III. Hasil Dan Pembahasan Print

32
III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PTPN IX Banaran 1. Profil Perusahaan a. Keadaan Umum PT Perkebunan Nusantara atau PTPN IX adalah perusahaan perkebunan dan merupakan penggabungan dari PT Perkebunan XVIII (persero) di Semarang (yang mengelolan komoditi karet, teh kopi dan kakao) dan PT Perkebunan XV-XVI di Surakarta (yang mengelola komoditi gula dan tetes). Pabrik kopi di banaran sendiri dikhususkan untuk mengolah buah kopi jenis robusta dengan target pasar utama adalah pasar ekspor. PTPN IX Banaran juga memiliki beberapa usaha sampingan, seperti Banaran Coffee and Tea dan Agrowisata “Kampoeng Kopi Banaran”. Lokasi Banaran Coffee and Tea sama dengan lokasi pabrik pengolahan buah kopi menjadi biji kopi. Para pengunjung dapat meninkmati kopi yang baru saja di olah dan dapat pula membeli buah tangan langsung dari pabriknya. “Kampoeng Kopi Banaran” merupakan alternatif wisata edukatif dimana para pengunjung dapat melihat langsung proses pembuatan kopi bubuk dan menikmatinya. Para pengunjung juga dapat mencoba berbagai wahana outbond. b. Kondisi Wilayah Perusahaan 10

Transcript of III. Hasil Dan Pembahasan Print

Page 1: III. Hasil Dan Pembahasan Print

III.HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PTPN IX Banaran

1. Profil Perusahaan

a. Keadaan Umum

PT Perkebunan Nusantara atau PTPN IX adalah perusahaan

perkebunan dan merupakan penggabungan dari PT Perkebunan XVIII

(persero) di Semarang (yang mengelolan komoditi karet, teh kopi dan

kakao) dan PT Perkebunan XV-XVI di Surakarta (yang mengelola

komoditi gula dan tetes). Pabrik kopi di banaran sendiri dikhususkan

untuk mengolah buah kopi jenis robusta dengan target pasar utama

adalah pasar ekspor. PTPN IX Banaran juga memiliki beberapa usaha

sampingan, seperti Banaran Coffee and Tea dan Agrowisata “Kampoeng

Kopi Banaran”. Lokasi Banaran Coffee and Tea sama dengan lokasi

pabrik pengolahan buah kopi menjadi biji kopi. Para pengunjung dapat

meninkmati kopi yang baru saja di olah dan dapat pula membeli buah

tangan langsung dari pabriknya. “Kampoeng Kopi Banaran” merupakan

alternatif wisata edukatif dimana para pengunjung dapat melihat

langsung proses pembuatan kopi bubuk dan menikmatinya. Para

pengunjung juga dapat mencoba berbagai wahana outbond.

b. Kondisi Wilayah Perusahaan

Pabrik kopi PTPN IX Banaran berlokasi di Dusun Banaran, Desa

Gemawang, Kec. Jambu, Kab. Semarang. Lokasi perkebunan kopi yang

dimiliki PTPN IX Banaran atau kebun Getas berada tidak jauh dari

pabrik yaitu sekitar 5 km. Secara astronomis letak geografis kabupaten

Semarang berada di antara 110°14’54,7” - 10°39’33,3” Bujur Timur dan

7°3’57” - 7°30’00” Lintang Selatan. Secara umum, Kebun Getas atau

Assinan atau Banaran berada pada ketinggian antara 300 - 800 meter dpl

dengan topografi datar sampai bergelombang dan sedikit berbukit.

PTPN IX (Persero) Kebun Getas atau Assinan atau Banaran

sebagai bagian usaha dari PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) Divisi

10

Page 2: III. Hasil Dan Pembahasan Print

11

Tanaman Tahunan dengan komoditas utama tanaman karet, kopi, tebu,

dan agrowisata. Lokasi PTPN IX (Persero) Kebun Getas atau Assinan

berbatasan dengan beberapa daerah yaitu

Utara : Kodya Semarang

Selatan : Kabupaten Magelang

Timur : Kabupaten Boyolali

Barat : Kabupaten Temanggung

c. Sejarah Perusahaan

PTPN IX Kebun Getas, Salatiga merupakan gabungan dari dua

kebun yang semula berdiri sendiri yaitu, Kebun Getas dengan budiddaya

karet dan Kebun Assinan atau banaran yang awalnya membudidayakan

kopi dan kakao. Kebun Getas sendiri didirikan sejak tahun 1896 yang

dikelola oleh FA. HG. Th. Crone yang berkedudukan di Amsterdam,

Belanda dengan nama CO Getas (Culture Onderneming Getas) dan

berkantor pusat di Semarang. Sedangkan kebun Banaran didirikan pada

tahun 1905 oleh NV. Semadmij dengan nama CO Banaran. Tahun 1950

kedua kebun tersebut digabung dengan naman Kebun Getas/ Assinan

(CO Getas Assinan). Pada tanggal 10 November 1957, Kebun

Getas/Assinan diambil alih oleh Pemerintah RI berdasarkan surat nomor:

Kpts-PM/0073/12/1957 dari Panglima Teritorial & Teritorium IV,

Diponegoro, Selaku Penguasa Militer dibawah pimpinan Kolonel

Sorharto.

Setelah penggabungan tersebut, pada tahun 1969 dilakukan

perubahan kembali terhadap CO Getas-Assinan menjadi PN Perkebunan

XVIII Kebun Getas Salatiga dan PN Perkebunan XVIII Kebun Assinan/

Banaran Ambarawa. Pada tahun 1973 diadakan pengalihan bentuk

perusahaan dari Perusahaan Negara Perkebunan XVIII menjadi PT.

Perkebunan XVIII (Persero) yang berdasar pada akta notaris di Jakarta

Nomor 98 tahun 1973 tanggal 31 Juli 1973. Berdasar Surat Keputusan

Direktur Utama PT. Perkebunan XVIII (Persero) Nomor : XVIII / 14.1 /

KPTS / 366 / VI / 1982 tanggal 05 Agustus 1982, Kebun Getas dan

Page 3: III. Hasil Dan Pembahasan Print

12

Kebun Assinan / Banaran digabung (regrouping) sampai sekarang. Pada

tahun 1996, tepatnya Tanggal 11 Maret 1996 PT. Perkebunan XVIII

(Persero) digabung dengan PT. Perkebunan XV – XVI ( Persero) diganti

nama PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) yang berkantor Pusat di

Semarang.

d. Visi dan Misi

PTP Nusantara IX (Persero) Kebun Getas – Salatiga, memiliki

Visi dan Misi sebagai berikut,

Visi : Menjadi perusahaan agrobisnis dan agroindustri yang berdaya

saing tinggi dan tumbuh berkembang bersama mitra.

Misi :

1) Memproduksi dan memasarkan produk karet, teh, kopi, kakao, gula

dan tetes ke pasar domestik dan internasional secara profesional

untuk menghasilkan pertumbuhan laba (profit growth).

2) Menggunakan teknologi yang menghasilkan produk bernilai

(delivery value) yang dikehendaki pasar dengan proses produksi

yang ramah lingkungan.

3) Meningkatkan kesejahteraan karyawan, menciptakan lingkungan

kerja yang sehat serta menyelenggarakan pelatihan guna menjaga

motivasi karyawan dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja.

4) Mengembangkan produk hilir, agrowisata, dan usaha lainnya untuk

mendukung kinerja perusahaan.

5) Membangun sinergi dengan mitra usaha strategis dan masyarakat

lingkungan usaha untuk mewujudkan kesejahteraan bersama.

6) Bersama petani tebu mendukung program pemerintah dalam

pemenuhan kebutuhan gula nasional.

7) Memberdayakan seluruh sumber daya perusahaan dan potensi

lingkungan guna mendukung pembangunan ekonomi nasional

melalui penciptaan lapangan kerja.

Page 4: III. Hasil Dan Pembahasan Print

13

8) Melaksanakan Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL)

sebagai wujud kepedulian dan tanggung jawab sosial terhadap

kesejahteraan masyarakat di sekitar lokasi perusahaan.

9) Menjaga kelestarian lingkungan melalui pemeliharaan tanaman dan

peningkatan kesuburan tanah.

e. Proses Produksi

PTPN IX Banaran hanya mengolah biji kopi jenis robusta. Proses

pengolahan dimulai dengan memanen buah kopi yang masak dipohon.

Setiap satu gerombol buah kopi ada yang sudah masak yaitu yang

berwarna merah dan ada pula yang masih hijau atau belum masak. Para

pemetik buah kopi memetik buah yang berwarna merah dan hijau dengan

tujuan agar dapat memenuhi target giling mesin. Hasil buah yang dipetik,

selanjutnya dikumpulkan ke TPH (Tempat Pengumpulan hasil) untuk

dilakukann pemisahan antara buah merah dan buah hijau. Pemisahan ini

harus dilakukan karena proses pengolahan antara buah kopi merah dan

hijau berbeda. Proses Pengolahan Buah kopi yang berwarna merah

disebut RWP (Robusta Wet Process) dan pengolahan buah kopi yang

berwarna hijau disebut (Robusta Dry Process).

Proses RWP dimulai dengan memasukkan buah kopi berwana

merah kedalam bak penampungan yang memiliki kapasitas sekitar + 70

Ton. Buah kopi selanjutnya dalirkan melalui kanal air dan ditampung di

Bak syphon. Bak syphon merupakan bak penampung air berbentuk

geometris dan lantai dasar kerucut. Bak syphon berfungsi unutk

memisahkan antara buah kopi yang superior dan inferior. Buah kopi

superior adalah buah yang tenggelam, sedangkan buah yang inferior

adalah buah yang mengapung diair. Pemisahan ini berkaitan dengan jenis

mutu buah kopi, sehingga masing-masing dikeluarkan dari Bak syphon

dengan saluran yang berbeda. buah yang telah dipisahkan tersebut,

selanjutnya dimasukkan kedalam mesin Raung Pulper. Buah Kopi

dipisahkan antara kulit buah dan biji oleh mesin Raung Pulper.

Page 5: III. Hasil Dan Pembahasan Print

14

Biji kopi yang telah terpisah dari kulit buah, selanjutnya masuk

kedalam proses penuntasan dengan pencucian. Proses pencucian

dilakukan di kanal besar. Tahap selanjutnya setelah pencucian adalah

pengeringan untuk mengurangi kadar air biji kopi. Proses ini akan

menentukan cita rasa seduhan akhir kopi. Proses pengeringan ini dapat

dilakukan secara manual maupun mekanik menggunakan mesin masson.

Biji kopi yang sudah kering, kemudian masuk ke tahap pemisahan kulit

tanduk yang menempel pada biji menggunakan mesin border kering atau

huller. Tahap selanjutnya adalah sortasi yang bertujuan untuk

mengelompokkan biji kopi yang utuh dengan biji kopi yang berlubang

dan tidak utuh. Proses sortasi ini dilakukan secara manual oleh para

pekerja wanita. Tahap akhir dari proses RWP adalah biji kopi adalah

ayak LMS. Proses ini bertujuan untuk mengklasifikasikan biji kopi

berdasarkan ukurannya. Proses pengolahan Robusta Wet Process (RWP)

akan menghasilkan beberapa grade biji kopi berdasarkan ukuran dan

warnanya yaitu RWP 1atauL, RWP 1/S, RWP 4/M, RWP 4/S dan RWP

lokal.

Proses peongolahan RDP dimulai dengan menjemur biji pada

lantai penjemuran dengan mengandalkan energi matahari. Tahapan

proses RDP tidak melewati tahap pada Bak syphon, Raung pulper dan

penuntasan. Buah kopi hijau tidak melewati raung pulper dikarenakan

kulitnya masih terlalu keras, sehingga belum bisa dipisahkan. Proses

RDP setelah dari lantai penjemuran langsung masuk ke proses

pengeringan, dan selanjutnya prosesnya sama seperti pada RWP.

Terdapat perbedaan pada proses ayak diamana pada RDP pengayakan

hanya dilakukan untuk memperoleh mutu L dan S aja.

Beberapa grade yang diperoleh dari RWP dan RDP, selanjutnya

biji-biji kopi dimasukkan ke dalam karung, sebelum memasukki tahap

penggudangan. Biji-biji yang telah diamsukkan siap diletakkan kedalam

gudang MK. Pada proses penyimpanan, terdapat kendala didalamnya

yaitu penyimpanan yang lebih dari 1 tahun akan menyebabkan kadar air

Page 6: III. Hasil Dan Pembahasan Print

15

biji kopi meningkat, tetapi biasanya tidak sampai setahun biji yang ada

digudang sudah di ekspor. Proses selanjutnya adalah blanding,

pengepakan dan pengiriman. Sebagian besar kopi yang diolah PTPN IX

Banaran diperuntukkan untuk pasar Ekspor terutama grade L1, dan hanya

sebagian kecil yang dipasarkan di dalam negeri. Biasanya kopi dalam

negeri dijual dalam bentuk bubuk, sehingga pada lokasi yang sama

terdapat pabrik pengolahan kopi bubuk. Diagram proses pengolahan kopi

robusta dapat dilihat pada gambar 3.1.

Page 7: III. Hasil Dan Pembahasan Print

Pengepakan

Buah Masak Pohon

Panen

Sortasi Buah

Bak Penerimaan

Pengeringan

Penuntasan

Raung Pulper

Bak Syphon

Border Kering

Merah(RWP / Robusta Wet Proces)

Hijau(RDP/ Robusta Dry Proces)

Lantai Penjemuran

Pengeringan

Border Kering

Pengrebusan

Sortasi nilai CCT

Ayak LMS

Pengrebusan

Sortasi nilai CCT

Ayak LS

Gudang MK

Blending

Pengiriman

16

Gambar 3.1 Diagram Pengolahan Kopi di PTPN IX Banaran

Page 8: III. Hasil Dan Pembahasan Print

17

2. Perencanaan Proses Produksi di PTPN IX Banaran

a. Pemilihan Teknologi dalam Produksi

Buah kopi yang digunakan untuk proses produksi adalah buah

kopi yang masak di pohon. Buah yang sudah masak ditandai dengan

warna buah yang merah. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga

borongan dan upahnya per kilogram sehingga terkadang ada kopi yang

masih hijau tetapi sudah dipetik. Hal tersebut merupakan alasan mengapa

dilakukan sortasi buah kopi hasil panen di TPH (Tempat Penampungan

Hasil). Buah kopi merah dan buah kopi hijau dipisahkan di TPH karena

proses pengolahannya nanti berbeda. Kopi yang sudah merah diproses

dengan metode Robusta Wet Process sedangkan kopi yang masih hijau

diproses dengan metode Robusta Dry Process.

Kopi merah hasil panen ditampung di bak penerimaan yang

kapasitasnya 70 ton. Kopi lalu dialirkan ke bak syphon. Bak syphon

merupakan tempat dipisahkannya kopi antara yang superior dengan yang

inferior. Kopi dengan kualitas superior akan tenggelam ketika berada

dalam bak syphon dan kopi dengan kualitas inferior akan terapung.

Setelah dipisahkan di bak syphon, kopi kemudian masuk ke mesin raung

pulper. Fungsi mesin ini adalah untuk memisahkan kulit dengan biji

kopinya. Setelah kemudian dituntaskan, biji kopi dikeringkan.

Pengeringan terdiri dari dua jenis yaitu manual dan mekanik.

Pengeringan secara manual dilakukan dengan bantuan vis dryer yang

berkapasitas masing-masing 15 ton, 18 ton, dan 7 ton. Pengeringan

secara mekanik dengan menggunakan mesin masson yang berkapasitas

15 ton. PTPN IX Banaran memiliki 3 buah mesin masson. Proses

pengeringan yang sudah selesai dilanjutkan dengan melakukan

penggerbusan dengan mesin huller. Fungsi huller yaitu untuk

memisahkan biji kopi dengan kulit tanduknya. Biji kopi yang sudah

bersih lalu disortasi nilai CCT-nya utuk kemudian diayak. Ayakan untuk

kopi merah terdiri dari tiga ukuran yaitu L, M, dan S.

Page 9: III. Hasil Dan Pembahasan Print

18

Kopi hijau yang tidak sengaja terpetik ketika panen, dijemur di

lantai penjemuran hingga kering. Sinar matahari saja tidak cukup untuk

mengeringkan kopi sehingga kadar air dalam kopi masih cukup tinggi

dan belum sesuai standar. Kopi hijau yang sudah dijemur kemudian

dikeringkan lagi dengan vis dryer hingga kadar airnya tinggal 9-12%.

Setelah pengeringan, biji kopi hijau lalu mengalami proses yang sama

dengan biji kopi merah tadi. Bedanya, biji kopi hijau hanya diayak

dengan ukuran L dan S saja.

Setelah diayak, biji-biji kopi tersebut lalu dipak dalam karung

yang masing-masing beratnya 80 kilogram. Biji kopi lalu dimasukkan ke

dalam gudang MK. Dari gudang MK lalu dilakukan proses blending.

Kopi yang sudah di-blend lalu dipak lagi dengan berat yang berbeda

yaitu 60 kilogram per karung. Kopi sudah siap dikeluarkan dari gudang

untuk kemudian didistribusikan.

b. Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Proses Produksi

Perencanaan proses produksi tidak dilakukan begitu saja tanpa

adanya pertimbangan-pertimbangan tertentu. Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi perencanaan proses produksi. Perencanaan proses

produksi dipengaruhi oleh target RKP untuk musim panen mendatang.

Target RKP untuk tahun 2014 adalah 832 ton kering.

Perencanaan proses produksi dipengaruhi juga oleh lamanya

waktu proses produksi. Lamanya proses produksi di PTPN IX Banaran

tidak tetap. Proses produksi ditentukan oleh banyak sedikitnya hasil

panen pada tahun tersebut. Perlu adanya perencanaan proses produksi

yang teliti karena fluktuatifnya hasil panen yang menyebabkan perbedaan

lama proses produksi.

c. Sistem Perencanaan Proses Produksi

PTPN IX Banaran merupakan sebuah perusahaan yang mengolah

kopi robusta. Kebun kopi penyuplai bahan baku untuk PTPN IX berada

di Bawen. Sebelum melaksanakan proses produksi, dilakukan

perencanaan proses produksi agar proses produksi dapat berlangsung

Page 10: III. Hasil Dan Pembahasan Print

19

dengan baik dan efisien. Hal ini karena PTPN IX Banaran harus

memenuhi target RKP 832 ton kering untuk tahun 2014 mendatang.

Perencanaan proses produksi dimulai sejak panen raya selesai. Bahan

baku yang sudah selesai diolah akan membuat mesin-mesin mulai

berhenti beroperasi. Proses produksi untuk panen tahun depan mulai

direncanakan pada saat itu. Persiapannya dilakukan salah satunya dengan

mengecek mesin-mesin yang telah selesai beroperasi. Onderdil mesin

langsug diganti apabila ditemukan kerusakan pada mesin, agar mesin

siap untuk menghadapi musim panen di tahun berikutnya. Proses

produksi yang sudah direncanakan jauh-jauh hari tentu akan lebih baik

daripada proses produksi yang tidak direncanakan sebelumnya.

Perencanaan akan membuat proses produksi berjalan baik karena semua

telah dipersiapkan dan dalam kondisi optimal untuk beroperasi.

d. Hambatan dalam Perencanaan Proses Produksi

Perencanaan proses produksi tidak lepas dari hambatan-

hambatan. PTPN IX Banaran memiliki keharusan untuk memenuhi target

RKP. Sudah ditetapkan dalam target tersebut jumlah tertentu yang harus

dicapai oleh PTPN IX Banaran untuk musim panen tahun depan. Target

RKP yang tidak tercapai bisa menjadi hambatan bagi perencanaan proses

produksi.

Target RKP yang tidak terpenuhi untuk satu musim panen akan

menjadi pekerjaan rumah yang besar untuk musim panen tahun depan.

Target yang tidak terpenuhi bisa karena beberapa hal antara lain hasil

panen yang kurang baik atau produksi yang kurang terencana. PTPN IX

Banaran harus merencanakan proses produksi dengan sebaik-baiknya

agar kegagalan pemenuhan target tidak terulang lagi tahun depan.

B. PT Nissin Biscuit Indonesia

1. Profil Perusahaan

a. Keadaan Umum

PT Nissin Biscuit Indonesia merupakan perusahaan yang

bergerak di bidang makanan. Bersama dengan kelompok Khong Guan di

Page 11: III. Hasil Dan Pembahasan Print

20

Jakarta, perusahaan ini memiliki berbagai macam produk yang

berjumlah sekitar 400 varian produk. Produk-produk Nissin sudah

dipasarkan di berbagai wilayah, baik di dalam negeri maupun di luar

negeri. Produk Nissin dijual mulai dari toko kecil, toko kelontong,

minimarket, sampai supermarket atau hypermart. Produk Nissin telah

menjadi market leader untuk produk makanan berupa biscuit. Pabrik

Nissin terletak di Jl. Raya Semarang Salatiga Km. 23 Ungaran dan

berdiri di lahan dengan luas sekitar 8 hektar.

Letak pabrik Nissin ini di daerah kawasan industri yang berada

di Ungaran, kelebihannya pabrik ini memiliki akses transportasi yang

sangat mudah karena terletak di pinggir jalan raya Solo-Semarang,

selain itu letak pabrik juga dekat dengan air bersih serta belum adanya

perusahaan biscuit di daerah tersebut. Perusahaan memiliki inovasi yaitu

pembuatan café. Adanya lokasi yang di pinggir jalan raya membuat café

ini memilii lokasi yang strategis sehingga memungkinkan untuk menarik

konsumen dengan mudah. Perusahaan terletak di 1100 14’ 54,74” – 1100

39’ 3’’ Bujur Timur dan 70 3’ 57” – 70 30’ 0” Lintang Selatan.

Ketinggian dari lokasi pabrik ± 1000 mdpl. Rata-rata curah hujan di

daerah lokasi pabrik adalah 1979 ml dengan banyaknya hari hujan

adalah 104 hari.

b. Kondisi Wilayah Perusahaan

PT Nissin Biscuit Indonesia terletak di kota Ungaran yang

merupakan ibu kota kabupaten Semarang, tepatnya di Jl. Raya Semarang

Salatiga Km. 23 Ungaran. Pemilihan tempat praktikum Manajemen

Produksi dan Operasi di PT Nissin Biscuit Indonesia dikarenakan

perusahaan ini merupakan perusahaan yang menjadi market leader di

bidang makanan khususnya biscuit dan makanan kecil lainnya, selain itu

letak dari perusahaan yang sangat strategis sehingga akses untuk menuju

ke perusahaan sangatlah mudah. Wilayah Perusahaan PT Nissin Biscuit

Indonesia dibatasi oleh:

Page 12: III. Hasil Dan Pembahasan Print

21

Utara : Perusahaan Lain

Selatan : Jalan Raya Semarang salatiga

Timur : PT. Batamtex

Barat : PT. Pepsi Cola

Guna menunjang proses produksi, perusahaan Nissin memiliki

beberapa gedung utama. Gedung-gedung ini memiliki fungsi yang

berbeda-beda dan menjadi penting karena fungsi tersebut. Perlu ada

perawatan untuk membuat gedung beserta isinya tetap berfungsi

sebagaimana mestinya karena jika gedung-gedung ini mengalami

kerusakan atau ganguan maka akan menghambat atau mengganggu pula

proses produksi. Gedung-gedung utama yang terletak di perusahaan ini

antara lain:

1) Gudang bahan

Berfungsi sebagai ruangan untuk menyimpan bahan-bahan

yang akan digunakan untuk membuat biscuit. Bahan-bahan ini dibeli

dari distributor yang terdekat dengan lokasi pabrik.

2) Gedung produksi

Merupakan tempat untuk mengolah adonan dan memproduksi

biscuit. Terdapat beberapa alat yang membantu dalam proses produksi

seperti mixer, mesin penipis, mesin pemisah, mesin cutting, mesin

penambah rasa dan oven.

3) Ruang pengemasan

Digunakan untuk mengemas dan melakukan pengepakan

biscuit yang sudah jadi. Ruangan ini tertutup dansedikit lebih jauh

sekitar 20 meter dari ruang produksi. Terdapat AC di ruangan ini

untuk mengontrol suhu dan kelembapan ruangan sehinga tidak akan

mempengaruhi produk.

4) Ruang penjualan biskuit

Digunakan tempat untuk menjual produk Nissin secara

langsung. Tempat ini juga dijadikan sebagai café yang menyediakan

produk lainnya.

Page 13: III. Hasil Dan Pembahasan Print

22

5) Gedung kantor

Digunakan sebagai perkantoran, tempat manajer, direktur, dan

menerima tamu.

6) Tempat pengolahan limbah

Tempat ini terletak di bagian samping, yang berguna sebagai

tempat mengolah limbah sebelum dibuang ke lingkungan. Hal ini

untuk mengurangi kerugian yang diterima oleh lingkungan. Tempat

pengolahan ini dibagi menjadi dua, yaitu tempat pengolahan limbah

cair dengan sistem kolam dan pengolahan limbah padat dengan cara

dibakar.

7) Gudang penyimpanan

Gedung ini berfungsi untuk menyimpan bahan-bahan yang

digunakan untuk pengemasan biscuit dan juga sebagai tempat

penyimpanan barang jadi yang akan dikirim melalui truk dan mobil

bak.

8) Bengkel mesin

Tempat ini berfungsi sebagai tempat untuk memperbaiki

mesin-mesin yang tiba-tiba rusak dan juga untuk tempat mencoba

mesin baru yang baru dating.

c. Sejarah Perusahaan

PT Nissin Biscuit Indonesia pada awalnya mengajukan ijin untuk

mendirikan perusahaan di Surabaya pada tahun 1972 namun oleh pihak

yang berkaitan akhirnya pemberian ijin dilakukan di daerah Jawa Tengah

yang tepatnya terletak di Kota Ungaran. Hal ini ditetapkan dengan

pertimbangan lokasi yang strategis, dekat dengan sumber air, dan belum

adanya pabrik sejenis yaitu yang memproduksi biskuit. Akhirnya Nissin

melakukan komersialisasi pada tahun 1977. Terletak di Jl. Raya

Semarang Salatiga Km. 23 Ungaran, perusahaan ini pada awalnya

memproduksi makanan-makanan ringan yang memiliki cita rasa tinggi

yang sehat dan halal. PT Nissin Biscuit Indonesia bersama pabrik-pabrik

yang lainnya di bawah kelompok Khong Guan di Jakarta, mengawali

Page 14: III. Hasil Dan Pembahasan Print

23

kesuksesannya mulai dari memproduksi biskuit dengan kemasan kecil

sampai kemasan dengan besar berupa kaleng. Perusahaan ini memulai

produksinya dengan brand Butter Coconut, Frychip, Honey, Aynako, dan

Longer Stick. Seiring dengan berjalannya waktu dan adanya selera

masyarakat yang bervariasi maka PT Nissin Biscuit Indonesia

mengadakan diversifikasi produk seperti biskuit, kue, kerupuk makanan

ringan, dan wafer.

Adanya persaingan dengan industri makanan yang lain, PT Nissin

Biscuit Indonesia tidak pernah gagal dalam menghadapi kompetitornya

karena perusahaan ini mengaplikasikan teknologi yang tinggi. Teknologi

ini menjadi sebuah kelebihan atau keunggulan dari sebuah perusahaan

yang mengaplikasikannya, dengan teknologi yang diaplikasikan itulah

PT Nissin Biscuit Indonesia mampu menghasilkan produk-produk yang

berkualitas dan membantu perkembangan inovatif dari produk itu sendiri.

SDM serta tim penelitian dan pengembangan produk yang mendukung,

juga membuat PT Nissin Biscuit Indonesia saat ini tumbuh menjadi

perusahaan makanan yang memiliki merk Nissin yang memiliki

kedudukan tinggi baik di pasar Indonesia maupun beberapa negara. PT

Nissin Biscuit Indonesia selalu berpijak pada nilai-nilai tradisional

seperti kerja tim, pembalajaran berkesinambungan, dan pelayanan. Nilai-

nilai inilah yang menjadi kunci bagi perusahaan PT Nissin Biscuit

Indonesia dalam melayani konsumen lebih baik lagi.

d. Visi dan Misi

Visi dari PT Nissin Biscuit Indonesia adalah PT Nissin bertekad

menjadi produsen biscuit terbaik di Indonesia. Misi dari PT Nissin

Biscuit Indonesia adalah Memproduksi biscuit yang bergizi tinggi,

higienis, inovatif dan berkualitas dengan cita rasa tinggi serta terjamin

mutunya kepada pelanggan dengan cara terbaik yang dikembangkan oleh

SDM yang unggul dengan teknologi modern.

Page 15: III. Hasil Dan Pembahasan Print

24

e. Proses Produksi

Proses produksi di setiap perusahaan merupakan kegiatan yang

paling penting dan menentukan kualitas dari produk itu sendiri. Banyak

sekali usaha yang dilakukan untuk menjaga kualitas produk, termasuk di

Proses produksi pada PT Nissin Biscuit Indonesia. Perusahaan ini

melakukan quality control di setiap tahapan dari proses produksi. Proses

produksi yang dilakukan oleh PT Nissin Biscuit Indonesia antara lain:

1) Penerimaan Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan oleh PT Nissin Biscuit Indonesia

merupakan bahan-bahan yang berkualitas sehingga dalam memilih

supplier tidaklah main-main. Tentunya selain mampu menyediakan

bahan baku yang berkualitas, supplier dari perusahaan ini harus

mampu menyediakan bahan baku secara kontinyu. Perusahaan

melakukan quality control dengan menyortir bahan baku yang masuk

kemudian disimpan di dalam gudang penyimpanan bahan baku.

Pengaturan suhu dan peletakkan bahan baku dilakukan di dalam

gudang ini, hal ini bertujuan untuk membuat bahan baku tetap pada

kondisi yang baik sehingga nantinya akan menghasilkan produk yang

berkualitas pula.

2) Penimbang

Penimbangan iini dilakukan sebelum dilakukan mixing.

Perusahaan memiliki standar untuk setiap pembuatan adonan harus

menggunakan kompisisi tertentu untuk setiap bahan baku. Jumlah

atau komposisi ini;ah yang harus tetap dijaga dan diawasi agar

produk nantinya tidak memilki perbedaan baik bentuk fisik maupun

rasa dari produk.

3) Pengayakan, pencampuran bahan dengan langsung fermentasi

Pengayakan dilakukan sebagai bentuk quality control untuk

memastikan tidak adanya bahan-bahan yang tidak diperlukan masuk

dalam proses produksi. Kegiatan ini membuat bahan-bahan terutapa

tepung akan menjadi lembut tanpa gumpalan, hal ini akan

Page 16: III. Hasil Dan Pembahasan Print

25

berpengaruh pada tekstur dari produk yang dihasilkan. Setelah

pengayakan dilakukan maka proses selanjutnya adalah pencampuran

dengan bahan-bahan lain dan kemudian dilakukan fermentasi

4) Pencetakan adonan yang langsung dengan fermentasi

Beberapa produk perlu dilakukan pencetakan. Seperti produk

biscuit kaleng monde yang memilki bentuk yang berbea-beda dan

cukup unik dan khas. Quality control tetap dilakukan guna

menghindari adanya cacat pada produk.

5) Pemanggangan

Proses selanjutnya adalah pemanggangan. PT Nissin Biscuit

Indonesia sudah menggunakan teknologi yang cukup modern. Oven

yang digunakan adalah oven panjang dimana mekanismenya adalah

bahan yang sudah dicetak akan berjalan dalam oven yang panjang

tersebut. Meskipun menggunakan mesin yang sudah terpercaya

namun pengecekan oleh peugas tetap dilakukan.

6) Pemberian minyak dan bumbu

Pemberian minyak dan bumbu ini tentunya menggunakan

komposisi yang sudah ditentukan oleh perusahaan. Pemberian ini

bertujuan untuk menunjang rasa sehingga menjadi suatu yang khas

bagi produk itu sendiri.

7) Pendinginan bersamaan dengan pelapisan krim

Beberapa produk yang menggunakan krim sebagai menambah

citarasa, pemberian krim disaat produk dalam kondisi tidak panas.

Hal ini menghindari krim yang akan rusak jika terkena panas.

8) Pengepakan

Pengepakan dilaukan oleh karyawan perempuan, karena

peremouan dianggap memiliki tingkat ketelitian dan tingkat

kesabaran tyang lebih tinggi dibanding dengan karyawan laki-laki.

Proses pengepakan ini pada dasarnya tidak hanya membungkus

produk dalam suatu kemasan, namun juga dilakukan penyortiran

terhadap produk. Sebagai bentuk quality control, perusahaan

Page 17: III. Hasil Dan Pembahasan Print

26

meminimalisir produk cacat untuk keluar dari pabrik sehingga dalam

proses ini diperlukan karyawan yang memilki tingkat kesabaran dan

ketelitian yang tinggi.

9) Penggudangan

Produk akan dikemas dalam kemasan kecil, kemudian akan

dikemas lagi dalam bentuk kardus besar untuk memudahkan

pendistribusian. Sebelum dilakukan pendistribusian, setiap produk

akan disimpan dalam gudang terlebih dahulu. Hal ini dilakukan

karena dilakukan pengecekan kembali untuk menghindari barang

yang rendah kualitas keluar dari pabrik. Penyimpanan produk siap

distribusi ini dilakukan di gudang penyimpanan produk yang

didalamnya telah ditata dan diatur suhunya. Penataan ini dilakukan

untuk memudahkan karyawan yang hendak mengeluarkan produk

untuk diidstribusikan mudah sehingga efisien. Pengaturan suhu

bertujuan untuk membuat produk dalma keadaan baik.

Setiap kegiatan atau proses produksi dalam PT Nissin Biscuit

Indonesia dilakukan quality control karena perusahaan bertekad untuk

menjaga kualitas produk. Quality control yang dilakukan oleh

perusahaan ini pada dasarnya menjadi suatu kekuatan atau kelebihan

yang mungkin tidak dilakukan oleh perusahaan lain. Jika terdapat

perusahaan lain yang melakukannya juga namun belum tentu dilakukan

sebaik yang ada di PT Nissin Biscuit Indonesia. Secara jelas, proses

produksi di PT Nissin Biscuit Indonesia dapat dijelaskan dengan bagan

dibawah ini:

Page 18: III. Hasil Dan Pembahasan Print

Penerimaan bahan baku

Penimbang

Pengayakan

Pencampuran bahan dengan langsung fermentasi

Pencetakan adonan yang dengan langsung fermentasi

Pemanggangan

Pendinginan bersamaan dengan pelapisan krim

Pemberian minyak dan bumbu

Pengepakan Penggudangan

27

Gambar 3.2 Diagram Proses Produksi Produk di PT Nissin Biskuit Indonesia

Page 19: III. Hasil Dan Pembahasan Print

28

2. Penentuan Lokasi dan Fasilitas Produksi di PT Nissin Biscuit Indonesia

a. Desain Fasilitas dan Layout Untuk Produksi

PT. Nissin Biscuit Indonesia dalam menunjang proses produksi

terdapat fasilitas-fasilitas diantaranya mixer raksasa yang berjumlah 9

buah dan berkapasitas masing-masingnya 10 ton. Mixer tersebut

memiliki fungsi yang berbeda-beda diantaranya mixer yang digunakan

sebelum masuk ke proses pengovenan, selain itu terdapat mixer yang

digunakan sebelum masuk ke dalam proses fermentasi. Proses produksi

pada PT. Nissin Biscuit Indonesia untuk jenis cracker yaitu dimulai dari

proses mixing menggunakan mixer-mixer raksasa, setelah itu masuk pada

tahap pemotongan dan selanjutnya masuk ke mesin metal detector.

Tujuan masuknya cracker ke mesin metal detector yaitu untuk

mendeteksi apakah terdapat kandungan metal, apabila hasil produksi

mengandung metal maka akan dilakukan proses pembakaran. Quality

control terdapat pada bagian riset and development product.

Fasilitas lain yang terdapat di PT. Nissin Biscuit Indonesia yaitu

terdapat jalur khusus bagi pengunjung yang ingin melakukan kunjungan

ke dalam pabrik sehingga pengunjung tersebut tidak mengganggu proses

produksi. Fasilitas audio yang terdapat pada atap pabrik merupakan salah

satu fasilitas lain yang terdapat di PT. Nissin Biscuit Indonesia sehingga

pada saat adanya kunjungan, pengunjung dapat mendengar penjelasan

dari tour guide dengan jelas. Fasilitas lain yang ada di PT. Nissin Biscuit

Indonesia yaitu terdapat laboratorium yang digunakan oleh divisi Quality

Control untuk meneliti kualitas dari produksi yang dihasilkan. Bagi

pengunjung yang ingin membeli produk PT. Nissin Biscuit Indonesia,

tersedia factory outlet Nissin yang menjual berbagai macam jenis produk.

Factory outlet tersebut terletak di luar pabrik.

b. Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi dan Fasilitas Produksi

PT. Nissin Biscuit Indonesia terletak di Jalan Raya Semarang-

Salatiga KM 23 diatas lahan seluas 8 Ha. PT. Nissin Biscuit Indonesia

mulai beroperasi pada bulan Januari 1977. Lokasi pabrik yang terletak di

Page 20: III. Hasil Dan Pembahasan Print

29

pinggir jalan raya Semarang-Salatiga dan berada di kawasan industri

membuat PT. Nissin Biscuit Indonesia memudahkan dalam

mendistribusikan hasil produknya yang sebagian besar hasil produksinya

di distribusikan ke daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selain itu lokasi

PT. Nissin Biscuit Indonesia yang berada tidak jauh dari pemukiman

warga memudahkan Nissin dalam memperoleh tenaga kerja yang hampir

sebagian besar bertempat tinggal tidak jauh dari pabrik Nissin. Lokasi

pabrik yang berada di Salatiga membuat PT. Nissin Biscuit Indonesia

tidak sulit dalam memperoleh bahan baku karena bahan baku PT. Nissin

Biscuit Indonesia Tbk. berasal dari perusahaan yang lokasinya di sekitar

Salatiga. Salah satu perusahaan penyedia bahan baku yang digunakan

dalam proses produksi di PT. Nissin Biscuit Indonesia yaitu PT Sri Boga.

c. Metode dalam Penentuan Lokasi dan Fasilitas Produksi

Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi dan fasilitasi

produksi di PT. Nissin Biscuit Indonesia yaitu metode transportasi.

Metode transportasi merupakan suatu teknik riset operasi yang sangat

membantu dalam pembuatan keputusan-keputusan lokasi pabrik atau

gudang. Metode transportasi digunakan oleh PT. Nissin Biscuit Indonesia

karena perusahaan tersebut memiliki beberapa pabrik yang tersebar di

beberapa daerah di Indonesia. Metode transportasi dipilih agar

memudahkan perusahaan dalam memperkecil biaya transportasi atau

pengangkutan, sehingga apabila PT. Nissin Biscuit Indonesia Tbk.

mendapat pesanan dari daerah Jakarta maka perusahaan dapat

mendistribusikan produk dari pabrik PT. Nissin Biscuit Indonesia Tbk.

yang berada di Jakarta sehingga dapat memperkecil biaya transportasi

dalam pendistribusian dan pengangkutan.

d. Hambatan dalam Penentuan Lokasi dan Fasilitas Produksi

Dalam penentuan lokasi dan fasilitas produksi di PT. Nissin

Biscuit Indonesia tidak ditemukannya hambatan karena lokasi dan

fasilitas yang dimiliki PT. Nissin Biscuit Indonesia cukup baik. Lokasi

yang dipilih perusahaan ini sangat strategis karena terletak di pinggir

Page 21: III. Hasil Dan Pembahasan Print

30

jalan dan di kawasan industri, selain itu daerah Ungaran yang terletak di

tengah memudahkan PT. Nissin Biscuit Indonesia dalam memasarkan

produknya ke daerah di Jawa Tengah. Fasilitas produksi di PT. Nissin

Biscuit Indonesia sudah cukup baik karena peralatan dan mesin-mesin di

perusahaan sudah tergolong lengkap dan modern.