Laporan Pendahuluan Low Back Pain

27
LAPORAN PENDAHULUAN LOW BACK PAIN (LBP) 1. Pengertian Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri di daerah lumbasakral dan sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini sering disertai penjalaran ketungkai sampai kaki. (Harsono, 2000). Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial. Peraturan utama dalam merawat pasien dengan nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun penyebabnya tidak diketahui. Oleh karena itu, keberadaan nyeri adalah berdasarkan hanya pada laporan pasien. Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan oleh terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang (Brunner,1999). 2. Patofisiologi 1. Mekanisme terjadinya nyeri pada Low Back Pain Nyeri yang ada pada low Back Pain 2 macam: a. Nyeri Nosiseptif b. Nyeri Neuropatik Bangunan peka nyeri yang terdapat di punggung bawah adalah periosteum, 1/3 bangunan luar annulus fibroseptor (bagian fibrosa dari diskus

description

Laporan Pendahuluan Low Back Pain

Transcript of Laporan Pendahuluan Low Back Pain

Page 1: Laporan Pendahuluan Low Back Pain

LAPORAN PENDAHULUAN LOW BACK PAIN (LBP)

1. Pengertian

Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri di daerah lumbasakral dan

sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini sering disertai penjalaran ketungkai

sampai kaki. (Harsono, 2000). Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional

yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual maupun

potensial. Peraturan utama dalam merawat pasien dengan nyeri adalah bahwa

semua nyeri adalah nyata, meskipun penyebabnya tidak diketahui. Oleh karena

itu, keberadaan nyeri adalah berdasarkan hanya pada laporan pasien.

Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan

oleh terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus

pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang (Brunner,1999).

2. Patofisiologi

1. Mekanisme terjadinya nyeri pada Low Back Pain

Nyeri yang ada pada low Back Pain 2 macam:

a. Nyeri Nosiseptif

b. Nyeri Neuropatik

Bangunan peka nyeri yang terdapat di punggung bawah adalah periosteum,

1/3 bangunan luar annulus fibroseptor (bagian fibrosa dari diskus

intervertebralis) ligamentum kapsula artikularis, fasia dan otot. Semua banguan

tersebut mengandung nosiseptor yang peka terhadap berbagai

stimulus(mekanik, termal, kimiawi). Bila reseptor dirangsang oleh sebagian

stimulus lokal akan, dijawab dengan pengeluaran sebagai mediator inflamasi

dan substansia lainnya yang menyebabkan timbulnya persepsinyeri.,

hiperalgesia maupun alodinia yang bertujuan mencegah pergerakan untuk

memungkinkan berlangsung proses penyembuhan. Salah satu mekanisme

untuk mencegah kerusakan yang lebih berat adalah spasme otot yang

membatasi pergerakan. Spasme otot ini menyebabkan iskemia dan sekaligus

menyebabkan munculnya titik picu (trigger points) yang merupakan salah satu

kondisi nyeri. Pembungkus syaraf juga, kaya akan nosiseptor yang merupakan

akhiran dari nervi nervorumyang juga berperan sebagai sumber nyeri nosiseptif

Page 2: Laporan Pendahuluan Low Back Pain

inflamasi, terutama nyeri yang dalam dan sulit dilokalisir. Berbagai jenis

rangsangan tadi akan mengantisipasi nosiseptor, langsung menyebabkan nyeri

dan sensitisasi menyebabkan hiperalgesia. Nyeri yang diakibatkan oleh

aktivitas nosiseptor ini disebut nyeri nosiseptif.

2. Mekanisme Nyeri Neurepatik Pada LBP

Nyeri neuropatik adalah nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi

atau disfungsi primer pada system syaraf. Nyeri neuropatik yang sering

ditemukan pada LBP berupa penekanan atau jeratan radiks syaraf oleh

karena  Hernia Nukleus Pulposus (HNP, penyempitan kanalis spinalis,

pembengkaan artikulasio atau jaringan sekitarnya, fraktur mikro (misalnya

penderita osteoporosis), penekanan oleh tumor dan sebagainya.

Penanganan pada radiks saraf, terdapat 2 kemungkinan:

a) Penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus syaraf yang kaya

nosiseptor darinervi nervorum, yang menimbulkan inflamasi, nyeri

dirasakan distribusi serabut syaraf tersebut. nyeri bertambah jika terdapat

peperangan serabut syarap, misalnya karena pergerakan.

b) Penekanan sampai mengenai serabut syaraf, sehingga ada kemungkinan

terjadi gangguan keseimbangan neuron sensorik melalui pelabuhan

molekuler. Perubahan molekuler menyebabkan aktivitas SSA menjadi

abnormal, timbul aktifitas ektopik (aktivitas di luar nosiseptor), akumulasi

saluran ion Natrium (SI-Na dan saluran ion baru di daerah

lesi).  Penumpukan SI-Na naupun saluran ion baru didaerah lesi

menyebabkan timbulnya mechsno-hot-sopt yang sangat peka terhadap

rangsangan mekanikal maupun termal(hiperagesia mekanikal dan termal).

Ditemukan juga pembentukan reseptor adrener menyebabkan stress

psikologi yang mampu memperberat nyeri. Aktivitas ektopik

menyebabkan timbulnya nyeri neuropatik baik yang sepontan seperti

parestesia, disestisia, nyeri seperti kesetrum dan sebagainya, yang

membedakan dengan nyeri inflamasi maupun yamg dibangkitkan seperti

hiperal dan alodinia. Terjadinya hiperalgesia dan alodinia pada nyeri

ncuropatik juga disebabkan oleh adanya fenomena wind-up, LTP dan

perubahan fenotip AB. Pada nyeri nosiseptif, inhibisi meningkat sedang

Page 3: Laporan Pendahuluan Low Back Pain

pada nyeri neuropatik terutama disebabkan penurunan reseptor opioid di

neuron  kornu dorsalis dan peningkatan cholesystokinin (CCK) yang

menghambat kerja reseptor opioid.

3. Etiologi

Umumnya nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari berbagai

masalah muskoloskeletal. Nyeri terjadi akibat gangguan muskuloskeletal dapat

dipengaruhi oleh aktivitas sebagai berikut:

a. Regangan lumbosakral akut

b. Ketidakstabilan ligamen lumbosakral dan kelemahan otot.

c. Osteoartritis tulang belakang.

d. Stenosis tulang belakang

e. Masalah diskus intervertebralis

f. Perbedaan panjang tungkai

g. Pada lansia, akibat fraktur tulang belakang, osteoporosis atau metastasis

tulang

h. Penyebab lain, seperti gangguan ginjal, masalah pelvis, tumor

retroperitoneal, aneurisma abdominal dan masalah psikosomatik.

Faktor resiko secara fisiologi.

1. Umur (20-50 tahun).

2. Kurangnya latihan fisik.

3. Postur yang kurang anatomis.

4. Kegemukan.

5. Scoliosis parah.

6. HNP.

7. Spondilitis.

8. Spinal stenosis ( penyempitan tulang belakang ).

9. Osteoporosis.

10. Merokok.

Faktor resiko dari lingkungan.

1. Duduk terlalu lama.

2. Terlalu lama pada getaran.

3. Keseleo atau terpelintir.

Page 4: Laporan Pendahuluan Low Back Pain

4. Olah raga ( golp,tennis,gymnastik,dan sepak bola ).

5. Vibrasi yang lama.

Faktor resiko dari psikososial.

1. Ketidak nyamanan kerja.

2. Depresi.

3. Stress.

4. Manifestasi Klinik

1. Keluhan nyeri punggung akut maupun kronis atau berlangsung lebih dari

dua bulan tanpa perbaikan dan kelemahan.

2. Nyeri bila tungkai ditinggikan dalam keadaan lurus, indikasi iritasi serabut

saraf.

3. Adanya spasme otot paravertebralis (peningkatan tonus otot tulang

postural belakang yang berlebihan)

4. Hilangnya lengkungan lordotik lumbal yang normal

5. Ditemukan deformitas tulang belakang

5. Pemeriksaan Penunjang

1. Sinar X vertebra; mungkin memperlihatkan adanya fraktur, dislokasi

infeksi, osteoartritis atau skoliosis

2. Computed tomography atau CT Scan; berguna untuk mengetahui penyakit

yang mendasari, seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi di sekitar

kolumna vertebralis dan masalah diskus intervertebralis.

3. Ultrasonografi atau USG, dapat membantu mendiagnosis penyempitan

kanalis spinalis.

4. Magneting resonance imaging atau MRI, memungkinkan visualisasi sifat

dan lokasi patologi tulang belakang

5. Mielogram dan diskogram, di mana sejumlah kecil bahan kontras

disuntukkan ke diskus intervertebralis untuk dapat melihat visualisasi

sinar. Dapat dilakukan untuk diskus yang mengalami degenaris atau

protrusi diskus

6. Venogram epidural, digunakan untuk mengkaji penyakit diskus lumbalis

dengan memperlihatkan adanya pergeseran vena epidural

Page 5: Laporan Pendahuluan Low Back Pain

7. Elektromiogram atau EMG dan pemeriksaan hantaran saraf digunakan

untuk mengevaluasi penyakit serabut saraf tulang belakang atau

radikulopati

6. Penatalaksanaan

Sebagian besar nyeri punggung dapat hilang sendiri dan akan sembuh

dalam enam minggu dengan tirah baring, pengurangan stres, dan relaksasi.

Klien harus tetap ditempat tidur dengan matras yang padat/ kayu penyangga

dan tidak membal selama dua sampai tiga hari. Pergi ke kamar mandi boleh

dilakukan, namun kegiatan lain seperti menerima telepon, mengasuh anak,

aktivitas umum yang mengakibatkan stres sebaiknya dihindari. Klien

diposisikan sedemikian rupa sehingga fleksi lumbal lebih, yang dapat

mengurangi tekanan pada serabut saraf lumbal. Bagian kepala tempat tidur

ditinggikan 30 derajat dan klien sedikit menekuk lututnya, atau berbaring

miring dengan lutut dan panggul ditekuk atau posisi melingkar dengan

meletakkan bantal di antara lutut dan tungkai sertai menggunakan sebuah

bantalan di bawah kepala. Hindarkan posisi tengkurap karena akan

memperberat lordosis.

Kadang klien perlu diberikan penanganan konservatif aktif dan fisioterapi.

Traksi pelvis intermiten dengan beban traksi seberat 7-13 kg memungkinkan

penambahan fleksi lumbal dan relaksasi otot. Fisioterapi ditujukan untuk

mengurangi nyeri dan spasme otot. Hindari terapi kolam bergolak bagi klien

dengan masalah kardiovaskular, karena klien tidak mampu menoleransi

vasodilatasi perifer masif yang timbul. Gelombang ultra akan menimbulkan

panas, yang dapat meningkatkan ketidaknyamanan  akibat pembengkakan pada

stadium akut. Pemberian terapi ini juga perlu dihindari pada klien dengan

kanker dan gangguan perdarahan.

Perlu diberikan obat-obatan untuk menangani nyeri. Analgetik narkotik

untuk memutus lingkaran nyeri, relaksan otot, dan obat penenang membuat

klien rileks, serta mengurangi otot yang mengalami spasme, sehingga nyeri

dapat berkurang. Obat antiinflamasi diberikan untuk mengurangi nyeri.

Penggunaan kortikosteroid jangka pendek dapat mengurangi respons inflamasi

dan mencegah timbulnya neurofibrosis, yang terjadi akibat iskemia. Penyokong

Page 6: Laporan Pendahuluan Low Back Pain

punggung bawah dan brace dapat dipakai untuk membatasi gerakan tulang

belakang, mengoreksi postur, dan mengurangi stres pada tulang lumbal bawah.

Transcutanneous electrical nerve stimulation atau TENS adalah modalitas

mengurangi nyeri noninvasif yang dapat dibawa kemana-mana yang

memungkinkan klien berpartisipasi dalam aktivitas dengan nyaman tanpa obat.

Stimulasi saraf elektris transkutan diperkirakan mengurangi nyeri dengan

melampaui input nyeri dan perangsangan endorfin.

Peningkatan mobilitas, kekuatan otot, dan kelenturan dapat dicapai melalui

latihan bila klien telah memungkinkan. Latihan dimulai secara bertahap dan

ditingkatkan begitu klien sembuh. Latihan hiperekstensi akan memperkuat otot

paravertebralis, latihan fleksi meningkatkan kekuatan dan gerakan punggung,

sedangkan latihan fleksi isometrik memperkuat otot batang tubuh. Latihan

dilakuakn di bawah pengawasan ahli fisioterapi dan disesuaikan dengan

kemampuan klien, setiap periode latihan selalu dimulai dengan relaksasi.

Teknik terbaik dalam mengangkat adalah pengangkatan secara diagonal.

Kaki memisah atau terbuka, dengan satu kaki yang dominan sedikit ke depan

dari kaki yang lain. Ini memberikan basis penyangga yang lebar, lebih stabil,

lebih bertenaga, dan lebih kuat. Tekuk lutut dan berjongkok; jaga punggung

tetap lurus dan kepala juga lurus selama mengangkat. Posisi ini memberikan

kekuatan yang lebih untuk otot tungkai yang lebih luas dan menjaga

keseimbangan punggung.

Tabel 1 Cara Berdiri, Duduk, Berbaring, Mengangkat Barang, dan Latihan dengan Benar

No Posisi Cara

1 Berdiri 1. Hindari berdiri dan berjalan lama2. Bila harus berdiri lama, istirahatkan salah satu kaki pada pijakan

kecil atau kontak untuk mengurangi terjadi lordosis.3. Hindari posisi kerja membungkuk ke arah depan

2 Duduk 1. Stres pada punggung akan lebih besar pada posisi duduk dan pada posisi berdiri

2. Hindari duduk dalam waktu yang lama3. Duduk pada kursi dengan posisi punggung tegak dengan

dukungan punggung yang memadai4. Pergunakan pijakan kaki untuk memposisikan lutut lebih tinggi

dari pinggul bila perlu5. Hilangkan rongga pada punggung dengan cara duduk dengan

posisi “bokong ke depan”6. Hindari ekstensi lutut dan pinggul. Ketika mengendarai mobil,

dorong kursi ke depan agar terasa nyaman

Page 7: Laporan Pendahuluan Low Back Pain

7. Pertahankan penyangga punggung8. Lindungi terhadap regangan ekstensi; meraih, mendorong, duduk

dengan tungkai lurus9. Duduk dan berjalan secara bergantian

3 Berbaring 1. Istirahat tubuh pada waktu tertentu, karena kelelahan dapat menyebabkan spasme otot punggung.

2. Letakkan papan yang keras di bawah kasur agar dapat mempertahankan kesejajaran tubuh.

3. Hindari tidur tengkurap.4. Ketika berbaring pada salah satu sisi, letakkan sebuah bantal di

bawah kepala dan sebuah lagi antara kedua tungkai, yang harus difleksikan pada pinggul dan lutut.

5. Ketika terlentang, gunakan sebuah bantal di bawah lutut untuk mengurang lordosis

4 Mengangkat 1. Saat mengangkat barang, jaga agar punggung tetap lurus dan angkat beban sedekat mungkin dengan tubuh. Angkat dengan otot tungkai besar, bukan dengan otot punggung.

2. Lindungi punggung dengan korset penyangga punggung ketika mengangkat barang

3. Jongkok dan pertahankan punggung tetap lurus bila akna mengambil sesuatu di lantai

4. Hindari memuntir batang tubuh, mengangkat di atas pinggang dan menjangkau sesuatu untuk waktu lama

5 Latihan 1. Latihan harian sangat penting dalam pencegahan masalah punggung

2. Berjalan di luar rumah dan secara bertahap meningkatkan jarak dan kecepatan berjalan sangat dianjurkan

3. Lakukan latihan punggung yang dianjurkan dua kali sehari, tingkatkan latihan secara bertahap

4. Hindari gerakan melompat 

7. Pemeriksaan Diagnostik

1. Neurofisiologik

a. Electromyography (EMG)

b. Need EMG dan H-reflex  dianjurkan bila dugaan disfungsi radiks lebih

dari 3-4 minggu

c. Bila diagnosis radikulapati sudah pasti secara pemeriksaan klinis,

pemeriksaan elektrofisiologik tidak dianjurkan.

d. Somatosensory Evoked Potensial (SSEP). Berguna untuk stenosis kanal

dan mielopati spinal.

2. Radiologik

a. Foto polos.

b. Tidak direkomendasikan untuk evaluasi rutin penderita NPB.

c. Direkomendasikan untuk menyampingkan adanya kelainan tulang.

Page 8: Laporan Pendahuluan Low Back Pain

d. Mielografi, mielo-CT, CT-Scan, Magnetik Resonance Imaging (MRI)

e. Diindikasikan untuk mencari penyebab nyeri antara lain tumor, HNP

perlengketan

f. Discography tidak direkomendasikan pada NPB oleh karena invasive

3. Laboratorium

a. Laju endap darah, darah perifer lengkap, C-reactif protein (CRP), faktor

rematoid, fosfatase alkali / asam, kalsium (atas indikasi)

b. Urinalisa, berguna untuk penyakit non spesifik seperti infeksi, hematuri

c. Likuor serebrospinal (atas indikasi)

Page 9: Laporan Pendahuluan Low Back Pain

Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

1) Anamnesis

Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,

pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor

register, diagnosis medis. HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan

pada jenis kelamin pria dan pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat benda

berat atau mendorong benda berat).

Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta

pertolongan kesehatan adalah nyeri punggung bawah.

a. Propocatif/ paliatif: Adanya riwayat trauma (mengangkat atau mendorong

benda berat).

b. Quality/ Quantity: Sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat,

mendenyut, seperti  kena api, nyeri tumpul yang terus-menerus. Kaji

penyebaran nyeri, apakah bersifat radikular atau nyeri acuan (refered

pain). Nyeri bersifat menetap, atau hilang timbul, semakin lama semakin

nyeri. Nyeri bertambah hebat karena adanya faktor pencetus seperti

gerakan-gerakan pinggang batuk atau mengedan, berdiri atau duduk atau

jangka waktu yang lama dan nyeri berkurang bila dibuat istirahat atau

berbaring. Sifat nyeri khas dari posisi berbaring ke duduk, nyeri mulai dari

pantat dan menjalar ke bagian belakang lutut, kemudian ketungkai bawah.

Nyeri bertambah bila ditekan didaerah L5-S1 (garis antara dua krista

iliaka).

c. Region: Letak atau lokasi nyeri, minta klien menunjukkan nyeri dengan

setempat-tempatnya sehingga letak nyeri dapat diketahuai dengan cermat.

d. Saverity: Pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh berkaitan dengan

aktivitas tubuh, posisi yang bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri

dan memperberat nyeri. Aktivitas yang menimbulkan nyeri seperti

berjalan, menuruni tangga, menyapu, dan gerakan yang mendesak. Obat-

obatan yang sedang diminum seperti analgesik, berapa lama klien

menggunakan obat tersebut.

Page 10: Laporan Pendahuluan Low Back Pain

e. Time: Sifatnya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat

menetap, hilang timbul, semakin lama semakin nyeri. Nyeri pinggang

bawah yang intermiten (dalam beberapa minggu sampai beberapa tahun).

2) Riwayat Penyakit Saat Ini

Kaji adanya riwayat trauma akibat mengangkat atau mendorong benda

yang berat, pengkajian yang dapat meliputi keluhan paraparesis flisid,

parestesia, dan retensi urine. Keluhan pada punggung bawah, ditengah-tengah

area pantat dan betis, belakang tumit, dan telapak kaki. Klien sering mengeluh

kesemutan (parastesia) atau baal bahkan kekuatan otot menurun sesuai dengan

distribusi persarafan yang terlibat.

Pengkajian riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, yang juga bisa

minimbulkan nyeri pinggang bawah yang keluhannya hampir mirip dengan

keluhan nyeri HNP sangat diperlukan untuk penegakkan masalah klien lebih

komprehensif dan memberikan dampak terhadapintervensi keperawatan

selanjutnya.

3) Riwayat Penyakit Dahulu

Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi apakah klien pernah menderita

tuberkolosis tulang, osteomielitis, keganasan (mieloma multipleks), dan

metabolik (osteoporosis) yang semua penyakt ini sering berhubungan dengan

kejadian dan meningkatkan resiko terjadinya herniasi nukleus pulposus (HNP).

Pengkajian lainnya adalah menanyakan adanya riwayat hipertensi, riwayat

cidera tulang belakang, diabetes melitus, dan penyakit jantung. Pengkajian ini

berguna sebagia data untuk melakukan tindakan lainnya dan menghindari

komplikasi.

4) Riwayat Penyakit Keluarga

Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang menderita hipertensi

dan diabetes militus.

5) Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual

Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien perlu dilakukan

untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya,

perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat, dan respon atau

pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga

Page 11: Laporan Pendahuluan Low Back Pain

ataupun  dalam masyarakat, apakah klien mengalami dampak yang timbul

akibat penyakit seperti ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ke tidak

mampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap

dirinya yang salah (gangguan citra tubuh). Adanya perubahan berupa paralisis

anggota gerak bawah memberikan manifestasi berbeda pada setiap klien yang

mengalami gangguan pada tulang belakang. Semakin lama klien menderita

paraparise tersebut, maka makin akan bermanifestasi pada koping yang tidak

efektif.

6) Pemeriksaan Fisik

Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien,

pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian

anamnesa. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan perissitem dan terarah (B1-

B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada B3 (Brain) dan B6 (Bone) dan

dihubngkan dengan keluhan klien.

a. Keadaan Umum, pada HNP keadaan umum biasanya tidak mengalami

penurunan kesadaran. Adanya perubahan padatanda-tanda vital brakikardi,

hipotensi yang berhubungan dengan penurunan aktivitas karena adanya

paraparise.

1. B1 (Breating) jika tidak mengganggu sistem pernapasan biasanya pada

pemeriksaan:

a) Inspeksi, ditemukan klien tidak mengalami batuk, tidak sesak napas ,

dan frekuensi pernapasan normal.

b) Palpasi, ditemukan taktil fremitus kiri dan kanan.

c) Perkusi, ditemukan adanya sura resonan pada seluruh lapang paru.

d) Auskultasi, ditemukan tidak terdengar bunyi napas tambahan.

2. B2 (Blood), bila tidak ada gangguan pada sistem kardiovaskuler, biasanya

kualitas dan frekuensi nadi normal, tekanan darah normal. Pada auskultasi,

tidak ditemukan bunyi jantung tambahan.

3. B3 (Brain), merupakan pemeriksaan fokus yang lebih lengkap

dibandingkan pengkajian pada sistem yang lain. Inspeksi umum, kurvatura

yang berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya anglus, pelvis

Page 12: Laporan Pendahuluan Low Back Pain

miring/asimetris, postur tungkai yang abnormal. Hambatan pada

pergerakan punggung, pelvis dan tungkai selama bergerak.

4. B4 (Bladder), kaji keadaan urine. Penurunan jumlah urine dan peningkatan

retensi cairan dapat terjadi akibat menurunya perfusi pada ginjal.

5. B5 (Bowel), pemenuhan nutrisi kurang karena adanya mual dan asupan

nutrisi yang kurang. Lakukan pemeriksaan rongga mulut dengan

melakukan penilaian ada tidaknya lesi pada mulut atau perubahan pada

lidah. Hal ini dapat menunjukkan adanya dehidrasi.

6. B6 (Bone), adanya kesulitan dalam beraktivitas dan menggerakkan badan

karena danya nyeri, kelemahan,kehilangan sensori, dan mudah lelah

menyebabkan masalah  padapola aktivitas dan

istirahat. Inspeksi, karvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal,

adanya angulus, pelvis yang miring/asimetris, muskulatur paravertebral

atau bokong yang asimetris, postur tungkai yang abnormal. Adanya

kesulitan atau hambatan dalam melakukan pergerakan punggung, pelvis

dan tungkai selama bergerak. Palapasi, ketika meraba kolumna

vertebratalis, cari kemungkinan adanya deviasi kelateral antroposterior.

Palapsi pada daerah yang ringan rasa nyerinya kearah yang paling terasa

nyeri.

b. Tingkat Kesadaran: Tingkat kesadaran klien biasanya kompos mentis.

c. Pemeriksaan fungsi serebri: Status mental, observasi penampilan klien dan

tingkah lakunya, nilai gaya bicara klien dan observasi ekspresi wajah, dan

aktivitas motirik. Status mental klien yang telah lama menderita HNP

biasanya mengalami perubahan.

d. Pemeriksaan saraf kranial

Saraf I, biasanya pada klien HNP tidak ada kelainan dan fungsi

penciuman tidak ada kelainan.

Saraf II, hasil tesketajaman penglihatan biasanya normal.

Saraf III, IV, dan V, klien biasanya mengalami kesulitan mengangkat

kelopak mata, pupil isokor.

Saraf VI, pada klien HNP umumnya tidak ditemukan paralisis pada

otot wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.

Page 13: Laporan Pendahuluan Low Back Pain

Saraf VII, persepsi pengecapan dalam bats normal, wajah simetris.

Saraf VIII, tidak ditemukannya tuli konduktif dan tuli persepsi.

Saraf IX dan X, kemampuan menelan baik.

Saraf XI, tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.

Saraf XII, lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada

fasikulasi, indra pengecapan normal.

       e. Sistem motorik

1. Kaji kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki dan

ibu jari, dan jari lainnya dengan memeinta klien untuk melakukan gerak

fleksi dan ekstensi lalu menahan gerakan tersebut.

2. Ditemukan atropi otot pada meleolus atau kaput fibula dengan

membandingkan kanan dan kiri.

3. Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot

tertentu.

       f. Pemeriksaan refleks

1. Refleks achilles pada HNP L4-L5 negatif.

2. Reflek lutut/patella pada HNP lateral di L4-L5 negatif.

g. Sistem sensorik: Lakukan pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa

dalam dan rasa getar untuk menentukan dermatom yang terganggu sehigga

dapat ditentukan pula radiks yang terganggu. Palpasi dan perkusi harus

dikerjakan dengan hati-hati atau halus sehingga tidak memebingungkan

klien. Palapasi dilakukan pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah

yang paling terasa nyeri.

2. Diagnosa keperawatan

Berdasarkan pengkajian diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan

pada klien yang mengalami nyeri punggung bawah adalah sebagai berikut.

1. Nyeri akut b.d agen injuri (fisik muskuloskeletal)  dan system

syaraf    vascular)

2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, spasme otot, dan

berkurangnya kelenturan

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan teknik mekanika tubuh

melindungi punggung

Page 14: Laporan Pendahuluan Low Back Pain

4. Perubahan peran berhubungan dengan gangguan mobilitas dan nyeri

kronik

3. Rencana Keperawatan

1. Diagnosis Keperawatan: Nyeri akut b.d agen injuri (fisik muskuloskeletal)  dan

system syaraf    vascular)

Tindakan:

 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri klien berkurang

(skala 0-2)

Kriteria Hasil:

A.    Klien mengalami berkurang atau hilangnya nyeri:

1.      Istirahat dengan nyaman

2.      Mengubah posisi dengan nyaman

3.      Nyeri hilang melalui penggunaan modalitas fisik, teknik psikologis dan

meditasi

4.      Menghindari ketergantungan obat

B.     Tanda-tanda vital klien normal

1.      Suhu:36,5-37,5 derajat Celsius

2.      RR:16-24x/menit

3.      Tekanan darah:110-130/70-90mmHg

4.      Nadi: 60-90x/menit

No Intervensi Rasional1 Dorong klien untuk tirah baring

dan perubahan posisi, untuk memperbaiki posisi lumbal

Memperbaiki posisi lumbal untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan klien.

2 Ajarkan klien teknik relaksasi untuk mengontrol dan menyesuaikan nyeri

Dengan teknik relaksasi untuk mengalihkan perhatian nyeri.

3 Ajarkan dan anjurkan untuk melakukan pernapasan diafragma untuk  mengurangi tegangan otot

Dengan melakukan pernapasan diafragma dapat mengurangi tegangan otot sehingga klien dapat rileks dan nyeri klien berkurang

4 Upayakan untuk mengalihkan perhatian klien: membaca, bercakap-cakap, menonton TV

Dengan mengalihkan perhatian, nyeri klien yang dirasakan dapat berkurang

5 Berikan masase jaringan lunak dengan lembut, untuk mengurangi spasme otot, memperbaiki peredaran darah,

Memberikan masase pada jaringan lunak dengan lembut dapat memberikan rasa rileks, untuk mengurangi spasme otot, memperbaiki peredaran darah,

Page 15: Laporan Pendahuluan Low Back Pain

mengurangi bendungan, dan mengurangi nyeri

mengurangi bendungan, dan mengurangi nyeri

Paham, ajarkan, dan bantu klien cara penggunaan TENS, karena dapat menyebabkan distritmia

Dengan memberikan pemahaman, pengajaran dan bantu klien dapat mengerti tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien dank lien dapat mendemonstrasikan tindakan keperawatan

7 Catat respons klien terhadap berbagai modalitas penatalaksanaan nyeri

Dengan mencatat respon klien dapat memberikan tindakan klien selanjutnya

Berikan obat sesuai order Dengan memberikan obat sesuai order akan memberikan ketepatan terapi yang diberikan oleh klien.

2. Diagnosis Keperawatan: Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri,

spasme otot, dan berkurangnya kelenturan

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, klien dapat

mengalami mobilitas fisik

Kriteria Hasil

A.    Klien menunjukkan kembalinya mobilitas fisik:

1) kembali ke aktivitas semula secara bertahap,

2) menghindari posisi yang menyebabkan ketidaknyamanan dan spasme otot

3) merencanakan atau jadwal istirahat baring setiap hari

B.     Tanda-tanda vital klien normal

1)      Suhu:36,5-37,5 derajat Celsius

2)      RR:16-24x/menit

3)      Tekanan darah:110-130/70-90mmHg

4)      Nadi: 60-90x/menit

No Intervensi Rasional1 menantau secara kontinu

mobilitas fisik klien, bergerak dan berdiri

Memantau secara kontinu mobilitas akan mengetahui aktivitas klien

2 Bantu klien merubah posisi secara perlahan

Dengan merubah posisi klien secara perlahan akan meningkatkan latihan mobilitas fisik pada klien

3 Ajarkan klien cara yang tepat turun dari tempat tidur, dengan nyeri minimal

Dengan memberikan cara yang tepat turun dari tempat tidur, hal ini untuk mencegah terjadinya injuri dan nyeri

4 Sampaikan dan ingatkan klien Gerakan memutar dan melenggok akan

Page 16: Laporan Pendahuluan Low Back Pain

tidak boleh melakukan gerakan memutar dan melenggok

meningkatkan nyeri pada klien.

5 Dorong klien melakukan ganti posisi, berbaring, duduk, berjalan. Namun tidak boleh dalam waktu yang lama/ terus menerus

Dengan terus melakukan pergantian posisi berbaring, duduk, berjalan akan meningkatkan mobilitas fisik dan mengurangi terjadinya kerusakan integument klien

6 Buat jadwal periode istirahat berbaring di tempat tidur beberapa kali sehari bersama-sama klien.

Dengan membuat jadwal periode istirahat berbaring akan memaksimalkan pengurangan nyeri pada klien.

7 Dorong klien untuk mematuhi jadwal latihan yang sudah dbuat dan meningkat latihan secara bertahap

Dengan mematuhi latihan yang dibuat akan memberikan latihan maksimalkan mobilitas klien.

3. Diagnosis Keperawatan: Kurang pengetahuan berhubungan dengan teknik

mekanika tubuh melindungi punggung

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 jam, klien memahami

teknik mekanika tubuh melindungi punggung

A.    Klien menunjukkan mekanika tubuh yang memelihara punggung:

1) Perbaikan postur

2) Mengganti posisi sendiri untuk meminimalkan stres pada punggung

3) Memperlihatkan penggunaan mekanika tubuh yang baik

4) Berpartisipasi dalam program latihan

B.     Tanda-tanda vital klien normal

1)      Suhu:36,5-37,5 derajat Celsius

2)      RR:16-24x/menit

3)      Tekanan darah:110-130/70-90mmHg

4)      Nadi: 60-90x/menit

No Intervensi Rasional1 Ajarkan klien cara berdiri, duduk,

berbaring, dan mengangkat barang dengan benar

Dengan mengajarkan klien, klien dapat mendemonstrasikan tindakan keperawatan yang diberikan

2 Menganjurkan atau mengganti sepatu/ sandal dengan yang bertumit rendah

Dengan menggunakan bertumit rendah akan mengurangi terjadinya cedera pada klien.

3 Anjurkan klien untuk mengistirahatkan salah satu kaki, bagi klien yang terpaksa berdiri

Dengan mengistirahatkan salah satu kaki, klien dapat mengurangi cedera pada klien

Page 17: Laporan Pendahuluan Low Back Pain

lama untuk mengurangi lordosis lumbal

4 Anjurkan klien untuk melihat postur yang benar melalui cermin; latih postur dada membusung dan perut mengempis

Klien mengetahui mendemonstrasi dalam memberikan postur yang benar

 5 Jelaskan bahwa mengunci lutut saat berdiri dan membungkuk ke depan dalam waktu yang lama harus dihindari

Mengunci lutut saat berdiri dan membungkuk ke depan dapat memberikan nyeri pada klien

Page 18: Laporan Pendahuluan Low Back Pain

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, Volume 3. Alih Bahasa Monica Ester, SKP. EGC: Jakarta.

Lukman. Nurna Ningsih. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Salemba Medika: Jakarta.

Wim de Jon. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi. Cetakan I. Jakarta: EGC