KASUS 1 - REFERAT

6
KOMPLIKASI FRAKTUR Komplikasi fraktur dapat dibagi menjadi dua, yaitu komplikasi sistemik atau lokal. Komplikasi lokal pula dapat dikelompokkan kepada komplikasi awal atau lambat. KOMPLIKASI SISTEMIK Tetanus Sindrom gawat nafas akut Embolisme lemak Trombosis vena profunda (DVT) Koagulopati intravaskular dessiminata Sindrom peremukan Gagal multiorgan KOMPLIKASI LOKAL Awal Awal-lambat Lambat Cedera viseral Cedera pembuluh darah Cedera saraf Sindrom kompartemen Hemartrosis Infeksi Gangren gas Lepuh fraktur Ulkus akibat gips Ulkus dekubitus Penjepitan saraf Miositis ossifikans Cedera ligamen Cedera tendon Kekakuan sendi Algodistrofi Union terlambat Malunion Nonunion Nekrosis avaskular Kontraktur otot Ketidakstabilan sendi Osteoartritis UNION TERLAMBAT DEFINISI Union terlambat dikatakan terjadi jika waktu yang diperlukan suatu fraktur untuk menyatu dan berkonsolidasi adalah terlalu lama. ETIOLOGI Penyebab union terlambat dapat dibagi dua, yaitu biologik dan biomekanik.

Transcript of KASUS 1 - REFERAT

Page 1: KASUS 1 - REFERAT

KOMPLIKASI FRAKTUR

Komplikasi fraktur dapat dibagi menjadi dua, yaitu komplikasi sistemik atau lokal. Komplikasi lokal pula dapat dikelompokkan kepada komplikasi awal atau lambat.

KOMPLIKASI SISTEMIKTetanus

Sindrom gawat nafas akutEmbolisme lemak

Trombosis vena profunda (DVT)Koagulopati intravaskular dessiminata

Sindrom peremukanGagal multiorgan

KOMPLIKASI LOKALAwal Awal-lambat Lambat

Cedera viseralCedera pembuluh darah

Cedera sarafSindrom kompartemen

HemartrosisInfeksi

Gangren gas

Lepuh frakturUlkus akibat gipsUlkus dekubitusPenjepitan saraf

Miositis ossifikansCedera ligamenCedera tendon

Kekakuan sendiAlgodistrofi

Union terlambatMalunionNonunion

Nekrosis avaskularKontraktur otot

Ketidakstabilan sendiOsteoartritis

UNION TERLAMBAT

DEFINISI

Union terlambat dikatakan terjadi jika waktu yang diperlukan suatu fraktur untuk menyatu dan berkonsolidasi adalah terlalu lama.

ETIOLOGI

Penyebab union terlambat dapat dibagi dua, yaitu biologik dan biomekanik.

Biologik:

Pasokan darah tidak cukup: Suatu fraktur pada tulang panjang yang terlalu bergeser akan menyebabkan robekan periosteum dan gangguan pasokan darah intrameduler. Kedua ujung fraktur menjadi nekrotik dan memerlukan pembentukan kalus untuk menutupi celah fraktur. Jika daerah nekrosis luas, seperti pada fraktur yang terlalu kominutif, penyatuan dapat terhambat.

Kerusakan jaringan lunak berat: Kerusakan berat pada jaringan lunak mengganggu penyembuhan fraktur dengan (a) mengurangi efektivitas bidai, (b) merusak pasokan

Page 2: KASUS 1 - REFERAT

darah lokal dan (c) mengurangi atau menghilangkan stimulus osteogenik dari tarikan otot.

Robekan periosteum: Robekan periosteum yang terlalu parah sewaktu fiksasi internal adalah penyebab union terlambat atau nonunion yang dapat dielakkan.

Biomekanik:

Pembidaian kurang baik: Traksi atau gerakan pada daerah fraktur yang berlebihan akan memperlambat osifikasi pada kalus.

Fiksasi terlau kaku: Kebalikan dari kepercayaan ramai, fiksasi yang kaku memperlambat, bukannya mempercepat, penyatuan fraktur. Oleh karena alat fiksasi memegang fragmen-fragmen dengan eratnya, fraktur kelihatan “menyatu”; namun, union dengan penyembuhan primer adalah perlahan. Jika stabilitas dipertahankan di sepanjang fiksasi, fraktur akan akhirnya menyatu.

Infeksi: Biologi dan stabilitas dihambat infeksi aktif; bukan saja terdapat penghancuran tulang, nekrosis dan pembentukan nanah, malah implan yang dipakai untuk memegang fraktur juga cenderung longgar.

GEJALA & TANDA KLINIS

Nyeri tekan pada daerah fraktur menetap dan jika tulang dikenakan stres, nyeri dapat menjadi akut.

Foto Röntgen: Garis fraktur tetap kelihatan dan terdapat sedikit pembentukan kalus atau reaksi periosteum. Namun begitu, kedua ujung tulang tidak skelerotik atau atrofik. Gambaran tersebut menunjukkan fraktur tersebut akan akhirnya menyatu.

PENATALAKSANAAN

Konservatif: Terdapat dua prinsip utama, yaitu (1) menghilangkan setiap penyebab yang mungkin bagi union terlambat, dan (2) menggalakkan penyembuhan dengan menyediakan lingkungan biologik yang paling sesuai. Imobilisasi secara fiksasi eksternal atau internal harus cukup untuk menghindari gerakan pada daerah fraktur. Namun, beban adalah suatu stimulus yang penting untuk terjadinya union dan hal ini dapat ditambahkan dengan (a) menggalakkan olahraga dan (b) pembebanan pada gips atau brace.

Operatif: Setiap kasus harus ditindak secara tersendiri. Namun begitu, jika union terlambat lebih dari 6 bulan dan tidak ada tanda pembentukan kalus, fiksasi dan pencangkokan tulang diindikasikan.

Page 3: KASUS 1 - REFERAT

NONUNION

DEFINISI

Pada foto Röntgen, garis fraktur jelas terlihat dan kedua ujung tulang dapat membesar atau mengecil. Perbedaan ini menyebabkan nonunion dibagi kepada tipe hipertrofik dan atrofik.

Pada nonunion hipertrofik, kedua ujung tulang membesar, sehingga menunjukkan osteogenesis masih aktif tetapi belum mampu menjembatani celah fraktur.

Pada nonunion atrofik, osteogenesis kelihatan telah berhenti. Kedua ujung tulang sering mengecil tanpa tanda pembentukan tulang baru.

PENATALAKSANAAN

Konservatif: Nonunion terkadang tanpa keluhan, sehingga tidak memerlukan tindakan atau hanya memerlukan bidai mudah lepas. Walaupun ada keluhan, operasi bukanlah satu-satunya penyelesaian; pada nonunion hipertrofik, bracing fungsional cukup untuk menginduksi union, tetapi terkadang terapi sering perlu diperpanjang. Medan elektromagnetik berdenyut dan ultrasound berdenyut dengan frekuensi rendah dapat dipakai untuk menstimulasi union.

Operatif: Pada nonunion hipertrofik tanpa deformitas, fiksasi internal atau eksternal yang sangat kaku saja dapat menimbulkan union. Namun, sering sekali cangkok tulang ditambahkan. Pada nonunion atrofik, fiksasi saja tidak cukup. Jaringan penyambung dalam celah fraktur, termasuk kedua ujung tulang yang keras dan sklerotik, dieksisi dan cangkok tulang ditambahkan di sekeliling celah tersebut. Jika terdapat celah fraktur yang terlalu besar, keadaan ini memerlukan eksisi yang lebih luas dan celah tersebut diterapi dengan penambahan panjang tulang melalui metode Ilizarov.

Page 4: KASUS 1 - REFERAT

MALUNION

DEFINISI

Malunion terjadi bila kedua fragmen fraktur bersambung dalam posisi yang tidak tepat, yaitu angulasi, rotasi atau pemendekan yang tidak dapat diterima. Hal ini dapat disebabkan kegagalan untuk mereduksi fraktur secukupnya, kegagalan dalam imobilisasi ketika penyembuhan atau kolapsnya tulang yang remuk atau rapuh.

GEJALA & TANDA KLINIS

Deformitas biasanya jelas terlihat, tetapi terkadang tingkat malunion yang sebenarnya hanya tampak pada foto Röntgen. Deformitas rotasi pada femur, tibia, humerus dan radius dapat terlewatkan kecuali tungkai tersebut dibandingkan dengan sisi kontralateral.

Foto Röntgen dalah penting untuk memeriksa kedudukan fraktur ketika sedang bersambung. Hal ini adalah sangat penting dalam 3 minggu pertama ketika keadaan dapat berubah secara tiba-tiba.

PENATALAKSANAAN

Malunion insipien mungkin memerlukan tindakan malah sebelum fraktur telah menyatu sepenuhnya; keputusan untuk remanipulasi atau koreksi adalah sangat sukar. Terdapat beberapa petunjuk:

1. Pada orang dewasa, fraktur harus direduksi sedekat mungkin dengan posisi anatomis. Namun begitu, aposisi adalah kurang penting dari penjajaran dan rotasi. Angulasi melebihi 10-150 pada tulang panjang atau deformitas rotasi yang nyata mungkin memerlukan koreksi dengan remanipulasi, atau osteotomi dan fiksasi internal.

2. Pada anak-anak, deformitas angulasi dekat ujung tulang biasanya akan membaik dengan waktu sedangkan deformitas rotasi tidak.

3. Pada tungkai bawah, pemendekan melebihi 2,0 cm jarang ditoleransi pasien dan tindakan pemanjangan tungkai dapat diindikasikan.

4. Harapan pasien, terutama berkaitan kosmetik, mungkin agak berbeda dengan harapan ahli bedah; harapan tersebut tidak dapat diabaikan.

5. Efek jangka panjang bagi deformitas angulasi terhadap fungsi sendi sangat kurang diketahui. Namun begitu, tampaknya penjajaran yang salah melebihi 150 pada setiap bidang dapat menyebabkan pembebanan asimetris pada sendi di atas atau bawahnya, dan timbulnya osteoartritis sekunder kelak, terutama pada sendi-sendi besar yang menahan beban.