Laporan pendahuluan Ca kolon

29
LAPORAN PENDAHULUAN KANKER PARUNama Mahasiswa: DIAN ERIKA PURNAMA 4113109500004

description

Ca kolon

Transcript of Laporan pendahuluan Ca kolon

Page 1: Laporan pendahuluan Ca kolon

LAPORAN PENDAHULUAN

“KANKER PARU”

Nama Mahasiswa:

DIAN ERIKA PURNAMA4113109500004

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

1434 H/2014 M

Page 2: Laporan pendahuluan Ca kolon

1. Pengertian

Kanker paru-paru berasal dari jaringan tipis paru-paru, pada umumnya berupa lapisan

sel yang terletak pada saluran udara. Dua tipe utama kanker ini adalah kanker paru-paru sel

kecil (SCLC) dan kanker paru-paru non-sel kecil (NSCLC). Tipe-tipe ini didiagnosa

berdasarkan bentuk sel yang terlihat di bawah mikroskop. Lebih dari 80% kanker paru-paru

merupakan tipe kanker paru-paru non-sel kecil. Tiga sub-tipe utama dari kanker paru-paru

non-sel kecil adalah adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa dan karsinoma sel besar.

Keganasan di rongga torak mencakup kanker paru, tumor mediastinum, metastasis

tumor di paru dan mesotelioma ganas (kegasanan di pleura). Kasus keganasan rongga toraks

terbanyak adalah kanker paru. Di dunia, kanker paru merupakan penyebab kematian yang

paling utama di antara kematian akibat penyakit keganasan. Laki-laki adalah kelompok

kasus terbanyak meskipun angka kejadian pada perempuan cendrung meningkat, hal itu

berkaitan dengan gaya hidup (merokok).

Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup

keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer) dan metastasis tumor di paru. Metastasis

tumor di paru adalah tumor yang tumbuh sebagai akibat  penyebaran (metastasis) dari tumor

primer organ lain.  Definisi khusus untuk  kanker paru primer yakni tumor ganas yang

berasal dari epitel bronkus. Meskipun jarang dapat ditemukan kanker paru primer yang

bukan berasal dari epitel bronkus misalnya bronchial gland tumor. Tumor paru jinak yang

sering adalah hamartoma.

Kanker paru-paru merupakan kanker paling umum kedua yang diidap pria dan kanker

paling umum ketiga yang diidap wanita di Singapura. Pria memiliki resiko kanker paru-paru

3 kali lebih tinggi dari wanita. Dari 3 kelompok etnis utama, etnis Cina memiliki resiko

tertinggi, yang diikuti oleh etnis Melayu dan India.

Kanker paru-paru terbagi atas 2 tipe utama:

Kanker Paru-paru Non-Sel Kecil (NSCLC). NSCLC merupakan tipe paling umum dari

kanker paru-paru, dan tidak seagresif dibandingkan dengan SCLC. NSCLC cenderung

tumbuh dan menyebar lebih lambat. Bila didiagnosa secara dini, pembedahan dan/atau

radioterapi, kemoterapi, dapat memberikan harapan akan kesembuhan.

Kanker Paru-paru sel kecil (SCLC).  SCLC merupakan kanker yang memiliki tingkat

pertumbuhan pesat dan menyebar cepat ke pembuluh darah menuju anggota tubuh lainnya.

Seringkali, kanker ini dikategorikan sebagai penyakit kompleks saat terdiagnosa. Kanker ini

biasanya diobati melalui kemoterapi dan bukan melalui prosedur pembedahan.

Page 3: Laporan pendahuluan Ca kolon

2. Etiologi

Para dokter tidak selalu dapat menjelaskan mengapa seseorang dapat terkena kanker

paru-paru sedangkan orang lain tidak. Akan tetapi, kita mengetahui bahwa seseorang yang

memiliki faktor resiko tertentu bisa saja dan kemungkinan besar akan terkena kanker paru-

paru.

Rokok tembakau adalah hal yang paling penting dan merupakan faktor resiko utama

dari kanker paru-paru. Tembakau bertanggung jawab atas lebih dari 80% penyebab kanker

paru-paru di seluruh dunia. Bahan-bahan berbahaya dalam rokok merusak sel paru-paru.

Lama kelamaan, sel yang rusak tersebut bisa menjadi kanker. Inilah sebabnya merokok,

rokok pipa, atau cerutu dapat menyebabkan kanker paru-paru. Menjadi perokok pasif pun

bisa menyebabkan kanker paru-paru bagi orang yang tidak merokok. Semakin banyak

seseorang terpapar asap rokok, semakin besar resiko terkena kanker paru-paru.

Faktor resiko lain penyebab kanker paru-paru termasuk radon (gas radioaktif), asbestos,

arsenik, kromium, nikel, dan polusi udara. Mereka dengan anggota keluarga yang pernah

mengidap kanker paru-paru kemungkinan memiliki peningkatan resiko terkena kanker.

Mereka yang terkena kanker paru-paru juga memiliki peningkatan resiko untuk terkena

tumor paru yang kedua. Kebanyakan orang berusia lebih dari 65 tahun saat terdiagnosa

kanker paru-paru.

3. Faktor Risiko

Laki-laki,

Usia lebih dari 40 tahun

Perokok

Tinggal/bekerja di lingkungan yang mengandung zat karsinogen atau polusi

Paparan industri / lingkungan kerja tertentu

Perempuan perokok pasif

Riwayat pernah mendapat kanker organ lain atau anggota keluarga dekat yang menderita

kanker paru (masih dalam penelitian).

uberkulosis paru (scar cancer), angka kejadiannya sangat kecil.

Orang-orang yang termasuk dalam kelompok atau terpapar pada faktor risiko di atas dan

mempunyai tanda dan gejala respirasi yaitu batuk, sesak napas, nyeri dada disebut

golongan risiko tinggi (GRT) maka sebaiknya segera dirujuk ke dokter spesialis paru. 

Page 4: Laporan pendahuluan Ca kolon

4. Tanda dan Gejala

Keluhan utama:

Batuk-batuk dengan/tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen) lebih dari 3

minggu

Batuk darah

Sesak napas

Suara serak

Nyeri dada yang persisten

Sulit/sakit menelan

Benjolan di pangkal leher

Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri

yang hebat.

Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat metastasis di luar paru,

seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di otak, pembesaran hepar atau patah

tulang. Ada pula gejala dan keluhan tidak khas seperti :

Berat badan berkurang

Nafsu makan hilang

Demam hilang timbul

Sindrom paraneoplastik, seperti hypertrophic pulmonary osteoartheopathy, trombosis

vena perifer dan neuropatia.

5. Pendeteksian

Pengenalan awal penyakit ini sulit dilakukan bila hanya berdasarkan keluhan saja.

Biasanya keluhan ringan terjadi pada mereka yang masih dalam stage dini yaitu  stage I dan

II. Data di Indonesia maupun laporan negara maju kebanyakan kasus kanker paru 

terdiagnosis ketika penyakit telah berada pada stage lanjut (stage III dan IV).

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk pengenalan awal ini, selain pemeriksaan klinis

adalah pemeriksaan foto toraks dan/atau pemeriksaan sitologi sputum. Pada foto toraks

dapat ditemukan gambaran tumor dengan tepi yang tidak rata dan penarikan pleura dan

bahkan destruksi tulang dinding dada. Tidak jarang ditemukan gambaran efusi pleura masif

sehingga tumor tidak terlihat. Sitologi  sputum akan memberikan hasil positif jika tumor ada

dibagian sentral atau intrabronkus. 

Page 5: Laporan pendahuluan Ca kolon

Kemajuan di bidang teknologi endoskopi autoflouresensi telah terbukti dapat

mendeteksi lesi prakanker maupun lesi kanker yang berlokasi sentral. Perubahan yang

ditemukan pada mukosa bronkus pada lesi keganasan stadium dini sulit dilihat dengan

bronkoskop konvensional. Hal itu dapat diatasi dengan bronkoskop autoflouresensi karena

dapat mendeteksi lesi karsinoma in situ yang mungkin terlihat normal dengan bronkoskop

biasa.

6. Diagnosis Kanker Paru 

Prosedur diagnosis untuk kanker paru dilakukan hingga didapat diagnosis pasti (jenis

histologis) dan dapat ditentukan stage penyakit hingga dapat dipikirkan modaliti  terapi 

yang tepat. Selain itu harus dipertimbangkan keadan umum pasien (performance status) dan

kemampuan keuangan.

Prosedur diagnostik untuk mendapatkan sel kanker dapat dilakukan dari cara paling

sederhana hingga tindakan invasif tergantung kondisi pasien. Pilihan itu antara lain biopsi

jarum halus jika ada massa superfisial, pungsi dan biopsi pleura jika ada efusi pleura,

Page 6: Laporan pendahuluan Ca kolon

bronkoskopi disertai dengan bilasan, sikatan, kuretase, biopsi massa intrabronkus, dll

sebagai  usaha untuk mendapatkan jenis histologis.

Prosedur diagnostik untuk menentukan stage penyakit antara lain, foto toraks, CT-scan

toraks sampai kelenjar suprarenal dan  bronkoskopi. Pemeriksaan CT-scan (MRI) kepala

dan bone scan dilakukan jika ada keluhan (atas indikasi) atau pasien yang akan dibedah.

Tumor marker tidak dilakukan untuk diagnosis kanker paru tetapi hanya bermanfaat

untuk evalausi hasil terapi.

Sitologi dahak: Cairan kental (dahak) yang dibatukkan dari paru-paru. Laboratorium

kemudian akan memeriksa sampel dahak untuk mencari sel kanker.

Thoracentesis: Dokter menggunakan jarum panjang untuk mengambil cairan (cairan

pleura) dari dada. Laboratorium kemudian melakukan tes pada cairan tersebut untuk

mencari sel kanker.

Bronkoskopi: Dokter memasukkan selang ringan yang tipis (bronkoskop) melalui

hidung atau mulut menuju paru-paru. Dokter akan mengambil sampel sel dengan jarum,

kuas, atau alat lain. Dokter juga mungkin akan membasuh area tersebut dengan air untuk

mengambil sampel sel dalam air.

Aspirasi jarum halus: Dokter menggunakan jarum halus untuk mengambil sampel

jaringan atau cairan dari paru-paru atau kelenjar getah bening.

Biopsi terbuka: Dalam beberapa kasus di mana jaringan tumor sulit untuk diperoleh,

biopsi langsung terhadap tumor paru atau kelenjar getah bening melalui pembedahan

dinding dada bisa dilakukan bilamana diperlukan.

Pada kondisi tertentu diagnosis tidak dapat ditegakkan meskipun telah dilakukan

berbagai prosedur diagnosis, maka torakotomi eksplorasi dapat dilakukan.

Jenis Histologis Kanker Paru

Jenis Sel Kanker Paru secara umum dibagi atas dua kelompok yaitu :

1. Kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK) atau small cell lung cancer

(SCLC)

2. Kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) atau non-small cell

lung cancer (NSCLC), mencakup adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa,

karsinoma sel besar (large cell ca) dan karsinoma adenoskuamosa. Meskipun

kadang ditemukan jenis lain dengan frekuensi  yang sangat jarang misal

karsinoid dll.

Staging Kanker Paru

Page 7: Laporan pendahuluan Ca kolon

Staging (penderajatan) untuk kanker paru berdasarkan tumor (T) dan penyebarannya ke

getah bening (N) dan organ lain (M). 

Stage  kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK) terdiri dari : 

Stage terbatas (limited) jika hanya melibatkan satu sisi paru (hemitoraks)

Stage luas (extensived) jika sudah meluas dari satu hemitoraks atau menyebar ke organ lain.

Stage kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) dibagi atas : 

Stage 0, IA, IB, IIA, IIB, IIIA, IIIB dan IV yang ditentukan menurut International Staging

System for Lung Cancer 1997, berdasarkan sistem TNM.

STAGE

 Stadium  TNM

Occult carcinoma

0

IA

IB

IIA

IIB

IIIA

IIIB

IV

Tx  N0  M0

Tis  N0  M0

T1  N0  M0

T2  N0  M0

T1  N1  M0

T2  N1  M0, T3 N0  M0

T1  N2  M0, T2 N2  M0, T3  N1 M0, T3 N2  M0

Sebarang T  N3  M0, T4  sebarang N  M0

Sebarang T  sebarang N  M1

Kategori TNM untuk Kanker Paru :

T :  Tumor Primer

To :  Tidak ada bukti ada tumor primer 

Tx : Tumor primer sulit dinilai, atau tumor primer terbukti dari penemuan sel tumor

ganas pada sekret bronkopulmoner tetapi tidak tampak secara radiologis atau bronkoskopis.

Tis :  Karsinoma in situ 

T1 : Tumor dengan garis tengah terbesar tidak melebihi 3 cm, dikelilingi oleh jaringan

paru atau pleura viseral dan secara bronkoskopik invasi tidak lebih proksimal dari bronkus

lobus (belum sampai ke bronkus utama). Tumor sembarang ukuran dengan komponen

invasif terbatas pada dinding bronkus yang meluas ke proksimal bronkus utama.

T2 :  Setiap tumor dengan ukuran atau perluasan sebagai berikut :

-    Garis tengah terbesar lebih dari 3 cm

Page 8: Laporan pendahuluan Ca kolon

-    Mengenai bronkus utama sejauh 2 cm atau lebih distal dari karina, dapat mengenai

pleura viseral

-    Berhubungan dengan atelektasis atau pneumonitis obstruktif  yang meluas ke daerah

hilus, tetapi belum mengenai seluruh paru. 

T3 :  Tumor sembarang ukuran, dengan perluasan langsung pada dinding dada

(termasuk tumor sulkus superior), diafragma, pleura mediastinum atau tumor dalam bronkus

utama yang jaraknya kurang dari 2 cm sebelah distal karina atau tumor yang berhubungan

dengan atelektasis atau pneumonitis obstruktif seluruh paru.

T4 :  Tumor sembarang ukuran yang mengenai mediastinum atau jantung, pembuluh

besar, trakea, esofagus, korpus vertebra, karina, tumor yang disertai dengan efusi pleura

ganas atau tumor satelit nodul ipsilateral pada lobus yang sama dengan tumor primer.

N :    Kelenjar getah bening regional (KGB)

Nx :     Kelenjar getah bening regional tak dapat dinilai

No :    Tak terbukti keterlibatan kelenjar getah bening

N1 :    Metastasis pada kelenjar getah bening peribronkial dan/atau hilus ipsilateral,

termasuk perluasan tumor secara langsung

N2 :    Metastasis pada kelenjar getah bening mediatinum ipsilateral dan/atau KGB

subkarina

N3 :    Metastasis pada hilus atau mediastinum kontralateral atau KGB

skalenus/supraklavikula ipsilateral/kontralateral

M :   Metastasis (anak sebar) jauh

Mx :   Metastasis tak dapat dinilai

Mo :   Tak ditemukan metastasis jauh

M1 :   Ditemukan metastasis jauh. Nodul ipsilateral di luar lobus tumor primer dianggap

sebagai M1

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan kanker paru dilakukan berdasarkan jenis histologis kanker, stage

penyakit, tampilan umum (performance status) dan keuangan. Secara umum pilihan terapi

untuk KPKBSK adalah combined modality therapy (multi-modality therapy), berupa bedah,

radioterapi dan kemoterapi dan terapi lain. (lihat bagan Penatalaksaan Kanker Paru pada

lampiran).

Pengobatan Bedah

Page 9: Laporan pendahuluan Ca kolon

Hanya diindikasikan untuk KPKBSK stage I atau II atau untuk pengobatan paliatif yaitu

pada kondisi mengancam nyawa misal batuk darah masif, distres pernapasan karena sindrom

vena kava superior, nyeri hebat pada Pancoast tumor, nyeri hebat pada sindrom pleksus

brakialis.  Jika pada saat bedah didapat pembesaran KGB maka semua harus diangkat dan

pada kasus pasca bedah dengan metastasis KGB mediastinal (N2)  dipertimbangkan

pemberian radioterapi  dan/atau kemoterapi.

Bedah paliatif lain dilakukan oleh dokter bedah syaraf yaitu membuang tumor

metastasis yang berupa soliter nodule di otak dan menimbulkan gangguan kualitas hidup

penderita. Pilihan lain untuk tumor meta dikepala adalah menggunakan cyber knife yang

sudah dapat dilakukan beberapa senter di Indonesia.

Bedah adalah terapi lokal dan dapat terjadi stage pre-bedah (cTNM) berbeda  dengan

diagnosis pasca-bedah. Jika terjadi perbedaan maka stage yang digunakan adalah stage

pasca-bedah (pTNM) dan pilihan terapi tergantung pada hasil akhir.

Di RS Persahabatan untuk KPKBSK stage IIIA jika memungkinkan diberikan neoadjuvan

therapy yaitu memberikan kemoterapi 2-3 siklus dilakukan pemeriksaan ulang untuk re-

staging jika terjadi down staging atau tetap maka bedah dilakukan.

Radioterapi

Radioterapi atau iradiasi diberikan pada kasus stage III dan IV KPKBSK, dapat

diberikan tunggal untuk mengatasi masalah di paru (terapi lokal) atau gabungan dengan

kemoterapi. Radioterapi dapat diberikan jika sistem homeostatik (darah) baik yaitu

HB > 10 gr%

Leukosit > 4.000/dl

Trombosit > 100.000/dl

Dosis untuk kanker primer adalah 5.000 – 6.000 cGy dengan menggunakan COBALT

atau LINAC dengan cara pemberian 200 cGy/x/hari, 5 hari dalam seminggu. Pemberian

radiosensitiser dapat lebih meningkatkan respons irradiasi itu, misalnya dengan memberikan

obat anti-kanker karboplatin, golongan taxan, gemsitabine, capecitabine dengan dosis sangat

kecil sehingga tidak mempunyai efek sistemik. Radioterapi dapat diberikan sendiri

(radiotherapy only) atau kombinasi dengan kemoterapi (konkuren, sekuensial atau

alternating) meskipun sebagai konsekuensinya toksisiti menjadi lebih banyak dan sangat

mengganggu.

Page 10: Laporan pendahuluan Ca kolon

Evaluasi toksisiti harus dilakukan setiap setelah pemberian 5x, jika ditemukan gangguan

sistem hemostatik salah satu atau lebih :

HB  <10 gr%

Leukosit  < 3.000/dl

Trombosit < 100.000/dl

Maka pemberian irradiasi harus dihentikan dulu dan dilakukan koreksi toksisiti itu dan

dapat segera dimulai jika sudah memenuhi syarat. Toksisiti non-hematologik juga sering

timbul dan yang sangat menganggu pasien adalah esopagitis, batuk akibat pneumonitis

radiasi atau fibrosis. Jika melebihi grade 3 WHO naka irradiasi harus dipertimbangkan

untuk dihentikan.

Evaluasi renspons irradiasi dilakukan setiap setelah pemberian 10x (1.000 cGy) dengan

foto toraks. 

Respons komplit : tumor menghilang 100%, iradiasi dapat dilanjutkan sampai selesai

Respons sebagian/parsial : tumor mengecil < 90% tapi > 50%, irradiasi dapat

dilanjutkan dan nilai kembali setelah 10x pemberian berikutnya.

Tumor menetap/stabil : tumor mengecil < 50% atau membesar <25%, irradiasi dapat

diteruskan dengan evalauasi lebih ketat. Jika respons subyektif memburuk atau

bertambah irradiasi harus di hentikan.

Progresif : tumor bertambah besar > 25% atau tumbuh tumor baru maka irradiasi

harus dihentikan.

Pemberian irradiasi untuk KPKSK harus diberikan setelah pasien mendapat kemoterapi

6 siklus. 

Kemoterapi

Kemoterapi dapat diberikan pada semua jenis histologis kanker paru. 

Kemoterapi untuk KPKSK

Kemoterapi adalah terapi pilihan untuk KPKSK stage terbatas atau stage luas.    

Tambahan radiasi kepala dilakukan setelah kemoterapi 6 siklus.

Kemoterapi untuk  KPKBSK berdasarkan stage.  Kemoterapi  dapat diberikan pada

semua stage tetapi pada stage I dan II pascabedah kemoterapi ditentukan berdasarkan

stage pascabedah. Kemoterapi untuk KPKBS stage III dan IV  merupakan terapi

Page 11: Laporan pendahuluan Ca kolon

paliatif. Stage I dan II yang inoperable cases ( PS buruk atau tidak bersedia di

operasi atau ada kontraindikasi untuk operasi)  dapat dianjurkan kemoterapi dan

sebaiknya dipertimbangkan pula radioterapi.

Kemoterapi dapat diberikan jika memenuhi syarat antara lain:  keadaan umum baik skala

karnofsky >70), fungsi hati, ginjal dan sistem homeostatik (darah) baik dan masalah finasial

dapat diatasi. Syarat untuk hemostatik yang memenuhi syarat adalah ;

HB > 10 gr%

Leukosit > 4.000/dl

Trombosit > 100.000/dl

Tampilan umum berdasarkan Skala karnofsky  dan WHO

 Skala   Pengertian 

 90 – 100    0  dapat beraktifiti normal, tanpa keluhan yang menetap

 70 - 80     1 dapat beraktifiti normal tetapi ada keluhan berhubungan dengan

sakitnya

 50 – 70    2 membutuhkan  bantuan orang lain untuk melakukan aktifiti yang

spesifik

 30 – 50    3  sangat bergantung pada bantuan orang lain untuk aktifiti rutin

 10  - 30    4  Tidak dapat bangkit dari tempat tidur

Toksisiti kemoterapi

Evaluasi toksisiti non-hematologik segera setelah pemberian kemoterapi dimulai,

toksisiti itu dinilai tingat keparahannya berdasarkan skala toksisiti WHO sedangkan toksisiti

hematologik sebaiknya dilakukan setiap 1 minggu. Berat ringannya toksisiti akan

mempengaruhi jadwal pemberian kemoterapi berikutnya. Toksisiti non-hematologik yang

paling sering timbul 

Mual dan muntah

Diare

Neuropati

Alopesia

Page 12: Laporan pendahuluan Ca kolon

Toksisiti hematologi grade III/IV harus segera dikoreksi untuk menghindarkan

terjadinya neutropenia fever yaitu demam pada pasien dengan neutrofil < 1.000/dl. Jadwal

kemoterapi akan tertunda jika ditemukan gangguan sistem hematopoitik 

HB < 10 gr%

Leukosit < 3.000/dl

Trombosit < 100.000/dl

Jika setelah dilakukan koreksi nilai batas dapat dicapai maka kemoterapi dapat segera

diberikan. Jadwal kemoterapi sebaiknya jangan tertunda > 2 minggu.

Rejimen  kemoterapi

Kemoterapi untuk kanker paru minimal berupa rejimen yang terdiri dari lebih dari 1

obat anti-kanker dan diberikan dengan siklus 21 atau 28 hari setiap siklusnya. 

Kemoterapi untuk KPKSK diberikan sampai 6 siklus dengan ”cisplatin based” rejimen

yang diberikan :

Sisplatin + etoposid

Sisplatin + irinotekan (CPT-11)

Pada keadaan tertentu sisplatin dapat digantikan dengan karboplatin dan irinotekan

digantikan dengan dosetaksel.

Kemoterapi untuk KPKBSK dapat 6 siklus (pada kasus tertentu diberikan sampai

lebih dari 6 siklus) dengan ”platinum based” rejimen yang diberikan sebagai terapi

lini pertama (first line) adalah :

Karboplatin/sisplatin + etoposid

Karboplatin/sisplatin + gemsitabin

Karboplatin/sisplatin + paklitaksel

Karboplatin/sisplatin + dosetaksel

Respons kemoterapi

Respons kemoterapi dapat dinilai dari 2 sisi, dari pasien disebut dengan respons

subyektif dan dari penyakitnya atau tumornya disebut dengan respons obyektif.

Respons subyektif yaitu menilai respons pada subyektif 

Penilaian respons subyektif dilakukan setiap akan memberikan siklus kemoterapi

berikutnya. Respons yang dinilai adalah apakah terjadi pertambahan berat badan

dan/atau penurunan keluhan akibat tumornya. 

Respons obyektif yaitu menilai respons pada tumor primernya

Page 13: Laporan pendahuluan Ca kolon

Respons obyektif  kemoterapi dilakukan minimal setelah pemberian 2 siklus ( H -1

siklus ke 3) dengan foto toraks. CT-scan dilakukan untuk menilai respons objektif

setelah 3 siklus ( H -1 siklus ke 4).

Respons obyektif menggunakan kriteria

Respons komplit (CR = complete response) jika tumor hilang 100% dan menetap

dalam 3 minggu

Respons sebagian (PR = partial response) jika tumor mengecil < 90% tetapi > 50%

dan menetap dalam 3 minggu

Menetap (SD = stable diseases) jika tumor mengecil < 50% atau membesar < 25%

dan menetap dalam 3 minggu

Progresif (PD = progressive diseases) jika tumor membesar > 25% atau tumbul

tumor atau metastasis baru.

Sikap Untuk Evaluasi Kemoterapi

Penilaian dari evalausi respons kemoterapi harus mewakili respons subyektif dan

obyektif.

Pada KPKSK jika pada evaluasi pertama (setelah pemberian 3 siklus menjelang

pemberian siklus ke-4) terdapat CR/PR kemoterapi dilanjutkan sampai 6 siklus, jika

terdapat SD/PD evaluasi ulang hasil pemeriksan patologi anatomi, apakah benar

KPKSK ??

Pada KPKBSK jika pada evaluasi pertama (setelah pemberian 3 siklus menjelang

pemberian siklus ke-4) terdapat CR/PR atau SD tetapi respons subyektif baik maka

kemoterapi dapat dilanjutkan sampai 6 siklus. Jika respons kemoterapi PR meskipun

respons subyektif baik maka kemoterapi tetap dapat diberikan dengan memberikan

rejimen yang berbeda atau lini kedua (second line).

Targeted Therapy.

Targeted therapy adalah obat kanker yang menggunakan reseptor untuk membunuh

sel kanker, yang telah digunakan luas saat ini adalah obat yang bekerja sebagai TKI

(tirosin kinase inhibitor). Seperti erlotinib dan gefitinib, obat golongan ini lebih

sederhana cara pemberiannya dan ringan efek sampingnya, tetapi pemanfaatannya

sebagai terapi lini pertama  (first line) masih perlu pembuktian lebih lanjut.

Penggunaan obat obat lain misal imunoterapi, herbal medicine, chinese traditional

medicine, dll masih dalam penelitian dan belum menjadi standar pengobatan kanker

paru.

8. ASUHAN KEPERAWATAN

Page 14: Laporan pendahuluan Ca kolon

a. Pengkajian

  Pemeriksaan Fisik :

Pada pemeriksaan fisik pasien dengan kanker paru akan didapatkan sebagai berikut :

         Inspeksi

Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang

diperiksa melalui pengamatan. Cahaya yang adekuat diperlukan agar perawat dapat

membedakan warna, bentuk dan kebersihan tubuh klien. Fokus inspeksi pada setiap

bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris. Dan perlu

dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh

lainnya. Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat struma di leher, kulit kebiruan

(sianosis), dan lain-lain.

         Palpasi

Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan jari-

jari adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya

tentang : temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, ukuran.

Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi :

· Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai.

· Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering

· Kuku jari perawat harus dipotong pendek.

· Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir.

Misalnya : adanya tumor, oedema, krepitasi (patah tulang), dan lain-lain.

         Perkusi

Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh

tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan) dengan

tujuan menghasilkan suara.

Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi

jaringan. Perawat menggunakan kedua tangannya sebagai alat untuk menghasilkan

suara.

Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah :

Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.

Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru pada

pneumonia.

Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung,

perkusi daerah hepar.

Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong,

misalnya daerah caverna paru, pada klien asthma kronik.

         Auskultasi

Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang

dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop.

Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.

Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :

Page 15: Laporan pendahuluan Ca kolon

Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus

pernafasan mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya

pada klien pneumonia, TBC.

Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat

ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada

edema paru.

Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase inspirasi

maupun ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.

Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan

amplas pada kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.

1). Aktivitas/ istirahat.

         Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin, dispnea

karena aktivitas.

         Tanda : Kelesuan( biasanya tahap lanjut).

2). Sirkulasi.

         Gejala : JVD (obstruksi vana kava). Bunyi jantung : gesekan pericardial

(menunjukkan efusi), Takikardi/ disritmia, Jari tabuh.

3). Integritas ego.

         Gejala : Perasaan takut. Takut hasil pembedahan,Menolak kondisi yang berat/

potensi keganasan.

         Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang – ulang.

4). Eliminasi.

         Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil).

Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor

epidermoid)

5). Makanan/ cairan.

         Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan,

Kesulitan menelan, Haus/ peningkatan masukan cairan.

         Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut)

Edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena kava), edema wajah/ periorbital

(ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)

Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid).

6). Nyeri/ kenyamanan.

         Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu pada tahap

lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi.

Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma)

Nyeri abdomen hilang timbul.

7). Pernafasan.

         Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau produksi

sputum. Nafas pendek, Pekerja yang terpajan polutan, debu industri, Serak, paralysis

Page 16: Laporan pendahuluan Ca kolon

pita suara.

Riwayat merokok

 Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja. Peningkatan fremitus taktil

(menunjukkan konsolidasi). Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan

aliran udara), krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea ( area yang mengalami

lesi). Hemoptisis.

8). Keamanan.

         Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma)

Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)

9). Seksualitas.

         Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel besar)

Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)

10). Penyuluhan.

         Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker(khususnya paru), tuberculosis,

Kegagalan untuk membaik.

b. Diagnosa Keperawatan

1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d produksi sputum yang berlebih

2) Nyeri akut b.d agen cedera

3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis

4) Intoleran aktivitas b.d ketidaksimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

c. Intevensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan

Ketidak

efektifan

bersihan

jalan

nafas b.d

produksi

sputum

yang

berlebih

NOC:- respiratory

status:

ventilation- respiratory

status: airway

patency- aspiration

control

Setelah

dilakukan

asuhan

keperawatan

1x24 jam pasien

menunjukkan

keefektifan jalan

nafas dengan

kriteria hasil:

NIC:

1. Pastikan kebutuhan oral/tracheal suctioning

2. Berikan O2....l/menit, metode.....

3. Anjurkan pasien untuk istirahat dan nafas dalam

4. Posisikan pasien untuk memaksimalkan vantilasi

5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu

6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

7. Auskultasi suara nafas. Catat adanya suara tambahan

8. Berikan bronkodilator

9. Monitor status dinamik

10. Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab

11. Atur intake untuk ciran mengoptimalkan

keseimbangan

12. Monitor respirasu dan status O2

13. Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk

mengencerkan sekret

14. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang

penggunaan peralata: suction, o2, inhalasi

Page 17: Laporan pendahuluan Ca kolon

- mendemonstra

sikan batuk

efektif dan

suara nafas

yang bersih,

tidak ada

sianosis dan

dyspneu- menunjukkan

jalan nafas

yang paten- saturasi O2

dalam batas

normal

Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan

Nyeri

akut b.d

agen

injury

(fisik)

NOC :

- Pain Level,

- pain control,

- comfort

level

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 1 x 24

jam nyeri dapat

berkurang,

dengan kriteria

hasil:

- Mampu

mengont

rol nyeri

(tahu

NIC : PAIN MANAGEMENT

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk

lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor

presipitasi

2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan

dukungan

4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti

suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

5. Kurangi faktor presipitasi nyeri

6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam,

relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin

8. Tingkatkan istirahat

9. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri

Kolaborasi :

1. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri bila perlu

Page 18: Laporan pendahuluan Ca kolon

- penyeba

b nyeri,

mampu

menggun

akan

tehnik

nonfarm

akologi

untuk

mengura

ngi

nyeri,

mencari

bantuan)

- Tanda

vital

dalam

rentang

normal

- Tidak

mengala

mi

ganggua

n tidur

Diagnosa Tujuan Rencana TindakanKetidak

seimbang

an nutrisi

kurang

dari

kebutuha

n tubuh

NOC:

- Nutritional

status:

adequacy of

nutrient

- Nutrional

status: food

NIC: NUTRITION MANAGEMENT

1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah

kalori yang di butuhkan pasien

2. Monitor adanya penurunan berat badan

3. Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb

dan kadar Ht

4. Monitor mual dan muntah

Page 19: Laporan pendahuluan Ca kolon

b.d faktor

biologis

and fluaid

intake

- Weight

control

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama.... nutrisi

kuran teratasi

dengan kriteria

hasil:

- Albumin

serum

- Albumin

serum

- Hematokrit

- Hemoglobin

- Total iron

binding capasity

- Jumlah

limfosit

- Tidak terjadi

penurunan berat

badan

5. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan

konjungtiva

6. Monitor intake nutrisi

7. Atur posisi semi fowler atau fowler selama makan

8. Anjurkan banyak minum

9. Pertahankan terapi iv line

10. Beri makan sedikit tapi sering

11. Kolaborasi pemberian antiemetik: Ranitidin

Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan

Intoleran

aktivitas

b.d

ketidaksi

mbangan

antara

suplai

dan

NOC:- Self care:

ADLs- Toleransi

aktivitas- Konservasi

energi

Setelah

NIC:

1. Observasi adanya pembatasan klien dalam

melakukan aktivitas

2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan

3. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat

4. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik

5. Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas

6. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien

Page 20: Laporan pendahuluan Ca kolon

kebutuha

n oksigen

dilakukan

asuhan

keperawatan

selama 3x24

jam. Pasien

bertoleransi

terhadap

aktivitas dengan

kriteria hasil:- Berpartisipasi

dalam

aktivitas fisik

tanpa disertai

peningkatan

tekanan darah,

nadi, dan RR- Mampu

melakukan

aktivitas

sehari-hari

secara mandiri- Keseimbangan

aktivitas

dengan

istirahat

7. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang

mampu dilakukan

8. Bantu untuk memiih aktivitas konsisten yang sesuai

dengan kemampuan fisik

9. Bantu kien/keluarga untuk mengidentifikasi

kekurangan dalam aktivitas

10. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual

http://www.parkwaycancercentre.com/id/informasi-kanker/jenis-kanker/apakah-itu-

kanker-paru-paru/

http://kankerparu.org/main/index.php?

option=com_content&task=view&id=17&Itemid=31