Persiapan Colon in Loop

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan ilmu di bidang kesehatan pada masa sekarang ini semakin meningkat. Pada cabang ilmu kedokteran mengalami kemajuan yang sangat pesat diantaranya adalah dibidang radiodiagnostik yang perkembangannya diawali dengan ditemukannya sinar-X oleh seorang ahli fisika berkebangsaan Jerman yang bernama Prof. Dr. Wilhelm Conrad Rontgen pada tanggal 8 November 1895. Dengan berjalannya waktu, pemeriksaan radiologi colon juga mengalami perkembangan yang pesat. Salah satu pemeriksaan radiodiagnostik yang sering dilakukan untuk mendiagnosa adanya kelainan atau penyakit pada penderita yang mengalami gangguan pencernaan pada usus besar (colon) dikenal dengan pemeriksaan Colon In Loop. Pemeriksaan Colon In Loop adalah pemeriksaan secara radiologis sistim pencernaan dengan memasukkan bahan kontras kedalam usus besar (Colon), Media kontras yang biasa digunakan adalah larutan barium dengan konsentrasi untuk metode kontras ganda lebih tinggi dibandingkan dengan metode kontras tunggal, untuk metode kontras tunggal menggunakan barium sulfat dengan konsentrasi 12-25 % Weigh/Volume, sedangkan metode kontras ganda dengan konsentrasi 75-95 % Weigh/Volume. 1

Transcript of Persiapan Colon in Loop

Page 1: Persiapan Colon in Loop

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Perkembangan ilmu di bidang kesehatan pada masa sekarang ini semakin

meningkat. Pada cabang ilmu kedokteran mengalami kemajuan yang sangat pesat

diantaranya adalah dibidang radiodiagnostik yang perkembangannya diawali

dengan ditemukannya sinar-X oleh seorang ahli fisika berkebangsaan Jerman

yang bernama Prof. Dr. Wilhelm Conrad Rontgen pada tanggal 8 November 1895.

Dengan berjalannya waktu, pemeriksaan radiologi colon juga mengalami

perkembangan yang pesat. Salah satu pemeriksaan radiodiagnostik yang sering

dilakukan untuk mendiagnosa adanya kelainan atau penyakit pada penderita yang

mengalami gangguan pencernaan pada usus besar (colon) dikenal dengan

pemeriksaan Colon In Loop. Pemeriksaan Colon In Loop adalah pemeriksaan

secara radiologis sistim pencernaan dengan memasukkan bahan kontras kedalam

usus besar (Colon), Media kontras yang biasa digunakan adalah larutan barium

dengan konsentrasi untuk metode kontras ganda lebih tinggi dibandingkan dengan

metode kontras tunggal, untuk metode kontras tunggal menggunakan barium

sulfat dengan konsentrasi 12-25 % Weigh/Volume, sedangkan metode kontras

ganda dengan konsentrasi 75-95 % Weigh/Volume.

Kelainan-kelainan yang biasa terjadi pada colon ini adalah carsinoma

(keganasan), divertikel, megacolon, obstruksi atau illeus, stenosis, volvulus,

atresia dan colitis. Berangkat dari kenyataan ini maka penulis ingin menyajikan

dan menuangkan dalam laporan kasus ini yang berjudul “PERSIAPAN PASIEN

COLON IN LOOP”.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pengertian serta tujuan dari pemeriksaan colon in loop ?

2. Apa saja indikasi dan kontra indikasi dari pemeriksaan colon in loop?

3. Bagaimana persiapan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan colon in

loop?

4. Bagaimana tehnik pemeriksaan serta posisioning dari colon in loop?

1

Page 2: Persiapan Colon in Loop

1.3. TUJUAN

1. Bagaimana pengertian serta tujuan dari pemeriksaan colon in loop ?

2. Apa saja indikasi dan kontra indikasi dari pemeriksaan colon in loop?

3. Bagaimana persiapan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan colon in

loop?

4. Bagaimana tehnik pemeriksaan serta posisioning dari colon in loop?

5. MANFAAT

1. Mengetahui deinisi dan tujuan dari pemeriksaan colon in loop ?

2. Mengetahui indikasi dan kontra indikasi dari pemeriksaan colon in

loop?

3. Mengetahui persiapan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan colon in

loop?

4. Mengetahui tehnik pemeriksaan serta posisioning dari colon in loop?

2

Page 3: Persiapan Colon in Loop

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. COLON IN LOOP

2.1.1. Pengertian

Teknik pemeriksaan Colon in Loop adalah teknik pemeriksaan secara

radiologis dari usus besar dengan menggunakan media kontras.

2.1.2. Tujuan Pemeriksaan

Tujuan pemeriksaan Colon in Loop adalah untuk mendapatkan gambaran

anatomis dari colon sehingga dapat membantu menegakkan diagnosa suatu

penyakit atau kelainan-kelainan pada colon.

2.1.3. Indikasi dan kontras indikasi

Indikasi

a). Colitis, adalah penyakit-penyakit inflamasi pada colon, termasuk

didalamnya colitis ulseratif dan colitis crohn.

b). Carsinoma atau keganasan.

c). Divertikel, merupakan kantong yang menonjol pada dinding colon,

terdiri atas lapisan mukosa dan muskularis mukosa.

d). Mega colon adalah suatu kelainan konginetal yang terjadi karena tidak

adanya sel ganglion dipleksus mienterik dan sub mukosa pada segmen

colon distal. Tidak adanya peristaltic menyebabkan feases sulit

melewati segmen agangglionik, sehingga memungkinkan penderita

untuk buang air besar 3 minggu sekali.

e). Obstruksi atau Illeus adalah penyumbatan pada daerah usus besar.

f). Invaginasi adalah melipatnya bagian usus besar ke bagian usus itu

sendiri.

g). Stenosis adalah penyempitan saluran usus besar.

h). Volvulus adalah penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian

usus ke bagian usus yang lain.

i). Atresia adalah tidak adanya saluran dari colon yang seharusnya ada.

3

Page 4: Persiapan Colon in Loop

j). Intussusepsi adalah gangguan mekanis pada bayi yang sering

disebabkan oleh cacat kelahiran dimana adanya pembesaran saluran

usus didaerah distal, biasanya didaerah illeus.

Kontra Indikasi

a). Perforasi, terjadi karena pengisian media kontras secara mendadak dan

dengan tekanan tinggi, juga terjadi karena pengembangan yang

berlebihan.

b). Obstruksi akut atau penyumbatan.

2.1.4. Persiapan Pasien

Tujuan persiapan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan Colon in Loop

adalah untuk membersihkan colon dari feases, karena bayangan dari feases dapat

mengganggu gambaran dan menghilangkan anatomi normal sehingga dapat

memberikan kesalahan informasi dengan adanya filling defect.

Menurut Rasad (1999), prinsip dasar pemeriksaan Colon in Loop

memerlukan beberapa persiapan pasien, yaitu :

a. Mengubah pola makanan pasien

Makanan hendaknya mempunyai konsistensi lunak, rendah serat dan

rendah lemak untuk menghindari terbentuknya bongkahan-bongkahan

tinja yang keras (48 jam sebelum pemeriksaan)

b. Minum sebanyak-banyaknya

Absorbi air terbanyak terjadi pada kolon, dengan pemberian air minum

yang banyak dapat menjaga tinja selalu dalam keadaan lembek

c. Pemberian obat pencahar

Apabila kedua hal diatas dijalankan dengan benar, maka pemberian obat

pencahar hanya sebagai pelengkap saja. Pencahar mutlak diberikan pada

pasien dengan keadaan : rawat baring yang lama, sambelit kronis, orang

tua (18 jam sebelum pemeriksaan dan 4 jam sebelum pemeriksaan)

d. Seterusnya puasa sampai pemeriksaan agar kolon kosong sehingga

gambaran anatomi dari kolon terlihat dengan jelas

e. 30 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi sulfas atrofin 0,25–1mg/oral

untuk mengurangi pembentukan lendir

4

Page 5: Persiapan Colon in Loop

f. 15 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi injeki obat yang menunkan

peristaltic usus sehingga saat mamasukan barium tidak dikeluarkan

kembali.

2.1.5. Persiapan Alat dan Bahan

a. Persiapan alat pada pemeriksaan Colon in Loop, meliputi :

1. Pesawat x – ray siap pakai

2. Kaset dan film sesuai dengan kebutuhan

3. Marker

4. Standar irigator dan irigator set lengkap dengan kanula rectal .

5. Vaselin atau jelly

6. Sarung tangan

7. Penjepit atau klem

8. Kassa

9. Bengkok

10. Apron

11. Plester

12. Tempat mengaduk media kontras

b. Persiapan bahan

1. Media kontras, yang sering dipakai adalah larutan barium dengan

konsentrasi antara 12-25% W/V untuk kontras tunggal dan 70 – 80 %

W/V (Weight /Volume) untuk kontras ganda. Banyaknya larutan (ml)

tergantung pada panjang pendeknya colon, kurang lebih 600 – 800 ml

2. Air hangat untuk membuat larutan barium

3. Vaselin atau jelly, digunakan untuk menghilangi rasa sakit saat kanula

dimasukkan kedalam anus.

2.2. TEKNIK PEMERIKSAAN

2.2.1. Metode pemasukan media kontras

a. Metode kontras tunggal

- Pasien ditempatkan di atas meja pemeriksaan.

5

Page 6: Persiapan Colon in Loop

- Siapkan bahan kontras, Barium Sulfat (BaSO4) dicampur dengan air

dengan perbandingan 1 : 8 di dalam wadah kemudian di aduk

- Sebelum bahan kontras dimasukkan terlebih dahulu pasien diinjeksi

dengan obat anti peristaltik (ex : buskopan)

- Untuk memasukkan bahan kontras pasien diinstruksikan untuk

berbaring miring ke kiri.

- Selang irrigator (kateter) diklem, kemudian campuran Barium Sulfat

dan air dimasukkan ke dalam irrigator.

- Ujung kateter diolesi dengan jelly kemudian dimasukkan ke dalam

rectum kira-kira 5 cm, kemudian di kunci.

- Irrigator dipasang pada stand infus dengan ketinggian kira-kira 1

meter dari permukaan meja pemeriksaan kemudian Barium Sulfat

dimasukkan dengan membuka klem.

- Setelah kontras Barium Sulfat masuk ke dalam colon kemudian

pasien disuruh miring kiri-kanan agar kontras merata ke seluruh

colon.

- Pasien di ubah posisinya menjadi terlentang dan kateter dikuatkan

letaknya.

- Selanjutnya dilakukan pemotretan.

b. Metode kontras ganda

- Metode kontras ganda mutlak memerlukan fluroskopi, sebab untuk

mengetahui jumlah udara yang masuk tidak memungkinkan diukur

dengan alat, oleh karena itu untuk menilai udara yang masuk cukup

atau kurang dinilai dengan fluroskopi dengan melihat dilatasi dari

colonnya bila udara yang masuk tidak dinilai, maka kemungkinan

udara yang masuk terlalu banyak sehingga menyebabkan tekanan

dalam colon juga sangat tinggi akibatnya terjadi perforasi dari colon

tersebut.

- Pemasukan media kontras dengan metode satu tingkat

Merupakan pemeriksaan Colon in Loop dengan menggunakan media

kontras berupa campuran antara BaSO4 dan udara. Barium

dimasukkan kira-kira mencapai fleksura lienalis kemudian kanula

6

Page 7: Persiapan Colon in Loop

diganti dengan pompa. Udara dipompakan dan posisi pasien diubah

dari posisi miring ke kiri menjadi miring ke kanan setelah udara

sampai ke fleksura lienalis. Tujuannya agar media kontras merata di

dalam usus. Setelah itu pasien diposisikan supine dan dibuat

radiograf.

- Pemasukan media kontras dengan metode dua tingkat.

(1). Tahap pengisian

Pada tahap ini dilakukan pengisian larutan BaSO4 ke dalam

lumen colon, sampai mencapai pertengahan kolon transversum.

Bagian yang belum terisi dapat diisi dengan mengubah posisi

penderita.

(2). Tahap pelapisan

Dengan menunggu kurang lebih 1-2 menit agar larutan BaSo4

mengisi mukosa colon.

(3). Tahap pengosongan

Setelah diyakini mukosa terlapisi maka larutan perlu dibuang

sebanyak yang dapat dikeluarkan kembali.

(4). Tahap pengembangan

Pada tahap ini dilakukan pemompaan udara ke lumen kolon.

Pemompaan udara tidak boleh berlebihan (1800- 2000 ml)

karena dapat menimbulkan kompikasi lain, misalnya refleks

vagal yang ditandai dengan wajah pucat, pandangan gelap,

bradikardi, keringat dingin dan pusing.

(5). Tahap pemotretan

Pemotretan dilakukan bila seluruh colon telah mengembang

sempurna.

7

Page 8: Persiapan Colon in Loop

2.2.2. Proyeksi Radiograf

Pemeriksaan Colon in Loop untuk proyeksi awal cukup dilakukan degan

posisi full filling AP-PA, seteah itu bila ditemukan kelainan atau

kejanggalan baru dilakukan positioning sesuai dengan letak kelainan yang

ditemukan.

1. Proyeksi Antero posterior (AP)/postero inferior (PA)

Posisi pasien : Pasien diposisikan supine/prone di atas meja

pemeriksaan dengan MSP (Mid Sagital Plane)

tubuh berada tepat pada garis tengah meja

pemeriksaan. Kedua tangan lurus di samping

tubuh dan kedua kaki lurus ke bawah.

Posisi objek : Objek diatur dengan menentukan batas atas

processus xypoideus dan batas bawah adalah

symphisis pubis.

Central point : Titik bidik pada pertengahan kedua crista illiaca.

Central ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset

Eksposi : Dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan

nafas.

FFD : 100 cm

Kriteria radiograf : Menunjukkan seluruh colon terlihat, termasuk

fleksura dan colon sigmoid.

Gambar 2. Posisi pasien AP dan PA dan hasil radiograf

pada pemeriksaan Colon In Loop

8

Page 9: Persiapan Colon in Loop

2. Proyeksi Right Anterior Obliq (RAO)

Posisi pasien : Posisi pasien telungkup di atas meja pemeriksaan

kemudian dirotasikan ke kanan kurang lebih 35˚-

45˚ terhadap meja pemeriksaan. Tangan kanan

lurus di samping tubuh dan tangan kiri menyilang

di depan tubuh berpegangan pada tepi meja. Kaki

kanan lurus ke bawah dan kaki kiri sedikit di

tekuk untuk fiksasi.

Posisi objek : MSP pada petengahan meja

Cenral Point : Titik bidik pada 1-2 inchi ke arah lateral kiri dari

titik tengah kedua crista illiaca.

Central ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset

Eksposi : Dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan

napas.

FFD : 100 cm

Kriteria : menunjukkan gambaran fleksura hepatika kanan

terlihat sedikit superposisi bila di bandingkan

dengan proyeksi PA dan tampak juga daerah

sigmoid dan colon asenden.

Gambar 3. Posisi pasien RAO dan hasil radiograf pada pemeriksaan

Colon In Loop

3. Proyeksi LAO

Posisi pasien : Pasien ditidurkan telungkup di atas meja

pemeriksaan kemudian dirotasikan kurang lebih

35˚ - 45˚ terhadap meja pemeriksaan. Tangan

9

Page 10: Persiapan Colon in Loop

kiri di samping tubuh dan tangan di depan tubuh

berpegangan pada meja pemeriksaan, kaki

kanan ditekuk sebagai fiksasi, sedangkan kaki

kiri lurus.

Posisi objek : MSP pada petengahan meja, lutut fleksi.

Central point : Titik bidik 1-2 inchi ke arah lateral kanan dari

titik tengah kedua crista illiaca.

Central ray : sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset.

Eksposi : Dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan

napas.

FFD : 100 cm

Kriteria : menunjukkan gambaran fleksura lienalis tampak

sedikit superposisi bila dibanding pada proyeksi

PA, dan daerah colon descendens tampak.

Gambar 4. Posisi pasien LAO dan hasil radiograf pada pemeriksaan

Colon In Loop

4. Proyeksi LPO

Posisi pasien : Pasien diposisikan supine kemudian dirotasikan

kurang lebih 35 - 45 terhadap meja

pemeriksaan. Tangan kiri digunakan untuk

bantalan dan tangan kanan di depan tubuh

berpegangan pada tepi meja pemeriksaan. Kaki

kiri lurus sedangkan kaki kanan ditekuk untuk

fiksasi.

Posisi objek : MSP pada petengahan meja, lutut fleksi.

10

Page 11: Persiapan Colon in Loop

Central ray : Titik bidik 1-2 inchi ke arah lateral kanan dari

titik tengah kedua crista illiaca.

Central point : sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset.

Eksposi : Dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan

napas.

FFD : 100 cm

Gambar 5. Posisi pasien LPO dan hasil radiograf pada pemeriksaan

Colon In Loop

5. Proyeksi RPO.

Posisi pasien : Posisi pasien supine di atas meja pemeriksaan

kemudian dirotasikan ke kanan kurang lebih 35

- 45 terhadap meja pemeriksaan.Tangan kanan

lurus di samping tubuh dan tangan kiri

menyilang di depan tubuh berpegangan pada

tepi meja. Kaki kanan lurus ke bawah dan kaki

kiri sedikit ditekuk untuk fiksasi.

Posisi objek : MSP pada petengahan meja, lutut fleksi.

Central point : Titik bidik pada 1-2 inchi ke arah lateral kiri

dari titik tengah kedua crista illiaca

Central ray : Sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset.

Eksosi : Dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan

nafas.

FFD : 100 cm

Kriteria : Menunjukkan tampak gambaran fleksura lienalis

dan colon ascendens.

11

Page 12: Persiapan Colon in Loop

Gambar 6. Posisi pasien RPO dan hasil radiograf pada pemeriksaan

Colon In Loop

6. Proyeksi Lateral.

Posisi pasien : Pasien diposisikan lateral atau tidur miring

Posisi Objek : Mid Coronal Plane (MCP) diatur pada

pertengahan grid, genu sedikit fleksi untuk

fiksasi.

Cenral Ray : Arah sinar tegak lurus terhadap film

Central Point : Pada Mid Coronal Plane setinggi spina illiaca

anterior superior (SIAS).

Eksposi : Dilakukan saat pasien ekspirasi dan tahan nafas.

FFD : 100cm

Kriteria : Daerah rectum dan sigmoid tampak jelas,

rectosigmoid pada pertengahan radiograf.

Gambar 7. Posisi pasien Lateral dan hasil radiograf pada pemeriksaan

Colon In Loop

7. Proyeksi Left Lateral Dicubitus (LLD)

12

Page 13: Persiapan Colon in Loop

Posisi pasien : Pasien diposisikan ke arah lateral atau tidur miring

ke kiri dengan bagian abdomen belakang

menempel dan sejajar dengan kaset.

Posisi objek : MSP tubuh berada tepat pada garis tengah grid.

Cenral point : Sinar horisontal dan tegak lurus terhadap kaset.

Central ray : Titik bidik diarahkan pada pertengahan kedua

crista illiaka

Eksposi : Dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan

napas.

FFD : 100 cm

Kriteria : Menunjukkan bagian atas sisi lateral dari colon

ascendens naik dan bagian tengah dari colon

descendens saat terisi udara.

Gambar 8. Posisi pasien LLD dan hasil radiograf pada pemeriksaan

Colon In Loop

8. Proyeksi Antero Posterior Aksial.

Posisi pasien : Posisi pasien supine di atas meja pemeriksaan

Posisi objek : MSP tepat pada garis tengah meja pemeriksaan.

Kedua tangan lurus di samping tubuh dan kedua

kaki lurus ke bawah. Atur pertengahan kaset

dengan menentukan batas atas pada puncak

illium dan batas bawah symphisis pubis.

Central Point : Titik bidik pada 5 cm di bawah pertengahan

kedua crista illiaca.

Central ray : Arah sinar membentuk sudut 30 - 40 kranial.

13

Page 14: Persiapan Colon in Loop

Eksposi : Dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan

nafas.

FFD : 100cm

Kriteria : menunjukkan rektosigmoid di tengah film dan

sedikit mengalami superposisi dibandingkan

dengan proyeksi antero posterior, tampak juga

kolon transversum.

Gambar 9. Posisi pasien AP Aksial dan hasil radiograf pada

pemeriksaan Colon In Loop

9. Proyeksi Postero Anterior Aksial.

Posisi pasien : Pasien tidur telungkup di atas meja pemeriksaan

Posisi objek : MSP tubuh berada tepat pada garis tengah meja

pemeriksaan. Kedua tangan lurus disamping

tubuh dan kaki lurus kebawah. MSP objek

sejajar dengan garis tengah grid, pertengahan

kaset pada puncak illium.

Cenral point : Titik bidik pada pertengahan kedua crista illiaca

Cenral ray : Arah sinar menyudut 30 - 40 kaudal.

Eksposi : Eksposi pada saat ekspirasi dan tahan nafas.

FFD : 100cm

Kriteria : Tampak rektosigmoid ditengah film, daerah

rektosigmoid terlihat lebih sedikit mengalami

superposisi dibandingkan dengan proyeksi PA,

terlihat colon transversum dan kedua fleksura.

14

Page 15: Persiapan Colon in Loop

Gambar 10. Posisi pasien PA Aksial dan hasil radiograf pada pemeriksaan

Colon In Loop

15

Page 16: Persiapan Colon in Loop

BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Pemeriksaan Colon In Loop adalah pemeriksaan secara radiologis sistim

pencernaan dengan memasukkan bahan kontras kedalam usus besar (Colon).

Tujuan pemeriksaan Colon in Loop adalah untuk mendapatkan gambaran

anatomis dari colon sehingga dapat membantu menegakkan diagnosa suatu

penyakit atau kelainan-kelainan pada colon.

Pemmeriksaan colon in loop diindikasikan pada pasien dengan Colitis,

Carsinoma atau keganasan colon, Divertikel, Mega colon, Illeus, Invaginasi,

Volvulus dan atresia. dan tidak boleh dilakukan pada pasien dengan perforasi

serta obtruksi akut.

Pada pemeriksaan colon in loop diperlukan persiapan pada pasien serta

alat untu pemeriksaan, persiapan pasien meluputi : mengubah pola makanan

pasien (Makanan konsistensi lunak, rendah serat dan rendah lemak) Minum

sebanyak-banyaknyadan pemberian obat pencahar. Tujuan dari persiapan pasien

ini adalah untuk membersihkan colon dari feases, karena bayangan dari feases

dapat mengganggu gambaran dan menghilangkan anatomi normal sehingga dapat

memberikan kesalahan informasi dengan adanya filling defect.

16

Page 17: Persiapan Colon in Loop

DAFTAR PUSTAKA

Bontrager, 2001., Tex Book of Radiographic Positioning and Related Anatomy,

Edisi ke-5, Mosby Inc, St. Louis, Amerika.

Corwin, E.J., 2001, Buku Saku Patofisiologi, Alih Bahasa dr. Brahm U. P., EGC

Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

Ganong, W.F., 1995, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Alih Bahasa Dr. M.

Jauhari W., Edisi 17, EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

Mark, H., Swarzt., 1995, Buku Ajar Diagnostik Fisik, Penerbit Buku

Kedokteran, Jakarta.

Pearce, E.C., 1999, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT.

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Rasad, S., 1992, Radiologi Diagnostik, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Snell, R.S, 1998, Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran, Bagian ke-2,

Edisi ke-3, Alih Bahasa : Pharma (dkk), Editor : Oswari, EGC Penerbit

Buku Kedokteran, Jakarta.

17