KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny …
Transcript of KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny …
1
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny “J” YANG MENGALAMI
POST OP CHOLELITIASIS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
NYERI DI RUANG PERAWATAN GARUDA RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA MAKASSAR
TAHUN 2019
OLEH:
RATMIANI
NIM: 1610054
AKADEMI KEPERAWATAN MAPPA OUDANG MAKASSAR
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
2019
i
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny “J” YANG MENGALAMI
POST OP CHOLELITIASIS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
NYERI DI RUANG PERAWATAN GARUDA RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA MAKASSAR
TAHUN 2019
Diajukan sebagai syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan pada Akper
Mappa Oudang Makassar
OLEH :
RATMIANI
NIM : 1610054
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN MAPPA OUDANG MAKASSAR
2019
ii
SURAT PERNYATAAN PENELITI
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : RATMIANI
NIM : 1610054
Judul KTI : Asuhan Keperawatan pada klien Ny “J” Yang Mengalami Post
Op Cholelitiasis dengan masalah keperawatan Nyeri di Ruang
Keperawatan Garuda Rumah Sakit Bhayangkara Makassar Tahun
2019.
Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah sebagiamana disebutkan
dengan judul di atas adalah benar meupakan karya saya sendiri dan belum pernah
dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik.
Demikian pernyataan ini saya buat secara sadar dan tanpa paksaan dari pihak
manapun.
Makassar,10 Juli 2019
RATMIANI
iii
iv
v
RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS
Nama : Ratmiani
Tempat/tanggal Lahir : Sungguminasa, 25 Oktober 1995
Suku/Bangsa : Makassar/Indonesia
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Lengkap : Jl. Poros Pallangga Gowa, Mangalli
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun Sekolah
2002 – 2008 SD Negeri Centre Mangalli
2008 – 2011 SMP Askari Pallangga
2011 – 2014 SMK Kesehatan Kharisma Gowa Raya
2016 – 2019 Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
karuniah-nya serta tak lupa salam dan shalawat kepada junjungan kita Nabiullah
Muhammad SAW yang membawa umat manusia dari alam gelap gulita ke alam
yang terang benderang.
Tidak lupa pula peneliti mensyukuri segala Rahmat dan Karunia yang
telah dilimpahkan sehingga peneliti dapat menyelasaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny “J” YANG
MENGALAMI POST OP CHOLELITIASIS DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN NYERI DI RUANG PERAWATAN GARUDA RUMAH
SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR” Karya Tulis Ilmiah ini disusun dalam
rangka menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi
Keperawatan Mappa Oudang Makassar, tetapi berkat bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Untuk itu perkenankanlah peneliti untuk mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Bapak KOMBES. Pol. dr. H. Farid Alamsyah, SP.P,D., FINASIM, selaku
Ketua Yayasan Brata Utama Bhayangkara Makassar sekaligus kepala Rumah
Sakit Bhayangkara Makassar dan Staf RS yang telah banyak membantu.
2. Bapak Dardin, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Direktur Akper Mappa Oudang
Makassar yang senantiasa memberikan bimbingan, motivasi yang baik bagi
mahasiswa/mahasiswi.
3. Ibu Inriyani, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku pembimbing sekaligus penguji I yang
telah memberikan motivasi, arahan dan bimbingan kepada penulis dalam
penyususnan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Bapak Syaharuddin, SKM., S.Kep., Ns., M.Kes, selaku penguji II dan Bapak
H. Hataul Madja, S,ST., S.Kep., Ns., M.Kes, selaku penguji III, yang begitu
banyak memberikan sumbangsih pemikiran, saran, dan nasehat di dalam
menyusun Karya Tulis Ilmiah dan sebagai dosen keperawatan.
vii
5. Para Dosen dan Staf Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar yang
telah banyak memberikan do’a dan restu serta dorongan baik moril dan
material selama peneliti mengikuti semua Pendidikan 3 tahun ini.
6. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang sedalam-
dalamnya , terutama kepada Ayahanda Nurdin dan Ibunda Rohani tercinta
yang dengan penuh cinta dan kasih sayangnya selama ini dengan ikhlas
mengasuh, mendidik, dan selalu memberikan dukungan baik moril maupun
material dan semangat serta do’a yang tulus di setiap sujudnya agar peneliti
menjadi orang yang dapat membanggakan untuk mereka. Terima kasih untuk
setiap cinta yang terpancar yang selalu mengiringi setiap langkah peneliti
sehingga peneneliti bisa sampai ke titik ini. Terima kasih untuk tiap tetesan
keringat yang tidak dapat peneliti ganti dengan apapun, terimakasih sudah
menjadi orang tua, sahabat,dan pendengar yang baik atas setiap keluhan
peneliti selama ini.
7. Untuk kedua kakakku Rusdi dan Rusmawati terimakasih atas do’a serta
support yang diberikan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Yang spesial buat sahabat sahabatku yang tergabung dalam
ATIRAKIA_STAD (Ayu, Tira, Riska, Kiki dan Manda), terimaksih banyak
atas do’a, support dan motivasi yang diberikan kepada peneliti selama ini
khususnya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Dan terimakasih buat
teman-teman Angkatan X khususnya Tingkat 3 B yang selama ini membantu
peneliti baik pikiran dan tenaga,serta semangat.
9. Terakhir pada almamaterku tersayang “Akademi Keperawatan Mappa
Oudang Makassar” yang telah menjadikanku insan yang berarti.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih
banyak terdapat kekurangan. Jadi setiap kritikan maupun saran-saran dari
pihak yang bersifat membangun peneliti akan menerima dengan senang hati.
Akhir kata semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan mahasiswa Akper Mappa Oudang Makassar khususnya dalam memberikan
Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami Post Op Cholelitiasis Dengan
Masalah Keperatan Nyeri Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
viii
Semoga segala bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada peneliti
mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT.
Makassar, 10 Juli 2019
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM…………………………………………………...…...............i
SURAT PERNYATAAN PENELITI .................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................. Error! Bookmark not defined.
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
ABSTRAK ............................................................................................................ xv
ABTRACT .......................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ........................................ Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang ........................................... Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah ...................................... Error! Bookmark not defined.
C. Tujuan ......................................................... Error! Bookmark not defined.
1. Tujuan umum ............................................. Error! Bookmark not defined.
2. Tujuan khusus ............................................ Error! Bookmark not defined.
D. Manfaat ....................................................... Error! Bookmark not defined.
1. Manfaat Teoritis ......................................... Error! Bookmark not defined.
2. Manfaat Praktis .......................................... Error! Bookmark not defined.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................. Error! Bookmark not defined.
A. Konsep Dasar Nyeri ................................... Error! Bookmark not defined.
1. Definisi ...................................................... Error! Bookmark not defined.
2. Klasifikasi .................................................. Error! Bookmark not defined.
3. Fisiologi Nyeri ........................................... Error! Bookmark not defined.
4. Etiologi ...................................................... Error! Bookmark not defined.
5. Manifestasi Klinis ...................................... Error! Bookmark not defined.
6. Batasan Karakteristik ................................. Error! Bookmark not defined.
x
7. Faktor Yang Berhubungan ......................... Error! Bookmark not defined.
8. Skala Nyeri ................................................ Error! Bookmark not defined.
B. Konsep Medis Cholelitiasis ........................ Error! Bookmark not defined.
1. Pengertian .................................................. Error! Bookmark not defined.
2. Anatomi Fisiologi ...................................... Error! Bookmark not defined.
3. Klasifikasi .................................................. Error! Bookmark not defined.
4. Etiologi ...................................................... Error! Bookmark not defined.
5. Patofisiologi ............................................... Error! Bookmark not defined.
6. Manifestasi Klinis ...................................... Error! Bookmark not defined.
7. Pemeriksaan Penunjang ............................. Error! Bookmark not defined.
8. Penatalaksanaan ......................................... Error! Bookmark not defined.
9. Komplikasi ................................................. Error! Bookmark not defined.
10.Persiapan Pasien Pre Op ........................... Error! Bookmark not defined.
C. Konsep Dasar Keperawatan ....................... Error! Bookmark not defined.
1. Pengkajian .................................................. Error! Bookmark not defined.
2. Penyimpangan KDM ................................. Error! Bookmark not defined.
3. Diagnosa Keperawatan .............................. Error! Bookmark not defined.
4. Intervensi Keperawatan ............................. Error! Bookmark not defined.
5. Implementasi Keperawatan ....................... Error! Bookmark not defined.
6. Evaluasi Keperawatan ............................... Error! Bookmark not defined.
BAB III METODE PENELITIAN ........................ Error! Bookmark not defined.
A. Desain Penelitian ........................................ Error! Bookmark not defined.
B. Subyek Penelitian ....................................... Error! Bookmark not defined.
C. Fokus Studi ................................................. Error! Bookmark not defined.
1. Kriteria inklusi ........................................... Error! Bookmark not defined.
2. Kriteri Eksklusi .......................................... Error! Bookmark not defined.
D. Definisi Operasional Fokus Studi ............... Error! Bookmark not defined.
E. Instrumen Penelitian ................................... Error! Bookmark not defined.
F. Metode Pengumpulan Data ........................ Error! Bookmark not defined.
1. Wawancara ................................................ Error! Bookmark not defined.
2. Observasi ................................................................................................ 50
xi
G. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................... 50
1. Lokasi Penelitian .................................................................................... 50
2. Waktu penelitian ..................................................................................... 50
H. Analisa Data dan Penyajian Data ............................................................... 50
1. Analisa data ............................................................................................ 50
2. Penyajian Data ........................................................................................ 51
I. Etika Penelitian ........................................................................................... 51
1. Informed consent (informasi untuk responden) ...................................... 51
2. Anonimity (tanpa nama) .......................................................................... 51
3. Confidentiality (kerahasiaan dan informasi) ........................................... 51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 52
A. HASIL ........................................................................................................ 52
1. Gambaran Lokasi Pengambilan Data ........ Error! Bookmark not defined.
2. Karakteristik Partisipan (Identitas Klien) .. Error! Bookmark not defined.
3. Data Asuhan Keperawatan ........................ Error! Bookmark not defined.
B. PEMBAHASAN ........................................................................................ 82
1. Pengkajian ............................................................................................... 82
2. Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 83
3. Rencana Keperawatan ............................................................................ 86
4. Implementasi Keperawatan ....................... Error! Bookmark not defined.
5. Evaluasi Keperawatan ............................................................................ 90
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 92
A. Kesimpulan ................................................................................................. 92
B. Saran ........................................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Diagnosa Hipertermia .................................... 34
Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan Diagnosa Nyeri Akut ...................................... 36
Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan Diagnosa Resiko Kekurangan
Volume Cairan ..................................................................................... 38
Tabel 2.4 Intervensi Keperawatan Diagnosa Resiko Syok ................................... 40
Tabel 2.5 Intervensi Keperawatan Diagnosa Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh ................................................ 41
Tabel 2.6 Intervensi Keperawatan Diagnosa Resiko Infeksi ................................ 43
Tabel 4.1 Aktivitas Sehari-hari ............................................................................. 63
Tabel 4.2 Pemeriksaan Penunjang ......................................................................... 64
Tabel 4.4 Klasifikasi Data ..................................................................................... 66
Tabel 4.5 Analisa Data .......................................................................................... 67
Tabel 4.6 Diagnosa Keperawatan .......................................................................... 69
Tabel 4.7 Rencana Tindakan Keperawatan ........................................................... 70
Tabel 4.8 Catatan Tindakan Keperawatpan........................................................... 72
Tabel 4.9 Catatan Perkembangan .......................................................................... 76
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skala Nyeri .................................................................. ……..14
Gambar 2.2 Kantung Empedu ......................................................... ……..17
Gambar 2.3 Penyimpangan KDM ................................................... ….….32
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Informed Consent
Lampiran 2 : Lembar Format Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah
Lampiran 3 : Lembar Leaftleat
Lampiran 4 : Lembar Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Lampiran 5 : Lembar Persetujuan Judul Penelitian
Lampiran 6 : Lembar Data Penyakit Cholelitiasis
Lampiran 7 : Lembar Koreksi Ujian
Lampiran 8 : Lembar Konsultasi (Catatan Kegiatan)
xv
ABSTRAK
RATMIANI, Nyeri, Pada Pasien Post Op Cholelitiasis, Di Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar. (Dibimbing Oleh Inriyani M, S.Kep., Ns., M.Kep)
Latar Belakang : Batu Empedu (Cholelitiasis) adalah suatu penyakit yang
menyerang pada sistem pencernaan khususnya pada Kantung Empedu. Dimana terjadi
penumpukan kolesterol sehingga membentuk batuan-batuan atau kristal-kristal kecil
yang menumpuk didalam kantung empedu dan menyumbat saluran empedu, prevalansi
penyakit ini mengalami peningkatan setiap tahunnya. Menurut data yang ditemukan
pada Rumah Sakit Bhayangkara Makassar angka kejadian Cholelitiasis pada tahun
2018 adalah 394 orang.
Tujuan :Melakukan Asuhan Keperawatan pada klien yang mengalami Post Op
Cholelitiasis dengan masalah keperawatan Nyeri Akut di Rumah Sakit Bhayangkara
Makassar.
Metode : Pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik
wawancara dan observasi (pengamatan).
Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam didapatkan hasil
Nyeri Akut, Intoleransi Aktivitas, dan Resiko Infeksi dapat teratasi dengan baik
ditandai dengan tidak Skala nyeri berkurang (skala 2), Klien tampak ceria, klien
mampu berjalan tanpa bantuan, kemudahan dalam melakukan aktivitas hidup harian
(Activity Of Daily Living/ADL) secara mandiri, tidak terdapat adanya tanda dan gejala
infeksi, luka dalam keadaan kering dan suhu tubuh dalam rentang normal.
Kata Kunci : Nyeri Akut, Cholelitiasis (Batu Empedu)
Referensi : 2013 - 2017
xvi
ABSTRACT
RATMIANI, PAIN, In Post Op Cholelitiasis Patients, In Bhayangkara Hospital
Makassar. (Guided by Inriyani M, S.Kep., Ns., M.Kep).
Background: Gallstones (Cholelitiasis) is a disease that attacks the contamination system
especially in the Gallbladder in which cholesterol is accumulated to form small rocks or
crystals that accumulate in the gallbladder interior and block the bile duct Rrevalansi, this
disease increases every year. The data found at the Bhayangkara Makassar Hospital in
Cholelitiasis in 2018 was 394 people.
Purpose: Conduct Nursing Care for Clients who Have Post Op Cholelitiasis with Acute
Pain Treatment Problems at Bhayangkara Makassar Hospital Makassar.
Method: Collecting data used in this study are interview and observation techniques.
Results: After 3x24 hours of nursing action, the results of Acute Pain, Activity
Intolerance, and Risk of Infection can be resolved well marked with no reduced pain scale
(Scale 2), Clients appear cheerful, clients are able to walk without help, ease of doing
daily living activities (Activity Of Daily Living / ADL) independently, there are no sings
and symptoms of infection, the wound is dry and the body temperature is in the normal
range.
Keywords: Acute Pain, Cholelitiasis (Gallstones)
References: 2013 – 2017
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Batu empedu merupakan salah satu masalah kesehatan yang terjadi hampir
tanpa gejala. Hampir 50% penderita batu empedu tidak merasakan gejala apa-apa,
30% merasakan gejala nyeri dan 20% berkembang menjadi komplikasi. Sebagian
besar penderita batu empedu, didiagnosa menderita maag dikarenakan rasa nyeri
pada ulu hati, padahal secara anatomi empedu terletak pada perut sebelah kanan
atas. Banyak pasien yang tak sadar dirinya sering mengeluh sakit maag, padahal
sebenarnya mengalami sakit batu empedu. Faktanya, gejala sakit batu empedu
memang mirip sekali dengan sakit maag. Tak sedikit penderita kerap bolak-balik
ke dokter dan diberi obat maag, tapi tak kunjung membaik. Hal itu dapat terjadi
karena keluhan dirasakan pada ulu hati (Uswatun H, 2015).
Batu empedu, biasanya terbentuk di dalam kantung empedu dan di saluran
empedu atau pada kedua-duanya serta saluran hati. Batu empedu (cholelitiasis)
adalah timbunan batu kristal yang terdapat di dalam kandung empedu. Batu ini
dapat memicu radang dan infeksi pada kantong empedu dan di saluran lain bila
batu keluar dari kantung empedu dan menimbulkan penyumbatan di saluran lain.
Batu empedu berukuran kecil lebih berbahaya dibanding batu berukuran besar.
Karena yang kecil berpeluang berpindah tempat atau berkelana ke tempat lain dan
memicu masalah lainnya. Masalah lain akan timbul bila batu kecil ini menyumbat
saluran tepat pada pertemuan
2
antara saluran empedu dan saluran pancreas dan bila ini terjadi, maka penderita
akan menderita radang pakreas yang kita sebut pankreaatitis, dimana penderita
akan mengalami nyeri hebat, demam tinggi, dan bahkan penurunan kesadaran
sehingga harus dirawat secara intensif di Intensive Care Unit (ICU). Sakit batu
empedu yang dialami penderita di daerah Asia dan Barat dipicu oleh penyebab
yang berbeda. Riset menunjukkan, penyakit batu empedu di Asia umumnya
disebabkan infeksi pada saluran pencernaan, sementara di Negara Barat dipicu
empat faktor risiko, yakni : jenis kelamin wanita, usia di atas 40 tahun, diet tinggi
lemak, dan kesuburuan (Jojorita, Hiswani, 2013).
Berdasarkan beberapa banyaknya faktor yang dapat memicu atau
menyebabkan terjadinya cholelitiasis adalah gaya hidup masyarakat yang
semakin meningkat terutama masyarakat dengan ekonomi menengah keatas lebih
suka mengkonsumsi makanan cepat saji dengan tinggi kolesterol sehingga
kolesterol darah berlebihan dan mengendap dalam kandung empedu dan menjadi
kantung empedu dan dengan kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang
akibat dari salah konsumsi makanan sangat berbahaya untuk kesehatan mereka
(Adreyne, et al, 2016).
Hasil penelitian Ndraha, et al (2014) melalui Pemeriksaan Ultrasonografi
Dari 87 orang sampel didapatkan kejadian penyakit batu empedu lebih banyak
terjadi pada jenis kelamin perempuan yaitu sebesar 57,5 %, sebagian besar pada
usia di atas 40 tahun (80,5%), dimana rerata usia adalah 45,6 tahun. Sebagian
besar sampel merupakan pasien rawat inap yang datang dengan keluhan klinis
dispepsia, sedangkan sisanya mengeluh sakit pinggang, nyeri perut kanan atas,
3
nyeri perut non spesifik, dan ikterus. Pada gambaran USG didapatkan kolelitiasis
multiple, kolelitiasis, dan sludge.
Hasil Penelitian Andreyne & Jimmy (2016) yang dilakukan di RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, menyimpulkan bahwa batu empedu empat
sampai sepuluh kali lebih sering terjadi pada usia tua >60 tahun dibandingkan
usia muda. Dimana jumlah penderita perempuan lebih banyak daripada jumlah
penderita laki-laki yaitu, dari 113 kasus yang di diagnosis batu empedu, sebanyak
62 kasus perempuan (55%) dan 51 kasus laki-laki (45%).
Menurut WHO pada tahun 2010 yaitu 85% kasus cholelitiasis di Negara-
negara berkembang, sebagian diakibatkan oleh aktivitas penduduknya yang sakit
kompleks. Selain itu, banyaknya tersedia makanan instan atau cepat saji yang
mempengaruhi pola makan dan faktor keturunan.
Di Indonesia, Cholelitiasis baru mendapat perhatian setelah di klinis,
sementara publikasi penelitian tentang Cholelitiasis masih terbatas. Berdasarkan
studi kolesitografi oral didapatkan laporan angka insidensi Cholelitiasis terjadi
pada wanita sebesar 76% dan pada laki-laki 36% dengan usia lebih dari 40 tahun.
Sebagian besar pasien dengan batu empedu tidak mempunyai keluhan. Risiko
penyandang batu empedu untuk mengalami gejala dan komplikasi relatif kecil
(Ari P, 2016).
Dari data Rumah Sakit yang ada di Sulawesi Selatan, batu kolesterol lebih
dominan ditemukan pada penerita yaitu sebanyak (45%). Kemudian batu pigmen
sebnanyak (35%) dan batu campuran (20%). Hal ini disebabkan karena sebagian
4
besar penderita kurang mengetahui pola hidup sehat (www.sulsel.bps.go.id, di
akses 5 Juli 2016).
Menurut data yang diperoleh dari bagian medical record RS.Bhayangkara
Makassar bahwa jumlah penderita Cholelitiasis pada tahun 2017 adalah sebanyak
423 orang yang terdiri dari jumlah kasus rawat jalan sebanyak 361 orang dan
rawat inap sebanyak 62 orang sedangkan pada pada tahun 2018 (Januari samapi
Oktober) adalah sebanyak 394 orang yang terdiri dri jumlah rawat jalan sebanyak
325 orang dan rawat inap sebanyak 69 orang (Medical record RS.Bhayangkara
Makassar, 2018).
Dampak jika cholelitiasis (batu empedu) ini tidak segera ditangani, maka
cholelitiasis (batu empedu) dapat berimigrasi masuk ke saluran empedu yang
dapat menimbulkan masalah penyakit kuning akibat sumbatan batu dan akhirnya
menyebabkan infeksi saluran empedu yang ringan sampai dengan yang serius
serta fatal dan dapat berakhir dengan kematian. Sebagian penderita juga dapat
mengalami komplikasi pancreas akibat batu yang tersumbat tersebut (Femi O,
2015).
Berdasarkan kasus diatas , maka penulis tertarik menulis karya tulis ilmiah
desain studi kasus yang berjudul Asuhan Keperawatan pada klien Ny “J” Yang
Mengalami Post Op Cholelitiasis dengan masalah keperawatan Nyeri di Ruang
Keperawatan Garuda Rumah Sakit Bhayangkara Makassar Tahun 2019.
B. Rumusan Masalah
Bagiamanakah asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Post Op
Cholelitiasis dengan masalah Nyeri di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
5
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Memperoleh kesenjangan antara teori dan praktek asuhan keperawatan
pada klien Ny “J” yang mengalami Post Op Cholelitiasis dengan masalah
keperawatan Nyeri di Ruang Perawatan Garuda Rumah Sakit Bhayangkara
Makassar.
2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya kesenjangan antara teori dan praktek dalam melaksanakan
pengkajian keperawatan pada klien Ny “J” yang mengalami Post Op
Cholelitiasis dengan masalah keperawatan Nyeri di Ruang Perawatan
Garuda Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
b. Diketahuinya kesenjangan antara teori dan praktek dalam menetapkan
Diagnosis pada klien Ny “J” yang mengalami Post Op Cholelitiasis
dengan masalah keperawatan Nyeri di Ruang Perawatan Garuda Rumah
Sakit Bhayangkara Makassar.
c. Diketahuinya kesenjangan antara teori dan praktek dalam menyusun
rencana keperawatan pada klien Ny “J” yang mengalami Post Op
Cholelitiasis dengan masalah keperawatan Nyeri di Ruang Perawatan
Garuda Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
d. Diketahuinya kesenjangan antara teori dan praktek dalam
mengimplementasikan rencana keperawatan pada klien Ny “”J yang
6
mengalami Post Op Cholelitiasis dengan masalah keperawatan Nyeri di
Ruang Perawatan Garuda Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
e. Diketahuinya kesenjangan antara teori dan praktek dalam mengevaluasi
pada klien Ny “J” yang mengalami Post Op Cholelitiasis dengan masalah
keperawatan Nyeri di Ruang Perawatan Garuda Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Pengembangan ilmu keperawatan khususnya pada keperawatan
medikal bedah dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien Ny “J”
yang mengalami Post Op Cholelitiasis dengan masalah keperawatan Nyeri di
Ruang Perawatan Garuda Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
2. Manfaat Praktis
a. Perawat
Sebagai referensi bagi tenaga keperawatan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan asuhan keperawatan pada klien Ny “J” yang mengalami Post
Op Cholelitiasis dengan masalah keperawatan nyeri di Ruang Perawatan
Garuda Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
b. Rumah Sakit
Sebagai bahan rujukan bagi rumah sakit dalam mengambil kebijakan
untuk meningkatkan mutu dan keselamatan pasien.
7
c. Institusi Pendidikan
Sebagai referensi atau materi dalam proses pembelajaran dan penelitian
atau studi kasus selanjutnya.
d. Pasien dan Keluarga
Sebagai media edukasi untuk meningkatkan pengetahuan pasien
dan keluarga tentang penyakit cholelitiasis.
e. Penulis
Menigkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Post Op cholelitiasis
dengan masalah keperawatan nyeri.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Nyeri
1. Definisi
Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan
hanya orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi
perasaan tersebut. Secara umum, nyeri dapat didefinisikan sebagai perasaan
tidak nyaman, baik ringan maupun berat (Wahit I.M, dkk, 2015)
Nyeri adalah apa pun yang dikatakan oleh individu yang
mengalaminya sebagai nyeri, ada kapan pun individu tersebut mengatakan ada
(Rosdahl, dkk, 2015).
2. Klasifikasi
Klasifikasi nyeri berdasarkan waktu durasi nyeri dibagi menjadi dua,
yaitu nyeri akut dan nyeri kronik.
a. Nyeri akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit
atau intervensi bedah, dan memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas
yang bervariasi (ringan sampai berat) serta berlangsung singkat (kurang
dari enam bulan) dan menghilang dengan atau tanpa pengobatan setealh
keadaan pulih pada area yang rusak. Nyeri akut biasanya berlangsung
singkat, misalnya nyeri pada fraktur. Klien yang mengalami nyeri akut
9
biasanya menunjukkan gejala perspirasi meningkat, denyut jantung dan
tekanan darah meningkat, serta pallor.
b. Nyeri kronis
Nyeri kronis adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap
sepanjang yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri yang
disebabkan oleh adanya kuasa keganasan seperti kanker yang tidak
terkontrol atau nonkeganasan. Nyeri kronis berlangsung lama (lebih dari
enam bulan) dan akan berlanjut walaupun klien diberi pengobatan atau
penyakit tampak sembuh. Karakteristik nyeri kronis adalah area nyeri
tidak mudah diidentifikasi, intensitas nyeri sukar untuk diturunkan, rasa
nyeri biasanya meningkat, sifat nyeri kurang jelas, dan kemungkinan kecil
untuk sembuh atau hilang. Nyeri kronis nonmaligna biasanya dikaitkan
dengan nyeri akibat kerusakan jaringan yang nonprogresif atau telah
mengalami penyembuhan.
(Wahit I.M, dkk, 2015).
3. Fisiologi Nyeri
Fisiologi nyeri merupakan alur terjadinya nyeri dalam tubuh. Rasa
nyeri merupakan sebuah mekanisme yang terjadi dalam tubuh, yang
melibatkan fungsi organ tubuh, terutama sistemsaraf sebagai reseptor rasa
nyeri. Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima
rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah
ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat
yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireseptor,
10
secara anatomis reseptor nyeri (nosireseptor) ada yang bermielin dan ada juga
yang tidak bermielin dari saraf perifer. Berdasarkan letaknya, nosireseptor
dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian tubuh yaitu pada kulit
(cutaneus), somatic dalam (deep somatik),danpada daerah visceral. Oleh
karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki
sensasi yang berbeda (Wahit I.M, dkk, 2015).
4. Etiologi
Ada beberapa macam penyebab terjadinya nyeri diantaranya:
a. Trauma
1) Mekanik, yaitu rasa nyeri timbul akibat ujung-ujung saraf bebas
mengalami kerusakan. Misalnya akibat benturan, gesekan, luka, dan
lain-lain.
2) Termal, yaitu nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat
rangsangan akibat panas dan dingin. Misalnya karena api dan air.
3) Kimia, yaitu timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat
asam atau basa kuat.
4) Elektrik, yaitu timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat
mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot luka
bakar.
b. Peradangan yakni nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf
reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan,
misalnya abses.
c. Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah.
11
d. Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema akibat terjadinya
penekanan pada reseptor nyeri.
e. Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri.
f. Iskemi pada jaringan, misalnya terjadi blockade pada arteri koronaria yang
menstimulasi reseptor nyeri akibat tertumpuknya asam laktat.
g. Spasme otot, dapat menstimulasi mekanik (Wahit I.M, dkk, 2015).
5. Manifestasi Klinis
Masriroh (2013) dalam bukunya mengemukakan bahwa nyeri dapat ditandai
dengan gejala sebagai berikut.
a. Perubahan selera makan
b. Perubahan tekanan darah
c. Perubahan prekwensi jantung
d. Perubahan prekwensi pernapasan
e. Laporan isyarat
f. Diaforesisis
g. Perilaku distraksi (berjalan mondar mandir mencari orang lain dan atau
aktifitas lain, aktivitas yang berkurang)
h. Mengekspresikan perilaku (gelisah, merengek, menangis)
i. Masker wajah (mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata
berpencar, atau tetap pada satu focus meringis)
j. Sikap melindungi area nyeri
k. Fokus menyempit (gangguan persepsi nyeri, hambatan proses berfikir,
penurunan interaksi dengan orang dan linkungan)
12
l. Indikasi nyeri yang dapat diamati
m. Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
n. Sikap tubuh melindungi
o. Dilatasi pupil
p. Melaporkan nyeri secara verbal
q. Gangguan tidur.
6. Batasan Karakteristik Nyeri
a. Batasan Karakteristik Nyeri Akut
1) Melaporkan tentang kualitas nyeri dan intensitasnya.
2) Untuk klien tidak mampu melaporkan sendiri tentang:
a) Adanya kondisi patologi atau prosedur yang diketahui
menyebabkan nyeri
b) Respons fisiologi seperti:
(1) Diaforesis (keringat yang berlebihan)
(2) Perubahan tekanan darah atau nadi
(3) Dilatasi pupil
(4) Perubahan frekuensi napas
(5) Postur tubuh berhati-hati (guarding)
(6) Mengerang/Meringis
(7) Gelisah
c) Laporan wali (keluarga, pemberi asuhan)
d) Respons terhadap uji analgesik
b. Karakteristik Nyeri Kronik
13
1) Mayor (Harus ada)
Individu melaporkan bahwa nyeri telahada lebih dari 6 bulan
(mungkin satu-satunya data pengkajian yang ada).
2) Minor (60-79%)
a) Gangguan hubungan sosial dan keluarga
b) Peka rangsang
c) Ketidakefektifan fisik atau imobilitas
d) Depresi
e) Menggosok bagian yang nyeri
f) Ansietas
g) Tampak “lunglai”
h) Berfokus pada diri sendiri
i) Tegangan otot rangka
j) Preokupasi somatik
k) Agitasi
(Lynda, C & Moyet, 2014).
7. Faktor Yang Berhubungan Dengan Nyeri
a. Faktor yang berhungan dengan nyeri akut yaitu:
1) Agnes cedera biologis (mis, infeksi, iskemia, neoplasma).
2) Agnes cedera fisik (mis, abses, amputasi, luka bakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur bedah, trauma, olahraga berlebihan).
14
3) Agnes cedera kimiawi (mis, luka bakar, kapsiasin, metilen klorida,
agnes mustard).
b. Faktor Yang berhubungan dengan nyeri kronik (Herdman & Kamitsuru,
2017) yaitu:
1) Agens pencedera
2) Cedera medulla spinalis
3) Cedera otot
4) Cedera tabrakan
5) Distress emosi
6) Fraktur
7) Gangguan iskemik
8) Keletihan
9) Kerusakan sistem saraf
10) Pasca trauma karena (mis, infeksi, inflamasi)
11) Usia >50 tahun
12) Riwayat olahraga terlalu berat
13) Pola seksual tidak efektif.
8. Skala Nyeri
15
Gambar 2.1
Skala Nyeri
(Padila,2014)
Salah satu cara untuk mengukur tingkat nyeri adalah dengan
menggunakan skala nyeri Bourbonnais berdasarkan penilaian objektif Ellen
(2000),yaitu :
Keterangan :
Semakin besar nilai maka semakin berat intensitas nyerinya :
a. Skala 0 = tidak nyeri
b. Skala 1-3 = Nyeri Ringan
Secara objektif kliendapat berkomunikasi dengan baik , tindakan manual
dirasakan sangat membantu.
c. Skala 4-6 = Nyeri sedang
Secara objektif klien memdesis ,menyeringai dapat menunjukkan
lokasinyeri dengan tepat dan dapat mendeskripsikan nyeri,klien dapat
mengikuti perintah dengan baik dan responsive terhadap tindakan manual.
d. Skala 7-9 =Nyeri berat
Secara objektif terkadang klien dapat mengikuti perintah tapi masih
responsive terhadaptindakan manual ,dapat menunjukkan lokasi Nyeri tapi
16
tidak dapat mendeskripsikannya,tidak dapat diatasi dengan alih posisi ,napas
panjang destruksi dll.
e. Skala 10 = Nyeri sangat berat (Panik Tidak terkontrol )
Secara objektif klien tidak mau berkomunkasi dengan baik berteriak dan
histeris ,klien tidakdapat mengikuti perintah lagi ,selalu mengejan tanpa
dapat dikendalikan ,menaarik-narik apasaja yang tergapai dan tidakdapat
menunjukkan lokasi nyeri (Padila,2014).
B. Konsep Medis Cholelitiasis
1. Pengertian
Cholelitiasis (batu empedu) adalah timbunan Kristal di dalam kandung
empedu atau di dalam saluran empedu. Batu yang di temukan di dalam
kandung empedu disebut koledokolitiasis. Batu empedu juga dapat
didefinisikan sebagai endapan satu atau lebih komponen empedu, seperti
berupa kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, dan protein (Sholeh S,
2013).
Cholelitiasis (batu empedu) adalah penyakit dengan keadaan dimana
terdapat atau terbentuk batu empedu, bisa terdapat dalam kandung empedu
(cholecystolithiasis) atau dalam duktus choledochus (choledocholithiasis)
(Gagola P, et al, 2015).
Batu kantung empedu (Cholelitiasis) merupakan gabungan beberapa
unsur yang membentuk suatu material mirip batu yang terbentuk di dalam
kandung empedu. Cholelitiasis (batu empedu) biasanya terbentuk dalam
kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu,
17
batu empedu memiliki ukuran, bentuk dan komposisi yang sangat bervariasi
(Nuari N, 2015).
2. Anatomi Fisiologi
Gambar 2.2 Kantung Empedu
https://puspa-notes.blogspot.com/2010/02/
radang-kandung-empedu.html
Empedu adalah cairan pahit dan berwarna hijau kekuningan karena
mengndung pigmen bilirubin, biliverdin, dan urobilin, yang disekresikan oleh
hepatosit hati pada sebagian besar vertebrata di dalam pencernaan. Pada
beberapa spesies, empedu disimpan di dalam kantung empedu dan dilepaskan
ke usus dua belas jari untuk membantu proses pencernaan makanan.
Kantung empedu adalah organ kecil yang terletak di dekat pertengahan
perut daerah tubuh. Fungsi kantong empedu adalah untuk menyimpan zat
empedu yang berasal dari hati. Empedu merupakan zat yang membantu dalam
pencernaan lemak, lemak tidak larut dalam air. Untuk mengemulsi lemak
18
khusus sesuatu yang diperlukan tubuh, maka hati memproduksi empedu, yang
sewaktu-waktu diperlukan untuk mencerna lemak. Saat dibutuhkan, kantong
empedu mulai untuk membiarkan aliran empedu ke daam usus, di dalam
duodenum, dimana lemak dicerna dengan bantuan dan kemudian diserap oleh
organism.
Empedu juga menetralkan beberapa asam yang ditemukan dalam jenis
makanan tertentu. Sama seperti setiap organ lain dalam tubuh, kantong
empedu juga dapat mengalami kerusakan dan menyebabkan penyakit. Pada
beberapa orang, biasanya perempuan yang lebih dari 40 tahun, (tetapi sudah
ada cukup banyak kasus pria menderita kandung empedu), emepdu di
dalamnya dapat mengkristal menjadi batu kecil, yang disebut batu empedu.
Batu empedu tersusun dari; garam, kalsium, dan kolesterol, semua
disatukan dalam sebuah batu kecil. Batu empedu dapat menyebabkan
beberapa masalah, radang kandung empedu dan berakhir dengan sakit parah
dan penyumbatan.
Fungsi empedu yng dihasilkan oleh hati:
1) Mencerna lemak
2) Mengaktifkan lipase
3) Mengubah zat yang tidak larut dalam air diubah menjadi zat yang larut
dalam air
4) Membantu daya absorbs lemak pada dinding usus
5) Serta tidak ketinggalan menetralisir racun
19
6) Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama
haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan
kelebihan kolerterol.
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ
berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang
dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kantung
empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap-bukan karena
jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya.
Organ ini terhubungkan dengan hati usus dua belas jari melalui saluran
empedu.
Saluran empedu (Bahasa Inggris: bile duct) dalam istilah anatomi
adalah struktur-struktur berbentuk tabung panjang yang membawa emepdu.
Empedu diperlukan untuk pencernaan makanan dan disekresikan oleh hati
melalui duktus hepatikus (hepatic duct). Saluran ini akan bergabung dengan
duktus sistikus (cystic duct-membawa emepdu keluar masuk kantung empedu)
untuk membentuk suatu saluran empedu besar menuju usus (Zuyina L, 2014).
3. Klasifikasi
Secara umum, batu kandung empedu dibedakan menjadi tiga bentuk,
batu kolesterol, batu kalsium bilirubinat, dan batu saluran empedu.
a. Batu Kolesterol
Batu kolesterol mengandung 70% Kristal kolerterol, sedangkan sisanya
adalah kalsium karbonat dan kalsium bilirubinat. Bentuknya bervariasi
dan hampir selalu terbentuk di dalam kandung empedu. Permukaannya
20
licin atau multifaset, bulat, dan berduri. Proses pembentukan batu ini
melalui empat tahap, yaitu penjenuhan empedu oleh kolesterol,
pembentukan nidus atau sarang, kristalisasi, dan pertumbuhan batu.
b. Batu Kalsium Bilirubinat atau Batu Lumpur (Batu Pigmen)
Batu ini mengandung 25% kolesterol. Batu yang tidak banyak dalam
bentuk tidak teratur, kecil-kecil, berjumlah banyak, dan warnanya
bervariasi anatara cokelat, kemerahan, samapi hitam. Batu ini berbentuk
seperti lumpur atau tanah yang rapuh dan juga sering ditemukan dalam
ukuran besar, karena terjadi penyatuan dari batu-batu kecil.
c. Batu Saluran Empedu
Masih berupa dugaan bahwa kelainan anatomi atau pengisian di ventrikula
oleh makanan akan meneyebabkan obstruksi intermiten duktus koleduktus
dan bendungan ini memeudahkan timbulnya infeksi dan pembentukan
batu.
(Shole. S, 2013).
4. Etiologi
Etiologi batu empedu (cholelitiasis) masih belum diketahui secara pasti,
namun cholelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor risiko di bawah ini.
Namun, semakin banyak faktor risiko yang dimiliki seseorang, semakin besar
kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis. Faktor risiko tersebut antar lain :
a. Jenis Kelamin
Wanita mempunyai risiko 3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis
dibandungkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormone estrogen
21
berpangaruh terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung
empedu. Kehamilan, yang meningkatkan kadar estrogen juga
meningkatkan risiko terkena kolelitiasis. Penggunaan pil kontrasepsi dan
terapi hormone (estrogen) dapat meningkatkan kolesterol dalam kandung
empedu dan penurunan aktivitas pengosongan kandung empedu.
b. Usia
Risiko untuk terkena kolelitiasis menigkatkan sejalan dengan
bertambahnya usia. Orang dengan usia > 60 tahun lebih cenderung untuk
terkena kolelitiasis dibandingkan dengan orang usia yang lebih muda.
c. Berat Badan (BMI)
Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai risiko lebih
tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini dikarenakan dengan tingginya BMI
maka kadar mengurangi garam empedu serta mengurangi kontraksi /
pengosongan kandung empedu.
d. Makanan
Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti setelah
operasi gastrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia
dari empedu dan dapat menyebabkan penurunan kontraksi kandung
empedu.
e. Riwayat Keluarga
Organ dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai risiko lebih besar
dibandingkan dengan tanpa riwayat keluarga.
22
f. Aktifitas Fisik
Kurangnya aktifitas fisik berhubungan dengan peningkatan risiko
terjadiya kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih
sedikit berkontraksi.
g. Penyakit Usus Halus
Penyakit yang dilaporkan berhubungan dengan kolelitiasis adalah crohn
disease, diabetes, anemia sel sabit, trauma, dan ileus paralitik.
h. Nutrisi Intravena Jangka Lama
Nutrisi intravena jangka lama mrngakibatkan kandung empedu tidak
terstimulasi untuk berkontraksi, karena tidak ada makanan / nutrisi yang
melewati intestinal. Sehingga risiko untuk terbentuknya batu menjadi
meningkat dalam kandung empedu.
5. Patofisiologi
Berdasarkan berbagai teori, ada empat penjelasan yang mungkin untuk
pembentukan batu empedu, yaitu :
a. Perubahan komposisi empedu. Perubahan komposisi membentuk inti, lalu
lambat laun menebal dan mengkristal. Pross pengkristalan dapat
berlangsung lama, bisa sampai bertahun-tahun dan akhirnya akan
menghasilkan batu empedu.
b. Adanya peradangan pada empedu. Peradangan empedu dalam kandung
empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif, perubahan susunan
kimia, dan pengendapan beberapa unsure konstituen empedu seperti
kolesterol, kalsium, bilirubin.
23
c. Adanya proses infeksi. Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat
berperan sebagian dalam pemebentukan bat, melalui peningkatan
deskuamasi sel dan pembentukan mukus. Mukus meningkatkan viskositas
dan unsure seluler atau bakteri dapat berperan sebagai pusat presipitasi.
Adanya proses infeksi ini terkait mengubah komposisi empedu dengan
meningkatkan reabsorbsi garam empedu dan lesitin.
d. Genetik. Salah satu faktor genetik yang menyebabkan terjadinya batu
empedu adalah obesitas karena orang dengan obesitas cenderung
mempunyai kadar kolesterol yang tinggi. Kolesterol tersebut dapat
mengendap di saluran pencernaan juga di saluran kandung empedu, yang
lama kelamaan akan berubah menjadi batu empedu. (Nian Nuari, 2015).
6. Manifestasi Klinis
Dapat bersifat asimtomatis. Gejala muncul saat terjadi inflamasi dan obstruksi
ketika batu bermigrasi ke duktus sistikus. Keluhan khas berupa kolik bilier.
Karakteristik kolik bilier menurut (Nian Nuari, 2015) antara lain :
a. Ikterus
Perubahan warna kulit, membrane mukosa lain dan sclera menjadi warna
kuning.
b. Rasa Nyeri
Pasien mungkin akan merasa nyeri pada abdomen kanan atas yang dapat
menjalar ke punggung serta bahu kanan dan akan merubah posisinya
secara terus-menerus untuk mengurangi intensitas nyeri.
c. Disertai mual serta muntah.
24
d. Intoleransi terhadap makanan berlemak.
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Chris Tanto,et al, 2014) pemeriksaan penunjang antara lain:
a. USG Kandung Kemih
Akurat dalam mendiagnosis kolelitiasis (Sensitivitas 90% dan Spesifisitas
88%). Pasien dianjurkan untuk puasa 8 jam sebelum pemeriksaan.
Gambaran utama kolelitiasis antara lain, posterior acoustic shadow dari
opasitas pada lumen kandung empedu yang berubah dengan sesuai posisi
pasien (pengaruh gravitasi). USG juga dapat melihat fungsi pengosongan
batu empedu serta mendeteksi adanya komplikasi kolelitiasis dan
pancreatitis.
b. Foto Polos
Tidak disarankan karena sebagian besar batu empedu (>75%) bersifat
radiolusen.
8. Penatalaksanaan
Sasaran utama terapi medis adalah untuk mengurangi insidensi
episode nyeri akut kantung empedu dan kolesistitis dengan penatalaksanaan
suportif dan diet dan, jika memungkinkan, menghilangkan penyebabnya
dengan menggunakan farmakoterapi, prosedur endoskopik, atau intervensi
bedah.
a. Terapi Nutrisi dan Suportif
1) Capai remisi dengan istirahat, cairan IV, pengisapan nasogatrik,
analgesik, dan antibiotic.
25
2) Diet segera setelah episode biasanya berupa cairan rendah lemak
dengan protein dan karbohidrat tinggi dilanjutkan dengan makanan
padat lembut, hinadri telur, krim, babi, makanan gorengan, keju, rich
dressings, sayuran pembentuk gas, dan alkohol.
b. Terapi Farmakologis
1) Asam ursodeoksikolat (UDCA [Urso, Actigall]) dan asam
kenodeoksikolat (kenodiol atau CDCA [Chenix]) efektif dalam
melarutkan batu kolesterol primer.
2) Pasien dengan gejala signifikan dan sering sumbatan duktus kisitk atau
batu pigmen bukan merupakan kandidat untuk terapi dengan UDCA.
c. Pengangkatan Batu Empedu Secara Non-Bedah
Selain dengan melarutkan batu empedu, batu empedu dapat
dikeluarkan dengan instrument lain (mis, kateter dan instrument yang
dilengkapi keranjang disusupkan ke saluran slang T atau fistula yang
dibentuk pada saat pemasangan slang T, endoskopi ERCP), litotripsi
intrakorporeal (denyut nadi laser), atau terapi gelombang syok
ekstrakorporal (litotripsi atau litotripsi gelombang syok ekstrakorporal
[ESWL]).
d. Penatalaksanaan Bedah
Tujuan pembedahan adalah untuk meredakan gejala yang
persisten, untuk menghilangkan penyebab kolik bilier, dan untuk
mengatasi kolesistitis akut.
26
1) Kolesistektomi laparoskopik: Dilakukan melalui insisi ataua tusukan
kecil yang dibuat menembus dinding abdomen di umbilicus.
2) Kolesistektomi: Kantung empedu dikeluarkan melallui sebuah insisi
abdomen (biasanya subkosta kanan) setelah ligasi duktus kistik dan
arteri.
3) Minikolesistektomi: Kantung emepdu dikeluarkan melalui sebuah insisi
keci.
4) Kolesistostomi (bedah atau perkutan): Kantung empedu dibuka, dan
batu, empedu, atau drainase purulen dikeluarkan.
(Brunner & Suddarth, 2013) .
9. Komplikasi
Komplikasi kolelitiasis (batu empedu) yang biasa terjadi antara lain:
a. Kolesistitis akut (radang kandung empedu)
b. Koledokolitiasis (batu empedu pada duktus sistikus)
c. Kolangitis akut (radang saluran empedu)
d. Pankreatitis akut
e. Mukokel, empiema, hingga gangrene pada kandung empedu
f. Keganasan kandung empedu.
10. Persiapan Pasien Pre Op
Persiapan sebelum operasi adalah tahapan awal dari kesuksesan tindakan
pembedahan secara keseluruhan, yaitu:
1. Persiapan Fisik
a. Status kesehatan fisik secara umum
27
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan
status kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat
kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status
pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi
imunologi, dan lain-lain. Selain itu pasien harus istirahat dan tidur
yang cukup pasien tidak akan mengalami stress fisik, tubuh lebih
rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan
darahnya dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu
terjadinya haid lebih awal.
b. Persiapan penunjang
Persiapan penunjang yang dimaksud adalah berbagai pemeriksaan
radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan lain seperti EGC, dan
lain-lain.
c. Pemeriksaan status anastesi
Sebelum dilakukan anastesi demi kepentingan pembedahan, pasien
akan mengalami pemeriksaan status fisik yang diperlukan untuk
menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap diri pasien.
d. Inform Consent
Inform consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung
tinggi aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang dilakukan pada
pasien terkait pembedahan, keluarganya sebelum menandatangani
surat pernyataan tersebut akan mendapatkan informasi yang detail
28
terkait dengan segala macam prosedur pemeriksaan, pembedahan serta
pembiusan yang akan dijalani.
2. Persiapan Mental
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam
proses persiapan opersai karena mental pasien yang siap atau labil dapat
berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Tindakan pemebedahan
merupakan ancaman potensial maupun actual pada integritas seorang yang
dpaat membangkitkan reaksi stress fisologis maupun psikologis.
http://pengertianpreoperasi.blogspot/2014/12/p diakses pada 25 Februari
2019.
C. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah fase pertama proses keperawatan data yang
dikumpulkan meliputi:
a. Identitias
Cholelitiasis(batu empedu) merupakan batu pada kandung empedu
yang banyak terjadi pada individu yang berusiadi atas 40 tahun dan
semakin meningkat pada usia 75 tahun. Dan wanita mempunyai resiko 3
kali lipat untuk terkena cholelitiasis dibandingkan dengan pria.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
29
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh
klien saat pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan
adalah nyeri abdomen pada kuadran kanan atas, dan mual muntah.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui
metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu fokus utama keluhan
klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri/gatal dirasakan
oleh klien , regional (R) yaitu nyeri/gatal menjalar kemana, Safety (S)
yaitu posisi yang bagaimana yang dapat mengurangi nyeri/gatal atau
klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan
nyeri/gatal tersebut.
Klien sering mengalami nyeri di ulu hati yang menjalar ke
punggung, dan bertambah berat setelah makan disertai dengan mual
dan muntah.
3) Riwayat penyakit dahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau
pernah di riwayat sebelumnya. Klien memiliki Body Mass Index
(BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih untuk terjadi cholelitiasis. Ini
dikarenakan dengan tingginya BMI maka kadar kolesterol dalam
kandung empedu pun tinggi.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita
penyakit cholelitiasis. Penyakit cholelitiasis tidak menurun, karena
30
penyakit ini menyerang sekelompok manusia yang memiliki pola
makan dan gaya hidup yang tidak sehat. Tapi orang dengan riwayat
keluarga cholelitiasis mempunyai resiko lebih besar disbanding
dengan tanpa riwayat keluarga.
5) Riwayat psikososial
Pola piker sangat sederhana karena ketidaktahuan informasi
dan mempercayakan sepenuhnya dengan rumah sakit. Klien pasrah
terhadap tindakan yang dilakukan oleh rumah sakit asal cepat sembuh.
Persepsi diri baik, klien merasa nyaman, nyeri tidak timbul
sehubungan telah dilakukan tindakan cholesistektomi.
6) Riwayat lingkungan
Lingkungan tidak berpengaruh terhadap penyakit cholelitiasis.
Karena cholelitiasis dipengaruhi oleh pola makan dan gaya hidup yang
tidak baik.
7) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Pada hasil pemeriksaan fisik abdomen didapatkan:
Inspeksi : datar, eritmen (-), sikatrik (-)
Auskultasi : peristaltic (+)
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (+) region kuadran kanan
atas, hepar-lien tidak teraba, massa (-)
31
b) Sistem endokrin
Mengkaji tentang keadaan abdomen dan kandung empedu.
Biasanya pada penyakit ini kandung empedu dapat terlihat dan
teraba oleh tangan karena terjadi pembengkakan pada kandung
empedu.
8) Pola aktivitas
a) Nutrisi
Dikaji tentang porsi makan, nafsu makan
b) Aktivitas
Dikaji tentang aktivitas sehari-hari, kesulitan melakukan aktivitas
dan anjurkan bedrest.
c) Aspek psikologis
Kaji tentang emosi, pengetahuan terhadap penyakit, dan suasana
hati.
d) Aspek penunjang
e) Hasil pemeriksaan laboratorium (bilirubin, amylase serum
meningkat).
32
2. Penyimpangan KDM
3.
Gambar 2.3 Penyimpangan KDM
(Amin & Hardhi, 2015)
Proses degenerasi
penyakit hati
Pengendapan
kolesterol
Resiko infeksi
Iritasi lumen
Aliran balik getah empedu
(dutus kolekditus ke
pancreas)
Port de entrée pasca
bedah
Distensi kandung
empedu
Batu empedu
Menyumbat aliran getah pankreas
Peradangan dalam,
sekresi kolesterol
kantong empedu
Gangguan
metabolisme
Penurunan fungsi
hati
Merangsang ujung
saraf efren simpatis
Hasilkan substansi P
Interfensi
pembedahan
Bersifat iria f disaluran
cerna
Peningkatan suhu
Termostrat dihipotalamus
Inflamasi Serabut saraf eferen
hipotalamus
Nyeri hebat pada
kuadran atas dan nyeri
tekan daerah epigastrium
Hipertermi Nyeri
Enzyme SGOT dan
SGPT
Resiko Kekurangan
volume cairan
Cairan shift keperitonium
Permeabilitas kapiler
Ketidakefektifan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Resiko syok
(hipovolemik)
Sintesis kolesterol
Merangsang nervus
vegal
Penurunan peristaltik
Rasa mual
muntah
33
4. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada kasus Cholelitiasis menurut (Amin
Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015).
a. Hipertermia berhubungan dengan penigkatan laju metabolism, proses
penyakit (inflamasi).
b. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera biologis: obstruksi atau
spasme duktus, proses inflamasi, iskemia jaringan atau nekrosis (kematian
jaringan).
c. Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan melalui penghisapan
gaster berlebihan, muntah, distensi, dan hipermotilitas gaster.
d. Resiko Syok
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak adekuatnya intake nutrisi (tonus otot/peristaltic menurun).
f. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive (pasca tindakan
pembedahan).
34
5. Intervensi Keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan penigkatan laju metabolism, proses
penyakit (inflamasi).
Tabel 2.1
Rencana Keperawatan Diagnosa Hipertermia
(Amin & Hardhi, 2015)
No Diagnosa
keperawatan
Tujuan dan kriteria
hasil Intervensi
1 Hipertermia
berhubungan
dengan penigkatan
laju metabolism,
proses penyakit
(inflamasi)
Defenisi:
peningkatan suhu
tubuh diatas
kisaran normal
Batasan
Karakteristik:
1. Konvulsi
2. Kulit
kemerahan
3. Peningkatan
suhu tubuh
diatas
4. Kisaran normal
5. Kejang
6. Takipnea
7. Kukit terasa
hangat
Faktor-faktor
yang
berhubungan:
1. Anastesia
2. Penurunan
respirasi
3. Dehidrasi
4. Pemajanan
lingkungan
yang panas
5. Penyakit
6. Pemakaian
yang tidak
sesuai dengan
suhu
lingkungan
NOC
Thermolregulation
Kriteria Hasil:
1. Suhu tubuh dalam
rentang normal
2. Nadi dan RR dalam
rentang normal
3. Tidak ada
perubahan wanita
kulit dan tidak ada
pusing
NIC
Fever treatment
1. Monitor suhu sesering
mungkin
2. Monitor IWL
3. Monitor warna dan
suhu kulit
4. Monitor tekanan darah,
nadi dan RR
5. Monitor penurunan
tingkat kesadaran
6. Monitor WBC, Hb, dan
Hct
7. Monitor intake dan
output
8. Berikan anti piretik
9. Berikan pengobatan
untuk mengatasi
penyebab demam
10. Selimuti pasien
11. Lakukan tapid sponge
12. Kolaborasi pemberian
cairan intravena
13. Kompres pasien pada
pada lipat paha dan
aksila
14. Tingkatkan sirkulasi
udara
15. Berikan pengobatan
untuk mencegah
terjadinya menggigil
Temperature regulation
1. Monitor suhu minimal
tiap 2 jam
2. Rencanakan monitoring
suhu secara kintinyu
3. Monitor TD, ndi, dan
RR
4. Monitor warna dan
35
7. Peningkatan
laju
metabolism
8. Medikasi
9. Trauma
10. Aktivitas
berlebihan
suhu kulit
5. Monitor tanda-tanda
hipertensi dan
hipotermi
6. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
7. Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada pasien
cara mencegah
keletihan akibat panas
9. Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan
efek negative dari
kedinginan
10. Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan
penanganan emergency
yang diperlukan
11. Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
12. Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
13. Berikan anti piretik jika
perlu
Vital Sign Monitoring
1. Monitor TD, nadi, dan
RR
2. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
4. Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
5. Monitor TD, nadi, dan
RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari
nadi
7. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola
pernapasan abnormal
36
10. Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor sianosis perifer
13. Monitor adanya
cushing triad (tekanan)
b. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera biologis: obstruksi atau
spasme duktus, proses inflamasi, iskemia jaringan atau nekrosis (kematian
jaringan).
Tabel 2.2
Rencana Keperawatan Diagnosa Nyeri Akut
(Amin & Hardhi, 2015)
No Diagnosa
keperawatan
Tujuan dan Kriteria
hasil Intervensi
2 Nyeri Akut
berhubungan dengan
agen cedera biologis:
obstruksi atau spasme duktus,
proses inflamasi,
iskemia jaringan
atau nekrosis
(kematianjaringan
). Definisi: pengalaman
sensori dan
emosional yang tidak
menyenangkan yang
muncul akibat
kerusakan jaringan
yang actual atau
potensial atau
digambarkan dalam
hal kerusakan
sedemikian rupa
(international
association for the
studi of paint) awitan
yang tiba-tiba atau
lambat dari intesitas
ringan hingga berat
dengan akhir yang
dapat di antisipasi
atau diprediksi dan
NOC
1. Paint level
2. Paint control
3. Comfort level
Kriteria Hasil:
1. Mampu
mengontrol nyeri
(tahu penyebab
nyeri, mampu
menggunakan
tekhnik
nonformokologi
untuk mengurangi
nyeri, mencari
bantuan)
2. Melaporkan
bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan
menegement
nyeri
3. Mampu
mengenali nyeri
(skala, intensitas,
frekuensi dan
tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang
NIC
Pain management
1. lakukan pengkajian
nyeri secara
komperehensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
2. observasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan
3. gunakan tekhnik
komunikasi terapeutik
4. untuk mengetahui
pengalaman nyeri
pasien
5. kaji kultur yang
mempengaruhi respon
nyeri
6. evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
7. evaluasi bersama
pasien dan tim
keseshatan lain
tentang
ketidakefektifan
control nyeri masa
lampau
8. bantu pasien dan
keluarga untuk
37
berlangsung <6 bulan
Batasan
Karakteristik: 1. Perubahan selama
makan
2. Perubahan
tekanan darah
3. Perubahan
frekuensi jantung
4. Perubahan
frekuensi
pernafasan
5. Laporan isyarat
6. Diaphoresis
7. Perilaku distraksi
(mis, berjalan
mondar mandir,
mencari orang
lain, dan atau
aktivitas lain)
8. Mengekspresikan
perilaku
9. Masker wajah,
bercahaya,
tampak kacau,
gerakan mata
berpencar atau
tetap pada satu
focus meringis
10. Sikap melindungi
area nyeri
11. Focus
menyempit,
gangguan
persepsi nyeri,
hambatan proses
berpikir,
penurunan
interaksi dengan
orang dan
lingkungan
12. Indikasi nyeri
yang dapat di
amati
13. Perubahan posisi
untuk
menghindari nyeri
14. Sikap tubuh
melindungi
15. Dilatasi pupil
16. Melaporkan nyeri
secara verbal
17. Gangguan tidur
mencari dan
menemukan dukungan
9. control lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangann,
pencahayaan dan
kebisingan
10. kurangi faktor
presipitasi nyeri
11. pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, dan non
farmakologi dan
interpersonal)
12. kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan intervensi
13. ajarkan tentang
tekhnik non
farmakologi
14. berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
15. evaluasi keefektifan
control nyeri
16. tingkatkan istirahat
17. kolaborasikan dengan
dokter jika ada
keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
18. monitor penerimaan
pasien tentang
penerimaan nyeri
Analgetik
Administration
1. tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
2. cek intruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
3. cek riwayat alergi
4. pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesic ketika
pemberian lebih dari
satu
5. tentukan pilihan
anlagesik tergantung
38
Faktor yang
berhubungan:
1. Agen cidera
2. Fisik atau
psikologis
tipe dan beratnya
nyeri
6. tentukan analgesic
pilihan, rute
pemberian, dan dosis
optimal
7. pilih rute pemberian
secara IV, IM, untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
8. monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesic
tepat waktu terutama
saat nyeri heba
9. evaluasi efektivitas
analgesic tanda dan
geaja
c. Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan melalui penghisapan
gaster berlebihan, muntah, distensi, dan hipermotilitas gaster.
Tabel 2.3
Rencana Keperawatan Diagnosa
Resiko Kekurangan Volume Cairan
(Amin & Hardhi, 2015)
No Diagnosa
keperawatan
Tujuan dan kriteria
hasil Intervensi
3 Resiko kekurangan
volume cairan b.d
kehilangan melalui
penghisapan gaster
berlebihan,
muntah, distensi,
dan hipermotilitas
gaster.
Defenisi: Berisiko
mengalami
dehidrasi vaskuler,
seluler, atau
intraseluler
Faktor risiko
1. Kehilangan
volume cairan
aktif
2. Kurang
pengetahuan
3. Penyimpangan
yang
mempengaruhi
akses cairan
NOC
1. Fluid balance
2. Hydration
3. Nutritional status:
food and fluid intake
Kriteria Hasil :
1. Mempertahankan
urine output sesuai
dengan usia dan BB,
BJ urine normal, HT
normal
2. Tekanan darah, nadi,
suhu tubuh dalam
batas normal
3. Tidak ada tanda-
tanda dehidrasi,
Elastisitas turgor
kulit baik, membrane
mukosa lembab, tidak
ada rasa haus yang
berlebihan
NIC
Fluid management
1. Timbang
popok/pembalut
jika diperlukan
2. Pertahankan
catatan intake dan
output yang akurat
3. Monitor status
hidrasi
(kelembaban
membrane mukosa,
nadi adekuat,
tekanan darah
ortostatik), jika
diperlukan
4. Monitor vital sign
5. Monitor masukan
makanan/cairan
dan hitung intake
kalori harian
6. Kolaborasikan
pemberian cairan
39
4. Penyimpangan
yang
mempengaruhi
asupan cairan
5. Kehilangan
berlebihan
melalui rute
normal (mis,
diare)
6. Usia lanjut
7. Berat badan
ekstrem
8. Faktor yang
mempengaruhi
kebutuhan
cairan (mis,
status
hipermetaboli)
9. Kegagalan
fungsi
regulator
10. Kehilangan
cairan melalui
rute abnormal
(mis, slang
menetap)
11. Agens
fermasutikal
(mis, diuretik)
IV
7. Monitor status
nutrisi
8. Berikan cairan IV
pada suhu ruangan
9. Dorong masukan
oral
10. Berikan
penggantian
nesogatrik sesuai
output
11. Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
12. Tawarkan snack
(jus buah, buah
segar)
13. Kolaborasikan
dengan dokter
14. Atur kemungkinan
transfuse
15. Persiapan untuk
transfuse
Hypovolemia
Management
1. Monitor status
cairan termasuk
intake dan output
cairan
2. Pelihara IV line
3. Monitor tingkat Hb
dan hemtokrit
4. Monitor vital sign
5. Monitor respon
pasien terhadap
pemberian cairan
6. Monitor berat
badan
7. Dorong pasien
untuk menambah
intake oral
8. Pemberian cairan
IV monitor adanya
ytanda dan gejala
kelebihan volume
cairan
9. Monitor adanya
tanda gagal ginjal.
40
d. Resiko Syok
Tabel 2.4
Rencana Keperawatan Diagnosa Resiko Syok
(Amin & Hardhi, 2015)
No Diagnosa
keperawatan
Tujuan dan kriteria
hasil Intervensi
4 Resiko Syok
Defenisi: Beresiko
terhadap
ketidakcukupan
aliran darah
kejaringan tubuh,
yang dapat
mengancam jiwa
Faktor Resiko:
1. Hipotensi
2. Hipovolemi
3. Hipoksemia
4. Hipoksia
5. Infeksi
6. Infeksi
7. Sepsis
8. Sindrom
respons
inflamasi
sistemik
NOC
1. Syok prevention
2. Syok management
Kriteria Hasil :
1. Nadi dalam batas
yang diharapkan
2. Irama jantung dlam
batas yang di
harapkan
3. Frekuensi nafas
dalam batas yang
diharapkan
4. Irama pernafasan
dalam batas yang
diharapkan
5. Natrium serum dalam
batas normal
6. Kalium serum dalam
batas normal
7. Klorida serum dalam
batas normal
8. Kalsium serum dalam
batas normal
9. Magnesium serum
dalam batas normal
10. Ph darah serum
dalam batas normal
Hidrasi
1. Indicator
2. Mata cekung tidak
ditemukan
3. Demam tidak
ditemukan
4. TD dalam batas
normal
5. Hematokrit dalam
batas normal
NIC
Syok Prevention
1. Monitor status
sirkulasi BP, warna
kulit, suhu kulit,
denyut jantung,
HR, dan ritme nadi
perifer, dan kapiler
refill
2. Monitor tanda
inadekuat
oksigenasi jaringan
3. Monitor suhu dan
pernafasan
4. Monitor input dan
output
5. Pantau nilai
laboratorium, HB,
HT, AGD dan
elektrolit
6. Monitor
hemodinamik
invasi yang sesuai
7. Monitor tanda dan
gejala asites
8. Monitor tanda awal
syok
9. Tempatkan pasien
pada posisi supine,
kaki elevasi untuk
peningkatan
preload dengan
tepat
10. Lihat dan pelihara
kepatenan jalan
nafas
11. Berikan cairan IV
dan atau oral yang
tepat
12. Berikan vasodilator
yang tepat
13. Ajarkan keluarga
dan pasien tentang
tanda dan gejala
datangnya syok
41
14. Ajarkan keluarga
dan pasien tentang
langkah untuk
mengatasi gejala
syok
Syok Management
1. Monitor fungsi
neurologis
2. Monitor fungsi
renal (e.g BUN dan
Cr , Level)
3. Monitor tekanan
nadi
4. Monitor status
cairan, input output
5. Catat gas darah
arteri dan oksigen
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak adekuatnya intake nutrisi (tonus otot/peristaltic menurun).
Tabel 2.5
Rencana Keperawatan Diagnosa Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
(Amin & Hardhi, 2015).
No Diagnosa
keperawatan
Tujuan dan kriteria
hasil Intervensi
5 Ketidakseimbanga
n nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh berhubungan
dengan tidak
adekuatnya intake
nutrisi (tonus
otot/peristaltic
menurun).
Defenisi:
Asuhan nutrisi
tidak cukup untuk
memenuhi
kebutuhan
metabolik
Batasan
Karakteristik :
1. Kram
abdomen
2. Nyeri
NOC
1. Nutritional Status
2. Nutritional Status
food and fluid intake
3. Nutritional Status
nutrient intake
Kriteria hasil :
1. Adanya peningkatan
berat badan sesuai
dengan tujuan
2. Berat badan ideal
sesuai dengan tinggi
badan
3. Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda-
tanda malnutrisi
5. Menunjukkan
peningkatan fungsi
NIC
Nutrient Management
1. Kaji adanya alergi
makanan
2. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan
pasien
3. Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
protein dan vitamin
C
4. Berikan substansi
gula
5. Yakinkan diet yang
dimakan
mengandung tinggi
42
abdomen
3. Menghindari
makanan
4. Berat badan
20% atau lebih
dibawah berat
badan ideal
5. Kerapuhan
kapiler
6. Diare
7. Kehilangan
rambut
berlebihan
8. Bising usus
hiperaktif
9. Kurang
makanan
10. Kurang
informasi
11. Kurang minat
pada makanan
12. Penurunan
berat badan
dengan asupan
makanan
adekuat
13. Kesalahan
konsepsi
14. Kesalahan
informasi
15. Membrane
mukosa pucat
16. Ketidakmamp
uan memakan
makanan
17. Tonus otot
menurun
18. Mengeluh
gangguan
sensasi rasa
19. Mengeluh
asupan
makanan
kurang dari
RDA
(recommended
daily
allowance)
20. Cepat kenyang
setelah makan
21. Sariawan
rongga mulut
steatorea
pengecapan dari
menelan
6. Tidak terjadi
penurunan berat
badan yang berarti
serat untuk
mencegah
konstipasi
6. Berikan makanan
yang terpilih
(sudah di
konsultasikan
dengan ahli gizi)
7. Ajarkan pasien
bagaimana
membuat catatan
makanan harian
8. Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
9. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
10. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam
batas normal
2. Monitor adanya
penurunan berat
badan
3. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang biasanya
dilakukan
4. Monitor antar
interaksi anak atau
orang tua saat
makan
5. Monitor
lingkungan selam
makan
6. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
7. Monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
8. Monitor turgor
kulit
9. Monitor
kekeringan, rambut
kusam dan mudah
43
22. Kelemahan
otot
pengunyah
23. Kelemahan
otot untuk
menelan
Faktor-faktor yang
berhubungan:
1. Faktor biologis
2. Faktor
ekonomi
3. Ketidakmamp
uan untuk
mengabsorbsi
nutrient
4. Ketidakmamp
uan untuk
mencerna
makanan
5. Ketidakmamp
uan menelan
makanan
6. Faktor
psikologis
patah
10. Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb dan
kadar Ht
11. Monitor
pertumuhan dan
perkembangan
12. Monitor pucat,
kemerahan dan
kekekringan
jaringan konjngtiva
13. Monitor kalori dan
intake nutrisi
14. Catat adanya
edema hiperemik,
hipertonik papilla
lidah dan cavitas
oral
15. Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
f. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive (pasca tindakan
pembedahan).
Tabel 2.6
Rencana Keperawatan Diagnosa Resiko Infeksi
(Amin & Hardhi, 2015).
No Diagnosa
keperawatan
Tujuan dan kriteria
hasil Intervensi
6 Resiko infeksi
berhubungan
dengan prosedur
invasive (pasca
tindakan
pembedahan)
Defenisi:
mengalami
peningkatan resiko
terserang
organisme
patogenik
Faktor-faktor
yang beresiko:
8. Penyakit kronis
a. Diabetes
NOC
1. Immune status
2. Knowledgen :
infection control
3. risk kontrol
kriteria hasil :
1. klien bebas dari tanda
dan gejala infeksi
2. mendeskripsikan
proses penularan
penyakit, faktor yang
mempengaruhi
penularan serta
penatalaksanaanyaa
3. menunjukkan
kemampuan untuk
NIC
Infentio control
(kontrol infeksi)
1. bersihkam
lingkungan setelah
dipakai pasien lain
2. pertahanan tehnik
isolasi
3. batasi pengunjung
bila perlu
4. intruksikan pada
penunjang untuk
mencuci tanga saat
berkunjung dan
setelah berkungjung
meninggalkan
44
b. Obesitas
9. Pengetahuan
yang tidak
cukup untuk
menghindari
pemanjangan
patogen
10. Pertahanan
tubuh primer
yang tidak
adekuat
a. Gangguan
peristaltik
b. Kerusakan
integritas
kulit
(pemasanga
n kateter
intravena,
prosedur
insatif)
c. Perubahan
sekresi Ph
d. Penurunan
kerja silaris
e. Pecah
ketuban
dini
f. Pecah
ketuban
lama
g. Merokok
h. Statis cairan
tubuh
i. Troma
jaringan
(mis,
trauma
destruksi
jaringan)
11. Ketidak
adekuatan
pertahanan
sekunder
a. Penurunan
hemoglobin
b. Imunosupre
si (mis,
imunitas
didapat
tidak
adekuat,
farmaseukut
mencegah timbulnya
infeksi
4. jumlah leokosit dalam
batasan normal
5. menunjukkan perilaku
hidup sehat
pasien
5. gunakan sabuan
antimikrobia untuk
mencuci tangan
6. cuci tangan setiap
sebelum dan
sesudah tindakan
keperawatan
7. gunakan baju,
sarung tangan
sebagai alat
pelindung
8. pertahankan
lingkungan aseptik
selam pemasangan
alat
9. ganti letak IV
perifer dan dressing
sesuai dengan
petunjuk umum
10. gunakan kateter
intemitan untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
11. tingkat intaksi
nutrisi
12. berikan terapi
antibiotik bila perlu
infection protection
(proteksi terhadap
infeksi)
13. monitor tanda dan
gejala infeksi
infeksi sistemik dan
lokal
14. monitor hitung
granulosit, WBC
15. monitor
ketergantungan
terhadap penyakit
menular
16. pertahankan tehnik
aspesi pada pasien
yang beresiko
17. pertahankan tehnik
isolasi k/p
18. berikan perawatan
kulit pada area
epidema
19. infeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap
kemerahan, panas,
45
ikal
termasuk
imunosupre
si, steroid,
antibodi
monoklonal
,imunodulat
or)
c. Supresi
respon
inflamasi
12. Vaksinasi tidak
adekuat
13. Pemanjagan
terhadap
patogen
14. Lingkungan
meningkat
wabah
15. Prosedur invasi
16. Malnutrisi
drainase
20. infeksi kondisi luka
/ insensi bedah
21. dorong masukkan
nutrisi yang cukup
22. dorong masukkan
cairan
23. dorong istrahat
24. instrusikan pasien
untuk minum
antibiotik sesuai
resep
25. ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
26. ajarkan tanda
menghindari infeksi
27. laporkan
kecuringaan infeksi
28. laorkan kultur
positif
6. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan
dengan melaksanaan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan)
yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap
ini perawat tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui
berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada klien,
teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman
tentang hak-hak dari pasien serta dalam memahami tingkat perkembangan
pasien (Bararah T & Jauhar M, 2013).
7. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
46
tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat harusnya memiliki
pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respons terhadap intervensi
keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang
dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada
kriteria hasil (Bararah T & Jauhar M, 2013).
47
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain Studi kasus untuk masalah asuhan
keperawatan pada klien Ny “J” yang mengalami Post Op Cholelitiasis dengan
nyeri di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
B. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah klien Ny “J”dengan Post Op
Cholelitiasis dengan Masalah Keperawatan Nyeri di Rumah Sakit Bhayangkara
Makassar.
C. Fokus Studi
Fokus studi pada penelitian ini diarahkan pada klien Ny “J” yang
mengalami Post Op Cholelitiasis dengan masalah keperawatan Nyeri.
Adapun kriteria inklusi dan eklusi sebagai berikut.
1. Kriteria inklusi
a. Klien bersedia menjadi responden
b. Klien dengan diagnosa medis Post Op Cholelitiasis yang sedang
mengalami nyeri.
c. Klien yang sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit Bhayangkara
Makassar.
2. Kriteri Eksklusi
a. Klien tidak bersedia menjadi responden
48
b. Klien dengan diagnosa medis lain
c. Klien pulang kurang dari 3 hari
D. Definisi Operasional Fokus Studi
1. Batu kandung empedu (cholelitiasis) adalah salah satu penyakit
gastrointestinal, dimana terdapat banyak timbunan kristal atau batu kecil-kecil
maupun besar yang terbentuk di dalam empedu, sehingga menghambat proses
kerja dari empedu tersebut.
2. Nyeri adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimbulkan
ketidaknyamanan. Dimana sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri
berbeda-beda pada setiap orang baik dalam tingkatan ataupun skala dan hanya
orang tersebutlah yang mampu menjelaskan rasa nyeri yang dialaminya itu.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang diguakan oleh
penelitian dalam mengumpulkan data. Pada kasus ini instrument yang digunakan
untuk mendapatkan data adalah format pengkajian asuhan keperawatan, Lembar
Informed Consent, Metode pengkajian nyeri, serta mengunakan tekhnik
wawancara untuk memperoleh keterangan dengan cara bertatap muka (face to
face) dalam bentuk Tanya jawab.
F. Metode Pengumpulan Data
Untuk melengkapi data atau informasi dalam pelaksanaan studi kasus digunakan
tekhnik:
49
1. Wawancara
Melakukan pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab secara
langsung pada penderita, keluarga dan tim kesehatan seperti (hasil anamnesis
berisi tentang identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
dahulu, keleuarga dll).
2. Observasi
Mengadakan pengamatan langsung pada klien dengan melakukan tindakan
pemeriksaan yang berkaitan dengan keadaan perkembangan klien.
G. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini di selenggarakan di Ruang Perawatan Garuda Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar.
2. Waktu penelitian
Studi kasus ini sudah dilaksanakan pada tanggal 23, 24 & 26 Maret 2019 di
Ruang Perawatan Garuda Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
H. Analisa Data dan Penyajian Data
1. Analisa data
Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya
membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam
opini pembahasan. Teknik analisa yang digunakan dengan cara menarasikan
jawaban-jawaban yang ada diperoleh dari hasil wawancara mendalam yang
dilakukan untuk menjawab rumusan masalah. Tehnik analisa digunakan
dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan
50
data untuk selanjutnya diinterpertasikan dan dibandingkan teori yang ada
sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.
2. Penyajian Data
Penyajian data yang akan dilakukan dapat berupa tabel, gambar, bagan
maupun teks naratif kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan
identitas dari klien.
I. Etika Penelitian
1. Informed consent (informasi untuk responden)
Informed consent merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan
informan dengan memberikan persetujuan melalui imform consent, dengan
memberikan lembar persetujuan kepada responden sebelum penelitian
dilaksanakan. Setelah calon responden memahami atas penjelasan peneliti
terkait penelitian ini, selanjutnya peneliti memberikan lembar informed
consent untuk ditandatangani oleh sampel penelitian.
2. Anonimity (tanpa nama)
Merupakan usaha menjaga kerahasian tentang hal-hal yang berkaitan
dengan data responden. Pada aspek ini peneliti tidak mencantumkan nama
respon den pada kuesioner dan hanya diberikan kode atau nomor responden.
3. Confidentiality (kerahasiaan dan informasi)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.
Semua informasi yang telah dikumpulkan telah dijamin kerahasiaannya oleh
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
51
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Gambaran Lokasi Pengambilan Data
Rumah Sakit Bhayangkara Makassar Adalah sebuah Rumah Sakit
Polri yang berada Di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Rumah Sakit ini
beralamat di Jalan Letjen Pol. Mappa Oudang No. 63 Makassar. Sekaran
Rumah Sakit Bhayangkara Badan Layanan Umum (BLU) juga menjadi
Rumah Sakit Polri Rujukan Kawasan Indonesia Timur, khususnya bagi
anggota Polri dan keluarganya, juga menjadi Rumah Sakit dengan Pelayanan
Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Di sebelah
Selatan/samping kiri berbatasan dengan Jln. Malombassang, di sebelah
Timur/bagian belakang Rumah Sakit Bhayangkara Makassar berbatasan
dengan Jln. Kumala, di sebelah Barat Rumah Sakit Bhayangkara Makassar
berbatasan dengan Jln. Letjen Pol. Mappa Oudang dan sebelah Utara samping
kanan Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Di dalam lokasi Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar terdapat 16 Ruang Rawat Inap yang salah satunya
merupakan Ruang Rawat Inap yang berada dilantai 1 Gedung Rumah Sakit
Bhayangkara yang bersebelahan dengan Ruang perawatan Merak dan Ruang
Cendrawasih. Ruang Garuda merupakan salah satu ruang perawatan dimana
terdapat 11 kamar perawatan diantaranya 10 kamar Very Important Person
(VIP) dan 1 kamar merupakan kamar kelas 1 Keadaan ruangan tersebut bagus
52
dimana situasi lingkungannya aman, nyaman dan bersih serta memiliki
pelayanan yang baik.
2. Karakteristik Partisipan (Identitas Klien)
a. Biodata
1) Identitas Klien
Nama : Ny “J”
Usia / Tanggal Lahir : 49 Tahun / 20 Juli 1969
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama / Keyakinan : Islam
Suku / Bangsa : Makassar / Indonesia
Alamat : Jl. Baji Pangasseng II No. 17
Status Pernikahan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. RM : 125775
Tanggal Masuk : 15 Maret 2019
Tanggal Pengkajian : 23 Maret 2019
Rencana Therapy : Infus RL, injk.Santagesik, injk.
Ranitidhine
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn “A”
Usia : 51 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : PNS
53
Hubungan Dengan Klien : Suami
3. Data Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Keluhan Utama
a) Keluhan Utama
Nyeri Abdomen
b) Riwayat Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri abdomen post op Cholelitiasis.
P = Klien mengatakan Nyeri Bertambah Saat Klien Banyak
Bergerak Dan Batuk
Q = Klien Mengatakan Nyeri Seperti Tertusuk-Tusuk
R = Nyeri Dirasakan Pada Bagian Abdomen Kanan Atas
Kuadran 4
S = Skala Nyeri Klien 6 (Sedang)
T = Klien mengatakan Nyeri Dirasakan Terus-menerus
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan nyeri pada abdomen, Keluarga klien
mengatakan Ny”J” mengalami mual (+), klien mengatakan sulit
melakukan aktivitas, Klien tampak terbaring lemah, klien tampak
meringis, klien mengatakan nyeri pada luka operasi, tampak luka
post operasi pada abdomen kanan atas kuadran 4, badan klien
teraba panas, Suhu tubuh 38,4 ºC, Leukosit 14,6 10^3/uL.
54
b) Riwayat Kesehatan Lalu
Klien mengatakan sebelum sakit seperti sekarang, klien sering
mengkonsumsi makanan berlemak seperti gorengan dan sayuran
bersantan. Klien juga memilki riwayat hipertensi tapi tidak
memilki penyakit diabetes.
c) Riwayat Kesahatan Keluarga
Genogram 3 Generasi
Keterangan :
= Laki – Laki ? = Umur tidak diketahui
= Perempuan = Meninggal Dunia
? ?
72
40 ?
49 51
28 19 25
G I
G II
G III
55
= Garis Perkawinan = Garis Serumah
= Garis Keturunan = Klien Pasien
Kesimpulan :
GI : Kakek dan Nenek baik dari Ayah maupun Ibu Klien
sudah meninggal karena faktor usia.
GII : Ayah klien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara
dan sudah meninggal karena penyakit Stroke Komplikasi
sedangkan Ibu klien merupakan anak ketiga dari empat
bersaudara dan sudahmeninggal juga karena penyakit
Jantung yang dideritanya.
GIII : Klien merupakan anak kedua dari empat bersaudara yang
kini berusaia 49 tahun dan memiliki seorang suami serta
tiga orang anak, dimana anak pertama klien laki-laki
sudah tidak tingga serumah dan anak kedua serta ketiga
klien adalah perempuan yang masih tinggal serumah
dengan klien dan suaminya. Saat ini dikaji klien sedang
di rawat di Ruangan Garuda kamar 10 RS.Bhayangkara
Makassar dengan diagnosa medis Post Op Cholelitiasis
(Batu Empedu).
3) Riwayat Psikososial
a) Pola konsep diri
56
(1) Gambaran diri
Tidak terjadi gangguan dalam konsep diri, klien tidak menarik
diri akibat penyakitnya atau menganggap penyakitnya adalah
beban. Namun klien hanya beranggapan bahwa penyakitnya ini
adalah sebuah cobaan dan harus lebih sabar dalam
menghadapi.
(2) Identitas diri
Ny “J” adalah seorang Ibu Rumah Tangga yang memilki suami
dan 3 orang anak dan aktif melakukan aktivitas. Tapi saat ini
klien tidak dapat melakukan aktivitas karena dalam keadaan
terbaring lemah fase post operasi kolesistektomi.
(3) Harga diri
Ny “J” terkadang cemas dengan kondisinya tapi klien percaya
bahwa penyakitnya akan segera sembuh.
(4) Peran diri
Ny “J” berperan sebagai Ibu Rumah Tangga yang memeliki
seorang suami dan 3 orang anak.
b) Pola kognitif
Ny “J” mengatakan tidak begitu paham tentang penyakitnya
c) Pola koping
(1) Sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah mengalami
penyakit yang parah. Jika ada keluhan yang dialami dirinya,
57
klien selalu membicarakan dengan keluarganya terutama
suaminya. Klien mengatakan baru pertama kali mengalami
sakit yang parah seperti sekarang ini. Klien juga sering
mengeluh nyeri pada luka bekas operasi dan klien hanya bisa
pasrah dan bersedia mengikuti prosedur tindakan yang
dilakukan perawat/dokter dalam upaya untuk kesembuhan
dirinya.
d) Pola interaksi
Klien mengatakan sebelum sakit selalu berkomunikasi dengan
keluarga dan lingkungan sekitar tempat tinggalnya dengan baik.
Selama sakit klien tampak hanya berinteraksi dengan keluarga,
perawat dan dokter yang ada di RS. Bhayangkara Makassar.
4) Riwayat Spiritual
a) Keadaan ibadah klien
Klien setelah di Operasi klien tidak melaksanakan sholat lima
waktu karena kondisinya yang lemah dan tidak dapat terlalu
banyak bergerak klien hanya berdo’a untuk meminta kesembuhan
ke pada Allah SWT.
b) Dukungan keluarga klien
Keluarga selalu mendampingi dan memberi support selama klien
berada di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
58
c) Ritual yang biasa di jalankan klien
Sebelum tidur klien hanya berdo’a saja dan tidak ada kebiasaan
(ritual) lain selain berdo’a.
5) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
(1) Kesadaran
Compos Mentis, Glow Coma Scale (GCS) = 15 (Normal)
Eye : 4
Motorik : 6
Verbal : 5
(2) Penampilan sesuai usia klien
(3) Ekspresi wajah : Klien tampak meringis, klien tampak lemah
(4) Tinggi badan : 155 cm
Berat badan : 67 Kg
Gaya berjalan : Keluarga klien mengatakan klien berjalan
dengan normal.
b) Tanda – tanda vital
(1) Tekanan darah : 130/90 mmHg
(2) Nadi : 82 x/menit
(3) Pernafasan : 22 x/menit
(4) Suhu tubuh : 38,4 ºC
c) System pernafasan
(1) Hidung
59
I : Hidung klien tampak simetris, tidak tampak adanya
pernafasan cuping hidung, tidak tampak adanya
sekret.
P : Tidak terdapat adanya nyeri tekan pada hidung klien,
tidak teraba adanya benjolan.
(2) Leher
I : Tidak tampak adanya lesi (luka), tidak tampak
adanya pembesaran kelenjar tiroid.
P : Tidak teraba adanya benjolan / pembesaran tiroid
pada daerah leher, tidak terdapat adanya nyeri tekan.
(3) Dada
I : Dada klien tampak simetris, tidak tampak
menggunakan otot bantu pernfasan.
P : Tidak terdapat adanya nyeri tekan di area dada
P : Sonor
A : Vesikuler
d) System Kardiovaskuler
I : Ictus cordis tidak tampak, tidak tampak adanya tanda
tanda anemis pada konjungtiva,
P : Tidak ada nyeri tekan atau teraba massa, tidak teraba ictus
cordis
P : Pekak
A : Terdengar bunyi S1, S2
60
e) System Pencernaan
I : Tidak tampak adanya ikterus pada sclera klien, bibir
Tampak kering, tidak terdapat adanya stomatitis,
tidak nampak adanya pembesaran tonsil, terdapat
luka post operasi
P : Terdapat nyeri tekan pada abdomen
P : Tympani
A : Bising usus 14 kali / menit
f) System Indera
(1) Mata
Tidak tampak adanya lesi pada kelopak mata klien, lapang
pandang klien baik.
(2) Hidung
Penciuman klien baik terbukti saat diciumkan minyak kayu
putih klien dapat menebak kalau itu aroma minyak kayu putih,
serta tidak terdapat adanya sekret yang menghalangi
penciuman.
(3) Telinga
Daun telinga dank anal auditorius klien tampak bersih, fugsi
pendengaran klien tajam dapat mendengar suara besar dan
kecil.
(4) Sistem Saraf
(a) Fungsi cerebral
61
- Status mental klien dalam keadaan baik, daya ingat
klien masih baik mampu mengingat hal-hal yang
dialami baik yang sudah lama maupun baru, gaya
bahasa klien tertata.
- Kesadaran
GCS : 15 (Normal)
E : 4 M : 6 V : 5
Eye : Klien mampu membuka mata secara spontan
tanpa ransangan yang kuat atau rangsangan nyeri
(Nilai 4).
Motorik : Klien mampu menggerakan
tubuhnya sesuai perintah (Nilai 6)
Verbal : Orientasinya baik, klien mampu
menjawab pertanyaan dengan benar
meski dengan suara kecil (Nilai 5).
(b) Fungsi Cranial
Nervus I (Olfaktorius)
Penciuman klien masih normal, terbukti saat klien
diciumkan minyak kayu putih dan klien dapat menjawab
bahwa itu minyak kayu putih.
Nervus II (Optikus)
Fungsi pengelihatan klien normal, klien mampu melihat
dengan jarak jauh maupun dekat. Terbukti saat klien
62
ditunjukkan benda yang jaraknya jauh dan benda secara
dekat klien mampu melihatnya.
Nervus III, IV, VI (Okulomotorius,Troklearis, Abdusen)
Gerakan bola mata normal, klien mampu mengikuti
gerakan benda yang diteskan pada klien.
Nervus V (Trigeminus)
Sensorik : Saraf pada bibir atas/bawah berfungsi
dengam baik
Motorik : Gerakan rahang normal, klien mampu
membuka dan menutup mulut dengan baik
dan tidak ada hambatan
Nervus VII (Fasialis)
Sensorik : Klien merasakan sensasi sentuhan ketika
diraba wajahnya
Motorik : Klien mampu mengangkat kedua alis dan
kekuatannya masih normal
Nervus VIII (Vestibukhoklearis)
Pendengaran baik/normal, fungsi pendengaran klien masih
baik karena mampu menjawab pertanyaan dalam sekali
diajukan.
63
Nervus IX (Glasofaringeal)
Fungsi pengecapan klien masih normal, ketika diberikan
susu atau biscuit klien menyebutkan rasanya manis dan
terasa coklat.
Nervus X (Vagus)
Fungsi menelan normal/tidak ada tonsillitis atau nyeri pada
saat menelan.
Nervus XI (Assesorius)
Tidak sempat dikaji
Nervus XII (Hipoglosus)
Gerakan lidah normal, simetris bagian kiri dan kanan ,
tidak ada atrofi, dan lidah tidak mengkerut.
(c) Fungsi Sensori
Klien peka dengan rasa dingin dan panas, serta peka
terhadap rangsangan nyeri serta getaran.
g) Sistem Muskuloskeletal
Tidak terdapat adanya kekakuan lutut dan tidak tampak adanya
pembengkakan pada lutut klien, klien juga dapat menekuk
lututnya.
h) Sistem Integumen
(1) Rambut
Warna rambut klien hitam sedikit beruban dan mudah dicabut.
(2) Kulit
64
Warna kulit klien sawo matang, kulit klien teraba panas, turgor
kulit baik, tidak tampak adanya ruam pada kulit klien.
i) Sistem Endokrin
Tidak terdapat adanya pembesaran kelenjar tiroid, dan tidak
terdapat adanya eksresi urine yang berlebihan serta klien tidak
memilki riwayat urine dikelilingi semut.
j) Sistem Perkemihan
Tidak tampak adanya odema palpebra, klien mengatakan tidak ada
riwayat penyakit sistem perkemihan.
k) Sistem Reproduksi
Tidak di kaji
l) Sistem Imun
(1) Alergi
Klien mengatakan tidak memilki riwayat alergi seperti, obat-
obatan, makanan, minuman maupun debu.
(2) Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca
Klien mengatakan biasa mengalami Influenza saat pergantian
musim dari musim panas ke musim hujan.
65
6) Aktivitas Sehari – hari
Tabel 4.1
Aktivitas Sehari – hari
NO AKTIVITAS SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
1 2 3 4
1 Nutrisi
a. Selera makan
b. Menu makan
c. Frekuensi makan
d. Pembatasan makanan
a. Baik
b. Nasi, sayur & ikan
c. 3 x 1
d. Tidak ada batasan
a. Menurun
b. Bubur
c. 3 x 1
d. Klien belum di
anjurkan terlalu
banyak makan dan
minum
2 Cairan
a. Jenis cairan
b. Frekensi
c. Kebutuhan
a. Air putih
b. ± 6 – 8 x sehari
c. 1500 – 2000 cc
a. Air putih + Cairan
infuse 22 tpm
b. Air Putih : ± 4 – 6 x
sehari
Cairan infuse : ganti
± 3 x sehari
c. 1500 – 2000 cc
3 Eliminasi
a. BAB
1) Tempat
2) Frekuensi
3) Konsistensi
4) Bau
b. BAK
1) Tempat
2) Frekuensi
3) Warna
4) Bau
1) Di WC
2) 1 – 2 x sehari
3) Padat
4) Bau khas tinja
1) Di WC
2) ± 4 – 5 x sehari
3) Kuning jernih
4) Amoniak
1) Belum BAB setelah
Post Op
2) Belum BAB
setelahPost Op
3) Belum BAB setelah
Post Op
4) Belum BAB setelah
Post Op
1) Di tempat tidur
2) Terpasang Kateter
(500cc)
3) Kuning Pekat
4) Amoniak
4 Istirahat Tidur
a. Jam tidur
1) Siang
2) Malam
1) 13.00 – 15.00
2) 21.30 – 05.00
1) 11.00 – 13.30
2) 20.00 – 05.30
5 Olahraga
a. Program olahraga
yang diikuti
a. Tidak ada program
olahraga yang diikuti
a. Klien hanya terbaring
di tempat tidur
66
7) Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
(1) Pemeriksaan kimia darah
Tabel 4.2
Pemeriksaan Penunjang : Darah Lengkap
Jenis Pemeriksaan Hasil Unit Nilai Normal
1 2 3 4
WBC H
RBC
HGB L
HCT
MCV
MCH
MCHC L
RDW-CV
RDW-SD
PLT
MPV
PDW
PCT
P-LCC
P-LCR
14,6
4,34
11,9
37,4
86,2
27,4
31,8
11,5
38,6
198
10,3
16,0
0,204
58
29,1
10^3/uL
10^6/Ul
g/dL
%
fL
Pg
g/dL
%
fL
10^3/uL
fL
%
10^3uL
%
4,00-10,00
3,50-5,50
12,0-18,0
37,0-54,0
80,0-100,0
27,0-34,0
32,0-36,0
11,0-16,0
35,0-56,0
150-400
6,5-12,0
9,0-17,0
0,108-0,282
30-90
11,0-45,0
(2) GDS : 92 mg/dl
(3) Pemeriksaan USG Abdomen
67
Hasil :
Multiple Cholelitiasis
8) Therapy Yang Diterima
a) Therapy Injeksi
(1) Infus Ranger Laktat (RL) iv / 22 tpm
(2) Ranithidine iv / 12 Jam
(3) Santagesic iv / 8 Jam
(4) Ondansentron iv / 8 Jam
(5) Ambacyn iv / 12 Jam
b) Therapy Oral
(1) Alprazolam 1 x 1 / Oral
(2) Ulsidex 3 x 1 / Oral
(3) B6 3 x 1 / Oral
(4) Ursodeoxy 3 x 1 / Oral
68
9) Klasifikasi Data
Nama : Ny “J” No. Rekam Medik : 125775
Umur : 49 Tahun Ruangan : Garuda
Tabel 4.4
Klasifikasi Data
Data Subjektif Data Objektif
1 2
1. Klien mengatakan nyeri pada perut
post operasi
2. Saat pengkajian Nyeri klien
mengatakan :
P = Nyeri Bertambah Saat Klien
Banyak bergerak Dan Batuk
Q = Nyeri Seperti Tertusuk-Tusuk
R = Nyeri Pada Abdomen Kanan
Atas Kuadran 4
S = Skala Nyeri Klien 6 (sedang)
T = Nyeri Dirasakan Terus
Menerus
3. Keluarga klien mengatakan Ny “J”
mengalami mual (+)
4. Klien mengatakan sulit melakukan
aktivitas
5. Klien mengatakan selalu dibantu
dalam beraktivitas
6. Klien mengatakan badannya terasa
panas.
7. Klien mengatakan merasakan nyeri
pada luka post operasi
1. Klien tampak meringis memegang
perut
2. Klien tampak mual
3. Klien tampak terbaring lemah
4. Klien tampak sulit bergerak
5. Klien tampak dibantu dalam
beraktivitas
6. Kekuatan otot lemah
7. Badan klien teraba panas
8. Tampak luka post operasi pada
abdomen sebelah kanan klien
9. Tanda – tanda vital
TD : 130 / 90 mmHg
N : 82 x/menit
P : 22 x/menit
S : 38,4 ºC
10. Leukosit : 14,6 10^3/uL
69
10) Analisa Data
Nama : Ny “J” No. Rekam Medik : 125775
Umur : 49 Tahun Ruangan : Garuda
Tabel 4.5
Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1 2 3 4
DS :
- klien mengatakan
nyeri pada abdomen
- Saat dilakukan
pengkajian nyeri
didapatkan:
P = Nyeri
Bertambah
Saat Klien
bergerak Dan
Batuk
Q = Nyeri Seperti
Tertusuk
Tusuk
R = Nyeri Pada
Abdomen kanan
atas Kuadran 4
S = Skala Nyeri
Klien 6
(sedang)
T = Nyeri
Dirasakan
Terus
Menerus
- klien tampak mual
DO :
- Klien tampak meringis
memegang perut
- Klien tampak mual
- Tanda-tanda vital :
TD : 130 / 90 mmHg
N : 82 x/menit
P : 22 x/menit
Proses degenerasi penyakit hati
Pengendapan kolesterol
Batu empedu
Menyumbat aliran getah
pancreas
Distensi kandung empedu
Merangsang ujung saraf efren
simpatis
Hasilkan substansi P
Nyeri pada kuadran atas dan
nyeri tekan daerah epigastrium
Inflamasi
Intervensi pembedahan
(kolesistektomi)
Kerusakan jaringan (Insisi
pembedahan)
Adanya luka post operasi
Pengeluaran mediator kemia
Nyeri Akut
70
S : 38,4 ºC
2. DS :
- Klien mengatakan sulit
melakukan aktivitas
- Klien mengatakan
selalu dibantu dalam
beraktivitas
DO :
- Klien tampak terbaring
Lemah
- Klien tampak sulit
Bergerak
- Klien tampak dibantu
dalam beraktivitas
- Kekuatan otot lemah
Intervensi pembedahan
(kolesistektomi)
Kerusakan jaringan (Insisi
pembedahan)
Adanya luka post operasi
Pengeluaran mediator kemia
nyeri dipersepsikan
Intoleransi
Aktivitas
3. DS :
- Klien mengatakan
badannya terasa panas
- klien mengatakan
merasakan nyeri pada
luka bekas operasi
DO :
- Badan klien teraba
panas
- Tampak luka post
operasi pada abdomen
sebelah kanan klien
- Suhu tubuh : 38,4 ºC
- Leukosit : 14,6 10^3/uL
Inflamasi
Intervensi pembedahan
Port de entrée pasca
bedah
Adanya luka post operasi
Pengeluaran mediator kemia
nyeri dipersepsikan
Resiko Infeksi
Resiko Infeksi
Intoleransi aktivitas
Nyeri
71
b. Diagnosa Keperawatan
Nama : Ny “J” No. Rekam Medik : 125775
Umur : 49 Tahun Ruangan : Garuda
Tabel 4.6
Daftar Diagnosa Keperawatan
NO Diagnosa Keperawatan Tanggal Ditemukan Tanggal Teratasi
1 2 3 4
1 Nyeri Akut berhubungan
dengan kerusakan jaringan
(Insisi pembedahan)
23 Maret 2019 26 Maret 2019
2 Intoleransi Aktivitas
berhubungan dengan nyeri
dan luka post operasi
23 Maret 2019 26 Maret 2019
3 Resiko Infeksi berhungan
dengan prosedur invasive
(Pasca tindakan
pembedahan).
23 Maret 2019 26 Maret 2019
72
c. Intervensi Keperawatan
Nama : Ny “J” No. Rekam Medik : 125775
Umur : 49 Tahun Ruangan : Garuda
Tabel 4.7
Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil
(NOC) Intervensi (NIC)
1 2 3 4
1 Nyeri Akut berhubungan
dengan kerusakan
jaringan (Insisi
pembedahan).
DS :
- Klien mengatakan
nyeri pada abdomen
- saat dilakukan
pengkajian nyeri di
dapatkan:
P = Nyeri
Bertambah
Saat Klien
Banyak
Bergerak
Dan Batuk
Q = Nyeri
Seperti
Tertusuk
Tusuk
R = Nyeri Pada
Abdomen
kanan atas
Kuadran 4
S = Skala Nyeri
Klien 6
(sedang)
T = Nyeri
Dirasakan
Terus
Menerus
- klien mengatakan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan 3 x
24 jam diharapkan
masalah teratasi dengan
Kriteria Hasil :
- Klien mampu
mengontrol nyeri
- Klien menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
Berkurang
- Tanda – tanda vital
dalam batas normal
1. Lakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor
presipitasi
2. Observasi reaksi non
verbal dari
ketidaknyamanan
3. Ajarkan tentang tekhnik
non farmakologi
4. Tingkatkan istirahat
5. Monitor vital sign
6. Kolaborasi dengan
dokter pemberian
analgetik
73
Mual
DO :
- Klien tampak
meringis
- Tanda-tanda vital
TD : 130 / 90
mmHg
N : 82 x/menit
P : 22 x/menit
S : 38,4 ºC
- Klien tampak mual
2 Intoleransi Aktivitas
berhungan dengan nyeri
dan luka post operasi
DS :
- Klien mengatakan
sulit melakukan
aktivitas
- Klien mengatakan
selalu dibantu dalam
beraktivitas
DO :
- Klien tampak
Terbaring Lemah
- Klien tampak sulit
Bergerak
- Klien tampak dibantu
dalam beraktivitas
- Kekuatan otot lemah
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam
diharapka klien mampu
melakukan aktivitas
secara mandiri dengan
Kriteria Hasil :
- Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa
disertai peningkatan
tekanan darah, nadi,
dan RR
- Mampu melakukan
aktivitas sehari-hari
tanpa bantuan orang lain
1. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktifitas yang mampu
dilakukan
2. Bantu untuk
mengidentifikasi
aktifitas yang disukai
3. Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan di waktu luang
3 Resiko Infeksi
berhungan dengan
prosedur invasive (paska
tindakan pembedahan)
DS :
- Klien mengatakan
badannya terasa
panas
- klien mengatakan
merasakan nyeri pada
luka bekas operasi
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan masalah
teratasi dengan
Kriteria Hasil :
- Klien bebas dari tanda
dan gejala infeksi
- Jumlah leukosit dalam
batas normal
- Klien mampu menjaga
perilaku hidup sehat
1. Monitor tanda dan
gejala infeksi
2. Inspeksi keadaan luka
3. Lakukan perawatan luka
4. Ajarkan cara
menghindari infeksi
5. Monitor pemeriksaan
leukosit
74
DO :
- Badan klien teraba
hangat
- Tampak luka post
operasi pada abdomen
sebelah kanan klien
- Suhu tubuh : 38,4 ºC
- Leukosit :14,6
10^3/uL
75
d. Implementasi Keperawatan
Tabel 4.8
Implementasi Keperawatan
NO.
DX
HARI I (Sabtu, 23 Maret 2019) HARI II (Senin, 25 Maret 2019) HARI III (Selasa, 26 Maret 2019)
Jam Implementasi Jam Implementasi Jam Implementasi
1 14.45
14.47
1. Melakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor
peripitasi.
Hasil :
P : Nyeri bertambaha saat
klien banyak
bergerak dan batuk
Q : Klien mengatakan Nyeri
seperti tertusuk
Tusuk
R : Nyeri dirasakan pasa
bagian abdomen kanan
atas Kuadran 4
S : Skala nyeri 6 (sedang)
T : Klien mengatakan nyeri
dirasakan terus-menerus
2. Mengobservasi reaksi non
verbal dari ketidaknyamanan
Hasil :
Klien tampak meringis sambil
mengelus perutnya
16.10
16.10
1. Melakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor
peripitasi.
Hasil :
P : Nyeri bertambah saat klien
Miring kanan miring kiri
dan batuk
Q : Klien mengatakan Nyeri
seperti
tertusuk - tusuk
R : Nyeri dirasakan bagian
abdomen kanan atas
Kuadran 4
S : Skala nyeri 4 (sedang)
T : Klien mengatakan nyeri
dirasakan hilang timbul
2. Mengobservasi reaksi non
verbal dari ketidaknyamanan
Hasil :
Klien tampak menahan sakit
11.32
11.32
1. Melakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor
peripitasi.
Hasil :
P : Nyeri bertambah saat batuk
Q : Klien mengatakan Nyeri
seperti tertusuk
tusuk
R : Nyeri dirasakan pasa bagian
abdomen
S : Skala nyeri 2 (ringan)
T : Klien mengatakan nyeri
dirasakan hilang timbul
2. Mengobservasi reaksi non verbal
dari ketidaknyamanan
Hasil :
Klien tampak ceria, klien masih
tampak mengelus perutnya
76
14.53
14.58
14.59
3. Mengajarkan tentang tekhnik
Non Farmakologi (relaksasi
nafas dalam)
Hasil :
Klien menerima serta
mengikuti latihan nafas
dalam dan klien mengatakan
merasa nyaman melakuan
tekhnik ini dan rasa nyeri
klien berkurang sedikit
4. Menganjurkan kepada klien
untuk
meningkatkan istirahat
Hasil :
Klien paham dan menerima
anjuran yang diberikan
5. Memonitor Vital Sign
Hasil :
TD : 130/90 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Pernafasan : 22 x/menit
Suhu tubuh : 38,4 ºC
16.16
16.20
16.22
15.03
3. Mengajarkan tentang tekhnik
Non
Farmakologi (relaksasi nafas
dalam)
Hasil :
Klien mengatakan rasa nyeri
klien sedikit berkurang
4. Menganjurkan kepada klien
untuk
meningkatkan istirahat
Hasil :
Klien mengatakan paham dan
sudah melakukan
5. Memonitor Vital Sign
Hasil :
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 22 x/menit
Suhu tubuh : 36,8 ºC
6. Melaksanakan pemberian obat
analgetik
Hasil :
Santagesic 1 Ampul (2 cc)
Ranitihidine 1 Ampul (2 cc)
11.34
11.37
13.38
3. Mengajarkan tentang tekhnik Non
Farmakologi (relaksasi nafas
dalam)
Hasil :
Klien mengatakan rasa nyeri
klien sudah berkurang
4. Menganjurkan kepada klien untuk
meningkatkan istirahat
Hasil :
Klien masih melakukan
5. Memonitor Vital Sign
Hasil :
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 78 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu tubuh : 35,6 ºC
77
15.05 6. Melaksanakan pemberian obat
analgetik
Hasil :
Santagesic 1 Ampul (2 cc)
2 15.10
15.12
1. Membantu klien untuk
mengidentifikasi aktifitas yang
mampu dilakukan
Hasil :
Klien mengatakan belum bisa
memiringkan badan baik miring
kiri maupun kanan karena masih
dalam tahap pemulihan fase post
op, klien juga belum bisa
melakukan aktivitas secara
mandiri seperti mengambil
makanan, minum sendiri, serta
ke toilet karena masih terpasang
kateter.
2. Membantu klien untuk
mengidentifikasi aktifitas yang
disukai
Hasil :
Klien mengatakan aktivitas
bergerak degan keadaan
semifowler dan miring kanan
miring kiri, tapi klien untuk saat
ini belum bisa duduk maupun
memiringkan badannya karena
masih dalam tahap pemulihan
post op cholelitiasis.
16.29
16.33
16.35
1. Membantu klien untuk
mengidentifikasi aktifitas yang
mampu dilakukan
Hasil :
Klien mengatakan belum bisa
mengambil makan dan minum
secara mandiri, klien juga
masih di bantu keluarga ke
toilet.
2. Membantu klien untuk
mengidentifikasi aktifitas yang
disukai
Hasil :
Klien mengatakan aktivitas
bergerak degan keadaan
semifowler. Dan klien tampak
dalam keadaan semifowler
menonton TV
3. Membantu klien untuk
membuat jadwal latihan di
waktu luang
Hasil :
Melakukan posisi fowler dan
jalan ke kamar mandi sambil
berpegangan di dinding.
11.45
11.47
11.49
1. Membantu klien untuk
mengidentifikasi aktifitas yang
mampu dilakukan
Hasil :
Klien mengatakan sudah bisa ke
kamar mandi secara mandiri, klien
mengatakan sudah bisa
mengambil makan dan minum
secara mandiri.
2. M
embantu klien untuk
mengidentifikasi aktifitas yang
disukai
Hasil :
Klien mengatakan senang
melakukan aktivitas seperti,
duduk sambil nonton tv, dan
berdiri dan berjalan sebentar
sekitar 2 menit untuk mengurangi
rasa bosan karena baring dan
duduk terus kemudian istirahat
lagi.
3. Membantu klien untuk membuat
jadwal latihan di waktu luang
Hasil :
Jalan, duduk (posisi fowler),
MIKA-MIKI
78
15.14 3. klien untuk membuat jadwal
latihan di waktu luang
Hasil :
Melakukan posisi fowler dan
posisi miring kiri miring kanan
(MIKA-MIKI)
3 15.18
15.23
15.25
1. Memonitor tanda dan gejala
infeksi
Hasil :
Klien mengatakan nyeri pada
luka operasi, badan klien teraba
hangat, suhu tubuh 38,4 ºC,
pada luka operasi.
2. Menginspeksi keadaan luka
Hasil :
Luka klien dalam keadaan
difiksasi dan tampak dalam
kedaan kering.
3. Mengajarkan cara menghindari
infeksi
Hasil :
Klien mengatakan paham dan
akan melakukan saran yang
telah diberikan
16.37
16.39
16.41
1. Memonitor tanda dan gejala
infeksi
Hasil :
Klien mengatakan masih nyeri
pada luka operasi, tidak
tampak adanya abses pada
luka, tidak terjadi peningkatan
suhu tubuh
2. Menginspeksi keadaan luka
Hasil :
Luka klien tampak basah,
tidak tampak adanya abses
pada luka.
3. Mengajarkan cara
menghindari infeksi
Hasil :
Klien mengatakan setiap hari
mengganti pakaiannya, luka
dijaga agar tidak basah dan
menjaga lingkungan agar
tetap bersih
12.30
12.30
12.32
12.40
1. Memonitor tanda dan gejala
infeksi
Hasil :
Tidak tamapk adanya
peningkatan leukosit, tidak
tampak adanya abses pada luka.
2. Menginspeksi keadaan luka
Hasil :
Luka klien tampak mulai
mengering, tidak tampak adanya
abses pada luka.
3. Melakukan perawatan luka
Hasil :
Luka tampak mulai mengering.
4. Mengajarkan cara menghindari
infeksi
Hasil : Klien mengatakan setiap
hari mengganti pakaiannya, luka
dijaga agar tidak basah dan
menjaga lingkungan agar tetap
bersih.
79
15.38 4. Memonitor pemeriksan leukosit
Hasil :
14,6 10^3/uL
16.55 4. Memonitor pemeriksan
leukosit
Hasil :
6,02 10^3/uL
12.40
e. Evaluasi Keperawatan
Tabel 4.9
Evaluasi Keperawatan
NO.
DX
HARI I (Sabtu, 23 Maret 2019) HARI II (Senin, 25 Maret 2019) HARI III (Selasa, 26 Maret 2019)
Jam Evaluasi Jam Evaluasi Jam Evaluasi
1 15.50 S : - Klien mengatakan nyeri pada
perutnya bertambah saat
klien banyak bergerak dan
batuk.
- Klien mengatakan nyeri
dirasakan seperti tertusuk-
tusuk dengan skala 6
(sedang)
- Klien mengatakan semoga
nyerinya segera sembuh.
O : - Klien tampak meringis
- Klien dengan senang hati
mengikuti semua prosedur
yang dilakukan, seperti
17.15 S : - Klien mengatakan masih
merasakan nyeri pada
abdomen
- Klien mengatakan nyeri
dirsakana pada saat
memiringkan badan dn
batuk
- Klien mengatakan skala
nyeri 4 (sedang)
O : - Klien tampak meringis
- Klien tampak mengelus
perut
- TTV
TD : 120/90
13.02 S : Klien mengatakan nyeri
bertambah saat batuk, klien
mengatakan skala nyeri
sudah berkurang dengan
skala 2 (ringan)
O : - Klien tampak ceria
- TTV
TD : 130/80 mmHg
N : 78 x/menit
P : 20x/menit
S : 35,6 ºC
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
1. Kaji nyeri secara
komprehensif
80
mengajarkan kepada klien
tekhnik relaksasi nafas
dalam untuk mengurangi
nyeri.
- TTV
TD : 130/90
N : 82 x/menit
P : 22 x/menit
S : 38,4 ºC
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji nyeri secara
komprehensif
2. Monitor reaksi non verbal
Dari Ketidanyamanan
3. Ajarkan tentang tekhnik
non farmakologi
4. Tingkatkan istirahat
5. Monitor vital sign
6. Kolaborasi dengan dokter
pemberian analgetik
Nadi : 80 x/menit
P : 22x/menit
S : 36,8 ºC
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji nyeri secara
komprehensif
2. Monitor reaksi non verbal
dari
Ketidanyamanan
3. Ajarkan tentang tekhnik
non farmakologi
4. Tingkatkan istirahat
5. Monitor vital sign
2. Monitor reaksi non verbal
dari
Ketidanyamanan
3. Ajarkan tentang tekhnik
non farmakologi
4. Tingkatkan istirahat
5. Monitor vital sign
2 15.53 S : Klien mengatakan belum bisa
melakukan aktivitas secara
mandiri karena masih dalam
tahap pemulihan fase post op
cholelitiasis.
O : - Klien tampak terbaring lemah
- Klien masih tampak di bantu
klien dalam memenuhi
kebutuhannya
17.23 S : - Klien mengatakan sudah
bisa ke kamar mandi
dengan dibantu oleh
keluarga
- Klien mengatakan sudah
bisa memiringkan badan
dan duduk
13.05 S : Klien mengatakan sudah
mampu beraktivitas seperti,
kekamar mandi secara mandiri,
dan mengambil makan dan
minum secara mandiri.
O : Klien tampak sudah mampu
berdiri secara mandiri, dan
mengambil minum secara
mandiri.
81
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktifitas
yang mampu dilakukan
2. Bantu untuk
mengidentifikasi aktifitas
yang disukai
3. Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
di waktu luang
O : - Klien tampak dibantu
keluarga dalam
beraktivitas
- Klien tampak duduk
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktifitas yang mampu
dilakukan
2. Bantu untuk
mengidentifikasi
aktifitas yang disukai
3. Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
di waktu luang
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
1. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktifitas
yang mampu dilakukan
2. Bantu untuk
mengidentifikasi aktifitas
yang disukai
3. Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan di waktu
luang
3 15.58 S : - Klien mengatkan merasakan
nyeri pada luka operasi
- Klien mengetakan badannya
terasa panas
O : - Badan klien teraba hangat
- Suhu tubuh 38,4 ºC
- Leukosit 14,6 10^3/uL
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi
2. Inspeksi keadaan luka
3. Ajarkan cara
menghindari
infeksi
4. Monitor pemeriksaan
leukosit
17.27 S : Klien mengatakan masih
merasakan nyeri pada luka
operasi
O : - Tidak tampak adanya abses
pada luka operasi
- Suhu tubuh 36,3 ºC
- Leukosit : 6,02 10^3/uL
A : Masalah teratasi sebagiam
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi
2. Inspeksi keadaan luka
3. Ajarkan cara menghindari
infeksi
13.15 S : Klien mengatakan masih
merasakan sedikit nyeri pada
luka operasi
O : Luka klien tampak mulai
mengering, tidak tampak
adanya abses
A : Maasalah teratsi
P : Pertahankan intervensi
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi
2. Inspeksi keadaan luka
3. Ajarkan cara menghindari
infeksi.
82
B. PEMBAHASAN
Pada lanjutan bab ini akan dibahas laporan studi kasus yang akan
diuraikan sesuai dengan tahap dalam proses keperawatan, serta membahas
masalah kesenjangan antara teori dan kenyataan (kasus) yang diperoleh selama
melakukan perawatan pada klien Ny. “J” dengan Gangguan Sistem Pencernaan :
Post Op Cholelitiasis dengan Masalah Keperawatan Nyeri di Ruang Perawatan
Garuda kamar 10 RS. Bhayangkara Makassar.
Sejak tanggal 23 – 26 Maret 2019 penulis menentukan beberapa
kesenjangan antara tinjauan teoritis dan tinjauan kasus. Untuk memudahkan
dalam memehami kesenjangan yang terjadi seperti yang dimaksudkan di atas,
maka penulis membahas dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan,
yaitu: Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Pernecanaan Keperawatan,
Iplementasi Keperawatan, dan Evaluasi.
Adapun kesenjangan-kesenjangan yang ditemukan antara lain:
1. Pengkajian
Pada tinjaun teori ditemukan gambaran klinis menurut Nuari Nian
(2015), yaitu perubahan warna urin dan feses, Nyeri abdomen kanan atas
dapat menjalar ke punggung serta bahu kanan dan akan merubah posisinya
secara terus menerus untuk mengurangi intensitas nyeri, perubahan warna
kulit, membrane mukosa lain dan sclera menjadi warna kuning, mual serta
muntah, dan intoleransi terhadap makanan berlemak.
Pada hasil pemeriksaan fisik abdomen didapatkan: Inspeksi : datar,
eritmen (-), sikatrik (-), Auskultasi : peristaltic (+), Perkusi: timpani
83
Palpasi: supel, nyeri tekan (+) region kuadran kanan atas, hepar-lien tidak
teraba, massa (-).
Sedangkan pada kasus yang diderita Ny. “J”, ditemukan beberapa
gejala antara lain: nyeri abdomen kanan, klien tampak meringis, klien
mengatakan nyeri semakin bertambah saat terlalu bergerak, klien mengatakan
mual, klien mengatakan sulit melakukan aktivitas, klien tampak lemah, klien
mengatakan nyeri pada luka operasi, badan klien teraba panas, suhu tubuh
38,4 ºC.
Dari uraian di atas, tampak adanya kesenjangan antara teori dan kasus,
dimana pola tinjauan teori didapatkan adanya perubahan warna kulit (Ikterus),
membran mukosa lain dan sklera menjadi warna kuning. Hal ini disebabkan
karena klien tidak mengalami perubahan warna kulit (Ikterus) membrane
mukosa lain dan sklera menjadi warna kuning. Hal ini disebabkan karena
klien tidak mengalami perubahan warna kulit (Ikterus) membrane mukosa lain
dan sklera menjadi warna kuning. Sedangkan pada kasus yang didapatkan
data klien merasakan nyeri pada abdomen kanan kuadran 4, klien sulit dalam
beraktivitas secara mandiri dan suhu tubuh klien mengalami peningkatan
(demam). Hal ini disebabkan karena klien dalam fase post operasi
kolesistektomi sehingga mengalami gangguan nyeri yang menggangu
aktivitas sehari-hari klien, serta menyebabkan suhu tubuh klien meningkat.
2. Diagnosa Keperawatan
Dari hasil pengkajian dan analisa data baik berdasarkan teori maupun
kasus maka dapat dirumuskan berbagai diagnosa keperawatan:
84
Berdasarkan tinjauan teori menurut Amin Nurarif & Hardhi Kusuma
(2015), diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada klien dengan
Cholelitiasis ada 6 diagnosa, yaitu:
a. Hipertermia berhubungan dengan penigkatan laju metabolism, proses
penyakit (inflamasi).
b. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera biologis: obstruksi atau
spasme duktus, proses inflamasi, iskemia jaringan atau nekrosis (kematian
jaringan).
c. Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan melalui penghisapan
gaster berlebihan, muntah, distensi, dan hipermotilitas gaster.
d. Resiko Syok
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak adekuatnya intake nutrisi (tonus otot/peristaltic menurun).
f. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive (pasca tindakan
pembedahan).
Sedangkan pada kasus yang nyata ditemukan hanya 3 diagnosa
keperawatan dan dari 3 diagnosa yang ditemukan salah satunya tidak
ditemukan dalam teori, yaitu:
a. Nyeri Akut berhubungan dengan kerusakan jaringan (Insisi pembedahan).
Ditemukan pada kasus dan teori.
b. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan nyeri post operasi. Ditemukan
pada kasus dan tidak ditemukan dalam teori.
85
c. Resiko Infeksi berhungan dengan prosedur invasive (Pasca tindakan
pembedahan). Ditemukan pada kasus dan teori.
Berdasarkan data tersebut di atas ditemukan adanya kesenjangan
antara teori dan kasus. Dimana terdapat pada diagnosa keperawatan tapi tidak
ditemukan dalam kasus dan sebaliknya ditemukan dalam kasus tapi tidak
ditemukan dalam teori:
a. Hipertermia berhubungan dengan penigkatan laju metabolism, proses
penyakit (inflamasi). Ditemukan dalam teori sedangkan pada kasus
b. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
melalui penghisapan gaster berlebihan, muntah, distensi, dan
hipermotilitas gaster. Ditemukan pada teori sedangkan pada kasus tidak
ditemukan, hal ini disebabkan karena tidak adanya tanda-tanda yang
mengandung sebab cairan dalam tubuh klien normal yang didukung oleh
postur tubuh klien yang tergolong obesitas dan turgor kulit klien bagus.
c. Resiko Syok. Ditemukan pada teori sedangkan pada kasus tidak
ditemukan, hal ini disebabkan karena tidak ditemukannya tanda dan
gejala Resiko Syok seperti, tidak adanya penurunan kesadaran pada klien
Ny “J”, tidak terjadinya penurunan tekanan darah, dan tidak terdapatnya
sianosis pada kuku dan bibir klien Ny “J”.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak adekuatnya intake nutrisi (tonus otot/peristaltic menurun).
Ditemukan pada teori sedangkan pada kasus tidak ditemukan, hal ini
86
disebabkan karena tidak adanya tanda-tanda yang mendukung terjadinya
gangguan kekurangan volume cairan.
3. Rencana Keperawatan
Adanya perencanaan yang dilakukan adalah:
a. Nyeri Akut berhubungan dengan kerusakan jaringan (Insisi pembedahan).
Menurut teori rencana tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu:
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2) Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
3) Ajarkan tentang tekhnik non farmakologi
4) Tingkatkan istirahat
5) Monitor vital sign
6) Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik
Rencana tindakan keperawatan menurut kasus yaitu:
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2) Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
3) Ajarkan tentang tekhnik non farmakologi
4) Tingkatkan istirahat
5) Monitor vital sign
6) Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik
Dalam diagnosa ini tidak ditemukan kesenjangan rencana
tindakan keperawatan antara teori dan kasus.
87
b. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan nyeri dan luka post operasi
Menurut teori rencana tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu:
1) Bantu klien untuk mengidentifikasi aktifitas yang mampu
dilakukan
2) Bantu untuk mengidentifikasi aktifitas yang disukai
3) Bantu klien untuk membuat jadwal latihan di waktu luang
Rencana tindakan keperawatan menurut kasus yaitu:
1) Bantu klien untuk mengidentifikasi aktifitas yang mampu
dilakukan
2) Bantu untuk mengidentifikasi aktifitas yang disukai
3) Bantu klien untuk membuat jadwal latihan di waktu luang
Dalam diagnosa ini tidak ditemukan kesenjangan rencana tindakan
keperawatan antara teori dan kasus.
c. Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invasive (pasca tindakan
pembedahan).
Menurut teori rencana tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu:
1) Monitor tanda dan gejala infeksi
2) Monitor pemeriksaan leukosit
3) Inspeksi keadaan luka
4) Lakukan perawatan luka
5) Ajarkan tanda menghindari infeksi
6) Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotic
Rencana tindakan keperawatan menurut kasus yaitu:
88
1) Monitor tanda dan gejala infeksi
2) Monitor pemeriksaan leukosit
3) Inspeksi keadaan luka
4) Lakukan perawatan luka
5) Ajarkan tanda menghindari infeksi
6) Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotik.
Pada diagnosa ini tidak ditemukan adanya kesenjangan rencana
tindakan keperawatan antara teori dan kasus.
4. Implementasi Keperawatan
Semua tindakan yang dilakukan selalu berorientasipada rencana yang
telah dibuat terdahulu dengan mengantisipasi seluruh tanda-tanda yang timbul
sehingga tindakan keperawatan dapat tercapai pada asuhan keperawatan yang
dilaksanakan dengan menerapkan komunikasi terapeutik dengan prinsip etis.
Pada kasus ini tidak jauh berbeda dengan teori-teori yang ada didalam
rencana keperawatan.
Penatalaksanaan asuhan keperawatan adalah sebagai berikut:
a. Nyeri Akut
Perencanaan tindakan keperawatan disesuaikan pada rencana
keperawatan berdasarkan teori, yaitu:
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi,
2) Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.
3) Ajarkan tentang tekhnik non farmakologi.
89
4) Tingkatkan istirahat.
5) Monitor vital sign.
6) Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik.
b. Intoleransi Aktivitas
Perencanaan tindakan keperawatan disesuaikan pada rencana keperawatan
berdasarkan teori, yaitu:
1) Bantu klien untuk mengidentifikasi aktifitas yang mampu dilakukan.
2) Bantu untuk mengidentifikasi aktifitas yang disukai.
3) Bantu klien untuk membuat jadwal latihan di waktu luang.
c. Resiko Infeksi
Perencanaan tindakan keperawatan disesuaikan pada rencana
keperawatan berdasarkan teori, yaitu:
1) Monitor tanda dan gejala infeksi.
2) Monitor pemeriksaan leukosit, Inspeksi keadaan luka, Lakukan
perawatan luka.
3) Ajarkan tanda menghindari infeksi.
4) Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotik.
Adapun hal-hal yang mendukung, menghambat, dan pemecahan
masalah dalam tahap tindakan/pelaksanaan.
a. Hal-hal yang mendukung
1) Klien dan keluarga cukup kooperatif sehingga dapat diajak kerjasama
dalam melaksanakan tindakan keperawatan yang dilakukan.
90
2) Partisipasi petugas ruangan dalam member bimbingan serta
pengawasan selama penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada
klien.
3) Penulis mendapat kepercayaan dalam melaksanakan tindakan-tindakan
sesuai dengan masalah yang dihadapi.
b. Hal-hal yang menghambatan
Kurangnya waktu yang diberikan untuk selalu bersama klien
terutama dalam melakukan aktivitas, serta penjelasan yang berhubungan
dengan masalahnya.
c. Pemecahan masalah
Bekerjasama dengan perawat rungan serta keluarga klien yang
menerima dengan hangat keberadaan penulis dalam melaksanakan
tindakan keperawatan kepada klien.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan.
Evaluasi meliputi hasil dan proses pada kasus ini menunjang adanya
kemajuan atau keberhasilan dari masalah yang dihadapi oleh klien / keluarga.
Pada kasus yang ditangani dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan sebagai metode pemecahan masalah sehingga dalam evaluasi
setelah dirawat 3 hari yaitu sejak 23, 25 dan 26 Maret 2019, penulis temukan
diagnosa keperawatan yaitu Nyeri akut, Intolenrasi aktivitas, dan Resiko
infeksi. Ketiga diagnosa keprawatan yang tersebut telah teraasi semua hal ini
dapat di lihat dari data objektif yang ditunjukkan klien setelah dilakukan
91
serangkaian intervensi keperawatan. Berikut evaluasi keperawatan
berdasarkan diagnosa yang terdapat pada kasus, yaitu:
a. Nyeri Akut : klien melaporkan nyeri berkurang dengan skala nyeri 3
(ringan)
b. Intoleransi Aktivitas : klien tampak mengambil air minum dan duduk tanpa
bantuan keluarga dan perawat.
c. Resiko Infeksi : Tidak adanya tanda-tanda infeksi yang ditandai dengan
terjadinya demam, nyeri pada luka dan abses pada luka post operasi.
92
BAB V
PENUTUP
Setelah peneliti menguraikan pembahasan kasus Klien Ny. “J” dengan
gangguan sistem pencernaan : Cholelitiasis di ruang Perawatan Garuda kamar 10 RS.
Bhayangkara Makassar tanggal 23 s/d 26 Maret 2019, maka penulis dapat
menyimpulkan dan menyarankan beberapa hal sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1. Pada pengkajian keperawatan, data yang ditemukan pada Ny. “J” yaitu nyeri
perut, Kesulitan dalam melakukan aktivitas, klien mengatakan nyeri pada luka
post operasi, klien tampak meringis, klien tampak lemah, klien mengatakan
nyeri saat banyak bergerak, badan klien teraba hangat, suhu tubuh 38,4 ºC.
2. Pada diagnosa keperawatan, ketiga diagnosa keperawatan yang ditememukan
pada kasus nyata salah satunya tidak ditemukan pada teori, yaitu: Nyeri akut
berhubungan dengan kerusakan jaringan (insisi pembedahan) diagnosa ini
ditemukan dalam kasus dan teori, Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
nyeri dan luka post operasi (diagnosa ini ditemukan pada kasus namun tidak
ditemukan pada teori), Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
(pasca tindakan pembedahan) diagnosa ini ditemukan pada kasus dan teori.
3. Dalam menetapkan rencana keperawatan pada klien Ny. “J” dengan kasus
Cholelitiasis perlu kerja sama khususnya dengan perawat yang terkait agar
dapat disesuaikan dengan kondisi klien dan fasilitas yang tersedia di rumah
sakit menunjang dalam pelaksanaan tersebut.
93
4. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan pada klien perlu kerja sama
dengan klien dan keluarga serta perawat ruangan Garuda agar rencana
keperawatan benar-benar dilakukan sesuai dengan kebutuhan klien.
5. Dalam melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien Cholelitiasis di
perlukan kecermatan dan ketilitian sehingga dapat diketahui dari asuhan
keperawatan yang telah dilakukan.
B. Saran
Setelah peneliti melakukan Asuhan Keperawatan pada klien Ny.”J” yang
mengalami Penyakit Cholelitiasis (Batu empedu) dengan Masalah Keperawatan
Nyeri Akut di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar, maka saran yang dapat
diberikan untuk dijadikannya pengalaman ke arah lebih baik maka penulis
tujukan kepada :
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan penelitian Karya Tulis Ilmiah yang benar-benar ilmiah
dalam Pengkajian maupun pendokumentasian lebih ditingkatkan. Penyediaan
lahan praktek yang memadai memudahkan penulis untuk mendapatkan data
secara akurat serta pemahaman persepsi dari berbagai pihak perlu dikaji
kembali, sehingga penulis dapat melaporkan hasil Pengkajian dengan baik.
Serta memperbanyak buku dan literatur mengenai Penyakit Cholelitiasis
(Batu Empedu) dan Asuhan Keperawatan Penyakit Cholelitiasis (Batu
Empedu) dengan tahun penerbitan yang baru, sehingga dapat
memperbanyak wawasan bagi pembacanya.
94
2. Bagi Rumah Sakit/Staf
Diharapkan untuk dapat memberikan pelayanan kepada klien seoptimal
mungkin, meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit, dan meningkatkan
kualitas Asuhan Keperawatan khususnya dalam penanganan klien yang
mengalami gangguan sistem pernapasan Penyakit Cholelitiasis (Batu
Empedu).
3. Bagi Klien Dan Keluarga
Diharapkan klien dan keluarga dapat memahami cara pencegahan dan
pengobatan Penyakit Cholelitiasis (Batu Empedu) serta keluarga dapat selalu
mengawasi dan membantu klien untuk menghindari faktor-faktor pencetus
yang dapat membuat Penyakit Cholelitiasis (Batu Empedu) pada klien
kambuh.
4. Bagi Tenaga Keperawatan (Perawat)
Diharapkan untuk dapat meningkatkan kualitas Asuhan Keperawatan
khususnya bagi klien Penyakit Cholelitiasis (Batu Empedu) untuk membantu
penyembuhan.
5. Bagi Pembaca / Masyarakat
Diharapkan untuk dapat memahami hal-hal yang berkaitan dengan Penyakit
Cholelitiasis (Batu Empedu) sehingga dapat dilakukan upaya-upaya yang
bermamfaat untuk mencegah maupun menangani penyakit ini. Serta dapat
memberikan saran dan kritik yang membangun dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini.
95
6. Bagi Peneliti
Diharapkan untuk dapat menerapkan Ilmu Keperawatan yang telah dipelajari
dan memanfaatkan waktu seefektif mungkin, sehingga dapat memberikan
Asuhan Keperawatan pada klien secara optimal khususnya pada klien
Penyakit Cholelitiasis (Batu Empedu). Serta diharapkan dapat
memperbanyak bahan bacaan sebagai literatur sehingga wawasan lebih
banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Diyono., Mulyanti Sri. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem
Penceranaan (Dilengkapi Contoh Studi Kasus Dengan Aplikasi NANDA
NOC NIC). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Gagola, P., Timban, J., & Ali, R. (2015). Gambaran ultrasonografi batu empedu
pada pria & wanita. Manado : Jurnal e-Clinic (eCl). Vol. 3, No. 1: 428-
429.
Hasanah Uswatun. (2015). Mengenal Penyakit Batu Empedu. Bandung: Jurnal
Keluarga Sehat Sejahtera Vol. 13, No.26: 28-30.
Iqbal Wahit,M & dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar Buku 2.
Jakarta: Salemba Medika.
Luklukaningsih.,Z. (2014). Anatomi, Fisiologi Dan Fisioterapi. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Mustikawati. (2017). Anatomi Dan Fisiologi Untuk Keperawatan Ringkasan Dan
Latihan Soal. Jakarta Timur: CV.Trans Info Media.
Naga,S.,Soleh. (2013). Buku Panduan Lengkap Penyakit Dalam. Jogjakarta:
DIVA Press.
Nuari Nian. (2015). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem
Gastrointestinal. Jakarta Timur: CV.Trans Info Medika.
Nursalam. (2016). Metodologi Ilmu Keperawatan Pendekatan Prakktis. Jakarta :
Salemba Medika.
Nurarif, H.,A & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Mediaaction Jogja.
Ndraha, S., Fabiani, H., Tannady, H., & Tendean, M. (2014). Profil Kolelitiasis
Pada Hail Ultrasonografi. Jakarta: J. Kedokt Meditok. Vol. 20, No. 53:
8-10.
Rosdahi,B.,C & Kowalski, T.,M. (2015). Buku Ajar Keperawatan Dasar Edisi 10
Volume 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer. C.,S. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi
12. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tuuk, A., Panelewen, J., & Noersasongko, A. (2016). Profil Kasus Batu Empedu.
Jurnal e-Clinic (eCl), Vol. 4, No. 2.
CHOLELITIASIS (BATU EMPEDU)
AKPER MAPPA OUDANG MAKASSAR
PENATALAKSANAAN
BATU EMPEDU
Terapi Nutrisis dan Suportif
Terapi Farmakologis
Pengangkatan Batu Empedu Secara Nno-Bedah
Penatalaksanaan Secara Bedah
KOMPLIKASI
PENYULUHAN KESEHATAN
Komplikasi kolelitiasis (batu empedu) yang biasa terjadi antara lain:
1. Kolesistitis akut (radang kandung empedu) 2. Koledokolitiasis (batu empedu pada duktus sistikus) 3. Kolangitis akut (radang saluran
empedu) 4. Pankreatitis akut 5. Mukokel, empiema, hingga gangrene pada kandung empedu 6. Keganasan kandung empedu.
TIPS TERHINDAR DARI
CHOLELITIASIS (BATU EMPEDU)
1. Konsumsi Makanan Sehat 2. Jaga Berat Badan Tetap Seimbang 3. Olahraga dan Latihan Fisik 4. Obat Rekomendasi Dokter
Kenali Tanda Dan Gejalanya
SEGERA KONSULTASI-
KAN KEDOKTER.!!!
Cholelitiasis (batu empedu) ada-
lah timbunan Kristal di dalam kan-
dung
empedu
atau di
dalam
saluran
empedu.
Chole-
litiasis
(batu empedu) biasanya terbentuk
dalam kandung empedu dari un-
sur-unsur padat yang membentuk
cairan empedu, batu empedu
memiliki ukuran, bentuk dan kom-
posisi yang sangat bervariasi
(Nuari N,
2015).
ETIOLOGI / FAKTOR RESIKO APA ITU
CHOLELITIASIS
1. Jenis Kelamin
2. Usia
3. Berat Badan
4. Riwayat Keluarga
5. Aktivitas Fisik
MANIFESTASI KLINIS
Perubahan Warna Urine dan Feses
Ikterus
Perubahan warna kulit, membrane
mukosa lain dan sclera menjadi warna
kuning.
Rasa Nyeri
Pasien mungkin akan merasa nyeri
pada abdomen kanan atas yang dapat
menjalar ke punggung dan bahu kanan
disertai dengan mual dan muntah
Intoleransi Terhadap Makanan
Berlemak
STOP
CHOLELITIASIS.!!!
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA
CHOLELITIASIS
OLEH :
NAMA : RATMIANI
NIM : 1610054
TINGKAT : 3B (TIGA)
AKADEMI KEPERAWATAN MAPPA OUDANG MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2018 / 2019
Lampiran 4
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Masalah : Cholelitiasis (Batu Empedu)
Pokok Bahasan : Cholelitiasis (Batu Empedu)
Sub Pokok Bahasan : Pengertian, Penyebab / Faktor Resiko, Gejala,
Penatalaksanaan Cholelitiasis, dan Komplikasi
Sasaran : Perempuan Dewasa 49 Tahun
Penyuluh : Ratmiani
Hari / Tanggal : Selasa, 26 Maret 2019
Waktu : ± 20 Menit
Tempat : Ruang Garuda / Rumah Sakit Bhayangkara
Makassar
A. Tujuan
1. Tujuan Instruksi Umum (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan selama 5-15 menit klien
maupun keluarga klien mampu memahami dan menjelaskan tentang
Cholelitiasis (Batu Empedu).
2. Tujuan Instruksi Khusus (TIK)
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan tentang Cholelitiasis (Batu
Empedu) diharapkan klien maupun keluarga klien dapat:
a. Menyebutkan Kembali Pengertian Cholelitiasis (Batu Empedu)
b. Menyebutkan Kembali Penyebab / Faktor Resiko Cholelitiasis (Batu
Empedu)
c. Menyebutkan kembali gejala Cholelitiasis
d. Menyebutkan kembali penatalaksanaan Cholelitiasis
e. Menyebutkan kembali Komplikasi Cholelitiasis
B. Materi (Penjelasan Terlampir)
1. Pengertian Cholelitiasis (Batu Empedu)
2. Penyebab Cholelitiasis (Batu Empedu)
3. Tanda dan Gejala Cholelitiasis (Batu Empedu)
4. Penatalaksanaan Cholelitiasis (Batu Empedu)
5. Komplikasi Cholelitiasis (Batu Empedu)
C. Media Yang Digunakan
1. Clipart
2. Leaflet
D. Metode Yang Digunakan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
E. Pelaksanaan Kegiatan
TAHAP
KEGIATAN
KEGIATAN
PELAKSANA
KEGIATAN
KLIEN WAKTU
Pendahuluan
1. Memberikan Salam
2. Memperkenalkan Diri
3. Menyampaikan
Maksud dan Tujuan
4. Menyampaikan
1. Menjawab
2. Menyimak
3. Menyimak
4. Menyimak
3 Menit
Inti
Waktu Kontrak Yang
Akan Digunakan
Dalam Penyuluhan
1. Memberikan
Penjelasan Tentang
Penyakit Cholelitiasis
(Batu Empedu) Yaitu
Sebagai Berikut:
a. Pengertian
Cholelitiasis (Batu
Empedu)
b. Penyebab
Cholelitiasis (Batu
Empedu)
c. Tanda dan Gejala
Cholelitiasis (Batu
Empedu)
d. Penatalaksanaan
Cholelitiasis (Batu
Empedu)
e. Komplikasi
Cholelitiasis (Batu
Empedu)
1. Memperhatikan
dan
Mendengarkan
Secara Saksama
10 Menit
2. Memberikan
Kesempatan Kepada
Pasien Atau Keluarga
Pasien Untuk
Bertanya.
3. Menjawab Pertanyaan
Pasien Atau Keluarga
Pasien Dengan Tepat
Dan Mudah Di
Mengerti.
4. Menanyakan Tentang
Materi Cholelitiasis
(Batu Empedu) Pada
Pasien Atau Keluarga
Pasien.
2. Mengajukan
Pertanyaan
3. Memperhatikan
4. Menjawab
Pertanyaan
Penutup 1. Menyimpulkan Hasil
2. Harapan Penyuluhan
1. Memperhatikan
2. Memperhatikan
2 Menit
F. Evaluasi
Setelah dilakukan penyuluhan, Pasien maupun keluarga pasien mampu
menjawab pertanyaan berikut:
1. Sebutkan kembali pengertian Cholelitiasis (Batu Empedu)
2. Sebutkan kembali penyebab Cholelitiasis (Batu Empedu)
3. Sebutkan kembali tanda dan gejala Cholelitiasis (Batu Empedu)
4. Sebutkan kembali komplikasi Cholelitiasis (Batu Empedu)
5. Sebutkan kembali penatalaksanaan Cholelitiasis (Batu Empedu)
Penjelasan Materi
1. Pengertian
Cholelitiasis (batu empedu) adalah timbunan Kristal di dalam
kandung empedu atau di dalam saluran empedu. Batu yang di temukan di
dalam kandung empedu disebut koledokolitiasis. Batu empedu juga dapat
didefinisikan sebagai endapan satu atau lebih komponen empedu, seperti
berupa kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, dan protein (Sholeh
S, 2013).
Batu kantung empedu (Cholelitiasis) merupakan gabungan
beberapa unsur yang membentuk suatu material mirip batu yang terbentuk
di dalam kandung empedu. Cholelitiasis (batu empedu) biasanya terbentuk
dalam kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan
empedu, batu empedu memiliki ukuran, bentuk dan komposisi yang sangat
bervariasi (Nuari N, 2015).
2. Etiologi / Faktor Resiko
Etiologi batu empedu (cholelitiasis) masih belum diketahui secara pasti,
namun cholelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor risiko di bawah
ini. Namun, semakin banyak faktor risiko yang dimiliki seseorang,
semakin besar kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis. Faktor risiko
tersebut antar lain :
a. Jenis Kelamin
Wanita mempunyai risiko 3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis
dibandungkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormone estrogen
berpangaruh terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung
empedu. Kehamilan, yang meningkatkan kadar estrogen juga
meningkatkan risiko terkena kolelitiasis. Penggunaan pil kontrasepsi
dan terapi hormone (estrogen) dapat meningkatkan kolesterol dalam
kandung empedu dan penurunan aktivitas pengosongan kandung
empedu.
b. Usia
Risiko untuk terkena kolelitiasis menigkatkan sejalan dengan
bertambahnya usia. Orang dengan usia > 60 tahun lebih cenderung
untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan orang usia yang lebih
muda.
c. Berat Badan (BMI)
Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai risiko lebih
tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini dikarenakan dengan tingginya BMI
maka kadar mengurangi garam empedu serta mengurangi kontraksi /
pengosongan kandung empedu.
d. Makanan
Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti
setelah operasi gastrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap
unsur kimia dari empedu dan dapat menyebabkan penurunan kontraksi
kandung empedu.
e. Riwayat Keluarga
Organ dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai risiko lebih
besar dibandingkan dengan tanpa riwayat keluarga.
f. Aktifitas Fisik
Kurangnya aktifitas fisik berhubungan dengan peningkatan risiko
terjadiya kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu
lebih sedikit berkontraksi.
(Nian Nuari, 2015).
3. Manifestasi Klinis
a. Perubahan Warna Urin Dan Feses
Ekskresi pigmen emepdu oleh ginjal akan membuat urin berwarna
sangat gelap. Feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu akan
tampak kelabu, dan biasanya pekat yang disebut “clay-colored”.
b. Ikterus
Perubahan warna kulit, membrane mukosa lain dan sclera menjadi
warna kuning.
c. Rasa Nyeri
Pasien mungkn akan merasa nyeri pada abdomen kanan atas yang
dapat menjalar ke punggung dan bahu kanan disertai dengan mual dan
muntah, dan akan merubah posisinya secara terus-menerus untuk
mengurangi intensitas nyeri.
d. Intoleransi terhadap makanan berlemak.
(Nian Nuari, 2015).
4. Penatalaksanaan
Sasaran utama terapi medis adalah untuk mengurangi insidensi
episode nyeri akut kantung empedu dan kolesistitis dengan
penatalaksanaan suportif dan diet dan, jika memungkinkan,
menghilangkan penyebabnya dengan menggunakan farmakoterapi,
prosedur endoskopik, atau intervensi bedah.
a. Terapi Nutrisi dan Suportif
1) Capai remisi dengan istirahat, cairan IV, pengisapan nasogatrik,
analgesik, dan antibiotic.
2) Diet segera setelah episode biasanya berupa cairan rendah lemak
dengan protein dan karbohidrat tinggi dilanjutkan dengan makanan
padat lembut, hinadri telur, krim, babi, makanan gorengan, keju,
rich dressings, sayuran pembentuk gas, dan alkohol.
b. Terapi Farmakologis
1) Asam ursodeoksikolat (UDCA [Urso, Actigall]) dan asam
kenodeoksikolat (kenodiol atau CDCA [Chenix]) efektif dalam
melarutkan batu kolesterol primer.
2) Pasien dengan gejala signifikan dan sering sumbatan duktus kisitk
atau batu pigmen bukan merupakan kandidat untuk terapi dengan
UDCA.
c. Pengangkatan Batu Empedu Secara Non-Bedah
Selain dengan melarutkan batu empedu, batu empedu dapat
dikeluarkan dengan instrument lain (mis, kateter dan instrument yang
dilengkapi keranjang disusupkan ke saluran slang T atau fistula yang
dibentuk pada saat pemasangan slang T, endoskopi ERCP), litotripsi
intrakorporeal (denyut nadi laser), atau terapi gelombang syok
ekstrakorporal (litotripsi atau litotripsi gelombang syok ekstrakorporal
[ESWL]).
d. Penatalaksanaan Bedah
Tujuan pembedahan adalah untuk meredakan gejala yang
persisten, untuk menghilangkan penyebab kolik bilier, dan untuk
mengatasi kolesistitis akut.
1) Kolesistektomi laparoskopik: Dilakukan melalui insisi ataua
tusukan kecil yang dibuat menembus dinding abdomen di
umbilicus.
2) Kolesistektomi: Kantung empedu dikeluarkan melallui sebuah insisi
abdomen (biasanya subkosta kanan) setelah ligasi duktus kistik dan
arteri.
3) Minikolesistektomi: Kantung emepdu dikeluarkan melalui sebuah
insisi keci.
4) Kolesistostomi (bedah atau perkutan): Kantung empedu dibuka, dan
batu, empedu, atau drainase purulen dikeluarkan.
(Brunner & Suddarth, 2013)
5. Komplikasi
Komplikasi kolelitiasis (batu empedu) yang biasa terjadi antara lain:
a. Kolesistitis akut (radang kandung empedu)
b. Koledokolitiasis (batu empedu pada duktus sistikus)
c. Kolangitis akut (radang saluran empedu)
d. Pankreatitis akut
e. Mukokel, empiema, hingga gangrene pada kandung empedu
f. Keganasan kandung empedu.
DATA PASIEN PENDERITA CHOLELITIASIS RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR
TAHUN 2015 – 2018
BULAN 2015 2016 2017 2018
R. Jalan R. Inap R. Jalana R. Inap R. Jalan R. Inap R. Jalan R. Inap
Januari 18 4 15 9 27 2 32 7
Februari 24 6 16 12 27 6 34 3
Maret 28 8 22 3 43 11 35 11
April 25 4 17 4 28 8 48 9
Mei 21 4 9 7 15 4 23 11
Juni 7 5 20 7 12 1 24 9
Juli 5 4 27 7 45 1 34 11
Agustus 17 9 27 5 26 7 33 2
September 11 5 34 34 20 9 31 2
Oktober 16 7 2 2 39 0 31 4
November 11 10 17 2 40 3
Desember 8 0 17 11 39 10
TOTAL 191 66 223 74 361 62 325 69
JADWAL KEGIATAN (TIME SCHEDULE)
No Jenis kegiatan
Bulan (2019)
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
1. Persiapan
2. Konsul Judul Proposal
3. Acc Judul Proposal
4. Penyusunan Proposal
5. Ujian Proposal
6. Pengumpulan Data Dan Supervisi
7. Analisis Dan Penuyusunan KTI
8. Ujian Akhir KTI