LAPORAN REFLEKSI KASUS KOMUDA blok 13.doc

5
LAPORAN REFLEKSI KASUS KOMUDA Nama dan No Mahasiswa : Ewo jatmiko 20100310006 Tempat Komuda : RSJ SOEROJO Magelang 1. Pengalaman Seorang pasien laki-laki berumur 62 tahun mengalami perubahan perilaku seperti mendengar suara suara aneh (tuyul), mendengar bisikan, bicara sendiri, suka menyendiri, tidak bisa tidur, nafsu makan kurang, pasien juga tampak bingung suka marah marah. Dari pemeriksaan fisik keadarannya compos mentis, kemudian vital sign tensi 130/70mmHg, respirasi 14-16x permenit, nadi 81x permenit, suhu 38 derajat Celsius. Pasien juga diperiksa status mentalnya dimana deskripsi umum sikap dan tingkah laku non kooperatif dan hiperaktif, tanda jenis kelamin laki- laki sesuai umur, pakaian dan kerapian rawat diri baik, perhatian dengan pemeriksa mudah ditarik tetapi susah dicantumkan, afek inappropriate, mood eutimik, bentuk pikir non realistic, isi pikir bizarre, proses pikir lambat, hendaya bahasa lambat, persepsi halusinasi auditorik, orientasi W/T/O/S buruk, insight penyangkalan dirinya sakit. Setelah pasien dirawat kurang lebih 1 bulan keadaan pasien menjadi lebih baik dan lebih tenang, pertama kali dirawat pasien mendapatkan injeksi Lodomer 1A IM, injeksi Diazepam 1A IM, kemudian dokter juga memberikan obat antipsikotik yaitu Risperidone 2x2 mg, pasien juga mendapatkan obat lain seperti Trihexyphenidil 2x2 mg. Setelah pasien tenang dan membaik dokter tidak

Transcript of LAPORAN REFLEKSI KASUS KOMUDA blok 13.doc

Page 1: LAPORAN REFLEKSI KASUS KOMUDA blok 13.doc

LAPORAN REFLEKSI KASUS KOMUDA

Nama dan No Mahasiswa : Ewo jatmiko 20100310006

Tempat Komuda : RSJ SOEROJO Magelang

1. PengalamanSeorang pasien laki-laki berumur 62 tahun mengalami perubahan perilaku seperti mendengar suara suara aneh (tuyul), mendengar bisikan, bicara sendiri, suka menyendiri, tidak bisa tidur, nafsu makan kurang, pasien juga tampak bingung suka marah marah. Dari pemeriksaan fisik keadarannya compos mentis, kemudian vital sign tensi 130/70mmHg, respirasi 14-16x permenit, nadi 81x permenit, suhu 38 derajat Celsius. Pasien juga diperiksa status mentalnya dimana deskripsi umum sikap dan tingkah laku non kooperatif dan hiperaktif, tanda jenis kelamin laki- laki sesuai umur, pakaian dan kerapian rawat diri baik, perhatian dengan pemeriksa mudah ditarik tetapi susah dicantumkan, afek inappropriate, mood eutimik, bentuk pikir non realistic, isi pikir bizarre, proses pikir lambat, hendaya bahasa lambat, persepsi halusinasi auditorik, orientasi W/T/O/S buruk, insight penyangkalan dirinya sakit. Setelah pasien dirawat kurang lebih 1 bulan keadaan pasien menjadi lebih baik dan lebih tenang, pertama kali dirawat pasien mendapatkan injeksi Lodomer 1A IM, injeksi Diazepam 1A IM, kemudian dokter juga memberikan obat antipsikotik yaitu Risperidone 2x2 mg, pasien juga mendapatkan obat lain seperti Trihexyphenidil 2x2 mg. Setelah pasien tenang dan membaik dokter tidak memberikan injeksi Lodomer 1A IM dan injeksi diazepam 1A IM tapi dokter trus memberikan obat Risperidone 2x2 mg.

2. Masalah yang dikajiMengapa dokter memberikan injeksi Lodomer 1A IM?Apa hubungannya pemberian injeksi Lodomer 1A IM dengan Trihexyphenidil 2x2 mg?Mengapa dokter tidak melanjutkan injeksi Lodomer 1A IM?Apa fungsi pemberian injeksi Diazepam Ia pada pasien?Apa perbedaannya injeksi Lodomer 1A IM dengan Risperidone 2x2 mg?

Page 2: LAPORAN REFLEKSI KASUS KOMUDA blok 13.doc

3. Analisa kritisDokter memberikan injeksi Lodomer 1A IM itu dengan tujuan untuk memberikan obat antipsikotik secara langsung, karena kita tau lodomer merupakan merek dagang dari Haloperidol. Pada pasien ini dokter memutuskan untuk memberikan Lodomer 1A IM dengan maksud dan tujuan agar terapinya memiliki efek terapi yang lebih cepat. Karena kita tau bahwa Lodomer atau Haloperidol itu merupakan obat dari golongan Antagonis Reseptor Dopamin yaitu obat yang selektif dalam penanganan skizofrenia, terutama gejala positif contohnya waham dan halusinasi. Obat golongan ini memiliki kekurangan yang sangat utama, yang pertama, hanya persentase kecil pasien yang terbantu. Yang kedua adalah obat golongan Antagonis Reseptor Dopamine memiliki efek samping yang menganggu dan sangat serius, dimana efek yang paling serius adalah akatisia dan gejala lir (seperti) Parkinson berupa rigriditas dan tremor atau biasanya sering disebut gejala ekstrapiramidal sindrom (EPS). Sehingga jika pasien diberikan Lodomer (Haloperidol) maka untuk mencegah efek samping dari obat tersebut maka harus dibarengi/diberikan obat Trihexyphenidil 2x2 mg pada waktu yang bersamaan.

Dokter hanya memberikan injeksi Lodomer 1A IM 1x karena dengan lasan obat ini memiliki efek samping yang begitu menakutkan sehingga untuk mencegah ataupun menghindari hal yang tidak diinginkan maka dokter hanya memberikan 1x dan mengganti dengan obat psikotik lainnya yaitu Risperidone yang berasal dari golongan Antagonis Serotonin-Dopamin (SDA). Golonagn Antagonis Serotonin-Dopamin (SDA) ini menimbulkan gejala ekstrapiramidal sindrom (EPS) yang paling minimal ataupun tidak ada,dengan demikian obat ini memiliki keefektifitasan yang sangat tinggi, sehingga obat ini efektif dalam mengatasi gejala positif dan negative pada penderita skizofrenia.

Pasien juga diberikan injeksi Diazepam 1A IM oleh dokter dengan tujuan untuk mengatasi keadaan dimana pasien sulit tidur. Dalam alloamanamnesis ataupun autoanamnesis mengatakan bahwa pasien kesulitan untuk tidur dan sering terjaga pada malam hari. Dan dalam pemberiannya pun dokter hanya memberikan 1x injeksi. Hal itu bertujuan untuk mencegah efek ketagihan pada obat golongan Benzodiazepine. Karena golongan obat Benzodiazepine ini adalah obat untuk pengelolaan anxietas akut dan agitasi dan memiliki efek samping mengantuk.

Sekarang akan dibahas mengenai perbedaan Lodomer 1A IM dengan Risperidone. Lodomer sama dengan Haloperidol, Lodomer sudah saya jelaskan di paragraph pertama, dan tentang Risperidone juga sudah dijelaskan dalam paragraph kedua. Jadi intinya/kesimpulannya adalah Haloperidol merupakan obat golongan Antagonis Reseptor Dopamin sedangkan Risperidone merupakan obat golongan Anntagonis Serotonin-Dopamin (SDA). Untuk kefektifitasannya Haloperidol maupun Risperidone

Page 3: LAPORAN REFLEKSI KASUS KOMUDA blok 13.doc

sama dalam mengatasi gejala positif, tetapi dalam mengatasi gejala negative Risperidone lebih diunggulkan. Dalam hal efek samping jelas Haloperidol memiliki gejala ekstrapiramidal sindrom (EPS) yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan Risperidone. Dan mempertimbangkan hal demikianlah sehingga dokter hanya melakukan sekali injeksi Lodomer 1A IM dan melanjutkan pengobatan dengan Risperidone.

4. Dokumentasi

Page 4: LAPORAN REFLEKSI KASUS KOMUDA blok 13.doc

5. Refrensi