IKterus

16
OMPHALITIS I. PENDAHULUAN II. KASUS a. Identitas Nama : By. FA Jenis kelamin : Laki-laki Tanggal lahir : 19 april 2015 Tanggal masuk : 29 Mei 2015 b. Anamnesis Bayi laki-laki usia 40 hari masuk rumah sakit dengan keluhan perut kembung. Menurut orang tua bayi keluahan ini disadari sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Muntah 1 kali pada hari rabu, muntahan berupa susu yang diminum. Buang air besar dan buang air kecil biasa. Menurut orang tua bayi, sejak 2 hari terakhir bayi tampak kurang aktif, dan malas minum. Demam (-), kejang (-), batuk (-), flu (-), sianosis (-). Bayi laki-laki, lahir tanggal 19 april 2015 pukul 09.20 WITA, dengan spontan, letak belakang 1

description

Pediatric

Transcript of IKterus

Page 1: IKterus

OMPHALITIS

I. PENDAHULUAN

II. KASUS

a. Identitas

Nama : By. FA

Jenis kelamin : Laki-laki

Tanggal lahir : 19 april 2015

Tanggal masuk : 29 Mei 2015

b. Anamnesis

Bayi laki-laki usia 40 hari masuk rumah sakit dengan keluhan perut

kembung. Menurut orang tua bayi keluahan ini disadari sejak 2 hari sebelum

masuk rumah sakit. Muntah 1 kali pada hari rabu, muntahan berupa susu yang

diminum. Buang air besar dan buang air kecil biasa. Menurut orang tua bayi,

sejak 2 hari terakhir bayi tampak kurang aktif, dan malas minum. Demam (-),

kejang (-), batuk (-), flu (-), sianosis (-).

Bayi laki-laki, lahir tanggal 19 april 2015 pukul 09.20 WITA, dengan

spontan, letak belakang kepala dengan metode persalinan normal di RSUD

Undata Palu. Air ketuban warna putih keruh. Bayi lahir langsung menangis

dengan gerakan aktif. Berat badan bayi baru lahir yaitu 1700 gram, panjang

badan bayi baru lahir yaitu 41 cm.

Riwayat kehamilan ibu G5P5A0. Usia ibu 35 tahun. Menurut ibu bayi

lahir lebih cepat 3 minggu dari prediksi dokter. Saat hamil ibu rutin

melakukan antenatal care. Ibu tidak pernah sakit ataupun mengkonsumsi

obat-obatan saat hamil. Ibu tidak ada riwayat hipertensi maupun diabetes

mellitus. Selama hamil ibu melakukan aktivitas berat (berdagang dipasar dari

1

Page 2: IKterus

pagi hingga sore hari) Keempat anak sebelunya tidak ada yang mengalami

berat badan lahir rendah.

c. PEMERIKSAAN FISIK

Tanda-tanda vital

Denyut jantung: 134 kali/menit, suhu: 35,4 oC, respirasi: 57 kali/menit, CRT: < 2

detik.

Antropometri

Berat Badan: 1600 gram, panjang Badan: 46 cm, lingkar kepala: 32 cm, lingkar

dada: 35 cm, lingkar perut : 37 cm, lingkar lengan: 9 cm.

Sistem neurologi :

Aktivitas: kurang aktif, kesadaran: compos mentis, fontanela: datar, sutura:

memisah, refleks cahaya: ada, kejang: tidak ada, tonus otot: normal.

Sistem pernapasan

Sianosis: tidak ada sianosis, merintih: tidak ada, apnea: tidak ada, retraksi dinding

dada: tidak ada, pergerakan dinding dada: simetris bilateral, cuping hidung: tidak

ada, bunyi pernapasan: bronkovesikular (+/+), bunyi tambahan: wheezing (-/-),

ronki(-/-).

Skor DOWNES

Frekuensi Napas: 0, merintih: 0, sianosis: 0, retraksi: 0, udara masuk: 0. total skor:

0 (tidak ada gawat napas). WHO: tidak ada gangguan napas

Sistem hematologi :

Pucat: tidak ada, ikterus: tidak ada.

Sistem kardiovaskuler

2

Page 3: IKterus

Bunyi jantung: bunyi jantung SI dan SII murni reguler, murmur: tidak ada

Sistem Gastrointestinal

Kelainan dinding abdomen: abdomen tampak cembung, hipertimpani, muntah:

tidak ada, diare: tidak ada, residu lambung: tidak ada, organomegali: tidak ada,

peristaltik: positif, kesan normal. Umbilikus: pus: tidak ada, kemerahan: ada,

edema: tidak ada.

Sistem Genitalia.

Anus imperforata : tidak ada, hipospadia: tidak ada, hidrokel: tidak ada, hernia:

tidak ada, testis: normal

Pemeriksaan lain :

Ekstremitas: Akral hangat, ekstremitas atas dan bawah lengkap, turgor: baik,

trauma lahir: tidak ada, kelainan kongenital: tidak ada

3

Page 4: IKterus

Menurut kurva diatas, didapatkan bahwa bayi tergolong bayi cukup bulan

dengan kecil masa kehamilan (KMK)

Kategori Sepsis Neonatorum

Kategori A : suhu tidak normal,

Kategori B : aktivitas berkuang, perut kembung, tamda-tanda muncul

sesudah hari ke 4, gangguan minum.

Kesimpulan : tidak sepsis.

III. RESUME :

Bayi laki-laki usia 40 hari masuk rumah sakit dengan keluhan perut

kembung. Menurut orang tua bayi keluahan ini disadari sejak 2 hari sebelum

masuk rumah sakit. Muntah 1 kali pada hari rabu, muntahan berupa susu yang

diminum. Buang air besar dan buang air kecil biasa. Menurut orang tua bayi,

sejak 2 hari terakhir bayi tampak kurang aktif, dan malas minum.

Bayi laki-laki, lahir tanggal 19 april 2015 pukul 09.20 WITA, dengan

spontan, letak belakang kepala dengan metode persalinan normal di RSUD

Undata Palu. Air ketuban warna putih keruh. Bayi lahir langsung menangis

dengan gerakan aktif. Berat badan bayi baru lahir yaitu 1700 gram, panjang

badan bayi baru lahir yaitu 41 cm.

Riwayat kehamilan ibu G5P5A0. Usia ibu 35 tahun. Menurut ibu bayi

lahir lebih cepat 2 minggu dari prediksi dokter. Saat hamil ibu rutin melakukan

antenatal care. Ibu tidak pernah sakit ataupun mengkonsumsi obat-obatan saat

hamil. Ibu tidak ada riwayat hipertensi maupun diabetes mellitus. Selama hamil

ibu melakukan aktivitas berat (berdagang dipasar dari pagi hingga sore hari)

Keempat anak sebelunya tidak ada yang mengalami berat badan lahir rendah.

Hasil pemeriksaan fisik pada bayi yaitu denyut jantung 142 x/menit,

respirasi 43x/menit, suhu 37oC. Berat badan 3900 gram, panjang badan 53,5cm,

lingkar kepala 37 cm. Sistem pernapasan: sianosis (-), merintih (-), apnea (-),

4

Page 5: IKterus

retraksi dinding dada (-), pergerakan dinding dada simetris bilateral, pernapasan

cuping hidung (-), stridor (-), bunyi napas bronkovesikular (+/+), bunyi

tambahan wheezing (-/-), ronki (-/-). Total skor DOWNE yaitu 0 (frekuensi

napas 0, retraksi 0, sianosis 0, udara masuk 0, merintih 0), dengan interpretasi

tidak ada gawat napas. Sistem kardiovaskular: bunyi jantung I/II murni reguler,

murmur (-). Sistem hematologi: pucat (-), ikterus (-). Sistem gastrointestinal:

kelainan dinding abdomen (-); muntah (-); diare (-); residu lambung (-);

organomegali (-); bising usus (+) kesan normal; umbilikus keluaran (-), warna

kemerahan (+), edema (-). Sistem saraf: aktivitas aktif, kesadaran compos

mentis, fontanela datar, sutura belum menutup, kejang (-), tonus otot eutrofi.

Sistem genitalia anus imperforata (-), hipospadia (-), hidrokel (-), hernia (-),

testis normal. Pemeriksaan lain: ekstremitas lengkap, akral hangat, turgor baik,

kelainan kongenital (-), trauma lahir (-). Kategori sepsis A tidak ada dan

kategori sepsis B yaitu malas minum sehingga interpretasinya yaitu tidak

sepsis.

IV. DIAGNOSIS :

Bayi aterm (besar masa kehamilan) + omphalitis + moniliasis

V. PENATALAKSANAAN :

- Amoxycilin 3x50 mg

- Paracetamol drops 3x0,4 cc (jika demam)

- Candistatin drops 4x0,5 cc

- Rawat tali pusat: 1 tetes povidone iodine

- ASI on demand

VI. ANJURAN PEMERIKSAAN:

Pemeriksaan Darah Rutin

Kultur

5

Page 6: IKterus

VII. DISKUSI

Diagnosa pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan penunjang.

Omphalitis didefinisikan sebagai infeksi umbilikus, khususnya di pangkal

tali pusat pada bayi. Ini terutama dipengaruhi oleh kombinasi infeksi pangkal

tali pusat dan penurunan imunitas sehingga memberikan peluang untuk infeksi.4

Sekitar tiga perempat dari kasus omphalitis berasal dari polymicrobial.

Bakteri aerob terjadi sekitar 85% dari infeksi, didominasi oleh Staphylococcus

aureus, Streptococcus grup A, Escherichia coli, dan Proteus mirabilis.5

Tali pusat menghubungkan janin ke ibu di dalam uterus. Tali pusat terdiri

dari jaringan ikat dan pembuluh darah. Tali pusat dipotong segera setelah lahir,

sehingga meninggalkan pangkal tali pusat. Di daerah tali pusat dapat terjadi

kolonisasi bakteri patogen selama atau segera setelah lahir. Bakteri ini menarik

leukosit polimorfonuklear ke tali pusat. Pangkal tali pusat yang mengalami luka

menyediakan media yang mendukung pertumbuhan bakteri. Bakteri ini

memiliki potensi untuk menyerang pangkal tali pusat, menyebabkan omphalitis.

Jika ini terjadi, infeksi dapat berlanjut di luar jaringan subkutan melibatkan area

fasia (necrotizing fasciitis), dinding abdomen otot (myonecrosis), dan, ketika

bakteri menyerang pembuluh umbilikalis dan vena portal (flebitis). 5

Tanda-tanda fisik bervariasi dengan luasnya penyakit. Tanda-tanda

infeksi lokal meliputi:

a. Discharge purulen atau discharge berbau busuk dari pangkal tali pusat

b. Eritema periumbilikalis

c. Edema

d. Nyeri tekan.5

Pada kasus ini, pasien memiliki tanda-tanda yaitu adanya eritema

periumbilikalis dan berbau busuk, namun tidak memiliki tanda-tanda adanya

discharge purulen, dan edema.

6

Page 7: IKterus

Derajat omphalitis berdasarkan keparahannya yaitu:

a. Ringan

Kemerahan meluas ke pangkal tali pusat tapi <2 cm dari dinding perut sekitar

tali pusat pangkal yang terlibat. Tidak ada discharge purulen

b. Menengah

Kemerahan di sekitar pangkal tali pusat <2 cm, terdapat discharge purulen,

atau hanya terdapat discharge purulen sendiri tanpa kemerahan.

c. Parah

Kemerahan di sekitar pangkal tali pusat dengan > 2 cm meluas ke dinding

perut, dan / atau pembengkakan di sekitar umbilikus. Dengan atau tanpa

discharge purulen.6

Pada kasus ini, pasien memiliki tanda-tanda yaitu adanya kemerahan di sekitar

pangkal tali pusat < 2 cm dari dinding perut tanpa adanya discharge purulen

maupun pembengkakan di sekitar umbilikus. Jadi, pasien ini dapat digolongkan

pada omphalitis derajat ringan.

Suatu spesimen mikrobiologi dari umbilikus dikirim untuk kultur bakteri

aerobik dan anaerobik. Hitung darah dengan diferensial untuk jumlah sel putih

bisa menunjukkan neutrophilia (atau kadang-kadang sebuah neutropenia).

Investigasi lainnya yang diperlukan baik untuk menyingkirkan diagnosis

banding lain atau untuk mendiagnosa komplikasi. Pemeriksaan lainnya adalah

sebagai berikut:

a. Radiograf polos abdomen berguna jika dicurigai necrotising enterocolitis.

Selain itu, dapat mengungkapkan gas intraperitoneal pada mereka dengan

peritonitis (yang disebabkan oleh bakteri yang menghasilkan gas). Beberapa

jumlah cairan dapat menunjukkan obstruksi adhesi tetapi juga dapat hadir

dalam ileus sederhana. Gas dapat hadir dalam jaringan subkutan dari dinding

perut ketika infeksi klostridium terlibat.

b. USG abdomen berguna dalam pencitraan dinding perut jika kista diduga. Hal

ini membantu dalam diagnosis intraperitoneal, retroperitoneal, dan abses hati.

7

Page 8: IKterus

c. Sebuah fistulogram diindikasikan jika ditemukan koneksi fistula ke umbilikus.

Ini akan membantu menentukan anatomi dari vitello-usus atau urachal yang

tersisa.5

Pada kasus ini, pasien belum sempat dilakukan pemeriksaan penunjang.

Pengobatan kasus tanpa komplikasi membutuhkan terapi antibiotik yang

segera. Antibiotik adalah pengobatan andalan dari omphalitis. Antibiotik secara

spesifik aktif melawan Staphylococcus aureus. Lama pengobatan biasanya

selama 10-14 hari. Suatu terapi antibiotik singkat 7 hari cukup untuk tanpa

komplikasi omphalitis.4 Amoksisilin oral sangat efektif terhadap Streptococcus

spp. dan beberapa basil gram-negatif dan memiliki catatan keamanan yang

sangat baik.7 Pada kasus ini, pasien diberikan terapi amoxycilin.

Turunan alkohol terutama digunakan untuk antiseptik pada pembedahan

dan kulit, contoh: etanol dan isopropyl alkohol, pengawet, contoh: benzil

alkohol, fenetil alkohol dan klor butane. Turunan alkohol dapat menghambat

sistem fosforilasi dan efeknya terlihat jelas pada mitokondria, yaitu terjadi

hubungan substrat-nikotinamid adenin dinukleotida (NAD) yang dapat

menimbulkan denaturasi protein sel bakteri. Di beberapa rumah sakit, alkohol

70% digunakan dalam perawatan tali pusat untuk mencegah infeksi. Alkohol

tersebut diusapkan pada tali pusat yang telah dipotong dan kulit sekitarnya

sampai tali pusat lepas. Dengan cara tersebut tali pusat menjadi kering tetapi

pelepasannya akan lebih lambat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian di

Kanada yang menunjukkan bahwa dengan alkohol tali pusat akan lepas dalam

waktu ± 10 hari, sedangkan tali pusat yang dirawat tanpa antiseptik

memerlukan waktu ± 8 hari.8

Pada konsentrasi 10%, povidone-iodin yang biasanya digunakan pada

luka, membran mukosa dan kulit sebelum operasi, dapat membunuh bakteri

gram positif dan gram negatif (termasuk organisme yang resisten terhadap

antibiotik), jamur/ragi, virus dan protozoa. Povidone-iodine 10% diusapkan

pada tali pusat yang telah dipotong dan kulit sekitarnya sampai tali pusat

8

Page 9: IKterus

tersebut lepas. Ternyata dengan cara ini pertumbuhan dari bakteri

Staphylococcus, E. coli dan bakteri gram negatif lain dapat dihambat dan

pelepasan tali pusat menjadi lebih cepat. Pada umumnya povidone-iodine dapat

diterima tubuh dengan baik walaupun kadang-kadang dapat menimbulkan

rangsangan lokal atau reaksi alergi.8 Pada kasus ini, pada pasien dilakukan

perawatan tali pusat dengan menggunakan larutan povidone iodine untuk

menghambat pertumbuhan bakteri.

Omphalitis tanpa komplikasi yang segera diobati biasanya sembuh tanpa

morbiditas yang serius. Namun, ketika presentasi dan pengobatan ditunda,

angka kematian bisa tinggi, mencapai 7-15%. 4

9

Page 10: IKterus

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial.

Jakarta: Departemen Kesehatan.

2. Karumbi, J. et al. 2013. Umbilical Cord Care. [cited 2015 Mei 27]; 32(1): 78.

Diakses dari: http://www.uonbi.ac.ke/mnguti/files/karumbi_et_al__2013

3. Jasim, H. S. et al. 2013. Neonatal Omphalitis in Iraq. [cited 2015 Mei 27]; 5(5):

44. Diakses dari: http://www.iosrjournals.org,iosr-jac,papers,vol5-

issue5,H0554447

4. Bugaje M. A. et al. 2010. Omphalitis. [cited 2015 Mei 27]; 5(5): 124, 127.

Diakses dari:

http://www.global-help.org/publications/books/help_pedsurgeryafrica20

5. Gallagher, P. G. et al. 2014. Omphalitis. Medscape (serial online). Diakses

dari:http//www.emedicine.medscape.com/article/975422-overview#showall

6. Mir, F. et al. 2011. Incidence and etiology of omphalitis in Pakistan: a

community-based cohort study. [cited 2015 Mei 12]; 5(12): 829. Diakses

dari:http//www.jidc.org/index.php/journal/article/viewFile/22169780/636

7. Edmond, K. & Zaidi, A. 2010. New Approaches to Preventing, Diagnosing, and

Treating Neonatal Sepsis. [cited 2015 Mei 12]; 7(3): 6. Diakses dari:

http://www.plosmedicine.org/article/fetchObject.action?uri=info:doi/10.1371/

journal.pmed.1000213&representation=PDF

8. Yunanto, A. et al. 2005. Peran Alkohol 70%, Povidon-Iodine 10% dan Kasa

Kering Steril dalam Pencegahan Infeksi pada Perawatan Tali Pusat. [cited 2015

Mei 12]; 7(2): 60-61. Diakses dari: http://www.saripediatri.idai.or.id/pdfile/7-2-1

10