Malaria -BAB III Pembahasan

22
BAB III PEMBAHASAN PROBLEM 1. Malaria a. Pengertian Malaria adalah suatu penyakit parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual dalam darah. b. Etiologi Malaria bisa disebabkan oleh plasmodium yang dikeluarkan oleh nyamuk anopheles betina. Ada 4 jenis plasmodium yang menyebabkan penyakit malaria: Plasmodium vivax, yang menyebabkan malaria tertiana. Plasmodium malariae, menyebabkan malaria kuartana. Plasmodium falciparum, menyebabkan malaria tropika, tertiana maligna. Plasmodium ovale, menyebabkan malaria ovale. c. Pemeriksaan Fisik Manifestasi klinis malaria tergantung pada imunitas penderita dan tingginya transmisi infeksi malaria. Berat ringannya infeksi dipengaruhi oleh jenis plasmodium (pl.falsiparum sering memberikan komplikasi), daerah asal infeksi (pola resistensi terhadap pengobatan) dan umur (usia lanjut dan bayi sering lebih berat), Dikenal 4 jenis plasmodium yaitu : 1. Pl.vivax merupakan infeksi yang paling sering dan menyebabkan malaria tertiana/vivax 2. Pl.falsiparum menyebabkan komplikasi, disebut juga dengan malaria tropika/falsiparum, mudah resisten dengan pengobatan 1

Transcript of Malaria -BAB III Pembahasan

Page 1: Malaria -BAB III Pembahasan

BAB III

PEMBAHASAN

PROBLEM

1. Malaria

a. Pengertian

Malaria adalah suatu penyakit parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang

eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual dalam darah.

b. Etiologi

Malaria bisa disebabkan oleh plasmodium yang dikeluarkan oleh nyamuk anopheles betina.

Ada 4 jenis plasmodium yang menyebabkan penyakit malaria:

Plasmodium vivax, yang menyebabkan malaria tertiana.

Plasmodium malariae, menyebabkan malaria kuartana.

Plasmodium falciparum, menyebabkan malaria tropika, tertiana maligna.

Plasmodium ovale, menyebabkan malaria ovale.

c. Pemeriksaan Fisik

Manifestasi klinis malaria tergantung pada imunitas penderita dan tingginya transmisi

infeksi malaria. Berat ringannya infeksi dipengaruhi oleh jenis plasmodium (pl.falsiparum

sering memberikan komplikasi), daerah asal infeksi (pola resistensi terhadap pengobatan)

dan umur (usia lanjut dan bayi sering lebih berat),

Dikenal 4 jenis plasmodium yaitu :

1. Pl.vivax merupakan infeksi yang paling sering dan menyebabkan malaria tertiana/vivax

2. Pl.falsiparum menyebabkan komplikasi, disebut juga dengan malaria

tropika/falsiparum, mudah resisten dengan pengobatan

3. Pl.malariae, jarang namun dapat menyebabkan malaria quartana/malariae

4. Pl.ovale, memberikan infeksi yang paling ringan, sering sembuh spontan tanpa

pengobatan dan menyebabkan malaria ovale

Malaria mempunyai karakteristik demam periodik, anemi dan splenomegali. Masa inkubasi

bervariasi pada masing-masing plasmodium. Gejala yang klasik yaitu terjadinya “trias

malaria” secara berurutan berupa menggigil, demam dan berkeringat:

Anamnesis :

1. Demam (>37,5oC)

Demam malaria juga bersifat periodik, dan intermiten. Pada demam

intermiten, suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu

hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali disebut tersiana dan dua hari

1

Page 2: Malaria -BAB III Pembahasan

bebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana. Malaria memiliki

demam yang khas dengan “trias malaria” yaitu terjadinya secara berurutan berupa

menggigil, demam dan berkeringat.

a. Periode dingin (15-60 menit)

Mulai menggigil, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau sarung

dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling

terantuk.

b. Periode demam

Penderita muka merah, nadi cepat, dan panas badan tetap tinggi beberapa jam,

diikuti dengan keadaan

c. Perode berkeringat

Penderita berkeringat banyak dan temperature turun, dan penderita merasa

sehat.

Trias malaria lebih sering terjadi pada infeksi P. vivax, pada P. falciparum menggigil

dapat berlangsung berat ataupun tidak ada. Periode tidak panas berlangsung 12 jam

pada P. falciparum, 36 jam pada P. vivax dan ovale, pada 60 jam pada P. malariae.

Patofisiologi Demam

Demam mulai timbul bersamaan denganpecahnya skizon darah yang

mengeluarkanbermacam-macam antigen. Antigen ini akan merangsang sel-sel

makrofag, monosit atau limfosit yang mengeluarkan berbagai macam sitokin, antara

lain TNF (Tumor Necrosis Factor) akan dibawa aliran darah kehipotalamus yang

merupaka pusat pengatursuhu tubuh dan terjadi demam

PEMBAHASAN KASUS

Os mengalami panas dingin sejak 5 hari SMRS, demam yang dirasakan adalah dingin

disertai menggigil kemudian ketika panas turun ke suhu badan normal. Os berkeringat

dan panas hilang. Demam muncul kapan saja tanpa dipengaruhi waktu.

Pada kasus, tipe demam Os adalah intermiten yang disertai oleh Trias Malaria, hal ini

sesuai dengan demam pada malaria, tetapi Os memiliki siklus yang tidak jelas, karena

Os mengatakan demam tersebut terjadi sepanjang hari, oleh karena itu dari

anamnesis kita sulit membedakan jenis dari malarianya. Os juga mengalami trias

malaria yaitu menggigil sebelum demam, dan berkeringat setelah demam.

KESIMPULAN

2

Page 3: Malaria -BAB III Pembahasan

Karakter Demam sesuai dengan karakter demam MALARIA

2. Gejala penyerta :sakit kepala, mual muntah, diare, dan nyeri otot

PEMBAHASAN KASUS

Pada kasus, OS mengalami mual muntah sebanyak 3 kali, konstipasi dan nyeri otot.

KESIMPULAN

Gejala yang dialami Os mendukung penyakit malaria,tapi tidak semua malaria

mengalami diare, pada Os terjadi konstipasi.

3. Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu ke daerah endemik malaria

PEMBAHASAN KASUS

Pada kasus, OS baru saja pulang dari Sumatra (Jambi) dan menetap disana selama 4

bulan

KESIMPULAN

Riwayat berpergian mendukung diagnosis TB

4. Riwayat tinggal di daerah endemik malaria

PEMBAHASAN KASUS

Pada kasus, OS baru saja pulang dari Sumatra (Jambi) dan menetap disana selama 4

bulan

KESIMPULAN

Riwayat menetap mendukung diagnosis TB

5. Riwayat sakit malaria

Malaria memiliki masa :

- Recrudscense

Berulangnya gejala klinik dan parasitemia dalam masa 8 minggu sesudah

berakhirnya serangan primer. Recrudense dapat terjadi berupa berulangnya

gejala klinik sesudah periode laten dari serangan primer

Masa Laten : yaitu periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama terjadinya

infeksi malaria. Biasanya terjadi diantara dua keadaan paroksismal.

- Recurrence

Yaitu berulangnya gejala klinik atau parasitemia setelah 24 minggu berakhirnya

serangan primer.

- Relapse

Ialah berulangnya gejala klinik atau parasitemia yang lebih lama dari waktu

diantara serangan periodik dari infeksi primer yaitu setelah periode yang lama

3

Page 4: Malaria -BAB III Pembahasan

dari masa latent (sampai 5 tahun), biasnaya terjadi karena infeksi tidak sembuh

atau oleh bentuk diluar eritrosit (hati) pada malaria vivaks atau ovale.

PEMBAHASAN KASUS

Pada Kasus, sewaktu Os menetap di Jambi, Os sempat terkena malaria dan telah

menjalani pengobatan selama 7 hari. Dan gejala klinis muncul kembali 2 bulan

kemudian.

KESIMPULAN

Os mengalami recrudscence malaria

6. Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir

PEMBAHASAN KASUS

Sewaktu terkena malaria Os sudah menjalani pengobatan selama 7 hari.

KESIMPULAN

Os telah menyelesaikan pengobatan tahap lini pertama

7. Riwayat mendapat transfusi darah

PEMBAHASAN KASUS

Os tidak pernah mendapat transfusi darah

KESIMPULAN

Transfusi darah bukan merupakan satu-satunya cara penularan malaria

Pemeriksaan Fisik

1. Anemia

Mekanisme terjadinya anemia : rusaknya eritrosit oleh parasit, hambatan eritropoiesis

sementara, hemolisis oleh karena proses complemen mediated immune complex,

eritrofagositosis, penghambatan pengeluaran retikulosit, dan pengaruh sitokin.

P. Falciparum : menginfeksi semua jenis sel darah merah anemia akut dan

kronis

P. vivax dan ovale : menginfeksi sel darah merahyang masi muda (2% dari semua

jumlah sel darahmerah) → anemia kronis

P. malariae : menginfeksi sel darah merah yang masimuda (15 dari semua

jumlah sel darah merah) → anemia kronis

PEMBAHASAN KASUS

Pada Kasus, tanda anemis dari pemeriksaan fisik adalah adanya konjungtiva anemis

pada kedua mata dan adanya tangan yang pucat pada telapak tangan.

Sedangkan dari pemeriksaan Lab , didapatkan hasil Hb masih berada pada batas

normal yaitu 13,8 g/dL

4

Page 5: Malaria -BAB III Pembahasan

KESIMPULAN

Anemis telah telihat pada pemeriksaan fisik walaupun Laboratorium menunjukkan

derajat normal.

2. Pembesaran limpa (splenomegali)

Lien merupakan organ retikuloendotelial, dimana Plasmodium dihancurkan oleh sel-

sel makrofag dan limfosit. Penambahan sel-sel radang ini akan menyebabkan limpa

membesar. Splenomegali sering dijumpai pada penderita malaria, limfa akan teraba

setelah 3 hari dari serangan infeksi akut, limpa menjadi bengkak, nyeri dan hiperemis.

PEMBAHASAN KASUS

Pada kasus tidak terjadi splenomegali karena batas bawah lien tidak teraba dan ruang

traube masih kosong (tympani).

KESIMPULAN

Limfa belum membesar pada hari ke 6 demam.

3. Malaria Berat

Perhatikan tersangka malaria berat :

- Gangguan kesadaran

- Keadaan umum lemah

- Kejang

- Panas tinggi

- Perdarahan hidung, gusi atau saluran pernapasan

- Mata dan Tubuh kuning

- Nafas cepat atau sesak napas

- Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum

- Warna air seni seperti teh tua dan sampai kehitaman

- Jumlah air seni berkurang sampai anuria

- Telapak tangan pucat

PEMBAHASAN KASUS

Pada kasus, Os mengalami warna terus menerus dan telapak tangan yang pucat

KESIMPULAN

Os sudah menunjukkan adanya tanda tanda malaria berat.

Pemeriksaan Laboratorium

Hemoglobin dan Hematokrit

Cenderung menurun karena sifat plasmodium yang menhancurkan sel darah merah

5

Page 6: Malaria -BAB III Pembahasan

PEMBAHASAN KASUS

Sedangkan dari pemeriksaan Lab , didapatkan hasil Hb masih berada pada batas normal

yaitu 13,8 g/dL

KESIMPULAN

Sesuai dengan malaria

Eosinofil dan Limfosit

Pada pemeriksaan LAB didapatkan Limfosit Os menurun disertai kadar LED yang

meningkat, hal ini menunjukkan infeksi sudah terjadi sejak lama (kronik).

Sediaan Hapus darah

Pemeriksaan darah tepi (tetes tebal dan hapusan tipis). Pemeriksaan sediaan darah

tebal dan tipis penting untuk diagnosis, untuk menentukan jenis parasit dan nilai

ambang parasit/kepadatan parasit. Hapusan tipis diutamakan dalam melihat spesiesnya

apakah pl. falsiparum atau pl. vivax atau pl. malariae, atau pl. ovale.

6

Page 7: Malaria -BAB III Pembahasan

PEMBAHASAN KASUS

Os sudah periksa sediaan darah hapus selam 3 x dan hasilnya menunjukkan positif

dengan jenis malaria vivax, tapi laboratorium tidak menjukkan kepadatan parasit

secara kuantitatif dan kualitatif.

KESIMPULAN

Diagnosis pasti MALARIA sudah ditegakkan pada OS

Pemeriksaan RDT

Tes diagnosis cepat. Penggunaan tes ini terutama pada situasi dimana tidak tersedia

pemeriksaan mikroskopis malaria. Pemeriksaan ini juga digunakan untuk skrining

penderita dengan kecurigaan malaria dalam rangka pengobatan segera seperti di klinik

gawat darurat.

7

Page 8: Malaria -BAB III Pembahasan

PEMBAHASAN KASUS

Os sudah tidak dilakukan pemeriksaan RDT.

KESIMPULAN

Tidak semua penderita Malaria harus dilakukan pemeriksaan RDT

Pemeriksaan Serologi

Menggunakan teknik indirect fluorescent antibody test. Tes ini berguna mendetekasi

adanya antibodi spesifik terhadap malaria atan pada keadaan dimana parasit sangat

minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat diagnostik karena antibodi baru

terjadi setelah beerapa hari parasitemia. Biasanya dihnakan untuk penelitian, teknik :

ELISA, indirect hemoglutination test, radioimunoassay.

Pemeriksaan PCR

Pemeriksaan ini sangat peka terhadap DNA, waktu diapakai cukup cepat dan

sensitivitas maupun spesifitasnya sangat sedikit dapat memberikan hasil positif. Tes ini

juga digunakan untuk penelitian.

Penatalaksanaan

8

Page 9: Malaria -BAB III Pembahasan

PEMBAHASAN KASUS

Karena Os sudah pernah menderita malaria 2 bulaan yang lalu, maka Os berada pada tahap

Recrudense dan diberikan obat lini kedua berupa :

1. Kina 3 x 3 tab (@200mg) setelah makan

2. Primakuin 1 x 1 tab (@25 mg) setelah makan

Karena Os mengalami demam maka diberikan Paracetamol 3 x 500mg sebagai analgetik

2. Demam Tifoid

a. Pengertian

Demam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau typoid fever. Demam

tifoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan (usus

halus) dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran

pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran

b. Etiologi

Bakteri Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi

c. Patogenesis

9

Page 10: Malaria -BAB III Pembahasan

Bakteremia pertama (Asimtomatik)

Masuknya kuman Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi ke dalam tubuh manusia

melalui makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman di musnahkan didalam

lambung. Sebagian lolos masuk kedalam usus dan selanjutnya berkembang biak. Bila

respons imunitas humoral mukosa usus (IgA) kurang baik, maka kuman akan menembus

sel-sel epitel dan selanjutnya ke lamina propia. Di sini kuman berkembang biakdan di

fagositosis oleh sel-sel fagosit terutama oleh sel makrofag. Kuman dapat hidup dan

berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya di bawa ke plaque Penyeri ileum

distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya masuk ke dalam

sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama limpa

dan hati.

Bakteremia kedua:

Di organ retikuloendotelial tubuh terutama limpa dan hati, kuman meninggalkan sel-sel

fagosit kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk

ke dalam sirkulasi darah lagi. Ini disertai tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik

d. Manifestasi Klinik

Manifestasi Klinis

Masa tunas demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari.

1. DEMAM

Pada minggu pertama:

Demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare,

perasaan tidak enak di perut, batuk dan epistaksis.

Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore hingga malam hari.

Pada minggu kedua:

Demam, bradikardia relatif, lidah tifoid ( kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta

tremor), hepatomegali, splenomegali, gangguan mental (somnolen, stupor, koma, delirium

atau psikosis), roseolae (jarang di temukan).

PEMBAHASAN KASUS

Pada kasus, Os mengalami demam hari ke 6, Os berada pada minggu pertama. Dengan

tambahan gejala yaitu nyeri pada otot, nyeri pada ulu hati, mual muntah, tapi karakteristik

dari demam tidak sesuai, tipe demam kasus adalah intermiten sedangkan tipemyalgia dan

konstipasi. demam tifoid adalah meningkat di malam hari.

KESIMPULAN

Os sudah menunjukkan gejala klinis demam tifoid dengan sifat demam yang berbeda.

10

Page 11: Malaria -BAB III Pembahasan

2. Ganguan pada saluran pencernaan

Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-pecah (ragaden) .

Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang

disertai tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung

(meteorismus). Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya

didapatkan konstipasi, akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare.

PEMBAHASAN KASUS

Pada kasus, Os mengalami konstipasi dengan (Konsistensi feses keras dan kecil bewarna

kuning) tetapi coated tongue negatif, tidak ditemukan. Abdomen tidak kembung, hati dan

limpa tidak membesar

KESIMPULAN

Gejala konstipasi mendukung adanya demam tifoid.

3. Gangguan kesadaran

Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu apatis

sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah.

PEMBAHASAN KASUS

Pada kasus, Os tidak mengalami penurunan kesadaran

KESIMPULAN

Tidak semua penderita tifoid mengalami penurunan kesadaran

Pemeriksaan LABORATORIUM

1. Pemeriksaan darah

Pada pemeriksaan darah perifer lengkap sering ditemukan leukopenia, tetapi dapat

pula leukosit normal ataupun leukositosis. Laju Endap Darah dapat meningkat.

PEMBAHASAN KASUS

Pada kasus, kadar leukosit nya adalah normal, sedangkan LED meningkat, kadar

eosinofil juga meningkat, disertai kadar IgG Salmonela yang meningkat.

KESIMPULAN

Hasil Laboratorium sesuai dengan DEMAM TIFOID

2. Uji Widal

Uji Widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).

Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella typhi terdapat dalam serum penderita

demam tifoid, pada orang yang pernah tertular Salmonella typhi dan pada orang yang

pernah mendapatkan vaksin demam tifoid.

11

Page 12: Malaria -BAB III Pembahasan

Antigen yang digunakan pada uij Widal adalah suspensi Salmonella typhi yang

sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji Widal adalah untuk

menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita yang diduga menderita demam

tifoid. Pemeriksaan ini mengukur kadar aglutinasi antibodi terhadap antigen O dan H

dalam darah (antigen O muncul pada hari ke 6-8, dan antibodi H muncul pada hari ke

10-12).

Dari ketiga aglutinin (aglutinin O, H, dan Vi), hanya aglutinin O dan H yang

ditentukan titernya untuk diagnosis. Semakin tinggi titer aglutininnya, semakin besar

pula kemungkinan didiagnosis sebagai penderita demam tifoid. Pada infeksi yang aktif,

titer aglutinin akan meningkat pada pemeriksaan ulang yang dilakukan selang waktu

paling sedikit 5 hari. Peningkatan titer aglutinin empat kali lipat selama 2 sampai 3

minggu memastikan diagnosis demam tifoid.

Interpretasi hasil uji Widal adalah sebagai berikut :

a. Titer O yang tinggi ( > 160) menunjukkan adanya infeksi akut

b. Titer H yang tinggi ( > 160) menunjukkan telah mendapat imunisasi atau pernah

menderita infeksi

c. Titer antibodi yang tinggi terhadap antigen Vi terjadi pada carrier.

Beberapa faktor yang mempengaruhi uji Widal antara lain :

1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Penderita

a. Keadaan umum gizi penderita

Gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.

b. Waktu pemeriksaan selama perjalanan penyakit

Aglutinin baru dijumnpai dalam darah setelah penderita mengalami sakit

selama satu minggu dan mencapai puncaknya pada minggu kelima atau

keenam sakit.

c. Pengobatan dini dengan antibiotik

Pemberian antibiotik dengan obat antimikroba dapat menghambat

pembentukan antibodi.

d. Penyakit-penyakit tertentu

Pada beberapa penyakit yang menyertai demam tifoid tidak terjadi

pembentukan antibodi, misalnya pada penderita leukemia dan karsinoma

lanjut.

e. Pemakaian obat imunosupresif atau kortikosteroid dapat menghambat

pembentukan antibodi.

12

Page 13: Malaria -BAB III Pembahasan

f. Vaksinasi

Pada orang yang divaksinasi demam tifoid, titer aglutinin O dan H meningkat.

Aglutinin O biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan

titer aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh karena

itu titer aglutinin H pada seseorang yang pernah divaksinasi kurang

mempunyai nilai diagnostik.

g. Infeksi klinis atau subklinis oleh Salmonella sebelumnya

Keadaan ini dapat menyebabkan uji Widal positif, walaupun titer aglutininnya

rendah. Di daerah endemik demam tifoid dapat dijumpai aglutinin pada orang-

orang yang sehat.

Pemeriksaan laboratorium yang selama ini banyak dilakukan adalah

pemeriksaan serologis yaitu Widal tes. Pemeriksaan ini mengukur kadar

aglutinasi antibodi terhadap antigen O dan H dalam darah (antigen O muncul

pada hari ke 6-8, dan antibodi H muncul pada hari ke 10-12). Kelemahan

pemeriksaan ini adalah sensitivitas yang kurang, memberikan hasil negatif

sampai 30% dari sampel biakan positif penyakit tifus, sehingga hasil tes Widal

negatif bukan berarti dapat dipastikan tidak terjadi infeksi.

3. Kultur Darah

Hasil biakan darah yang positif memastikan demam tifoid, akan tetapi hasil negatif

tidak menyingkirkan demam tifoid, karena mungkin disebabkan beberapa hal sebagai

berikut:

o Telah mendapat terapi antibiotik

o Volume darah yang kurang

o Riwayat vaksinasi

o Saat pengambilan darah setelah minggu pertama

4. IGM Salmonella

Pemeriksaan yang dapat dijadikan alternatif untuk mendeteksi penyakit demam

typhoid lebih dini adalah mendeteksi antigen spesifik dari kuman Salmonella

( lipopolisakarida O9) melalui pemeriksaan IgM Salmonella ( Tubex TF). Pemeriksaan ini

lebih spesifik lebih sensitive, dan lebih praktis untuk deteksi dini infeksi akibat kuman

Salmonella typhi.

Keunggulan pemeriksaan TUBEX TF :

* Mendeteksi secara dini infeksi akut akibat

* Salmonella typhi, karena antibody IgM

13

Page 14: Malaria -BAB III Pembahasan

* muncul pada hari ke 3 terjadinya demam.

* Mempunya sensitivitas yang tinggi

* terhadap kuman Salmonella ( > 95 %)

* Hanya dibutuhkan sample darah sedikit,

* Hasil dapat diperoleh lebih cepat.

PEMBAHASAN KASUS

Pada kasus, Os sudah melakukan pemeriksaan widal dan IgM Salmonella, tetapi

hasilnya adalah negatif untuk widal dan positif untuk IgM Salmonella.

KESIMPULAN

Hasil Laboratorium tidak selalu cocok, banyak false negatif dan positif yang bisa

mempengaruhi. Kemungkinan dari kasus ini, antibodi O maupn H pada Os belum

muncul pada hari ke 6 demam. Tapi sudah dapat terdeteksi oleh pemeriksaan IgM

Salmonella.

Tata Laksana Demam Tifoid

1. Istirahat dan perawatan

2. Diet dan terapi penunjang

3. Pemberian Antibiotika

o Kloramfenikol, 4 x 500 mg/ hari per oral ataupun IV diberikan selama 7 hari bebas

panas. Hati-hati pemberian pada leukopenia.

o Triamfenikol, 4 x 500 mg.

o Kotrimoksazole, 2 x 2 tablet ( 1 tablet mengandung sulfametoksazole 400 mg dan 80

trimetoprin) selama 2 minggu.

o Sefalosporin generasi ketiga (seftriakson), 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc diberikan

selama ½ jam perinfus sekali sehari, diberikan 3-5 hari.

o Golongan Fluorokuinolon

Norfloksasin, 2 x 400 mg/ hari selama 14 hari

Siprofloksasin, 2 x 500 mg/ hari selama 6 hari

Ofloksasin, 2 x 400 mg/ hari selama 7 hari

Pefloksasin, 400 mg/ hari selama 7 hari

Fleroksasin, 400 mg/ hari selama 7 hari

PEMBAHASAN KASUS

Yang digunakan Os pada kasus adalah Siprofloksasin dengan dosis 2 x 500mg/hari

DIAGNOSIS BANDING

14

Page 15: Malaria -BAB III Pembahasan

1. Demam Dengue

a. Pengertian

Demam Dengue (DD/Dengue Fever) dan Demam Berdarah Dengue

(DBD/Dengue Hemorrhagic Fever) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus

dengue. Tidak seperti DD yang merupakan demam yang bersifat self-limited, DBD

merupakan penyakit komplikasi yang lebih serius dan biasanya diikuti oleh komplikasi

Sindroma Syok Dengue (SSD/Dengue Shock Syndrome) jika tidak segera mendapatkan

penanganan yang adekuat. Keduanya merupakan penyakit yang mengancam jiwa, hal

ini ditandai oleh manifestasi perdarahan dan kehilangan plasma dari ruang vaskuler.

b. Etiologi dan Transmisi

Demam dengue dan Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue,

yang termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus

berdiameter 30 nm yang terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat

molekul 4×106. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4, dengan

variasi DEN-3 merupakan serotipe terbanyak yang ditemukan di Indonesia. Variasi DEN-

3 dan DEN-2 secara berurutan merupakan serotipe dominan dan banyak berhubungan

dengan kasus berat di Indonesia.

Vektor virus dengue adalah nyamuk Aedes Aegypti atau Aedes Albopictus. Virus

dengue ditransmisikan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes betina yang terinfeksi.

Nyamuk betina tersebut mendapatkan infeksi virus dengue saat sedang mencari

makanan dalam darah manusia yang terinfeksi. Setelah melewati masa inkubasi yang

biasanya sekitar 8-10 hari, nyamuk tersebut dapat menularkan infeksi virus dengue

kepada manusia lain hingga seumur hidupnya saat sedang mencari makanan dalam

darah manusia tersebut. Nyamuk betina tersebut juga dapat menularkan infeksi virus

melalui telur yang dikeluarkannya, tetapi mekanisme transmisi tersebut hingga saat ini

belum diketahui secara rinci.

c. Manifestasi Klinis dan Perjalanan Penyakit

Demam dengue dengue adalah suatu penyakit yang ditandai dengan demam

akut karena infeksi virus merupakan penyakit infeksi yang tidak fatal dan cenderung

singkat yang ditandai oleh :

Demam bifasik, nyeri kepala, nyeri pada beberapa bagian tubuh tertentu,

limfadenopati, serta leukopenia. Demam tinggi yang terjadi pada infeksi virus

dengue tersebut berlangsung selama 5-6 hari (dengan suhu 103-105oF atau 39-

40oC) meskipun demam dapat turun pada hari ketiga atau keempat.

15

Page 16: Malaria -BAB III Pembahasan

PEMBAHASAN KASUS

Pada kasus, Os sudah mengalami demam selama 6 hari. Dengan tipe demam periodik

intermiten.

KESIMPULAN

Gejala demam tidak sesuai dengan karakteristik demam dengue.

Pemeriksaan Penunjang

1) Laboratorium

Parameter yang dapat diperiksa antara lain :

1. Leukosit dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui Limfositosis

relatif (>45% dari total leukosit).

2. Trombositopenia yang biasanya muncul pada hari ke 3-8.

3. Hematokrit yang meningkat >20% baik dari populasi yang sama maupun dari

hematokrit awal membuktikan adanya kebocoran plasma. Umumnya dimulai pada

hari ke-3 demam.

4. Hemostasis (PT, APTT, Fibrinogen dan D-dimer) pada kecurigaan perdarahan atau

koagulopati.

5. Hipoproteinemia atau hipoalbuminemia akibat kebocoran plasma.

6. Elektrolit sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.

7. Imunoserologi berupa IgM (merupakan penanda infeksi saat ini) dan IgG (merupakan

penanda infeksi masa lalu).

IgM akan terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3 dan

menghilang setelah 60-90 hari setelahnya.

Sedangkan IgG terdeteksi pada hari ke-14 pada infeksi primer dan hari ke-2 pada

infeksi sekunder.

Diagnosis pasti DBD dapat didapatkan dengan melakukan tes isolasi virus dengue

pada serum atau mengunakan PCR atau mendapatkan peningkatan titer serologi IgM

dan peningkatan 4 kali lipat serologi IgG menggunakan metode inhibisi

hemaglutinasi.

PEMBAHASAN KASUS

Pada kasus, (demam hari ke 6) terjadi kadar leukosit normal, limfositopenia,

trombositopenia, hematokrit normal, Hasil laboratorium yang mendukung adalah

adanya trombositopenia dan limfositopenia. Tetapi IgG fan IgM dengue (-).

Seharusnya pada demam ke 6, IgM sudah positif.

KESIMPULAN

16

Page 17: Malaria -BAB III Pembahasan

Hasil laboratorium yang mendukung tidak spesifik, sedangakan pemeriksaan pasti

adalah negatif DBD

17