Komunikasi bisnis

12
IMPLEMENTASI KOMUNIKASI MULTIKULTURAL DI PERGURUAN TINGGI Oleh : Armiah, S.IP, M.Si Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan tingkat keanekaragaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai keanekaragaman tersebut dikenal dengan istilah masyarakat multikultural. Menurut Furnivall (1949), ciri utama masyarakat multikultur adalah orang hidup berdampingan secara fisik, tetapi karena perbedaan sosial budaya mereka terpisah dan tidak bergabung dalam suatu unit komunitas. Dalam masyarakat multikultural inilah proses komunikasi antarbudaya terjadi di antara orang-orang dari berbagai kelompok masyarakat yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda agama, ras, etnik, atau sosial, ekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini). Komunikasi berbasis multikultural merupakan suatu proses komunikasi berjenjang yang mampu menjadi pengikat dan jembatan yang mengakomodasi perbedaan-perbedaan seperti status sosial, etnis, gender dan agama dalam masyarakat yang multikultural agar tercipta kepribadian yang cerdas, bijak dan santun dalam menghadapi masalah-masalah keberagaman. Paradigma komunikasi multikultural sangat bermanfaat untuk membangun harmoni sosial di antara keragaman etnik, ras, agama, budaya dan kebutuhan di antara masyarakat Indonesia. Mengingat kompleksitas pluralitas dan multikultural di Indonesia dilihat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas, maka diperlukan strategi khusus untuk memecahkan persoalan tersebut melalui berbagai bidang; sosial, ekonomi, budaya, dan pendidikan. Berkaitan dengan hal ini, maka komunikasi berbasis multikultural menawarkan solusi melalui penerapan strategi dan konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat, khususnya perguruan tinggi. Perguruan tinggi menjadi sasaran utama basis komunikasi multikultural dikarenakan civitas akademis menjadi sentral penggodokan pelbagai ilmu dan sains lewat banyak sudut pandang dan perspektif, aliran-aliran. Pengungkapan pelbagai ilmu pengetahuan dari banyak sudut pandang ini memerlukan satu pengertian yang sama, yakni untuk mencari kebenaran sebuah ilmu. Nah, komunikasi dijadikan sandaran utama, agar proses dialog, diskursus antar perspektif ilmu pengetahuan dan sains yang berbeda ini menjadi terjembatani. Karenanya, para pendidik dituntut tidak hanya menguasai dan mampu secara profesional mengajarkan mata kuliah yang diajarkan. Lebih dari itu, seorang 1

description

pentingnya peran komunikasi dalam bisnis domestik maupun internasional, meningkatkan kesadaran akan perbedaan multikultural

Transcript of Komunikasi bisnis

Page 1: Komunikasi bisnis

IMPLEMENTASI KOMUNIKASI MULTIKULTURAL

DI PERGURUAN TINGGI

Oleh : Armiah, S.IP, M.Si

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan tingkat

keanekaragaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan

berbagai keanekaragaman tersebut dikenal dengan istilah

masyarakat multikultural. Menurut Furnivall (1949), ciri utama

masyarakat multikultur adalah orang hidup berdampingan secara

fisik, tetapi karena perbedaan sosial budaya mereka terpisah dan

tidak bergabung dalam suatu unit komunitas. Dalam masyarakat

multikultural inilah proses komunikasi antarbudaya terjadi di antara

orang-orang dari berbagai kelompok masyarakat yang memiliki

kebudayaan yang berbeda (bisa beda agama, ras, etnik, atau sosial,

ekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini).

Komunikasi berbasis multikultural merupakan suatu proses

komunikasi berjenjang yang mampu menjadi pengikat dan

jembatan yang mengakomodasi perbedaan-perbedaan seperti

status sosial, etnis, gender dan agama dalam masyarakat yang

multikultural agar tercipta kepribadian yang cerdas, bijak dan

santun dalam menghadapi masalah-masalah keberagaman.

Paradigma komunikasi multikultural sangat bermanfaat untuk

membangun harmoni sosial di antara keragaman etnik, ras, agama,

budaya dan kebutuhan di antara masyarakat Indonesia. Mengingat

kompleksitas pluralitas dan multikultural di Indonesia dilihat dari

kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan

luas, maka diperlukan strategi khusus untuk memecahkan

persoalan tersebut melalui berbagai bidang; sosial, ekonomi,

budaya, dan pendidikan. Berkaitan dengan hal ini, maka komunikasi

berbasis multikultural menawarkan solusi melalui penerapan

strategi dan konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan

keragaman yang ada di masyarakat, khususnya perguruan tinggi.

Perguruan tinggi menjadi sasaran utama basis komunikasi

multikultural dikarenakan civitas akademis menjadi sentral

penggodokan pelbagai ilmu dan sains lewat banyak sudut pandang

dan perspektif, aliran-aliran. Pengungkapan pelbagai ilmu

pengetahuan dari banyak sudut pandang ini memerlukan satu

pengertian yang sama, yakni untuk mencari kebenaran sebuah

ilmu. Nah, komunikasi dijadikan sandaran utama, agar proses

dialog, diskursus antar perspektif ilmu pengetahuan dan sains yang

berbeda ini menjadi terjembatani. Karenanya, para pendidik

dituntut tidak hanya menguasai dan mampu secara profesional

mengajarkan mata kuliah yang diajarkan. Lebih dari itu, seorang

1

Page 2: Komunikasi bisnis

pendidik juga harus mampu menanamkan nilai-nilai inti dari

pendidikan multikultural seperti demokrasi, humanisme, dan

pluralisme atau menanamkan nilai-nilai keberagamaan yang inklusif

pada mahasiswa, lewat pendekatan komunikasi multikultural. Pada

gilirannya, out-put yang dihasilkan tidak hanya kompeten sesuai

dengan disiplin ilmu yang ditekuninya, tetapi juga mampu

menerapkan nilai-nilai keberagamaan dalam memahami dan

menghargai keberadaan perbedaan yang ada. Penanaman nilai-nilai

ini dilakukan pada pembelajaran di institusi pendidikan yang tidak

hanya ada pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaaraan dan

Agama saja tapi dapat pula berintegrasi dengan mata pelajaran lain

termasuk dalam berbagai kegiatan intrakurikuler maupun

ekstrakurikuler.

Kebutuhan untuk mempelajari komunikasi multikultural ini

semakin terasakan karena semakin terbukanya pergaulan kita

dengan orang-orang dari berbagai budaya yang berbeda, disamping

kondisi bangsa Indonesia yang sangat majemuk dengan berbagai

ras, suku bangsa, agama, latar belakang daerah (desa/kota), latar

belakang pendidikan, dan sebagainya, dalam konteks ruang

perkuliahan. Apalagi saat ini, para pengajar, bukan hanya berasal

dari budaya yang sama, namun dari suku atau etnis lainnya yang

jumlah penyebarannya semakin besar.

Komunikasi multikultural sangat relevan dilaksanakan dalam

mendukung proses demokratisasi pendidikan di perguruan tinggi.

Mengingat, lewat pendekatan komunikasi multikultural ini

dimungkinkan seseorang dapat hidup dengan tenang di lingkungan

kebudayaan yang berbeda dengan yang dimilikinya. Masyarakat

Indonesia merupakan masyarakat majemuk dan bahkan paling

majemuk di dunia, karena itu agar kemajemukan ini tidak

berkembang menjadi ancaman disintegrasi harus diupayakan untuk

dikelola (Fajri, M. 2010). Sementara Litvin (1977) menyebutkan

beberapa alasan pentingnya komunikasi multikultural dipelajari,

yakni:

1. Dunia sedang menyusut dan kapasitas untuk memahami

keanekaragaman budaya sangat diperlukan.2. Semua budaya berfungsi dan penting bagi pengalaman

anggota-anggota budaya tersebut meskipun nilai-nilainya

berbeda.3. Nilai-nilai setiap masyarakat sebaik nilai-nilai masyarakat

lainnya.4. Setiap individu dan/atau budaya berhak menggunakan

nilai-nilainya sendiri.5. Perbedaan-perbedaan individu itu penting, namun ada

asumsi-asumsi dan pola-pola budaya mendasar yang berlaku.

2

Page 3: Komunikasi bisnis

6. Pemahaman atas nilai-nilai budaya sendiri merupakan prasyarat

untuk mengidentifikasi dan memahami nilai-nilai budaya lain.7. Dengan mengatasi hambatan-hambatan budaya untuk

berhubungan dengan orang lain kita memperoleh pemahaman

dan penghargaan bagi kebutuhan, aspirasi, perasaan dan

masalah manusia.8. Pemahaman atas orang lain secara lintas budaya dan antar

pribadi adalah suatu usaha yang memerlukan keberanian dan

kepekaan. Semakin mengancam pandangan dunia orang itu

bagi pandangan dunia kita, semakin banyak yang harus kita

pelajari dari dia, tetapi semakin berbahaya untuk

memahaminya.9. Pengalaman-pengalaman antar budaya dapat menyenangkan

dan menumbuhkan kepribadian.10. Keterampilan-keterampilan komunikasi yang diperoleh

memudahkan perpindahan seseorang dari pandangan yang

monokultural terhadap interaksi manusia ke pandangan

multikultural.11. Perbedaan-perbedaan budaya menandakan kebutuhan akan

penerimaan dalam komunikasi, namun perbedaan-perbedaan

tersebut secara arbitrer tidaklah menyusahkan atau

memudahkan.12. Situasi-situasi komunikasi antar budaya tidaklah statik dan

bukan pula stereotip. Karena itu seorang komunikator tidak

dapat dilatih untuk mengatasi situasi. Dalam konteks ini

kepekaan, pengetahuan dan keterampilannya bisa membuatnya

siap untuk berperan serta dalam menciptakan lingkungan

komunikasi yang efektif dan saling memuaskan.

Besarnya arti penting komunikasi multikultural ini, menurut

Lasmawan (2004), dikarenakan proses penanaman cara hidup

menghormati, tulus, dan toleran terhadap keanekaragaman budaya

yang hidup di tengah-tengah masyarakat plural perlu ditanamkan

sedini mungkin. Lewat komunikasi multikultural, diharapkan proses

penanaman cara hidup menghormati, tulus, dan toleran terhadap

keanekaragaman budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat

plural, dapat berjalan dengan baik. Dengan komunikasi

multikultural, diharapkan adanya kekenyalan dan kelenturan mental

bangsa menghadapi benturan konflik sosial, sehingga persatuan

bangsa tidak mudah patah dan retak (Asy’arie, M. 2004).

Memahami Dan Mendefinisikan Komunikasi Multikultural

Komunikasi multikultural terjadi bila pengirim pesan adalah

anggota dari suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota

dari suatu budaya yang lain. Oleh karena itu, sebelum

membicarakan Komunikasi multikultural lebih lanjut kita akan

3

Page 4: Komunikasi bisnis

membahas konsep komunikasi dan budaya dan hubungan diantara

keduanya terlebih dahulu. Pembicaraan tentang komunikasi akan

diawali dengan asumsi bahwa komunikasi berhubungan dengan

kebutuhan manusia dan terpenuhinya kebutuhan berinteraksi

dengan manusia-manusia lainnya. Kebutuhan berhubungan sosial

ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai

jembatan untuk mempersatukan manusia-manusia yang tanpa

berkomunikasi akan terisolasi. Dari uraian di atas dapat disimpulkan

bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari

seorang komunikator kepada komunikan. Dan proses berkomunikasi

itu merupakan sesuatu yang tidak mungkin tidak dilakukan oleh

seseorang karena setiap perilaku seseorang memiliki potensi

komunikasi.

Proses komunikasi melibatkan unsur-unsur sumber

(komunikator), Pesan, media, penerima dan efek. Disamping itu

proses komunikasi juga merupakan sebuah proses yang sifatnya

dinamik, terus berlangsung dan selalu berubah, dan interaktif, yaitu

terjadi antara sumber dan penerima.Proses komunikasi juga terjadi

dalam konteks fisik dan konteks sosial, karena komunikasi bersifat

interaktif sehingga tidak mungkin proses komunikasi terjadi dalam

kondisi terisolasi. Konteks fisik dan konteks sosial inilah yang

kemudian merefleksikan bagaimana seseorang hidup dan

berinteraksi dengan orang lainnya sehingga terciptalah pola-pola

interaksi dalam masyarakat yang kemudian berkembang menjadi

suatu budaya.

Adapun budaya itu sendiri berkenaan dengan cara hidup

manusia. Bahasa, persahabatan, kebiasaan makan, praktek

komunikasi, tindakan-tindakan sosial, kegiatan-kegiatan ekonomi

dan politik dan teknologi semuanya didasarkan pada pola-pola

budaya yang ada di masyarakat. Budaya adalah suatu konsep yang

membangkitkan minat. Secara formal budaya didefinisikan sebagai

tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap,

makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep

alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh

sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha

individu dan kelompok.(Mulyana, 1996:18)

Budaya dan komunikasi tak dapat dipisahkan satu sama lain,

karena budaya tidak hanya menentukan siapa bicara dengan siap,

tentang apa dan bagaimana orang menyandi pesan, makna yang ia

miliki untuk pesan, dan kondisi-kondisinya untuk mengirim,

memperhatikan dan menafsirkan pesan. Budaya merupakan

landasan komunikasi sehingga bila budaya beraneka ragam maka

4

Page 5: Komunikasi bisnis

beraneka ragam pula praktek-praktek komunikasi yang

berkembang.

Memahami Perbedaan-Perbedaan Budaya

Budaya adalah gaya hidup yang unik dari suatu kelompok

manusia tertentu. Budaya bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh

sebagian orang dan tidak dimiliki oleh sebagian orang yang

lainnya-budaya dimiliki oleh seluruh manusia. Dengan demikian

seharusnya budaya menjadi salah satu faktor pemersatu.

Pada dasarnya manusia-manusia menciptakan budaya atau

lingkungan sosial mereka sebagai suatu adaptasi terhadap

lingkungan fisik dan biologis mereka. Individu-individu sangat

cenderung menerima dan mempercayai apa yang dikatakan budaya

mereka. Mereka dipengaruhi oleh adat dan pengetahuan

masyarakat dimana mereka tinggal dan dibesarkan, terlepas dari

bagaimana validitas objektif masukan dan penanaman budaya ini

pada dirinya. Individu-individu itu cenderung mengabaikan atau

menolak apa yang bertentangan dengan “kebenaran” kultural atau

bertentangan dengan kepercayaan-kepercayaannya. Inilah yang

seringkali merupakan landasan bagi prasangka yang tumbuh

diantara anggota-anggota kelompok lain, bagi penolakan untuk

berubah ketika gagasan-gagasan yang sudah mapan menghadapi

tantangan.

Setiap budaya memberi identitas kepada sekolompok orang

tertentu sehingga jika kita ingin lebih mudah memahami

perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam msaing-masing budaya

tersebut paling tidak kita harus mampu untuk mengidentifikasi

identitas dari masing-masing budaya tersebut yang antara lain

terlihat pada :

1. Komunikasi dan Bahasa.

Sistem komunikasi, verbal maupun nonverbal, membedakan

suatu kelompok dari kelompok lainnya. Di seluruh dunia, bahasa

verbal hamper dimiliki oleh semua kelompok etnis. Begitupula

dengan bahasa nonverbal, meskipun bahasa tubuh (nonverbal)

sering dianggap bersifat universal namun perwujudannya sering

berbeda secara lokal.

2. Pakaian dan Penampilan.

Pakaian dan penampilan ini meliputi pakaian dan dandanan luar

juga dekorasi tubuh yang cenderung berbeda secara kultural.

3. Makanan dan Kebiasaan Makan.

Cara memilih, menyiapkan, menyajikan dan memakan makanan

sering berbeda antara budaya yang satu dengan budaya yang

lainnya. Subkultur-subkultur juga dapat dianalisis dari perspektif

5

Page 6: Komunikasi bisnis

ini, seperti ruang makan eksekutif, asrama tentara, ruang

minum teh wanita, dan restoran vegetarian.

4. Waktu dan Kesadaran akan waktu.

Kesadaran akan waktu berbeda antara budaya yang satu

dengan budaya lainnya. Sebagian orang tepat waktu dan

sebagian lainnya merelatifkan waktu.

5. Penghargaan dan Pengakuan.

Suatu cara untuk mengamati suatu budaya adalah dengan

memperhatikan cara dan metode memberikan pujian bagi

perbuatan-perbuatan baik dan berani, lama pengabdian atau

bentuk-bentuk lain penyelesaian tugas.

6. Hubungan-Hubungan.

Budaya juga mengatur hubungan-hubungan manusia dan

hubungan-hubungan organisasi berdasarkan usia, jenis kelamin,

status, kekeluargaan, kekayaan, kekuasaan, dan kebijaksanaan.

7. Nilai dan Norma.

Berdasarkan sistem nilai yang dianutnya, suatu budaya

menentukan norma-norma perilaku bagi masyarakat yang

bersangkutan. Aturan ini bisa berkenaan dengan berbagai hal,

mulai dari etika kerja atau kesenangan hingga kepatuhan

mutlak atau kebolehan bagi anak-anak; dari penyerahan istri

secara kaku kepada suaminya hingga kebebasan wanita secara

total.

8. Rasa Diri dan Ruang.

Kenyamanan yang dimiliki seseorang atas dirinya bisa

diekspresikan secara berbeda oleh masing-masing budaya.

Beberapa budaya sangat terstruktur dan formal, sementara

budaya linnya lebih lentur dan informal. Beberapa budaya

sangat tertutup dan menentukan tempat seseorang secara

persis, sementara budaya-budaya lain lebih terbuka dan

berubah.

9. Proses mental dan belajar.

Beberapa budaya menekankan aspek perkembangan otak

ketimbang aspek lainnya sehingga orang dapat mengamati

perbedaan-perbedaan yang mencolok dalam cara orang-orang

berpikir dan belajar.

10. Kepercayaan dan sikap.

Semua budaya tampaknya mempunyai perhatian terhadap

hal-hal supernatural yang jelas dalam agama-agama dan

praktek keagamaan atau kepercayaan mereka.

Memahamai budaya lain adalah kunci untuk menjadi

kompeten dalam berkomunikasi. Setelah sebelumnya kita paham

mengenai perbedaan dalam budaya maka pada bagian ini kita akan

6

Page 7: Komunikasi bisnis

melihat bagaimana seseorang dapat menjadi kompeten dalam

berkomunikasi terutamana untuk menghadapi masalah perbedaan

budaya.

Samovar & Porter (2004) mendefinisikan kompetensi

komunikasi antar budaya adalah keseluruhan kemampuan internal

dari individu untuk mengelola masalah-maslah kunci dalam

komunikasi antar budaya. Kompetensi komunikasi antar budaya ini

misalnya dalam wilayah perbedaan budaya dan ketidak awaman

tentang budaya, postur atau gambaran antar kelompok serta

pengalaman dalam menghadapi tekanan. Atau menjadi

komunikator yang kompeten itu dapat dikatakan sebgai

kemampuan menganalisa situasi dan memilih moda perilaku yang

tepat.

Pada dasarnya kompetensi komunikasi ini melibatkan tiga hal

yaitu motivasi, pengetahuan dan ketrampilan. Motivasi berkaitan

dengan kemauan komunikator untuk melakukan yang terbaik.

Selama kita mau untuk memperbaiki perilaku komunika maka kita

dapat meningkatkannya. Mengenai pengetahuan yang berkaitan

dengan kemampuan untuk bertindak dan berbuat benar di saat

yang tepat. Sedangkan ketrampilan adalah kehandalan untuk

melakukan atau menyelesaikan suatu tugas/masalah. Sedangkan

Bill Cupach & Brian Spitzberg dalam Neuliep (2006) menambahkan

bahwa dalam ketiga dimenis tersebut melibatkan empat komponen

yaitu knowledge, affective, psychomotoric factors dan situasional

features.

Kompetensi pengetahuan (knowledge component) terdiri dari

seberapa jauh seseorang memahami budaya pihak lain yang

diajaknya berinteraksi. Pengetahuan seseorang tentang budaya lain

boleh jadi menjadi salah satu ukuran bahwa seseorang kompeten.

Komponen afektif derajat bagaimana seseorang melihat atau

menolak komuniaksi antra budaya atau boleh dikatkan motivasi

seseorang untuk berinteraksi dengan budaya yang berbeda.

Komponen psikomotorik adalah pelaksanaan dari dua komponen

yang terdahulu (knowledge dan affective).

Elemen ini meliputi performa non verbal dan verbal, role

enactmen atau pengambilan peran (role enactmen). Mengenai role

enactmen ini merujuk pada seberapa baik kemampuan seseorang

menggunakan tanda verbal dan non verbal yang tepat diterapkan

pada budaya tertentu. Sedangkan komponen yang keempat adalah

situasi aktual dimana komunikasi tersebut terjadi. Ini meliputi

konteks lingkungan, kontak sebelumnya, perbedaan status dan

intervensi pihak ketiga.

7

Page 8: Komunikasi bisnis

Mengenai konteks lingkungan sebagai contoh, beberapa

situasi mungkin memiliki situasi muatan informasi lebih dari yang

lain. Hal ini akan mempengaruhi motivasi dan kemampuan kita

untuk bertindak secara tepat. Situasi dengan kondisi load tinggi

kadang membuat kita malas untuk melakukan sesuatu. Ini sejalan

dengan prinsip bahwa semakin kita familiar dengan sebuah situasi

maka ketidakpastian semakin rendah dan jika semakin tinggi

muatan suatu situasi maka semakin tinggilah ketidakpastian.

Mengenai kontak sebelumnya dan masalah perbedaan status

juga menjadi hal yang penting dalam kompetensi komunikasi antar

budaya. Kompetensi terbangun berjalan dengan waktu dan

pengalaman kita bergaul dengan orang-orang dari berbagai

budaya. Semakin sering kita kontak dan berintaksi dengan suatu

buadya maka persepsi kita terhadap suatu budaya akan terbentuk

dan akhirnya pengetahuan dan pengalaman kita tentang budaya

tersebut akan meningkatkan kompetensi kita.

Selain masalah kontak sebelumnya dengan budaya yang

berbeda, hal lain yang tidak boleh ditinggalkan dalam pengamatan

antar budaya adalah masalah perbedaan status. Meskipun kita tahu

secara general tentang budaya tetapi kita tidak dapat serta merta

menerapkannya. Ada sisi lain yang kita harus tahu yaitu kebiasaan

budaya dalam hal atau kaitannya dengan status. Dengan siapa kita

berinteraksi, menjadi hal yang penting kita ketahui, apakah derajad

mereka lebih tinggi, rendah atau setara. Di beberapa negara

misalnya Amerika, mereka tidak terlalu mempermasalahkan

tentang status tetapi mungkin tidak di negara lainnya. Oleh karena

itu kira harus tahu pasti bagaimana kita harus berkomunikasi.

Intervensi pihak ketiga juga menjadi hal penting untuk dikaji.

Masalah pihak ketiga ini pada intinya adalah mengingatkan

dinamika perubahan suatu situasi. Status dengan siapa kita

berbicara selalu berganti pada saat kita berkomunikasi, misalnya

dalam kantor seharian kita akan berbicara dengan banyak orang

apakah itu atasa, bawahan, kawan sejawat, pihak luar. Kita tidak

menerapkan seluruh strategi secara sama, kita harus paham

dengan siapa kita berbicara dan harus bagaimana kita bersikap.

Berikut ini ada beberapa cara yang ditawarkan untuk dapat dilatih

supaya kemampuan komunikasi menjadi lebih baik.

Know Yourself

Memahami diri sendiri menjadi langkah yang paling baik dalam

merrubah diri. Adapun memamahi diri sendiri dimulai dari

memahami budaya sendir, memahami sikap dan perilaku kita,

memahami gaya komunikasi kita dan memonitor atau rajin

melakukan evaluasi diri.

8

Page 9: Komunikasi bisnis

Menyadari adanya Latar belakang Fisik dan Human

Yang pertama adalah masalah timing atau waktu, pada saat kapan

kita akan melakukan apa menjadi hal yang sangat penting dalam

komunikasi. Sering ada ungkapan..yah..itu karena timingnya tidak

tepat….yang kedua adalah masalah physical setting. Dalam hal ini

yang perlu diperhatikan adalah komunikasi berjalan berdasarkan

atau sesuai aturan. Setiap budaya memiliki aturan yang berbeda

sangat tergantung dari latarnya masing-masing. Misalnya pada saat

pembicaraan bisnis, Amerika lebih suka melakukan pembicaraan

tatap muka, Arab lebih suka dengan duduk di lantai.

Memahami Sistem Pesan Yang berbeda

Strategi berikutnya adalah kemampuan untuk mencari tahu untuk

memahami sistem pesan yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan

dengan cara mempelajari bahasa lain. Memahamai variasi budaya

dalam penggunaan bahasa adalah langkah selanjutnya. Bahasa

bahkan hanya kendaraan komunikasi tetapi dalam bahasa kita

dapat mempelajari gaya hidup atau tata cara budaya tertentu.

Misalnya Jerman, mereka menghargai objektifitas pada saat

berbicara. Di Amerika karena mereka menghargai keterbukaan

maka memberikan tepuk tangan dalam suatu moment tidak akan

dipermasalahkan. Dalam kaitan ini, pemahaman terhadap sistem

pesan yang berbeda, dalam sebuah budaya misalnya idioms,

kata-kata yang ambigu, ekspresi, kode non verbal, dan lain-lain. Kita

harus lebih sensitif dengan sistem kode yang berbeda. Sebagai

contoh menggunakan kata asian untuk menyebut Cina lebih

dihargai, mengatakan gay untuk homoseksual, latino untuk

menyatakan orang-orang mexico, native american untuk indian,

african american untuk menggantikan kata negro, dll. Dalam hal ini

semua, kejelasan menjadi penting. Oleh karena itu pada saat kita

berkomunikasi dengan budaya lain yang memiliki sistem bahasa

yang berbeda, menyatakan poin secara jelas dan tepat menjadi

penting.

Mengembangkan Empati

Langkah yang selanjutnya adalah mengembangkan empati.

Meskipun kita berbicara dengan budaya lain tapi sisi interpersonal

yaitu empati tetap menjadi bagian yang penting. Hal-hal yang

membuat seseorang menjadi kurang empati diantaranya adalah

terlalu fokus pada diri sendiri, tendensi untuk melihat sesuau secara

parsial (bagian per bagian), stereotype, perilaku yang defensif serta

9

Page 10: Komunikasi bisnis

kurangnya motivasi untuk memahami orang lain. Adapun cara

untuk meningkatkan empati kepada pihak lain adalah dengan cara

memberi perhatian kepada pihak lain, berkomuniaksi secara

empatik, menggunakan perilaku yang diterima budaya lain,

menghindari etnosentrisme.

Berhati-hati dengan Perbedaan mendengar dalam konteks

budaya yang berbeda

Mendengar erat kaitannya dengan berbicara. Oleh karena itu

mendengarkan juga menjadi hal yang penting untuk diperhatikan.

Seperti misalnya di beberapa negara mereka menghargai diam

daripada berbicara. Bagaimana caranya kita dapat mendengar

dalam situasi seperti ini. Untuk berhadapan dengan mereka kita

harus paham apa budaya yang melatarbelakanginya. Di budaya lain

misalnya mereka menganggap mulut kita adalah pedang kita. Pada

budaya yang seperti ini kita harus tahu kapan harus berbicara dan

kapan harus diam. Hal lain yang masih terkait dengan masalah

mendengar, di beberapa negara mereka memiliki gaya berbicara

yang sangat halus dan pelan. Maka sebagai pihak lain, kita harus

mampu memahami masalah ini. Termasuk di dalamnya adalah

“mendengar” ungkapan non verbal seperti misalnya kata-kata

ah..uh-huh,dan sebagainya.

Memperhatikan Umpan Balik

Dalam komunikasi, umpan balik adalah salah satu komponen yang

juga penting. Mengenai memberikan umpan balik ini juga ada

hal-hal yang perlu diperhatikan. Pada saat kita berbicara dengan

budaya yang berbeda maka kemampuan kita memberikan umpan

balik baik itu verbal, non verbal, diam dan menghindari umpan balik

negatif, merupakan kompetensi yang tidak boleh dilupakan.

Mengembangkan Fleksibilitas Komunikasi

Meskipun kita berbicara denan budaya yang berbeda tetapi

fleksibilitas kita dalam berbicara dengan orang lain juga perlu

dperhatikan. Dalam hal ini kita dapat mengingat bahwa pada

dasarnya manusia dapat melakukan peran yang berbeda-beda.

Pada intinya pada saat kita melakukan peran maka kita harus

menguasai ketrampilan komunikasi yang dapat membuat kita

mampu merespon segala kondisi, orang, situasi.

Belajar untuk Mentolerir Ambiguitas

Komunikasi multicultural, sungguh tidak terprediksi dan tentu saja

ambiguitas akan banyak muncul di sana. Dalam hal ini kita harus

10

Page 11: Komunikasi bisnis

mampu mentolerir kondisi yang ambigu ini. Mengatasi ambiguitas

adalah kunci dari kompetensi komunikasi. Berinteraksi dengan

sesuatu yang baru dan ambigu dengan tanpa rasa canggung

merupakan aset kita dalam memasuki budaya baru. Jika sebaliknya,

maka yang terjadi adalah kita akan merasa stress, tidak nyaman

dan menarik diri dari pergaulan antar budaya. Di sini diberikan tips

untuk dapat melakukan ini, yaitu yang pertama justru jangan

tentukan bagaiamana akan bersikap atau mendekati orang baru

hingga kita mendapatkan informasi yang cukup. Kedua adalah

melalui proses trial and error akan lebih efektif daripada kita

menggunakan formula yang sama. Jika ada, formula tersebut hanya

kita gunakan sebagai “senjata” supaya kita tidak salah di awal

sebuah interaksi. Dan tentusaja yang tidak kalah pentingnya adalah

bagaimana kita mampu menerima hal-hal yang tidak kita harapkan,

menjadi seseorang yang tidak menghakimi dan sabar.

Belajar Mengelola Konflik

Kita tidak akan terlalu jauh membahas tentang konflik. Yang

terpenting di sini adalah bagaimana kita tahu pespektif tentang

konflik dari berbagai sudut pandang budaya yang berbeda. Seperti

misalnya Amerika melihat konflik sebagai sesuatu yang positif

tetapi mungkin tidak di negara lain. Melalui memahami perspektif

tentang konflik maka kita juga akan menjadi tahu bagaimana

caranya kita menghadapi atau menyelesaikan konflik itu. Mislanya

apakah kita harus diam, atau membuka konflik tersebut. Pada

tingkat apa kita harsu berbicara dengan orang lain untuk

menyatakan ketidaksetujuan kita.

Mempelajari Adaptasi Budaya

Ini adalah langkah selanjutnya untuk menjadikan kita menjadi lebih

kompeten. Tantangan besar terhadap adaptasi adalah

kecenderungan sikap etnosentris, penggunaan bahasa yang

berbeda dan ketidak seimbangan Ketidakseimbangan dalam hal

emosi, ketidakpastian, kebingungan dan keraguan. Kondisi ini

membuat proses adaptasi menjadi terhambat. Hal yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan proses adaptasi tidak lain tidak

bukan adalah dengan memahasi budaya berbeda dan

meningkatkan interaksi dengan budaya tersebut.

Penutup

Implementasi komunikasi multikultural dalam masyarakat

modern saat ini mutlak dilakukan terlebih pada salah satu elemen

masyarakat, yakni masyarakat perguruan tinggi. Sebagai salah satu

11

Page 12: Komunikasi bisnis

anggota masyarakat yang relative memiliki pengetahuan yang

beragam mensyaratkan bekal pengetahuan dan aplikasi komunikasi

multikultural yang lebih kuat, agar mampu mengolah makna dan

penafsiran pengetahuan yang tidak menyalahkan satu pandangan

atau ajaran. Kebijakan pandangan para civitas akademis ini mutlak

sebagai ganda depan pengusung ilmu pengetahuan. Lewat

pendidikan komunikasi multikultur diharapkan dapat menciptakan

SDM yang unggul yang mampu bergaul dan dapat mensukseskan

pembangunan dunia Internasional.

12