Makalah Gizi Kep III Siap Print
-
Upload
pandu-winata -
Category
Documents
-
view
32 -
download
4
Transcript of Makalah Gizi Kep III Siap Print
1
STATUS RESPONSI
ILMU KESEHATAN ANAK
RS DUSTIRA / FAKULTAS KEDOKTERAN UNJANI
ANAMNESIS ( Heteroanamnesis 05 Maret 2011 )
A. KETERANGAN UMUM
Nama Penderita : An. A
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 25 Agustus 2009
Umur : 18 bulan
Alamat : Sriwijaya 13 RT 06/ RW 08 Cimahi
AYAH : Nama : Tn. B
Umur : 32 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan : Rp.1.000.000,00/bulan
IBU : Nama : Ny. N
Umur : 30 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Penghasilan : -
Tgl. Masuk : 21 Febuari 2011
Tgl. Keluar : 07 Maret 2011
Tgl. Pemeriksaan : 05 Maret 2011
1
2
B. KELUHAN UTAMA :
Panas badan
C. ANAMNESIS KHUSUS :
Sejak 12 hari sebelum masuk rumah sakit, ibu pasien mengeluhkan pasien
mengalami panas badan. Keluhan panas badan dirasakan hilang timbul dan panas
badan dirasakan sama pagi dan malam hari.
D. ANAMNESIS UMUM :
Keluhan panas badan disertai dengan batuk sejak 7 hari sebelum masuk rumah
sakit. Keluhan panas badan disertai keringat malam dan disertai penurunan nafsu
makan dari biasanya. Penderita tidak mengalami penambahan berat badan.
Keluhan panas badan disertai mencret sebanyak 6 kali. Mencret berupa cairan
kekuningan dan sisa makanan yang lebih encer dari biasanya, masih ada ampas,
tanpa disertai darah dan lendir. Selama mencret penderita terlihat menjadi lebih
lemas tetapi masih mau minum air.
Riwayat kontak dengan penderita batuk-batuk lama dan sedang menjalani
pengobatan paru dalam waktu 6 bulan ada yaitu pamannya yang tinggal satu
rumah
Keluhan panas badan tidak disertai pembengkakan di salah satu bagian tubuh.
Keluhan panas badan tidak disertai menggigil, rasa kaku, dan sakit kepala.
Pasien tidak ada riwayat bepergian ke daerah endemis malaria.
Riwayat keluarga atau tetangga penderita yang menderita mencret tidak ada.
Sumber air untuk minum dan keperluan keluarga penderita adalah dari sumur pompa
yang dipakai sendiri.
Keluhan tidak disertai kemerahan disekitar dubur dan perut yang terlihat
kembung
3
Penderita dirawat di RS dustira selama 2 minggu. Pada hari pertama perawatan,
penderita mendapat pengobatan diare dan pada hari keempat perawatan pasien
mendapat obat anti tuberculosa (OAT), sebelumnya pada perawatan hari ke-3 pasien
telah dilakukan scoring TB, dan didapatkan jumlah hasil scoring TB yaitu 9
( penderita pernah dengan kontak TB sebelumnya, uji tuberkulin positif, berat badan
penderita tidak naik, demam tanpa sebab, batuk lebih dari 3 minggu dan foto thorax
positrif ). Dan pada saat pemeriksaan penderita sudah mengalami perbaikan
Ibu pasien mengakui sejak pasien berumur 1 tahun 3 bulan, pasien sulit untuk
makan walaupun sudah dipaksa sehingga badannya kurus kecil.. Penderita diberi
makan 3x sehari tanpa selingan. Dari setiap kali makan penderita dirasakan sulit
makan dan mengemut makanannya (setiap makan hanya menghabiskan 3-4 sendok
nasi). Ibu penderita mengetahui bahwa anaknya kurus hal ini diketahui dengan
membandingkan dengan anak seusianya. Ibu penderita sudah berusaha memberikan
makanan yang cukup namun nafsu makan anaknya dirasakan rendah.
MAKANAN
UMUR JENIS MAKANAN JUMLAH KUALITAS KUANTITAS
0 – 4
BulanASI + susu formula
Siang : on demand
Malam : 3x tiap 3
jam
Cukup Cukup
4 - 6
BulanASI + bubur susu + susu formula
ASI 2x, bubur susu
3x (pagi,
siang,malam), susu
formula 1x tiap 3
jam
Cukup Cukup
6 -8 bulan ASI + nasi tim + susu formula
ASI 2x, Nasi tim 3x1
mangkok kecil, susu
formula 1x tiap 3
jam
Cukup Cukup
4
8 -12
Bulan
ASI + susu formula + nasi tim
+sayur+ayam+ buah
ASI 2x Nasi tim 3x1
mangkok kecil, sayur
ayam dan buah 1kali,
susu formula 1x tiap
3 jam
Cukup Cukup
12 – 14
Bulan
ASI + Nasi
+ayam/telur/tempe/tahu+sayur+buah
Makanan Keluarga
ASI 1x, nasi 2x1 ( 3-
4 sendok makan)
mangkok kecil, buah
1 kali
Kurang Kurang
14- 18
bulan
ASI + Nasi
+telur/ayam/ikan/tempe/tahu+buah+
susu sapi+sayuran
Makanan Keluarga
ASI 1x, nasi (3-4
sendok makan)
mangkok kecil,
buah-buahan
kadang-kadang.
Kurang Kurang
E. ANAMNESIS TAMBAHAN
1. RIWAYAT KEHAMILAN
Selama kehamilan ibu penderita memeriksakan kehamilannya ke bidan secara rutin.
Selama kehamilan ibu penderita tidak merasakan keluhan apapun. Komplikasi selama
kehamilan tidak ada.
5
2. RIWAYAT PERSALINAN
Pasien lahir dari seorang ibu G1P0A0, cukup bulan dan ditolong oleh bidan. Pasien lahir
spontan, berat badan 3200 gram dan panjang badan
50 cm.
3. RIWAYAT IMUNISASI
Imunisasi Dasar Ulangan
BCG 2 minggu -
DPT 2 bulan 4 bulan 6 bulan -
Polio 0 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan -
Campak 9 bulan -
Hepatitis 0 bulan 2 bulan 6 bulan -
4. KEADAAN KESEHATAN KELUARGA
Ayah : Sehat
Ibu : Sehat
Saudara : Sehat
5. RIWAYAT KEPANDAIAN
Berbalik : 6 bulan
Duduk tanpa bantuan : 9 bulan
Duduk tanpa pegangan : 9 bulan
Bicara 1 kata : 12 bulan
Bicara 1 kalimat : 13 bulan
Berjalan 1 tangan dipegang : 14 bulan
Berjalan tanpa dipegang : 16 bulan
6
Membaca : -
Menulis : -
Sekolah : -
6. PENYAKIT YANG SUDAH DIALAMI (Beri tanda V pada yang dialami)
Campak Diare Asma
Batuk rejan Demam Tifoid Eksim
TBC Kuning Kaligata
Difteri Cacing Sakit tenggorokan
Tetanus Kejang Batuk pilek
PEMERIKSAAN FISIK
1. KEADAAN UMUM
Keadaan sakit : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Sesak : PCH : tidak ada, Retraksi : tidak ada
Sianosis : Sentral / Perifer : tidak ada
Ikterus : Tidak ada
Edema : Pitting edema tidak ada, Anasarka tidak ada
Dehidrasi : Tanpa dehidrasi.
Anemi : Tidak anemis
PENGUKURAN (per tanggal 05 Maret 2011)
Umur : 18 bulan
Berat Badan : 7,2kg
Tinggi Badan : 84 cm
7
LK : 46 cm
Status Gizi :
Berat badan ideal menurut tinggi badan = 12 Kg
: BB/TB( CDC 2000 ) = 60 %
: BB/U ( CDC 2000 ) = 61 %
: PB/U ( CDC 2000 ) = 100 %
: LK/U ( CDC 2000 ) = Normocephal
: BB/TB (Z Score ) = < -3, Severely Wasted
: BB/U ( Z Score ) = -3, Severely Underweight
: PB/U (Z Score ) = 0, Normal
TANDA VITAL
Denyut Jantung : 114 x/menit
Respirasi : 45 x/menit.
Tipe : Abdominothorakal
Suhu : 37,0 C
1. PEMERIKSAAN KHUSUS
1. KEPALA
Bentuk Kepala : Simetris normocephal,
Ubun-ubun besar : Datar
Rambut : Kusam (+), rambut jagung (+)
Wajah : Old man face (+)
Mata : Sklera : Ikterik -/-
Konjungtiva : Anemis -/-
Pupil : Bulat, isokor
Air mata : Ada
Kelopak mata : Tidak cekung
THT : Hidung : PCH -/- , Rhinorea -/-
Telinga : Tidak ada kelainan
8
Tenggorokan : Tonsil : T1 – T1 tenang
Faring : Tidak hiperemis
Mulut : Bibir : Mukosa bibir basah
Gusi : tidak ada kelainan
Gigi : tidak ada kelainan
Langit-langit : tidak ada kelainan
Lidah : Bersih
2. LEHER
KGB : Tidak teraba membesar
Kaku Kuduk : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
3. THORAX
a. Dinding Thorax Depan
Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris
Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri
Auskultasi : VBS kanan = kiri
Ronkhi -/- Wheezing -/-
Dinding Thorax Belakang
Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris
Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri
Auskultasi : VBS kanan = kiri
Ronkhi -/- Wheezing -/-
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II murni reguler
R L
R L
R L
9
Bunyi Jantung tambahan tidak ada
4. ABDOMEN
Inspeksi : Datar lembut
Palpasi : Lembut, NT (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Turgor kulit : Kembali cepat
Perkusi : Thympani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Asites : tidak ada
5. GENITALIA
Jenis Kelamin : Perempuan
Kelainan : Tidak ada kelainan
Perianal Rash : (-)
6. EKSTREMITAS
Atas : Akral Hangat
Kulit : Gizi kulit cukup, tidak ada kelainan
Sendi : Tidak ada kelainan
Otot : Atrofi otot (-)
Refleks : Tidak ada kelainan
Edema : Tidak ditemukan
Lympadenopathy Axiller (-)
Bawah : Akral Hangat
Kulit : Gizi kulit cukup, tidak ada kelainan
Baggy pants : (+)
Sendi : Tidak ada kelainan
Otot : Atrofi otot (-)
Refleks : Refleks fisiologis (+)
Edema : Tidak ditemukan
10
Lympadenopathy Ingunal : (-)
7. SUSUNAN SARAF
Refleks koma : Refleks cahaya (pupil) : bulat, isokor
Refleks Kornea : +/+
Rangsang Meningen : Kaku kuduk : -
Brudzinsky : -
Kernig : -
Laseque : -
Saraf Otak : tidak ada kelainan
Motorik : tidak ada kelainan
Sensorik : tidak ada kelainan
Vegetatif : tidak ada kelainan
Refleks fisiologis : APR : +/+ KPR : +/+
Refleks patologis
o Babinsky : -
o Chaddock : -
o Gordon : -
o Oppenheim : -
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM
DARAH
- Leukosit : 18.600/mm3
- Hb : 11 gr/dl
- Ht : 34,4 %
- Hitung jenis :
Basofil : 0%
Eosinofil : 2%
Neutrofil batang : 4%
Neutrofil segmen : 51%
11
Limfosit : 38%
Monosit : 5%
- Trombosit : 198.000 /mm3
URINE
Warna : Kuning
Kekeruhan : Jernih
Bau : Amoniak
B.J : 1,015
Reaksi : Asam
Albumin : -
Reduksi : -
Urobilin : +
Bilirubin : -
Sediment : Eritrosit : 0-1 / LPB
Leukosit : 0-1 / LPB
Epitel : -
FESES
Warna : Kuning
Bau : Indol skatol
Konsistensi : Lembek
Lendir : Tidak ada
Darah : ( - )
Parasit : ( - )
Eritrosit : ( - )
Leukosit : ( - )
Telur cacing : ( - )
Sisa makanan : ( + )
12
IV. RESUME
Seorang anak perempuan usia 18 bulan, BB 7,2 kg, TB 84 cm dengan status
gizi kurang ( KEP III ), datang ke RS Dustira dengan keluhan utama panas badan.
Dari anamnesa didapatkan:
Sejak 12 hari sebelum masuk rumah sakit, ibu pasien mengeluhkan
pasien mengalami panas badan. Keluhan panas badan tinggi dirasakan
hilang timbul dan panas badan dirasakan sama pagi dan malam hari.
Keluhan panas badan disertai dengan batuk sejak 7 hari sebelum masuk
rumah sakit. Keluhan panas badan disertai keringat malam dan disertai
penurunan nafsu makan dari biasanya. Penderita tidak mengalami
penambahan berat badan.
Keluhan panas badan disertai mencret sebanyak 6 kali. Mencret berupa
cairan kekuningan dan sisa makanan yang lebih encer dari biasanya,
masih ada ampas, tanpa disertai darah dan lendir. Selama mencret
penderita terlihat menjadi lebih lemas tetapi masih mau minum air.
Riwayat kontak dengan penderita batuk-batuk lama dan sedang
menjalani pengobatan paru dalam waktu 6 bulan ada yaitu pamannya
yang tinggal satu rumah
Keluhan panas badan tidak disertai pembengkakan di salah satu bagian
tubuh.
Keluhan panas badan tidak disertai menggigil, rasa kaku, dan sakit
kepala. Pasien tidak ada riwayat bepergian ke daerah endemis malaria.
Riwayat keluarga atau tetangga penderita yang menderita mencret tidak
ada. Sumber air untuk minum dan keperluan keluarga penderita adalah
dari sumur pompa yang dipakai sendiri.
Keluhan tidak disertai kemerahan disekitar dubur dan perut yang
terlihat kembung
Penderita dirawat di RS dustira selama 2 minggu. Pada hari pertama
perawatan, penderita mendapat pengobatan diare dan pada hari
keempat perawatan pasien mendapat obat anti tuberculosa (OAT),
13
sebelumnya pada perawatan hari ke-3 pasien telah dilakukan scoring
TB, dan didapatkan jumlah hasil scoring TB yaitu 9 ( penderita pernah
dengan kontak TB sebelumnya, uji tuberkulin positif, berat badan
penderita tidak naik, demam tanpa sebab, batuk lebih dari 3 minggu
dan foto thorax positrif ). Dan pada saat pemeriksaan penderita sudah
mengalami perbaikan
Ibu pasien mengakui sejak pasien berumur 1 tahun 3 bulan, pasien sulit
untuk makan walaupun sudah dipaksa sehingga badannya kurus kecil.
Penderita diberi makan 3x sehari tanpa selingan. Dari setiap kali makan
penderita dirasakan sulit makan dan mengemut makanannya (setiap
makan hanya menghabiskan 3-4 sendok nasi).
Ibu penderita mengetahui bahwa anaknya kurus hal ini diketahui
dengan membandingkan dengan anak seusianya. Ibu penderita sudah
berusaha memberikan makanan yang cukup namun nafsu makan
anaknya dirasakan rendah.
Scoring TB (dilakukan pada hari ke-3 perawatan):
Kontak TB : 1
Uji Tuberkulin : 3
Berat Badan : 2
Demam tanpa sebab jelas : 1
Batuk >3mgg : 1
Pembesaran Kel. Limfe : 0
Pembengkakan Tulang/sendi : 0
Foto Thoraks : 1
Total score 9
Anamnesis makanan : kualitas kurang tetapi kuantitas cukup
Anamnesis imunisasi : imunisasi dasar lengkap
Dari pemeriksaan fisik didapatkan : (per tanggal 05 Maret 2011)
14
Keadaan Umum : Kesadaran composmentis
Pasien tampak sakit sedang
Umur : 18 bulan
Berat Badan : 7,2kg
Tinggi Badan : 84 cm
LK : 46 cm
Status Gizi :
Berat badan ideal menurut tinggi badan = 12 Kg
: BB/TB( CDC 2000 ) = 60 %
: BB/U ( CDC 2000 ) = 61 %
: PB/U ( CDC 2000 ) = 100 %
: LK/U ( CDC 2000 ) = Normocephal
: BB/TB (Z Score ) = < -3, Severely Wasted
: BB/U ( Z Score ) = -3, Severely Underweight
: PB/U (Z Score ) = 0, Normal
:
15
16
17
:
18
19
TANDA VITAL
Denyut Jantung : 114 x/menit,
20
Respirasi : 45 x/menit.
Tipe : Abdominothorakal
Suhu : 37,0 C
Kesan Umum dari Pemeriksaan
Keadaan sakit : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Sesak : PCH : tidak ada, Retraksi : tidak ada
Sianosis : Sentral / Perifer : tidak ada
Ikterus : Tidak ada
Edema : Pitting edema tidak ada, Anasarka tidak ada
Dehidrasi : Tanpa dehidrasi.
Anemi : Tidak anemis
Old man face (+)
Baggy pants (+)
Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan :
Darah : Leukositosis
Urine : Dalam batas normal
Feses : Dalam batas normal
V. DIAGNOSIS BANDING
21
Tuberculosis Paru+ Diare akut non – disentriform e.c Rotavirus tanpa
dehidrasi + KEP III Sekunder
Tuberculosis Paru + Diare akut non – disentriform e.c Rotavirus tanpa
dehidrasi + KEP III Primer
VI. DIAGNOSIS KERJA
Tuberculosis Paru + Diare akut non – disentriform e.c Rotavirus tanpa
dehidrasi + KEP III Sekunder
VII.USUL PEMERIKSAAN
Pemeriksaan gula darah
Pemeriksaan albumin dan protein total
Pemeriksaan ureum dan kreatinin
Pemeriksaan elektrolit.
VIII. TERAPI
1. Pengobatan dan Pencegahan Infeksi
Dosis harian fase awal (intensif) selama 2 bulan terdiri dari :
- Isoniazid tablet 50 mg 1 x 1
- Rifampicin kapsul 100 mg 1 x 1
- Pirazinamid tablet 125 mg 1 x 1
Dosis harian fase lanjutan (intermitten) selama 4 bulan terdiri dari :
- Isoniazid tablet 50 mg 1 x 1
- Rifampicin kapsul 100 mg 1 x 2
Antibiotik broad spektrum
Ampisilin 0,4 ml 1 x 4
Gentamisin 1,5 ml 1 x 1
22
2. Mulai Pemberian Makanan
Diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP)
Kalori yang masuk dari asupan makanan penderita selama ini:
Nasi 2x175 kkal = 350 kkal
Telur ayam 1x 95 kkal = 95 kkal
Sayur bayam 1x25 kkal = 25 kkal
Tempe 1x80 kkal = 80 kkal
Susu sapi 1x130 kkal = 130 kkal
Total = 680kkal
Kebutuhan kalori penderita berdasarkan rumus Harris Benedict
Berat badan ideal (BBI) penderita berdasarkan CDC adalah 12 kg
Rumus Harris Benedic :
Perempuan = 655+(9,6xBB)+(1,8xTB)-(4,7xU)
= 655+(9,6x12)+(1,8x84)-(4,7x1,5)
= 914,15 kkal ≈ 915 kkal
Kebutuhan kalori penderita berdasarkan BBI adalah 915 kkal.
Kebutuhan zat gizi dalam sehari :
Kalori = 915 kkal
Protein = (15% x 915)/4 = 34,3 gram
Lemak = (25% x 915)/9 = 25,42 gram
Karbohidrat = (60% x 915)/4 = 137,25 gram
Menerjemahkan kebutuhan gizi ke dalam satuan berat BM gunakan :
Daftar kompisisi bahan makanan DKBM, tabel ukuran rumah tangga dan satuan
penukar ( SP ). Misalnya digunakan satuan penukaran SP. Satuan penukar terdiri
dari golongan I – VI, dengan perincian sebagai berikut :
23
1. Satuan penukar golongan I
Satu satuan penukar mengandung 175 kkal, 4 gr protein, 40 gr karbohidrat.
( pastikan dengan DKBM ).
Bahan makanan Berat ( gr ) URT
Nasi 100 ¾ gelas
Nasi tim 200 1 gelas
Kentang 200 2 buah sedang
Biskuit 40 4 keping besar
Ubi 150 1 buah sedang
2. Satuan penukar golongan II
Satu satuan penukar mengandung 95 kkal, 10 gr protein, 6 gr lemak
Bahan makanan Berat ( gr ) URT
Daging sapi 50 1 ptg sedang
Daging ayam 50 1 ptg sedang
Telur ayam negeri 60 1 butir besar
Ikan segar 50 1 ptg sedang
Keju 30 1 ptg sedang
3. Satuan penukar golongan III
Satu satuan penukar mengandung 80 kkal, 6 gr protein, 3 gr lemak, 8 gr
karbohidrat
Bahan makanan Berat ( gr ) URT
Kacang hijau 25 2½ sdm
Kacang kedelai 25 2½ sdm
Kacang merah 25 2½ sdm
24
Kacang tanah 20 2 sdm
Tahu 100 1 buah besar
Tempe 50 2 ptg sedang
4. Satuan penukar golongan IV
Satu satuan penukar mengandung 25 kkal, 1 gr protein, 5 gr karbohidrat.
Beberapa contoh diantaranya adalah bayam, kangkung, bit, buncis, kacang
panjang, brokoli, caisim, labu siam, paria, pepaya muda, jagung muda, kol,
kembang kol, terong, wortel.
5. Satuan penukar V
Satu satuan penukar mengandung 40-50 kkal, 10-12 gr karbohidrat.
Bahan makanan Berat ( gr ) URT
Apel 75 ½ buah sedang
Anggur 75 10 buah
Jambu biji 100 1 buah besar
Jeruk manis 100 2 buah sedang
6. Satuan penukar golongan VI
Satu satuan penukar mengandung 130 kkal, 7 gr protein, 9 gr karbohidrat, 7
gr lemak
Bahan makanan Berat ( gr ) URT
Susu sapi segar 200 ( 1 gelas )
Susu skim bubuk 20 ( 2 sdm )
Susu whole bubuk 25
Susu kedelai bubuk 25
Yoghurt 200
7. Satuan penukar golongan VII
Satu satuan penukar 45 kkal, 5 gr lemak
25
Bahan makanan Berat ( gr ) URT
Semua minyak goreng dan margarin 5 ( ½ sdm )
Santan 50 ( ¼ gls )
Perencanaan diet :
- Berat badan ideal penderita = 12 kg
- Berat badan penderita saat ini = 7,2 kg
- Perencanaan diet dalam 1 minggu pertama untuk menaikkan berat badan 0,5
kg
Berat badan yang diharapkan dalam 1 minggu pertama adalah 7,7 kg.
Kebutuhan kalori penderita dengan berat badan 7,7 kg berdasarkan Harris
Benedict adalah :
Perempuan = 655+(9,6xBB)+(1,8xTB)-(4,7xU)
= 655+(9,6x7,7)+(1,8x84)-(4,7x1,5)
= 873,15 kkal ≈ 875 kkal
Dengan komposisi :
Karbohidrat = 60% x 875 = 525 kkal
Lemak = 25% x 875 = 218,75 kkal
Protein = 15% x 875 = 131,25 kkal
Kebutuhan gizi yang disarankan dalam gram :
Karbohidrat = 525/4 = 131,25 gram
Lemak = 218,75/9 = 24,3 gram
Protein = 131,25/4 = 32,8 gram
Rencana diet penderita dalam satu hari :
Waktu B. Makanan Jumlah E Protein KH L
H N
26
Sp
1 hari Nasi 3 525 - 12 120 -
Ikan/daging/telur ayam 2 190 20 - - 12
Sayuran 1 25 - 1 5 -
Buah 1 40 - - 10 -
Minyak 2 90 - - - 10
Jumlah 870 20 13 135 22
■ Makan Pagi
Jam Makanan/
Masakan
URT Gra
m
E ProteinKH L
H N
06.00-07.00
Nasi putih ¾ gelas 100 175 - 4 40 -
Minyak 1 sdm 5 45 - - - 5
Telur
ayam1 butir 60 95 10 - - 6
Jumlah 165 315 10 4 40 11
■ Makan Selingan dan Makan Siang
Jam
10.00
Makanan/masakan URT Gram EnergiProtein
KH Lemak
H N
Apel½ buah
sedang75 40 - - 10 -
12.00-
13.00
Nasi putih
Minyak
¾ gelas
I sdm
100
5
175
45
-
-
4
-
40
-
-
5
Ikan 1
potong
50 95 10 - - 6
27
sedang
Jumlah Total 230 355 10 4 50 11
Makan malam
Jam Makanan URT Gram EnergiProtein
KH LH N
19.00-
20.00
Nasi putih ¾ gelas 63 175 - 4 50 -
Brokoli - 100 25 - 1 5 -
Jumlah 163 200 - 5 55 -
■ Tata laksana diet pada 1 minggu pertama adalah orangtua penderita sangat disarankan
agar anaknya dapat menghabiskan 1 porsi makanan yang telah disajikan. Penyajian
makanan tidak hanya di atas meja makan tetapi dapat juga dilakukan dengan mengajak
anaknya berjalan-jalan, melihat hal-hal yang disukai oleh anak sambil menyuapinya.
■ Selanjutnya supaya tata laksana diet tersebut berhasil maka disarankan orangtua selalu
melakukan kontrol terhadap berat badan anaknya, apakah berat anak meningkat, tidak
meningkat atau justru menurun.
■ Jika Perencanaan diet selama 1 minggu berhasil, maka perencanaan dilanjutkan dengan
target penambahan 0,5 kg tiap minggunya sampai target berat badan ideal
terpenuhi,dengan rincian jumlah kalori tiap minggunya sebagai berikut :
o Minggu ke-2
Berat badan ideal penderita = 12 kg
Berat badan penderita diharapkan setelah minggu kesatu = 7,7 kg
Kenaikan berat badan yang diharapkan tiap minggu = 0,5 kg
Berat badan yang diharapkan dalam minggu kedua adalah 8,2 kg.
28
Kebutuhan kalori penderita dengan berat badan 8,2 kg berdasarkan rumus Harris
Benedict adalah:
877,87 kkal ≈ 878 kkal
o Minggu ke-3
Berat badan ideal penderita = 12 kg
Berat badan penderita diharapkan setelah minggu kedua = 8,2 kg
Kenaikan berat badan yang diharapkan tiap minggu = 0,5 kg
Berat badan yang diharapkan dalam minggu ketiga adalah 8,7 kg.
Kebutuhan kalori penderita dengan berat badan 8,7 kg berdasarkan rumus Harris
Benedict adalah:
882,67 kkal ≈ 883 kkal
o Minggu ke-4
Berat badan ideal penderita = 12 kg
Berat badan penderita diharapkan setelah minggu ketiga= 8,7 kg
Kenaikan berat badan yang diharapkan tiap minggu = 0,5 kg
Berat badan yang diharapkan dalam minggu keempat adalah 9,2 kg.
Kebutuhan kalori penderita dengan berat badan 9,2 kg berdasarkan rumus Harris
Benedict adalah:
887,47 kkal ≈ 888 kkal
o Minggu ke-5
Berat badan ideal penderita = 12 kg
Berat badan penderita diharapkan setelah minggu keempat = 9,2 kg
Kenaikan berat badan yang diharapkan tiap minggu = 0,5 kg
Berat badan yang diharapkan dalam minggu kelima adalah 9,7 kg.
Kebutuhan kalori penderita dengan berat badan 9,7 kg berdasarkan rumus Harris
Benedict adalah:
892,27 kkal ≈ 893 kkal
29
o Minggu ke-6
Berat badan ideal penderita = 12 kg
Berat badan penderita diharapkan setelah minggu kelima = 9,7 kg
Kenaikan berat badan yang diharapkan tiap minggu = 0,5 kg
Berat badan yang diharapkan dalam minggu keenam adalah 10,2 kg.
Kebutuhan kalori penderita dengan berat badan 10,2 kg berdasarkan rumus Harris
Benedict adalah:
897,07 kkal ≈ 897 kkal
o MInggu ke-7
Berat badan ideal penderita = 12 kg
Berat badan penderita diharapkan setelah minggu keenam = 10,2 kg
Kenaikan berat badan yang diharapkan tiap minggu = 0,5 kg
Berat badan yang diharapkan dalam minggu ketujuh adalah 10,7 kg.
Kebutuhan kalori penderita dengan berat badan 10,7 kg berdasarkan rumus Harris
Benedict adalah:
901,87 kka ≈ 902 kkal
o Minggu ke-8
Berat badan ideal penderita = 12 kg
Berat badan penderita diharapkan setelah minggu ketujuh = 10,7 kg
Kenaikan berat badan yang diharapkan tiap minggu = 0,5 kg
Berat badan yang diharapkan dalam minggu kedelapan adalah 11,2 kg.
Kebutuhan kalori penderita dengan berat badan 11,2 kg berdasarkan rumus Harris
Benedict adalah:
906,67 kkal ≈ 907 kkal
o Minggu ke-9
Berat badan ideal penderita = 12 kg
Berat badan penderita diharapkan setelah minggu kedelapan = 11,2 kg
Kenaikan berat badan yang diharapkan tiap minggu = 0,5 kg
30
Berat badan yang diharapkan dalam minggu kesembilan adalah 11,7 kg.
Kebutuhan kalori penderita dengan berat badan 11,7 kg berdasarkan rumus Harris
Benedict adalah:
911,47 kkal ≈ 912 kkal
o Minggu ke-10
Berat badan ideal penderita = 12 kg
Berat badan penderita diharapkan setelah minggu ketujuh = 11,7 kg
Kenaikan berat badan yang diharapkan tiap minggu = 0,5 kg
Berat badan yang diharapkan dalam minggu kesepuluh adalah 12,2 kg.
Kebutuhan kalori penderita dengan berat badan 12,2 kg berdasarkan rumus Harris
Benedict adalah:
916,27 kkal ≈ 917 kkal
Dengan catatan, anak dapat menghabiskan 1 porsi makanannya yg disediakan setiap
hari, dan orang tua selalu melakukan kontrol berat badan setiap minggunya.
3. Perhatikan Tumbuh Kejar
4. Koreksi Defisiensi Nutrien- Mikro
5. Berikan stimuasi sensorik dan dukungan emosional
6. Tindak lanjut di rumah
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fuctionam : dubia ad bonam
IX. PENCEGAHAN
Lebih teliti dalam memperhatikan jumlah asupan makanan dan cara
pemberiaannya serta mengkoordinasikan hal tersebut dengan pengasuh agar
asupan makanan benar-benar didapat secara optimal
Penyuluhan kepada masyarakat melalui berbagai media
31
DISKUSI
Berdasarkan laporan kasus yang didapatkan, terdapat beberapa hal yang dapat
dijadikan penunjang dalam penegakan diagnosa yaitu :
Kekurangan Energi dan Protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan
sehari – hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi ( AKG ).
Etiologi dari KEP diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
- Primer : kekurangan konsumsi karena tidak tersedianya
bahan
makanan atau kurangnya asupan makanan.
- Sekunder : kekurangan kalori protein akibat penyakit ( misalnya
penyakit ginjal, hati, paru dan lain- lain).
Klasifikasi KEP dibagi menjadi 3 yaitu :
- KEP ringan ( KEP I ) : berat badan menurut usia ( B/U ) 70-80%
baku mendian WHO-NCHS dan/atau berat
badan menurut tinggi badan ( BB/TB ) 80-
90% baku median WHO-NCHS.
- KEP sedang ( KEP II ) : BB/U 60-70% median WHO-NCHS
dan/atau berat badan menurut tinggi badan
( BB/TB ) 70-80% baku median WHO-
NCHS
- KEP berat ( KEP III ) : BB/U <60% median WHO-NCHS dan/atau
berat badan menurut tinggi badan ( BB/TB
) <70% baku median WHO-NCHS
32
KEP berat secara klinis terdapat dalam tiga tipe:
1. Kwashiorkor
Kwashiorkor ialah gangguan yang disebabkan oleh kekurangan protein.
Kwashiorkor juga memiliki pengertian defisiensi protein yang disertai defisiensi
nutrien lainnya yang biasa dijumpai pada bayi masa disapih dan anak prasekolah
(balita).
2. Marasmus
Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat. Keadaan ini
merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit
infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri
yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus.
Secara garis besar sebab-sebab marasmus ialah sebagai berikut:
1) Masukan makanan yang kurang
Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan
yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua
si anak; misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.
2) Infeksi
Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral
misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephritis dan sifilis
kongenital.
3) Kelainan struktur bawaan
Misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas
palatum, palatoschizis, micrognathia, stenosispilorus, hiatus hernia,
hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas.
4) Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus
Pada keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI kurang akibat reflek mengisap
yang kurang kuat.
33
5) Pemberian ASI
Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang
cukup.
6) Gangguan metabolik
Misalnya: renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia, lactose
intolerance.
7) Tumor hypothalamus
Jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab marasmus yang lain telah
disingkirkan.
8) Penyapihan
Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang
kurang akan menimbulkan marasmus.
9) Urbanisasi
Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya
marasmus; meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan
penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu
yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu; dan bila disertai
dengan infeksi berulang, terutama gastro enteritis akan menyebabkan anak
jatuh dalam marasmus.
Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang erjadi akibat banyak
faktor. Faktor-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting yaitu : tubuh
sendiri (host), agent (kuman penyebab), environment (lingkungan). Memang faktor
diet (makanan) memegang peranan penting tetapi faktor lain ikut menentukan.
Gopalan menyebutkan marasmus adalah compensated malnutrition. Dalam keadaan
kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan
memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan
karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan kehidupan; karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan
tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan
karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan.
34
Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan
asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan di ginjal. Selama puasa
jaringan lemak dipecah jadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat
mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau
kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan
sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.
3. Marasmus-kwashiokor
Gabungan dari marasmus dan kwashiorkor
ETIOLOGI
Selain oleh pengaruh negatif faktor sosio-ekonomi-budaya yang berperan terhadap
kejadian malnutrisi umumnya, keseimbangan nitrogen yang negatif dapat pula
disebabkan oleh diare kronik, malabsorpsi protein, hilangnya protein melalui air kemih
(sindrom nefrotik), infeksi menahun, luka bakar, penyakit hati.
PATOFISIOLOGI
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat
berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam
dietnya..Karena kekurangan protein dalam diet akan terjadi kekurangan berbagai asam
amino dalam serum yang jumlahnya yang sudah kurang tersebut akan disalurkan ke
jaringan otot, makin kurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan
kurangnya produksi albumin oleh hepar yang kemudian berakibat timbulnya
pertumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan menghilangnya lemak
dibawah kulit. Pada mulanya keadaan tersebut adalah proses fisiologis untuk
kelangsungan hidup jaringan, tubuh memerlukan energi yang tidak dapat dipenuhi
oleh makanan yang masuk, sehingga harus didapat dari tubuh sendiri, sehingga
cadangan protein digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut.
35
MANIFESTASI KLINIS
Gejala umum yang bisa diketahui antara lain: perubahan dalam pigmen kulit, koma
(tahap akhir), penurunan massa otot, diare, kegagalan untuk menambah berat badan
dan tumbuh, kelelahan, perubahan rambut (perubahan warna atau tekstur),
peningkatan dan infeksi yang lebih parah karena rusaknya sistem kekebalan, perut
besar yang menempel keluar (menonjol), kelesuan atau apatis, kehilangan massa otot,
ruam (dermatitis), shock (tahap akhir), pembengkakan (edema).
GAMBARAN KLINIS
Marasmus sering dijumpai pada usia 0 - 2 tahun. Keadaan yang terlihat
mencolok adalah hilangnya lemak subkutan, terutama pada wajah. Akibatnya ialah
wajah si anak lonjong, berkeriput dan tampak lebih tua (old man face). Otot-otot
lemah dan atropi, bersamaan dengan hilangnya lemak subkutan maka anggota gerak
terlihat seperti kulit dengan tulang. Tulang rusuk tampak lebih jelas. Dinding perut
hipotonus dan kulitnya longgar. Berat badan turun menjadi kurang dari 60% berat
badan menurut usianya. Suhu tubuh bisa rendah karena lapisan penahan panas hilang.
Penderita ini masuk dalam kriteria KEP berat “( KEP III ) primer akibat
kekurangan kalori protein akibat penyakit tuberculosis paru,dengan alasan sebagai
berikut:
Status Gizi :
Berat badan ideal menurut tinggi badan = 12 Kg
: BB/TB( CDC 2000 ) = 60 %
: BB/U ( CDC 2000 ) = 61 %
: PB/U ( CDC 2000 ) = 100 %
: LK/U ( CDC 2000 ) = Normocephal
: BB/TB (Z Score ) = < -3, Severely Wasted
: BB/U ( Z Score ) = -3, Severely Underweight
: PB/U (Z Score ) = 0, Normal
36
Kekurangan energi dan protein penderita diakibatkan oleh kekurangan
konsumsi karena tidak tersedianya bahan makanan atau kurangnya asupan makanan
karena sehari-harinya penderita tinggal dengan neneknya sehingga kebutuhan
nutrisinya kurang diperhatikan.
Prinsip Dasar pengobatan rutin KEP berat (10 langkah utama)
Pengobatan rutin yang dilakukan di rumah sakit berupa 10 langkah penting:
1. Atasi/cegah hipoglikemia
2. Atasi/cegah Hipotermia
3. Atasi/cegah Dehidrasi
4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
5. Obtai/cegah infeksi
6. Mulai pemberiaan makanan
7. Koreksi defisiensi nutrien mikro
8. Fasilitas tumbuh kejar (catch-up growth)
9. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental
10. Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh.
Pengobatan terdiri dari 3 fase: stabilisasi, transisi, dan rehabilitasi. Petugas kesehatan
harus terampil memilih langkah mana yang cocok untuk setiap fase. Tatalaksana ini
digunakan baik pada penderita kwashiorkor, marasmus, maupan marasmik-
kwashiorkor.
Pengobatan penyakit penyerta :
Pengobatan ditujukan pada penyakit yang sering menyertai KEP berat, yaitu defesiensi
Vitamin A. Bila terdapat tanda defisiensi vit.A pada mata Vit. A pada hari ke 1, 2
dan 14 p.o. dengan dosis:
Usia >1 tahun : 200.000 SI/x
6 – 12 bulan : 100.000 SI/x
0 – 5 bulan : 50.000 SI/x
37
Bila terdapat ulserasi pada mata tambahkan perawatan lokal untuk mencegah
prolaps lensa berupa:
Tetes mata kloramfenikol atau salep mata tetrasiklin setiap 2-3 jam selama 7 –
10 hari.
Tetes mata atropin, 1 tetes, 3x sehari selama 3-5 hari
Tutup mata dengan kasa yang dibasahi dengan larutan garam Faali (normal
saline)
Dematosis (ditandai dengan hipo/hiperpigmentasi, deskuamasi/kulit mengelupas, lesi
ulserasi eksudatif yang menyerupai luka bakar dan sering disertai infeksi sekunder a.l.
oleh kandida; umumnya terdapat defesiensi Zn).
Setelah suplementasi Zn, dan dematosis membaik penyembuhan akan lebih cepat
bila:
- Kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KmnO4 (K-permanganat) 1%
selama 1 menit.
- Salep/krim (Zn dengan minyak kastor)
- Usahakan daerah perineum tetap kering
Parasit/cacing :
- Mebendazol 100 mg p.o. 2x sehari selama 3 hari
Diare berlanjut (diare biasa menyertai KEP berat, tetapi akan berkurang dengan
sendirinya pada pemberian makanan secara hati-hati. Intoleransi laktosa tidak jarang
sebagai penyebab diare. Diobati hanya bola diare berlanjut dan tidak ada perbaikan
keadaan umum).
- Berikan formula bebas / rendah laktosa
- Metronidazol 7,5 mg/kg BB p.o. setiap 8 jam selama 7 hari
Sering kerusakan mukosa usus dan giardiasis merupakan penyebab lain berlanjutnya
diare. Bila mungkin, lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik.
38
Tuberkulosisis (TB)
Bila ada dugaan kuat menderita TB, lakukan tes tuberkulin atau Mantoux (seringkali
anergi) dan photo thoraks.
Bila (+) atau sangat mungkin TB obati sesuai pedoman pengobatan TB.
Kegagalan pengobatan (kegagalan pengobatan tercermin pada angka kematian
kenaikan BB)
Perhatikan saat terjadi kematian:
Dalam 24 jam pertama : kemungkinan hipoglikemi, hiptermia, sepsis yang terlambat
atau tidak diatasi, atau proses rehidrasi yang kurang tepat.
Dalam 72 jam : Periksa apakah volume formula terlalu banyak atau pemilihan formula
tidak tepat.
Malam hari : Kemungkinan hipotermia karena selimut kurang memadai, tidak diberi
makan, atau perubahan konsentrasi formula yang terlalu cepat.
Kenaikan BB tidak adekuat pada fase rehabilitasi:
Penaikan kenaikan BB :
- Baik : > 10 g/kgBB/hr
- Sedang : 5-10 g/kgBB/hr
- Kurang < 5 g/kgBB/hr
Penyebab kenaikan < 5 g/kgBB/hr:
- Pemberian makanan tidak adekuat
- Defisiensi nutrien tertentu
- Infeksi yang tidak terditeksi sehingga tidak diobati (HIV/AIDS)
- Masalah patologik
- Masalah psikologik
Penanganan penderita pulang sebulum rehabilitasi tuntas:
Rehabilitasi dianggap lengkap dan anak siap dipulangkan bila BB/U > 80% atau
BB/TB > 90%. Anak KEP berat yang pulang sebelum rehabilitasi tuntas, di rumah
39
harus terus diberi makanan tinggi energi (150 kkal/kgBB/hr) dan tinggi protein (4-6
g/kgBB/hr).
Beri makanan yang sesuai (energi dan protein) minimal 5x sehari
Beri makanan selingan diantara makanan utama
Upayakan makanan selalu dihabiskan
Beri suplementasi vitamin dan mineral/elektrolit
ASI teruskan
Tindakan pada kegawatan:
Syok (Renjatan)
Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit dibedakan
secara klinis. Syok karena dehidrasi akan membaik cepat pada pemberian cairan I.V.
sedangkan pada sepsis tanpa dehidrasi tidak. Hati-hati terhadap overhidrasi.
Pedoman pemberian cairan, pada renjatan pada KEP berat
Berikan cairan Dekstrosa 5% : NaCl 0,9% (1:1) atau Ringer : Dekstrosa 5% (1:1)
15 Ml/kbBB dalam 1 jam pertama. Evaluasi setelah 1 jam.
Bila ada perbaikan klinis (kesadaaran, frekwensi nadi, dan pernafasan) dan status
hidrasi syok disebabkan dehidrasi. Ulangi pemberian cairan seperti di atas untuk 1
jam berikutnya dengan cairan p.o. atau nasogastrik cairan rehydration solition for
malnutrition (resomal) 10 mL/kgBB/jam sampai 10 jam, selanjutnya beri formula
khusus (F-75/pengganti)
Bila tidak ada perbaikan klinis anak menderita syok septik berikan cairan rumat
4 mL/kgBB/jam dan transfusi darah 10 mL/kgBB perlahan-lahan dalam 3 jam.
Kemudian berikan formula (F-75 pengganti)
Anemia berat
Transfusi darah segar 10 mL/kbBB dalam 3 jam, bila:
Hb < 4 g/dL atau:
Hb 4-6 g/dL disertai distress pernafasan
40
Bila ada tanda gagal jantung packed red cells dengan jumlah yang sama.
Furosemid 1 mg/kbBB I.V. pada saat tranfusi dimulai:
Amati reaksi transfusi (demam, gatal, Hb-uria, syok)
Anak dengan distress pernafasan seelah transfusi, Hb teta <4 g/DL atau 4-6 g/dL
jangan ulangi.
TUBERKULOSIS (TB)
BATASAN
Penyakit sistemik yang disebabkan oleh M. tubekulosis
KLASIFIKASI
Menurut The American Thoracic Society dengan modifikasi :
0 : Tidak menderita TB, tidak pernah terinfeksi, tidak pernah terpajan TB.
I : Tidak pernah menderita penyakit TB, tidak pernah terinfeksi, terancam infeksi
karena terpajan TB.
II : Terinfeksi TB/tes Tuberkulin (+), tetapi tidak menderita TB/gejala TB (-),
Radiologi dan bakteriologi tidak mendukung.
III : Sedang menderita TB
TB paru
TB di luar paru
Meningitis TB
TB kelenjar
Pleuritis TB
Perikarditis TB
TB Abdominal
TB tulang
TB ginjal
TB saluran kemih
TB kulit
41
IV : Pernah TB, tapi saat ini tidak ada penyakit aktif
V : Dicurigai TB
ETIOLOGI
Mycobacterium tuberculosis (MTB) tipe humanus.
Tipe bovinus atau africanus (jarang).
PATOFISIOLOGI
Penularan umumnya melalui inhalasi lesi primer 95% di paru, meskipun
dapat juga ditempat lain, seperti abdomen. Pada anak yang belum pernah terinfeksi
fokus primer yang ditandai oleh penimbunan sel PMN dan proliferasi sel epiteloid
yang berbentuk khas (tuberkel). Kemudian akan tampak sel langhans dan seluruh
daerah tersebut dikelilingi limfosit. Saat on set penyakit, basil TB dibawa makrofag
dari lokus primer ke kelenjar limfe regional (biasanya hillus/pratrachea). Fokus di
parenkim dan pembesaran kelenjar limfe regional disebut kompleks primer.
Masa inkubasi TB 2 – 12 minggu. Dalam masa ini kuman tumbuh hingga 103 –
104 yang mampu merangsang respon imun selular. Sebelum terjadi kekebalan atau
reaksi hipersensitivitas, selain penyebaran limfogen ke daerah limfe regional, kuman
TB dari lesi primer juga masuk ke aliran darah dan tersangkut hingga membiak ke
berbagai organ. Penyebaran hematogen dapat terjadi sedikit-sedikit (sporadik) hingga
tidak menimbulkan gejala. Kuman TB akan bereplikasi dan membentuk koloni kuman
sebelum terbentuk imunitas selularyang akan membatasi pertumbuhannya. Fokus ini
umumnya tidak langsung menjadi penyakit, namun berpotensi menjadi reaktivasi.
Penyebaran kuman secara hematogen dapat berkangsung dalam jumlah besar serta
menyebabkan timbulnya manifestasi klinis TB yang segera disebut TB disseminata,
seperti TB Milier. Penyebaran darei fokus perkijuan yang mencair menyebabkan
kuman TB dapat berkembang biak extraselular sehingga dapat meluas ke jaringan
paru-paru dan terjadi pneumonia, lesi endobronkial, pleuritis serta dapat meluas ke
organ lain secara hematogen.
Penyebaran limfohematogen 0,5-3% menjadi TB milier atau meningitis TB 3-6
bl setelah infeksi primer. Tuberkulosisi endobronkial terjadi 3-9 bl. TB tulang dan
42
sendi terjadi pada 5-10% anak yang terinfeksi TB dan timbul setelah 1 th dan TB
ginjal biasanya terjadi 5-25 th setelah infeksi primer.
DIARE AKUT
BATASAN
Buang air besar dengan konsistensi lebih encer/cair dari biasanya, > 3x/hari
dapat/tidak disertai dengan lendir/darah yang timbul secara mendadak dan
berlangsung < 2 minggu.
ETIOLOGI
Infeksi :
Bakteri : E.Coli, Shigella, Salmonella, Vibrio, Yersinia,
Campylobacter
Virus : Rotavirus, Norwalk Virus, Adenovirus
Parasit : Amoeba, Giardia Lambia, Kriptosporidium
Alergi : Protein Susu Sapi
Intoleransi : Karbohidrat, Lemak, Protein
Keracunan Makanan :
- Zat Kimia Beracun
- Toksin mikroorganisme Clostridium perfringens, Stafilokokus
- Immunodefisiensi
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis:
BAB lebih cair/encer dari biasanya, frekuensi > 3 x/hr
Apabila disertai darah disebut disentri (diare akut disentri)
Muntah bisa +/-, nyeri perut, panas
43
Pemeriksaan fisik:
Tanda dan gejala dehidrasi (-) atau
Tanda dan gejala dehidrasi ringan-sedang
Tanda dan gejala dehidrasi berat dengan atau tanpa shock
Dapat disertai atau tidak tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan
elektrolit +/- dan atau gangguan keseimbangan asam basa
LABORATORIUM
FAECES :
DAPAT DISERTAI DARAH ATAU LENDIR
PH Asam
Clinitest dapat (+)
Leukosit > 5 /LPB (birumetilen) disentri
Biakan dan tes sensitivitas untuk etiologi bakteri/terapi
ELISA (bila memungkinakan untuk etiologi virus)
Darah :
Dapat terjadi gangguan elektrolita dan atau gangguan asam basa
PEMERIKSAAN PENUNJANG
FAECES
DARAH : ELEKTROLIT
PENYULIT
DEHIDRASI
GANGGUAN KESEIMBANGAN ASAM BASA
GANGGUAN KESEIMBANGAN ELEKTROLIT
GANGGUAN SIRKULASI
GAGAL GINJAL AKUT
Hipoglikemi
Gangguan Gizi
Diare osmotik
44
TERAPI
Kausal
Antibiotik hanya untuk :
- Diare disentri : Kotrimoxazole 50 mg/kgBB/hr, dibagi 2 dosis selama
5 hari atau kloramfenikol/Thiamfenikol 50 mg/kbBB/hr
- Kholera : Tetrasiklin 50 mg/lkgBB/hr dlm 4 dosis selama 2-3 hari
- Ameba, Giarfia, Kriptosporidium : Metronidazole 30-50 mg/kbBB/hr
dibagi 3 dosis selama 5 hari (10 hr untuk kasus berat)
ANTIDIARE JANGAN DIBERIKAN
Diet (sesuai dengan penyebab diare)
Intoleransi Karbohidrat Susu rendah sampai bebas laktosa
Alergi protein susu sapi Susu Kedelai
Malabsorpsi Lemak Susu yang mengandung Medium Chain
Trigliseride (MCT)
PENYULIT
DEHIDRASI
- TANPA DEHIDRASI : RENCANA THERAPI A
- DEHIDRASI RINGAN – SEDANG : RENCANA THERAPI B
- DEHIDRASI BERAT : RENCANA THERAPI C
GANGGUAN ELEKTROLIT:
- HIPONATREMIA
- HIPERNATREMIA
- HIPOKALEMIA
- HIPERKALEMIA
GANGGUAN KESEIMBANGAN ASAM BASA : ACIDOSIS METABOLIK
DAFTAR PUSTAKA
45
Behrman, Richard et all. Nelson Texbook of Pediatric: edisi 17. Philadelphia.
Garna herry, dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan anak
Bagian Ilmu kesehatan Anak Fakultas Kedokteran.
UNPAD/RSHS,2005.Bandung.216-9.
Soedarmo, SSP,dkk. Infeksi dan Penyakit Tropis, ediasi 1. Ikatan Dokter Anak
Indonesia, 2002. Jakarta. 367-76.
World Health Organization, Pocket Book of Hospital Care for Children,
Guidelines for the Management of Common Illnesses With Limited
Resources, 2006.