Makalah Drainase Acc

21
BAB I PENDAHULUAN Sungguh sangat merisaukan jika kita mengevaluasi konsep drainase yang diterapkan di seluruh pelosok Tanah Air saat ini. Konsep yang dipakai adalah konsep drainase konvensional, yaitu drainase "pengatusan kawasan". Drainase konvensional adalah upaya membuang atau mengalirkan air kelebihan secepat- cepatnya ke sungai terdekat. Konsep ini sejak tahun 1970-an sampai sekarang hampir tidak berubah dan terus diajarkan di seluruh perguruan tinggi di Indonesia dan sebagai konsep dasar yang digunakan para praktisi dalam pembuatan Masterplan Drainase di seluruh kota besar dan kecil di Indonesia. Namun konsep drainase pegaturan kawasan, pengambilan keputusannya hanya sepihak dan kepemilikan berada pada pemerintah, sehingga peran serta masyarakat pada konsep ini sangat kurang. Sementara itu, dalam konsep eko drainase peran serta masyarakat dilakukan dengan pendekatan partisipasif dengan melibatkan seluruh masyarakat yang ada dalam pembangunan sistem drainase. Di samping itu peraturan yang menjangkau perilaku masyarakat harus berjalan dengan baik dan konsekuen, serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memelihara sistem drainase, meningkatkan rasa memiliki dan meningkatkan sifat peduli terhadap lingkungan. Untuk itu mulai sekarang segala kebijakan publik harus melibatkan masyarakat baik itu yang berupa pembangunan fisik maupun non fisik, sejak awal unculnya ide pembangunan infrastruktur sampai dengan pengoperasiannya. Oleh karena pengetahuan mengenai konsep eko

description

Makalah Drainase Acc

Transcript of Makalah Drainase Acc

Page 1: Makalah Drainase Acc

BAB I

PENDAHULUAN

Sungguh sangat merisaukan jika kita mengevaluasi konsep drainase yang diterapkan

di seluruh pelosok Tanah Air saat ini. Konsep yang dipakai adalah konsep drainase

konvensional, yaitu drainase "pengatusan kawasan". Drainase konvensional adalah upaya

membuang atau mengalirkan air kelebihan secepat-cepatnya ke sungai terdekat. Konsep ini

sejak tahun 1970-an sampai sekarang hampir tidak berubah dan terus diajarkan di seluruh

perguruan tinggi di Indonesia dan sebagai konsep dasar yang digunakan para praktisi dalam

pembuatan Masterplan Drainase di seluruh kota besar dan kecil di Indonesia. Namun konsep

drainase pegaturan kawasan, pengambilan keputusannya hanya sepihak dan kepemilikan

berada pada pemerintah, sehingga peran serta masyarakat pada konsep ini sangat kurang.

Sementara itu, dalam konsep eko drainase peran serta masyarakat dilakukan dengan

pendekatan partisipasif dengan melibatkan seluruh masyarakat yang ada dalam pembangunan

sistem drainase. Di samping itu peraturan yang menjangkau perilaku masyarakat harus

berjalan dengan baik dan konsekuen, serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk

memelihara sistem drainase, meningkatkan rasa memiliki dan meningkatkan sifat peduli

terhadap lingkungan. Untuk itu mulai sekarang segala kebijakan publik harus melibatkan

masyarakat baik itu yang berupa pembangunan fisik maupun non fisik, sejak awal unculnya

ide pembangunan infrastruktur sampai dengan pengoperasiannya. Oleh karena pengetahuan

mengenai konsep eko drainase perlu ditingkatkan di dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

Berikut ini pemaparan mengenai konsep eko drainase yang perlu diketahui oleh masyarakat

dan perlu keterlibatan masyarakat di dalamnya.

Page 2: Makalah Drainase Acc

BAB II

PEMBAHASAN

Kerusakan lingkungan, banjir, kekeringan, serta kebutuhan air bersih yang meningkat,

merupakan beberapa masalah lingkungan yang terjadi di masyarakat akibat peran drainase yg

tidak ramah lingkungan. Secara garis besar konsep drainase terbagi menjadi 2 yaitu :

a. Konsep drainase konvensional

b. Konsep eko-drainase

Dalam konsep drainase konvensional, seluruh air hujan yang jatuh di suatu wilayah

harus secepat-cepatnya dibuang ke sungai dan seterusnya mengalir ke laut. Jika hal ini

dilakukan pada semua kawasan, akan memunculkan berbagai masalah, baik di daerah hulu,

tengah, maupun hilir. Dan ternyata, bahwa konsep drainase konvensional ini di Indonesia

tidak hanya dipakai untuk men-drain areal permukiman, namun digunakan secara

menyeluruh termasuk untuk men-drain kawasan pedesaan, lahan pertanian dan perkebunan,

kawasan olahraga, wisata, dan lain sebagainya. Drainase konvensional untuk permukiman

atau perkotaan dibuat dengan cara membuat saluran-saluran lurus terpendek menuju sungai

guna mengatuskan kawasan tersebut secepatnya, seluruh air hujan diupayakan sesegera

mungkin mengalir langsung ke sungai terdekat. Pada areal pertanian dan perkebunan

biasanya dibangun saluran drainase air hujan menyusuri lembah memotong garis kontur

dengan kemiringan terjal. Pada saat hujan, saluran drainase ini berfungsi mengatuskan

kawasan pertanian dan perkebunan dan langsung dialirkan ke sungai.

Demikian juga di areal wisata dan olahraga, semua saluran drainase didesain

sedemikian rupa sehingga air mengalir secepatnya ke sungai terdekat. Orang sama sekali

tidak berpikir apa yang akan terjadi di bagian hilir, jika semua air hujan dialirkan secepat-

cepatnya ke sungai tanpa diupayakan agar air mempunyai waktu cukup untuk meresap ke

dalam tanah (lihat Gambar A, kesalahan drainase konvensional).

Page 3: Makalah Drainase Acc

Contoh gambar Drainase konvensional

Dampak dari pemakaian konsep drainase konvensional tersebut dapat kita lihat

sekarang ini, yaitu kekeringan yang terjadi di mana-mana, juga banjir, longsor, dan

pelumpuran. Termasuk juga surutnya sungai-sungai di luar Jawa saat ini, hingga

menyebabkan transportasi sungai sangat terganggu. Tentu saja ada sebab-sebab selain

drainase, misalnya, penggundulan hutan, namun kesalahan konsep drainase yang kita pakai

sekarang ini merupakan penyumbang bencana kekeringan, banjir, dan longsor yang cukup

signifikan.

Kesalahan konsep drainase konvensional yang paling pokok adalah filosofi

membuang air genangan secepat-cepatnya ke sungai. Dengan demikian, sungai-sungai akan

menerima beban yang melampaui kapasitasnya, sehingga meluap atau terjadi banjir, contoh,

banjir-banjir di Jakarta, Semarang, Bandung, Riau, Samarinda, dan lain-lain. Demikian juga

mengalirkan air secepatnya berarti pengatusan kawasan atau menurunkan kesempatan bagi

air untuk meresap ke dalam tanah.

Page 4: Makalah Drainase Acc

Dengan demikian, cadangan air tanah akan berkurang, kekeringan di musim kemarau

akan terjadi. Dalam konteks inilah pemahaman bahwa banjir dan kekeringan merupakan dua

fenomena yang saling memperparah secara susul-menyusul dapat dengan mudah dimengerti.

Sangat ironis bahwa semakin baik drainase konvensional di suatu kawasan aliran sungai,

maka kejadian banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau akan semakin

intensif silih berganti.

Dampak selanjutnya adalah kerusakan ekosistem, perubahan iklim mikro dan makro

disertai tanah longsor di berbagai tempat yang disebabkan oleh fluktuasi kandungan air tanah

musim kering dan musim basah yang sangat tinggi. Jika kesalahan konsep dan implementasi

drainase yang selama ini kita lakukan ini tidak diadakan revisi, usaha apa pun yang kita

lakukan untuk menanggulangi banjir, kekeringan lahan, dan longsor, akan sia-sia.

Maka, diketengahkan konsep drainase baru yang biasa disebut drainase ramah

lingkungan atau ekodrainase yang sekarang ini sedang menjadi konsep utama di dunia

internasional dan merupakan implementasi pemahaman baru konsep ekohidraulik dalam

bidang drainase. Drainase ramah lingkungan didefinisikan sebagai upaya mengelola air

kelebihan dengan cara sebesar-besarnya diresapkan ke dalam tanah secara alamiah atau

mengalirkan ke sungai dengan tanpa melampaui kapasitas sungai sebelumnya.

Dalam drainase ramah lingkungan, justru air kelebihan pada musim hujan harus

dikelola sedemikian sehingga tidak mengalir secepatnya ke sungai. Namun diusahakan

meresap ke dalam tanah, guna meningkatkan kandungan air tanah untuk cadangan pada

musim kemarau. Konsep ini sifatnya mutlak di daerah beriklim tropis dengan perbedaan

musim hujan dan kemarau yang ekstrem seperti di Indonesia.

Konsep Eko-Drainase yang Dapat Diterapkan Dalam Masyarakat

Konsep drainase ramah lingkungan atau ekodrainase ini perlu mendapat perhatian

yang serius dari pemerintah. Kesalahan pemahaman masyarakat, dinas terkait, dan perguruan

tinggi tentang filosofi konsep drainase, yaitu membuang air secepat-cepatnya ke sungai, perlu

segera direvisi dan diluruskan secara serius. Perlu pembenahan dan revisi bangunan drainase

permukiman, tempat olahraga dan rekreasi, pertanian dan perkebunan dengan konsep

drainase ramah lingkungan. Tampaknya perlu studi khusus untuk menemukan kembali

konsep drainase ramah lingkungan.

Page 5: Makalah Drainase Acc

Filosofi pembuatan sistem drainase dengan tampungan-tampungan ramah lingkungan

dalam usaha menanggulangi banjir mirip tetapi tidak sama dengan filosofi pembuatan waduk

penahan banjir. Waduk dibangun dalam skala besar. Sedangkan sistem drainase dengan

tampungan-tampungan air ramah lingkungan dibuat dan dikelola oleh orang perorang dan

oleh unit masyarakat kecil. Sedemikian sehingga perbedaan filosofi diantara keduanya ialah

bahwa waduk dimotori oleh sebuah otoritas, sedangkan sistem drainase dengan tampungan-

tampungan ramah lingkungan digerakkan oleh public community.

Penerapan konsep drainase ramah lingkungan di lapangan yang diiringi oleh

program pengembangan masyarakat dilakukan pada berbagai bidang, sebagai berikut:

1. Sistem penampungan air hujan di rumah

Dengan konsep bahwa air hujan harus ditahan selama mungkin dan sebanyak

mungkin diserap oleh tanah maka urutan aliran air hujan di setiap unit rumah dapat

mengikuti alur sebagai berikut :

Air hujan bungker air sumur resapan saluran

Ilustrasi alur air hujan di setiap unit rumah disajikan pada gambar berikut:

Gambar Ilustrasi alur air hujan di rumah.

Page 6: Makalah Drainase Acc

1. Pada tahap pertama, air hujan dari atap rumah disalurkan ke bunker air. Air

yang ditampung pada bungker ini di kemudian hari dapat digunakan untuk

berbagai keperluan, seperti untuk menyiram tanaman, mencuci kendaraan, dll.

Jika air untuk keperluan-keperluan diatas dapat diambil dari bungker air yang

ada maka hal ini dapat secara langsung mengurangi beban air yang harus

disuplai dari PAM.

2. Pada tahap kedua, air hujan yang tidak tertampung di bungker air dialirkan

menuju sumur resapan. Air dari sumur resapan ini berfungsi sebagai pengisian

kembali air tanah.

3. Pada tahap ketiga, air hujan yang tidak tertampung di sumur resapan kemudian

dialirkan ke selokan / saluran pembuangan air hujan. Hal ini merupakan

tahapan terakhir jika semua usaha untuk menahan air agar dapat meresap ke

dalam tanah telah dilakukan

Jika dihitung, proporsi volume air yang dapat ditampung dalam bungker

untuk tiap rumah mungkin tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan keseluruhan

volume air hujan yang turun. Namun jika setiap rumah dalam suatu kompleks

perumahan menggunakan cara seperti ini, maka jumlah volume air yang dapat

ditampung akan semakin besar. Hal ini juga berlaku dalam penggunaan sumur

resapan pada setiap unit rumah. Walaupun volume air yang dapat menyerap ke tanah

untuk satu unit rumah tidaklah besar, namun jika setiap rumah menerapkan hal ini

maka jumlah volume air yang dapat dikonvservasi akan semakin besar.

2. Saluran drainase sebagai long storage

Saluran drainase selain berfungsi untuk mengalirkan air hujan ke daerah yang

lebih rendah, juga dapat difungsikan sebagai long storage. Untuk beberapa

kawasan, long storage ini diperlukan karena air tidak dapat dibuang langsung ke

laut akibat adanya pengaruh pasang surut. Namun untuk beberapa kawasan lain,

long storage ini dapat berfungsi sebagai bagian dari proses retensi air hujan, agar

volume air yang menyerap ke dalam tanah semakin besar.

Selain itu, pada musim kemarau, keberadaan air di saluran drainase cukup penting

untuk menghindari pengendapan dan tertumpuknya berbagai kotoran yang dapat

menimbulkan bau tidak sedap. Dengan adanya long storage tersebut, air yang ada

dapat digunakan untuk melakukan penggelontoran saluran. Pengaturan air pada

Page 7: Makalah Drainase Acc

saat akan dilakukan penggelontoran dapat dilakukan menggunakan bantuan pintu

air maupun bangunan air sejenis, yang dioperasikan oleh masyarakat setempat.

Dengan demikian, untuk lokasi-lokasi yang dianggap memenuhi persyaratan,

perencanaan saluran drainase perlu mengikutsertakan faktor retensi air, dengan

konsekuensi dimensi saluran drainase akan semakin besar.

3. Penyediaan taman dan kolam di kompleks perumahan

Kolam taman yang ada pada komplek perumahan selain berfungsi sebagai bagian

dari upaya penghijauan, juga dapat difungsikan sebagai bagian dari proses retensi

air. Ilustrasi kolam taman disajikan pada gambar di bawah

Dalam perencanaan kompleks perumahan, ada baiknya didesain sistem drainase

sedemikian sehingga dapat berfungsi sebagai kolam taman untuk lingkungan,

penyediaan air untuk taman dan untuk kondisi darurat, misal kebakaran, serta

recharging air tanah

.

Gambar Ilustrasi kolam taman di kompleks perumahan.

Page 8: Makalah Drainase Acc

Untuk perencanaan kawasan perumahan baru, kolam tanam ini dapat dibangun

satu unit untuk setiap sekian unit rumah yang dibangun di kompleks yang

bersangkutan.

4. Peningkatan luas badan air

Peningkatan luas badan air sungai dimaksudkan untuk meningkatkan daya

retensi sungai terhadap air. Komponen retensi alamiah di wilayah sungai, sempadan

sungai, dan badan sungai dapat ditingkatkan dengan cara menanami kembali sempadan

dan sungai yang telah rusak serta memfungsikan daerah genangan atau polder alamiah

di sepanjang sempadan sungai dari hulu sampai hilir untuk menampung banjir.

Gambar Ilustrasi Polder Alamiah di Sungai

Pemberdayaan Masyarakat Dalam Eko-Drainase

A. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

1. Menempatkan sumberdaya manusia dan masyarakat sebagai subjek pembangunan

prasarana drainase

2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan masyarakat dalam pengelolaan

prasarana drainase

3. Meningkatkan semangat kepedulian masyarakat atas pengelolaan aset-aset prasarana

darinase

Page 9: Makalah Drainase Acc

4. Meningkatkan kualitas pencapaian tujuan pembangunan masyarakat melalui program

pembangunan sistim drainase perkotaan

B. Sifat- sifat program Pemberdayaan masyarakat

1. EDUKATIF (Pendidikan, Pembelajaran)

Program pemberdayaan harus dapat merangsang dan menciptakan proses

pembelajaran di dalam dan antar warga masyarakat atau antar lembaga masyarakat

2. STIMULATIF (Perangsangan)

Pemberdayaan masyarakat melibatkan kegiatan / program rangsangan (stimulan)

yang dapat berasal dari dalam masyarakat atau dari luar masyarakat

3. KOMUNIKATIF

Program pemberdayaan masyarakat menciptakan kesepahaman di antara seluruh

warga masyarakat dan atau antar lembaganya yang pada gilirannya membuat

transparansi, saling membantu

C. Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Eko-Drainase

1. Bukan Partisipatif

Pendekatan ini, pada prinsipnya tidak mempunyai ciri atau sifat yang

memberdayakan masyarakat. Masyarakat tidak diperankan sebagai pelaku

utama pengambil keputusan dan tidak berperan dalam seluruh proses

pembangunan. Selain itu pendekatan ini tidak diperlukan pendamping

masyarakat. Walupun demikian, pengertiannya tidak berarti mengabaikan

sama sekali pelaku masyarakat atau “mutlak” tidak ada, jadi kemungkinan

sebagian kecil dalam proses masih ditempuh dengan pendekatan partisipatif.

Pada umumnya hal ini ditempuh dalam hal tidak banyak terkait dengan umum,

masyarakat banyak yang luas atau perlu penanganan yang kompleks dan

canggih, sehingga tidak atau sedikit sekali pendekatan partisipatif digunakan.

Contoh pendekatan ini dari atau atas dasar perintah.

Page 10: Makalah Drainase Acc

2. Partisipatif

Pendekata ini prinsipnya memberdayakan masyarakat, sehingga mempunyai

penyadaran diri dan mengalami proses pembelajaran pemampuan. Ciri

partisipatif, yaitu untuk memberdayakan masyarakat yang kurang mampu,

berpenghasilan rendah atau miskin. Kegiatan pemberdayaan didampingi oleh

seorang pemampu dengan dukungan pihak petaruh (stakeholder). Pada

umumnya memberikan peran masyarakat sebagai pelaku utama dalam seluruh

proses dan pengambilan keputusan dalam pembanguann sarana ekodrainase.

Contoh pendekatan ini yaitu pendekatan dari bawah, atau aspirasi dari bawah.

3. Kombinasi

Dalam pendekatan kombinasi, seluruh proses prinsipnya ada sebagian proses

dilakukan secara partisipatif, ada sebagian dilakuakan bukan cara partisipatif.

Pada bagian kecil, sederhana serta skala kecil dalam suatu proses

pembangunan dapat dilakukan dengan cara partisipatif, khususnya bagi

masyarakat yang kurang mampu pada bagian yang besar, kompleks dan

mempunyai cakupan luas, dan berdampak besar dilakuakn pendekatan yang

bukan partisipatif.

Dalam penanganan ekodrainase di tingkat RT, RW, berupa penanganan

kebersihan, kelancaran saluran drainase, keputusannya dapat ditempuh secara

partisipatif. Sedangkan untuk pembuatan fisik saluran drainase sudah

memerluakan keahlian tersendiri. Pelaksanaannya perlu rencana dan

pelaksanaan yang dilakukan oleh tenaga ahli dan tukang. Jadi sebagian proses

dilakukan partisipatif, sebagian dilakukan bukan secara partisipatif.

4. Pilihan

Untuk skala kecil seperti tingkatan jalan lingkunagn untuk pelayanan langsung

ke rumah tangga atau bangunan, pelibatan masyarakat dapat dilakukan dengan

pendekatan partisipatif akan relatif mudah. Misalnya ketika perbaikan

ekodrainase, pelibatan dapat dimulai dari perancangan, termasuk penempatan

komponen, pelaksanaan dan pengawasannya dapat dilakukan.

Page 11: Makalah Drainase Acc

Demikian pula untuk pembangunan ekodrainase perumahan. Namun untuk hal

ini akan membutuhkan waktu yang relatif lama, karena pengambilan

keputusannya dilakukan secara berjenjang, mulai kelompok RT, RW dan

kembali lagi kemasyarakat berturut-turut. Penaganan pembangunan fisik yang

canggih dan besar, memerlukan penggunaan peralatan besar dan berat,

sehingga memerlukan “tingkat keahlian” tertentu, dapat melakukan dengan

pendekatan bukan partisipatif.

Peran Masyarakat Dalam Pengelolaan Program Eko-Drainase

1. Pegoperasian

Pengoperasian ini dimaksudkan merupakan kegiatan untuk melakukan

pemanfaatan saluran drainase berwawasan lingkungan (ekodrainase) .

Pengoperasiannya mencakup kelancaran sarana ekodrainase sehingga menimbulkan

manfaat yang berkelanjutan bagi masyarakat. Sarana ekodrainase ini seperti sistem

penampungan air hujan di rumah, kolam taman, sumur resapan.

Dalam lingkup yang lebih luas, pengoperasian ini merupakan bagian dari

sistem perhubungan secara keseluruhan wilayah perumahan antar perumahan dan

bukan perumahan hingga wilayah kota. Dalam hal melalui jalan dan drainage jaringan

kota, pengoperasian termasuk mengoperasikan para petugas dan peralatannya seperti

pemeriksaan kelayakan drainase dan kelangkapannya. Pengoperasian yang tidak tepat

yaitu drainase digunakan untuk membuang sampah.

2. Pemeliharaan

Sebagai bagian dari penataan sistem drainase yang diiringi oleh program

pengembangan masyarakat, pemeliharaan kebersihan merupakan salah satu kegiatan

yang dapat dilakukan secara langsung oleh masyarakat. Sedimen dan sampah yang

menyumbat di saluran merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya banjir dan

genangan. Dengan peran aktif masyarakat untuk membersihkan saluran dalam ruang

lingkup kecil di sekitar tempat tinggalnya secara rutin maka pemeliharaan sistem

drainase dalam ruang lingkup kawasan yang lebih besar pun akan terbentuk. Peran

Page 12: Makalah Drainase Acc

serta masyarakat dalam pemeliharaan saluran saluran dari sedimen dan sampah dapat

berupa tindakan langsung pembersihan di lapangan, dan dapat pula berupa

penyediaan dana operasional bagi petugas kebersihan yang ditunjuk.

Pemeliharaan, dimaksudkan kegiatan untuk menjaga kelayakan teknis serta

kemungkinan kerusakan pada setiap bagian komponen ekodrainase, sehingga dapat

berfungsi dengan aman dan nyaman. Pemeliharaan juga dengan selalu melakukan

pembersihan. Pemeliharaan dilanjutkan untuk perbaikan berkala, termasuk perbaikan

alat, bilamana ada kerusakan kecil dan juga pengecatan ulang.

Prinsip pemeliharaan yaitu melakukan kegiatan agar komponen-komponen

dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan untuk maksud penghematan atas bangunan

dan peralatan yang dipergunakan, sedemikian rupa sehingga usia pakai menjadi lebih

lama dibandingkan tanpa pemeliharaan. Secara umum, pemeliharaan “mutlak”

diperlukan juga untuk mengganti komponen yang sudah tidak layak atau tidak

berfungsi. Dalam hal ini yaitu pemeliharaan sistem penampungan air hujan yang ada

rumah penduduk.

Contoh yang agak rinci sebagai berikut :

Memelihara drainase di sisi jalan lingkungan dari sampah yang

menyumbat aliran air konstruksi saluran itu sendiri.

Pembersihan saluran drainase dengan cara penggelontoran agar

diperhitungkan sejak tahap awal perencanaan, dan debit minimum untuk

penggelontoran agar diusahakan dari saluran yang ada di dalam atau di

daerah perkotaan.

Pemeliharaan kolam taman dalam komplek sehingga dapat dimanfaatkan

secara maksimal. Kolam taman ini dapat dikelola oleh unit masyarakat

dalam komplek tersebut, misalnya dikelola oleh masyarakat satu RW,

dengan jadwal piket setiap RT.

3. Pengembangan

Pengembangan ini diperlukan ketika diperlukaan peningkatan kulaitas sarana

ekodrainase karena bertambahnya beban fungsi, termasuk melakukan peremajaan

Page 13: Makalah Drainase Acc

atas peralatan yang sudah tidak dapat dipertahankan pemakaiannya lebih lama. Dalam

hal terdapat komponen yang rusak dan tidak berfungsi, ia akan menjadi beban dan

mengganggu yang lain.

Page 14: Makalah Drainase Acc

BAB III

PENUTUP

Dari pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan

1. Perbedaan antara drainase pematusan kawasan dan konsep eko drainase adalah

drainase pematusan merupakan upaya membuang atau mengalirkan air kelebihan

secepat-cepatnya ke sungai terdekat sedangkan konsep eko drainase merupakan

konsep pengelolaan air hujan yang meniru konsep alam.

2. Filosofi pembuatan sistem drainase dengan tampungan-tampungan ramah lingkungan

dalam usaha menanggulangi banjir mirip tetapi tidak sama dengan filosofi pembuatan

waduk penahan banjir. Waduk dibangun dalam skala besar. Sedangkan sistem

drainase dengan tampungan-tampungan air ramah lingkungan dibuat dan dikelola

oleh orang perorang dan oleh unit masyarakat kecil. Sedemikian sehingga perbedaan

filosofi diantara keduanya ialah bahwa waduk dimotori oleh sebuah otoritas,

sedangkan sistem drainase dengan tampungan-tampungan ramah lingkungan

digerakkan oleh public community.

3. Penerapan konsep drainase ramah lingkungan di lapangan yang diiringi oleh program

pengembangan masyarakat dilakukan pada berbagai bidang, sebagai berikut: sistem

penampungan air hujan di rumah, saluran drainase sebagai long storage, penyediaan

taman dan kolam di kompleks perumahan dan peningkatan luas badan air.

4. Sifat-sifat program pemberdayaan masyarakat yaitu edukatif, stimulatif, dan

komunikatif

5. Pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam ekodrainase dapat dilakukan dalam

beberapa bentuk seperti bukan partisipatif, partisipatif, kombinasi dan pilihan.

6. Peran masyarakat dalam pengelolaan program ekodrainase yaitu berpartisipasi dalam

pengoperasian, pemeliharaan, dan pengembangan sarana ekodrainase.