Klasifikasi Dari Pasien Dengan Low Back Pain

3
Klasifikasi dari pasien dengan Low Back Pain: Trauma Grup I, contoh: pasien jatuh dari ketinggian dan terdapat suspek fraktur spinal Non Trauma Grup II (pasien dengan defisit neurologis akut maupun progresif), contoh: kelemahan progresif pada salah satu ektremitas. Grup III (pasien dengan nyeri punggung tanpa ditemukannya defisit neurologis). Guideline Penatalaksanaan Medis: Klinis Kriteria Rawat Inap Grup 1 A) Trauma tulang belakang dalam onset 7 hari. DAN B) Pernah ada riwayat trauma (mis. Jatuh dari ketinggian, atau punggung tertimpa benda berat). DAN C) Terdapat catatan tenaga medis curiga adanya fraktur tulang belakang akut, atau cedera medula spinalis. Sesuai dengan pertimbangan gejala klinis terhadap pasien. Grup 2 A) Tidak ada riwayat trauma. DAN B) Keluhan pasien terhadap adanya defisit neurologis akut maupun progresif, termasuk: 1) Kelemahan progresif dan hipestesi/parestesi pada salah satu atau kedua kaki ATAU 2) Inkontinensia/ A) Pasien dengan adanya defisit neurologis sebaiknya dirawat inap sebagai fasilitasi untuk pertimbangan dilakukannya tindakan operasi, agar dapat diobservasi lebih lanjut mengenai progresivitas defisit dan melatih kompensasi pasien terhadap defisitnya (mis. kateterisasi

description

admission criteria

Transcript of Klasifikasi Dari Pasien Dengan Low Back Pain

Page 1: Klasifikasi Dari Pasien Dengan Low Back Pain

Klasifikasi dari pasien dengan Low Back Pain:

Trauma Grup I, contoh: pasien jatuh dari ketinggian dan terdapat suspek fraktur spinal

Non Trauma Grup II (pasien dengan defisit neurologis akut maupun progresif), contoh: kelemahan

progresif pada salah satu ektremitas. Grup III (pasien dengan nyeri punggung tanpa ditemukannya defisit neurologis).

Guideline Penatalaksanaan Medis:

Klinis Kriteria Rawat InapGrup 1

A) Trauma tulang belakang dalam onset 7 hari. DAN

B) Pernah ada riwayat trauma (mis. Jatuh dari ketinggian, atau punggung tertimpa benda berat). DAN

C) Terdapat catatan tenaga medis curiga adanya fraktur tulang belakang akut, atau cedera medula spinalis.

Sesuai dengan pertimbangan gejala klinis terhadap pasien.

Grup 2A) Tidak ada riwayat trauma.

DANB) Keluhan pasien terhadap adanya

defisit neurologis akut maupun progresif, termasuk:1) Kelemahan progresif dan

hipestesi/parestesi pada salah satu atau kedua kaki

ATAU2) Inkontinensia/retensio urin

atau alvi ATAU

3) Hipestesi pada regio perineal DAN

C) Pada pemeriksaan fisik ditemukan defisit neurologis.

A) Pasien dengan adanya defisit neurologis sebaiknya dirawat inap sebagai fasilitasi untuk pertimbangan dilakukannya tindakan operasi, agar dapat diobservasi lebih lanjut mengenai progresivitas defisit dan melatih kompensasi pasien terhadap defisitnya (mis. kateterisasi intermiten mandiri)

B) Jika pasien tidak memiliki defisit neurologis baru, maka pasian dirawat seperti pada Grup 3. Satu-satunya alasan rawat inap adalah karena belum dapat memenuhi ADL dasar di rumah.

Grup 3A) Tanpa riwayat trauma.

DANB) Nyeri punggung dengan atau tanpa

keluhan atau gejala klinis pada tungkai. Keluhan dapat selalu ada namun setelah dievaluasi kembali ternyata keluhan bukan disebabkan karena radikulopati lumbal.

Satu-satunya alasan yg masuk akal untuk dirawat inap, adalah apabila pasien tidak dapat ADL mandiri. Contoh, pasien hidup sendiri dan sulit untuk ke kamar mandi sendiri.

Page 2: Klasifikasi Dari Pasien Dengan Low Back Pain

DANC) Tidak ditemukan defisit neurologis.

Kriteria Rawat Inap untuk Nyeri Kepala:

Nyeri yang tidak kunjung berkurang setelah terapi rawat jalan dan/atau beratnya nyeri hingga membutuhkan intervensi segera dengan pemberian secara intravena dan intervensi akut lainnya untuk meredakan nyeri.

Nyeri kepaa berat (VAS 8-10) dengan mual dan muntah atau komplikasi lainnya yang membutuhkan pengobatan secara parenteral berupa injeksi untuk meredakan nyeri ataupun rehidrasi.

Ketergantungan ataupun penggunaan berlebih terhadap pengobatan yang berakibat pada nyeri kepala akibat drug-induced ataupun gejala psikologis yang muncul dari kondisi withdrawal, dan tidak dapat diatasi secara aman dengan berobat jalan saja.

Nyeri kepala berat yang berkaitan erat dengan kelainan organik pada susunan saraf pusat, seperti infeksi, defek vaskular, dsb.

Nyeri akut akibat adanya penyakit yang lainnya atau problem emosional yang mengakibatkan komplikasi atau yang menyertai pada pengobatan rawat jalan.

Kebutuhan spesifik pasien lainnya yang memerlukan hospitalisasi.