC

Skripsi Sri Haryuti Fakultas Kedokteran Gigi ,Universitas Hasanuddin Makassar,

2013 : Teknik Operasi Celah Bibir dan Langit-langit yang Digunakan di Sulawesi

Selatan pada Tahun 2010-2013

Sperber, G. H.1991.Embriologi Kraniofacial Edisi 4. Alih Bahasa: Lilian

Yuwono.Jakarta:Hipokrates.

Yatim, Widan. 1994. Reproduksi dan Embryologi. Bandung: Tarsito.