Laporan Farmako Minggu 1
-
Upload
rani-harusaki-nodoka -
Category
Documents
-
view
146 -
download
17
Transcript of Laporan Farmako Minggu 1
Latar Belakang
Obat dapat digunakan sebagai pencegahan, diagnosis maupun pengobatan
penyakit karena obat merupakan bahan yang dapat menyebabkan perubahan fungsi
biologis melalui proses kimia. Teknik pemberian obat tergantung pada jenis obat dan
penyakit yang akan diobati. Pemberian obat pada hewan dan manusia dapat diberikan
secara peroral, parenteral, perinhalasi, perektal, dan topical.
Percobaan pemberian obat di laboratorium sangat membutuhkan hewan coba
sebagai suatu sarana pembuktian keberhasilan suatu obat dalam mencegah,
mendiagnosis maupun mengobati suatu penyakit. Pemilihan hewan coba yang tepat
dapat diketahui melihat sifat – sifat hewan coba tersebut. Hewan yang sering
digunakan sebagai hewan coba atau hewan laboratorium adalah hewan yang
perkembangbiakannya mudah, dapat diperoleh dengan harga yang murah, dan yang
terpenting adalah memiliki susuran anatomi tubuh dan proses fisiologis tubuh yang
mirip dengan target. Hewan coba yang sering digunakan adalah tikus, mencit, katak
dan kelinci.
Tikus merupakan hewan percobaan yang sering digunakan karena banyak tersedia,
murah dan mudah dipelihara. Tikus memiliki struktur yang menyerupai manusia,
sehingga sangat bermanfaat dalam penelitian yang berhubungan dengan kondisi
manusia. Tikus tidak mempunyai kantung empedu dan esophagusnya bermuara ke
dalam lambung.
Katak jarang digunakan sebagai hewan percobaan dalam penelitian farmakologi.
Akan tetapi karena katak memiliki prinsip susunan syaraf pusat yang mirip dengan
hewan berderajat tinggi dan harganya yang relatif murah sehingga katak banyak
digunakan sebagai hewan percobaan mahasiswa di laboratorium. Sesuai dengan
praktikum kali ini kami menggunakan katak sebagai hewan percobaan. Kami
melakukan beberapa perlakuan terhadap katak untuk mengetahui fungsi dari masing-
masing bagian susunan syaraf pusat padak katak seperti prosensefalon, mesensefalon,
rombensefalon dan medulla spinalis.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari tata cara handling
dan pemberian obat pada hewan laboratorium, serta mengetahui fungsi cerebellum,
cerebrum, dan medula oblongata terhadap fungsi fisiologis pada tubuh.
TINJAUAN PUSTAKA
Katak merupakan hewan percobaan yang digunakan dalam praktikum ini
karena memiliki peran yang penting, antara lain karena harga katak relatif murah
dibandingkan dengan hewan-hewan percobaan lainnya. Meskipun susunan syaraf
katak lebih sederhana dibandingkan dengan mamalia, tetapi prinsip-prinsip dasar
susunan syaraf pusat dapat dipelajari dengan menggunakan katak. Bagian otak
berkembang menjadi serebellum, medula oblongata dan medula spinalis. Serebellum
merupakan otak pengendali keseimbangan tubuh serta gerakan tubuh. Medulla
oblongata mengatur pusat syaraf otonom berupa kendali pernafasan, mengatur sistem
kardiovaskular, fungsi gastrointerstinal, mengatur gerakan tubuh yang stereotipi,
keseimbangan dan gerakan mata, serta medulla spinalis yang terletak memanjang
disepanjang tulang belakang memegang kendali reflek tubuh. Katak deserebrasi
memiliki tingkat kesadaran baik dan menurun kesadaran katak ketika sereberum
rusak. Kesadaran katak hilang pada katak spinalis. Menurut Watson (2000) serebrum
bertanggung jawab dalam proses belajar, kecerdasan, dan kesadaran.
Menurut pengertian umum, obat dapat didefinisikan sebagai bahan yang dapat
menyebabkan perubahan dalam fungsi biologis melalui proses kimia. Pada
kebanyakan kasus, molekul obat berinteraksi dengan molekul khusus dalam sistem
biologis yang berberan sebagai regulator, yaitu molekul reseptor.
Obat dapat merupakan bahan yang disintesis didalam tubuh (mis: hormon)
atau merupakan bahan kimia yang tidak disintesis didalam tubuh, yaitu xenobiotik.
Agar berinteraksi secara kimiawi dengan reseptor, molekul obat harus memiliki
ukuran, muatan listrik, bentuk dan struktur atom yang tepat. Obat dapat berbentuk
padat dalam suhu ruang (misalnya: aspirin,atropine), cair(misalnya: nikotin, etanol,
atau dalam bentuk gas (nitrous oxide). faktor ini sering menentukan rute pemberian
yang terbaik. Rute pemberian yang biasa dilakukan terdapat didalam tabel di bawah
ini:
Seringkali obat diberikan pada lokasi yang jauh dari lokasi tempat kerja
yang diinginkan. Oleh karena itu obat yang bermanfaat harus memiliki sifat yang
diperlukan untuk dibawa dari lokasi pemberian ke titik tangkap kerja. Dan, akhirnya
obat yang bermanfaat seharusnya di noonaktifkan atau diekskresikan dari tubuh
dengan kecepatan yang memadai supaya bekerja dalam rentang waktu yang tepat.
(Bertram, 2001)
Percobaan 1 : Keadaan Umum Katak Normal
Alat dan Bahan
Alat dan bahan pada percobaan ini terdiri atas katak, papan katak, sungkup
gelas, jarum/alat penusuk (sonde), dan asam encer (H2SO4 atau HCl 0,5 N).
Metodologi
Katak normal yang diletakkan bebas diatas papan katak atau di dalam wadah
yang agak luas diperhatikan. Jangan diikat atau ditempatkan di wadah yang terlampau
sempit sehingga tidak dapat bergerak secar bebas dan spontan. Sifat-sifat katak
diamati dan dicatat keadaannya sebagai berikut :
a. Bagaimana sikap duduk katak (posisi).
b. Frekuensi denyut jantung dan frekuensi pernapasannya dihitung.
c. Katak diletakkan pada punggungnya dan cara kembalinya ke sikap (posisi)
normal diperhatikan.
d. Gerakan-gerakan spontannya (gerakan tanpa dirangsang) seperti melompat
dan sebagainya diperhatikan.
e. Bagaimana cara melompat dan besarnya rangsangan (stimuli) yang diperlukan
untuk mengadakan reaksi.
f. Katak diletakkan dalam air di bak dan cara katak berenang diperhatikan.
g. Sungkup kaca diletakkan terbalik dalam bak air dan udara dikeluarkan dari
dalam sungkup sehingga sungkup penuh dengan air, katak dimasukkan ke
dalam sungkup dan diperhatikan cara katak berenang keluar dari dalam
sungkup (refleks menghindar = escape reflex).
h. Katak diletakkan di atas papan katak dan diperhatikan reaksinya bila papan
dimiringkan perlahan-lahan ke kiri dan ke kanan, ke depan dan ke belakang.
i. Katak diletakkan di atas papan katak dan papan digerakkan ke atas dan ke
bawah dengan cepat.
j. Selaput renang katak ditusuk dengan sonde dan diteteskan asam encer pada
bekas luka tusukan itu dan diperhatikan reaksi katak setelah diteteskan asam
encer.
Percobaan 2 : Penekanan Fungsi Susunan Saraf Katak Secara Mekanis
Alat dan Bahan
Alat dan bahan pada percobaan ini terdiri atas papan katak, jarum penusuk
(sonde), dan asam encer.
Metodologi
Penekanan mekanis susunan saraf pusat katak dilakukan dengan merusak
bagian-bagian susunan saraf pusat mulai dari bagian cranial ke caudal, dengan
menggunakan jarum penusuk. Diperhatikan dan dilakukan seperti percobaan 1 setiap
kali setelah suatu bagian susunan saraf pusat dirusak. Tabel yang tersedia diisi.
a. Perusakan serebrum
Serebrum katak dirusak dengan jarum penusuk, dengan cara dirusak kepala
ditengah bagian tepat dibelakang mata dan ujung jarum digerakkan kearah
cranial dan kiri kanannya agar seluruh bagian serebrum rusak. Dapat pula
dengan digunting bagian kepala di atas ruang mulut secara melintang tepat
dibelakang mata.
Dibiarkan selama 10 menit kemudian dilakukan percobaan seperti percobaan
1, dapat disimpulkan pusat-pusat apa yang rusak pada perusakkan serebrum
(diserebrasi).
b. Perusakan medulla oblongata
Untuk merusak medulla oblongata, dilakukkan penusukkan kepala dengan
jarum penusuk mulai dari foramen magnum ke semua bagian di cranialnya.
Diperhatikan seperti pada percobaan 1 dan disimpulkan pusat apa saja yang
rusak. Perusakkan medulla oblongata juga dapat dilakukan dengan
menggunting dan membuang seluruh bagian atas dari ruang mulut dari ujung
belakang rongga mulut ke atas tepat di belakang selaput pendengaran.
c. Perusakan medulla spinalis
Perusakan medulla spinalis dilakukan dengan menusukkan jarum penusuk
dari foramen magnum ke caudal. Kerusakan sering kali kurang sempurna
karena ada bagian yang tidak ikut terusakkan berhubung medulla spinalis
sangat kecil dan panjang.
Diamati seperti percobaan 1 di atas.
Diperhatikan perbedaan hasil pengamatan setelah perusakkan dengan hasil
percobaan 1 di atas serta tentukan pusat-pusat apa yang dirusak serta fungsi
apa saja yang ditekan.
Percobaan 3 : Handling dan Pemberian Obat pada Tikus
Handling dan Pemberian Obat pada Tikus
Tikus dikeluarkan dari kandang dengan memegang ekornya (setelah itu
dengan menggunakan kain lap bagian muka tikus ditutup). Kemudian dengan tetap
memegang ekor bagiam tekuk tikus ditafsir dengan jari telunjuk dan jari tengah
membentuk huruf V. Jika cara pegang benar, tikus tersebut tidak akan dapat bergerak
lagi. Dengan sonde lambung yang telah dipasangkan spuid obat dimasukkan melalui
mulutnke esophagus masuk ke lambung. Proses memasukkan sonde lambung harus
secara perlahan dengan mengikuti gerak menelan dari hewan. Jika hewan tersebut
memberikan refleks batuk, mka sonde ditarik keluar kembali karena masuk ke saluran
pernapasan. Setelah itu obat dimasukkan, sonde ditarik keluar dan tikus kembali ke
kandangnya.
Hasil pengamatan
Tabel 1. Keadaan umum katak normal
No Aktivitas katak Hasil1 Sikap duduk Tegap2 Frekuensi jantung dan napas 32 kali/menit, 104/menit3 Cara kembali keposisi semula Pergerakan cepat kaki4 Gerakan spontan tanpa rangsang Ada gerakan spontan5 Cara melompat dengan besarnya rangsang Penekanan pada kedua
kaki menjauhi rangsang6 Cara berenang di bak Menggunakan kaki dan
menguncupkan badan 7 Cara keluar dari sungkup Merayap menggunakan
tangan dan melompat8 Reflek keseimbangan papan miring Keseimbangan terjaga 9 Reflek keseimbangan papan naik turun Keseimbangan terjaga10 Reaksi saat penetesan asam pada selaput renang
yang telah ditusukKatak menarik kaki dan bergerak kegatalan.
Tabel 2. Penekanan fungsi susunan saraf pusat katak secara mekanis
No Aktivitas katak NormalPerusakanSerebrum
Perusakan medulla oblongata
dan cerebellum
Perusakan medulla spinalis
1 kesadaran + _ _ _2 Gerakan spontan + _ _ _3 Posisi istirahat + + _ _4 Denyut jantung + + + _
dan frekuensi napas
5 Keseimbangan + + + _6 Reaksi terhadap
asam+ + + _
7 Tonus otot + + + _8 Reflek-reflek + + + _9 Lain-lain
Keterangan : + hasil positif, - hasil negatif
Pembahasan
Sistem saraf pusat (SSP) merupakan kontrol utama tubuh. Sistem saraf pusat
terdiri dari cerebrum, cerebellum, medula oblongata, dan medula spinalis. Setiap
bagian sistem saraf pusat memiliki peran dan fungsi masing-masing. Fungsi setiap
bagian SSP akan dibahas melalui uji coba pada katak yang diberi beberapa perlakuan
yaitu katak normal, katak decerebrasi, dan katak spinal serta pembahasan pemberian
obat dan penjelasan hewan lab.
Pengamatan dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu pengamatan terhadap
sikap badan, gerakan spontan, keseimbangan ketika bangkit, kemampuan untuk
berenang, frekuensi nafas, frekuensi denyut jantung serta gerakan reflex. Pada katak
normal dapat dilihat sikap badan yang tegak dengan posisi kepala tegak, dan otot
yang lemas.
Ketegangan suatu otot dapat ditentukan dengan memberi perlakuan perabaan
pada bagian paha katak. Otot pada katak normal dalam percobaan ini lemas, hal ini
karena otot masih dalam kondisi relaksasi. Gerakan spontan katak normal pada
percobaan ini tergolong cepat meskipun badan dari katak besar dan cukup berat.
Gerak spontan atau refleks katak semakin besar saat rangsangan diberikan.
Kemampuan berenang katak normal pada percobaan ini cukup cepat seperti katak
pada umumnya. Kemampuan katak berenang menggunakan kedua kakinya dan
menguncupkan badannya yang bertujuan untuk mempermudah berenang dan
mengapung di air.
Keseimbangan bangkit katak normal pada percobaan ini cukup baik karena
katak berbalik ke posisi semula dengan cepat ketika kami membalikan tubuh katak
seketika katak langsung memposisikan tubuhnya pada keadaan semula dengan cara
membalikan kaki terlebih dahulu. Frekuensi
nafas dan frekuensi denyut jantung katak normal pada percobaan ini secara berturut-
turut adalah 104 kali/menit dan 32 denyut/menit, dengan demikian frekuensi nafas
dan frekuensi denyut jantung katak normal pada percobaan ini tidak ada kelainan.
Katak yang digunakan pada percobaan yang kedua adalah katak yang
dideserebrasi. Katak yang dideserebrasi adalah katak normal yang dihilangkan
cerebrumnya. Cerebrum adalah bagian pada otak yang berfungsi sebagai pengatur
memori, kemauan dan kesadaran. Katak dideserebrasi dengan cara dipotongnya
bagian kepala katak dengan cepat. Bagian yang dipotong adalah bagian otak katak
yang melintang di sepanjang garis penghubung tepi-tepi anterior dari kedua gendang
telinga.
Setelah diberi perlakuan deserebrasi, ada perubahan sikap yaitu
pada bagian perut mulai mengempis, hal ini dikarenakan udara tidak dapat memasuki
lagi bagian tubuh, badan masih tegak namun otot mulai kaku. Otot yang kaku
dikarenakan “shock” pada saraf katak yang dideserebrasi. Gerakan spontan pada
katak yang dideserebrasi ini tidak begitu terlihat, katak tidak dapat melompat dan
hanya diam. Kemampuan berenang pada katak yang dideserebrasi ini lebih lambat
dibanding katak normal, hal ini dikarenakan rusaknya cerebrum sehingga memori
kemampuan untuk berenangnya mulai hilang. Frekuensi napas dan frekuensi denyut
jantung katak yang dideserebrasi ini secara berturut-turut tetap dalam kondisi normal.
Bagian terakhir dari percobaan kami adalah katak spinal, yaitu katak yang
telah dirusak semua bagian sistem saraf pusatnya kecuali medulla spinalis. Sebelum
diberi perlakuan ini, sudah ada respon yang terjadi yaitu keseimbangan berkurang,
kemungkinan hal ini terjadi saat pemberian perlakuan deserebrasi ada sedikit bagian
cerebellum yang ikut rusak, sehingga mengurangi keseimbangan katak. Fungsi dari
cerebellum adalah sebagai pusat keseimbangan tubuh dan fungsi dari medulla
oblongata adalah sebagai pengatur pernapasan, peredaran darah, dan
denyut jantung. Perusakan dengan jarum penusuk atau sonde yang ditusukkan ke
bagian otak kisaran 1,5cm ke belakang dari tempat pemotongan terakhir cerebrum.
Sonde perusak tenunan sarat diputar, hal ini untuk lebih memastikan bahwa
cerebellum dan medula oblongata sudah rusak. Dengan demikian teramati
keseimbangan katak, denyut jantung, frekuensi napas tidak berfungsi kembali karena
pusat dari aktivitas tersebut telah dirusak, namun gerak refleks dari katak masih
berfungsi saat katak ditetesi asam encer dibagian selaput renang yang sudah terdapat
luka. Setelah itu diberi perlakuan perusakan medula spinalis, dengan menusukan
sonde dari bagian medula oblongata sampai ujung tulang punggung. Respon yang
teramati yaitu tidak adanya pergerakan apapun dan gerak refleks pun hilang saat
bagian luka di selaput renang ditetesi asam encer.