Acc 2 Plankton, ^ _ ^

28
LAPORAN EKOSISTEM PESISIR PLANKTON Oleh : Reza Lovian Amasofa H1G010032 Cyrum Barnike Beru Ketaren H1G010043 Nahla Mufida H1G011011 Atik Hidayati H1G011016 Ahmad Ardani H1G011031 Asisten : R. Taufan Harisan KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN PURWOKERTO

Transcript of Acc 2 Plankton, ^ _ ^

Page 1: Acc 2 Plankton, ^ _ ^

LAPORAN EKOSISTEM PESISIRPLANKTON

Oleh :

Reza Lovian Amasofa H1G010032Cyrum Barnike Beru Ketaren H1G010043Nahla Mufida H1G011011Atik Hidayati H1G011016Ahmad Ardani H1G011031

Asisten : R. Taufan Harisan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIKJURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN

PURWOKERTO

2013

I. PENDAHULUAN

Page 2: Acc 2 Plankton, ^ _ ^

1.1 Latar Belakang

Wana wisata Tritih di daerah Cilacap, Jawa Tengah merupakan

kawasan hutan payau yang ditumbuhi tanaman bakau yang

merupakan wilayah Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan

(KPH) Banyumas Barat. Letaknya 3 km dari kota Cilacap. Wana wisata

Tritih dan sekitarnya merupakan ekosistem payau yang mempunyai

peran ekologi yang sangat penting bagi berbagai biota perairan.

Kawasan ini dimanfatkan oleh beberapa biota akuatik termasuk ikan,

sebagai daerah asuhan (nursery ground), daerah mencari makan

(feeding ground) dan daerah pemijahan (spawning ground).

Kehidupan hewan akuatik dalam hubungannya dengan rantai

makanan sangat tergantung pada fitoplankton sebagai produsen

primer dan zooplankton sebagai konsumen primer yang mendukung

kehidupan organisme tingkat tinggi (Khasanawati, 2005).

Plankton merupakan jasad renik yang hidupnya melayang-

layang. Plankton ada yang hidup sebagai hewan yang dinamakan

zooplankton dan ada yang hidup sebagai tumbuhan (fitoplankton).

Eksistensi plankton dapat berupa uniselular (koloni) maupun

multiselular (filamen). Plankton merupakan penyambung utama

detritus utama bagi kehidupan benthos di perairan. Peran plankton

sangat besar dalam menjaga dan memelihara keseimbangan ekologis

ekosistem perairan (Sachlan, 1982).

Keberadaan plankton sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor

diantaranya masukan air tawar. Masuknya air tawar dari berbagai

sungai yang mempunyai karakteristik berbeda diduga akan

Page 3: Acc 2 Plankton, ^ _ ^

mempengaruhi keberadaan plankton yang ada. Faktor lain yang

mempengaruhi keberadaan plankton adalah sifat fisika dan kimia air.

Sifat fisika air yang berpengaruh antara lain suhu dan sifat kimia

airnya antara lain : salinitas, pH, TSS, kekeruhan dan oksigen terlarut.

Wetzel (1983) menyatakan bahwa perkembangan plankton sangat

dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya baik sifat fisika, kimia

maupun biologi perairan.

1.2. Perumusan Masalah

Perairan payau wana wisata Tritih mempunyai karakteristik

perairan yang sangat komplek dan fluktuatif. Keadaan tersebut dapat

mempengaruhi keberadaan plankton (fitoplankton dan zooplankton)

baik kelimpahan maupun keragamannya yang merupakan produsen

primer bagi organisme tingkat tinggi. Dari uraian tersebut dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Berapa nilai kelimpahan dan keragaman plankton di perairan

payau wana wisata Tritih dan sekitarnya?

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelimpahan dan keragaman

plankton tiap jenis di perairan payau wana wisata Tritih dan

sekitarnya ?

1.3. Tujuan Praktikum

Praktikum ini dilakukan dengan tujuan :

1. Mengetahui nilai kelimpahan dan keragaman plankton di

perairan payau wana wisata Tritih dan sekitarnya.

Page 4: Acc 2 Plankton, ^ _ ^

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kelimpahan dan

keragaman plankton tiap jenis di perairan payau wana wisata

Tritih dan sekitarnya.

1.4. Manfaat Praktikum

Hasil praktikum yang diperoleh diharapkan dapat memberikan

informasi mengenai kelimpahan dan keragaman plankton dan faktor

yang mempengaruhi kelimpahan dan keragaman plankton tiap jenis

di perairan payau wana wisata Tritih dan sekitarnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Page 5: Acc 2 Plankton, ^ _ ^

2.1. Perairan Payau (Estuarin)

Plankton estuarine atau di daerah mangrove merupakan

plankton yang terdiri dari plankton dari air tawar dan laut. Perairan

dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu perairan tawar dan

perairan laut. Perairan tersebut pada hakekatnya merupakan suatu

ekosistem yang didalamnya selalu terdapat komponen biotik dan

abiotik yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi antara satu

dengan lainnya (Odum, 1971). Perairan tawar meliputi beberapa jenis

perairan seperti sungai, waduk, danau, kolam, dan lainnya (Odum,

1971). Perairan yang baik adalah perairan yang memiliki

keanekaragaman jenis plankton yang tinggi dengan kelimpahan

plankton yang rendah sehingga kesuburan suatu perairan dapat

diketahui (Sachlan, 1982).

Perairan estuarine merupakan pertemuan air tawar dan air asin

dengan sifat fisika dan kimia khusus yang berperan menciptakan

suatu lingkungan yang khas. Sehingga perairan ini hanya dapat

dihuni oleh relative sedikut spesies yang mampu bertahan hidup.

Pada umumnya estuarine didominasi oleh substrat berlumpur yang

seringkali lunak yang berasal dari sedimen yang dibawa ke dalam

estuarine, baik oleh air tawar maupun air laut (Odum, 1971).

Daerah ini selalu berubah-ubah karena selalu terjadi proses

pengendapan dan erosi dari sungai. Proses pengendapan mempunyai

peranan yang besar dalam pengangkutan bahan-bahan beracun

khususnya pestisida. Daerah estuarine merupakan daerah

penampung limbah industri, limbah domestik dan sisa-sisa bahan

Page 6: Acc 2 Plankton, ^ _ ^

kimia pertanian. Organisme yang hidup di daerah ini adalah

organisme yang tahan terhadap perubahan fisika dan kimia perairan

yang disebabkan terjadinya pasang dan surut (Nybakken, 1988).

Pada perairan estuarine beberapa spesies holoplankton

terdapat dengan kepadatan yang tinggi. Nybakken (1988)

menerangkan bahwa jumlah organisme zooplankton terbesar adalah

anggota filum Arthropoda dan hampir semuanya termsuk kelas

Crustacea dan Copepoda.

2.2 Plankton

Plankton adalah jasad renik yang hidupnya melayang-layang

dalam perairan, tidak bergerak atau bergerak sedikit dan gerakannya

selalu mengikuti arus air (Odum, 1971). Welch (1952) membagi

plankton berdasarkan jenisnya yaitu plankton yang berupa binatang

yang disebut zooplankton dan plankton berupa tumbuhan yang

disebut fitoplankton.

Plankton adalah biota yang hidup di mintakat pelagik dan

mengapung, menghanyut, ataupun berenang lemah, artinya mereka

tidak mampu melawan arus (Ismail dan Muhammad, 1992). Sachlan

(1982) menyatakan bahwa ukuran plankton sangat beraneka ragam

yang terkecil disebut nannoplankton (< 20 mm), mikroplankton (20-

200 mm) dan megaplankton (> 200 mm).

Plankton, terutama fitoplankton, mempunyai peranan yang

sangat besar dalam ekosistem perairan, karena fitoplankton dengan

kandungan klorofil yang dimilikinya mampu mengikat energi matahari

menjadi substansi organik yang dapat digunakan sebagai makanan

Page 7: Acc 2 Plankton, ^ _ ^

untuk mendukung produktivitas perairan secara utuh. Hasil

penelitian, baik melalui ekspedisi maupun perorangan, menunjukkan

bahwa distribusi plankton di perairan lokal maupun global,

mempunyai variasi yang beraneka ragam (Odum, 1971).

Fitoplankton merupakan plankton tumbuhan yang dikenal

sebagai ganggang mikroskopis. Fitoplankton juga merupakan pakan

alami bagi zooplankton dan larva ikan, baik langsung maupun tidak

langsung di air tawar, payau atau laut. Fitoplankton adalah plankton

nabati berklorofil, maka hidupnya terbatas pada daerah yang masih

mendapat cahaya matahari, yaitu zona eufotik (Edmondson, 1959).

Fitoplankton merupakan salah satu organisme perairan yang

pergerakannya dipengaruhi oleh arus dan merupakan suatu

komponen rantai makanan yang dapat merubah zat-zat anorganik

menjadi suatu zat organik melalui proses fotosintesis. Kelimpahan

fitoplankton di perairan dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan

yang meliputi fisika, kimia dan biologi. Contohnya suhu, kekeruhan,

pH, gas-gas terlarut, nutrien dan adanya interaksi dengan organisme

lain (Odum, 1971).

Suatu komunitas dinyatakan mempunyai keragaman tinggi jika

komunitas itu disusun oleh banyak jenis dengan kelimpahan jenis

yang sama atau hampir sama. Sebaliknya, jika komunitas itu disusun

oleh sedikit jenis dan hanya sedikit jenis yang dominan, maka

keragaman jenisnya rendah. Keragaman jenis yang tinggi

menunjukkan kompleksitas komunitasnya tinggi karena dalam

komunitas terjadi interaksi yang tinggi pula (Sachlan, 1974). Sebelum

Page 8: Acc 2 Plankton, ^ _ ^

mengaplikasikan beberapa indeks biologis yang umumnya berupa

berbagai bentuk formula (rumus), maka sampel plankton perlu

dianalisis. Analisis dilakukan hingga tingkat spesies, karena analisis

spesies akan menghasilkan nilai yang lebih sensitif daripada jenis

(genus). Analisis penentuan spesies bersifat kualitatif (Schwoerbel,

1972).

Umumnya jasad renik yang berupa plankton sangat peka

terhadap perubahan keadaan lingkungan hidupnya (Soeseno, 1970).

Menurut Odum (1971) dan Sachlan (1982), beberapa faktor fisik dan

kimia yang mendukung kehidupan plankton adalah suhu, pH, cahaya

matahari, oksigen terlaut, karbondioksida bebas, DMA, nitogen,

fosfat, kalsium, dan magnesium. Perubahan dari faktor fisik dan kimia

secara tiba-tiba akan dapat memusnahkan plankton.

Page 9: Acc 2 Plankton, ^ _ ^

III. MATERI DAN METODE

3.1. Materi Praktikum

3.1.1 Obyek

Obyek praktikum ini adalah sampel plankton, baik sampel

fitoplankton ataupun zooplankton yang diambil dari perairan payau

wana wisata Tritih dan sekitarnya.

3.1.2 Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain ember

plastik isi 10 liter botol sampel (botol film), plankton net no 25, badan

air, mikroskop binokuler, objek glass, cover glass dan pipet seukuran.

3.1.3 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain formalin 40 % yang

diencerkan menjadi 4%, larutan lugol atau larutan CuSO4 jenuh

sebanyak 3 tetes.

3.2 Metode Praktikum

Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode

survey dengan pengambilan sampel secara acak.

3.2.1 Pengambilan Sampel Plankton

Sampel air diambil sebanyak 100 liter dengan menggunakan

ember plastik bervolume 10 liter dan kemudian disaring dengan

menggunakan planktonnet no 25. Sampel air yang tertampung dalam

botol penampung planktonnet dipindahkan ke dalam botol sampel

yang ditambahkan larutan formalin 40% menjadi 4% dan ditambah

Page 10: Acc 2 Plankton, ^ _ ^

larutan lugol sebanyak 3 tetes, lalu diamati dan diidentifikasi di

laboratorium dan dihitung jumlahnya dengan bantuan mikroskop

binokuler.

3.2.2 Identifikasi dan Perhitungan Kelimpahan Plankton

Air sampel dalam botol sampel diamati dengan mikroskop

sebanyak 30 kali lapang pandang. Sebelumnya botol sampel

dihomogenkan terlebih dahulu hingga merata dan air sampel diambil

dengan menggunakan pipet seukuran. Plankton diidentifikasi dengan

menggunakan buku Davis (1955), Edmonson (1959), Sachlan (1982)

dan APHA (1985) dan Harrison dan Gardener (1992). Perhitungan

jumlah plankton tiap liter plankton yang ditemukan menggunakan

rumus modifikasi dari Lackey Drap Microtransect Counting (APHA,

1965) yaitu, F x N.

Rumus Kelimpahan Plankton = jumlah plankton/liter =

NxFtetes dimana,

F=Q1Q2

xV 1V 2

x1p

x1w

keterangan :

N = jumlah plankton rataan pada setiap preparatQ1 = luas gelas penutup 18 x 18 mm (324 mm2) Q2 = luas lapang pandang (1,11279 mm2)V1 = volume air dalam botol penampung (25 ml)V2 = volume air dibawah penutup ( 1 tetes = 0,05 ml)p = jumlah lapang pandang yang diamatiw = volume air yang disaring (L)

3.3 Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 23 November

2013 pukul 07.00 WIB sampai dengan selesai di perairan payau wana

Page 11: Acc 2 Plankton, ^ _ ^

wisata tritih dan sekitarnya. Pengamatan sampel dilakukan di

laboratorium Akuatik Jurusan Perikanan dan Kelautan Universitas

Jenderal Soedirman pada tanggal 27 November 2013.

3.4 Analisis Data

Data keragaman dan kelimpahan plankton dianalisis secara

deskriptif. Analisis ini digunakan untuk membandingkan kelimpahan

dan keragaman plankton. Rumus indek diversitas Shannon – Wiener

(H)

H=−∑i=1

s

Ni/ N ln Ni/ N

keterangan :

H = indeks keragamanS = jumlah spesiesNi = jumlah individu spesies ke-iN = jumlah total individu semua spesies

Page 12: Acc 2 Plankton, ^ _ ^

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Tabel 3. Kelimpahan dan Keragaman Plankton di Daerah Gelap

No Jenis Plankton JumlahKelimpahan(ind

/l)Keragama

n

1Calanus sp 7

407000 ind/ ha

1,7594

2 Naupilus sp 2 116000 ind/ ha

3 Polyarta sp 2 116000 ind/ ha

4 Synedra sp 2 116000 ind/ ha

5 Nitzschia sigma 2 116000 ind/ ha

6 Oscilatoria sp 4 232000 ind/ ha

7 Assuline sp 1 58000 ind/ ha

Tabel 4. Kelimpahan dan Keragaman Plankton di Daerah Terang

No Jenis Plankton JumlahKelimpahan(ind

/l)Keragama

n

1 Calanus sp 4 232000 ind/ ha

1,9367

2 Basicladia sp 1 58000 ind/ ha

3 Polyarta sp 1 58000 ind/ ha

4 Synedra sp 5 291000 ind/ ha

5 Nitzschia sigma 4 232000 ind/ ha

6 Balanus balanoides 1 58000 ind/ ha

7 Polycora ciliate 1 58000 ind/ ha

8 Trichodaeculia sp 158000 ind/ ha

9Cyclotella sp 1

58000 ind/ ha

4.2. Pembahasan

Page 13: Acc 2 Plankton, ^ _ ^

Berdasarkan hasil pratikum di dapat data sebagai berikut:

Calanus

Naupilu

s

Polyarta

Syned

ra

Nitzsch

ia sig

ma

Oscilat

oria

Assulin

e0

1

2

3

4

5

6

7

8

Jumlah

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan ditemukan 9 jenis

plankton di perairan payau wana wisata Tritih dan sekitarnya. Jenis

plankton yang paling dominan adalah Calanus dengan kelimpahan

terbesar pada daerah gelap sebesar 407 ind/L. Indeks keragaman

plankton pada daerah gelap sebesar 1,7594, sedangkan pada daerah

terang sebesar 1,9367. Hal ini menggambarkan bahwa keadaan

lingkungan perairan di hutan Payau Cilacap ini tergolong baik karena

diperoleh keragaman yang moderat sampai tinggi dan kelimpahan

jenis per individu rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Chapman

(1973) yang menyatakan bahwa kelimpahan plankton dapat dijadikan

indikator tingkat kesuburan perairan. Kesuburan perairan dikatakan

baik apabila keragaman tinggi dan kelimpahan jenis plankton rendah.

Sebaliknya perairan dikatakan kurang subur apabila keragamannya

rendah dan kelimpahan jenis per individu plankton rendah.

Page 14: Acc 2 Plankton, ^ _ ^

Melimpahnya salah satu jenis plankton di perairan payau wana

wisata Tritih disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut

antara lain toleransi terhadap lingkungan, kemampuan bereproduksi,

kecerahan, suhu, salinitas, pH, TSS dan O2 terlarut merupakan faktor

yang berpengaruh terhadap keragaman dan kelimpahan dari plankton

di perairan dalam hal ini adalah ekosistem perairan payau (Chapman,

1973).

Toleransi berhubungan dengan kemampuan hidup suatu

organisme di lingkungan dan kondisi yang berbeda. Perairan payau

wana wisata Tritih mempunyai karakteristik yang sangat komplek dan

bersifat fluktuatif. Hal ini menyebabkan hanya beberapa jenis yang

mampu bertahan dan eksis berada dilingkungan yang ekstrim. Contoh

jenis plankton yang mampu hidup dengan baik pada perairan payau

adalah Oscillatoria dan Nitzchia (Palmer, 1962 dalam Nemerow,

1991).

Reproduksi merupakan cara bagi suatu organisme untuk dapat

terus melanjutkan eksistensinya dimana organisme tersebut hidup.

Cara reproduksi dari plankton ada 2 macam yaitu seksual dan

aseksual (Rahayu, 1996). Reproduksi juga berkaitan erat dengan

pertumbuhan (Dwijoseputro, 1990 dalam Rahayu, 1996). Apabila

kondisi lingkungan mendukung untuk reproduksi maka kemungkinan

terjadinya regenerasi akan semakin besar, meningkatnya jumlah

kelimpahan dan eksistensi dapat dipertahankan.

Perairan payau berwarna keruh yang disebabkan oleh

masuknya sedimen dari sungai dan proses degradasi bahan organik

Page 15: Acc 2 Plankton, ^ _ ^

yang tinggi. Proses fotosintesis sangat tergantung terhadap intensitas

cahaya matahari. Plankton dalam hal ini fitoplankton membutuhkan

cahaya matahari untuk melakukan proses fotosintesis. Selain itu

fitoplankton bersifat fototaksis positif artinya organisme tersebut

akan bergerak mendekati kearah sumber cahaya (Sachlan, 1982).

Suhu berpengaruh pada proses metabolisme selular tubuh dari

suatu organisme. Menurut Welch (1952), suhu air yang paling sesuai

untuk pertumbuhan plankton adalah 25-30 0C. Sedangkan suhu yang

terukur adalah 27-28 0C. Suhu tersebut memperlihatkan nilai yang

dapat di toleransi oleh plankton. Suhu berkaitan erat dengan

persediaan unsur hara, di dalam air yang hangat kebutuhan makanan

relatif lebih banyak dibandingkan dengan perairan yang dingin.

Salinitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

kehidupan plankton, terutama dalam proses fisiologi pengambilan

dan nutrien (Reid, 1976). Perairan payau mempunyai gradien salinitas

yang bervariasi, terutama bergantung pada masukan air tawar dari

sungai dan air laut melalui pasang surut. Salinitas yang sesuai untuk

kehidupan plankton adalah 5-30 ppt. Hasil pengukuran salinitas

menunjukkan 15 ppt. Nilai ini masih dapat ditolerir oleh plankton yang

ada di perairan payau wana wisata Tritih.

Derajat keasaman (pH) adalah logaritma negatif dari kepekatan

ion-ion hidrogen yang terlepas dalam suatu larutan yang mempunyai

pengaruh besar terhadap kehidupan biota ait termasuk plankton, oleh

karena itu pH dapat dipakai sebagai petunjuk untuk menyatakan baik

atau buruknya suatu perairan (Soeseno, 1974). Sachlan (1982)

Page 16: Acc 2 Plankton, ^ _ ^

menyatakan pH yang baik untuk kehidupan di perairan payau adalah

6,5-8,5. Hasil pengukuran pH menggunakan kertas lakmus

menunjukkan skala 7. Nilai ini masih dapat ditolerir oleh plankton

yang hidup di perairan payau wana wisata Tritih dan sekitarnya.

Total Suspended Solid (TSS) merupakan jumlah padatan atau

partikel tersuspensi yang terdapat dalam suatu perairan baik organik

maupun anorganik. Padatan ini mempunyai ukuran lebih kecil dari

padatan terendap. Padatan ini akan mempengaruhi penetrasi cahaya

matahari yang akan menyebabkan terganggunya proses fotosintesis

oleh fitoplankton.

Oksigen terlarut merupakan salah satu gas yang dibutuhkan

oleh plankton untuk melakukan respirasi. Kelarutan oksigen

dipengaruhi oleh faktor temperatur, pada temperatur tinggi kelarutan

oksigen rendah dan pada temperatur rendah kelarutan oksigen tinggi.

Tiap-tiap spesies biota akuatik mempunyai kisaran toleransi yang

berbeda-beda. Kisaran oksigen terlarut yang masih mendukung

kehidupan organisme perairan adalah > 3 mg/L. Hasil pengukuran

oksigen terlarut air payau di wana wisata tritih dan sekitarnya adalah

2,8 mg/L. Nilai ini masih dapat ditolerir oleh organisme perairan

termasuk plankton (Dix, 1981).

Page 17: Acc 2 Plankton, ^ _ ^
Page 18: Acc 2 Plankton, ^ _ ^

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

a. Jenis plankton yang ditemukan sebanyak 9 jenis, yang paling

dominan adalah Calanus sp dengan kelimpahan sebesar 407 ind/l.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelimpahan plankton antara lain

toleransi terhadap lingkungan, kemampuan bereproduksi,

kecerahan, suhu, salinitas, pH, TSS dan O2 terlarut.

5.2 Saran

Perlu kajian lebih lanjut mengenai kelimpahan dan keragaman

serta faktor yang mempengaruhi keberadaan plankton. Hal ini

disebabkan oleh karakteristik perairan payau yang sangat kompleks

dan bersifat sangat fluktuatif. Perlu dilakukan kajian mengenai

plankton yang mampu hidup dalam kondisi pasang maupun surut.

Page 19: Acc 2 Plankton, ^ _ ^

DAFTAR PUSTAKA

APHA, 1985. Standard Methode for Examination of Water and Wastewater. 12 th ed. APHA-AWWA-WPCF, Washington, DC.

Basmi, E Johan.1999. Planktonologi Bioekologi Plankton Algae. Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan. IPB. Bogor.

Chapman, V. J. and P. J. Chapman. 1973. Ecology Fresh Water The Algae. 2nd Edition. Mac Millan and Co. Ltd. London.

Chapman, K. W. 1973. Makroinvertebrates. Blakwell Science Publisher. Oxford.

Davis, C. G. 1955. The Marine and Freshwater Plankton. Michigan State University Press, USA.

Dix, H. M. 1981. Environment Pollution. John Willey and Sons. New York.

Edmondson, W. T. 1959. Freshwater Biology. John Willey And Son, New York.

Hutabarat, S dan Evans. 1985. Pengantar Oceanografi. UI Press, Jakarta.

Khasanawati, Nur. 2005. Produktifitas Primer Fitoplankton di Tambak Tradisional Desa Tritih Kulon, Kecamatan Cilacap Utara, Kabupaten Cilacap. Skripsi. Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto.

Ismail, A dan B. Muhammad. 1992. Ekologi Air Tawar. BHD, Kuala Lumpur.

Nemerow, N. L. 1991. Stream, Lake, Estuary and Ocean Pollution. Van Nostrand Reinhold, New York.

Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut suatu Pendekatan Ekologi. Gramedia, Jakarta.

Odum, E. P. 1971. Fundamental of Ecology. Sounders and Company, Philadelphia.

Rahayu, M. 1996. Komposisi dan Kelimpahan Fitoplankton dan Zooplankton pada Instalasi dan Pengolahan Air Limbah

Page 20: Acc 2 Plankton, ^ _ ^

Domestik di Bantul Yogyakarta. Skripsi (tidak dipublikasikan). Fakultas Biologi. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

Reid, G.K. 1976. Ecology of Inland Water and Estuaries. D. Van Nostrand Company, New York.

Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Fakultas Peternakan dan Perikanan UNDIP, Semarang.

Schwoerbel, J. 1972. Methods of Hydrobiology (Freshwater Biology). Pergamon Press, Oxford, London.

Soeseno, S. 1970. Limnologi. Departemen Pertanian, Jakarta.

Welch, E. C. 1952. Limnology. Mc Graw Hill Book Company Inc, New

York.

Wetzel, R. G. 1983. Limnoloyi Analysis. Springer Verlag, New York

Page 21: Acc 2 Plankton, ^ _ ^

LAMPIRAN

Plankton GelapGenera U1 U2 U3 TotalCalanus 2 2 3 7Naupilus 1 1 - 2Polyarta 1 1 - 2Synedra 1 - 1 2

Nitzschia sigma - 1 1 2Oscilatoria - 1 3 4

Assuline - - 1 1

Kelimpahan

F = Q1Q2

xV 1V 2

x1

Wx

1P

= 324

1,11279x

300,05

x1

30x

1100

= 58,2320

Calanus F x N = 58,2320 x 7 = 407 ind/LNaupilus F x N = 58,2320 x 2 = 116 ind/LPolyarta F x N = 58,2320 x 2 = 116 ind/LSynedra F x N = 58,2320 x 2 = 116 ind/LNitzschia F x N = 58,2320 x 2 = 116 ind/LOscilatoria F x N = 58,2320 x 4 = 232 ind/LAssuline F x N = 58,2320 x 1 = 58 ind/L

Keragaman

H’ = - ∑ ¿N

ln ¿N

= - { (4071161

ln407

1161¿¿+ (

1161161

ln116

1161¿¿+ (

1161161

ln116

1161¿¿+ (

1161161

ln116

1161¿¿+ (

1161161

ln116

1161¿¿+ (

2321161

ln232

1161¿¿+ (

581161

ln58

1161¿¿}

= - { (-0,3675) + (-0,2301) + (-0,2301) + (-0,2301) + (-0,2301) + (-0,3218) + (0,1497) }= 1,7594

Page 22: Acc 2 Plankton, ^ _ ^

Plankton TerangGenera U1 U2 U3 TotalCalanus 3 - 1 4

Basicladia 1 - - 1Polyarta - - 1 1Synedra 2 2 1 5

Nitzschia sigma 1 1 2 4Balanus balanoides - 1 - 1

Polycora ciliata - 1 - 1Trichodaeculia - - 1 1

Cyclotella - - 1 1

Kelimpahan

F = Q1Q2

xV 1V 2

x1

Wx

1P

= 324

1,11279x

300,05

x1

30x

1100

= 58,2320

Calanus F x N = 58,2320 x 4 = 232 ind/LBasicladia F x N = 58,2320 x 1 = 58 ind/LPolyarta F x N = 58,2320 x 1 = 58 ind/LSynedra F x N = 58,2320 x 5 = 291 ind/LNitzschia F x N = 58,2320 x 4 = 232 ind/LBalanus F x N = 58,2320 x 1 = 58 ind/LPolycora F x N = 58,2320 x 1 = 58 ind/LTrichodaeculia F x N = 58,2320 x 1 = 58 ind/LCyclotella F x N = 58,2320 x 1 = 58 ind/L

Keragaman

H’ = - ∑ ¿N

ln ¿N

= - { (2321103

ln232

1103¿¿+ (

581103

ln58

1103¿¿+ (

581103

ln58

1103¿¿+ (

2911103

ln291

1103¿¿+ (

2321103

ln232

1103¿¿+ (

581103

ln58

1103¿¿+ (

581103

ln58

1103¿¿+¿

= - { (-0,3279) + (-0,1549) + (-0, 1549) + (-0,3515) + (-0, 3279) + (-0, 1549) + (-0, 1549) + (-0, 1549) + (-0, 1549) }

= 1,9367