LAPORAN KASUS 2 Trauma Tumpul Abdomen

36
LAPORAN KASUS BLUNT ABDOMINAL TRAUMA Frensi Ayu Primantari H1A 005 019 PEMBIMBING : dr. H. Sigit Jatmika Sp.B Dalam Rangka Mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya Di Lab/SMF Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Mataram/RSUP NTB 2012

description

laporan kasus taruma tumpul abdomen

Transcript of LAPORAN KASUS 2 Trauma Tumpul Abdomen

Page 1: LAPORAN KASUS 2 Trauma Tumpul Abdomen

LAPORAN KASUS

BLUNT ABDOMINAL TRAUMA

Frensi Ayu Primantari

H1A 005 019

PEMBIMBING :

dr. H. Sigit Jatmika Sp.B

Dalam Rangka Mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya

Di Lab/SMF Bedah

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram/RSUP NTB

2012

Page 2: LAPORAN KASUS 2 Trauma Tumpul Abdomen

BAB I

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : Tn. P

Usia : 30 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Praya, Lombok Tengah

Pekerjaan : Petani

RM : 029231

MRS : 31Maret 2012 pukul 18.05

B. Anamnesa

Keluhan Utama : Nyeri seluruh lapang perut

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien rujukan RS Soedjono Selong dengan “suspek internal bleeding ec trauma

tumpul abdomen” post KLL pada pukul 10.30 WITA (±7 jam SMRS) tanggal 31

Maret 2012 mengeluh nyeri pada seluruh lapang perutnya. .

MOI : Pasien pengendara sepeda motor hendak menyalip kendaraan di depannya.

Dari arah berlawanan, datang sebuah mobil yang melaju kencang. Motor yang

dikendarai pasien kemudian menabrak mobil tersebut. Pasien terjatuh berguling di

tengah jalan. Pasien tidak mengingat benda apa yang membentur dinding

perutnya sebelum jatuh berguling di jalan.

Setelah terjatuh, pasien tidak mengingat detail kejadian yang terjadi beberapa saat

setelah kecelakaan. Riwayat pingsan setelah kejadian (-), riwayat mual (+),

muntah (+) berupa cairan , nyeri kepala (-). Setelah kejadian, pasien mengeluh

pada perut kirinya terdapat jejas yang nyeri, ukuran perut semakin membesar

Page 3: LAPORAN KASUS 2 Trauma Tumpul Abdomen

(distensi), tegang dan terasa sangat nyeri. Nyeri perut dirasakan semakin

bertambah saat bernafas.

Pasca kecelakaan, pasien dibawa ke puskesmas Aikmel untuk mendapat

pertolongan pertama. Di puskesmas, seingat pasien, ia mendapat perawatan luka

dan dilakukan pemasangan infus cairan. Kemudian, pasien segera dirujuk ke

RSUD Selong.

Sesampai di RSUD Selong, pada pasien dilakukan pemeriksaan radiologi foto

rontgent abdomen dan pemberian beberapa obat injeksi. Menurut keterangan

pasien, ia segera dirujuk ke RSUP NTB tidak lama setelah ditangani di RSUD

Selong dengan alasan keterbatasan sarana.

Selama diobservasi di IGD RSUP NTB, pasien mengaku tidak mengalami

gangguan berkemih. Pasien tetap dapat kencing dengan lancar meski melalui

selang kateter dan tidak mengeluhkan nyeri saat berkemih.

Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat trauma sebelumnya (-). Riwayat DM (-),

HT (-). Riwayat alergi obat (-).

Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang menderita

penyakit DM dan Hipertensi.

Riwayat Pengobatan : Sebelum dibawa ke RSUP NTB, pasien dibawa ke

puskesmas Aikmel. Di Puskesmas, pasien diterapi dengan infus lalu dirujuk ke

RSUD Soedjono Selong. Di RSUD Selong, pasien diperiksa lab HBG dengan

hasil sbb :

- Pukul 12.30 : 11,8 mg/dL

- Pukul 13.30 : 10,2 mg/dL

Setelah itu, pasien dirujuk dengan sebelumnya diterapi dengan :

- O2 3-5 lpm

- IVFD double line loading 1000 cc, lalu dimaintanance 28 tpm

Page 4: LAPORAN KASUS 2 Trauma Tumpul Abdomen

- Inj. Asam traneksamat 3 x 500 mg

- Inj.ketorolak 3 x 30 mg

- Pemasangan DC dan lingkar abdomen

- Pasang DC

Riwayat Kehidupan Sosial : Sehari-harinya, pasien bekerja sebagai petani.

Pasien tinggal dengan kedua orang tua, istri, dan seorang anaknya. Sumber

pendapatan didapat dari pasien dan istrinya yang keduanya bekerja sebagai petani.

C. Pemeriksaan Fisik

Tanggal Pemeriksaan : 3 April 2012

Status Present

Keadaan Umum : Lemah

Kesadaran : Compos Mentis

GCS : E4V5M6

Tensi : 90/60 mmHg

Nadi : 160 x/menit

Pernafasan : 36 x/ menit

Suhu : 36,7 0C

Status Generalis

o Kepala dan Leher

- Regio frontal : terdapat vulnus appertum ukuran 7 cm x 1 cm.

- Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, reflex pupil +/+,

isokor, bentuk regular.

- Hidung : deformitas (-), rhinorhea (-)

- Telinga : Otorhea -/-

Page 5: LAPORAN KASUS 2 Trauma Tumpul Abdomen

- Leher : Pembesaran KGB (-), Peningkatan JVP -/-.

o Thorax

- Pulmo

1. Inspeksi : Bentuk simetris, Barrel chest (-), permukaan dinding dada

simetris. Pada permukaan dinding dada : hiperpigmentasi (-), spidernevi

(-), vena kontralateral (-), penggunaan otot strenocleidomastoid (-), otot

intercostalis (-), fosa supraclavicula dan infraclavicula cekung, fosa

jugularis simetris, deviasi trakea (-), sela iga kanan dan kiri (-). Tampak

frekuensi nafas meningkat. Tampak vulnus excoriatum region clavicula

dextra ukuran 5 cm x 0,5 cm

2. Palpasi : Pergerakan dinding dada kiri dan kanan simetris

3. Perkusi : Sonor di kedua lapang paru

4. Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronchi -/-, wheezing -/-.

Page 6: LAPORAN KASUS 2 Trauma Tumpul Abdomen

- Cor :

1. Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak

2. Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS V, 2 jari lateral linea

midclavikula sinistra

3. Auskultasi : batas kanan jantung : ICS II linea midclavicula dextra,

batas kiri jantung : ICS V linea parasternal kiri

4. Perkusi : S1S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-)

o Abdomen

1. Inspeksi : distesi (+), lingkar perut menigkat, pada permukaan kulit :

sikatriks (-), vulnus excoriatum (+) pada abdomen kiri ukuran 15 cm x 15 cm,

pucat (-), sianosis (-), kuning (-), vena kontralateral (-), darm contour (-), darm

steifung (-).

Gambar diambil post-op : tampak jejas pada perut kiri ukuran 15 cm x 15 cm

Page 7: LAPORAN KASUS 2 Trauma Tumpul Abdomen

Tampak jahitan post operatif pada abdomen ukuran 20 cm x 2 cm

2. Auskultasi : BU (+) menurun

3. Perkusi : Redup

4. Palpasi : Nyeri tekan (+) di seluruh lapang perut, perut tegang.

Page 8: LAPORAN KASUS 2 Trauma Tumpul Abdomen

o Extremitas :

Tampak vulnus excoriatum pada region femur dextra ukuran 15 cm x 4 cm

Tampak vulnus excoriatum pada region cruris dextra ukuran 7 cm x 2 cm

Page 9: LAPORAN KASUS 2 Trauma Tumpul Abdomen

1. Hangat : (+)

2. Edema : (-)

D. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

Komponen pemeriksaan

Tanggal 31 Maret 2012

Pukul 18.25 Pukul 20.00

HGB 11,7 g/dL 10,9 g/dL

RBC 3,90 x 106/µL 3,62 x 106/µL

HCT 36,6 % 35,4 %

MCV 93,8 fL 97,8 fL

MCH 30,0 pg 30,1 pg

WBC 10,22 x 103/µL 8,14 x 103/µL

PLT 318.000 /µL 307.000/µL

GDS 106 mg/dL

Kreatinin 1,6 mg/dL

Ureum 29 mg/dL

SGOT 223 mg/dL

SGPT 203 mg/dL

BT 2’15” menit

CT 6’30” menit

HbsAg (-)

Page 10: LAPORAN KASUS 2 Trauma Tumpul Abdomen

Rontgent

Foto thorax AP : Tampak diafragma terdorong ke atas

Page 11: LAPORAN KASUS 2 Trauma Tumpul Abdomen

BNO 3 posisi terlentang

Page 12: LAPORAN KASUS 2 Trauma Tumpul Abdomen

BNO 3 posisi LLD

Page 13: LAPORAN KASUS 2 Trauma Tumpul Abdomen

BNO 3 posisi ½ duduk

E. Resume

Anamnesa : Pasien laki-laki, 30 tahun mengeluh nyeri seluruh

permukaan abdomen post KLL tabrakan dengan mobil ± 7 jam SMRS. Setlah

kendaraan pasien menabrak mobil dari arah berlawanan, pasien terjatuh berguling

di tengah jalan, namun ia tidak mengingat benda apa yang membentur dinding

perutnya sebelum jatuh berguling di jalan.

Setelah terjatuh, pasien tidak mengingat detail kejadian yang terjadi beberapa saat

setelah kecelakaan. Riwayat pingsan setelah kejadian (-), riwayat mual (+),

muntah (+) berupa cairan , nyeri kepala (-). Setelah kejadian, pasien mengeluh

pada perut kirinya terdapat jejas yang nyeri, ukuran perut semakin membesar

Page 14: LAPORAN KASUS 2 Trauma Tumpul Abdomen

(distensi), tegang dan terasa sangat nyeri. Nyeri perut juga dirasakan saat

bernafas.

Pasien dibawa ke puskesmas Aikmel untuk mendapat pertolongan pertama berupa

perawatan luka dan pemasangan infus cairan. Kemudian, pasien segera dirujuk ke

RSUD Selong.

Sesampai di RSUD Selong, pada diperiksa radiologi foto rontgent abdomen dan

diberi beberapa obat injeksi. Kemudian dirujuk ke RSUP NTB tidak lama setelah

ditangani di RSUD Selong dengan alasan keterbatasan sarana.

Selama diobservasi di IGD, pasien mengaku tidak mengalami gangguan

berkemih. Pasien tetap dapat kencing dengan lancar meski melalui selang kateter

dan tidak mengeluhkan nyeri saat berkemih.

Pemeriksaan fisik :

KU : lemah

Kes : CM GCS : E4V5M6

Tensi : 90/60 mmHg

Nadi : 160 x/menit

Pernafasan : 36 x/ menit

Suhu : 36,7 0C

o K/L : Kepala dan Leher

- Regio frontal : terdapat vulnus appertum ukuran 7 cm x 1 cm.

- Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, reflex pupil +/+,

isokor, bentuk regular.

- Hidung : deformitas (-), rhinorhea (-)

- Telinga : Otorhea -/-

Page 15: LAPORAN KASUS 2 Trauma Tumpul Abdomen

- Leher : Pembesaran KGB (-), Peningkatan JVP -/-. Tampak

vulnus excoriatum region coli dextra ukuran 5 cm x 0,5 cm

o Thorax

- Pulmo

1. Inspeksi : Bentuk simetris, Barrel chest (-), permukaan dinding dada

simetris. Pada permukaan dinding dada : hiperpigmentasi (-),

spidernevi (-), vena kontralateral (-), penggunaan otot

strenocleidomastoid (-), otot intercostalis (-), fosa supraclavicula dan

infraclavicula cekung, fosa jugularis simetris, deviasi trakea (-), sela

iga kanan dan kiri (-). Tampak frekuensi nafas meningkat.

2. Palpasi : Pergerakan dinding dada kiri dan kanan simetris

3. Perkusi : Sonor di kedua lapang paru

4. Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronchi -/-, wheezing -/-.

- Cor : dalam batas normal

o Abdomen

1. Inspeksi : distesi (+), lingkar perut menigkat, pada

permukaan kulit : sikatriks (-), vulnus excoriatum (+) pada abdomen kiri

ukuran 15 cm x 15 cm, pucat (-), sianosis (-), kuning (-), vena

kontralateral (-), darm contour (-), darm steifung (-).

2. Auskultasi : BU (+) menurun

3. Perkusi : Redup

4. Palpasi : Nyeri tekan (+) di seluruh lapang perut, perut

tegang.

Page 16: LAPORAN KASUS 2 Trauma Tumpul Abdomen

o Extremitas : tampak vulnus excoriatum pada genu sinistra ukuran 5 cm x 5 cm

1. Hangat : (+)

2. Edema : (-)

Pemeriksaan Penunjang :

- DL : HGB menurun pada 2 kali pemeriksaan, MCV dan MCH normal,

Platelet menurun, HCT menurun. Kesan : perdarahan akut.

- Rontgent :

1. Thorax AP : tambak diafragma terdorong ke atas. Kesan : terdapat

perforasi organ berongga di abdomen.

2. Rontgent abdomen LLD : Step ladder appearance dan air fluid level (+). .

Kesan : Perdarahan intra abdomen

F. Diagnosis Kerja

1. Peritonitis generalisata ec suspek perforasi organ berongga ec blunt abdominal trauma

2. Perdarahan intra abdomen ec suspek rupture organ padat intra abdomen ec blunt

abdominal trauma

3. Vulnus excoriatum multiple

G. Prognosis

Dubia ad Bonam

H. Penatalaksanaan

1. Resusitasi

- O2 6 lpm

- Infus RL guyur sampai tensi systole > 100 mmHg. Setelah itu, dilanjutkan 30

tpm

- Monitor urine output

Page 17: LAPORAN KASUS 2 Trauma Tumpul Abdomen

2. Pemeriksaan rontgent thorax AP dan Abdomen BNO 3 posisi

3. Laparotomi cito

4. Medikamentosa Post Op :

- Ceftriaxon 1 g/12 jam

- Metronidazole 1 flash/12 jam

- Ranitidine 50 mg/8 jam

- Kalnex 500 mg/8 jam’

- Vit K 10 mg/8 jam

- Puasa 5 hari :

Hari I : RD 1000 cc + D5% 1500 cc

Hari II-III : RD 1000 cc + D10% 1500 cc

Hari IV –V : RD 1000 cc + D 10 % 1500 cc

5. Cek DL Post Op

Page 18: LAPORAN KASUS 2 Trauma Tumpul Abdomen

BAB II

LANDASAN TEORI

1. DEFINISI

1.1. DEFINISI TRAUMA TUMPUL ABDOMEN

Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera. Trauma

pada abdomen dapat di bagi menjadi dua jenis. Trauma penetrasi dan Trauma non

penetrasi

1)Trauma penetrasi

a. Luka tembak

b. Luka tusuk

2) Trauma non-penetrasi

a. Kompresi

b. Hancur akibat kecelakaan

c. Sabuk pengaman

d. Cedera akselerasi

Trauma tumpul abdomen adalah cedera atau perlukaan pada abdomen tanpa penetrasi ke

dalam rongga peritoneum, dapat diakibatkan oleh pukulan, benturan, ledakan, deselarasi

(perlambatan), atau kompres. Benturan pada trauma tumpul abdomen dapat menimbulkan

cedera pada organ berongga berupa perforasi atau pada organ padat berupa perdarahan. (1)

Trauma pada dinding abdomen terdiri kontusio dan laserasi.

1. Kontusio dinding abdomen disebabkan trauma non-penetrasi. Kontusio dinding

Page 19: LAPORAN KASUS 2 Trauma Tumpul Abdomen

abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau

penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor.

2. Laserasi, jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen

harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.

Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat

menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan

imonologi dan gangguan faal berbagai organ.

Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Sjamsuhidayat terdiri dari:

1. Perforasi organ viseral intraperitoneum.

Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada dinding

abdomen

2. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen. Luka tusuk pada abdomen dapat

menguji kemampuan diagnostik ahli bedah.

3. Cedera thorak abdomen

Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau sayap

kanan dan hati harus dieksplorasi. (1)

1.2. DEFINISI PERITONITIS

Peritonitis adalah peradangan pada peritonium yang merupakan pembungkus visera

dalam rongga perut. Peritonitis adalah suatu respon inflamasi atau supuratif dari

peritoneum yang disebabkan oleh iritasi kimiawi atau invasi bakteri.

Peritonitis dapat disebabkan oleh kelainan di dalam abdomen berupa inflamasi dan

penyulitnya misalnya perforasi appendisitis, perforasi tukak lambung, perforasi tifus

Page 20: LAPORAN KASUS 2 Trauma Tumpul Abdomen

abdominalis. Ileus obstruktif dan perdarahan oleh karena perforasi organ berongga

karena trauma abdomen. Secara umum, penyebab peritonitis dapat dibagi menjadi :

a.Bakterial infeksi : Bacteroides, E.Coli, Streptococus, Pneumococus, proteus, kelompok

Enterobacter-Klebsiella, Mycobacterium Tuberculosa.

b.Kimiawi : Getah lambung,dan pankreas, empedu, darah, urin, benda asing (2)

2. PATOFISIOLOGI

Mekanisme terjadinya trauma pada trauma tumpul disebabkan adanya deselerasi cepat

dan adanya organ-organ yang tidak mempunyai kelenturan (noncomplient organ) seperti

hati, limpa, pankreas, dan ginjal. Kerusakan intra abdominal sekunder untuk kekuatan

tumpul pada abdomen secara umum dapat dijelaskan dengan 3 mekanisme, yaitu :

1. Saat pengurangan kecepatan menyebabkan perbedaan gerak di antara struktur.

2. Isi intra-abdominal hancur di antara dinding abdomen anterior dan columna vertebra

atautulang toraks posterior. Hal ini dapat menyebabkan remuk, biasanya organ padat

(spleen, hati,ginjal) terancam.

3. Gaya kompresi eksternal yang menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdomen

yangtiba-tiba dan mencapai puncaknya pada ruptur organ berongga.

Patofisiologi yang terjadi berhubungan dengan terjadinya trauma abdomen adalah

1. Terjadi perpindahan cairan berhubungan dengan kerusakan pada jaringan, kehilangan

darah dan shock.

2. Perubahan metabolic dimediasi oleh CNS dan system makroendokrin, mikroendokrin.

3. Terjadi masalah koagulasi atau pembekuan dihubungkan dengan perdarahan massif

dantransfuse multiple

4. Inflamasi, infeksi dan pembentukan formasi disebabkan oleh sekresi saluran

pencernaan dan bakteri ke peritoneum

5. Perubahan nutrisi dan elektrolit yang terjadi karena akibat kerusakan integritas rongga

saluran pencernaan.

Page 21: LAPORAN KASUS 2 Trauma Tumpul Abdomen

Berdasaran jenis organ yang cedera dapat dibagi dua :

1. Pada organ padat seperti hepar dan limpa dengan gejala utama perdarahan.

2. Pada organ berongga seperti usus dan saluran empedu dengan gejala utama adalah

peritonitis. (1)

Pada trauma abdomen baik trauma tembus abdomen dan trauma tumpul abdomen

dapat mengakibatkan peritonitis sampai dengan sepsis bila mengenai organ yang

berongga intra peritonial. Rangsangan peritonial yang timbul sesuai dengan isi dari

organ berongga tersebut, mulai dari gaster yang bersifat kimia sampai dengan kolon

yang berisi feses. Rangsangan kimia onsetnya paling cepat dan feses paling lambat.

Bila perforasi terjadi dibagian atas, misalnya didaerah lambung maka akan terjadi

perangsangan segera sesudah trauma dan akan terjadi gejala peritonitis hebat

sedangkan bila bagian bawah seperti kolon, mula-mula tidak terjadi gejala karena

mikroorganisme membutuhkan waktu untuk berkembang biak baru setelah 24 jam

timbul gejala akut abdomen karena perangsangan peritonium. (2)

3. PEMERIKSAAN

Cedera tumpul bisa sangat sulit untuk dideteksi. Cedera perut tembus, seperti luka

tusuk, menyebabkan kerusakan yang lebih jelas bahwa umumnya melibatkan organ

berongga seperti usus kecil. Jika pasien stabil, melakukan penilaian lengkap

menggunakan inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi. Jika pasien tidak stabil,

pemeriksaan fisik mungkin harus mengandalkan inspeksi dan auskultasi saja.

1. Inspeksi

Mencari dan mencatat kelainan yang tampak, termasuk distensi, memar, lecet, luka,

luka penetrasi, dan asimetri. Dapat juga dengan mengeksplorasi adanya mencari

memar atau abrasi di perut bawahnya, yang dikenal sebagai "tanda sabuk pengaman."

Wilayah perubahan warna ungu harus membuat Anda curiga. Ecchymosis sekitar

umbilikus (tanda Cullen) atau panggul (tanda Gray-Turner) dapat mengindikasikan

perdarahan retroperitoneal, tetapi tanda-tanda ini mungkin tidak muncul selama

berjam-jam atau hari.

Page 22: LAPORAN KASUS 2 Trauma Tumpul Abdomen

2. Auskultasi

Jika upaya resusitasi tidak berjalan, Auskultasi dasar pasien anda, suara usus dan bruit

mendengarkan perut. Selalu Auskultasi sebelum perkusi dan palpasi karena prosedur

tersebut dapat mengubah frekuensi bising usus. Dengarkan keempat kuadran perut

dan dada pasien .

Tidak adanya bising usus bisa menjadi tanda awal kerusakan intraperitoneal.

Perforasi usus dan penyebaran darah, bakteri, dan iritasi kimia dapat menyebabkan

bising usus berkurang atau tidak ada. Usus suara di dada mungkin menandakan

diafragma pecah dengan herniasi dari usus kecil ke dalam rongga toraks. Bruit perut

(vaskular terdengar karena aliran darah turbulen yang menyerupai sistolik murmur

jantung) mungkin sinyal cedera arteri atau aneurisma.

Jika rasa sakit yang dirasakan pasien sangat hebat, maka tunda pemeriksaan perkusi

dan palpasi; studi diagnostik seperti USG dan computed tomography (CT) studi

diperlukan untuk mengevaluasi kavum abdomen.

3. Perkusi

Dalam perut normal, perkusi memunculkan suara redup atau pekak atas organ padat

dan berisi cairan struktur (seperti kandung kemih penuh) dan timpani di daerah yang

ber-diisi (seperti perut). Temuan berikut abnormal:

* Nyeri dengan perkusi ringan menunjukkan peradangan peritoneum.

* Dullness di sayap kiri dan redup beralih di sayap kanan saat pasien berbaring miring

kiri (tanda Ballance ini) merupakan tanda cedera lien.

* Dullness di daerah yang biasanya mengandung gas darah dapat menunjukkan

akumulasi atau cairan.

* Hilangnya suara dullness atas organ padat menunjukkan adanya "udara bebas,"

yang sinyal perforasi usus.

4. Palpasi

Page 23: LAPORAN KASUS 2 Trauma Tumpul Abdomen

Mulailah dengan lembut meraba perut pasien di region abdomen di mana dia tidak

mengeluh sakit. Palpasi satu kuadran digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

nyeri lokal. Nyeri seluruh kuadran abdomen selama palpasi merupakan tanda adanya

peritonitis. (3)

4. PENATALAKSANAAN

Modalitas evaluasi terkini pada pasien pasca trauma tumpul abdomen meliputi

1. Pemeriksaan fisik

Pemerikasaan fisik abdomen penting dilakukan untuk mengevaluasi kondisi

patologis yang terjadi di dalam abdomen. Pasien dengan blood loss yang signifikan

akan menunjukkan gejala hypovolemia sistemik berupa hipotensi, takikardia,

tachypnea, dan air hunger serta tanda hipoperfusi jaringan berupa oliguria atau

penurunan status mental. Hemoperitoneum yang luas akan menyebabkan ketegangan

dinding abdomen, distensi abdomen, trauma organ berongga menyebabkan

munculnya tanda peritonitis. Namun demikina, respon simpatis tubuh akan

mengkompensasi kondisi patologis sementara waktu sehingga tanda dan gejala

hipovolemia, dan distensi abdomen dan tanda iritasi peritoneum bisa tidak Nampak

pada jam-jam awal pasca trauma. Selain itu, pasien multi-trauma umumnya juga

mengalami blood loss akibat perlukaan dari organ lain.

2. Diagnosis dengan peritoneal lavage

( John Mikel Inartu. 2006.)

Page 24: LAPORAN KASUS 2 Trauma Tumpul Abdomen

Diagnostic peritoneal lavage (DPL) pertama kali diperkenalkan oleh Root dan

kawan-kawan pada tahun 1965 sebagai metode diagnostic yang aman dan signifikan

pada kasus-kasus trauma intra-abdomen. Prosedur ini meliputi tindakan peritoneal

dialysis catheter ke dalam kavum abdomen persis di bawah umbilicus, namun juga

dapat dilakukan di atas umbilicus jika terdapat fraktur pada pelvis, serta dilakukan

perkutan sehingga disebut teknik tertutup, atau dapat dilakukan dengan membuat

insisi kecil yang disebut teknik terbuka. Jika aspirat yang keluar berupa darah dengan

volume 10 ml, maka terdapat indikasi bahwa telah terjadi perdarahan intra-

abdominal yang signifikan. Jika aspirat bukan berupa darah maka pada tindakan ini

sebanyak 1 liter cairan normal saline dimasukkan dengan infuse ke dalam kavum

abdomen, kemudain dilakukan aspirasi yang pada hasil aspiratnya dilakukan

pemeriksaan laboratorium untuk memeriksa komponen darah yang ada pada aspirat

tersebut (RBC > 100,000/mm3; WBC > 500/ mm3), bilirubun, bakteri, atau bowel

contents. Jika terdeteksi komponen-komponen di atas pada aspirat, maka terdapat

indikasi telah terjadinya intra-abdominal injury yang signifikan.

DPL adalah teknik dengan tingkat akurasi yang tinggi (98 %),dan segera

setelah pengenalannya, teknik ini menjadi gold standard untuk mendiagnosa

significant intra-abdominal injury. Meski tergolong invasive, tindakan ini cukup

aman, hanya sebanyak < 1 % insiden yang terjadi yang menyebabkan komplikasi.

Kebanyakan kasus dengan hasil DPL (+) disebabkan oleh fraktur liver atau spleen.

Meskipun DPL sangat memudahkan terjadinya hollow viscus injury, namun jika

pengerjaannya dilakukan kurang dari 4 jam pasca trauma, umumnya hasilnya false

negative. Kekurangan dari tindakan ini adalah tidak dapat digunakan untuk

mendeteksi perdarahan retroperitoneum, tidak dapat dilakukan pada pasien-pasien

yang pernah memiliki riwayat pembedahan abdomen sebelumnya serta

dikontraindikasikan bagi wanita hamil.

3. Computerized axial tomography

Computerized axial tomography (CT) dapat digunakan untuk mendeteksi

kelaianan pada semua bagian tubuh. Pada tahun 1980an, alat ini mulai digunakan

sebagai pemeriksaan penunjang gai trauma tumpul abdomen yang kondisi

hemodinamiknya stabil. Selain sensitive, pemeriksaan dengan CT scan ini dipilih

Page 25: LAPORAN KASUS 2 Trauma Tumpul Abdomen

karena tidak infasif serta dapat digunakan untuk mengevaluasi ada tidaknya trauma

spine dan pelvis. Kekuranga dari pemeriksaan ini :

1. Butuh memakai kontras intravena. 2. Kurang sensitive untuk mendiagnosa organ

berongga, organ retroperitoneal, dan cedera diafragma. 3. Harus mentransport atau

memindahkan pasien ke lab radiologi slain harganya juga mahal.

4. Abdominal ultrasonography

Abdominal sonography telah digunakan untuk mengevaluasi blunt abdominal trauma

di Jepang, dan Eropa sejak awal tahun 1980an. USG pada kaus ini dapat digunakan

untuk : melihat adanya cairan/darah pada empat area berikut: 1. Subhepatic (hepato-

renal interface), 2. subsplenic (lienorenal interface), 3. pericardial 4. Pelvis.

Keuntungan pemeriksaan ini ilaha harganya murah, cepat, dapat diulang,alatnya

portable serta non-invasif.

5. Diagnostic laparoscopy.

Diagnostic laparoscopy mulai sering dilakukan pada pasien post trauma tajam.

Bagaimanapun juga, pada keadaan trauma tumpul, eksplorasi semua organ GIT

intraperitoneal sekalipun dikerjakan oleh seorang yang telah berpengalaman.

Tindakan ini juga kurang dapat digunakan untuk mendiagnosa adanya trauma yang

mengenai organ-organ retroperitoneum. Meski dapat digunakan untuk emndiagnosa

adanya trauma pada liver atau spleen, dan dapat digunakan untuk menterapi trauma

ringan, tindakan ini sulit digunakan untuk menilai derajat perlukaan. Pertimbangan

teoritis lain mengenai tindakan ini ialah adanya pneumoperitoneum dapat

menyebabkan air embolism diaman udara yang dihasilkan oleh karena trauma ini

memasuki vaskuler yang mengalami kerusakan. Kini telah muncul instrument bsru

yakni smaller scopes serta teknik gasless laparoscopy. (5)

Page 26: LAPORAN KASUS 2 Trauma Tumpul Abdomen

5. PROGNOSIS

Secara keseluruhan, prognosis pasien yang bertahan hidup setelah mengalami

trauma tumpul abdomen sangat beragam namun hampir kesemuanya baik. Hingga saat

ini belum ada data statistic yang menggambarkan angka mortalitas pasien rawat inap

pasca trauma abdomen, namun rata-rata angka mortalitas akibat trauma tumpul abdomen

ialah sebesar 5-10%. The National Pediatric Trauma Registry melaporkan sebanyak 9%

pasien pediatric dengan blunt abdominal trauma yang dirawat inap berakhir dengan

kematian. Sebuah kajian data yang berasal dari Australia of intestinal injuries in blunt

trauma melaporkan sebanyak 85% trauma abdomen terjadi pada pengendara sepeda

motor dengan mortality rate sebesar 6%. Banyak kajian lainnya yang mengungkapkan

tingkat mortalitas pasien trauma abdomen yang tidak terselamatkan di meja operasi

sebanyak 61%. (Udaeni,John. 2011. Blunt Abdominal Trauma)

Page 27: LAPORAN KASUS 2 Trauma Tumpul Abdomen

DAFTAR PUSTAKA

1. American College of Surgeon. 1997. Advanced Trauma Life Support

StudentManual.Trauma Abdomen. Ikatan Ahli Bedah Indonesia

2. Arief M, Suprohaita, Wahyu.I.K, Wieiek S, 2000, Bedah Digestif, dalam Kapita Selekta

Kedokteran, Ed:3; Jilid: 2; p 302-321, Media Aesculapius FKUI, Jakarta.

3. John Mikel Inartu. 2006. Splenic Injury and Hemoperitoneum in Blunt Trauma. Availble

from : http://www.google.co.id/imgres splenic-injury-and-hemoperitoneum-in-blunt-

trauma1036

4. Blank, Cyntia. 2007. Abdominal Trauma : Dealing with the damage. Availble at :

http://www.nursingcenter.com/library/JournalArticle.asp?Article_ID=712384

5. Malhotra, A. K., Ivatury, R. R. Latifi R., 2002. Blunt Abdominal Trauma Evaluation and

Indication for Laparotomy. Availble at : http://www.fimnet.fi/sjs/articles/SJS12002-

52.pdf