Demam Typhoid New
-
Upload
novi-ayu-putri -
Category
Documents
-
view
384 -
download
1
Transcript of Demam Typhoid New
DEMAM TYPHOID
NOVI AYU PUTRI10.2011.422
Anamnesis
• Anamnesis merupakan sejarah kasus pasien medis atau psikiatris,
terutama dengan mempergunakan ingatan pasien. Dari kasus yang
yang ada, pasien datang dengan keluhan demam naik turun terus
menerus sejak 7 hari yang lalu. Demam terjadi sepanjang hari dan
meninggi pada sore hari. Panas disertai menggigil, terkadang
mengigau. Pasien mengatakan belum BAB sejak 5 hari yang lalu.
Hal-hal tersebut sesuai dengan gejala demam tifoid. Namun untuk
memastikan lebih baik lagi, anamnesis harus ditunjang dengan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan Fisik
1)Keadaan umumBiasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas, pucat, mual, perut tidak enak, anoreksia.
2)Kepala dan leherKepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal, konjungtiva anemia, mata cowong, muka tidak odema, pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi pendengran normal leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
3) Dada dan abdomenDada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen ditemukan nyeri tekan.
4) Sistem respirasiApa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan.
5) Sistem kardiovaskulerBiasanya pada pasien dengan typhoid yang ditemukan tekanan darah yang meningkat akan tetapi bisa didapatkan tachiardi saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.
6) Sistem integumenKulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat
banyak, akral hangat.7) Sistem eliminasi
Pada pasien typhoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). N ½ -1 cc/kg BB/jam.8) Sistem muskuloskolesal
Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak ada gangguan.9) Sistem endokrin
Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar toroid dan tonsil.10) Sistem persyarafan
Apakah kesadaran penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam penderita penyakit thypoid.
Pemeriksaan Penunjang
• PEMERIKSAAN DARAH TEPI• IDENTIFIKASI KUMAN MELALUI ISOLASI / BIAKAN• IDENTIFIKASI KUMAN MELALUI UJI SEROLOGIS
- UJI WIDAL- TES TUBEX- METODE ENZYME IMMUNOASSAY (EIA) DOT- METODE ENZYME-LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY
(ELISA)- PEMERIKSAAN DIPSTIK
•IDENTIFIKASI KUMAN SECARA MOLEKULER
Etiologi
• Penyakit typhoid disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typhosa,
basil gram negatif, berflagel (bergerak dengan bulu getar), anaerob, dan
tidak menghasilkan spora. Bakteri tersebut memasuki tubuh manusia
melalui saluran pencernaan dan manusia merupakan sumber utama
infeksi yang mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit saat
sedang sakit atau dalam pemulihan. Kuman ini dapat hidup dengan baik
sekali pada tubuh manusia maupun pada suhu yang lebih rendah
sedikit, namun mati pada suhu 70°C maupun oleh antiseptik. Demam
tifoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Salmonella typhi
atau Salmonella paratyphi A, B atau C (Soedarto, 1996).
Salmonella Typhosa memiliki tiga macam antigen, yaitu :
antigen O (Ohne Hauch) : merupakan polisakarida yang sifatnya spesifik
untuk grup Salmonella dan berada pada permukaan organisme dan juga
merupakan somatik antigen yang tidak menyebar
antigen H : terdapat pada flagella dan bersifat termolabil
antigen Vi : merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi
antigen O terhadap fagositosis
Epidemiologi
• Besarnya angka pasti kasus demam typhoid di dunia
sangat sulit ditentukan karena penyakit
• ini dikenal mempunyai gejala dengan spektrum klinis
yang sangat luas. Data World Health Organization
(WHO) tahun 2003 memperkirakan terdapat sekitar
17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan
insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun.
• Di negara berkembang, kasus demam typhoid dilaporkan
sebagai penyakit endemis dimana 95% merupakan kasus
rawat jalan sehingga insidensi yang sebenarnya adalah 15-
25 kali lebih besar dari laporan rawat inap di rumah sakit.
Di Indonesia kasus ini tersebar secara merata di seluruh
propinsi dengan insidensi di daerah pedesaan 358/100.000
penduduk/tahun dan di daerah perkotaan 760/100.000
penduduk/tahun atau sekitar 600.000 dan 1.5 juta kasus
per tahun. Umur penderita yang terkena di Indonesia
dilaporkan antara 3-19 tahun pada 91% kasus.
Patofisiologi
Manifestasi Klinik
• Panas badan.
Pada demam typhoid, pola panas badan yang khas adalah tipe step ladder pattern
dimana peningkatan panas terjadi secara perlahan-lahan, terutama pada sore
hingga malam hari. Biasanya pada saat masuk rumah sakit didapatkan keluhan
utama demam yang diderita kurang lebih 5-7 hari yang tidak berhasil diobati
dengan antipiretik. Menggigil tidak biasa didapatkan pada demam typhoid tetapi
pada penderita yang hidup di daerah endemis malaria, menggigil lebih mungkin
disebabkan oleh malaria. Namun demikian, demam tifoid dan malaria dapat
timbul bersamaan pada satu penderita.
• Lidah tifoid. Pada pemeriksaan fisik, lidah tifoid digambarkan sebagai lidah
yang kotor pada pertengahan, sementara hiperemi pada tepinya, dan
tremor apabila dijulurkan.
• Gejala saluran pencernaan (anoreksia, mual, muntah, obstipasi, diare,
perasaan tidak enak di perut dan kembung, meteorismus)
• Hepatosplenomegali.
• Gejala infeksi akut lainnya ( nyeri kepala, pusing, nyeri otot, batuk,
epistaksis).
• Gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium, atau psikosis.
• Pada punggung terdapat roseola (bintik kemerahan karena emboli basil
dalam kapiler kulit. Biasanya ditemukan pada minggu pertama demam).
• Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit typhoid, akan
tetapi berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu
kedua setelah suhu badan normal kembali, terjadinya sukar
diterangkan. Menurut teori, relaps terjadi karena terdapatnya basil
dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat
zat anti. Mungkin terjadi pada waktu penyembuhan tukak, terjadi
invasi basil bersamaan dengan pembentukan jaringan fibrosis.
Penatalaksanaan
Istirahat dan Perawatan
Bertujuan untuk mencegah komplikasi dan
mempercepat penyembuhan. Tirah baring dengan perawatan
dilakukan sepenuhnya di tempat seperti makan, minum,
mandi, dan BAB/BAK. Posisi pasien diawasi untuk mencegah
dukubitus dan pnemonia orthostatik serta higiene perorangan
tetap perlu diperhatikan dan dijaga.
Diet dan Terapi Penunjang
Mempertahankan asupan kalori dan cairan yang adekuat.
•Memberikan diet bebas yang rendah serat pada penderita tanpa
gejala meteorismus, dan diet bubur saring pada penderita dengan
meteorismus. Hal ini dilakukan untuk menghindari komplikasi
perdarahan saluran cerna dan perforasi usus. Gizi penderita juga
diperhatikan agar meningkatkan keadaan umum dan mempercepat
proses penyembuhan.
•Cairan yang adequat untuk mencegah dehidrasi akibat muntah dan
diare.
• Primperan (metoclopramide) diberikan untuk mengurangi
gejala mual muntah dengan dosis 3 x 5 ml setiap sebelum
makan dan dapat dihentikan kapan saja penderita sudah tidak
mengalami mual lagi.
Pemberian Antimikroba
1. Lini pertama
• Kloramfenikol, masih merupakan pilihan pertama dalam urutan
antibiotik, diberikan dengan dosis 50-100 mg/kgBB/hari secara
intravena dalam 4 dosis selama 10-14 hari. Banyak penelitian
membuktikan bahwa obat ini masih cukup sensitif untuk Salmonella
typhi namun perhatian khusus harus diberikan pada kasus dengan
leukopenia (tidak dianjurkan pada leukosit <2000/ul)>
• Ampisilin dengan dosis 150-200 mg/kgBB/hari diberikan
peroral/iv selama 14 hari, atau
• Kotrimoksazol dengan dosis 10 mg/kgBB/hari trimetoprim,
dibagi 2 dosis, selama 14 hari.
2. Lini ke dua
diberikan pada kasus-kasus demam tifoid yang disebabkan
S.typhi yang resisten terhadap berbagai obat (MDR=multidrug
resistance), yang terdiri atas :
•Seftriakson dengan dosis 50-80 mg/kgBB/hari, dosis tunggal
selama 10 hari . Penyembuhan sampai 90% juga dilaporkan pada
pengobatan 3-5 hari.
•Sefiksim dengan dosis 10-12 mg/kgBB/hari peroral, dibagi
dalam 2 dosis selama 14 hari, adalah alternatif pengganti
seftriakson yang cukup handal.
• Florokinolon dilaporkan lebih superior daripada derivat
sefalosporin diatas, dengan angka penyembuhan mendekati
100% dalam kesembuhan kinis dan bakteriologis, di samping
kemudahan pemberian secara oral. Namun pemberian obat
ini masih kontroversial dalam pemberian untuk anak
mengingat adanya pengaruh buruk terhadap pertumbuhan
kartilago.
• Siprofloksasin, 10 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis, sudah dipakai untuk
pengobatan. Demam biasanya turun dalam 5 hari. Lama pemberian obat
dianjurkan 2-10 hari. Penggunaan obat-obat ini dianjurkan pada kasus
demam tifoid dengan MDR.
• Asitromisin dengan pemberian 5-7 hari juga telah dicoba dalam beberapa
penelitian dengan hasil baik, berupa penurunan demam sebelum hari ke
4. Aztreonam juga diuji pada beberapa kasus demam tifoid pada anak
dengan hasil baik, namun tidak dianjurkan sebagai pengobatan lini
pertama.
Komplikasi
Intestinal
• Pendarahan intestinal, • Perforasi usus, • Ileis paralitik, • Pancreatitis
Ekstra-intestinal
• Kardiovaskular (kegagalan sirkulasi perifer, miokerditis, thrombosis, tromboflebitis),
• Hematologik (anemiahemolitik, trombositopenia, KID), paru (pneumonia, empiema, pleuritis),
• Hepatobilier (hepatitis, kolesistis), ginjal (gionerulonefritis, pielonefritis, perinefritis),
• Tulang (osteomielitis, periostitis, spondilitis,arthritis), neuropsikiatrik (toksik tifoid)
Prognosa
• Prognosis demam tyfoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat kekebalan tubuh, jumlah dan virulensi Salmonella, serta cepat dan tepatnya pengobatan. Angka kematian pada anak-anak 2,6% dan pada orang dewasa 7,4 %, rata-rata 5,7 %.
• Prognosis menjadi tidak baik bila terdapat gambaran klinis yang berat seperti:– Demam tinggi (hiperpireksia) atau febris kontinua– Kesadaran sangat menurun (sopor, koma, atau delirium)– Terdapat komplikasi yang berat, misalnya dehidrasi dan asidosis,
perforasi
Preventif
• Sebaiknya melakukan pencegahan dengan cara seperti ;– penyediaan air minum yang memenuhi syarat– perbaikan sanitasi– imunisasi– mengobati karier– pendidikan kesehatan masyarakat