Itp Sabtyu
-
Upload
kuran-atika -
Category
Documents
-
view
259 -
download
0
description
Transcript of Itp Sabtyu
A. Pendahuluan
ITP adalah singkatan dari Idiopathic Thrombocytopenic Purpura. Idiopathic
berarti tidak diketahui penyebabnya. Thrombocytopenic berarti darah yang tidak
cukup memiliki keping darah (trombosit). Purpura berarti seseorang memiliki luka
memar yang banyak (berlebihan). Istilah ITP ini juga merupakan singkatan dari
Immune Thrombocytopenic Purpura.
Idiophatic (Autoimmune) Trobocytopenic Purpura (ITP/ATP) merupakan
kelainan autoimun dimana autoantibody Ig G dibentuk untuk mengikat trombosit.
Tidak jelas apakah antigen pada permukaan trombosit dibentuk. Meskipun antibodi
antitrombosit dapat mengikat komplemen, trombosit tidak rusak oleh lisis langsung.
Adanya trombositopenia pada ITP ini akan mengakibatkan gangguan pada
system hemostase karena trombosit bersama dengan system vaskulerfaktor koagulasi
darah terlihat secara bersamaan dalam mempertahankan hemostase normal.
Manifestasi klinis ITP sangat bervariasi mulai dari manifestasi perdarahan ringan,
sedang sampai dapat mengakibatkan kejadian-kejadian yang fatal. Kadang juga
simptomatik. Oleh karena merupakan penyakit autoimun maka kortikosteroid
merupakan pilihan konvensional dalam pengobatan ITP. Pengobatan akan sangat
ditentukan oleh keberhasilan mengatasi penyakit yang mendasari ITP sehingga tidak
mengakibatkan keterlambatan penanganan akibat perdarahan fatal, ataupun
penanganan-penanganan pasien yang gagal atau relaps.
Dalam tubuh seseorang yang menderita ITP, sel-sel darahnya kecuali sel darah
merah berada dalam jumlah yang normal. Sel darah merah (Platelets) adalah sel-sel
sangat kecil yang menutupi area tubuh paska luka atau akibat teriris / terpotong dan
kemudian membentuk bekuan darah. Seseorang dengan sel darah merah yang terlalu
sedikit dalam tubuhnya akan sangat mudah mengalami luka memar dan bahkan
mengalami perdarahan dalam periode cukup lama setelah mengalami trauma luka.
Kadang bintik-bintik kecil merah (disebut Petechiae) muncul pula pada permukaan
kulitnya. Jika jumlah sel darah merah ini sangat rendah, penderita ITP bisa juga
mengalami mimisan yang sukar berhenti, atau mengalami perdarahan dalam organ
ususnya.
B. Etiologi
Penyebab dari ITP tidak diketahui secara pasti, mekanisme yang terjadi
melalui pembentukan antibodi yang menyerang sel trombosit, sehingga sel trombosit
1
mati. Penyakit ini diduga melibatkan reaksi autoimun, dimana tubuh menghasilkan
antibodi yang menyerang trombositnya sendiri. Dalam kondisi normal, antibodi
adalah respons tubuh yang sehat terhadap bakteri atau virus yang masuk ke dalam
tubuh. Tetapi untuk penderita ITP, antibodinya bahkan menyerang sel-sel keping
darah ubuhnya sendiri.
Meskipun pembentukan trombosit sumsum tulang meningkat, persediaan
trombosit yang ada tetap tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Pada sebagian besar
kasus, diduga bahwa ITP disebabkan oleh sistem imun tubuh. Secara normal sistem
imun membuat antibodi untuk melawan benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
Pada ITP, sistem imun melawan platelet dalam tubuh sendiri. Alasan sistem imun
menyerang platelet dalam tubuh masih belum diketahui.
ITP kemungkinan juga disebabkan oleh hipersplenisme, infeksi virus,
intoksikasi makanan atau obat atau bahan kimia, pengaruh fisis (radiasi, panas),
kekurangan factor pematangan (misalnya malnutrisi), koagulasi intravascular
diseminata (KID), autoimun. Berdasarkan etiologi, ITP dibagi menjadi 2 yaitu primer
(idiopatik) dan sekunder. Berdasarkan awitan penyakit dibedakan tipe akut bila
kejadiannya kurang atau sama dengan 6 bulan (umumnya terjadi pada anak-anak) dan
kronik bila lebih dari 6 bulan (umunnya terjadi pada orang dewasa).
Selain itu, ITP juga terjadi pada pengidap HIV. sedangkan obat-obatan seperti
heparin, minuman keras, quinidine, sulfonamides juga boleh menyebabkan
trombositopenia. Biasanya tanda-tanda penyakit dan faktor-faktor yang berkatan
dengan penyakit ini adalah seperti yang berikut : purpura, pendarahan haid darah yang
banyak dan tempo lama, pendarahan dalam lubang hidung, pendarahan rahang gigi,
immunisasi virus yang terkini, penyakit virus yang terkini dan calar atau lebam.
C. Epidemiologi
Ada dua tipe ITP berdasarkan kalangan penderita. Tipe pertama umumnya
menyerang kalangan anak-anak, sedangkan tipe lainnya menyerang orang dewasa.
Anak-anak berusia 2 hingga 4 tahun yang umumnya menderita penyakit ini.
Sedangkan ITP untuk orang dewasa, sebagian besar dialami oleh wanita muda, tapi
dapat pula terjadi pada siapa saja. ITP bukanlah penyakit keturunan.
ITP juga dapat dibagi menjadi dua, yakni akut ITP dan kronik ITP. Batasan
yang dipakai adalah waktu jika dibawah 6 bulan disebut akut ITP dan diatas 6 bulan
2
disebut kronik ITP. Akut ITP sering terjadi pada anak-anak sedangkan kronik ITP
sering terjadi pada dewasa.
Tabel Perbedaan ITP akut dengan ITP kronik
ITP akut ITP kronik
Awal penyakit 2-6 tahun 20-40 tahun
Rasio L:P 1:1 1:2-3
Trombosit <20.000/mL 30.000-100.000/mL
Lama penyakit 2-6 minggu Beberapa tahun
Perdarahan Berulang Beberapa hari/minggu
D. Patogenesis
Diperkiraan ITP diperantai oleh suatu autoantibody. Trombosit yang
diselimuti oleh autoantibody Ig G akan mengalami percepatan pembersihan di lien
dan di hati setelah berikatan dengan reseptor Fcg yang diekspresikan oleh makrofag
jaringan. Pada sebagian besar pasien, akan terjadi mekanisme kompensasi dengan
peningkatan produksi trombosit. Pada sebagian kecil yang lain, produksi trombosit
tetap terganggu, sebagian akibat destruksi trombosit yang diselimuti autoantibody
oleh makrofag di dalam sumsum tulang (intramedullary) atau karena hambatan
pembentukan megakariosit (megakaryocytopoiesis), kadar trombopoetin tidak
meningkat, menunjukkan adanya masa megakariosit normal.
Antigen pertama yang berhasil diidentifikasikan berasal dari kegagalan
antibody ITP untuk berikatan dengan trombosit yang secara genetic kekurangan
kompleks glikoprotein Ib/IX, Ia/IIa, IV dan V dan determinan trombosit yang lain.
Juga dijumpai antibody yang bereaksi terhadap berbagai antigen yang berbeda.
Destruksi trombosit dalam sel penyaji antigen diperkirakan dipicu oleh antibody, akan
menimbulkan pacuan pembentukan neoantigen, yang berakibat produksi antibody
yang cukup untuk menimbulkan trombositopeni.
Dari gambar 1 dapat memperjelas bahwa, factor yang memicu produksi
autoantibody tidak diketahui. Kebanyakan pasien mempunyai antibody terhadap
glikoprotein pada permukaan trombosit pada saat penyakit terdiagnosis secara klinis.
3
Pada awalnya glikoprotein II/IIIa dikenali autoantibody, sedangkan antibody yang
mengenali glikoprotein Ib/IX belum terbentuk pada tahap ini (1). Trombosit yang
diselimuti autoantibodi akan berikatan dengan sel penyaji antigen (makrofag atau sel
dendritik) melalui reseptor Fcg kemudian mengalami proses internalisasi dan
degradasi (2). Sel penyaji antigen yang teraktivasi (4) mengekspresikan peptide baru
pada permuakaan sel dengan bantuan kostimulasi (yang ditunjukkan oleh interaksi
antara CD 154 dan CD 40) dan sitokin yang memfasilitasi proliferasi inisiasi CD4-
positif T cellclone (T-cell clone-1) dan spesifitas tambahan (T-cell clone-2) (5).
Reseptor sel immunoglobulin sel B yang mengenali antigen trombosit (B-cell clone-2)
dengan demikian akan menginduksi proliferasi dan sintesis antiglikoprotein Ib/IX
antibody dan juga meningkatkan produksi anti-glikoprotein IIb/IIIa antibody oeh B-
cell clone 1.
4
E. Diagnosis
Pada umumnya pasien ITP tampak sehat, namun tiba-tiba mengalami
perdarahan pada kulit (petekie atau purpura) atau pada mukosa hidung
(epistaksis).Perlu juga dicari riwayat tentang penggunaan obat atau bahan lain yang
dapat menyebabkan trombositopenia. Riwayat keluarga umumnya tidak didapatkan.
Pada pemeriksaan fisik biasanya hanya didapatkan bukti adanya perdarahan tipe
trombosit (platelet-type bleeding), yaitu petekie, purpura, perdarahan konjungtiva,
atau perdarahan mukokutaneus lainnya. Perlu dipikirkan kemungkinan suatu penyakit
lain, jika ditemukan adanya pembesaran hati dan atau limpa, meskipun ujung limpa
sedikit teraba pada lebih kurang 10% anak dengan ITP.
Selain trombositopenia, pemeriksaan darah tepi lainnya pada anak dengan ITP
umumnya normal sesuai umurnya. Pada lebih kurang 15% penderita didapatkan
anemia ringan karena perdarahan yang dialaminya. Pemeriksaan hapusan darah tepi
diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan pseudotrombositopenia, sindrom
trombosit raksasa yang diturunkan (inherited giant platelet syndrome), dan kelainan
hematologi lainnya. Trombosit yang imatur (megatrombosit) ditemukan pada
sebagian besar penderita. Pada pemeriksaan dengan flow cytometry terlihat trombosit
pada ITP lebih aktif secara metabolik, yang menjelaskan mengapa dengan jumlah
trombosit yang sama, perdarahan lebih jarang didapatkan pada ITP dibanding pada
kegagalan sumsum tulang.
Pemeriksaan aspirasi sumsum tulang pada anak dengan dugaan ITP, masih
menimbulkan perbedaan pendapat di antara para ahli. Umumnya pemeriksaan ini
dilakukan pada kasus-kasus yang meragukan, namun tidak pada kasus-kasus dengan
manifestasi klinis yang khas. Pemeriksaan sumsum tulang dianjurkan pada kasus-
kasus yang tidak khas misalnya pada :
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang tidak umum, misalnya demam,
penurunan berat badan, kelemahan, nyeri tulang, pembesaran hati dan atau
limpa.
Kelainan eritrosit dan leukosit pada pemeriksaan darah tepi
Kasus yang akan diobati dengan steroid, baik sebagai pengobatan awal atau
yang gagal diterapi dengan imunoglobulin intravena.
5
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan pada penderita ITP adalah mengukur
antibodi yang berhubungan dengan trombosit (platelet-associated antibody) dengan
menggunakan direct assay. Namun pemeriksaan ini juga belum dapat membedakan
ITP primer dengan sekunder, atau anak yang akan sembuh dengan sendirinya dengan
yang akan mengalami perjalanan menjadi kronis.17 Diagnosis ITP ditegakkan dengan
menyingkirkan kemungkinan penyebab trombositopenia yang lain. Bentuk sekunder
kelainan ini didapatkan bersamaan dengan systemic lupus erythematosus (SLE),
sindroma antifosfolipid, leukemia atau limfoma, defisiensi IgA,
hipogamaglobulinemia, infeksi HIV atau hepatitis C, dan pengobatan dengan heparin
atau quinidine.
F. Penatalaksanaan
Terapi ITP lebih ditujukan untuk menjaga jumlah trombosit dalam kisaran
aman sehingga mencegah terjadinya pendarahan mayor. Selain itu, terapi ITP
didasarkan pada berapa banyak dan seberapa sering pasien mengalami pendarahan
dan jumlah platelet. Terapi untuk anak-anak dan dewasa hampir sama. Kortikosteroid
(ex: prednison) sering digunakan untuk terapi ITP. kortikosteroid meningkatkan
jumlah platelet dalam darah dengan cara menurunkan aktivitas sistem imun.
Imunoglobulin dan anti-Rh imunoglobulin D. Pasien yang mengalami pendarahan
parah membutuhkan transfusi platelet dan dirawat dirumah sakit .
a. ITP Akut
Ringan: observasi tanpa pengobatan → sembuh spontan.
Jika trombcosit 30.000-50.000 :berikan prednison atau tidak diterapi.
Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik, maka
berikan kortikosteroid.
Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan immunoglobulin
per IV.
Bila keadaan gawat, maka berikan transfuse suspensi trombosit.
6
Transfusi trombosit , Imunoglobulin intravena (1g/kg/hari atau 2-3 hari),
Metilprednisolon (1g/hari atau 3 hari).
b. ITP Menahun
Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan.
Contohnya: prednison 2 – 5 mg/kgBB/hari peroral. Bila tidak berespon
terhadap kortikosteroid berikan immunoglobulin (IV).
Imunosupressan: 6 – merkaptopurin 2,5 – 5 mg/kgBB/hari peroral.
Azatioprin 2 – 4 mg/kgBB/hari per oral.
Siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari per oral
Immunoglobulin
Preparat Immunoglobulin yang digunakan mengandung lebih dari 95%
gamma-globulin dalam bentuk monomerik. Meskipun kesimpulan akhir mekanisme
kerjanya belum terungkap, tetapi ada beberapa pendapat yang telah dikemukakan
yaitu :
1) Melindungi permukaan trombosit, membungkusnya dengan Immunoglobulin non
spesifik, sehingga PAIgG, antigen spesifik, ataupun antigen-antibodi tidak dapat
melekat pada permukaan trombosit.
2. Menurunkan produksi PAIgG.
3. Memblokade Fc reseptor di RES.
4. Dapat mengatasi penekanan trombopoetik yang disebabkan oleh kortikosteroid
apabila pengobatan konservatif sebelumnya telah menggunakan preparat ini.
Indikasi:
1) PTI kronik atau berulang pada anak.
2) PTI kronik dengan indikasi-kontra splenektomi.
3)Penderita PTI yang telah menjalani splenektomi, ataupun pengobatan
konservatif dimana remisi sempuma tidak tercapai.
7
4) Sebagai persiapan pra bedah terutama bila sebelumnya didapati perdarahan
berat. Dalam hal ini diberikan ± 3 minggu sebelum splenektomi
dilaksanakan.
5) Dapat diberikan pada penderita berobat jalan.
Splenektomi
1) Mekanisme kerja: Seperti telah diketahui, limpa merupakan salah satu organ
pembentuk PAIgG, dan sebaliknya juga merupakan tempat penghancuran PAIgG
tersebut. Dengan diangkatnya limpa diharapkan pembentukan PAIgG berkurang,
dan penghancuran PAIgG atau trombosit di limpa tidak ada lagi; akibatnya
trombosit meningkat, dan permeabilitas kapiler mengalami perbaikan.
2) Indikasi:
PTI kronik yang sedang dan berat.
PTI kronik yang diobati secara konservatif ternyata gagal mencapai remisi
setelah 6-12 bulan, atau mengalami relaps 23 kali dalam setahun, atau tidak
memberi respons terhadap pengobatan konservatif.
3) Indikasi-kontra
Penderita PTI kronik yang juga menderita penyakit akut atau berat
lainnya.
Penderita PTI kronik disertai penyakit jantung atau hal lain yang merupakan
indikasi-kontra bagi setiap tindakan bedah.
Usia kurang dari 2 tahun, sebab kemungkinan terjadinya infeksi berat atau
sepsis sangat besar.
Non-Medikamentosa
Berikan informasi tentang ITP. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung
pada tipe dan beratnya ITP. Tujuannya yaitu untuk memberikan dasar
pengetahuan sehingga keluarga / pasien dapat membuat pilihan yang tepat.
Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostik.
Jelaskan bahwa darah yang diambil untuk pemeriksaan laboratorium tidak
akan memperburuk ITP.
8
9
10
G. Penutup
ITP (Immune Thrombocytopenic Purpura) adalah suatu gangguan autoimun
yang ditandai dengan trombositopenia yang menetap (angka trombosit darah perifer
kurang dari 150.000/μL) akibat autoantibody yang mengikat antigen trombosit
menyebabkan destruksi premature trombosit dalam system retikuloendotel terutama di
limpa. Penyebab ITP ini sendiri tidak diketahui.
Ada 2 tipe ITP, antara lain: umumnya menyerang kalangan anak-anak berusia
2 hingga 4 tahun dan menyerang orang dewasa sebagian besar dialami oleh wanita
muda awitan. Sementara itu pengobatannya dilakukan dengan farmakologi dan
tindakan operatif yaitu splenektomi.
11
Daftar Pustaka
1. Aru. W. S., et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II Edisi VI. Jakarta: Departemen Penyakit Dalam FK UI ;
2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Hematologi-onkologi anak. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI ; 2012.
3. Berhman, RE; Kliegman, Geme, J. Nelson Text Book of Pediatrics. Edisi 19. Philadelphia : WB Saunders company ; 2011.
4. Suryanto, B.P., et al. Buku Ajar Hematologi- Onkologi Anak. Jakarta : Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. ; 2010.
5. Hoffbrand, A. V. Kapita Selekta Hematologi. Edisi 6. Jakarta : EGC ; 2013.
6. Permono, Sutaryo; Windiastuti, Endang; Abdulsalam, Maria. Buku Ajar
Hematologi-Onkologi Anak. Cetakan keempat. Jakarta : Penerbit Badan Penerbit
IDAI ; 2012.
12