Isi Referat Colon in Loop Sip

40
BAB I PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan di bidang kedokteran semakin berkembang yaitu dengan ditemukannya alat dan metode yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa terhadap penderita dilakukan berbagai cara antara lain: pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan secara radiologis. Pemeriksaan secara radiologi mampu memberikan informasi secara radiografi yang optimal baik keadaan anatomis maupun fisiologis dari suatu organ di dalam tubuh yang tidak dapat di raba dan di lihat oleh mata secara langsung serta mampu memberikan informasi mengenai kelainan-kelainan yang mungkin dijumpai pada organ-organ yang akan diperiksa. Pada saat ini hampir semua organ dan sistem di dalam tubuh kita dapat diperiksa secara radiologis, bahkan setelah ditemukan kontras media yang berguna memperlihatkan jaringan organ yang mempunyai nomor atom yang lebih kecil sehingga kelainan pada organ tersebut dapat didiagnosa. Pemeriksaan radiologi secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu pemeriksaan radiologi tanpa kontras dan pemeriksaan radiologi yang menggunakan bahan kontras. Dalam penyusunan referat ini, penulis menyajikan salah satu pemeriksaan yang menggunakan bahan kontras yaitu pemeriksaan colon in loop. Pemeriksaan colon in loop adalah pemeriksaan secara radiologi yang 1

description

radiologi

Transcript of Isi Referat Colon in Loop Sip

BAB I

PENDAHULUAN

Ilmu pengetahuan di bidang kedokteran semakin berkembang yaitu dengan

ditemukannya alat dan metode yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa terhadap

penderita dilakukan berbagai cara antara lain: pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium

dan pemeriksaan secara radiologis.

Pemeriksaan secara radiologi mampu memberikan informasi secara radiografi yang

optimal baik keadaan anatomis maupun fisiologis dari suatu organ di dalam tubuh yang tidak

dapat di raba dan di lihat oleh mata secara langsung serta mampu memberikan informasi

mengenai kelainan-kelainan yang mungkin dijumpai pada organ-organ yang akan diperiksa.

Pada saat ini hampir semua organ dan sistem di dalam tubuh kita dapat diperiksa secara

radiologis, bahkan setelah ditemukan kontras media yang berguna memperlihatkan jaringan

organ yang mempunyai nomor atom yang lebih kecil sehingga kelainan pada organ tersebut

dapat didiagnosa. Pemeriksaan radiologi secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu

pemeriksaan radiologi tanpa kontras dan pemeriksaan radiologi yang menggunakan bahan

kontras. Dalam penyusunan referat ini, penulis menyajikan salah satu pemeriksaan yang

menggunakan bahan kontras yaitu pemeriksaan colon in loop. Pemeriksaan colon in loop

adalah pemeriksaan secara radiologi yang menggunakan bahan kontras positif yaitu Barium

Sulfat dan bahan kontras negatif yaitu udara dengan tujuan untuk mengvisualisasikan

keadaan colon atau usus besar yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui anus.

Adapun teknik-teknik yang rutin dilakukan pada pemeriksaan colon in loop yaitu

dengan menggunakan proyeksi antero-posterior, postero-anterior, lateral, obliq kanan dan

kiri.

1

BAB II

MENJELASKAN TENTANG COLON

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI

Usus besar atau colon adalah sambungan dari usus halus yang merupakan tabung

berongga dengan panjang kira-kira 1,5 meter, terbentang dari caecum sampai canalis ani.

Diameter usus besar lebih besar daripada usus halus. Diameter rata-ratanya sekitar 2,5

inchi. Tetapi makin mendekati ujungnya diameternya makin berkurang. Usus besar ini

tersusun atas membran mukosa tanpa lipatan, kecuali pada daerah distal colon.1

Usus besar dibagi menjadi ; caecum, appendiks vermivormis, colon ascendens,

colon transversal, colon descendens, colon sigmoideum (colon pelvicum), rectum dan

anus. 1

1. Caecum

Caecum merupakan kantong dengan ujung buntu yang menonjol ke bawah

pada regio iliaca kanan, di bawah junctura ileocaecalis. Appendiks vermiformis

berbentuk seperti cacing dan berasal dari sisi medial usus besar. Panjang caecum

sekitar 6 cm dan berjalan ke caudal. 1

Caecum berakhir sebagai kantong buntu yang berupa processus vermiformis

(apendiks) yang mempunyai panjang antara 8-13 cm. 1

2. Colon ascendens

Colon asenden berjalan ke atas dari caecum ke permukaan inferior lobus

kanan hati, menduduki regio illiaca dan lumbalis kanan. Setelah sampai ke hati,

colon asenden membelok ke kiri, membentuk fleksura coli dekstra (fleksura

hepatik). Colon ascendens ini terletak pada regio illiaca kanan dengan panjang

sekitar 13 cm. 1

3. Colon transversum

Colon transversum menyilang abdomen pada regio umbilikalis dari fleksura

coli dekstra sampai fleksura coli sinistra. Colon transversum membentuk

lengkungan seperti huruf U. Pada posisi berdiri, bagian bawah U dapat turun sampai

2

pelvis. Colon transversum, waktu mencapai daerah limpa, membelok ke bawah

membentuk fleksura coli sinistra (fleksura lienalis) untuk kemudian menjadi Colon

descendens.2

4. Colon descendens

Colon descendens terletak pada regio illiaca kiri dengan panjang sekitar 25

cm. Colon descendens ini berjalan ke bawah dari fleksura lienalis sampai pinggir

pelvis membentuk fleksura sigmoideum dan berlanjut sebagai colon sigmoideum. 2

5. Colon sigmoideum

Colon sigmoideum mulai dari pintu atas panggul. Colon sigmoideum

merupakan lanjutan kolon desenden dan tergantung ke bawah dalam rongga pelvis

dalam bentuk lengkungan. Colon sigmoideum bersatu dengan rectum di depan

sakrum. 2

6. Rectum

Rectum menduduki bagian posterior rongga pelvis. Rektum merupakan

lanjutan dari kolon sigmoideum dan berjalan turun di depan caecum, meninggalkan

pelvis dengan menembus dasar pelvis. Setelah itu rektum berlanjut sebagai anus

dalam perineum. Menurut Pearce (1999), rektum merupakan bagian 10 cm terbawah

dari usus besar, dimulai pada colon sigmoideum dan berakhir ke dalam anus yang

dijaga oleh otot internal dan eksternal. 2

Gambar 1. Usus Besar / colon

3

Keterangan :

1. Appendiks2. Caecum3. Persambungan ileosekal4. Apendises epiploika5. Colon ascendens6. Fleksura hepatika7. Colon transversal8. Fleksura lienalis9. Haustra10. Colon descendens11. Taenia koli12. Colon sigmoid13. Canalis Ani14. Rectum15. Anus

Fungsi usus besar adalah :

1). Absorbsi air dan elektrolit

Penyerapan air dan elektrolit sebagian besar berlangsung di separuh atas

colon. Dari sekitar 1000 ml kimus yang masuk ke usus setiap hari, hanya 100

ml cairan dan hampir tidak ada elektrolit yang diekskresikan. Dengan

mengeluarkan sekitar 90 % cairan, colon mengubah 1000-2000 ml kimus

isotonik menjadi sekitar 200-250 ml tinja semi padat). Dalam hal ini colon

sigmoid berfungsi sebagai reservoir untuk dehidrasi masa feases sampai

defekasi berlangsung. 2

2). Sekresi mukus.

Mukus adalah suatu bahan yang sangat kental yang membungkus

dinding usus. Fungsinya sebagai pelindung mukosa agar tidak dicerna oleh

enzim-enzim yang terdapat didalam usus dan sebagai pelumas makanan

sehingga mudah lewat. Tanpa pembentukan mukus, integritas dinding usus

akan sangat terganggu, selain itu tinja akan menjadi sangat keras tanpa efek

lubrikasi dari mukus. 2

Sekresi usus besar mengandung banyak mukus. Hal ini menunjukkan

banyak reaksi alkali dan tidak mengandung enzim. Pada keadaan peradangan

usus, peningkatan sekresi mukus yang banyak sekali mungkin bertanggung

jawab dan kehilangan protein dalam feses. 2

3). Menghasilkan bakteri

Bakteri usus besar melakukan banyak fungsi yaitu sintesis vitamin K dan

beberapa vitamin B. Penyiapan selulosa yang berupa hidrat karbon di dalam

tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, sayuran hijau dan penyiapan sisa protein

yang belum dicernakan merupakan kerja bakteri guna ekskresi. 2

Mikroorganisme yang terdapat di colon terdiri tidak saja dari eschericia

coli dan enterobacter aerogenes tetapi juga organisme-organisme pleomorfik

seperti bacteriodes fragilis. Sejumlah besar bakteri keluar melalui tinja. Pada

saat lahir colon steril, tetapi flora bakteri usus segera tumbuh pada awal masa

kehidupan. 2

4

4). Defekasi (pembuangan air besar)

Defekasi terjadi karena kontraksi peristaltik rektum. Kontraksi ini

dihasilkan sebagai respon terhadap perangsangan otot polos longitudinal dan

sirkuler oleh pleksus mienterikus. Pleksus mienterikus dirangsang oleh saraf

parasimpatis yang berjalan di segmen sakrum korda sinalis. Defekasi dapat

dihambat dengan menjaga agar spingter eksternus tetap berkontraksi atau

dibantu dengan melemaskan spingter dan mengkontraksikan otot-otot

abdomen. 2

2.2 ETIOLOGI DAN PATOLOGI

1. Obstruksi Usus Besar

Obstruksi usus besar biasanya disebabkan oleh karsinoma kolon (biasanya

rektosigmoid) atau penyakit diverticular. 3

Penyebab3

Lumen : impaksi fekal.

Dinding usus :

- Neoplastik : karsinoma

- Inflamasi : penyakit Crohn, colitis ulseratif, penyakit divertikular

Ekstrinsik

- Massa keganasan (pada kandung kemih atau pelvis)

- Volvulus

- Hernia

Gambaran Radiologis

Prinsip dasar dalam mendiagnosis obstruksi pada usus besar adalah

mendeteksi dilatasi usus hingga satu level di atas usus yang mengalami kolaps. Lokasi

titik transisi ini tidak selalu mudah diidentifikasi. Usus besar mengalami distensi

dengan penyebaran ke perifer disertai gambaran haustrae yang jelas. Batas cairan

yang terlihat pada posisi tegak cenderung panjang, jika dibandingkan dengan letaknya

yang pendek pada obstruksi usus halus. 3

5

Gambar 2. Obstruksi usus besar dengan kolon yang mengalami distensi hingga

flexura splenikus (tanda panah).

2. Kolitis Ulseratif

Kolitis ulseratif, suatu penyakit inflamasi pada usus besar, ditandai oleh

kerusakan mukosa difus yang disertai ulserasi. Reaksi inflamasi terbatas pada mukosa

dan submukosa. Keadaan autoimun tampaknya merupakan faktor penyebab, namun

etiologi pasti dari penyakit ini tetap belum diketahui. 3

Pemeriksaan Penunjang Radiologis

Suatu film polos abdomen kadang-kadang menunjukkan segmen yang

abnormal pada usus besar, terutama jika terdapat komplikasi megakolon toksik.

Kolonoskopi lebih akurat untuk menilai penyakit, namun evaluasi dengan barium

enema tetap banyak dilakukan. 3

Gambaran Radiologis

6

Kolon yang terkena, hamper selalu melibatkan rectum dan sigmoid,

memperlihatkan pengaburan batas yang pada keadaan normalnya tampak tegas.

Mukosa tampak granular disertai ulserasi yang dangkal dan berlanjut dari rectum

hingga kejauhan yang bervariasi dari kolon proksimal, dan mungkin melibatkan

seluruh kolon (pankolitis). Hilangnya pola haustrae yang diakibatkannya dengan

perubahan fibrotic dapat menimbulkan gambaran menyerupai tuba pada usus, disebut

dengan kolon “lead pipe / pipa timah” atau “hose pipe / pipa karet”. 3

Komplikasi

Kolon : 3

- Megakolon toksik : suatu film polos abdomen dapat

mendemostrasikan distensi usus yang jelas dengan batas iregular,

terutama pada kolon transversa. Barium enema merupakan

kontraindikasi jika terdapat komplikasi ini.

- Perforasi usus : baik pada penyakit yang parah maupun sekunder

akibat megakolon toksik.

- Perdarahan : sering hebat.

- Karsinoma : insidensinya meningkat terutama jika terdapat pankolitis

dan penyakit telah terjadi lebih dari 10 tahun.

- Pembentukan struktur : dapat multiple dengan tepi yang rata.

Ekstrakolon : 3

- Sakroilitis

- Arteritis

- Uveitis

- Kolangitis sklerosa

Terapi 3

o Medis : steroid, pemberian secara sistemik dan local pada usus besar;

sulfasalazine dan obat-obat yang terkait.

o Pembedahan : proktokolektomi total dengan anastomosis ileoanal pada

penyakit yang parah yang disertai gejala berulang.

7

3. Polip Kolon

Polip kolon merupakan lesi massa terlokalisasi yang berasal dari mukosa

kolon dan menonjol ke dalam lumen. Polip ini dapat memiliki dasar yang luas (sesile)

atau bertangkai (pedunculated) dan dapat terjadi di mana saja pada kolon. Mayoritas

polip merupakan adenoma jinak, terutama yang memiliki tangkai yang kurus dan

panjang. 3

Gambaran Radiologis

Sediaan usus metikulosa diperlukan karena sisa feses dan mucus sangat

mempengaruhi diagnosis yang tepat dari lesi-lesi kolon. Pemeriksaan dengan barium

enema kontras ganda dapat memperlihatkan polip sebagai defek pengisian pada

proyeksi daerah yang terisi barium, atau polip dapat dibatasi oleh barium pada

proyeksi bagian yang terisi udara. 3

Komplikasi

Keganasan pada kasus polip harus selalu dipikirkan jika terdapat : 3

Iregularitas pada bagian dasar atau perifer

Lesi yang datar dengan dasar yang lebih luas dibandingkan tingginya

Bertumbuh pada pemeriksaan serial

Ukuran polip > 10 mm

Terapi

Polip yang kecil dapat dipotong dan diangkat saat kolonoskopi; perforasi dan

perdarahan merupakan komplikasi yang jarang dari prosedur ini; lesi yang lebih besar

membutuhkan reseksi pembedahan formal. 3

8

Gambar 3. Polip kolon bertangkai

Gambar 4. Polip sessile dengan dasar yang luas

Gambar 5. Polip sessile pada proyeksi yang berisi barium

9

4. Karsinoma Kolon

Karsinoma kolon, biasanya suatu adenokarsinoma, merupakan keganasan saluran pencernaan yang paling umum, dengan lesi yang lebih besar pada daerah rektosigmoid. Factor-faktor predisposisi meliputi sindrom polyposis herediter, penyakit usus inflamasi kronis, riwayat karsinoma kolon dalam keluarga, dan kemungkinan penyakit akibat kebiasaan makan. 3

Pemeriksaan Penunjang Radiologis3

Sinar –X dada Film polos abdomen Barium enema atau kolonoskopi Urografi intravena (IVU) jika terdapat kecurigaan adanya keterlibatan ureter Ultrasonografi untuk mengetahui metastasis ke hati CT/MRI untuk menentukan staging dan pemeriksaan praoperasi

Gambaran RadiologisBarium enema dapat memperlihatkan polip yang bersifat ganas. Gambaran untuk tumor lanjut adalah : 3

Karsinoma anular : secara dominan menginfiltrasi dinding usus secara melingkar dan menyebabkan penyempitan lumen yang ireguler, disertai deformitas bentuk “apple core”. Tepi yang bergantungan menimbulkan defek “berbentuk bahu”.

Massa polipoid : menghasilkan defek pengisisan intralumen, paling sering pada caecum.

Komplikasi3

o Obstruksi : kadang-kadang merupakan gejala yang dikeluhkan pasien. Film

polos abdomen dapat melokalisasi ketinggian obstruksi. Pada kasus yang tidak jelas, enema dengan kontras yang larut air dapat menunjukkan obstruksi sebelum dilakukan pembedahan.

o Perforasi : sekunder akibat distensi usus yang disebabkan oleh obstruksi

tumor; dapat disertai peritonitis.o Pembentukan fistula : akibat infiltrasi keganasan dari struktur didekatnya.

Diagnosis Banding 3

Penyakit diverticular : biasanya pada kolon sigmoid Penyakit Crohn : striktur dapat tunggal atau multiple Kolitis ulseratif ; striktur yang jinak atau ganas berkembang setelah terdapat

keterlibatan usus dalam waktu yang lama Ekstrinsik : infiltrasi inflamasi atau neoplastic Radioterapi Tuberculosis Iskemia

10

Gambar 6. Karsinoma kolon asenden

5. Penyakit Divertikular

Penyakit diverticular merupakan kelainan umum yang ditandai oleh hipertrofi

otot polos kolon yang menyebabkan terbentuknya penonjolan menyerupai kantung

diantara serat-serat otot yang menebal. Terdapat herniasi pada mukosa dan

submukosa pada tempat-tempat yang lemah pada dinding usus. Sigmoid merupakan

daerah yang paling sering terkena (> 90%) namun dapat terbentuk diverticula dari

setiap bagian kolon. Diet rendah serat tampaknya merupakan penyebab dari keadaan

ini. 3

Pemeriksaan Penunjang Radiologis3

Barium enema

Ultrasonografi, CT, dan angiografi mesentrika untuk mengetahui komplikasi

Gambaran Radiologis

Pemeriksaan barium enema akan memperlihatkan kantung yang keluar seperti

penonjolan bulat yang rata dari dinding usus. Divertikula memiliki ukuran yang

bervariasi, dari mulai hanya terlihat hingga berupa kantung oval atau bulat

berdiameter beberapa sentimeter. Barium dapat menetap pada diverticula untuk

11

beberapa minggu karena tidak adanya mekanisme pengosongan. Kolon sigmoid dapat

sempit dan irregular, dan kadang-kadang penampakannya sangat sulit dibedakan dari

karsinoma.3

Komplikasi 3

Diverticulitis : proses inflamasi yang menyebabkan serangan nyeri abdomen

dan demam.

Abses perikolik : perforasi pada diverticulum sering menyebabkan abses

perikolik terlokalisasi. Barium enema dapat menunjukkan jalur sinus yang

berasal dari sigmoid hingga ke abses. Ultrasonografi atau CT dapat

menunjukkan pengumpulan cairan terlokalisasi, yang dapat didrainase secara

perkutan.

Perforasi : perforasi bebas pada diverticulum atau abses ke dalam rongga

peritoneum dapat menyebabkan peritonitis fekal.

Pembentukan fistula : dapat disebabkan oleh abses yang rupture atau

diverticulum yang meradang ke dalam organ terdekat, yang paling sering

adalah kandung kemih (fistula vesikokolik), dengan pneumaturia sebagai

keluhan gejala. Fistula dapat mengarah ke vagina, ureter, usus halus, kolon,

atau kulit.

Perdarahan : kemungkinan akibat erosi pada arteri dinding usus halus, sering

dari diverticulum sebelah kanan.

Gambar 7. Pembentukan abses yang disebabkan oleh penyakit divertikular

12

6. Volvulus

Volvulus

Volvulus merupakan terpuntirnya segmen usus yang kemudian menyebabakan

obstruksi. 3

Torsi

Torsi menunjukkan adanya segmen yang terpuntir tanpa disertai obstruksi. 3

Volvulus lambung

Rotasi pada lambung terjadi baik pada bidang vertical atau organoaksial (dari pylorus

sampai ke kardia). 3

Volvulus usus halus

Berbagai keadaan mesentrika dengan usus yang bergerak memungkinkan rotasi dan

puntiran yang abnormal, menyebabkan obstruksi mekanis dengan kemungkinan

terjadi gangguan vascular. 3

Volvulus caecal

Caecum terpuntir pada aksis panjangnya. Caecum yang terdistensi dan terisi gas

secara khas berubah posisi ke arah atas dan ke kuadran atas kiri, dengan fossa iliaka

kanan yang kosong. Kolon distal yang sama sekali tidak terisi udara dan dilatasi

caecal dapat menimbulkan ancaman perforasi. 3

Volvulus sigmoid

Volvulus sigmoid terjadi ketika terdapat rotasi pada sigmoid di sekitar aksisnya,

terutama pada lingkar (loop) yang sangat panjang, yang menyebabkan obstruksi

lingkar tertutup. Obstruksi yang tidak dibebskan dapat menyebabkan gangguan

vascular, infark usus, atau perforasi. Pasien langka dan psikistrik jangka panjang

sangat rentan terhadap keadaan ini. 3

Gambaran Radiologis

Lingkar (loop) sigmoid dapat menjadi sangat melebar hingga mengisi seluruh

abdomen. Sigmoid terlihat sebagai U terbalik dengan tiga garis yang tampak jelas,

dua garis di dinding lateral dan sebuah garis di bagian tengah yang dihasilkan oleh

dua dinding dalam yang ada di dekatnya, semua berkumpul ke dalam akar mesentrika

13

usus besar di pelvis. Barium enema menunjukkan adanya obstruksi setinggi volvulus,

dengan lumen usus yang semakin mengecil dan memeberikan gambaran “bird’s

beak”. 3

Terapi

Dekompresi melalui tuba rektal melewati segmen yang terpuntir. Angka

rekuirensi yang tinggi hingga 80% sering membutuhkan reseksi pembedahan pada

lingkar usus yang berlebihan. 3

Gambar 8. Volvulus sigmoid yng disertai distensi sigmoid yang luas

14

BAB III

PEMERIKSAAN COLON

3.1 Definisi

Pemeriksaan radiografi dari usus besar ( colon ) dengan menggunakan

bahan kontras yang dimasukkan per anal. Pemeriksaan ini termasuk barium

enema.dan memerlukan persiapan pasien.4

3.2 Tujuan

Untuk menggambarkan usus besar yang berisi kontras media,sehingga

dapat memperlihatkan anatomi dan kelainan-kelainan yang terjadi baik pada

mucosanya maupun yang terdapat pada lumen khusus. 4

3.3 Persiapan Pemeriksaan

Persiapan Pasien4

- 48 jam sebelum pemeriksaan pasien makan makanan lunak rendah

serat

- 18 jam sebelum pemeriksaan ( jam 3 sore ) minum tablet dulcolax

- 4 jam sebelum pemeriksaan ( jam 5 pagi ) pasien diberi dulkolak

kapsul per anus selanjutnya dilavement

- Seterusnya puasa sampai pemeriksaan

- 30 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi sulfas atrofin 0,25 – 1

mg / oral untuk mengurangi pembentukan lendir 

- 15 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi suntikan buscopan untuk

mengurangi peristaltic usus

15

Persiapan Alat 4

- Pesawat sinar – x yang dilengkapi fluoroscopy

- Kaset dan film sesuai kebutuhan

- Marker

- Standart irigator dan irigator set lengkap dengan kanula dan rectal tube

- Sarung tangan 

- Penjepit atau klem

- Spuit

- Kain pembersih

- Apron 

- Tempat mengaduk media kontras 

- Kantong barium disposable

Persiapan Bahan

Bahan kontras yang digunakan dalam pemeriksaan colon ini

menggunakan barium sulfat dan air sebagai pelarut, dengan perbandingan

antara barium sulfat yang digunakan adalah 1 : 8 dengan jumlah larutan

sebanyak 800 ml. Pada pemeriksaan ini menggunakan metode kontras ganda

dua tahap.5

3.4 Cara Pemeriksaan

A. Metode pemasukan media kontras

1). Metode kontras tunggal

Barium dimasukkan lewat anus sampai mengisi daerah caecum.

Pengisian diikuti dengan fluoroskopi. Untuk keperluan informasi yang

lebih jelas pasien dirotasikan ke kanan dan ke kiri serta dibuat radiograf

full filling untuk melihat keseluruhan bagian usus dengan proyeksi antero

posterior. Pasien diminta untuk buang air besar, kemudian dibuat radiograf

post evakuasi posisi antero posterior. 5

16

2). Metode kontras ganda

a. Pemasukan media kontras dengan metode satu tingkat.

Merupakan pemeriksaan Colon in Loop dengan menggunakan

media kontras berupa campuran antara BaSO4 dan udara. Barium

dimasukkan kira-kira mencapai fleksura lienalis kemudian kanula diganti

dengan pompa. Udara dipompakan dan posisi pasien diubah dari posisi

miring ke kiri menjadi miring ke kanan setelah udara sampai ke fleksura

lienalis. Tujuannya agar media kontras merata di dalam usus. Setelah itu

pasien diposisikan supine dan dibuat radiograf. 5

b. Pemasukan media kontras dengan metode dua tingkat.

(1). Tahap pengisian

Pada tahap ini dilakukan pengisian larutan BaSO4 ke dalam

lumen colon, sampai mencapai pertengahan kolon transversum.

Bagian yang belum terisi dapat diisi dengan mengubah posisi

penderita.5

(2). Tahap pelapisan

Dengan menunggu kurang lebih 1-2 menit agar larutan BaSo4

mengisi mukosa colon.5

(3). Tahap pengosongan

Setelah diyakini mukosa terlapisi maka larutan perlu dibuang

sebanyak yang dapat dikeluarkan kembali.5

(4). Tahap pengembangan

Pada tahap ini dilakukan pemompaan udara ke lumen kolon.

Pemompaan udara tidak boleh berlebihan (1800- 2000 ml)

karena dapat menimbulkan kompikasi lain, misalnya refleks

vagal yang ditandai dengan wajah pucat, pandangan gelap,

bradikardi, keringat dingin dan pusing.5

(5). Tahap pemotretan

Pemotretan dilakukan bila seluruh colon telah mengembang

sempurna.5

17

B. Proyeksi Radiograf

1). Proyeksi Antero posterior (AP)/postero inferior (PA)

Posisi pasien : Pasien diposisikan supine/prone di atas meja

pemeriksaan dengan MSP (Mid Sagital Plane) tubuh

berada tepat pada garis tengah meja pemeriksaan.

Kedua tangan lurus di samping tubuh dan kedua kaki

lurus ke bawah.6

Posisi objek : Objek diatur dengan menentukan batas atas processus

xypoideus dan batas bawah adalah symphisis pubis. 6

Central point : Titik bidik pada pertengahan kedua crista illiaca . 6

Central ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset. 6

Eksposi : Dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan

nafas. 6

FFD : 100 cm. 6

Kriteria radiograf : Menunjukkan seluruh colon terlihat, termasuk

fleksura dan colon sigmoid. 6

Gambar 2. Posisi pasien AP dan PA dan hasil radiograf pada pemeriksaan Colon In Loop

18

2). Proyeksi Right Anterior Obliq (RAO)

Posisi pasien : Posisi pasien telungkup di atas meja pemeriksaan

kemudian dirotasikan ke kanan kurang lebih 35˚- 45˚

terhadap meja pemeriksaan. Tangan kanan lurus di

samping tubuh dan tangan kiri menyilang di depan

tubuh berpegangan pada tepi meja. Kaki kanan lurus

ke bawah dan kaki kiri sedikit di tekuk untuk fiksasi.6

Posisi objek : MSP pada petengahan meja. 6

Cenral Point : Titik bidik pada 1-2 inchi ke arah lateral kiri dari titik

tengah kedua crista illiaca. 6

Central ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset. 6

Eksposi : Dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan

napas.6

FFD : 100 cm. 6

Kriteria : menunjukkan gambaran fleksura hepatika kanan

terlihat sedikit superposisi bila di bandingkan dengan

proyeksi PA dan tampak juga daerah sigmoid dan

colon asenden.6

Gambar 3. Posisi pasien RAO dan hasil radiograf pada pemeriksaan Colon In Loop

19

3). Proyeksi LAO

Posisi pasien : Pasien ditidurkan telungkup di atas meja pemeriksaan

kemudian dirotasikan kurang lebih 35˚ - 45˚ terhadap

meja pemeriksaan. Tangan kiri di samping tubuh dan

tangan di depan tubuh berpegangan pada meja

pemeriksaan, kaki kanan ditekuk sebagai fiksasi,

sedangkan kaki kiri lurus. 6

Posisi objek : MSP pada petengahan meja, lutut fleksi. 6

Central point : Titik bidik 1-2 inchi ke arah lateral kanan dari titik

tengah kedua crista illiaca. 6

Central ray : sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset. 6

Eksposi : Dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan

napas.6

FFD : 100 cm. 6

Kriteria : menunjukkan gambaran fleksura lienalis tampak

sedikit superposisi bila dibanding pada proyeksi PA,

dan daerah colon descendens tampak. 6

Gambar 4. Posisi pasien LAO dan hasil radiograf pada pemeriksaan Colon In Loop

20

4). Proyeksi LPO

Posisi pasien : Pasien diposisikan supine kemudian dirotasikan

kurang lebih 35 - 45 terhadap meja pemeriksaan.

Tangan kiri digunakan untuk bantalan dan tangan

kanan di depan tubuh berpegangan pada tepi meja

pemeriksaan. Kaki kiri lurus sedangkan kaki kanan

ditekuk untuk fiksasi. 6

Posisi objek : MSP pada petengahan meja, lutut fleksi. 6

Central ray : Titik bidik 1-2 inchi ke arah lateral kanan dari titik

tengah kedua crista illiaca. 6

Central point : sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset. 6

Eksposi : Dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan

napas.6

FFD : 100 cm. 6

Gambar 5. Posisi pasien LPO dan hasil radiograf pada pemeriksaan Colon In Loop

21

5). Proyeksi RPO

Posisi pasien : Posisi pasien supine di atas meja pemeriksaan

kemudian dirotasikan ke kanan kurang lebih 35 - 45

terhadap meja pemeriksaan.Tangan kanan lurus di

samping tubuh dan tangan kiri menyilang di depan

tubuh berpegangan pada tepi meja. Kaki kanan lurus

ke bawah dan kaki kiri sedikit ditekuk untuk fiksasi. 6

Posisi objek : MSP pada petengahan meja, lutut fleksi. 6

Central point : Titik bidik pada 1-2 inchi ke arah lateral kiri dari titik

tengah kedua crista illiaca. 6

Central ray : Sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset. 6

Eksosi : Dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan

nafas. 6

FFD : 100 cm. 6

Kriteria : Menunjukkan tampak gambaran fleksura lienalis dan

colon ascendens.6

Gambar 6. Posisi pasien RPO dan hasil radiograf pada pemeriksaan Colon In Loop

22

6). Proyeksi Lateral

Posisi pasien : Pasien diposisikan lateral atau tidur miring. 6

Posisi Objek : Mid Coronal Plane (MCP) diatur pada pertengahan

grid, genu sedikit fleksi untuk fiksasi. 6

Cenral Ray : Arah sinar tegak lurus terhadap film. 6

Central Point : Pada Mid Coronal Plane setinggi spina illiaca anterior

superior (SIAS). 6

Eksposi : Dilakukan saat pasien ekspirasi dan tahan nafas. 6

FFD : 100cm. 6

Kriteria : Daerah rectum dan sigmoid tampak jelas, rectosigmoid

pada pertengahan radiograf. 6

Gambar 7. Posisi pasien Lateral dan hasil radiograf pada pemeriksaan Colon In Loop

23

7). Proyeksi Left Lateral Dicubitus (LLD)

Posisi pasien : Pasien diposisikan ke arah lateral atau tidur miring ke

kiri dengan bagian abdomen belakang menempel dan

sejajar dengan kaset. 6

Posisi objek : MSP tubuh berada tepat pada garis tengah grid. 6

Cenral point : Sinar horisontal dan tegak lurus terhadap kaset. 6

Central ray : Titik bidik diarahkan pada pertengahan kedua crista

illiaka. 6

Eksposi : Dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan

napas.. 6

FFD : 100 cm. 6

Kriteria : Menunjukkan bagian atas sisi lateral dari colon

ascendens naik dan bagian tengah dari colon

descendens saat terisi udara. 6

Gambar 8. Posisi pasien LLD dan hasil radiograf pada pemeriksaan Colon In Loop

24

8). Proyeksi Antero Posterior Aksial

Posisi pasien : Posisi pasien supine di atas meja pemeriksaan. 6

Posisi objek : MSP tepat pada garis tengah meja pemeriksaan.

Kedua tangan lurus di samping tubuh dan kedua kaki

lurus ke bawah. Atur pertengahan kaset dengan

menentukan batas atas pada puncak illium dan batas

bawah symphisis pubis. 6

Central Point : Titik bidik pada 5 cm di bawah pertengahan kedua

crista illiaca. 6

Central ray : Arah sinar membentuk sudut 30 - 40 kranial. 6

Eksposi : Dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan

nafas. 6

FFD : 100cm. 6

Kriteria : menunjukkan rektosigmoid di tengah film dan

sedikit mengalami superposisi dibandingkan dengan

proyeksi antero posterior, tampak juga kolon

transversum. 6

Gambar 9. Posisi pasien AP Aksial dan hasil radiograf pada pemeriksaan Colon In

Loop

25

9). Proyeksi Postero Anterior Aksial

Posisi pasien : Pasien tidur telungkup di atas meja pemeriksaan6

Posisi objek : MSP tubuh berada tepat pada garis tengah meja

pemeriksaan. Kedua tangan lurus disamping tubuh

dan kaki lurus kebawah. MSP objek sejajar dengan

garis tengah grid, pertengahan kaset pada puncak

illium.6

Cenral point : Titik bidik pada pertengahan kedua crista illiaca. 6

Cenral ray : Arah sinar menyudut 30 - 40 kaudal. 6

Eksposi : Eksposi pada saat ekspirasi dan tahan nafas. 6

FFD : 100cm. 6

Kriteria : Tampak rektosigmoid ditengah film, daerah

rektosigmoid terlihat lebih sedikit mengalami

superposisi dibandingkan dengan proyeksi PA,

terlihat colon transversum dan kedua fleksura. 6

Gambar 10. Posisi pasien PA Aksial dan hasil radiograf pada pemeriksaan Colon In

Loop

26

3.4 Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi

Pemeriksaan Colon In Loop diperlukan pada kasus-kasus yang secara

klinis diduga terdapat kelainan pada kolon, yaitu pasien dengan: 4

1. Diare kronis

2. Hematokezia

3. Umum: obstipasi kronis, perubahan pola defekasi.

Indikasi menurut klinis yaitu untuk mendiagnosis penyakit pada kolon

baik itu karena infeksi, kongenital, trauma, neoplasia, maupun metabolic, yang

meliputi kolitis, neoplasma benigna (adenoma, lipoma), neoplasma maligna

(karsinoma), divertikel, polip, invaginasi, ileus obstruksi letak rendah,

(misalnya volvulus), tumor intraabdominal di luar kolon (tumor ekstralumen),

dll. 4

Kontraindikasi

Kontra-indikasi, tidak boleh dilakukan saat:4

4. Perforasi

5. Kolitis berat dimana dinding kolon menjadi sangat tipis dan

ditakutkan dapat terjadi perforasi, NEC, tipus, dll.

6. Ileus paralitik

27

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Pemeriksaan colon in loop adalah pemeriksaan secara radiologi yang menggunakan

bahan kontras positif yaitu Barium Sulfat dan bahan kontras negatif yaitu udara dengan

tujuan untuk mengvisualisasikan keadaan colon atau usus besar yang dimasukkan ke dalam

tubuh melalui anus.

Adapun teknik-teknik yang rutin dilakukan pada pemeriksaan colon in loop yaitu

dengan menggunakan proyeksi antero-posterior, postero-anterior, lateral, obliq kanan dan

kiri.

28

DAFTAR PUSTAKA

1. Snell, R.S, 1998, Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran, Bagian ke-2, Edisi

ke-3, Alih Bahasa : Pharma (dkk), Editor : Oswari, EGC Penerbit Buku Kedokteran,

Jakarta

2. Sloane, Ethel, 2004, Anatomi dan Fisiologi, EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

3. Patel, Pradip.R., 2005, Lecture Notes Radiologi, Penerbit Erlangga, Jakarta.

4. Malueka, Rusdy.G., 2007, Radiologi Diagnostik, Pustaka Cendekia Press Yogyakarta,

Yogyakarta.

5. Rasad, S., 1992, Radiologi Diagnostik, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

6. Bontrager, 2001., Text Book of Radiographic Positioning and Related Anatomy, Edisi

ke-5, Mosby Inc, St. Louis, Amerika.

29