Laporan pendahuluan Typhoid

16
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN A. Definisi Typhoid Tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. (Bruner dan Sudart, 2000). Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Thypi (Arief Mansjoer, 2000). Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng Soegijanto, 2002). Demam Tifoid (entric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna, dengan gejala demam kurang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran. Penyakit infeksi dari salmonella (salmonellosis) ialah segolongan penyakit infeksi yang disebabkan oleh sejumlah besar spesies yang tergolong dalam genus salmonella, biasanya mengenai saluran pencernaan (Hasan & Alatas, 1991). Pertimbangkan demam tifoid pada anak yang demam dan memiliki salah satu tanda seperti diare (konstipasi), muntah, nyeri perut, dan sakit kepala (batuk).

description

laporan pendahuluan

Transcript of Laporan pendahuluan Typhoid

Page 1: Laporan pendahuluan Typhoid

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Typhoid

Tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi

salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah

terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella.

(Bruner dan Sudart, 2000).

Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman

salmonella Thypi (Arief Mansjoer, 2000).

Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai

dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus,

pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng Soegijanto,

2002).

Demam Tifoid (entric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya

mengenai saluran cerna, dengan gejala demam kurang lebih dari satu minggu, gangguan

pada pencernaan, dan gangguan kesadaran. Penyakit infeksi dari salmonella

(salmonellosis) ialah segolongan penyakit infeksi yang disebabkan oleh sejumlah besar

spesies yang tergolong dalam genus salmonella, biasanya mengenai saluran pencernaan

(Hasan & Alatas, 1991). Pertimbangkan demam tifoid pada anak yang demam dan

memiliki salah satu tanda seperti diare (konstipasi), muntah, nyeri perut, dan sakit kepala

(batuk). Hal ini terutama bila demam telah berlangsung selama 7 hari atau lebih dan

penyakit lain sudah disisihkan (WHO, 2005).

`

B. Etiologi Thypoid

Penyebab penyakit ini adalah jenis Salmonella typhosa, kuman ini memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

a. Basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar dan tidak berspora.

b. Memiliki paling sedikit 3 macam antigen, yaitu antigen O (somatic yang terdiri atas

zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flagella), dan antigen Vi. Berdasarkan

hasil pemeriksaan laboratorium pasien, biasanya terdapat zat anti (aglutinin) terhadap

ketiga macam antigen tersebut.

Page 2: Laporan pendahuluan Typhoid

Salmonella terdiri atas beratus-ratus spesies, namun memiliki susunan antigen

yang serupa, yaitu sekurang-kurangnya antgen O (somatik) dan antigen H (flagella).

Perbedaan diantara spesies tersebut disebabkan oleh faktor antigen dan sifat biokimia.

Mekanisme masuknya kuman di awali dengan infeksi yang terjadi pada

saluran pencernaan, basil diserap oleh usus melalui pembuluh limfe lalu masuk ke

dalam peredaran darah samapai keorgan-organ lain, terutama hati dan limpa. Basil

yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limpa sehingga organorgan

tersebut akan membesar disertai dengan rasa nyeri pada perabaan, kemudian basil

masuk kembali ke dalam darah (bakterimia) dan menyebar keseluruh tubuh terutama

dalam kelenjar limfoid usus halus, sehingga menimbulkan tukak berbentuk lonjong

pada mukosa diatas plak penyeri; tukak tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan

perforasi usus. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin, sedangkan gejala pada

saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus.

Prognosis demam tifoid pada anak baik bila pasien segera berobat. Mortalitas

pada pasien yang dirawat adalah + 6%. Prognosis ini menjadi buruk bila terdapat

gambaran klinis yang berat seperti demam tinggi (hiperpireksia) atau febris kontinua,

kesadaran sangat menurun (sopor, koma, atau delirium), terdapat komplkasi yang

berat misalnya dehidrasi dan asidosis, serta perforasi.

C. Patofisiologis Demam Tifoid

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang

dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah),

Fly(lalat), dan melalui Feses.

Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella

thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana

lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila

orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan

makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat

melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan

dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan

mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu

masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial

ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia,

kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.

Page 3: Laporan pendahuluan Typhoid

Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh

endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa

endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia

berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus

halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang

sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.

Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara

3-60 hari) bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi

penderita tetap dalam keadaan asimtomatis. (Soegeng soegijanto, 2002)

D. Manifestasi Klinis Thypoid

Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan

penderita dewasa. Masa inkubasi rata – rata 10 – 20 hari. Selama masa ini, ditemukan

gejala prodormal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu , nyeri kepala, dan tidak

semangat. Kemudian gejala klinis yaitu demam, gangguan pencernaan hingga penurunan

kesadaran.

a. Demam.

Page 4: Laporan pendahuluan Typhoid

Demam merupakan gejala utama deman tifoid. Awalnya, demam hanya samar-samar

saja, selanjutnya turunnaik yakni pada pagi lebih rendah, sementara sore dan malam

lebih tinggi. Demam dapat mencapai 39 – 40 derajat celcius. Pada minggu ke-2

intensitas demam semakin tinggi. Bila pasien membaik, maka pada minggu ke-3 suhu

tubuh berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ke-3. Tidak selalu ada

bentuk demam yang khas pada demam tifoid. Tipe demam menjadi tidak beraturan,

mungkin karena intervensi pengobatan atau komplikasi yang dapat terjadi lebih awal.

Pada anak khususnya balita, demam tinggi dapat menimbulkan kejang.

b. Gangguan pada saluran pencernaan.

Pada mulut terdapat napas bau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah. Lidah

ditutupi selaput putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan. Penderita mengeluh nyeri

perut, terutama nyeri uluhati disertai mual muntah serta diare ataupun konstipasi.

Pada pemeriksaan ditemukan perut kembung, hati dan limpa membesar disertai nyeri

pada perabaan.

c. Gangguan kesadaran.

Umumnya terdapat penurunan kesadaran ringan. Bila gejala berat, tak jarang

penderita sampai koma.

d. Disamping gejala-gejala tersebut, dapat pula ditemukan gejala lain seperti roseola,

yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam. Kadang-kadang ditemukan

penurunan denyut jantung pada anak yang lebih besar dan mungkin pula ditemukan

perdarahan hidung.

E. Komplikasi

Komplikasi biasanya terjadi pada usus halus, namun hal tersebut jarang terjadi. Apabila

komplikasi ini terjadi pada seorang anak, maka dapat berakibat fatal. Gangguan pada usus

halus ini dapat berupa:

a. Perdarahan usus

Apabila perdarahan terjadi dalam jumlah sedikit, perdarahan tersebut hanya dapat

ditemukan jika dilakukan pemeriksaan feses dengan bezidin. Jika perdarahan banyak,

maka dapat terjadi melena yang bisa disertai nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.

Perforasi usus biasanya timbul pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada

bagian usus distal ileum.

b. Perforasi

Page 5: Laporan pendahuluan Typhoid

Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di

rongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara di antara hati dan

diafragma pada foto Rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.

c. Peritonitis

Peritonitis biasanya menyertai perforasi, namun dapat juga terjadi tanpa perforasi

usus. Ditemukan gejala abdomen akut seperti nyeri perut yang hebat, dinding

abdomen tegang (defence muscular), dan nyeri tekan.

d. Komplikasi di luar usus

Terjadi lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis,

ensefelopati, dan lain-lain. Komplikasi di luar usus ini terjadi karena infeksi sekunder,

yaitu bronkopneumonia.

F. Pemeriksaan Penunjang Demam Tifoid

1. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap

Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal.

Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder.

2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh.

Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus

3. Pemeriksaan Uji Widal

Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri Salmonella

typhi. Uji Widal dimaksudkan untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum

penderita Demam Tifoid. Akibat adanya infeksi oleh Salmonella typhi maka penderita

membuat antibodi (aglutinin) yaitu:

Aglutinin O: karena rangsangan antigen O yang berasal dari tubuh bakteri

Aglutinin H: karena rangsangan antigen H yang berasal dari flagela bakteri

Aglutinin Vi: karena rangsangan antigen Vi yang berasal dari simpai bakter.

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglitinin O dan H yang digunakan untuk

diagnosis Demam Tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan

menderita Demam Tifoid. (Widiastuti Samekto, 2001)

G. Terapi Demam Tifoid

1. Kloramfenikol. Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat diberikan

secara oral atau intravena, sampai 7 hari bebas panas

Page 6: Laporan pendahuluan Typhoid

2. Tiamfenikol. Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.

3. Kortimoksazol. Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol

dan 80 mg trimetoprim)

4. Ampisilin dan amoksilin. Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2 minggu

5. Sefalosporin Generasi Ketiga. dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc, diberikan

selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari

6. Golongan Fluorokuinolon

Norfloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari

Siprofloksasin : dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari

Ofloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari

Pefloksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari

Fleroksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari

Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan tertentu seperti: Tifoid

toksik, peritonitis atau perforasi, syok septik, karena telah terbukti sering ditemukan

dua macam organisme dalam kultur darah selain kuman Salmonella typhi. (Widiastuti

S, 2001)

H. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Demam Tifoid

1. Asuhan Keperawatan Anak dengan Demam Thypoid

a. Pengkajian keperawatan

1) Identifikasi. Pemyakit ini sering ditemukan pada anak berumur diatas 1 tahun.

2) Keluhan utama berupa perasaan tidak enak badan,lesu,nyeri kepala,pusing dan

kurang bersemangat,serta nafsu makan berkurang (terutama selama inkubasi).

3) Suhu tubuh. Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu,

bersifat febris remiten, dan suhunya tidak tinggi sekali. Selama minggu

pertama, suhu tubuh berangsur-angsur baik setiap harinya, biasanya menurun

pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Pada minggu

kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam. Saat minggu ketiga, suhu

berangsur turun dan normal kmbali pada akhir ketiga.

4) Kesadaran. Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak seberapa

dalam, yaitu apatis sampai somnolen; jarang terjadi stupor, koma, atau gelisah

(kecuali bila penyakitnya berat dan terlambat mendapat pengobatan). Selain

gejala-gejala tersebut, mungkin dapat ditemukan gejala lainnya, seperti pada

punggung dan anggota gerak dapat ditemukan reseola(bintik-bintik kemerahan

Page 7: Laporan pendahuluan Typhoid

karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minmggu

pertama demam), kadang ditemukan juga bradikardi dan eptistaktis pada anak

yang lebih besar.

5) Pemeriksaan fisik

a) Mulut: terdapat nafas yang berbau tidak sedap, bibir kering, dan pecah-

pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue),

sementara ujung dan tepinya berwarna kemerahan, dan jarang disertai

tremor.

b) Abdomen: dapat ditemukan keadaan perut kembung (meterorismus),

bisa terjadi konstipasi, diare, atau normal.

c) Hati dan limfe: membesar disertai dengan nyeri pada perabaan.

6) Pemeriksaan laboratorium

a) Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia,

limfositosis relatif, dan aneosinofilia pada permukaan yang sakit.

b) Kultur darah (biakan, empedu) dan widal.

c) Biakan empedu basil salmonella typhosa dapat ditemukan dalam darah

pasien pada minggu pertama sakit. Selanjutnya, lebih sering ditemukan

dalam urin dan feses

d) Pemeriksaan widal, pemeriksaan yang diperlukan adalah titer zat anti

terhadap antigen O. Titer yang bernilai 1/200 atau lebih merupakan

kenaikan yang progesif.

2. Diagnosa Keperawatan Anak Demam Tifoid

a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

b. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan, dan

peningkatan suhu tubuh

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak ada

nafsu makan, mual, dan kembung

Page 8: Laporan pendahuluan Typhoid

3. Perencanaan Keperawatan Anak Demam Tifoid

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional

1 Hipertermi b.d proses

infeksi

Suhu tubuh kembali normal

dengan kriteria hasil :

- Suhu 36,5 – 37,40C

- Bibir lembab

- Nadi normal

- Kulit tidak teraba panas

- Observasi keadaan umum dan

tanda-tanda vital terutama suhu

tubuh tiap 2-4 jam.

- Berikan kompres hangat

- Atur suhu ruangan yang nyaman.

- Mengetahui keadaan umum dan

tanda-tanda vital pasien

- Mengurangi peningkatan suhu

tubuh

- Memberikan suasana yang

menyenangkan dan

menghilangkan

ketidaknyamanan.

2 Risiko kurangnya

volume cairan b.d

kurangnya intake cairan,

dan peningkatan suhu

tubuh

Kebutuhan cairan terpenuhi

dengan kriteria hasil :

- Tidak mual

- Tidak demam

- Suhu tubuh dalam batas

normal

- Monitor keadaan umum dan

tanda-tanda vital pasien

- Monitor dan catat intake dan

output cairan

- Kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian antiemetic

- Untuk mengetahui keadaan

umum dan tanda-tanda vital

klien

- Untuk mengetahui

keseimbangan intake da output

cairan

- Untuk mengetahui pemberian

dosis yang tepat

3 Perubahan nutrisi

kurang dari kebutuhan

tubuh b.d tidak ada

nafsu makan, mual, dan

Kebutuhan nutrisi terpenuhi

dengan criteria hasil :

- Tidak demam

- Berikan makanan yang tidak

merangsang saluran cerna, dan

sajikan dalam keadaan hangat

- Untuk menimbulkan selera

pasien dan mengembalikan

status nutrisi

Page 9: Laporan pendahuluan Typhoid

kembung - Mual berkurang

- Tidak ada muntah

- Porsi makan tidak

dihabiskan

- Monitor dan catat makanan yang

dihabiskan pasien

- Untuk mengetahui

keseimbangan haluaran dan

masukan

Page 10: Laporan pendahuluan Typhoid

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer, Suprohaitan, Wahyu Ika W, Wiwiek S. Kapita Selekta Kedokteran.

Penerbit Media Aesculapius. FKUI Jakarta. 2000.

Brunner & Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, edisi vol 2. Jakarta : EGC.

Ranuh, Hariyono dan Soeyitno, dkk. Buku Imunisasi Di Indonesia, edisi pertama. Satgas

Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2001.

Soegeng Soegijanto. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba

Medika. Jakarta. 2002.

Widiastuti Samekto. Belajar Bertolak dari Masalah Demam Typhoid. Badan Penerbit

Universitas Diponegoro. Semarang. 2001.