Laporan Refleksi Kasus Komuda

8
Laporan Refleksi Kasus Komuda Nama dan No Mahasiswa : Fatih Zaenal Falah (20110310025) Rumah Sakit : RSUD Wates Tanggal stase komuda : 29 Desember 2012 1. Pengalaman: Pada tanggal 25 Desember 2012, Pasien perempuan usia 50 tahun diantar dengan keluarga datang ke RSUD Wates dengan keluhan pasien buang air besar (BAB) cair sebanyak 10x dalam sehari. Dari rekam medis didapatkan informasi bahwa lendir (-), darah (-), mual (+), muntah (-), lemas (+), pusing (+), ma/mi (+/+), tidak muntah bila ma/mi. pasien didiagnosis mengalami DCA dehidrasi sedang. Selama di rawat di RSUD Wates perempuan tersebut di beri infus Ringer Laktat (RL) 20-30 tetes/menit, injeksi Ranitidin 1 ampul/12 jam, arcapec 3x1/hari, acton 3X1 sehari, ciprofloxacin 2x500mg/ hari 2. Masalah yang dikaji : 1. apakah pemberian obat ciprofloxacin pada kasus ini sudah tepat ?

Transcript of Laporan Refleksi Kasus Komuda

Laporan Refleksi Kasus Komuda

Nama dan No Mahasiswa : Fatih Zaenal Falah (20110310025)

Rumah Sakit : RSUD Wates

Tanggal stase komuda : 29 Desember 2012

1. Pengalaman:

Pada tanggal 25 Desember 2012, Pasien perempuan usia 50 tahun diantar dengan

keluarga datang ke RSUD Wates dengan keluhan pasien buang air besar (BAB) cair

sebanyak 10x dalam sehari. Dari rekam medis didapatkan informasi bahwa lendir (-),

darah (-), mual (+), muntah (-), lemas (+), pusing (+), ma/mi (+/+), tidak muntah bila

ma/mi. pasien didiagnosis mengalami DCA dehidrasi sedang. Selama di rawat di

RSUD Wates perempuan tersebut di beri infus Ringer Laktat (RL) 20-30 tetes/menit,

injeksi Ranitidin 1 ampul/12 jam, arcapec 3x1/hari, acton 3X1 sehari, ciprofloxacin

2x500mg/ hari

2. Masalah yang dikaji :

1. apakah pemberian obat ciprofloxacin pada kasus ini sudah tepat ?

3. Analisa Kritis:

Menurut saya pemberian obat ciprofloxacin tidak tepat, karena dirae pada kasus ini

bukan disebabkan oleh adanya proses infeksi, hal ini dilihat dari tanda tanda atau

gejala yang dialami pasien.

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair

(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200

ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari

3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.

Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14

hari, sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Diare dapat

disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab diare yang terbanyak adalah diare

infeksi. Diare infeksi dapat disebabkan Virus, Bakteri, dan Parasit.

Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di negara

berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB

(Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat.

Dinegara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat

tetapi insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan. Di Inggris

1 dari 5 orang menderita diare infeksi setiap tahunnya dan 1 dari 6 orang pasien yang

berobat ke praktek umum menderita diare infeksi. Tingginya kejadian diare di negara

Barat ini oleh karena foodborne infections dan waterborne infections yang disebabkan

bakteri Salmonella spp, Campylobacter jejuni, Stafilococcus aureus, Bacillus cereus,

Clostridium perfringens dan Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC).

Di negara berkembang, diare infeksi menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk

setiap tahun. Di Afrika anak anak terserang diare infeksi 7 kali setiap tahunnya di banding

di negara berkembang lainnya mengalami serangan diare 3 kali setiap tahun.

Di Indonesia dari 2.812 pasien diare yang disebabkan bakteri yang datang kerumah sakit

dari beberapa provinsi seperti Jakarta, Padang, Medan, Denpasar, Pontianak, Makasar dan

Batam yang dianalisa dari 1995 s/d 2001 penyebab terbanyak adalah Vibrio cholerae 01,

diikuti dengan Shigella spp, Salmonella spp, V. Parahaemoliticus, Salmonella typhi,

Campylobacter Jejuni, V. Cholera non-01, dan Salmonella paratyphi A.

Klasifikasi diare

Pengelompokan diare dapat berdasarkan banyak hal. Secara klinis, dapat dibedakan

menjadi dua kelompok sindroma diare, yaitu diare cair dan disentri atau diare

berdarah, masing-masing menggambarkan patogenesis yang berbeda.6,9

Klasifikasi diare lain berdasarkan adanya invasi barier usus oleh mikroorganisme

tersering penyebab diare (virus, bakteri maupun protozoa), dapat dikelompokkan

sebagai diare infeksi atau non infeksi.26,27 Berdasarkan patomekanisme terjadinya

diare, dapat dibedakan menjadi diare sekretorik atau diare osmotik. 24,26,28 Diare dapat

juga diklasifikasikan berdasar derajat dehidrasinya. Haroen Noerasid membagi diare

berdasarkan dehidrasi ringan, sedang dan berat.29 Sedangkan menurut UKK gastro-

hepatologi IDAI, 2009 berdasarkan derajat dehidrasi yang terjadi, diare terbagi

menjadi dehidrasi berat, dehidrasi tak berat dan tanpa dehidrasi.9 Pengelompokan

berdasarkan waktu terjadinya diare, meliputi : diare akut, diare kronik dan diare

persisten.9,25

Ciprofloxacin

Cara keja obat :

Siprofloksasin merupakan anti infeksi sintetik golongan kuinolon yang menghambat

DNA-girase. Tidak menunjukkan resistensi paralel terhadap antibiotika lain yang

tidak termasuk dalam golongan karboksilat. Efektif terhadap bakteri yang resisten

terhadap antibiotika lam misalnya aminoglikosida, penisilin, sefalosporin dan

tetrasiklin. Siprofloksasin efektif terhadap bakteri gram-negatif dan gram-positif.

Indikasi :

Untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh kuman patogen yang peka terhadap

siprofloksasin pada saluran kemih kecuali prostatitis; uretritis dan servisitis gonore;

saluran pernafasan kecuali pneumonia oleh streptokokus; kulit dan jaringan lunak;

tulang dan sendi; saluran pencemaan termasuk demam tifoid dan paratifoid.

Peringatan dan Perhatian :

Hati-hati bila diberikan pada usia lanjut, epilepsi, pendenta SSP serta gangguan fungsi

ginjal. Untuk menghindari terjadinya kristaluria maka harus diminum dengan air yang

cukup. Selama minum obat ini tidak boleh mengendarai kendaraan bermotor atau

menjalankan mesin terutama bila diminum dengan alkohol.

Efek Samping :

Terjadi keluhan pada saluran pencernaan seperti mual,diare,muntah,dispepsia sakit

perut, kembung dan anoreksia. Terjadi gangguan SSP seperti pusing, sakit kepala,

rasa letih. Jarang terjadi gangguan penglihatan. Efek terhadap darah : eosinofilia,

leukositopenia, leukositosis, anemia.

Reaksi hipersensitif : ruam/reaksi kulit. Pada penderita gangguan fungsi hati, dapat

meningkatkan serum transaminase. Bila terjadi efek samping konsultasikan dengan

dokter.

Kontra indikasi :

Penderita yang hipersensitif terhadap siprofloksasin atau dengan derivat kinolon yang

lain. Wanita hamil atau menyusui, anak-anak dan remaja yang masih dalam tahap

pertumbuhan.

Interaksi Obat :

Penyerapan siprofloksasin dipengaruhi oleh antasida yang mengandung aluminium

hidroksida atau magnesium hidroksida. Bila siprofloksasin diberikan bersama teofilin,

akan terjadi peningkatan kadar teofilin dalam plasma yang tidak diinginkan. Apabila

pemberian bersamaan dengan teofilin tidak dapat dihindari, maka konsentrasi teofilin

dalam plasma harus dimonitor, bila perlu dosis teofilin dikurangi. Hindarkan

pemberian bersama dengan probenesid dan antikoagulan kumarin.

4. Dokumentasi:

Nama : Rokhyah

Umur : 50

Jenis kelamin : perempuan

Agama : islam

Pekerjaan : wiraswasta

Alamat : Kuncen Rt/Rw 005/003 Bendungan wates

Pemeriksaan fisik

Tekanan Darah : 130/80 mmhg

Suhu : 37,5oc

Nadi : 102x/menit

RR : 24x/menit

KU : Lemas, compos mentis

Pemeriksaan laboratorium

Hb : 13,0

AL : 16,7

AT : 297

HT : 39,3

AE : 4,43

5. Referensi:

1. www.health.nsw.gov.au

2. e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara

3. www. scribd. Com

4. Warpadji, Sarwono, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, Volume I, Edisi III, FKUI, Jakarta.

Dokter Pembimbing FKIK UMY

( dr. Ikhlas M. Jenie, Mmed.sc )