Siap Print 1

41
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bertambah majunya kehidupan ekonomi, meningkatnya berbagai teknologi dan fasilitas kesehatan menyebabkan meningkatnya angka harapan hidup manusia.Meningkatnya angka harapan hidup ini berdampak pada meningkatnya jumlah penduduk lansia.Berdasarkan data dari BPS tahun 1992, pada tahun 2000 diperkirakan jumlah lanjut usia meningkat menjadi 9,99% dari jumlah seluruh penduduk Indonesia (22juta) dan jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi 11,9% pada tahun2020. Menua merupakan fenomena universal, namun derasnya atau lajunya berbeda-beda antar individu. Dengan melanjutnya usia terjadi berbagai perubahan pada tubuh kita. Orang usia lanjut pada umumnya menyadari bahwa mereka berubah lebih lambat dan mobilisasinya kurang begitu baik dibandingkan masa muda mereka. Perubahan

description

nnn

Transcript of Siap Print 1

4

BAB IPENDAHULUAN

1. 1.1 Latar BelakangBertambah majunya kehidupan ekonomi, meningkatnya berbagai teknologi dan fasilitas kesehatan menyebabkan meningkatnya angka harapan hidup manusia.Meningkatnya angka harapan hidup ini berdampak pada meningkatnya jumlah penduduk lansia.Berdasarkan data dari BPS tahun 1992, pada tahun 2000 diperkirakan jumlah lanjut usia meningkat menjadi 9,99% dari jumlah seluruh penduduk Indonesia (22juta) dan jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi 11,9% pada tahun2020.Menua merupakan fenomena universal, namun derasnya atau lajunya berbeda-beda antar individu. Dengan melanjutnya usia terjadi berbagai perubahan pada tubuh kita. Orang usia lanjut pada umumnya menyadari bahwa mereka berubah lebih lambat dan mobilisasinya kurang begitu baik dibandingkan masa muda mereka. Perubahan dalam kemampuan mobilisasi ini disebabkan oleh pengaruh fisik dan psikologis.Mobilisasi adalah kemampuan untuk bergerak secara aktif baik itu yang bersifat fisikatau mental. Mobilisasi dapat juga diartikan sebagai suatu kemampuan untuk melakukan gerakan secara aktif dengan sendirinya tanpa bantuan orang lain.Faktor yang mempengaruhi mobilisasi lansia adalah factor fisik dan psikis salah satunya yaitu depresi.Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan mood yang dapat mempengaruhi pemikiran, pengambilan keputusan, perilaku, hubungan interpersonal dan fungsi tubuh secara keseluruhan pada si penderita. Depresi adalah suatu gangguan psikiatri yang paling sering menyerang manusia pada segala usia, khususnya Lansia.Lansia sering merasa sedih dan pesimis yang berhubungan dengan suatu penderitaan, dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam.Data yang diperoleh dari Depkes (1998), populasi lansia diatas 60 tahun adalah 7,2% (populasi lansia kurang lebih 15 juta). Peningkatan angka kejadian kasus depresi berbanding lurus dengan meningkatnya harapan hidup suatu populasi.Kira-kira 5% usialanjut 65-70 telah menderita depresi dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45% dari usia diatas 85 tahun.Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada 22 September 2013 di Panti Werdha, Natar, Lampung Selatan.Informasi yang diperoleh dari pengurus panti didapatkan lansia yang tidak bias melakukan mobilisasi ada 5%, yang melakukan mobilisasi tapi dengan bantuan ada 78% dan yang melakukan mobilisasi tanpa bantuan ada 17% serta yang mengalami depresi ada 90% dari seluruh lansia yang tinggal di Panti Werdha, Natar, Lampung Selatan. Adanya peningkatan yang cukup tinggi terkait fenomena depresi depresi pada lansia turut mempengaruhi aktivitas keseharian lansia, termasuk mobilisasi. diIndonesia sendiri belum banyak penelitian yang melihat hubungan depresi dengan mobilisasi. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara depresi dengan mobilisasi lansia diPanti Werdha, Natar, Lampung Selatan.

1.2 Perumusan MasalahBerdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian inia dalah : Apakah Ada hubungan antara tingkat depresi dengan gangguan mobilisasi lansia di Panti Werdha, Natar, Lampung Selatan, Lampung tahun 2013?

1.3 Tujuan Penelitian1.3.1. Tujuan UmumTujuan umum dalam penelitian ini adalah diketahuinya hubungan antara tingkat depressi dengan gangguan mobilisasi lansia di Panti Werdha, Natar, Lampung Selatan, Lampung tahun 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus1. Untuk mengetahui tingkat depresi pada lansia di Panti Werdha, Natar, Lampung Selatan2. Untuk mengetahui gangguan mobilisasi lansia Panti Werdha, Natar, Lampung Selatan3. Untuk mengetahui Hubungan antara tingkat depresi dengan gangguan mobilisasi lansia di Panti Werdha, Natar, Lampung Selatan1.4 Manfaat Penelitian1. Bagi Tempat PenelitianSebagai bahan referensi bagi instansi Panti Werdha, Natar, Lampung Selatan untuk mengetahui tingkat depresi dan pengaruhnya pada mobilisasi lansia sehingga dapat dilakukan penanganan yang lebih baik.2. Bagi Institusi PendidikanSebagai penambah informasi untuk mahasiswa jurusan Program Study Ilmu Keperawatan dalam melakukan penelitian terutama yang berkaitan dengan Depresi pada Lansia.3. Bagi PenelitiMenerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan penelitian dan menambah pengetahuan penulis tentang hubungan antara tingkat depresi dengan gangguan mobilisasi lansia.4. Bagi Peneliti SelanjutnyaDiharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan ilmu pengetahuan dalam melakukan penelitian selanjutnya tentang kesehatan jiwa lansia khususnya mengenai tingkat depresi pada lansia

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis2.1.1 Lansia2.1.1.1. Pengertian LansiaMenurut UU no.4 tahun 1969 yang termuat dalam pasal 1 seseorang dikatakan lansia setelah 55 tahun, tidak mampu atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Nugroho, 2000). Menurut organisasi kesehatan dunia dan undang-undang no.13 tahun 1998 seseorang dikatakan lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas bisa disebutkan bahwa yang disebut lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. Dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental, sosial, dan spiritual yang akan mempengaruhi semua aspek kehidupan yang akan dialami oleh semua orang karena lansia merupakan tahapan dari hidup manusia yaitu lanjutan dari usia dewasa.

2.1.1.2. Batasan-Batasan Lanjut UsiaBerdasarkan WHO Lanjut usia meliputi:a. Usia pertengahan (middle age) = usia 45-59 tahunb. Lanjut usia (elderly)= usia 60-74 tahunc. Lanjut usia tua (old) = usia 75-90 tahund. Usia sangat tua (very old) = usia > 90 tahun

2.1.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketuaan :a. Hereditas/keturunanb. Nutrisi/makananc. Status kesehatand. Pengalaman hidupe. Lingkunganf. Stress

2.1.1.4. Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia :Berbagai masalah fisik/biologis dan sosial akan muncul pada lanjut usia sebagai proses menua atau penyakit degeneratif yang muncul seiring dengan menuanya seseorang. Menua merupakan proses yang alamiah yang akan dialami oleh setiap individu. Hal ini ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh dalam penyesuaian diri terhadap perubahan-perubahan terkait usia. Perubahan-perubahan terkait usia melalui perubahan fisik, perubahan psikososial, dan perkembangan spiritual. Pada lanjut usia umumnya akan mengalami perubahan fisik dan psikososial :a. Perubahan fisikSel lebih sedikit jumlahnya, kecil ukurannya, cairan tubuh dan intraseluler berkurang, hubungan persyarafan lambat dalam respon, berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, rendahnya ketahanan terhadap dingin, tekanan darah menurun (mengakibatkan pusing mendadak) dan juga tekanan darah meninggi, jantung berdebar-debar, otot-otot pernafasan hilang kekuatannya dan menjadi kaku, paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, nyeri dada, kehilangan gigi, hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap di lidah terutama rasa manis dan asin, rasa lapar menurun, konstipasi, dan berat badan menurun, ginjal mengecil dan nefron menjadi atropi, frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin, sukar menahan buang air kecil (inkontinensia urin), produksi dari hampir semua hormon menurun, menurunnya hormon kelamin, misal: progesteron, estrogen, testoteron, kulit-kulit keriput akibat hilangnya lemak dan menurunnya turgor kulit, kulit kepala dan rambut menipis, warna kelabu, kuku jari menjadi keras dan rapuh, mudah gatal-gatal, otot-otot kram, nyeri pinggang, dan mudah jatuh.b. Perubahan-perubahan mental Pertama-tama dipengaruhi oleh perubahan fisik, khususnya organ perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas), dan lingkungan. c. Perubahan-perubahan psikososialPensiun, kesepian, gangguan gizi, penyakit kronis. Merasakan atau sadar akan kematian, gangguan syaraf dan panca indra, hilangnya kekuatan organ-organ tubuh yang mengakibatkan ketegangan fisik serta hilangnya hubungan dengan teman-teman sebaya dan sanak-saudara atau famili.

2.1.2 Mobilisasi2.1.2.1. Pengertian MobilisasiMobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk berjalan, bangkit, berdiri dan kembali ke tempat tidur, kursi, kloset, duduk dan sebagainya, disamping menggunakan ekstremitas.Mobilisasi mempunyai banyak tujuan, seperti mengekspresikan emosi, dengan gerakan nonverbal, pertahanan diri, pemenuhan kebutuhan dasar, aktivitas hidup sehari-hari, dan kegiatan rekreasi. Dalam mempertahankan mobilisasi fisik secara optimal maka sistem saraf, otot, dan skeletal harus tetap utuh dan berfungsi baik.Mobilisasi merupakan salah satu aspek yang paling penting dilihat dari sudut pandang fungsi psikologis karena mobilisasi adalah hal yang sangat mendasari untuk mempertahankan atau memelihara kebebasan karena konsekuensi yang serius akan terjadi ketika kebebasan itu hilang.

2.1.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasia. Faktor fisikAdanya penyakit-penyakit seperti rematik (arthritis) pada lutut atau tulang belakang, patah tulang akibat osteoporosis, stroke, gangguan pada telapak kaki atau jari-jari kaki juga menyebabkan lansia tidak ingin atau tidak mampu berjalan dan lain-lain.b. Faktor psikisAdanya Parkinson, demensia, depresi, kekhawatiran jatuh pada diri lansia atau kondisi keluarga juga mempengaruhi mobilisasi pada lanjut usia. Berbagai penyebab psikis yang mempengaruhi perubahan dalam kemampuan gangguan mobilisasi berasal dari kesadaran tentang merosotnya dan perasaan akan rendah diri kalau dibandingkan dengan orang yang lebih muda dalam arti kekuatan, kecepatan dan ketrampilan. Tekanan emosional, yang berasal dari sebab-sebab psikis dapat mempercepat mobilisasi untuk mencoba melakukan sesuatu yang mungkin akan membahayakan baginya. c. Faktor lingkungan1) Rumah harus memiliki ventilasi, jendela, atap dan pintu yang memadai untuk sirkulasi udara dan cahaya.2) Lantai tidak licin dan menggunakan warna yang mencolok untuk lantai yang bertingkat.3) Kamar mandi atau toilet dibangun di area yang mudah dijangkau olah lansia. Tersedianya halaman depan atau halaman belakang yang cukup luas dan asri.4) Tempatkan perabotan jauh dari area mobilisasi lansia.5) Pasang pegangan sepanjang area mobilisasi lansia.

2.1.2.3. Komponen-komponen MobilisasiTerdapat beberapa komponen dalam mobilisasi lansia, diantaranya yaitu:a. Kemandirian Kemandirian seorang lansia akan menimbulkan keberanian lansia dalam mobilisasi.b. Latihan pertahanan (Resistance training). Latihan pertahanan meliputi kecepatan gerak sendi luas lingkup gerak sendi (Range ofmotion) dan jenis aktivitas fisik bersifat untuk ketahanan, dapat membantu jantung, paru-paru, otot, dan sistem sirkulasi darah tetap sehat dan membantu tubuh mereka bertenaga. Contoh berjalan kaki, lari ringan, berkebun ataupun di sawah kekuatan yang dihasilkan karena pemendekan atau pemanjangan otot.c. Daya tahan (Endurance). Daya tahan akan meningkatkan kekuatan yang didapatkan dari latihan pertahanan. Aktivitas fisik yang bersifat untuk kekuatan dapat membantu kerja otot tubuh dalam menahan sesuatu beban yang diterima, tulang tetap kuat, dan mempertahankan bentuk tubuh serta membantu meningkatkan pencegahan terhadap penyakit seperti osteoporosis (keropos pada tulang). d. KelenturanKelenturan merupakan komponen yang sangat penting ketika lansia melakukan kegiatan karena pada lansia banyak terjadi pembatasan luas lingkup gerak sendi akibat kekakuan otot dan tendon. Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu pergerakan lebih mudah, mempertahankan otot tubuh tetap lemas (lentur) dan sendi berfungsi dengan baik. Contoh mencuci piring, mencuci pakaian mobil dan mengepel lantai.e. KeseimbanganKeseimbangan pada lansia harus dipertahankan karena gangguan keseimbangan pada lansia saat kegiatan dapat menyebabkan lansia mudah terjatuh. Komponen yang terkait dengan mobilisasi lansia diantaranya, yaitu:1) Sistem skeletalSkelet adalah rngka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang. Skelet merupakan tempat melekatnya otot dan ligamen. Iakatan ini yang menyebabkan mobilisasi dari gerakat skelet, seperti : membuka dan menutup mulut atau meluruskan lengan atau kaki

2) Karakteristik tulangKarakteristik tulang meliputi kekokohan, kekuatan dan elastisitas. Kekokohan tulang itu merupakan hasil dari adanya garam anorganik seperti kalsium dan fosfat yang tersebar dalam matrik tulang. Kekokohan berhubungan dengan kekakuan tulang, yang penting untuk mempertahankan tulang panjang tetap lurus, dan membuat tulang tetap lurus serta membuat tulang dapat menyangga berat badab saat berdiri. Selain itu, tulang mempunyai tingkat elastisitas dan fleksibilitas skelet yang dapat berubah sesuai usia.3) SendiSendi adalah hubungan diantara tulang. Setiap sendi diklasifikasikan sesuai dengan struktur dan tingkat mobilisasinya.4) LigamenLigamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih, mengkilat, fleksibel mengikat sendi menjadi satu dan menghubungkan tulang dengan kartilago. Ligamen bersifat elastis sehingga membantu fleksibilitas sendi dan mendukung sendi.5) TendonTendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih, mengkilat, yang menghubungkan otot dengan tulang. Tendon bersifat kuat, fleksibel dan tidak elastis.

6) KartilagoKartilago adalah jaringan penyambung yang tidak mempunyai vaskuler, yang terletak terutama di sendi dan di toraks, trakhea, laring, hidung, dan telinga. Kartilago permanen tidak mengalami osifikasi kecuiali pada lansia dan penyakit osteoartritis.7) Otot skeletOtot skelet mempunyai kemampuan untuk berkontransi dan berelaksasi, merupakan elemen kerja dari pergerakan

2.1.2.4. Macam-macam MobilisasiMacam-macam mobilisasi menurut Miller, 2004 yaitu :a. Mobilisasi penuhMobilisasi penuh ini menunjukkan syaraf motorik dan sensorik mampu mengontrol seluruh area tubuh. Mobilissi penuh mempunyai banyak keuntungan bagi kesehatan, baik fisiologi maupun psikologis bagi seseorang untuk memenuhi kebutuhan dan kesehatan secara bebas, mempertahankan interaksi sosial dan peran dalam kehidupan sehari-hari.b. Mobilisasi sebagianSeseorang yang mengalami mobilisasi sebagian umumnya mempunyai gangguan syaraf sensorik maupun motorik pada area tubuh. Mobilisasi sebagian dapat dibedakan menjadi :1) Mobilisasi temporer yang disebabkan oleh trauma reversibel pada sistem muskuloskeletal seperti dislokasi sendi dan tulang2) Mobilisasi permanen biasanya disebabkan oleh rusaknya sistem syaraf yang reversibel.

2.1.2.5. Mobilisasi Pada LansiaManfaat mobilisasi yang tepat dan benar bagi lansia :a. Meningkatkan kemampuan dan kemauan seksual lansiab. Kulit tidak cepat keriput atau menghambat proses penuaanc. Meningkatkan keelastisan tulang sehingga tulang tidak mudah patahd. Menghambat pengecilan otot dan mempertahankan atau mengurangi kecepatan penurunan kekuatan otot.

2.1.2.6. Alat Ukur MobilisasiAlat ukur mobilisasi menggunakan Indeks Barthel yang sudah dimodifikasi yang diambil dari buku yang berjudul Medical Care yang terdiri dari 10 pertanyaan diantaranya yaitu : melakukan makan, mengenakan pakaian atas, mangenakan pakaian bawah, mengenakan pelindung, mencuci pakaian, cuci muka/mandi, mengendalikan kandung kemih, mengendalikan usus besar, melakukan perawatan perineum, berpindah ke/dari kursi, berpindah ke/dari toilet, berpindah ke/dari kamar mandi, berjalan sepanjang 50 meter, naik/turun tangga satu lantai, menggunakan kursi roda sepanjang 50 meter. Dari pertanyaan diatas diperoleh hasil tertinggi 100 dan terendah 1, dengan pembagian kriteria mandiri utuh 100 skor, mandiri terbatas 80 skor dan bantuan (pembantu) 40 skor.

2.1.3 Depresi 2.1.3.1. Pengertian Depresi adalah suatu perasaan sedih dan pesimis yang berhubungan dengan suatu penderitaan, dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam. Gejala-gejala umum: pandangan kosong, kurang atau hilangnya perhatian pada diri, orang lain atau lingkungannya,inisiatif menurun, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, aktivitas menurun, kurangnya nafsu makan, sedih dan mungkin susah tidur di malam hari, dan bangun terlambat.Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan mood yang dapat mempengaruhi pemikiran, pengambilan keputusan, perilaku, hubungan interpersonal dan fungsi tubuh secara keseluruhan pada si penderita. Depresi adalah suatu gangguan psikiatri yang paling sering menyerang manusia pada segala usia, khususnya Lansia.Depresi adalah gangguan emosional yang bersifat tertekan, sedih, tidak bahagia, tidak berharga, tidak berarti, tidak mempunyai semangat dan pesimis terhadap hidup. Depresi adalah suatu bentuk gangguan kejiwaan dalam alam perasaan. Berdasarkan PPDGJ III (Pedoman Penggolongan Dan Diagnosis Gangguan Jiwa III), disebut sebagai depresi berat bila ditemukan 5 dari gejala-gejala ini: 1. Mood depresi hampir sepanjang hari, 2. Insomnia atau hipersomnia, 3. Hilang minat dan rasa senang secara nyata dalam aktivitas normal, 4. berat badan menurun atau bertambah, 5. agitasi atau retardasi psikomotor, 6. kelelahan atau tidak punya tenaga, 7. sulit konsentrasi, 8. rasa tidak berguna atau rasa bersalah yang berlebihan, 9. pikiran berulang tentang kematian, 10. percobaan/ide bunuh diri dan gejala-gejala ini bukanlah akibat dari tindakan medis atau karena pengaruh zat kimia. Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan untuk mengatasi depresi, di antaranya mengadakan kontak dengan Lansia sesering mungkin secara verbal maupun non verbal, libatkan Lansia dalam aktivitas sehari-hari, menyediakan waktu untuk menemaninya, dan memberi motivasi.

2.1.3.2. Ciri-ciri DepresiCiri-ciri depresi antara lain: 1. perasaan sedih berlebihan, 2. merasa tidak berharga, 3. berpusat pada kegagalan, 4. tidak ada harapan, 5. merasa kosong, 6. ide bunuh diri, 7. murung, 8. tidak berminat pada pemeliharaan diri, dan 9. aktivitas sehari-hari.

2.1.3.3. Tingkatan DepresiAdapun menurut Lenze et al (2001), tingkatan depresi dibagi atas 3 tingkat, yaitu:a. Depresi ringanSementara, alamiah, adanya rasa sedih, perubahan proses pikir, komunikasi sosial, dan tidak nyaman.b. Depresi sedang1) Afek: murung, cemas, kesal, marah, menangis, rasa bermusuhan, dan harga diri menurun.2) Proses pikir: perhatian sempit, berpikir lambat, ragu-ragu, bimbang, konsentrasi menurun, putus asa, pesimis.3) Sensasi somatik dan aktivitas motorik: bergerak lambat, tugas terasa berat, sakit kepala, mual, dan muntah.4) Pola komunikasi: berbicara lambat, komunikasi verbal kurang, komunikasi non-verbal meningkat.5) Partisipasi sosial: menarik diri, tidak mau bekerja, mudah tersinggung, tidak memperhatikan kebersihan diri.c. Depresi beratMempunyai 2 episode yang berlawanan yaitu melancolia (rasa sedih tertentu berat) dan mania (rasa gembira berlebihan disertai gerakan hiperaktif).1) Gerakan afek: pandangan kosong, perasaan hampa, putus asa, inisiatif berkurang.2) Gangguan proses pikir: halusinasi dan wahana konsentrasi berkurang, pikiran merusak diri.3) Sensasi somatik dan aktif motorik: diam dalam waktu lama, tiba-tiba hiperaktif, bergerak tanpa tujuan, kurang merawat diri, tidak mau makan dan minum, berat badan turun, bangun pagi sekali dengan perasaan tidak enak, tugas yang ringan terasa berat.4) Pola komunikasi dan peran sosial: komunikasi verbal kurang dan menarik diri.

2.1.3.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi depresiFaktor-faktor yang mempengaruhi depresi antara lain: penyakit kronik, usia, jenis kelamin, stressor psikososial, dan lingkungan. Sejumlah faktor pencetus depresi pada Lansia, antara lain faktor biologik, psikologik, stres kronis, penggunaan obat. Faktor biologik misalnya faktor genetik, perubahan struktural otak, faktor risiko vaskular, kelemahan fisik. Sedangkan faktor psikologik pencetus depresi pada lansia, yaitu tipe kepribadian, relasi interpersonal. Peristiwa kehidupan seperti berduka, kehilangan orang dicintai, kesulitan ekonomi dan perubahan situasi, stres kronis dan penggunaan obat-obatan tertentu.

2.1.3.5. Pengukuran Tingkat DepresiStatus depresi Lansia dapat diukur dengan menggunakan instrumen terstruktur GDS-15 (Geriatric Despression Scale 15-Item/Skala Depresi Geriatri) dengan rentang nilai 0 s.d. 15. Alat ukur ini memiliki sensitivitas 88,9% dan spesifisitas 47,8%.

2.2 Kerangka TeoriLansia adalah akhir dari penuaan, tahap yang mengalami banyak perubahan fisik maupun mental. Dengan perubahan fisik lansia mengalami penurunan pendengaran dan penglihatan, lansia yang sehat secara mental yaitu lansia yang menyenangi aktivitas sehari-hari. Gerakan motorik yang berulang atau kompulsif bisa merupakan indikasi kelainan obsesif-kompulsif. Berulang memungut sesuatu ataukotoran dari pakaian terkadang dikaitkan dengan demensia atau kondisitoksik. Lansia yang mengalami Depresi akan mengakibatkan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.Kerangka teori adalah hubungan antar konsep berdasarkan studi empiris. kerangka teori digunakan untuk memberikan landasan penelitian yang dilakukan.

Faktor Lingkungan :Keadaan lingkungan sekitarFaktor Psikis :DemensiaDepresiFaktor Fisik :Penyakit yang mengganggu mobilisasiKemandirianLatihan pertahananDaya tahanKelenturanKeseimbanganSistem skeletalKarakteristik tulangSendiLigamenTendonMobilisasi Lansia

Gambar 2.1 Kerangka Teori Hubungan Antara Depresi Dengan Mobilisasi Lansia (Sumber: Soejono, 2002)

2.3 Kerangka KonsepKerangka konsep adalah abstarksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal khusus (Notoatmodjo, 2012). Jika kerangka teori digunakan untuk memberikan landasan penelitian yang dilakukan, maka konsep dimaksudkan untuk menjelaskan makna dan maksud teori yang dipakai, untuk menjelaskan kata-kata yang mungkin masih abstrak dalam teori

IndependenDepresi DependenMobilisasi lansia.

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Hubungan Antara Depresi Dengan Mobilisasi Lansia

2.4 HipotesisHipotesa adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian. Biasanya hipotesa ini dirumuskan dalam bentuk hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Hipotesa berfungsi untuk menentukan kearah pembuktian, artinya hipotesa ini merupakan pertanyaan yang harus dibuktikan. Rumusan hipotesa sudah akan tercermin variabel-variabel yang akan diamati atau diukur, dan bentuk hubungan antara variabel-variabel yang akan dihipotesiskan.Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ha= Ada hubungan antara tingkat depresi dengan gangguan mobilisasi lansia di Panti Werdha Natar, Lampung Selatan Tahun 2013.Ho= Tidak Ada hubungan antara tingkat depresi dengan gangguan mobilisasi lansia di Panti Werdha Natar, Lampung Selatan Tahun 2013.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

2.5 Jenis PenelitianJenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran dengan mencari hubungan antara dua variable pada suatu situasi atau sekelompok subjek. Penelitian ini menggambarkan korelasi antara depresi dengan mobilisasi lansia di Panti Werdha, Natar, Lampung Selatan, Lampung tahun 2013.

2.6 Rancangan PenelitianPenelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional di mana data yang menyangkut variable bebas atau risiko dan variable terikat atau variable akibat, akan dikumpulkan dalam waktu yang bersama. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah depresi, sedangkan variable terikatnya adalah mobilisasi lansia di Panti Werdha, Natar, Lampung Selatan, Lampung.

2.7 Lokasi Dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di Panti Werdha, Natar, Lampung Selatan, Lampung.Waktu penelitian dimulai pada tanggal 10 November 2013 22 Desember 2013.2.8 Populasi dan Sampel2.1.4 PopulasiPopulasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.Populasi yang diteliti adalah seluruh lansia yang tinggal di Panti Werdha, Natar, Lampung Selatan, Lampung yang pada saat ini berjumlah 60 orang.

2.1.5 Sampel dan Teknik SampelSampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.Teknik sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah Random Sampling yaitu teknik penentuan sampel yang dilakukan secara acak. Pengambilan sampel harus memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut :1. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau, yang diteliti yaitu:a. Lansia yang bersedia untuk ditelitib. Mampu berkomunikasi secara verbal dan kooperatifc. Mampu mengingat kejadian yang baru saja dialamid. Mampu melakukan mobilisasi2. Kriteria eksklusi adalah mengeluarkan subjek yang tidak memenuhi criteria inklusi dari studi karena berbagai sebab, yaitu :a. Status hubungan keluargab. Karena usiac. Karena dibuang keluarganyad. Lansia yang cacatJumlah sampel yang akan diteliti dihitung berdasarkan rumus slovin sehingga diperoleh jumlah sampel sebagai berikut:

Keterangan : n = Jumlah SampelN = Jumlah Populasid = Nilai ToleransiDari perhitungan diatas diperoleh jumlah sampel sebanyak 52,17 maka dibulatkan menjadi 52 sampel.

2.9 Definisi OperasionalDefinisi operasional variable adalah unsure penelitian yang mengungkapkan bagaimana mengukur suatu variabel. Definisi operasional berguna untuk mengarahkan kepada pengukuran terhadap variabel yang bersangkutan serta mengembangkannya.

Tabel 3.1 Definisi OperasionalVariabelPenelitianDefisi OperasionalAlat Ukur Cara UkurHasilUkurSkalaPengukuran

DepresiDepresi adalah suatu perasaan sedih dan pesimis yang berhubungan dengan suatu penderitaan, dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang dalamBeck Depression InventoryWawancaraSkor : 1-63

Interval

MobilisasiMobilisasiadalahkemampuanseseoranguntukberjalan, bangkit,berdiri, dankembaliketempattidur, kursi,kloset, dudukdansebagainyapadalansiadi Panti Werdha NatarIndex Barthel

WawancaraSkor: 1-100Interval

2.10 Metode Pengumpulan Data3.6.1 Cara Pengumpulan DataPengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara kepada sampel penelitian (data primer). Data sekunder didapatkan dengan cara mencatat data yang ada di Panti Werdha, Natar, Lampung Selatan, Lampung. Setelah mendapat ijin dari Pengurus Panti Werdha, Natar, Lampung Selatan, Lampung yang terlebih dahulu mengajukan ijin penelitian.

Prosedur pengumpulan data yang dilakukan melalui tahap sebagai berikut:1. Peneliti mengurus surat menyurat yang berkaitan dengan persyaratan penelitian dan perijinan kapada kepala pengurusPanti Werdha, Natar, Lampung Selatan2. Peneliti meminta persetujuan responden untuk mengadakan wawancara.3. Peneliti melakukan wawancara kemudian responden menjawab dan jawaban tersebut diisikan peneliti kedalam angket yang telah tersedia.4. Jika wawancara telah selesai, kemudian langsung dilakukan pengolahan dan analisis data.

3.6.2 Instrumen PenelitianAlat yang digunakan untuk mengukur variable depresi dengan gangguan mobilisasi lansia adalah Beck Depression Inventory dan Index Barthel.Pada bagian Beck Depression Inventory berisi 21 pertanyaan yang digunakan untuk mengukur tingkat depresi lansia, setiap pertanyaan memiliki skor 0-3. Skor maksimal adalah 63. Responden dikatakan tidak mengalami depresi atau depresi rendah jika mendapatkan skor 1-16, mengalami depresi sedang dengan skor 17-30, dan mengalami depresi berat dengan skor 31-63.Pada bagian Index Barthel terdapat 10 pertanyaan untuk mengukur tingkat mobilisasi lansia. Skor diberikan sesuai dengan kondisi responden. Responden diberi skor 0 jika tidak mandiri, diberi skor 5 jika mandiri tetapi masih banyak memerlukan bantuan orang lain, diberi skor 10 jika mandiri tetapi masih sedikit bantuan orang lain, diberi skor 15 jika mandiri seutuhnya. Responden dikatakan mandiri utuh jika mendapatkan skor 81-100, dikatakan mandiri terbatas jika mendapatkan skor 41-80, dan dikatakan tidak mandiri jika mendapatkan skor 0 40.

2.11 Pengolahan dan Analisis Data3.7.1 Pengolahan DataPada penelitian ini data diolah dengan melalui tahap sebagai bentuk :1. EditingPenelitian melakukan koreksi data untuk melihat kelengkapan dan kebenaran jawaban kuesioner.2. CodingCoding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) pada data yang terdiri atas beberapa kategori :a. Variabel mobilisasi didapatkan dari kuesioner indeks barthel dikelompokkan :1) Mandiri utuh2) Mandiri terbatas3) Bantuan (pembantu)b. Variabel depresi didapatkan dari kuesioner Skala Depresi Geriatrik dikelompokkan :1) Tidak depressi jika Skor Yang Diperoleh 0-42) Depresi jika skor yang diperoleh >5

3. EntryEntri adalah memasukkan data yang diperoleh menggunakan fasilitas computer dengan menggunakan system atau program komputer.4. TabulatingTabulasi adalah mengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian, kemudian dimasukkan dalamtabel yang sudah disiapkan.Setiap pertanyaan yang sudah diberi nilai, hasilnya dijumlahkan dan dikategorikan sesuai dengan jumlah pertanyaan pada kuesioner.Kegiatan memasukkan data-data hasil penelitian kedalamtabel-tabel sesuai kriteria.

3.7.2 Analisis Data1. UnivariatAnalisa univariat adalah analisa yang dilakukan terhadap tiap variable dari hasil penelitian. Penelitian melakukan analisis univariat dengan tujuan yaitu analisis deskriptif variable penelitian yaitu depresi dan mobilisasi lansia.Analisis univariat digunakan untuk mengestimasi parameter populasi untuk data numeric terutama ukuran-ukuran terdiri sentral, data kategorik dengan distribusi frekuensi.2. BivariatAnalisa yang dilakukan terhadap duavariabel yang diduga berhubungan.Dalam analisa ini menggunakan pengujian statistic dengan Korelasi Pearson, dengan skala ukur convidance interval sebesar 95%.28