Low Back Pain Paper

24
NYERI PUNGGUNG BAWAH (LOW BACK PAIN) KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SYARAF RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH Oleh: Ageng Budiananti (030.09.002) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA 22 JANUARI 2014

description

LBP

Transcript of Low Back Pain Paper

NYERI PUNGGUNG BAWAH

(LOW BACK PAIN)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SYARAFRUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIHOleh:Ageng Budiananti (030.09.002)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

22 JANUARI 2014

DAFTAR ISI

BAB I

Pendahuluan..1BAB II (Tinjauan Pustaka)...2Definisi..2BAB I

PENDAHULUAN

Nyeri punggung bawah merupakan penyebab terbanyak dari disabilitas. Hal ini dialami hampir secara merata pada semua ras, mempengaruhi kualitas kehidupan, dan merupakan alasan terbanyak dari konsultasi medis. Beberapa kasus dari nyeri punggung disebabkan oleh penyebab spesifik; tetapi paling banyak disebabkan karena penyebab non-spesifik. Nyeri punggung akut merupakan kelainan yang paling sering muncul dan biasanya sembuh dengan sendirinya, berlangsung kurang dari tiga bulan tergantung dari penatalaksanaan. Nyeri punggung kronis merupakan masalah yang lebih rumit, yang dapat menimbulkan masalah psikologis seperti ketidakpuasan dalam bekerja serta kebosanan.1EhrlichNyeri punggung bawah merupakan penyebab kelima terbanyak dari kunjungan pasien kepada dokter di Amerika Serikat. Kurang lebih seperempat dari orang dewasa di Amerika Serikat melaporkan adanya nyeri punggung bawah setidak-tidaknya satu hari penuh dalam tiga bulan terakhir. 7,6% orang dewasa melaporkan adanya paling tidak suatu episode dari nyeri punggung kanan bawah akut berat dalam periode satu tahun. Banyak pasien memiliki episode dari LBP akut yang dapat sembuh sendiri dan tidak memeriksakan diri ke dokter. Diantara pasien yang mendapatkan pengobatan, rasa nyeri, disabilitas berkurang dan dapat kembali bekerja biasanya dalam bulan pertama.2 http://annals.org/ on 01/21/2014 BAB II

TINJAUAN PUSTAKAI. Definisi

Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah costae sampai lumbosakral. Nyeri juga bisa menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal paha. Nyeri punggung bawah merupakan perjalanan akhir yang paling sering dari banyak proses; contohnya nyeri pada osteomyelitis vertebral, secara kualitatif dan intensitasnya tidak terlalu berbeda dengan pada yang disebabkan oleh ketegangan otot pada orang-orang dengan aktivitas tertentu. Banyak faktor risiko dari LBP; merokok, usia diatas 50 tahun, dan keganasan, dimana semuanya juga merupakan faktor terjadinya metastasis bagian vertebrae.LBP dialami kurang lebih oleh 80% dari populasi. Diagnosis banding dari penyakit ini luas dan meliputi ketegangan otot, penyakit primer spinal (HNP, arthritis degenerative), penyakit sistemik (metastasis dari keganasan), dan penyakit regional (aneurisma aorta). Diagnosis yang tepat sulit ditegakkan pada kebanyak kasus. Kebanyakan dari pasien sembuh dalam 1-4 minggu dan tidak memerlukan evaluasi diluar anamnesis dan pemeriksaan fisik. Yang menjadi kesulitan adalah untuk menentukan apakan pasien tersebut merupakan yang membutuhkan penanganan ekstensif dan segera. Dalam praktiknya, menentukan penyebab menjadi hal penting, seperti (1) infeksi, (2) keganasan, (3) penyakit inflamasi punggung seperti ankylosing spondylitis (4) atau keadaan nonrematologis seperti aneurisma aorta. Selain itu, deficit neruologis yang signifikan dan progresif juga memerlukan identifikasi. Apabila tidak terdapat bukti dari masalah-masalah tersebut, maka dapat dilakukan terapi secara konservatif.3 CMDTII. Faktor Risiko Low Back PainFaktor resiko nyeri pinggang meliputi usia, jenis kelamin, berat badan, etnis, merokok, pekerjaan, paparan getaran, angkat beban yang berat yang berulang-ulang, membungkuk, duduk lama, geometri kanal lumbal spinal dan faktor psikososial. Sifat dan karakteristik nyeri yang dirasakan pada penderita LBP bermacam-macam seperti nyeri terbakar, nyeri tertusuk, nyeri tajam, hingga terjadi kelemahan pada tungkai. Nyeri ini terdapat pada daerah lumbal bawah, disertai penjalaran ke daerah-daerah lain, antara lain sakroiliaka, koksigeus, bokong, kebawah lateral atau posterior paha, tungkai, dan kaki.III. Klasifikasi Low Back PainNeurologis biasanya mengevaluasi dan memberikan penatalaksanaan dengan cara membedakan menurut onset nyeri akut atau subakut dan tanda adanya iritasi nerve-root nyeri menjalar, kelemahan, baal, atau gejala kandung kemih maupun usus. Selain itu, adanya dan derajat dari impairment (defek fisik) dan disabilitas (apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan pasien karena impairment yang ditimbulkan) juga perlu menjadi pertimbangan. Klasifikasi dari nyeri punggung bawah berdasarkan derajat keparahan dari penyebab dapat dibagi menjadi dua, yaitu: Red FlagSuatu kondisi yang merupakan indicator dari adanya patologis spinal serius, yang termasuk red flag dari LBP adalah:

Sindrom Cauda Equina (kelemahan motorik, sensorik, deficit neurologis progresif, gangguan sfingter, saddle anesthesia)

Infeksi atau tumor pada medulla spinalis dan sekitarnya Fraktur dan fraktur patologis (adanya trauma hebat, riwayat keganasan, penyakit kronis maupun degenerative) Yellow FlagYang termasuk dari yellow flag merupakan kelainan yang timbul berhubungan dengan faktor psikososial dan menjadi indicator dari adanya gangguan kronis dan disabilitas:

Anggapan yang kurang positif bahwa LBP merupakan hal yang membahayakan dan membuat cacat

Perilaku yang menghindari aktivitas karena adanya LBP

Depresi dan social withdrawal

Permasalahan social maupun finansial4Beberapa penyebab dari Low Back Pain:

Radicular (adanya kaitan dengan nerve-root):

Penyebab intraspinal:

Proksimal dari diskus (conus dan cauda equina); neurofibroma, ependyoma, meningioma

Level diskus )herniasi diskus intravertebral, stenosis spinal, kista synovial dan sendi facet

Vaskular (malformasi arteriosus dari spinal cord, fistel AV dural spinal)

Penyebab ekstraspinal:

Pelvis (vascular, ginekologis, sendi sacroiliaca, keganasan retroperitoneal yang mempengaruhi plexus lumbosacral, plexitis lumbosacral)

Nervus perifer (mononeuropati, polineuropati diabetes, trauma, keganasan local, herpes zoster) Nonradicular (tidak berkaitan dengan nerve-root)

Penyebab traumatic:

Strain muscles, fraktur kompresi vertebral, fraktur processus transversus

Penyebab kronik atau subakut:

Spondylosis dan penyakit degenerative diskus, spondylolithesis, penyakit sendi sacroilliaca, muscular (kronik dan strain berulang), deconditioning, postural, fibromyalgia.

Penyebab nonmekanikal:

Nyeri alih (abdominal atau retroperitoneal seperti aneurisma aorta abdominal, penyakit pancreas, endometriosis)

Infeksi (tulang, diskus, epidural, traktus urinarius terutama pada wanita)

Neoplasma vertebral atau celah epidural (tumor metastasis, multiple myeloma, tumor tulang primer)

Penyakit rheumatologis (ankylosing spondylitis, penyakit degenratif, dan arthritis lainnya)

Bermacam-macam penyebab metabolic dan vascular (osteopenia dengan fraktur kompresi, Pagets disease)

Psikogenik

Menurut Bimariotejo (2009), berdasarkan perjalanan kliniknya LBP terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

1. Acute Low Back Pain Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Penatalaksanaan yang dapat diberikan untuk nyeri punggung akut adalah:

Mengurangi nyeri Pengembalian mobilitas/pergerakan

Meminimalisir kelemahan residual

Menghindari kekambuhan

Intervensi terjadinya nyeri kronik

Untuk nyeri punggung akut, pasien disarankan untuk melakukan tirah baring 3-5 hari, 7-14 hari apabila ada gejala radikular (terdapat skoliosis dan antalgic spine) dan 5 minggu pada herniasi diskus akut. Posisi Semi-Fowler dapat dilakukan di rumah. Dan terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat pasien beristirahat, seperti:

Pasien tidak boleh duduk langsung dengan posisi tegak dari berbaring

Pasien harus berbaring pada satu sisi dengan panggul dan lutut fleksi terlebih dahulu lalu duduk

Punggung bawah harus berada dalam posisi fleksi dan immobile selama pergerakan

Jika kedua kaki sudah berada pada lantai, pasien harus berdiri perlahan, menjaga tubuh tetapi sebagai pusat dari gravitasi dan tidak tegak secara penuh dengan postur lordosis lumbar penuh.

Posisi Semi-Fowler

2. Chronic Low Back Pain Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan. Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan tumor.Brena telah membuat 5 urutan yang tampak pada nyeri kronik yang disebut Five D-Syndrome.:

Drug: abuse atau misuse Dysfunction: penurunan fungsi, performa atau bahkan kualitas hidup

Disuse: kehilangan fleksibilitas dan kekuatan Depression: dengan kehilangan yang signifikan dapat menyebabkan depresi

Disability: ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hariSelain yang telah disebutkan diatas, penyebab LBP juga dapat dibagi menjadi beberapa grup seperti infeksi, congenital (sejak lahir), keganasan, degenerative, dan trauma.

Kelainan Tulang Punggung (Spine) Sejak Lahir Keadaan ini lebih dikenal dengan istilah Hemi Vertebrae. Menurut Soeharso (1978) kelainan-kelainan kondisi tulang vertebra tersebut dapat berupa tulang vertebra hanya setengah bagian karena tidak lengkap pada saat lahir. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya low back pain yang disertai dengan skoliosis ringan. Selain itu ditandai pula adanya dua buah vertebra yang melekat menjadi satu, namun keadaan ini tidak menimbulkan nyeri. Terdapat lubang di tulang vertebra dibagian bawah karena tidak melekatnya lamina dan keadaan ini dikenal dengan Spina Bifida. Penyakit spina bifida dapat menyebabkan gejala-gejala berat sepert club foot, rudimentair foof, kelayuan pada kaki, dan sebagainya. namun jika lubang tersebut kecil, tidak akan menimbulkan keluhan.Beberapa jenis kelainan tulang punggung (spine) sejak lahir adalah:

a. Penyakit Spondylisthesis Pada spondylisthesis merupakan kelainan pembentukan korpus vertebrae, dimana arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus vertebrae. Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu bayi, namun ketika berumur 35 tahun baru menimbulkan nyeri akibat kelinan-kelainan degeneratif. Nyeri pinggang ini berkurang atau hilang bila penderita duduk atau tidur dan akan bertambah, bila penderita itu berdiri atau berjalan.

Soeharso (1978) menyebutkan gejala klinis dari penyakit ini adalah:

1). Penderita memiliki rongga badan lebih pendek dari semestinya. Antara dada dan panggul terlihat pendek.

2). Pada punggung terdapat penonjolan processus spinosus vertebra yang menimbulkan skoliosis ringan.

3). Nyeri pada bagian punggung dan meluas hingga ke ekstremitas bawah.

4). Pemeriksaan X-ray menunjukan adanya dislokasi, ukuran antara ujung spina dan garis depan corpus pada vertebra yang mengalami kelainan lebih panjang dari garis spina corpus vertebrae yang terletak diatasnya.

b. Penyakit Kissing Spine Penyakit ini disebabkan karena dua tau lebih processus spinosus bersentuhan. Keadan ini bisa menimbulkan gejala dan tidak. Gejala yang ditimbulkan adalah low back pain. Penyakit ini hanya bisa diketahui dengan pemeriksaan X-ray dengan posisi lateral.c. Sacralisasi Vertebrae Lumbal Ke V Penyakit ini disebabkan karena processus transversus dari vertebra lumbal ke V melekat atau menyentuh os sacrum dan/atau os ileum. Low Back Pain karena Trauma Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama LBP. Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau melakukan aktivitas dengan beban yang berat dapat menderita nyeri pinggang bawah yang akut.

Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik dapat menyebabkan kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung, mengakibatkan terjadinya trauma punggung sehingga menimbulkan nyeri. Kekakuan otot cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu tertentu. Namun pada kasus-kasus yang berat memerlukan pertolongan medis agar tidak mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut.

Secara patologis anatomis, pada low back pain yang disebabkan karena trauma, dapat ditemukan beberapa keadaan, seperti:

a. Perubahan pada sendi Sacro-Iliaca Gejala yang timbul akibat perubahan sendi sacro-iliaca adalah rasa nyeri pada os sacrum akibat adanya penekanan. Nyeri dapat bertambah saat batuk dan saat posisi supine. Pada pemerikasaan, lassague symptom positif dan pergerakan kaki pada hip joint terbatas.b. Perubahan pada sendi Lumba Sacral Trauma dapat menyebabkan perubahan antara vertebra lumbal V dan sacrum, dan dapat menyebabkan robekan ligamen atau fascia. Keadaan ini dapat menimbulkan nyeri yang hebat di atas vertebra lumbal V atau sacral I dan dapat menyebabkan keterbatasan gerak. Low Back Pain karena Perubahan Jaringan Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan jaringan pada tempat yang mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut tidak hanya pada daerah punggung bagian bawah, tetapi terdapat juga disepanjang punggung dan anggota bagian tubuh lain.

Beberapa jenis penyakit dengan keluhan LBP yang disebabakan oleh perubahan jaringan antara lain: a. Osteoartritis (Spondylosis Deformans) Dengan bertambahnya usia seseorang maka kelenturan otot-ototnya juga menjadi berkurang sehingga sangat memudahkan terjadinya kekakuan pada otot atau sendi. Selain itu juga terjadi penyempitan dari ruang antar tulang vetebra yang menyebabkan tulang belakang menjadi tidak fleksibel seperti saat usia muda. Hal ini dapat menyebabkan nyeri pada tulang belakang hingga ke pinggang.

b. Penyakit Fibrositis Penyakit ini juga dikenal dengan Reumatism Muskuler. Penyakit ini ditandai dengan nyeri dan pegal di otot, khususnya di leher dan bahu. Rasa nyeri memberat saat beraktivitas, sikap tidur yang buruk dan kelelahan.

c. Penyakit Infeksi Infeksi pada sendi terbagi atas dua jenis, yaitu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri dan infeksi kronis, disebabkan oleh bakteri tuberkulosis. Infeksi kronis ditandai dengan pembengkakan sendi, nyeri berat dan akut, demam serta kelemahan.

Low Back Pain karena Pengaruh Gaya Berat Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan dapat mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan komplikasi pada bagian tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu varum, coxa valgum dan sebagainya. Beberapa pekerjaan yang mengaharuskan berdiri dan duduk dalam waktu yang lama juga dapat mengakibatkan terjadinya LBP. Kehamilan dan obesitas merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya LBP akibat pengaruh gaya berat. Hal ini disebabkan terjadinya penekanan pada tulang belakang akibat penumpukan lemak, kelainan postur tubuh dan kelemahan otot.5IV. Anamnesis, Pemeriksaan Fisik dan Penunjang

Untuk menyingkirkan diagnosis banding, terdapat klasifikasi yang digunakan dengan melihat hasil dari anamnesis, pemeriksaan fisik serta penunjang. AnamnesisBeberapa pertanyaan yang harus diutarakan antara lain adalah adanya trauma yang dapat berhubungan, sejak kapan, adanya serangan nyeri sebelumnya, penatalaksanaan sebelumnya, dan durasi serta progresifitas dari gejala. Pasien juga harus ditanyakan mengenai kelemahan; baal; dysesthesia dan paresthesia, disfungsi kandung kemih, usus dan seksual, dan adanya nyeri perut atau pinggang yang menyertai.Jenis Nyeri

Beberapa hal yang harus diperhatikan dari nyeri yang dialami pasien adalah kualitas nyeri, lokasi, dan radiasi dari nyeri, adanya hal-hal atau aktivitas yang memperburuk atau mengurangi nyeri. Nyeri hebat, konstan yang terjadi malam hari menunjukkan adanya neoplasma, infeksi, dan kompresi nerve-root lateral. Jaras nyeri berada pada annulus yang mengelilingi diskus (dalam ligamentum spinalis, facets dan joint capsules) tetapi tidak didalam discus intravertebralis sendiri. Nyeri nerve-root biasanya tajam, berdenyut, dan biasanya meningkat dengan adanya batuk, mengejan, berdiri atau duduk dan biasanya berkurang dengan berbaring. Nyeri syaraf atau plexus perifer biasanya dideskripsikan sebagai rasa terbakar dan seperti tumpul atau baal; tetapi memburuk pada saat pasien berbaring pada malam hari. Pada radikulopati dan mononeuropati yang nyeri, area dari nyeri dan abnormalitas sensorik biasanya dapat berkembang diatas penyebaran sensorik yang terpengaruh nervus perifer atau diatas dermatom dari asal dari sensorik yang berkaitan, seperti pada postherpetic neuralgia. Akan tetapi, deskripsi dari lokasi nyeri dapat membantu melokalisasi level dari nerve-root yang terkena.

Perbedaan nyeri syaraf pusat dengan syaraf perifer

PusatPerifer

DurasiSesaatKontinu

KualitasTajam, seperti ditusukSeperti terbakar, baal

Diperburuk denganBatuk, mengejan, berdiri, dudukBerbaring di tempat tidur

Membaik dengan berbaringYaTidak

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang umum dilakukan sama pentingnya dengan pemeriksaan neurologic dan harus disertai vaskulatur, abdomen, area inguinal, dan rectum (terutama jika sindroma cauda equine dicurigai). Lihat bagaimana pasien bergerak, duduk, berdiri. Lihat adanya atrofi (ukur diameter tungkai bawah dan tungkai atas untuk melihat adanya asimetri), fasikulasi, pelvic tilit, fleksi lutut involunter, skoliosis, dan caf aulait spots (dapat mengindikasikan fibromatosis). Pemeriksaan gait juga dapat dilakukan saat melihat pasien berjalan dengan menumpu pada tumit ataupun jempol.Palpasi spinal bagian bawah, otot-otot paraspinal, kelenjar limfe sciatic, nervus sciatic untuk melihat adanya nyeri, muscle spasm, dan nyeri yang menjalar. Nyeri otot dapat berhubungan dengan iritasi nerve-root (otot betis dengan S1, tibialis anterior dengan L5, dan quadriceps dengan L4).Nerve-root TeregangSyaraf dapat terganggu oleh adanya diskus yang mengalami herniasi atau lesi lainnya, sehingga dapat menimbulkan regangan dari syaraf yang menimbulkan nyeri. Hal ini dapat diperiksa dengan melakukan pemeriksaan dengan cara meminta pasien untuk membungkuk kedepan atau dengan straight-leg raising (SLR).SLR dilakukan dengan mengangkat/mengekstensikan sendi panggul dengan posisi pasien berbaring untuk melihat apakah hal tersebut dapat menimbulkan nyeri pada tungkai, pinggul, punggung, dan jika ya, pada sudut berapa dari garis horizontal nyeri mulai terasa. Nyeri biasanya makin memburuk dengan dorsofleksi ankle dan berkurang dengan fleksi dari lutut dan panggul. SLR (+) biasanya mengindikasikan adanya iritasi syaraf S1 atau L5. Nyeri yang dirasakan bersifat kontralateral, simptomatik ketika tungkai asimptomatik diangkat dianggap tes crossed SLR positif yang mengindikasikan adanya herniasi diskus medial dari syaraf. SLR tes terbalik mendeteksi adanya iritasi L3 atau L4. Pasien tengkurap atau menghadap ke satu sisi, lalu paha diekstensikan pada sendi panggul. Jika pasien merasa nyeri pada panggul atau selangkangan, pemeriksa selanjutnya merotasikan panggul; nyeri saat rotasi menunjukkan adanya penyakit pada panggul, bukan suatu radikulopati.Nerve Root Syndrome

RootNyeri dan ParesthesiaHypesthesiaGangguan MotorikHilangnya RefleksPemeriksaan

S1Pinggul, femoris post., betis, tumit, kaki lat., jari kaki ke-4 dan 5, nyeri tungkai > punggungjari kaki ke-4 dan 5, betis, dan femoris post.Fleksor jari kaki, gastrocnemius, hamstring, adductor jari kakiRefleks achillesSLR

L5Femoris postlat., selangkangan, betis lat., jari kaki ke-1 dan 2, nyeri punggung > tungkaiJari kaki 1, kaki bagian medial, betis anterolat.Peroneii (foot drop)-SLR

L4Femoris anteromed.Femoris anteromed,

LututQuadriceps,

IlliopsoasPatellaReverse SLR

L3Nyeri punggung > tungkai

Pemeriksaan Motorik

Pemeriksaan motorik untuk menilai adanya kelemahan pada tungkai bagian proksimal dapat dilakukan dengan meminta pasien untuk berdiri dari posisi jongkok. Kelemahan pada gastrocnemius dapat terdeteksi dengan gerakan berdiri/ berjinjit pada jari-jari kaki. Fleksor dan ekstensor jari kaki biasanya menjadi lemah sebelum otot-otot pada kaki. Jika otot gluteus maksimus (siplai dari S1) melemah, salah satu sisi bokong dapat mengendur; kelemahan gluteus medius (L5) dapat menimbulkan kelemahan sehingga muncul Tradelenburg gait. Pada pasien dengan nyeri dari radix, pemeriksaan dorsofleksi kaki dengan lutut ektensi tidak dilakukan, karena dapat mengakitbatkan teregangnya S1 dan L5 sehingga menimbulkan nyeri sciatic. Oleh karena itu, dengan alasan yang sama, kekuatan quadriceps diperiksa dengan cara pasien tengkurap. Otot diinervasi oleh lebih dari satu nervus, sehingga paralisis total menunjukkan adanya lesi multiple dari radix, sehingga mempengaruhi nervus perifer multiple juga. Atrofi jarang ditemukan kecuali gejala sudah timbul lebih dari tiga minggu. Atrofi berat dapat meningkatkan kecurigaan terhadap neoplasma extradural.Pemeriksaan Sensorik

Distribusi dermatom dari kehilangan sensasi pinprick dan sentuhan menunjukkan dan melokalisir adanya keterlibatan syaraf. Karena terdapat banyak distribusi dari syaraf maka lesi pada suatu syaraf biasanya menyebabkan adanya hyalgesia ringan. Pemeriksa mungkin tidak dapat mendeteksi adanya deficit sensoris, walaupun pasien memiliki gejala sensoris.

Refleks Tendon

Refleks fisiologis yang berbeda antara pergelangan kaki dan lutut dapat membantu identifikasi dari syaraf yang bersangkutan.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menentukan perkiraan penyebab dari LBP adalah: Pemeriksaan laboratorium darah lengkap; untuk melihat apakah terdapat faktor risiko seperti infeksi (dapat diperiksa leukosit, LED) Pemeriksaan gula darah; untuk melihat adanya faktor risiko seperti Diabetes Mellitus

Pemeriksaan Bone Scan; untuk melihat adanya kemungkinan terjadi fraktur patologis atau faktor risiko lain seperti osteoporosis

Pemeriksaan radiografi:

Foto Lumbosacral

CT-scan

MRI6V. Penatalaksanaan Low Back PainMenurut WHO, penatalaksanaan yang paling baik untuk dilakukan pada awalnya adalah terapi perilaku kognitif dan kebugaran fisik walaupun keduanya tidak konklusif. Penatalaksanaan medikamentosa biasanya efektif untuk pasien dengan acute low back pain tetapi kurang menguntungkan untuk pasien dengan chronic back pain. Penatalaksanaan medikamentosa yang dapat diberikan diantaranya adalah Paracetamol dan non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) yang dapat menurunkan nyeri ke level yang dapat ditoleransi, tetapi obat-obatan tersebut tidak boleh diberikan dalam jangka waktu panjang (paling lama diberikan selama 12 hari). Beberapa sumber mengatakan bahwa penatalaksanaan seperti tirah baring, korset, maupun braces, yang dulunya sering diberikan secara rutin sekarang tidak lagi ditujukan untuk penatalaksanaan nyeri punggung, karena dianggap dapat menghambat otot sendiri untuk menopang secara structural. Latihan dan olahraga lainnya untuk punggung memberikan dampak yang kurang berarti terutama untuk nyeri punggung bawah kronik. Kortikosteroid sebaiknya dihindari bahkan dalam injeksi karena pengaruhnya tidak berbeda jauh dengan pemberian placebo dan tidak berbeda jauh dengan penyembuhan yang temporer tanpa menggunakan kortikosteroid. Dosis kecil dari antidepresan trisiklik (peningkat mood) diberikan satu jam sebelum tidur dapat membantu regulasi siklus tidur yang dapat membantu pada beberapa kasus. Obat-obatan psiktropik dan muscle relaxant juga memiliki peran yang terbatas. Sekarang telah berkembang beberapa jenis terapi baru seperti chiropractic dan terapi manipulative lainnya dinilai cukup disukai oleh masyarakat tetapi juga merupakan terapi yang paling mahal diluar tindakan operatif dan tidak memberikan outcome yang signifikan.Selain itu terapi yang diberikan juga tergantung pada penyebab dari low back pain tersebut, seperti pemberian antibiotic atau obat anti tuberculosis pada nyeri punggung bawah yang disebabkan oleh infeksi, serta terapi operatif atau suportif untuk beberapa kasus seperti trauma, degenerative maupun keganasan.

Tujuan dari terapi sesungguhnya adalah kesembuhan, tetapi sulit untuk dicapai. Kemampuan untuk hidup tanpa merasa terbatas walaupun dengana adanya nyeri merupakan tujuan yang palin realistis. Terapi yang juga penting adalah penjelasan dan edukasi mengenai physical conditioning, peningkatan aktivitas yang memungkinkan; relaksasi fisik dan mental yang cukup; peningkatan mood dan peningkatan akan pandangan positif terhadap diri sendiri dapat mengarahkan individu untuk meningkatkan kepercayaan diri dan fungsi individu tersebut dalam masyarakat serta dalam hal sosioekonomi; juga untuk menghindari terjadinya relaps merupakan hal-hal yang sama pentingnya dengan pemberian obat-obatan.7

Terapi Manipulatif Nyeri Punggung Bawah (Buletin WHO, 2003)