Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1
-
Upload
nadia-farhatika -
Category
Documents
-
view
187 -
download
39
description
Transcript of Laporan Tutorial Skenario 1 Stomatognasi 1
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan ridho-Nya, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas laporan ini tepat
pada waktunya. Makalah ini membahas mengenai Pertumbuhan dan
Perkembangan Wajah. Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai
laporan hasil tutorial kedua mata kuliah Blok Stomatognasi 1
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. drg. Hafiedz Maulana, M.Biomed selaku dosen dan fasilitator yang telah
memberikan bimbingan kepada kami hingga terselesainya penyusunan
laporan ini.
2. Anggota kelompok II yang telah berperan aktif dalam diskusi maupun
pembuatan laporan hasil tutorial ini.
Dalam tugas yang telah diberikan, kami menyadari bahwa laporan ini masih
banyak kekurangan dan kesalahan dari apa yang diharapkan. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun bagi
perbaikan makalah ini. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.
Jember, 18 Februari 2015
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar …………………………………………… 1
Daftar Isi …………………………………………… 2
BAB I Pendahuluan …………………………………………… 3
BAB II Tinjauan Pustaka …………………………………………… 7
BAB III Pembahasan …………………………………………… 9
3.1 Periode Pertumbuhan dan Perkembangan Orofasial Secara Umum … 9
3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pertumbuhan dan Perkembangan Orofasial ………………………… 9
3.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Orofasial ………………………… 12
pada Masa Prenatal dan Postnatal ……………………………………
3.4 Kelainan Pertumbuhan dan Perkembangan Orofasial ………………… 38
BAB IV Kesimpulan …………………………………………… 44
Daftar Pustaka …………………………………………… 45
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan manusia di muka bumi ini dimulai dari embrio. Masa
embrio adalah dasar dari seluruh sistem organ manusia nantinya. Apakah
nornal atau abnormal, semuanya ditentukan saat pertumbuhan dan
perkembangan masa embrio. Dalam bidang kedokteran gigi, bagian embrio
yang diutamakan pengamatan pertumbuhan dan perkembangannya adalah
bagian orofasial. Bagian orofasial ini meliputi perkembangan embrio yang
dimulai dari pembentukan mulut dan sekaligus mendasari pembentukan
wajah. Setiap manusia pasti mengalami pertumbuhan dan perkembangan dan
setiap perubahan yang terjadi pasti ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada anak. sebelum
membahas tentang faktor apa saja yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan ada baiknya kita mengetahui apa itu pertumbuhan dan apa
itu perkembangan.
Pertumbuhan adalah suatu proses pertambahan ukuran, baik volume,
bobot, dan jumlah sel yang bersifat irreversible (tidak dapat kembali ke asal).
Sedangkan, perkembangan adalah perubahan atau diferensiasi sel menuju
keadaan yang lebih dewasa.
Pertumbuhan dan perkembangan memiliki arti yang sangat penting
bagi makhluk hidup. Misalnya pada manusia, dengan tumbuh dan berkembang
dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dan melestarikan
keturunannya. Sewaktu masih bayi, balita, dan anak kecil, manusia memiliki
daya tahan tubuh yang masih lemah sehingga mudah terserang penyakit.
Tetapi, setelah tumbuh dan berkembang menjadi dewasa, daya tahan tubuhnya
semakin kuat sehingga kelangsungan hidupnya lebih terjamin.
Banyak faktor yang bisa mempengaruhi pertumbuhan anak. Menurut
Ali Khomsan, (2004) pertumbuhan fisik seorang anak dipengaruhi oleh dua
4
faktor dominan yaitu lingkungan dan genetis. Kemampuan genetis dapat
muncul secara optimal jika didukung oleh faktor lingkungan yang kondusif,
yang dimaksud dengan faktor lingkungan di sini adalah intake gizi. Apabila
terjadi tekanan terhadap dua faktor di atas, maka muncullah growth faltering.
Hal senada juga diungkapkan oleh Soetjiningsih (2001) bahwa faktor
genetik merupakan modal dasar mencapai hasil pertumbuhan. Faktor internal
seperti biologis, termasuk genetic dan faktor eksternal seperti status gizi.
Faktor internal (genetic) antara lain termasuk berbagai faktor bawaan, jenis
kelamin, obstetrik dan ras atau suku bangsa. Apabila potensi genetik ini dapat
berinteraksi dengan lingkungan yang tidak baik maka akan menghasilkan
gangguan pertumbuhan. Gangguan pertumbuhan di Negara maju lebih sering
diakibatkan oleh faktor genetik ini. Di Negara sedang berkembang, gangguan
pertumbuhan selain disebabkan oleh faktor genetik juga dipengaruhi oleh
lingkungan yang tidak memungkinkan seseorang tumbuh secara optimal.
1.2 Skenario
Pertumbuhan dan Perkembangan Wajah
Pertumbuhan adalah suatu proses pertambahan ukuran, baik volume,
bobot, dan jumlah sel yang bersifat irreversible, sedangkan perkembangan
adalah deferensiasi sel menuju keadaan yang lebih dewasa. Pertumbuhan dan
perkembangan memiliki arti dan fungsi yang sangat penting bagi makhluk
hidup. Salah satu dari tahap dari proses pertumbuh dan perkembangan tersebut
adalah pertumbuhan dan perkembangan orofasial. Perkembangan orofasial
adalah perkembangan embrio yang dimulai dari pembentukan mulut dan
sekaligus mendasari pembentukan wajah.
5
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakangmasalah yang ada, maka perumusan masalah yang
dimuat di laporan tutorial ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana periode pertumbuhan dan perkembangan secara umum?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan orofasial?
3. Bagaimana proses pertumbuhan dan perkembangan orofasial dalam
masa prenatal?
4. Bagaimana proses pertumbuhan dan perkembangan orofasial dalam
masa postnatal?
5. Apa saja kelainan pada pertumbuhan dan perkembangan orofasial
1.4 Tujuan Pembelajaran
Dari beberapa hal di atas, tujuan pembelajaran yang ingin kami capai, antara lain sebagai
berikut:
1. Mampu menjelaskan periode pertumbuhan dan perkembangan secara
umum.
2. Mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan orofasial.
3. Mampu menjelaskan proses pertumbuhan dan perkembangan orofasial
dalam masa prenatal.
4. Mampu menjelaskan proses pertumbuhan dan perkembangan orofasial
dalam masa postnatal.
5. Mampu menjelaskan kelainan pada pertumbuhan dan perkembangan
orofasial.
6
1.5 Mapping
1.6 Manfaat Pembelajaran
Dari beberapa hal di atas, manfaat pembelajaran yang ingin kami capai, antara
lain sebagai berikut:
1. Mampu mengetahui dan menjelaskan proses pertumbuhan dan
perkembangan orofasial dalam masa prenatal dan postnatal.
2. Mampu mengetahui dan menjelaskan kelainan-kelainan pada
pertumbuhan dan perkembangan orofasial.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan adalah proses perubahan jasmani yang terjadi sampai
mencapai kematangan fisik yang bersifat kuantitatif yang dialami oleh individu
yang satu dengan yang lain berbeda. perkembangan adalah perkembangan adalah
perubahan individu yang lebih ke arah rohaniah yang menjadi unik untuk setiap
individu, karena perkembangan individu berbeda, perkembangan juga memiliki
pola-pola tersendiri yang khas yang hanya bisa diamati tanpa bisa diukur.
Perkembangan orofasial adalah perkembangan embrio yang dimulai dari
pembentukan mulut dan sekaligus mendasari pembentukan wajah. Ada dua fase
utama pertumbuhan dan perkembangan: 1. Prenatal (sejak telur matang dan
dibuahi sampai lahir) 2. Postnatal (sejak lahir sampai dewasa)
Perkembangan prenatal terdiri dari tiga tahap, yaitu :
1. Tahap impalntasi
Dimulai saat pembuahan sampai akhir minggu ketiga kehamilan
2. Tahap embrio
Awal minggu keempat sampai minggu ketujuh kehamilan
o Terjadi diferensiasi jaringan dan pembentukan organ
defenitive
o Jaringan saraf berpoliferasi sangat cepat dengan
menutupnya tabung saraf (neural tube) dan fleksi dari
segmen anterior membentuk bagian-bagian otak.
o Jantung mulai berdenyut, sehingga darah dapat bersirkulasi
melalui sistem vaskularisasi yang baru terbentuk meskipun
struktur jantung belum terbentuk sempurna
8
o Terlihat primordialvdari struktur wajah, ekskremitas, dan
organ dalam
3. Tahap fetus
Dimulai minggu kedelapan sampai lahir. Pada tahap ini
diferensiasi seluruh organ telah sempurna, bertambah dalm ukuran,
pertumbuhan progresif struktural skeletal, muskulus dan terutama
otak
9
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 PERIODE PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SECARA
UMUM
1. Masa prenatal (masa janin dalam kandungan)
Periode penting adalah trisemester pertama kehamilan.
2. Masa bayi umur 0-11 bulan :
a. Masa neonatal : 0-28 hari
b. Masa post neonatal : 29 hari – 11 bulan
3. Masa anak balita (12-59 bulan)
Kecepatan pertumbuhan menurun dan perkembangan motorik meningkat.
4. Masa pra sekolah (60-72 bulan)
Pertumbuhan berlangsung stabil.
3.2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN OROFASIAL
A. Faktor Internal
1. Herediter (keturunan) Bentuk wajah seseorang merupakan hasil
perpaduan antara pola dari gen yang berasal dari kedua orang tua
2. Faktor Risiko Janin
a) Kehamilan Kembar
b) Jenis Kelamin
3. Genetik
10
Struktur kromosom yang biasanya memiliki gen resesif yang terletak
pada kromosom autosom.
Mutasi gen.
Daya kerja terhadap penderita kelainan bisa mengakibatkan kelainan
letal dan subletal. Mutasi gen ini bisa terjadi karena kelainan
kromosom yaitu seperti delesi, duplikasi, translokasi, inverse yang
disebabkan oleh mutagen.
4. Usia
5. Ras
6. Gangguan perkembangan oleh sebab yang tidak diketahui
B. Faktor Eksternal
1. Trauma
a. Trauma prenatal
Contoh :
Hipoplasia mandibula mengakibatkan trauma selama kelahiran
Trauma pada persendian temporomandibularis menyebabkan
fungsi dan pertumbuhan yang tidak seimbang sehingga
terjadiasimetri dan disfungsi persendian.
b. Trauma postnatal
Contoh : Fraktur rahang atau gigi
2. Agen fisik
a. Prematur ekstraksi gigi susu
b. Makanan
Contoh : Pada masyarakat primitive cenderung memakan makananan
berserat, sedangkan masyarakat kota cenderung memakan makanan lunak
3. Kebiasaan buruk
a. Mengisap jempol dan mengisap jari
11
b. Menjulurkan lidah
c. Mengisap dan menggigit bibir
d. Posture
e. Menggigit kuku
f. Kebiasaan buruk lain
4. Penyakit
a. Penyakit sistemik
b. Penyakit endokrin
c. Penyakit-penyakit lokal
Penyakit nasopharingeal dan gangguan pernapasan
Penyakit periodontal
Tumor
Karies
5. Malnutrisi
Selama anak dalam kandungan, ibu harus memperoleh cukup
kalsium, fosfor vit A, C, D untuk menjamin kebutuhan foetus akan zat-zat
tersebut. Zat-zat ini dengan pengawasan fungsi hormon yang seimbang
merupakan faktor yang penting bagi pertumbuhan tulang.
6. Faktor Risiko Ibu
a) Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghamba
pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang
terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi
hormon pertumbuhan.
b) Paparan bahan kimia
c) Merokok
12
d) Alkohol
e) Psikologi ibu
Akibat jika calon ibu tidak memenuhi kebutuhan gizi janinnya.
Kekurangan :
o Protein : gigi yang tumbuh lebih kecil dari ukuran normal, mengurangi
email dan terjadi gangguan erupsi.
o Vitamin K : sumbing
o Vitamin B : berkurangnya kekuatan gigi
o Vitamin D : dentin tidak beraturan, dan mengalami gangguan pulpa
Jika gizi yang diberikan pada janin tidak cukup, misalnya kekurangan kalsium
maka akan diambil dari ibu. Sehingga kekuatan gigi ibu berkurang, dan
mempermudah terjadinya karies.
7. Iklim
8. Lingkungan
3.3 PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN OROFASIAL PADA
MASA PRENATAL DAN POSTNATAL
A. Pembentukan Mata
Mata dibentuk oleh neuro-ektoderm, ektoderm permukaan dan
mesoderm. Proses Petumbuhan dan Perkembangan mata pada masa
prenatal adalah sebagai berikut:
1. Mula-mula tampak adanya gelembung ke lateral dari bagian otak depan
yang disebut gelembung optic (optic vesicle).
2. Gelembung optic membentuk lapisan baru sehingga menjadi dua lapisan
yang disebut mangkuk mata (optic cup).
3. Gelembung optic tersebut akan berpisah dengan lapisan di dinding otak,
tetapi masih dihubungkan oleh tangkai optic (optic stalk).
13
4. lapisan ektoderm makin menebal, bundar dan padat yang disebut
gelembung lensa (lens vesicle).
5. Antara gelembung lensa dan mangkuk optic dihubungkan oleh khoroid
mata.
Otot ekstrinsik berasal dari somitomer prakordal dan lapisan
ektodermal cutaneous di atas kornea akan membentuk konjungtiva.
Lapisan ektodermal dengan core sentral mesensim membentuk kelopak
mata. Kelopak mata menutup pada akhir minggu ke-8 dan tertutup sampai
bulan ke-7.
Saat bayi telah dilahirkan merkea tidak langsung bisa melihat, tingkat
ketajamannya hanya pada membedakan antara gelap dan terang. Namun
mata terus berkembang tingkat ketajamannya hingga bulan ke-6, selama 6
bulan ini disebut sebagai periode kritis. Pada akhirnya bayi akan dapat
mengenali dan membedakan benda-benda yang ada di sekitarnya.
14
B. Pembentukan Telinga
1. Pertumbuhan dan perkembangan branchial apparatus
Selain proses pertumbuhan Dan perkembangan rongga mulut
terjadi pula pertumbuhan dan perkembangan branchial apparatus
yang meliputi :
branchial arches
branchial pounhes
branchial grooves
branchial membrane
2. Branchial arches
Mula-mula dibentuk branchial arch I / pharyngeal arch I, kemudian
disusul dengan pembentukan branchial arch II hingga branchial
arch VI. Namun branchial arch V rudimenter sehingga branchial
arch IV bergabung dengan branchial arch VI.
Dari branchial apparatus inilah akan dibentuk organ-organ, rahang
atas, rahang bawah, lidah, larynx. Pharynx, os hyoid, otot-otot
wajah, ligamentum, arteri vena, nervus dll .
3. Branchial pounches
Branchial pounches membentuk :
cavum tympanica
antrum mastoideum
tuba eustachii
ini semua adalah bagian dari telinga tengah
15
Pada Branchial pounches lapisan endoderm akan berdifferensiasi
membentuk tonsila palatina dan fossa supratonsiliaris
Bagian dorsal akan berdifferensiasi membentuk glandula
parathyroid inferior lalu bermigrasi ke arah dorsal glandula
thyroid. Sedangkan bagian ventral akan berdifferensiasi
membentuk primordia glandula thymus kemudian bermigrasi ke
arah caudal dan medial selanjutnya bagian kanan dan kiri berfusi
membentuk glandula thymus
Bagian dorsal juga berdifferensiasi membentuk glandula
parathyroid superior kemudian bermigrasi ke dorsal glandula
thyroid. Bagian ventral berdifferensiasi membentuk ultimo
branchial body lalu bermigrasi dan berfusi dengan glandula thyroid
4. Branchial groove
Branchial groove terdiri dari 1 – 4. Branchial groove I akan
membentuk meatus acusticus externa, sedangkan Branchial groove
yang lain akan hilang sehingga leher menjadi rata.
5. Branchial membrane
Sama dengan Branchial groove, branchial membrane I akan
membentuk membran tympanica, sedangkan branchial membrane
yang lain akan menghilang
C. Pembentukan Hidung
a. Prenatal
Pada akhir minggu ke-4, mulai tampak tonjol-tonjol wajah yang terbentuk
dari mesenkim yang berasal dari krista neuralis. Pada minggu keempat
pula mulai tampak lengkung faring, tonjol maksila dan tonjol mandibula.
Tetapi pada gambar ini memperlihatkan kedudukan faring
16
o Kemudian pada gambar ke-2 merupakan pandangan frontal
mudigah yang berumur 4,5 minggu, dimana telah terlihat
prominensia frontalis. Disisi kanan dan kiri prominensia frontalis,
muncul penebalan-penebalan setempat dari ectoderm permukaan,
yaitu plakoda nasal. Plakoda nasal ini merupakan cikal bakal
hidung.
o
Selama minggu ke-5 plakoda-plakoda hidung tersebut mengalami
invaginasi membentuk lubang hidung.
Kemudian plakoda hidung ini membentuk suatu rigi jaringan yang
mengelilingi masing-masing lubang dan membentuk tonjol hidung.
Tonjol-tonjol yang berada di tepi luar lubang adalah tonjol hidung lateral ;
17
dan yang berada di tepi dalam adalah tonjol hidung medial.
Selama minggu ke-6, lubang hidung makin bertambah dalam, sebagian
karena tumbuhnya tonol-tonjol hidung yang ada disekitarnya dan sebagian
lagi Karenna lubang ini menembus ke dalam mesenkim dibawahnya. Bisa
dilihat pada gambar A yang memperlihatkan potongan sagital melalui
lubang hidung dan pinggir bawah tonol hidung medial, sedangkan gambar
B adalah gambar yang sama dengan gambar A tetapi mempelihatkan
pecahnya membrane oronasal
Munculnya rongga hidung primitive yang berhubungan langsung dengan
rongga mulut, terjadi pada minggu ke 7. Pada minggu ini pula, tonjolan
maksila terus bertambah besar ukurannya. Serentak dengan itu tonjol itu
tumbuh kearah medial, sehingga mendesak tonjol garis medial kearah
garis tengah. Kemudian celah tonjol hidung medial dan tonjol hidung
maksila hilang bersatu membentuk bibir atas.
18
Sedangkan bibir bawah dan rahang
bawah dibentuk dari tonjol mandibula yang menyatu digaris tengah.
Pada minggu ke 9 sudah terlihat pemisahan rongga hidung tetap dan
rongga mulut tetap.
b. Postnatal
Munculnya sinus paranasal, perkembangannya melalui tahapan yang
spesifik.
Sinus maksila dan sinus etmoid telah ada saat lahir Saat itu sinus maksila
sudah terbentuk dengan sangat baik dengan dasar agak lebih rendah dari
19
batas atas meatus inferior. Setelah usia 7 tahun ukuran dan bentuknya
berkembang cepat.
Sinus frontal berkembang dari sinus etmoid anterior pada anak usia + 8
tahun
Sinus sphenoidalis dimulai pada usia 8-10 tahun berasal dari bagian
posterior-superior rongga hidung
Sinus etmoid berkembang sesuai dengan bertambahnya usia sampai
mencapai masa pubertas.
D. Pembentukan Bibir
a. Prenatal
Pada saat minggu ke lima, dua tonjolan akan tumbuh dengan
cepat, yaitu tonjolan nasal medial dan lateral. Tonjolan nasal lateral
akan membentuk alae hidung, sedangkan tonjolan medial akan
membentuk (1) bagian tengah hidung, (2) bagian tengah bibir atas, (3)
bagian tengah rahang atas, serta (4) seluruh langit-langit primer.
Secara simultan, tonjolan maksila akan mendekati tonjolan nasal
lateral dan medial akan tetapi tetap tidak menyatu karena dipisahkan
oleh suatu lekukan yang jelas.
Selama dua minggu berikutnya terjadi perubahan bermakna
pada wajah. Tonjolan maksila terus tumbuh kearah medial dan
menekan tonjolan nasal kearah midline. Selanjutnya terjadi penyatuan
tonjolan-tonjolan nasal dengan tonjolan maksila disisi lateral. Jadi
bibir bagian atas dibentuk oleh dua tonjolan nasal dan dua tonjolan
maksila.
Prominensia mandibularis pada bagian sebelah kaudal dari
stomodeum akan membentuk bibir bagian bawah dan rahang yang
menyatu di garis tengah.
b. Postnatal
20
Pada saat lahir, permukaan bibir bayi terbagi atas daerah
pengisap di bagian sentral yang mudah bergerak, ditandai dengan fili
yang halus, pars villosa, yang berbeda dari daerah permukaan luar
yang halus, pars glabra, dan daerah vestibulum bagian dalam, pars
mucosa. Bagian vilus bibir bayi bersifat adhesif-lebih daripada bagian
glaborous dan vestibulum; selama menghisap membentuk seal kedap
udara di sekitar putting susu (karena pembengkakan pembuluh darah
dalam vili)
E. Pembentukan Rongga Mulut
Stomodeum dapat dilihat sebagai suatu lekukan dangkal pada
permukaan ectoderm embrio. Kedalaman stomodeum dibatasi oleh
oropharyngeal membrane yang terdiri dari lapisan ectoderm yang berada
di atas lapisan endoderm. Membran ini memisahkan stomodeum dari
primitive pharynx. Pharynx primitive adalah bagian dari cranial yang
merupakan awal dari saluran pencernaan kita.
Pertama, selama minggu ke – 4 Dimulai dengan invaginasi lapisan
ektoderm di bagian caudal dari processus frontonasalis dan disebut
stomodeum (Primitive Oral Cavity) yang merupakan calon rongga mulut.
Disamping itu terjadi pula proses invaginasi pada lapisan endoderm yang
disebut Primitive Digestive Tract yang merupakan calon saluran
pencernaan. Selanjutnya POC dan PDT saling mendekat hingga bertemu
pada membran yang tipis disebut Membrana Bucco Pharyngeal.
Membrana ini akhirnya pecah dan terjadilah hubungan yang sempurna
antara POC dan PDT. Stomodeum akan menjadi oral cavity yang akan
dibatasi oleh oral epithelium. Oral epithelium dan jaringan dibawahnya
akan menjadi gigi dan jaringan disekitarnya.
F. Pembentukan Palatum
Pada perkembangan embriologi, palatum manusia berjalan melalui
beberaapa tahap yang mencerminkan pembagian ruang oronasal.
21
Perkembangan nares internal dan choane menandai terbentuknya jalan
napas dengan dibentuknya saluran antara kantung olfaktori dan
stomodeum.
Ada 3 elemen yang membentuk primer sekunder – 2 lereng
palatum rahang atas lateral dan palatum primer dari tonjolan frontonasal –
yang mula-mulanya terpisah jauh, karena orientasi vertikal dari lereng
lateral pada setiap sisi lidah (lihat gb 3.12,3.14,3.15).
Ruang stomodeum terbagi atas rongga hidung dan mulut yang
terpisah bila tonjolan frontonasal dan maxila berkembang horizontal ke
ruang tersebut. Perluasan ini membentuk bagian tengah bibir (tuberkulum)
dan bagian tengah palatum primer tunggal membentuk tonjolan maksila (
gb 3.12). Perkembangan lidah dari dasar mulut akan mengisi ruang
oronasal, antara kedua lereng palatum lateral tersebut ; lereng ini tersusun
vertikal, tetapi akan menjadi horizontal bila stomodeum meluas dan lidah
turun.
Pengangkatan lereng memungkinkan lereng berkontak dengan
garis tengah, palatum primer di depan dan septum nasal di superior (gb
3.15). Penggabungan lereng, yang dimulai dari depan, berkembang ke
belakang. Lereng juga bergabung dengan sptum nasal, kecuali di belakang
22
dimana palatum lunak dan uvula tetap tidak melekat padanya
Osifikasi merupakan dasar dari tulang palatum bagian depan yang
keras. Sepertiga belakang palatum tidak terosifikasi; mesensim tergeser ke
daerah ini dari lengkung brankial pertama dan kedua untuk membentuk
otot palatum lunak, yang menahan inervasi awalnya.
Selama minggu ke 8 terjadi perubahan letak lereng lateral, dari
vertikal ke horizontal, sebagai permulaan dari penggabungn dan
pemisahan ruang oronasal (gb 10.1, 10.2)
Pertumbuhan aposisional dari prosesus alveolar akan menyebabkan
pendalaman, serta pelebaran, vault tulang palatum, dan juga menambah
tinggi serta lebar maksila Prosesus alveolar lateral membantu dalam
membentuk liptan palatal anteroposterior, yang bersama dengan dasar
23
cekung, membentuk tempat untuk lidah, serta terowongan palatum.
G. Pembentukan Lidah
Lidah terbentuk pada minggu ke-4 sampai ke-9 intra uterin. Placode lidah
berasal dari endoderm. Placode ini dapat tersebar dibawah sel epitel
permukaan. Kemudian tumbuh menjadi “taste bud” yang mengandung
saluran yang bermuara di permukaan lidah atau mulut. Lidah tumbuh
berupa tonjolan yang berasal dari penebalan epidermis di rongga mulut.
Benjolan itu ada 3 daerah:
1. tuberculum impar. Benjolan median di tengah batas arcus viseralis I dan
II
2. copula. Benjolan median di tengah arcus viseralis III
3. benjolan sepasang di a nterior tuberculum impar, kiri kanan di tengah
arcus viseralis
Ketiga daerah tersebut akhirnya akan menyatu dan akan membentuk lidah.
Bagian posterior lidah berasal dari arkus faring kedua, ketiga, dan
sebagian dari kekempat. Epiglotis dan bagian paling posterior lidah
disarafi oleh nervus laringeus superior yang mencerminkan bahwa bagian
ini berkembang dari arkus keempat. Otot lidah tumbuh dari sel mesenkim
yang bermigrasi dari myomote daerah kepala, sedangkan papilae lidah
tumbuh berupa kuncup-kuncup halus pada epidermis lidah. Di pangkal
lidah ada tonsil, yang tumbuh dari mesenkim yang berada di dermis
24
H. Pembentukan Maksila
Prenatal
Pada masa 24 hari embrio pertama kali dibentuk adalah frontonasal prominence/
frontonasal process yang nantinya merupakan calon bakal dari Bibir bagian atas,
septum nasal, dan forehead. Sementara pada stomodeum akan berkembang
menjadi rongga mulut
25
Setelah itu bentukan akan berkembang dan didapati ada banyak lipatan-lipatan
yang terdiri dari 6 lipatan yang dinamakan pharingeal arch, pharingeal arch 1
hingga 6 masing-masing memiliki peranan berbeda dalam proses pembentukan
dan untuk haringeal arch yang 1 akan menjadi maksilla dan mandibula.
26
Setelah hari ke 28 maka akan membentuk beberapa bentukan seperti Nasl Placode
yang nantinya akan membentuk bakal lubang hidung dan akan membentuk lens
placode yang nantinya akan membentuk bakal mata
27
Dan pada hari ke 48 bentukan orofacial sudah mulai jelas, dimanakah posisi daun
telinga, hidung, mandibula, dan maksila yang nantinya akan dilahirkan.
Postnatal
Remodelling Lengkung Atas
Rahang atas diperluas ke posterior dengan cara aposisi tulang pada permukaan
luar kortikal tuberositas maksila dan resorpsi pada lempeng dalam. Hal ini
menyebabkan fossa pterygopalatina dan pteryomaxillary fissure (PTM) untuk
bergerak ke posterior (PTM diilustrasikan sebagai teardrop terbalik,seperti pada
sefalogram).
28
Kiri: Fossa Pterygopalatina terletak antara lempeng pterygoid dan tuberositas
maksila.
Primary dan secondary displacement maxilla
Referensi bidang vertical = garis PTM
Referensi bidang horizontal = bidang oklusal fungsional
Kiri : Pertumbuhan panjang maksila dan pergeseran ke anterior secara
simultan (primary displacement). Keduanya berubah mengambil tempat dengan
jumlah yang sama.
29
Kanan : Secondary displacement maksila dihasilkan dari pembesaran middle
cranial fossa.
Primary displacement kompleks nasomaxillary
Struktur tulang tumbuh ke atas dan ke belakang {<=) karena proses deposisi dan
resorpsi. Secara simultan seluruh kompleks nasomaxillary berpindah Ke depan.
«=>) oki diperlukan ruangan untuk aposisi tulang yang dihasilkan sekitar
permukaan artikularis. Primary displacement sllu mengambil tempat berlawanan
arah dgn vektor pertumbuhan tulang.
Kanan : secara diagramatik memperlihatkan peristiwa selama primary
displacement Tulang diremodeling dan berpindah pada arah yang berlawanan
secara simultan.
30
Secondary displacement kompleks nasomaxillary
Proses ini tidak berhubungan dengan pertumbuhan tulang itu sendiri. Tipe
displacement ini dimulai dengan pembesaran tulang dari Jaringan lunak
sekitarnya. Hal ini berefek dalam meneruskan/mentransfer dari tulang ke tulang
dan berkembang pada daerah yang relatif jauh. Secondary displacement kompleks
nasomaxillary disebabkan oleh pertumbuhan middle cranial fossa dan lobus
temporalis dan arahnya ke depan dan ke bawah (=>)kanan : secara diagramatik
memperlihatkan secondary displacement tulang berpindah tanpa mengalami
remodeling .
I. Pembentukan Mandibula
Pertumbuhan dan Perkembangan Prenatal
Kartilago dan tulang mandibula dibentuk dari sel embrio neural crest yang
berasal dari otak bagian tengah dan belakang dari neural folds. Sel-sel ini
bermigrasi ke ventral untuk membentuk tonjolan mandibula (dan maksila) pada
wajah, dimana mereka berdiferensiasi menjadi tulang dan jaringan ikat.
31
Mandibula dihasilkan dari osifikasi membran osteogenik yang dibentuk
dari kondensasi ektomesenkim pada pembentukan hari ke 36-38. Ektomesenkim
mandibula ini harus berinteraksi pertama kali dengan epitelium lengkung
mandibula sebelum osifikasi primer terjadi; tulang hasil osifikasi intramembran
terletak lateral dari kartilago Meckel’s dari lengkung pertama faringeal
(mandibula). Pusat osifikasi untuk untuk masing-masing bagian mandibula naik
pada minggu ke 6 post konsepsi (mandibula dan klavikula merupakan tulang
pertama yang mengalami osifikasi).
osifikasi menyebar ke atas untuk membentuk cekungan untuk
pembentukan gigi. Penyebaran osifikasi intramembran ke arah dorsal dan ventral
membentuk korpus dan ramus mandibula. Kartilago Meckel’s dikelilingi oleh
tulang. Osifikasi berhenti ke arah dorsal yang akan menjadi lingula mandibula,
dimana kartilago Meckel’s berlanjut menjadi telinga bagian tengah. Keberadaan
bundel neurovaskular memastikan bentuk foramen mandibula dan kanalis
mandibularis serta foramen mentalis.
Skema asal mandibula. Pusat osifikasi terletak di sampng tulang rawan
Meckel pada bifurkasi saraf alveolar inferior.
32
Kartilago Meckel’s yang kekurangan enzim fosfatase ditemukan pada saat
osifikasi kartilago, sehingga menghalangi proses osifikasi; hampir seluruh
kartilago Meckel’s hilang pada minggu ke 24 post konsepsi. Bagian-bagiannya
berubah menjadi ligamen sphenomandibular dan anterior malleolar. Bagian akhir
ventral (dari foramen mentalis berjalan ke arah ventral dari simfisis) membentuk
tulang endokondral yang tergabung menjadi dagu pada mandibula. Kartilago
Meckel’s bagian dorsal hingga foramen mentalis mengalami resorpsi pada
permukaan lateral bersamaan dengan terbentuknya trabekula tulang
intramembranous ke arah lateral teresobsi menjadi kartilago. Kartilago dari
foramen mentalis ke lingula tidak terhubung kepada osifikasi mandibula.
Kartilago aksesori sekunder muncul antara minggu ke 10 dan 14 post
konsepsi untuk membentuk kepala kondilus, bagian dari prosesus koronoideus
dan mental protuberance (gbr 12-1). Penampilan dari kartilago sekunder
mandibula ini memisahkan diri dari faringeal primer (Meckel’s)dan kartilago
kondrokranial
Kartilago kondilus merupakan awal dari kondilus itu sendiri. Sel-sel
kartilago berdiferensiasi dari pusatnya, dan kartilago kepala kondilus bertambah
besar oleh karena pertumbuhan interstitial dan aposisi. Pada minggu ke 14, hasil
pertama dari adanya tulang endokondral muncul pada regio kondilus. Kartilago
kondilus merupakan pusat pertumbuhan yang sangat penting untuk ramus dan
33
korpus mandibula. Pertumbuhan yang alami ini – primer (sumber utama dari
morfogenesis) atau sekunder ( kompensasi stimulasi fungsional)
Perubahan posisi dan bentuk mandibula berhubungan dengan arah
dan jumlah dari pertumbuhan kondilus. Angka pertumbuhan kondilus meningkat
pada saat pubertas, puncaknya antara 12,5 tahun dan 14 tahun, dan normalnya
berhenti pada usia 20 tahun.
Cartilage derivatives of arches in 24 wk foetus
Pada bulan ke-5 masa kehidupan fetus, semua cartilago sudah
digantikan sebagian besar oleh trabekula tulang. Selama periode ini
penebalan zona cartilago akan berkurang perlahan-lahan karena
aktifitas proliferasi dari sel-sel fibro sellular tumbuh lebih lambat,
sampai akhirnya cartilago menghilang dan tulang pengganti
membentuk seluruh bagian prosesus kondilaris tersebut.
(Lateral view of the head and neck region of an older fetus, showing derivatives
of the arch cartilages participating in formation of bones of the face.)
34
Pertumbuhan dan Perkembangan Post Natal
Pada saat lahir mandibula walaupun terdeteksi dengan jelas, sangat
berbeda pada berbagai aspek dari tulang dewasa. Perbedaan utamanya terletak
pada sudut mandibula yang tumpul, ramus yang lebih kecil bila dibandingkan
dengan korpus. Pada saat organ-organ benih gigi susu mulai berdiferensiasi,
mandibula akan mulai membentuk hubungan dengan benih gigi tersebut.
Skema unit skeletal mandibula
35
Lokasi utama pertumbuhan mandibula postnatal berada di kartilago
condylar, yang posterior berbatasan dengan ramus, dan alveolar ridge. Daerah
deposisi tulang yang luas sebagian besar memperhitungkan untuk peningkatan
tinggi, panjang, dan lebar mandibula.
*Panah ke bawah, transposisi ke bawah dan ke depan dari mandibula terhadap
dasar kranial
*Panah ke atas, arah pertumbuhan ke atasdan ke belakang
36
*Mandibula neonatal(atas), seorang anak berusia 4 tahun(tengah), dan orang
dewasa(bawah), yang menunjukkan lebar bagian tubuh mandibula yang konstan,
tetapi dengan perluasan ke lateral dari ramus.
*Skema perluasan perubahan arah foramen mentalis dari lateral, pada bayi
menjadi ke belakang pada orang dewasa, sebagai akibat dari pergeseran
mandibula dan ikut terseretnya bundelneurovaskular mentalis.
37
Awalnya, mandibula yang jauh lebih besar dari rahang atas, yang
kemudian terlihat bahwa pertumbuhan maksila lebih besar, sekitar 8 minggu
pasca konsepsi, pertumbuhan maksila overlap dengan mandibula. Pertumbuhan
yang lebih besar pada mandibula menghasilkan ukuran yang hampir sama antara
rahang atas dan rahang bawah pada minggu ke 11. Pertumbuhan mandibula
lambat bahkan berhenti pada minggu ke 13 dan 20 karena adanya peralihan dari
kartilago Meckel ke kartilago sekunder kondilus sebagai penentu utama
pertumbuhan pada mandibula. Namun, meskipun maksila jauh lebih besar,
mandibula dapat tumbuh lebih panjang jika dibandingkan dengan maksila.
38
3.4 KELAINAN-KELAINAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
OROFASIAL
1 Mikrisefalus: Bentuk dan isi kepala lebih kecil, disebabkan karena terjadi
osifikasi dini, yang mencegah pengembangan ruang cranial.
2 Siklopi : Berasal dari kata yunani Cyclops artinya mata tunggal. Keadaan ini
disebabkan karena kegagalan ujung anterior buluh neural. Kelaianan bola
mata ini disertai dengan kelainan roman muka.
3 Kranioskisis : Kelainan pembentukan tulang atau kepala yang gagal menyatu,
sehingga terbentuk celah pada atap tulang kepala.
4 Hidrosefalus : Keadaan ini disebut water head, disebabkan karena terlalu
banyak cairan serebrospinal pada ventrikel lateral gelambir otak.
5 Agnasia : Kelainan yang ditandai dengan tidak ada rahang
6 Brakhignasia : Kelaianan rahang bawah, bentuknya terlalu kecil.
7 Prognasia : Kelainan rahang bawah, bentuknya terlalu besar
39
8 Makrostomia : Kelainan mulut, bentuknya terlalu kecil.
9 Mikrostomia : Kelainan mulut, bentuknya terlalu kecil.
10 Makronagsia : Adalah keadaan dimana mandibular dan regio protuberansia
lebih besar daripada ukuran normal
11 Mikrognasia : Kelainan rahang, bentuknya lebih kecil disebabkan karena
hambatan pertumbuhan rahang.
(Radiograf dari perkembangan mandibula yang kurang sempurna pada remaja
putri berumur 17 tahun. Semua gigi tetap ada, diberi kawat ortodonti.)
12 Asefhali : Tidak adanya kepala, merupakan cacat yang paling ekstrim. Str
uktur postcranial dapat terus tumbuh dalam uterus, namun keadaan ini bersifat
letal bagi bayi yang lahir.
40
13 Anensephali : Tidak adanya otak menimbulkan akraniac (tidak adanya
tengkorak).
14 Anoptalamus : Kelainan pembentukan bola mata, penderita tidak memiliki
bola mata.
15 Anosia : Kelainan pembentukan telinga, penderita tidak memiliki daun
telinga, kebalikannya disebut polisia.
16 Ankilosis : Gangguan perkembangan dan pembentukan sendi mandibula.
17 Strabismus : Kelainan otot bola mata, mata penderita bergetar, karena
kontraksi otot mata yang terus menerus.
18 Rhinoschisis, cheiloskhisis, sumbing:.
41
Pengertian umum celah bibir (cleft lip)
Celah bibir (cleft lip) merupakan kelainan kongenital yang disebabkan
gangguan perkembangan wajah pada masa embrio. Celah dapat terjadi pada
bibir, langit-langit mulut (palatum), ataupun pada keduanya. Celah pada bibir
disebut labiochisis sedangkan celah pada langit-langit mulut disebut
palatoschisis. Penanganan celah adalah dengan cara pembedahan.
Etiologi celah bibir
Etiologi celah bibir adalah multifaktorial dan etiologi celah bibir belum
dapat diketahui secara pasti. Pembentukan bibir terjadi pada masa embrio
minggu keenam sampai minggu kesepuluh kehamilan. Penyebab kelainan ini
dipengaruhi berbagai faktor, disamping faktor genetik sebagai penyebab celah
bibir, juga faktor non genetik yang justeru lebih sering muncul dalam
populasi, kemungkinan terjadi satu individu dengan individu lain berbeda.
Klasifikasi celah bibir dan celah langit-langit
Klasifikasi yang diusulkan oleh Veau dibagi dalam 4 golongan yaitu :
Golongan I : Celah pada langit-langit lunak (gambar 1).
Golongan II : Celah pada langit-langit lunak dan keras dibelakang foramen
insisivum (gambar 2).
Golongan III : Celah pada langit-langit lunak dan keras mengenai tulang
alveolar dan bibir pada satu sisi (gambar 3).
Golongan IV : Celah pada langit-langit lunak dan keras mengenai tulang
alveolar dan bibir pada dua sisi (gambar 4)
42
19 Holopronsefali : kelainan otak dengan berbagai derajat hilangnya struktur
pada garis tengah. Hilangnya garis tengah bisa meluas hingga terjadi
penyatuan ventrikel lateral. Cacat ini timbul dalam perkembangan yang sangat
dini, pada saat terjadinya neurulasi (hari ke 19-21) ketika garis tengah otak
depan sedang dibentuk.
20 Mikroglosia : Lidah yang gagal bertumbuh dengan kecepatan normal,
menyebabkan terbentuknya lidah kecil abnormal.
43
21 Makroglosia : Lidah bertumbuh berlebihan, besar, disebabkan oleh
hipertrofi otot lidah.
22 Aglossia : Lidah gagal bertumbuh.
23 Sumbing Lidah : Celah bibir, terganggunya perpaduan bagian kanan dan
kiri lidah.
24 Celah palatum merupakan tanda sejumlah cacat kongenital, misalnya
mandibulofacialdisostorsis (treacher collin sindrom), migrognatia (piere robin
sindrom) dan orodigitofacial disostosis.
44
BAB IV
KESIMPULAN
1. Pertumbuhan dan perkembangan orofasial adalah perkembangan embrio
yang dimulai dari pembentukan mulut dan sekaligus mendasari
pembentukan wajah.
2. Pembentukan embrio secara organogenesis dimulai dari peleburan sel
sperma dan sel telur yang bersatu kemudian menjadi zigot, kemudian
berkembang menjadi morula, blastula, kemudian menempel pada dinding
uterus dan berkembang menjadi embrio.
3. Pertumbuhan dan perkembangan orofasial memiliki dua fase
pembentukan. Fase prenatal (sejak telur matang dan dibuahi sampai lahir)
dan fase postnatal (sejak lahir sampai dewasa).
4. Pertumbuhan dan perkembangan orofasial dipengaruhi oleh faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal adalah horrmon dari ibu dan
penurunan sifat (gen). Faktor eksternal adalah faktor persalinan, faktor
pascapersalinan dan faktor prenatal.
5. Kegagalan pada pertumbuhan dan perkembangan orofasial dapat
menyebabkan cacat ketika lahir yang mempengaruhi kelainan fungsi.
45
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Endah Mardiati,drg., Sp.Ort (K). 2012. Jurnal Proses Tumbuh Kembang
Mandibula Program Study Spesialis Kedokteran Gigi Anak. Bandung: Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran.
IES PURBA. 2011. Anatomi dan Fisiologi Hidung dan Sinus Paranasal. Medan:
Universitas Sumatra Utara
MANICKAM, M. VIGNESVARY. 2012. Rekontruksi Celah Bibir Bilateral
dengan Metode Barsky. Medan: Universitas Sumatra Utara.
Ph.D Sadler T.W. 2000. Embriologi Kedokteran Langman edisi 7. Jakarta:EGC
Skripsi Sri Haryuti Fakultas Kedokteran Gigi ,Universitas Hasanuddin Makassar,
2013 : Teknik Operasi Celah Bibir dan Langit-langit yang Digunakan di Sulawesi
Selatan pada Tahun 2010-2013
Sperber, G. H.1991.Embriologi Kraniofacial Edisi 4. Alih Bahasa: Lilian
Yuwono.Jakarta:Hipokrates.
Yatim, Widan. 1994. Reproduksi dan Embryologi. Bandung: Tarsito.