typhoid fever.doc

26
Laporan Portofolio ANAK PEREMPUAN USIA 3 TAHUN 6 BULAN DENGAN DEMAM TIFOID Oleh: dr. Dikahayu Alifia Anugrah Pendamping: dr. Tri Uni Musanada

Transcript of typhoid fever.doc

Laporan PortofolioANAK PEREMPUAN USIA 3 TAHUN 6 BULAN

DENGAN DEMAM TIFOID

Oleh:

dr. Dikahayu Alifia AnugrahPendamping:

dr. Tri Uni Musanada

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP

RSUD SUNAN KALIJAGA

DEMAK

2015

LAPORAN KASUS

ANAK PEREMPUAN USIA 3 TAHUN 6 BULAN

DENGAN DEMAM TIFOIDYang dipersiapkan dan disusun oleh

dr. Dikahayu Alifia Anugrah

Telah diajukan, dikoreksi, dan

dinyatakan telah memenuhi syarat laporan internsip

Demak, Februari 2015

Dokter Pendamping Internship RSUD Sunan Kalijaga Demak

dr. Tri Uni MusanadaBAB ILAPORAN KASUSA. IDENTITAS PENDERITA

Nama: An. EfrainUmur : 7 Tahun 11 bulan

Jenis Kelamin : Laki-lakiAlamat: Bolo 3/2, DemakNo. CM : 094997Tanggal masuk : 21 Februari 2015Tanggal pemeriksaan: 21 Februari 2015IDENTITAS ORANG TUA

Nama Ayah: Tn. AUmur Ayah: 29 TahunPekerjaan Ayah: PetaniPendidikan Ayah: SMPNama Ibu

: Ny. S

Umur Ibu: 26 tahun

Pekerjaan ibu: BuruhPendidikan ibu: SMPB. DATA DASAR

I. ANAMNESIS (Alloanamnesis) Alloanamnesa dengan Ibu penderita di bangsal Dahlia, RSUD Sunan Kalijaga Demak pada tanggal 22 Februari 2015 pukul 08.00.1. Keluhan Utama : Demam2. Riwayat Penyakit Sekarang :Pasien datang ke IGD RSUD Demak dengan keluhan demam. Demam sejak 5 hari yang lalu. Demam tinggi sepanjang hari memberat pada saat malam hari disertai nyeri perut dan muntah terkadang. Pasien juga mengeluh nyeri seluruh badan. Pasien sering berkeringat dingin. Pasien belum BAB 5 hari. Pasien sering jajan sembarangan di luar.

3. Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat penyakit serupa : Disangkal4. Riwayat Penyakit Keluarga:Tidak ada anggota keluarga yang sedang sakit serupa

5. Riwayat Sosial Ekonomi:

Ayah penderita bekerja sebagai petani sedangkan Ibu penderita bekerja sebagai buruh. Pembayaran biaya RS menggunakan BPJS PBI. Kesan : sosial ekonomi kurang.

6. Riwayat Prenatal dan Posnatal

Saat mengandung penderita, ibu periksa kehamilan di bidan lebih dari 5x dan disuntik TT 1x. Riwayat penyakit selama kehamilan disangkal. Riwayat perdarahan saat kehamilan disangkal. Riwayat pernah keguguran disangkal. Riwayat sakit panas selama kehamilan disangkal. Obat-obatan yang diminum selama kehamilan yaitu vitamin dan tablet penambah darah dari bidan.

Setelah melahirkan ibu memeriksakan penderita ke bidan, keadaan anak saat periksa sehat.

7. Riwayat Persalinan

- Persalinan: lahir spontan ditolong bidan

- Usia dalam kandungan: cukup bulan

- Berat badan lahir: 2900 g

- Panjang badan lahir: 46 cm

Kesan: neonatus, cukup bulan, sesuai masa kehamilan, partus spontan.

8. Riwayat Imunisasi :Hepatitis B: lahir, usia 1 bulan, usia 6 bulan

Polio

: lahir, usia 2 bulan, usia 4 bulan, usia 6 bulan

BCG

: usia 2 bulan

DTP

: usia 2 bulan, usia 4 bulan, usia 6 bulan

Campak: usia 9 bulan

Kesan

: imunisasi lengkap

9. RiwayatGizi 0 6 bulan :ASI semau anak + 10x sehari 6 bulan 9 bulan : ASI berhenti dan di ganti susu, minum 3 botol sehari. Bubur nasi, sayur, dan lauk lunak (telur/ati/ikan) 3x sehari @ mangkok kecil tidak habis dimakan. Ati dan ikan jarang diberikan 9 bulan 2 tahun : susu formula, nasi, sayur, dan lauk lunak (telur/ati/ikanjaranglengkap) 3x sehari tapi sering tidak dihabiskan

2 tahun sekarang : makan makanan keluarga lengkap (nasi, lauk pauk, sayur, buah dan susu)10. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Berat badan lahir 2900 g, panjang badan lahir 46 cm. Berat badan sekarang 25 kg, tinggi badan sekarang 120 cm.

Kesan: pertumbuhan dan perkembangan anak dalam batas normal sesuai usia.

II. PEMERIKSAAN FISIK ( tgl. 22 Februari 2015, pukul 08.30 WIB )Status Present:

Jenis kelamin

: Laki-laki

Usia

: 7 tahun 11 bulan

Berat badan

: 25 kg

Tinggi badan

: 120 cmKeadaan umum:Kompos mentis, lemah Tanda Vital

Heart rate

: 90 x/menit

Nadi

: isi dan tegangan cukup

RR : 24 x/menit

Temperatur

: 38,6 C

Kepala:mesocephal

Rambut: hitam, tidak mudah dicabut, mudah dipilahMata: palpebra oedem (-), konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor 2 mm, reflek cahaya (+/+), reflek kornea (+/+)Hidung: nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-)Telinga

: sekret (-), ukuran dan bentuk mormal

Mulut

: kering (-), sianosis (-), lidah kotor (+)Tenggorokan

: T1-T1, hiperemis (-)Leher

: simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfeThorax

Paru

:

Inspeksi: simetris, retraksi (-)

Palpasi

: fremitus raba kanan sama dengan kiri

Perkusi: sonor seluruh lapang (posisi terlentang)

Auskultasi: suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan: wheezing

(-/-) dan ronki (-/-)

Kesan : Paru dalam batas normal

Jantung

:

Inspeksi: ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: ictus cordis teraba di ICS V, 1 cm medial linea

midclavicula sinistra

Perkusi: batas apex jantung tidak melebar

Auskultasi: gallop (-), bising sistolik (-)

Kesan : Jantung dalam batas normal

Abdomen

:

Inspeksi: DD // DP

Auskultasi: bising usus (+) normal

Palpasi: supel, nyeri tekan (+) ulu hati, massa (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba

Perkusi:timpani

EkstremitasSuperiorInferior

Akraldingin-/--/-

Sianosis-/--/-

Capillary refill< 2

Oedem-/--/-

Genitalia: Perempuan, tidak dilakukan pemeriksaan lebih lanjutIII. PEMERIKSAAN PENUNJANGPEMERIKSAAN21/0222/0223/02SatuanRujukan

HEMATOLOGI

RUTIN

Hemoglobin11.41211.8g/dl11-16

Hematokrit24.32028%31-45

Leukosit6.57.36.6ribu/l4.0-10.0

Trombosit154276247ribu/l150 450

Eritrosit4.5juta/l3.60 4.80

SEROLOGI

WIDAL

TYO1/801/400Negatif

TYH1/601/300Negatif

IV. DAFTAR MASALAHMasalahAktifTanggalMasalahPasif

Demam Tifoid19/01/2015Kesan sosial ekonomi kurang

V. DIAGNOSIS BANDINGFebris 5 Hari

DD Demam Tifoid

DD Demam Berdarah Dengue

DD Malaria

DD ISPA

VI.DIAGNOSIS KERJA Diagnosis Utama

: Demam Tifoid

Diagnosis Gizi

: Gizi Cukup Diagnosis Sosial Ekonomi: Kurang Diagnosis Imunisasi

: Imunisasi dasar lengkap Diagnosis Perkembangan: Perkembangan sesuai umurVII. PENATALAKSANAANNon Medikamentosa:

Edukasi

Medikamentosa:

Inf RL 20 tpm makro

Inj Ceftriaxon 1x1 g IV P.O. Parasetamol syr 3 x 2 Cth

VIII. MONITORING

Keadaan Umum

Tanda vital (nadi, pernafasan, suhu)

IX. PROGNOSISQua ad vitam: bonam

Qua ad sanam: bonamQua ad fungsionam: bonamX. EDUKASI1. Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang keadaan pasien, penyakit yang diderita pasien, dan program terapi yang akan dilaksanakan pada pasien.

2. Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa pasien harus istirahat tirah baring dan tidak melakukan aktivitas.

3. Minum obat secara teratur yang diberikan sesuai anjuran dokter dan control teratur bila diperbolehkan pulang.

4. Memberikan makan makanan tinggi karbohidrat dan tinggi protein

XI. FOLLOW UP

Tgl 21 Februari 201522 Februari 2015

SDemamDemam

O

Ass

Terapi

PlanKU : compos mentis, sakit sedangVital Sign:N :110 x/menit

Rr :24 x/menit

t :37,8 0C

Mata : CA (-/-), SI (-/-)

Leher : KGB tidak >>

Cor :

I : IC tdk tampak,

P : teraba di SIC V 1cm medial LMCS , tidak kuat angkat

P : batas jantung tidak melebar A : BJ I-II int N, regular, bising (-).

Pulmo :

I : pengembangan dada kiri = kanan.

P : fremitus raba kiri = kanan

P : Sonor (+/+) A : SDV (+/+), whezing (-/-), Ronki (-/-)Abdomen :

I : DP//DD

A : BU (+) N

P : Tympani, LS = 8 cm P : Supel, NT (-), hepar/lien tidak terabaEkstremitas :-

-

---

-

--

Akral dingin Oedema

Demam Tifoid

Bed restInfus RL 20 tpm makro

Injeksi Ceftriaxone 1 x 1 g IV

P.O. Parasetamol Syr 3x2 Cth

Ulang Darah RutinKU : compos mentis, sakit sedangVital Sign:N :124 x/menit

Rr :28 x/menit

t :38,3 0C

Mata : CA (-/-), SI (-/-)

Leher : KGB tidak >>

Cor :

I : IC tdk tampak,

P : teraba di SIC V 1cm medial LMCS , tidak kuat angkat

P : batas jantung tidak melebar A : BJ I-II int N, regular, bising (-).

Pulmo :

I : pengembangan dada kiri = kanan.

P : fremitus raba kiri = kanan

P : Sonor (+/+) A : SDV (+/+), whezing (-/-), Ronki (-/-)Abdomen :

I : DP//DD

A : BU (+) N

P : Tympani, LS = 8 cm P : Supel, NT (-), hepar/lien tidak terabaEkstremitas :-

-

---

-

--

Akral dingin Oedema

Demam Tifoid

Bed restInfus RL 20 tpm makro

Injeksi Ceftriaxone 1 x 1 g IV

P.O. Parasetamol Syr 3x2 Cth

Ulang Darah Rutin

Tgl23 Februari 201524 Februari 2015

SDemamDemam (-)

O

Ass

Terapi

Plan

KU : compos mentis, sakit sedangVital Sign:N :124 x/menit

Rr :28 x/menit

t :39 0C

Mata : CA (-/-), SI (-/-)

Leher : KGB tidak >>

Cor :

I : IC tdk tampak,

P : teraba di SIC V 1cm medial LMCS , tidak kuat angkat

P : batas jantung tidak melebar A : BJ I-II int N, regular, bising (-).

Pulmo :

I : pengembangan dada kiri = kanan.

P : fremitus raba kiri = kanan

P : Sonor (+/+) A : SDV (+/+), whezing (-/-), Ronki (-/-)Abdomen :

I : DP//DD

A : BU (+) N

P : Tympani, LS = 8 cm P : Supel, NT (-), hepar/lien tidak terabaEkstremitas :-

-

---

-

--

Akral dingin Oedema

Demam Tifoid

Bed restInfus RL 20 tpm makro

Injeksi Ceftriaxone 1 x 1 g IV

P.O. Parasetamol Syr 3x2 Cth

Ulang Darah Rutin

KU : compos mentis, sakit sedangVital Sign:N :98 x/menit

Rr :24 x/menit

t :36,8 0C

Mata : CA (-/-), SI (-/-)

Leher : KGB tidak >>

Cor :

I : IC tdk tampak,

P : teraba di SIC V 1cm medial LMCS , tidak kuat angkat

P : batas jantung tidak melebar A : BJ I-II int N, regular, bising (-).

Pulmo :

I : pengembangan dada kiri = kanan.

P : fremitus raba kiri = kanan

P : Sonor (+/+) A : SDV (+/+), whezing (-/-), Ronki (-/-)Abdomen :

I : DP//DD

A : BU (+) N

P : Tympani, LS = 8 cm P : Supel, NT (-), hepar/lien tidak terabaEkstremitas :-

-

---

-

--

Akral dingin Oedema

Demam Tifoid

Bed restInfus RL 13 tpm makro

Injeksi Ceftriaxone 1 x 1g IV

P.O. Parasetamol Syr 3x2 Cth

BAB II

TINJAUAN PUSTAKAA. Definisi Demam Tifoid (Tifus abdominalis, Enteric fever, Eberth disease) adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi pada usus halus (terutama di daerah illeosekal) dengan gejala demam selama 7 hari atau lebih, gangguan saluran pencernaan, dan gangguan kesadaran.

B. ETIOLOGI Penyakit Demam Tifoid disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typhi yang mana merupakan kuman gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora, bersifat aerob.

S. typhi mempunyai tiga macam antigen, yaitu: Antigen O = Ohne Hauch = Somatik antigen (tidak menyebar)

Antigen H = Hauch (menyebar), terdapat pada flagella dan bersifat termolabil

Antigen Vi = Kapsul; merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi O antigen terhadap fagositosis Dalam serum penderita terdapat zat anti (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut.

C. MANIFESTASI KLINISGejala Demam Tifoid pada anak-anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa inkubasi rata-rata 10-14 hari, selama dalam masa inkubasi dapat ditemukan gejala prodromal, yaitu: anoreksia, letargia, malaise, nyeri kepala, batuk tidak berdahak, bradikardi.

Kemudian menyusul gejala-gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu :

1. Demam

Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris remittent dan tidak terlalu tinggi. Pada minggu I, suhu tubuh cenderung meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore hari dan malam hari. Dalam minggu II, penderita terus berada dalam keadaan demam. Dalam minggu III suhu berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu III.

2. Gangguan saluran cerna

Pada mulut didapatkan nafas berbau tidak sedap, bibir kering, dan pecah- pecah (rhagaden), lidah ditutupi oleh selaput putih kotor (coated tongue)., ujung dan tepinya kemerahan. Pada abdomen dapat dijumpai adanya kembung (meteorismus). Hepar dan lien yang membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya terdapat juga konstipasi pada anak yang lebih tua dan remaja, akan tetapi dapat juga normal bahkan terjadi diare pada anak yang lebih muda.

3. Gangguan kesadaran

Umumnya kesadaran penderita menurun berupa apatis sampai somnolen.

Disamping gejala-gejala diatas yang biasa ditemukan mungkin juga dapat ditemukan gejala-gejala lain:

Roseola atau rose spot; pada punggung, perut bagian atas dan dada bagian bawah dapat ditemukan rose spot (roseola), yaitu bintik-bintik merah dengan diameter 2-4 mm yang akan hilang dengan penekanan dan sukar didapat pada orang yang berkulit gelap. Rose spot timbul karena embolisasi bakteri dalam kapiler kulit. Biasanya ditemukan pada minggu pertama demam.

Bradikardia relatif: kadang-kadang dijumpai bradikardia relatif yang biasanya ditemukan pada awal minggu ke II.

D. PATOGENESIS dan PATOFISIOLOGIKuman Salmonella typhi masuk ke dalam tubuh manusia melalui fecal-oral transmittion melalui orang ke orang maupun melalui perantaraan makanan dan minuman yang tidak higienis yang terkontaminasi dengan feses atau urine, sesampainya di lambung sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung, dan sebagian lagi masuk usus halus. Penyakit yang timbul tergantung pada beberapa faktor, antara lain: (1) jumlah organisme yang ditelan, (2) kadar keasaman dalam lambung. Untuk dapat menimbulkan infeksi, diperlukan S. typhi sebanyak 105-109 yang tertelan. Sesampainya di lambung sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung. Namun tidak semua bakteri tersebut mati. Jumlah bakteri yang mampu bertahan hidup bergantung pada keasaman lambung tersebut. Bakteri yang mampu bertahan hidup masuk ke dalam lumen usus, lalu mengadakan perlekatan pada mikrovili dan menyerang epitel hingga mencapai lamina propria. Melalui plak peyeri pada ileum distal bakteri masuk ke dalam KGB mesenterium dan mencapai aliran darah melalui duktus torasikus menyebabkan bakteriemia pertama yang asimptomatis.

Kemudian kuman akan masuk kedalam organorgan sistem retikuloendotelial (RES) terutama di hepar dan limpa sehingga organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada perabaan. Dari sini kuman akan masuk ke dalam peredaran darah, sehingga terjadi bakteriemia kedua yang simptomatis (menimbulkan gejala klinis). Disamping itu kuman yang ada di dalam hepar akan masuk ke dalam kandung empedu dan berkembang biak disana, lalu kuman tersebut bersama dengan asam empedu dikeluarkan dan masuk ke dalam usus halus. Kemudian kuman akan menginvasi epitel usus kembali dan menimbulkan tukak yang berbentuk lonjong pada mukosa diatas plak peyeri. Tukak tersebut dapat mengakibatkan terjadinya perdarahan dan perforasi usus yang menimbulkan gejala peritonitis.

Pada masa bakteriemia, kuman mengeluarkan endotoksin yang susunan kimianya sama dengan antigen somatik (lipopolisakarida). Endotoksin sangat berperan membantu proses radang lokal dimana kuman ini berkembang biak yaitu merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang. Selanjutnya zat pirogen yang beredar di darah mempengaruhi pusat termoregulator di hipothalamus yang mengakibatkan terjadinya demam. Sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus.

Bagan Patofisiologi Demam Tifoid

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Pemeriksaan yang menyokong diagnosis.

Pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia, limfositosis relatif, neutropenia pada permulaan sakit. Mungkin juga terdapat anemia dan trombositopenia ringan.

2. Pemeriksaan untuk membuat diagnosis.

a. Deteksi S. TyphiKultur merupakan pemeriksaan baku emas namun sensitifitasnya rendah. Hasil negatif tidak menyingkirkan diagnosis. Hasil negatif palsu dapat terjadi bila jumlah spesimen sedikit, waktu pengambilan spesimen tidak tepat atau telah mendapat pengobatan antibiotik.Keterlibatan biakan strain Salmonella biasanya merupakan dasar untuk diagnosis. Biakan darah terutama pada minggu ke-1 samapai ke-2 dari perjalanan penyakit. Biakan sumsum tulang masih positif sampai minggu ke-4 Biakan sumsum tulang merupakan metode yang paling sensitif Kultur tinja biasanya positif pada minggu ke-3 sampai ke-5 b. Deteksi DNA S.typhiMetode yang digunakan yaitu PCR dimana DNA S.typhi dilipat gandakan. Metode PCR dapat mendeteksi DNA bakteri baik yang hidup maupun mati. Hasil positif tidak selalu menunjukkan adanya infeksi aktif, sedangkan hasil negatif tidak menyingkirkan adanya infeksi karena terdapat beberapa zat yang dapat menghambat reaksic. Tes WidalTes Widal merupakan pemeriksaan serologis yang pertama kali diperkenalkan dan masih banyak digunakan. Uji widal klasik mengukur antibodi terhadap antigen O dan H S typhi. Diagnosis Demam Tifoid ditegakkan bila kenaikan titer S. Typhi titer O 1:200 atau kenaikan 4 kali titer fase akut ke fase konvalesens. Deteksi anti O dan anti H dalam serum tidak selalu menunjukkan adanya infeksi S.typhi. S.typhi memiliki beberapa antigen O dan H yang sama dengan Salmonella lain, sehingga peningkatan titer tidak spesifik untuk S.typhi. Anti O dan H negatif tidak menyingkirkan adanya infeksi. Hasil negatif palsu dapat disebabkan antibodi belum terbentuk karena spesimen diambil terlalu dini atau antibodi tidak terbentuk akibat defek pembentukan antibodi.F. PENATALAKSANAANSebagian besar pasien Demam Tifoid dapat diobati di rumah dengan tirah baring, isolasi yang memadai, pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi serta pemberian antibiotik. Sedangkan untuk kasus berat harus dirawat di rumah sakit agar pemenuhan cairan, elektrolit serta nutrisi disamping observasi kemungkinan timbul penyulit dapat dilakukan dengan seksama.

Pengobatan yang diberikan yaitu:

1. Isolasi penderita dan desinfeksi pakaian dan ekskreta

2. Perawatan yang baik untuk hindari komplikasi, mengingat sakit yang lama, lemah dan anoreksia.

3. Pemberian antipiretik bila suhu tubuh > 38,5 C.

4. Diet. Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori, dan tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.

5. Antibiotika:

Kloramfenikol; masih merupakan pilihan pertama pada pengobatan penderita Demam Tifoid. Dosis yang diberikan 100 mg/kgBB/hari dibagi 4x pemberian selama 10-14 hari. Dosis maksimal 2 g/hari. Hari pertama setengah dosis dulu, selanjutnya diberikan sesuai dosis diatas, karena kalau diberi dalam dosis yang penuh maka kuman akan banyak yang mati dan sebagai akibatnya endotoksin meningkat dan demam akan bertambah tinggi. Kloramfenikol tidak boleh diberikan bila jumlah leukosit < 2000/ ul.

Selain itu dapat juga diberikan:

Ampislin; dengan dosis 100-200 mg/kgBB/hari dibagi 4 x pemberian secara oral atau suntikan IV selama 14 hari.

Amoksilin; dengan dosis 100 mg/kgBB/hari dibagi 4 x yang memberikan hasil yang setara dengan kloramfenikol walaupun penurunan demam yang lebih lama.

Kotrimoxazol (trimethoprim 80 mg + sulphametoxazole 400 mg); dengan dosis 10 mg/kgBB/hari dibagi 2 x pemberian.

Pada kasus-kasus Demam Tifoid yang disebabkan S.typhi yang resisten terhadap berbagai obat diatas (MDR= MultiDrug Resistance), terdiri atas:

Seftriakson; dengan dosis 50-80 mg/kgBB/hari, dosis tunggal selama 10 hari.

Sefiksim; dengan dosis 10-12 mg/kgBB/hari peroral, dibagi dalam 2 dosis selama 14 hari.

Golongan kuinolon; Siprofloksasin, 10 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis atau ofloksasin, 10-15 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis, sudah dipakai untuk pengobatan. Demam biasanya turun dalam 5 hari. Lama pengobatan 2-10 hari.

6. Bila terdapat komplikasi harus diberikan terapi yang sesuai. Misalnya: pemberian cairan intravena untuk penderita dehidrasi dan asidosis. Pemberian antipiretik masih kontroversial, di satu pihak demam diperlukan untuk efektifitas respon imun dan pemantauan keberhasilan pengobatan, namun di pihak lain ketakutan akan terjadinya kejang dan kenyamanan anak terganggu, sering membutuhkan antipiretik. Dianjurkan pemberian bila suhu di atas 38,5C. Pemberian kortikosteroid dianjurkan pada Demam Tifoid berat, misalnya bila ditemukan status kesadaran delir, stupor, koma, ataupun syok. Deksamethason diberikan dengan dosis awal 3 mg/kgBB, diikuti dengan 1 mg/kgBB setiap 6 jam selama 2 hari.

G. KomplikasiKomplikasi tipoid dapat terjadi pada :

1. Intestinal (usus halus) :

Umumnya jarang terjadi, tapi sering fatal, yaitu:

a. Perdarahan usus.

Bervariasi dari mikroskopik sampai terjadi melena dan kalau sangat berat dapat disertai perasaan nyeri perut dengan tanda-tanda syok: berupa penurunan suhu tubuh dan tekanan darah yang drastis.

b. Perforasi usus.

Timbul pada minggu ketiga atau setelah itu dan sering terjadi pada distal ileum. Apabila hanya terjadi perforasi tanpa peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara dalam rongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara bebas (free air sickle) diantara hati dan diafragma pada foto rontgen abdomen yang dibuat dalam posisi tegak.

c. Peritonitis

Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang (defense muskular) dan nyeri tekan.

2. Ekstraintestinal

Miokarditis dapat timbul dengan manifestasi klinis berupa aritmia, perubahan ST-T pada EKG, syok kardiogenik, infiltasi lemak maupun nekrosis pada jantung. Hepatitis tifosa asimtomatik dapat dijumpai pada kasus Demam Tifoid dengan ditandai peningkatan kadar transaminase yang tidak mencolok. Ikterus dengan atau tanpa disertai kenaikan kadar transaminae, maupun kolesistitis akut juga dapat dijumpai, sedang kolesistitis kronis yang terjadi pada penderita setelah mengalami Demam Tifoid dapat dikaitkan dengan adanya batu empedu dan fenomena pembawa kuman (karier).

DAFTAR PUSTAKABehrman RE, dkk . Typhoid Fever. Nelson textbook of pediatrics. 17th edition: WB Saunders Co. 2005: 916-919

Behrman RE, dkk. Demam Enterik. Nelson textbook of pediatrics. Edisi 15. Volume 2. 2006 : 970-973

Current : Medical Diagnosis & Treatment. Forty-third edition. McGraw-Hill . 2005 : 1362-1363

Demam Tifoid. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak. RSUP Cipto Mangunkusumo. 2007 : 173 -176

Garna H, dkk. Buku Ajar Infeksi dan Penyakit Tropis. Edisi kedua. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2008 :368-375

Yuliani, Rita dan Suriadi. Asuhan Keperawtan pada Anak. Edisi 2. 2001. Jakarta: Sagung Seto

http://www.cdc.gov/nczved/divisions/dfbmd/diseases/typhoid_fever/

http://www.medicinenet.com/typhoid_fever/article.htm

http://www.who.int/topics/typhoid_fever/en/

http://emedicine.medscape.com/article/231135-overview

http://www.mayoclinic.com/health/typhoid-fever/DS00538http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMra020201