BAB III Kelompok 7 Monggo Di Print Acc 1 (2)

28
PRAKTIKUM PETROLOGI LABORATORIUM GEOLOGI PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BAB III BATUAN PIROKLASTIK 3.1. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum kali ini adalah : 1. Mengetahui dan membedakan batuan piroklastik berdasarkan klasifikasinya. 2. Menginterpretasikan penamaan batuan – batuan piroklastik berdasarkan deskripsinya. 3.2. Dasar Teori Batuan Piroklastik adalah batuan vulkanik klastik yang dihasilkan oleh serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan gunungapi. Material penyusun tersebut terendapkan dan terbatukan atau terkonsolidasikan sebelum mengalami transportasi (reworked) oleh air atau es. Pada kegiatannya batuan hasil kegiatan gunungapi dapat berupa aliran lava sebagaimana diklasifikasikan dalam batuan beku atau berupa produk ledakan atau eksplosif dari material yang bersifat padat, cair ataupun gas yang terdapat dalam perut gunung (Anonim, 2014). Abdi Humaidi H1C113052

description

petrologi bab III

Transcript of BAB III Kelompok 7 Monggo Di Print Acc 1 (2)

Page 1: BAB III Kelompok 7 Monggo Di Print Acc 1 (2)

PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM GEOLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BAB III

BATUAN PIROKLASTIK

3.1. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum kali ini adalah :

1. Mengetahui dan membedakan batuan piroklastik berdasarkan

klasifikasinya.

2. Menginterpretasikan penamaan batuan – batuan piroklastik berdasarkan

deskripsinya.

3.2. Dasar Teori

Batuan Piroklastik adalah batuan vulkanik klastik yang dihasilkan oleh

serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan gunungapi. Material

penyusun tersebut terendapkan dan terbatukan atau terkonsolidasikan sebelum

mengalami transportasi (reworked) oleh air atau es. Pada kegiatannya batuan

hasil kegiatan gunungapi dapat berupa aliran lava sebagaimana diklasifikasikan

dalam batuan beku atau berupa produk ledakan atau eksplosif dari material

yang bersifat padat, cair ataupun gas yang terdapat dalam perut gunung

(Anonim, 2014).Batuan piroklastik bisa juga diartikan sebagai batuan yang terbentuk di

permukaan setelah terjadinya letusan material piroklastik. Dari gunungapi

tersebut dapat terjadi dua macam letusan, yaitu letusan bersifat meleleh (non

explosive erupsions). Contoh letusan tipe ini adalah tipe Hawai yang

merupakan lava datar tinggi dengan mancur lavanya (lava fountain). Meskipun

letusan bersifat meleleh (non explosive) kelihatan hebat selama terjadinya,

balon gas yang viskositasnya rendah akan menaikkan magma basalt ke atas.

Letusan yang bersifat meledak (explosive eruptions) dicirikan oleh

tekanan gas yang tinggi dari batuan yang dilepaskan. Pecahan dari batuan yang

terlempar selama terjadinya letusan gunungapi dinamakan piroklasi batuan, Abdi HumaidiH1C113052

Page 2: BAB III Kelompok 7 Monggo Di Print Acc 1 (2)

PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM GEOLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

sedangkan batuan yang terbentuk dari peristiwa piroklasi dinamakan batuan

piroklastik.

Selain batuan metamorf, batuan sedimen dan batuan beku terdapat satu

lagi jenis batuan yang sangat unik yaitu batuan piroklastik. Hal ini

dikarenakan secara genetis, kelompok batuan ini lebih dekat dengan batuan

ekstrusif, tetapi secara deskriptif dan cara terjadinya memperlihatkan ciri

(struktur dan tekstur) yang mirip dengan kelompok batuan sedimen klastik.

Kelompok batuan ini didefinisikan sebagai batuan yang dihasilkan (secara

langsung) oleh aktifitas erupsi secara eksplosif dari gunungapi. Karena

mempunyai sifat yang unik, maka terminologi yang digunakan untuk pemerian

batuan ini juga khusus.

Batuan piroklastik sangat berbeda teksturnya dengan batuan beku,

apabila batuan beku adalah hasil pembekuan langsung dari magma atau lava,

jadi dari fase cair ke fase padat dengan hasil akhir terdiri dari kumpulan kristal,

gelas ataupun campuran dari kedua-duanya. Sedangkan batuan piroklastik

terdiri dari himpunan material lepas-lepas (dan mungkin menyatu kembali) dari

bahan-bahan yang dikeluarkan oleh aktifitas gunungapi, yang berupa material

padat berbagai ukuran (dari halus sampai sangat kasar, bahkan dapat mencapai

ukuran bongkah). Oleh karena itu klasifikasinya didasarkan atas ukuran butir

maupun jenis butirannya.

Pengamatan petrografi dari batuan piroklastik ini sangat terbatas, oleh

karena itu sangat dianjurkan, untuk mempelajari dengan baik dari kelompok

batuan piroklastik ini harus dilakukan pengamatan di lapangan, karena

keterbatasan yang dimiliki bila hanya dilakukan pengamatan mikroskopi saja

(Endarto, 2005).

3.2.1. Komposisi Material Batuan Piroklastik

Material yang keluar dari letusan gunung berapi disebut material

piroklastik yang menjadi cikal bakal terbentuknya batuan piroklastik.

Material piroklastik tidak sepenuhnya bersifat cair (berupa lahar),

namun bisa juga berupa batuan yang sudah terbentuk (batuan beku

plutonik), yaitu batuan beku yang terbentuk di dalam bumi. Material

Abdi HumaidiH1C113052

Page 3: BAB III Kelompok 7 Monggo Di Print Acc 1 (2)

PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM GEOLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

penyusun batuan piroklastik hasil erupsi ledakan (eksplosif) gunung

api bersifat fragmental.

Material penyusun batuan–batuan piroklastik dapat

dikelompokkan sebagai berikut:

a. Kelompok Juvenil (Essential)

Bila material penyusun dikeluarkan secara langsung dari

magma, terdiri dari padatan, atau partikel dari suatu cairan yang

mendingin dan mengkristal (Pyrogenic Crystal).

b. Kelompok Cognate (Accessory)

Bila material penyusunnya dari material hamburan yang

berasal dari letusan sebelumnya, dari gunungapi yang sama atau

tubuh vulkanik yang lebih tua daripada dinding kawah.

c. Kelompok Accidental (Bahan Asing)

Bila material penyusunnya merupakan bahan hamburan

yang berasal dari batuan non gunungapi atau batuan dasar berupa

batuan beku, batuan sedimen atau batuan metamorf (batuan yang

sudah terbentuk di dalam sebelum terjadi erupsi atau aktivitas

vulkanisme), sehingga memiliki komposisi yang beragam.

(Pillayati, 2011)

3.2.2. Tekstur Batuan Piroklastik

Seperti batuan beku, batuan sedimen ataupun batuan metamorf,

batuan piroklastik juga memiliki suatu ciri tekstur tersendiri jika

dibandingkan dengan ketiga jenis batuan lainnya. Jika dilihat dari

variasi batuan, pembundaran dan pemilahan batuan piroklastik mirip

dengan batuan sedimen klastik pada umumnya.

Sifat khas dari tekstur batuan piroklastik adalah bentuk butiran

yang runcing tajam, terutama dikenal dengan sebutan Glasshard atau

gelas runcing tajam serta adanya batuapung (Pumice).

Pengertian tekstur batuan piroklastik mengacu pada kenampakan

butir-butir mineral yang ada di dalamnya, yang meliputi Glassy dan

Fragmental. Pengamatan tekstur meliputi :

Abdi HumaidiH1C113052

Page 4: BAB III Kelompok 7 Monggo Di Print Acc 1 (2)

PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM GEOLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

a. Glassy

Glassy adalah tekstur pada batuan piroklastik yang nampak

pada batuan tersebut ialah tekstur gelas.

*Sumber: http://febryirfansyah.wordpress.com/2014

Gambar 3.1. Glassy

b. Fragmental

Fragmental ialah tekstur pada batuan piroklastik yang

nampak pada batuan tersebut ialah fragmen-fragmen hasil letusan

gunungapi.

*Sumber: http://3.bp.blogspot.com/2014

Gambar 3.2. Fragmental

(Endarto, 2005)

Pada hakekatnya tekstur adalah hubungan antar butir / mineral

yang terdapat di dalam batuan. Sebagaimana diketahui bahwa tekstur

yang terdapat dalam batuan piroklastik terdiri dari fragmen batuan /

mineral dan glassy. Adapun yang termasuk dalam tekstur pada batuan

piroklastik terdiri dari ukuran butir, pemilahan (sortasi), kemas

(fabric), derajat pembundaran, dan porositas (kesarangan).

Abdi HumaidiH1C113052

Page 5: BAB III Kelompok 7 Monggo Di Print Acc 1 (2)

PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM GEOLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

a. Ukuran butir adalah ukuran butir dari material penyusun batuan

sedimen diukur berdasarkan klasifikasi Wentworth. Pada batuan

sedimen yang berukuran > 2 mm, masih dapat dideskripsi lebih

detail mengenai fragmen (butiran yang lebih besar dari ukuran pasir),

matrik (butiran yang berukuran lebih kecil dari fragmen dan

diendapkan bersama-sama fragmen), dan semen (material halus yang

menjadi pengikat antara matrik dan fragmen. Semen dapat berupa

silika, karbonat, sulfat, atau oksida besi.

b. Pemilihan (sortasi) adalah keseragaman ukuran butir dari fragmen

penyusun batuan. Sortasi (pemilahan) dapat berupa sortasi baik, jika

besar butiran penyusunnya relatif sama dan sortasi buruk, jika besar

butiran penyusunnya tidak sama.

c. Kemas (Fabric) adalah hubungan antara masa dasar dengan fragmen

batuan / mineralnya. Kemas pada batuan sedimen ada 2, yaitu :

1) Kemas terbuka, yaitu hubungan antara masa dasar dan fragmen

butiran yang kontras sehingga terlihat fragmen butiran

mengambang diatas masa dasar batuan.

2) Kemas tertutup, yaitu hubungan antar fragmen butiran yang

relatif seragam, sehingga menyebabkan masa dasar tidak terlihat.

d. Derajat pembundaran pada sedimen klastik dibagi menjadi 4 yaitu :

1) Rounded (membundar)

2) Subrounded (membundar tanggung)

3) Subangular (menyudut tanggung)

4) Angular (menyudut)

e. Porositas (kesarangan) adalah ruang yang terdapat di antara fragmen

butiran yang ada pada batuan. Jenis porositas pada batuan sedimen

adalah :

1) Porositas Baik

2) Porositas Sedang

3) Porositas Buruk

(Pillayati, 2011)

Abdi HumaidiH1C113052

Page 6: BAB III Kelompok 7 Monggo Di Print Acc 1 (2)

PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM GEOLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

3.2.3. Struktur Batuan Piroklastik

Seperti halnya batuan vulkanik lainnya, batuan piroklastik mempunyai struktur vesikuler, skoria dan amigdaloidal. Jika klastika pijar dilemparkan ke udara dan kemudian terendapkan dalam kondisi masih panas, berkecenderungan mengalami pengelasan antara klastika satu dengan lainnya. Struktur tersebut dikenal dengan pengelasan atau welded. Struktur batuan piroklastik yang lain adalah:a. Skoria adalah Struktur batuan yang memperlihatkan adanya

lubang–lubang bekas keluarnya gas, namun lubang–lubang gas

tersebut susunannya tidak teratur.

*Sumber: www.fikrintambang08.blogspot.com/2014

Gambar 3.3. Struktur Skoria (Piroklastik)

b. Vesikuler adalah Struktur batuan yang memperlihatkan adanya

lubang–lubang bekas keluarnya gas, dan susunan lubang–lubang gas

tersebut teratur.

*Sumber :www. adnorthya.blogspot.com

Gambar 3.4. Struktur Vesikuler

Abdi HumaidiH1C113052

Page 7: BAB III Kelompok 7 Monggo Di Print Acc 1 (2)

PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM GEOLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

c. Amigdaloidal adalah struktur berlubang–lubang namun lubang–

lubang tersebut kemudian terisi oleh mineral– mineral sekunder.

*Sumber :www. adnorthya.blogspot.com/2014

Gambar 3.5. Struktur Amigdaloidal

d. Masif yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas

(tidak menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan

adanya fragmen lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku.

*Sumber :www. adnorthya.blogspot.com/2014

Gambar 3.6. Struktur Masif

(Endarto, 2005)

3.2.4. Komposisi Mineral Batuan Piroklastik

Untuk komposisi batuan piroklastik, mineral–mineralnya terbagi

atas dua, antara lain :

a. Mineral–mineral Sialis

Mineral–mineral Sialis terdiri dari :

1) Kuarsa (SiO2) yang biasanya hanya ditemukan pada batuan

gunungapi yang kaya kandungan silika atau bersifat asam.

2) Feldspar, baik K–Feldspar, Na–Feldspar maupun Ca-Feldspar.

Abdi HumaidiH1C113052

Page 8: BAB III Kelompok 7 Monggo Di Print Acc 1 (2)

PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM GEOLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

3) Feldspatoid, merupakan kelompok mineral yang terbentuk jika

kondisi larutan magma dalam keadaan tidak atau kurang jenuh

akan kandungan silika (SiO2).

b. Mineral–mineral Ferromagnesia

Merupakan kelompok mineral yang kaya akan kandungan

ikatan Fe–Mg silikat dan kadang–kadang disusul dengan Ca–silikat.

Mineral– mineral tersebut hadir berupa kelompok mineral :

1) Piroksin, merupakan mineral penting di dalam batuan

gunungapi.

2) Olivin, mineral yang kaya akan besi dan magnesium serta

miskin kandungan silika (SiO2).

c. Mineral Tambahan

Mineral – mineral yang sering hadir seperti :

1) Hornblende

2) Biotit

3) Magnetit

4) Ilmenit

3.2.5. Klasifikasi Batuan Piroklastik

Pengklasifikasian batuan piroklastik dapat dilakukan

berdasarkan ukuran dari mineral penyusunnya, yaitu:

Tabel 3.1.Klasifikasi Batuan Piroklastik

Ukuran Butir (mm)

Sebutan (Piroklastik)

Endapan Piroklastik

Tak Terkonsolidasi Terkonsolidasi

> 64 Bomb, Block Bomb, Block, Tephra

Aglomerat, Breksi

Piroklastik

64 – 2 Lapillus Tephra lapilli Batulapilli

1⁄16 – 2 Debu Kasar Debu kasar Tuff, debu kasar

< 1/16 Debu Halus Debu halus Tuff, debu halus

*Sumber: wikipedia.org, 2014

Abdi HumaidiH1C113052

Page 9: BAB III Kelompok 7 Monggo Di Print Acc 1 (2)

PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM GEOLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Endapan piroklastik tak terkonsolidasi terbagi atas beberapa

bagian, yaitu :

a. Bomb Gunungapi

Bomb merupakan gumpalan–gumpalan lava yang memiliki

ukuran lebih besar dari 64 mm, dan sebagian atau semuanya bersifat

plastis pada waktu tererupsi. Beberapa Bomb mempunyai ukuran

yang sangat besar, sebagai contoh Bomb yang mempunyai ukuran 5

meter dengan berat 200 Kg dengan hembusan setinggi 600 meter

selama erupsi gunungapi Asama, Jepang pada tahun 1935. Bomb

sendiri dapat dibagi lagi menjadi tiga macam, antara lain :

1) Bomb pita (Ribbon Bomb)

Bomb yang memanjang seperti suling dan sebagian besar

gelembung–gelembung memanjang dengan arah yang sama.

Bomb ini sangat kental, mempunyai bentuk menyudut serta

retakan kulitnya tidak teratur.

2) Bomb Teras (Cored Bomb)

Bomb yang mempunyai inti dari material yang

terkonsolidasi lebih dahulu, mungkin dari fragmen–fragmen sisa

erupsi terdahulu pada gunungapi yang sama.

3) Bomb Kerak Roti (Bread Crust Bomb)

Bomb yang bagian luarnya retak–retak persegi seperti

nampak pada kulit roti yang mekar, hal ini disebabkan oleh

bagian kulitnya yang cepat mendingin dan menyusut.

*Sumber : http://facweb.bhc.edu/2014

Gambar 3.7. Bread Crust Bomb

Abdi HumaidiH1C113052

Page 10: BAB III Kelompok 7 Monggo Di Print Acc 1 (2)

PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM GEOLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

b. Blok Gunungapi (Vulcanic Block)

Merupakan batuan piroklastik yang dihasilkan oleh erupsi

eksplosif dari fragmen batuan yang sudah memadat terlebih dahulu,

dengan ukuran lebih besar dari 64 mm. Blok–blok ini selalu

menyudut bentuknya atau equidimensional.

c. Lapilli

Berasal dari bahasa latin yaitu lapillus, nama untuk hasil

erupsi eksplosif gunungapi yang berukuran 2 mm–64 mm. Selain

dari atau fragmen batuan kadang–kadang terdiri dari mineral–

mineral augit, olivin, dan plagioklas. Bentuk khusus dari lapilli yang

terdiri dari jatuhan lava diinjeksi dalam keadaan sangat cair dan

membeku di udara, mempunyai bentuk membola atau memanjang

dan berakhir dengan meruncing. Bentuk meruncing atau permukaan

yang tidak akan pernah bisa halus disebabkan karena terjadinya

pembekuan magma bagian luar terlebih dahulu dimana bagian inti

masih belum terkompaksi, sehingga akan terbentuk lubang–lubang

tempat keluarnya gas pada saat bagian inti mendingin.

d. Debu Gunungapi

Merupakan batuan piroklastik yang berukuran 2 mm–1 /

256 mm yang dihasilkan oleh pelemparan dari magma akibat erupsi

eksplosif, namun ada juga debu gunungapi yang terjadi karena

proses pergesekan pada waktu erupsi gunungapi. Debu gunungapi

masih dalam keadaan belum terkonsolidasi.

(Anonim, 2014)

3.2.7. Endapan Piroklastik Terkonsolidasi

Endapan piroklastik terkonsolidasi bisa merupakan akibat dari

proses lithifikasi endapan piroklastik jatuhan :

a. Breksi Piroklastik (Pyroclastic Breccia)

Merupakan batuan yang disusun oleh blok–blok gunungapi

yang telah mengalami konsolidasi dalam jumlah lebih 50 % serta

mengandung lebih kurang 25 % lapilli dan debu.

Abdi HumaidiH1C113052

Page 11: BAB III Kelompok 7 Monggo Di Print Acc 1 (2)

PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM GEOLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

b. Aglomerat (Agglomerate)

Merupakan batuan yang dibentuk oleh konsolidasi material –

material dengan kandungannya didominasi oleh Bomb gunungapi

dimana kandungan lapilli dan abu kurang dari 25 %.

c. Batu Lapili (Lapilli)

Merupakan batuan yang dominan terdiri dari fragmen lapilli

dengan ukuran 2–64 mm.

d. Tuff

Merupakan endapan dari gunungapi yang telah mengalami

konsolidasi, dengan kandungan abu mencapai 75 %. Macam-macam

tuff yaitu :

1) Tuff Lapili (Lapilli tuff)

2) Tuff Aglomerat (Agglomerat tuff)

3) Tuff Breksi Piroklastik (Pyroclastic breccia tuff)

3.2.8. Beberapa Mekanisme Pembentukan Endapan Piroklastik

Batuan piroklastik merupakan batuan yang tercipta akibat

letusan gunung berapi. Batuan piroklastik ini terbentuk akibat

diawalinya dengan letusan–letusan dari gunung berapi, yang kemudian

gunung berapi tersebut akan mengeluarkan magma atau menyemburkan

magma yang bersuhu kurang lebih 850oC. Ketika magma yang bersuhu

sangat panas tersebut tersemburkan ke udara maka suhu magma akan

turun secara drastis. Itu dikarenakan suhu magma yang di atas 600oC

tersebut akan menyesuaikan dengan suhu lingkunganya yaitu sekitar

25oC. Oleh karena itu batuan piroklastik dapat terbentuk di udara.

Batuan piroklastik dapat disebut hampir sama dengan proses

terbentuknya batuan beku. Karena proses keterbentukannya yang sama-

sama langsung terbentuk dari magma yang panas kemudian mendingin.

Proses keterbentukan batuan piroklastik tidak hanya sampai di situ saja.

Batuan piroklastik yang terbang di udara sudah tentu akan turun ke

permukaan bumi yaitu tanah. Setelah batuan piroklastik itu jatuh ke

tanah maka ia akan mengalami proses pembentukan kembali yang

Abdi HumaidiH1C113052

Page 12: BAB III Kelompok 7 Monggo Di Print Acc 1 (2)

PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM GEOLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

diawali dengan bentuk bongkah, maka setelah tertransportasikan

kemudian terendapkan dan terlitifikasi maka ia akan mengalami

perubahan bentuk menjadi bulatan–bulatan sehingga namanya akan

berubah menjadi batuan piroklastik Bomb. Namun, dalam dunia geologi

batuan–batuan piroklastik yang telah tertransportasikan akan berubah

nama menjadi batuan epiklastik. Biasanya batuan epiklastik ini

terbentuk pada daerah–daerah yang rendah, hal itu disebabkan oleh

suatu medium  yang mentransportasikan batuan piroklastik itu ke

daratan-daratan yang lebih rendah. Biasanya batuan epiklastik banyak

terdapat di sekitar sungai, danau, laut, juga memiliki kemungkinan

terdapat di pegunungan (Anonim, 2014).

Secara mekanisme pembentukanya, batuan piroklastik terbagi

menjadi 2 macam mekanisme pengendapan, yaitu Fall deposit, Fall

deposit ini merupakan suatu pengendapan batuan–batuan piroklastik

yang dibentuk secara tersusun oleh material yang sangat halus yang

terbawa oleh angin hasil dari letusan gunung berapi. Flow deposit

merupakan suatu pengendapan batuan piroklastik yang telah terangkut

oleh berbagai macam median yang biasanya air di tempat terjadinya

suatu campuran dari segala macam bentuk dan ukuran butiran.

a. Endapan Piroklastik Jatuhan (Pyroclastic Fall)

Endapan Piroklastik Jatuhan (Pyroclastic Fall) yaitu

onggokan piroklastik yang diendapkan melalui udara. Endapan ini

umumnya akan berlapis baik, dan pada lapisannya akan

memperlihatkan struktur butiran bersusun. Endapan ini meliputi

aglomerat, breksi, piroklastik, tuff, lapili.

b. Endapan Piroklastik Aliran (Pyroclastic Flow)

Endapan Piroklastik Aliran (Pyroclastic Flow) yaitu material

hasil langsung dari pusat erupsi, kemudian teronggok disuatu

tempat. Hal ini meliputi hot avalance, glowing avalance, lava

collapse avalance, hot ash avalance. Aliran ini umumnya

berlangsung pada suhu tinggi antara 500o – 650o C, dan

temperaturnya cenderung menurun selama pengalirannya.

Abdi HumaidiH1C113052

Page 13: BAB III Kelompok 7 Monggo Di Print Acc 1 (2)

PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM GEOLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Penyebaran pada bentuk endapan sangat dipengaruhi oleh

morfologi, sebab sifat–sifat endapan tersebut adalah menutup dan

mengisi cekungan. Bagian bawah menampakkan morfologi asal dan

bagian atasnya datar.

c. Endapan Piroklastik Surge (Pyroclastic Surge)

Endapan Piroklastik Surge (Pyroclastic Surge) yaitu suatu

awan campuran dari bahan padat dan gas (uap air) yang mempunyai

rapat massa rendah dan bergerak dengan kecepatan tinggi secara

turbulent di atas permukaan. Umumnya mempunyai pemilahan yang

baik, berbutir halus dan berlapis baik. Endapan ini mempunyai

struktur pengendapan primer seperti laminasi dan perlapisan

bergelombang hingga planar. yang paling khas dari endapan ini

mempunyai struktur silang siur, melensa dan bersudut kecil.

Endapan surge pada umumnya kaya akan keratan batuan dan kristal.

(Anonim, 2014)

Berdasarkan proses keterbentukan yang dialaminya, batuan

piroklastik dibedakan menjadi enam tipe, antara lain :

1. Tipe I

Batuan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat volkanik

jatuh ke darat yang kering dengan medium udara saja, kemudian

mengalami litifikasi membentuk batuan fragmental. Jadi batuan

piroklastik ini belum mengalami pengangkutan.

*Sumber : http://www.scribd.com/2014

Gambar 3.8. Piroklastik Tipe I

Abdi HumaidiH1C113052

Page 14: BAB III Kelompok 7 Monggo Di Print Acc 1 (2)

PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM GEOLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2. Tipe II

Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat volkanik ke

tempat pengendapannya di daratan yang kering dengan media gas

yang dihasilkan dari magma sendiri yang merupakan aliran abu

yang merupakan onggokan aliran litifikasi dan membentuk batuan

fragmental.

*Sumber : http://www.scribd.com/2014

Gambar 3.9. Piroklastik Tipe II

3. Tipe III

Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat erupsi yang

jatuh ada suatu tubuh perairan (baik darat maupun laut) yang tenang

arusnya sangat kecil. Onggokan tersebut belum tercampur dengan

material lain dan tidak juga mengalami reworking.

*Sumber : http://www.scribd.com/2014

Gambar 3.10. Piroklastik Tipe III

Abdi HumaidiH1C113052

Page 15: BAB III Kelompok 7 Monggo Di Print Acc 1 (2)

PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM GEOLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

4. Tipe IV

Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat erupsi yang

jatuh pada suatu tubuh perairan (baik darat maupun laut) yang

arusnya aktif bergerak. Sebelum mengalami lithifikasi mengalami

reworking dan dapat bercampur dengan batuan lain yang dihasilkan

akan mempunyai struktur sedimen biasa.

*Sumber : http://www.scribd.com/2014

Gambar 3.11. Piroklastik Tipe IV

5. Tipe V

Bahan piroklastik yang telah jatuh sebelum mengalami

pelapukan kemudian diangkut dan diendapkan di tempat lain (bisa

laut, bisa cekungan di daratan) dengan media air. Hasilnya batuan

sedimen dengan asal-usulnya adalah bahan-bahan piroklastik,

dengan struktur sedimen biasa.

*Sumber : http://www.scribd.com/2014

Gambar 3.12. Piroklastik Tipe V

Abdi HumaidiH1C113052

Page 16: BAB III Kelompok 7 Monggo Di Print Acc 1 (2)

PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM GEOLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

6. Tipe VI

Bahan piroklastik yang telah jatuh sudah mengalami proses-

proses litifikasi, kemudian diendapkan kembali ke tempat yang lain.

Batuan yang dihasilkan adalah batuan sedimen dengan propenan

piroklastik (Epiklastik).

*Sumber : http://www.scribd.com/2014

Gambar 3.13. Piroklastik Tipe VI

(Endarto, 2005)

3.2.9. Batuan Akibat Lithifikasi Endapan Piroklastik Aliran

a. Ignimbrit (Ignimbrite)

Merupakan batuan yang disusun dari endapan material oleh

aliran abu. Material–material ini dominan terdiri dari pecahan–

pecahan gelas dan pumice yang dihasilkan oleh buih–buih magma

asam.

*Sumber : http://thekoist.wordpress.com 2014

Gambar 3.14. Ignimbrite

Abdi HumaidiH1C113052

Page 17: BAB III Kelompok 7 Monggo Di Print Acc 1 (2)

PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM GEOLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

b. Breksi Aliran Piroklastik (Pyroclastic flow breccia)

Merupakan breksi yang dominan yang disusun oleh

fragmen–fragmen yang runcing serta ditransportasikan oleh glowing

avalanches (akibat aliran hawa panas).

*Sumber :www. adnorthya.blogspot.com/2014

Gambar 3.15. Pyroclastic Flow Breccias

c. Vitrik Tuff

Merupakan batuan yang dihasilkan dari endapan piroklastik

aliran, terdiri dari fragmen abu dan lapilli, telah mengalami

lithifikasi dan belum terlaskan.

*Sumber : http://thekoist.wordpress.com/2014

Gambar 3.16. Vitrik Tuff

d. Welded Tuff

Merupakan batuan piroklastik hasil dari piroklastik aliran

yang telah terlithifikasi dan merupakan bagian dari ignimbrit.

Abdi HumaidiH1C113052

Page 18: BAB III Kelompok 7 Monggo Di Print Acc 1 (2)

PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM GEOLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber : http://thekoist.wordpress.com/2014

Gambar 3.17. Welded Tuff

3.2.10. Penamaan Batuan Piroklastik

Setelah mengidentifikasi komposisi kandungan kristal, lithik,

dan gelas maka penamaan batuan dapat menggunakan diagram

segitiga William. Setelah mengidentifikasi komposisi kandungan ash,

lapili, dan block atau bomb, maka penamaan batuan dapat

menggunakan diagram segitiga Fisher berdasarkan ukuran butirannya

(Anonim, 2014).

*Sumber : http://thekoist.wordpress.com

Gambar 3.18. Diagram Segitiga Fisher

Abdi HumaidiH1C113052

Page 19: BAB III Kelompok 7 Monggo Di Print Acc 1 (2)

PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM GEOLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

3.3 Metodologi Praktikum

3.3.1. Tempat dan Tanggal Pelaksanaan

Praktikum dilaksanakan pada tanggal 7 September 2014,

bertempat di Laboratorium Geologi Fakultas Teknik Universitas

Lambung Mangkurat.

3.3.2. Alat dan Bahan

Alat dan Bahan yang digunakan pada praktikum petrologi ini

antara lain:

a. Lembar deskripsi batuan.

b.Alat tulis.

c. Bahan yang digunakan adalah sampel batuan piroklastik.

3.3.3. Prosedur Percobaan

a. Menentukan warna sampel batuan piroklastik.

b.Menentukan struktur yang tampak pada sampel batuan piroklastik.

c. Menentukan tekstur sampel batuan piroklastik.

d.Menentukan komposisi mineral pada sampel batuan piroklastik.

e. Menentukan jenis batuan piroklastik dan penamaannya berdasarkan

pendeskripsian yang telah dilakukan di atas.

Abdi HumaidiH1C113052