Makalah Typhoid

26
LAPORAN KASUS ANAK MODUL KEPANITRAAN JUNIOR DEMAM TIFOID TUTOR : dr. Huda marlina wati oleh : Rani febriani 11101054 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ABDURRAB 1

Transcript of Makalah Typhoid

LAPORAN KASUS ANAKMODUL KEPANITRAAN JUNIORDEMAM TIFOIDTUTOR : dr. Huda marlina wati

oleh :Rani febriani11101054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS ABDURRABPEKANBARU2015

STATUS PASIEN1. IDENTITASIdentitasNama penderita: An. RJenis kelamin: Laki-lakiUmur: 5 tahunAlamat: Perum Panorama Blok JNama Ayah: Tn. ZUmur: 34 tahunPekerjaan: PedagangPendidikan: SMANama Ibu: Ny. DUmur: 30 tahunPekerjaan: Ibu Rumah TanggaPendidikan: SMAHubungan. dengan orangtua: Anak kandung1. ANAMNESA (Alloanamnesa)Keluhan utama Demam naik turun sejak 8 hari yang laluRiwayat Penyakit Sekarang Demam naik turun sejak 8 hari sebelum masuk rumah sakit, meningkat pada malam hari dan menurun saat pagi hari, tapi tidak mencapai suhu normal. SMRS untuk menghilangkan demam ibu pasien biasanya mengompres dengan air hangat, kemudian berobat ke puskesmas dan diberi obat penurun panas berupa paracetamol sirup, yang diminum 3x sehari namun demam tak kunjung sembuh. Nafsu makan dan minum berkurang, pasien terlihat lemas. disertai muntah 4 hari yang lalu dalam sehari muntah 3x, muntah berisi makanan dan minuman yang dimakan, dan setelah 2 hari ini tidak ada muntah Pasien sulit buang air besar sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit. Tidak terdapat bintik-bintik merah pada tubuh

Riwayat Penyakit KeluargaDalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti ini. Riwayat Kehamilan : Riwayat Kehamilan: Hamil aterm dan tidak ada masalah selama kehamilan Perawatan antenatal: Teratur Tempat lahir: Rumah Sakit Ditolong oleh: Dokter Cara persalinan: Spontan Berat badan lahir: 3000 gram Panjang badan lahir: 48 cm Usia gestasi: Cukup bulan Keadaan bayi saat lahir: Langsung menangis, anggota tubuh lengkap Kelainan bawaan (sebutkan ): Tidak ada Anak ke 2 dari 2 anak

Riwayat Perkembangan: Pertumbuhan Gigi I: 6 bulan Psikomotor: tengkurap : 4 bulan berdiri : 11 bulan bicara : 10 bulan duduk : 6 bulan berjalan: 12 bulan Gangguan perkembangan: disangkal

Riwayat MakananTidak terdapat alergi makanan dan sebelum mengalami demam,pola makan pasien teratur 3x sehari, pasien suka jajan dipinggir jalan. Susu, merk, dan takaran: SGM Eksplor buah dan sayur, takaran (3x sehari) Kesulitan makanan bila ada: tidak terdapat kesulitan Kesan (pola, kualitas & kuantitas) : Pola makan cukup baik, kualitas dan kuantitas makanan baik

Riwayat Imunisasi BCG : Usia 1 bulan DPT : 4 kali, usia 2, 4, 6, 18 bulan Polio : 4 kali, usia 0, 2, 4, 6 bulan Campak: 1 kali, usia 9 bulan Hepatitis B: 3 kali, usia 0, 1 dan 6 bulan Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai umurRiwayat Penyakit DahuluDahulunya pasien tidak pernah sakit seperti ini.Riwayat Sosial Ekonomi dan LingkunganAnggota lain yang serumah: Tidak adaMasalah dalam keluarga: Tidak adaPerumahan: Cukup padatKeadaan rumah: Ventilasi baik Daerah lingkungan: BersihSumber Air Lingkungan: Air PAMSumber Air lain: Sumur

1. PEMERIKSAAN FISIKStatus Present Keadaan umum: Tampak sakit sedang Kesadaran: Compos Mentis Nadi: 104 x/menit, Respirasi: 20 x/menit Suhu: 38,4 C BB: 18 kg Tinggi badan: 85 cmStatus Generalis1. Kelainan mukosa kulit/subkutan yang menyeluruh Pucat: (+) Turgor: normalKepala Bentuk: Dbn Bulat, simetris UUB: Dbn Normocephal (normal) Rambut: Dbn Hitam, lurus, tidak mudah dicabut Kulit: Tidak ada kelainan Mata: Dbn Kelopak mata cekung, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, kornea jernih, lensa jernih, refleks cahaya (+/+). Telinga: Bentuk normal, simetris, liang lapang, serumen (-/-) Hidung: Bentuk normal, septum deviasi (-), pernafasan cuping hidung (-), sekret (-) Mulut: Sianosis (-), lidah kotor (+), faring tidak hiperemisLeher Bentuk: Simetris Trakhea: Deviasi (-) KGB: Tidak membesar ThoraksParu- Inspeksi:dbn, Bentuk dada normal, pergerakan dinding dada simetris, retraksi (-), gerakan pernafasan simetris, irama teratur, frekuensi 20x/menit- Palpasi : dbn, Fremitus vokal simetris kanan dan kiri- Perkusi: dbn, Sonor dikedua lapangan paru- Auskultasi: dbn, Suara nafas : Vesikuler, suara nafas tambahan (-)

Jantung- Inspeksi : dbn, Iktus kordis terlihat- Palpasi: dbn, Iktus kordis teraba SIC V linea midklavikularis sinistra (1cm), ictus cordis tidak kuat angkat- Perkusi:dbn, Batas atas SIC II garis parasternalis dextra Batas jantung kanan SIC IV garis parasternalis dextra Batas jantung kiri SIC V garis midklavikula sinistra- Auskultasi: dbn, Bunyi jantung I-II norma, murmur (-), gallop (-)

Abdomen Inspeksi: Perut tampak datar Palpasi: Supel, turgor menurun, nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tidak teraba. Perkusi: dbn,Timpani. Auskultasi: dbn,Bising usus (+) normal 8x/menitGenitalia Eksterna- Kelamin: Dbn- Anus: NormalEkstremitas Superior:dbn, Akral hangat, Oedem (-/-), Rumple Leed (-) Inferior: dbn, Akral hangat, Oedem (-/-)

1. Diagnosa kerjaDemam et causa suspek demam tifoid1. Diagnosis banding Demam malaria DHF1. Pemeriksaan penunjang Darah tepi perifer Pemeriksaan serologi:- Serologi widal -tes tubex Pemeriksaan biakan salmonella

1. PenatalaksanaanTerapi farmakologi Infus D5% + Ncl 12 tpm Ceftriaxone 2 x 500 mg IV/hari Pct syr4 x 1 cth/hari

TINJAUAN PUSTAKA

0. DEFINISI1,2Demam tifoid disebut juga dengan tifus abdominal merupakan penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu.Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis.

0. EPIDEMIOLOGI1Epidemiologi penyakit demam tifoid berdasarkan penelitian WHO tahun 2003 diperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia 2007 departemen kesehatan Republik Indonesia, memperlihatkan bahwa 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di Rumah Sakit tahun 2006 bahwa demam tifoid menurut kode Daftar Tabulasi Dasar (DTD)2 dan kode International Classification of Diseases (ICD)A1 adalah 72.804 dengan persentase 3,26%. Menduduki peringkat ke 3 setelah penyakit diare dangan gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu dan demam berdarah dengue. Berdasarkan laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) provinsi sumatera selatan tahun 2007, prevalensi demam tifoid klinis 1,3%, kasus demam tifoid ini umumnya terdeteksi berdasarkan gejala klinis.

0. ETIOLOGI1Basil Salmonella terdiri dari beratus-ratus spesies, gram negative, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora. Mempunyai susunan antigen yang serupa, yaitu sekurang-kurangnya antigen O (somatik, terdiri dari zat kompleks lipopolisakarida) dan antigen H (flgela). Perbedaan diantara spesies tersebut disebabkan oleh faktor antigen dan sifat biokimia.

Bakteri Salmonella typhi mempunyai beberapa komponen antigen yaitu :1. Antigen dinding sel (o) merupakan polisakarida dan bersifat spesifik grup 2. Antigen flagella (H) yg merupakan kompnen protein berada dlm flagella,bersifat spesifik spesies.3. Antigen virulen (Vi) merupakan polisakarida,berada di kapsul.Berhubungan dengan daya invasif bakteri dan efektifitas vaksin. Endotoksin merupakan bagian terluar dinding sel terdiri dari :a. antigen O yg sdh dilepaskan b. lipopolisakaridac. lipid A. Ke tiga antigen tadi di tubuh akan membentuk antibodi aglutinin.4. Outer Membran Protein :a. Antigen ini merupakan bagian dari dinding sel terluar b. Fungsinya sebagai barier fisik yg mengendalikan masuknya zat dan cairan ke dlm membran sitoplasma c. Sebagai reseptor untuk bakteriofag & bakteriosid

1. PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI1Bakteri salmonella thypi masuk kedalam tubuh manusia melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh bakteri tersebut. Sebagian bakteri dimusnahkan dilambung dan sebagian lolos masuk ke dalam usus halus dan selanjutnya berkembang biak. Bila respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus halus kurang baik maka bakteri akan menembus sel-sel epitel dan selanjutnya ke lamina propia.Di lamina propia bakteri berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama makrofag, kemudian bakteri yang hidup dan berkembang di bawa ke pague peyeri ileum distal dan selanjutnya ke kelenjar getah bening. Kemudian melalui duktus torasikus bakteri yang di dalam makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakterimia I asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama organ hati dan limpa. Di organ-organ ini bakteri meninggalkan sel fagosit dan kemudian berkembang biak di luar sel dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi (sehingga mengakibatkan bakterimia II) dengan disertai gejala penyakit infeksi sistemik. Di dalam hati kuman masuk ke dalam kandung empedu, berkembang biak bersama cairan empedu disekresikan secara intermittent ke dalam lumen usus. Sebagian kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian masuk lagi ke dalam sirkulasi setelah menembus usus, proses yang sama terulang kembali, berhubung makrofag telah teraktivitas dan hiperaktif maka saat fagositosis kuman salmonella terjadi pelepasan beberapa mediator inflamasi yang selanjutnya akan menimbulkan gejala reaksi inflamasi sistemik seperti : demam, malaise, myalgia, sakit kepala, sakit perut.

1. GEJALA KLINIS1,5,7 Masa InkubasiMasa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun pada umumnya adalah 10- 12 hari. Pada awal penyakit keluhan dan gejala penyakit tidaklah khas, berupa : anoreksia rasa malas sakit kepala bagian depan nyeri otot lidah kotor ganguan perut (perut kembung dan sakit)

Gambaran klasik demam tifoid (Gejala Khas)Biasanya jika gejala khas itu yang tampak, diagnosis kerja pun bisa langsung ditegakan. Yang termasuk gejala khas demam tifoid adalah sebagai berikut.Masa tunas demam tifoid ini adalah 10-14 hari. Gejala yang sering timbul sangat bervariasi mulai ringan sampai dengan berat, dari asimptomatik hingga gambaran penyakit khas disertai komplikasi hingga kematian. Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, mual muntah, perasaan tidak enak diperut, batuk. Demam bersifat febris remiten. Selama minggu pertama suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, dalam minggu-minggu kedua gejala makin jelas berupa demam, brdikardia relative (bradikardia relatif adalah peningkatan suhu 1c tidak diketahui denyut nadi 8 kali permenit). Biasanya demam menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Biasanya didapatkan konstipasi, akan tetapi mungkin pula normal dan bahkan dapat terjadi diare.Umumnya kesadaran penderita menurun yaitu apatis sampia somnolen. Jarang terjadi sopoor, koma atau gelisah. Mingu ketiga suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir mingu. Hal itu jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadan membaik, gejala- gejala akan berkurang dan temperature mulai turun. Meskipun demikian justru pada sat ini komplikasi perdarahan dan perforasi cenderung untuk terjadi, akibat lepasnya kerak dari ulkus. Sebaliknya jika keadan makin memburuk, dimana toksemia memberat dengan terjadinya tanda-tanda khas berupa delirium atau stupor,otot-otot bergerak terus, inkontinensia alvi dan inkontinensia urin. Meteorisme dan timpani masih terjadi, juga tekanan abdomen sangat meningkat dikuti dengan nyeri perut. Penderita kemudian mengalami kolaps. Jika denyut nadi sangat meningkat disertai oleh peritonits lokal maupun umum, maka hal ini menunjukan telah terjadinya perforasi usus sedangkan keringat dingin,gelisah,sukar bernapas dan kolaps dari nadi yang teraba denyutnya member gambaran adanya perdarahan. Degenerasi miokardial toksik merupakan penyebab umum dari terjadinya kematian penderita demam tifoid pada mingu ketiga. Mingu keempat merupakan stadium penyembuhan meskipun pada awal mingu ini dapat dijumpai adanya pneumonia lobar atau tromboflebits vena femoralis.

1. KRITERIA DIAGNOSIS2,3,4A. Pemeriksaan penunjang Darah tepi perifer : Anemia, pada umumnya terjadi karena supresi sumsum tulang, defisiensi Fe, atau perdarahan usus. Leucopenia, namun jarang kurang dari 3000/ul Limfositosis relatif Trombositopenia, terutama pada demam tifoid berat. Pemeriksaan serologi Serologi widalPrinsip uji Widal adalah memeriksa reaksi antara antibodi aglutinin dalam serum penderita yang telah mengalami pengenceran berbeda-beda terhadap antigen somatik (O) dan flagela (H) yang ditambahkan dalam jumlah yang sama sehingga terjadi aglutinasi. Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan aglutinasi menunjukkan titer antibodi dalam serum.Teknik aglutinasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji hapusan (slide test) atau uji tabung (tube test). Uji hapusan dapat dilakukan secara cepat dan digunakan dalam prosedur penipisan sedangkan uji tabung membutuhkan teknik yang lebih rumit tetapi dapat digunakan untuk konfirmasi hasil dari uji hapusan. Interpretasi serologi widal adalah dengan titer > 1:200. Tes tubexTes TUBEX merupakan tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif yang sederhana dan cepat (kurang lebih 2 menit) dengan menggunakan partikel yang berwarna untuk meningkatkan sensitivitas. ini sangat akurat dalam diagnosis infeksi akut karena hanya mendeteksi adanya antibodi IgM dan tidak mendeteksi antibodi IgG dalam waktu beberapa menit. Pemeriksaan biakan salmonellaDiagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri S. typhi dalam biakan dari darah, urine, feses, sumsum tulang, cairan duodenum atau dari rose spots. Berkaitan dengan patogenesis penyakit, maka bakteri akan lebih mudah ditemukan dalam darah dan sumsum tulang pada awal penyakit, sedangkan pada stadium berikutnya di dalam urine dan feses. Hasil biakan yang positif memastikan demam tifoid akan tetapi hasil negatif tidak menyingkirkan demam tifoid, karena hasilnya tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil biakan meliputi (1) jumlah darah yang diambil; (2) perbandingan volume darah dari media empedu; dan (3) waktu pengambilan darah. Volume 10-15 mL dianjurkan untuk anak besar, sedangkan pada anak kecil dibutuhkan 2-4 mL. Sedangkan volume sumsum tulang yang dibutuhkan untuk kultur hanya sekitar 0.5-1 mL. Bakteri dalam sumsum tulang ini juga lebih sedikit dipengaruhi oleh antibiotika daripada bakteri dalam darah. Hal ini dapat menjelaskan teori bahwa kultur sumsum tulang lebih tinggi hasil positifnya bila dibandingkan dengan darah walaupun dengan volume sampel yang lebih sedikit dan sudah mendapatkan terapi antibiotika sebelumnya.

1. TATALAKSANA1,2,8 Antibiotik Kloramfenikol (50-100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis per oral atau intravena) selama 10-14 hari. Amoksisilin 100 mg/kgBB/ hari, oral atau intravena selama 10 hari. Kotrimoksasol 6 mg/kgBB/hari oral selama 10 hari. seftriakson 80mg/kg IM atau IV sekali sehari, selama 5 hari. sefiksim oral 10 mg/kgBB/hari, oral dibagi 2 dosis selama 10 hari kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan gangguan kesadaran. Deksametasol 1-3 mg/kg bb/hari intravena, dibagi 3 dosis hingga kesadaran membaik. PerawatanIstirahat dan perawatan, diet dan terapi penunjang (simptomatik dan suportif), dan pemberian medikamentosa. Istirahat yang berupa tirah baring dan perawatan profesional bertujuan untuk mencegah komplikasi. Sedangkan diet dan terapi penunjang merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan penyakit demam tifoid, karena makanan yang kurang akan menurunkan keadaan umum dan gizi penderita akan semakin turun dan proses penyembuhan akan menjadi lama.

1. KOMPLIKASI3A. Komplikasi intestinal : perdarahan usus, perforasi usus, ileus paralitik, pankreastitis.B. Komplikasi ekstra-intestinal : anemia hemolitik, trombositopenia, pneumonia, komplikasi hepatobilier (hepatitis, kolesistitis).

1. DIAGNOSIS BANDING2,3No DEMAM TIFOID DEMAM MALARIA DHF

1 Demam > 7 hari (remitten) 2-7 hari (intermiten) 2-7 hari ( bifasik)

2 Mual dan muntah + + +

3 Gangguan pencernaan + - -

4 Lidah kotor + - -

Demam Malaria2Demam malaria ditandai dengan panas tinggi bersifat intermiten, anemia, dan hepatosplenomegali, malaria dapat ditularkan melalui penularan sebagai berikut:6. Alamiah (natural infeksi) melalui gigitan nyamuk anopheles6. Penularan bukan alamiah yaitu malaria bawakan (kongenital) dan penularan secara mekanik melalui tranfusi darah atau jarum suntik. Masa inkubasi 9-30 hari tergantung pada spesies parasit, paling pendek pada P.falciparum dan paling panjang P. malariae. Masa inkubasi pada penularan secara alamiah bagi masing-masing spesies parasit untuk P.falciparum 12 hari, P.vivax dan P.ovale 13-17 hari, P.malariae 28-30 hari. Dengue hemoragik feverDemam merupakan tanda utama, terjadi mendadak tinggi, selama 2-7 hari, perdarahan paling sering dijumpai adalah perdarahan dapat berupa ptekie, epistaksis, melena, atau hematuria. Infeksi virus dengue merupakan suatu penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus genus flavivirus, family flaviviridae. Fase kritis sekitar hari ke 3 hingga 5 perjalan penyakit.1. PROGNOSIS1Umumnya prognosis tifus abdominalis pada anak baik, asal penderita cepat berobat. Mortalitas pada penderita yang dirawat ialah 6%. Prognosis menjadi kurang baik atau buruk bila terdapat gejala klinis berat seperti : Panas tinggi (hiperpireksia) atau febris kontinua. Kesadaran menurun sekali yaitu sopor, koma, atau delirium Terdapat komplikasi yang berat misalnya dehidrasi dan asidosis, peritonitis dll Keadaan gizi penderita buruk (malnutrisi energy protein)

DAFTAR PUSTAKA

1. Latief A, dkk. 2007. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2. Jakarta : FKUI.2. Pedoman Pelayanan Medis IDAI. 2009 http://www.google.com/url?q=http://idai.or.id/downloads/PPM/Buku-PPM.pdf&sa=U&ei=XOGvVLvzCNGjugSIiIL4BQ&ved=0CBQQFjAA&sig2=HVAWwwWtBI9BPivdITj25Q&usg=AFQjCNG0h0tPaDOdQYTYcCehE4GHUoY2uw3. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Depkes RI. 2008. http://www.google.com/url?q=http://buk.depkes.go.id/index.php%3Foption%3Dcom_docman%26task%3Ddoc_download%26gid%3D711%26Itemid%3D142&sa=U&ei=XOGvVLvzCNGjugSIiIL4BQ&ved=0CCUQFjAD&sig2=H3O2B0_Y8_oscH1M54F9ZA&usg=AFQjCNEjel9b6M5tTm-5Tyk1REWWJVmznQ.4. Prasetyo R dan Ismoedijanto. Metode Diagnostik Demam Tifoid Pada Anak. http://www.google.com/url?q=http://old.pediatrik.com/buletin/06224114418-f53zji.doc&sa=U&ei=XOGvVLvzCNGjugSIiIL4BQ&ved=0CDAQFjAF&sig2=Eq5p77j9KpxHI3QWu6m40w&usg=AFQjCNHikMEiVaZB4jUY48y3DZxZtyN1iQN.5. Sudoyo W, dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3. Jakarta : FKUI.6. Saraswati A, dkk. 2012. Karakteristik Tersangka Demam Tifoid Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Periode Tahun 2010.http://www.umpalembang.net/jurnal.fk.ump/File/Nia%20Ayu%20S%20_%20Jurnal%20Syifa%E2%80%99MEDIKA,%20Vol.%203%20(No.1),%20Sept%202012.pdf7. Inawati. 2009. Departemen Patologi Anatomi Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/jurnal/Vol%20Edisi%20Khusus%20Desember%202009/DEMAM%20TIFOID.pdf8. Widjojo P, dan Santoso H. Kejadian Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pada Kasus Demam Tifoid Yang Dirawat Pada Bangsal Penyakit Dala Di RSUP DR.Kariadi Semarang.2008 http://eprints.undip.ac.id/8069/1/Henry_Sanrtoso.pdf

1

2