BAB III PEMBAHASAN -...

34
BAB III PEMBAHASAN 3.1. PROFIL BADAN HUKUM RUMAH SAKIT Dalam pembahasan ini akan dijelaskan profil mengenai gambaran umum dari masing-masing bentuk badan hukum Rumah Sakit yang terdiri dari YAKKUM (Rumah Sakit berbentuk Yayasan) dan Siloam (Rumah Sakit berbentuk Perseroan Terbatas). Selain itu dalam pembahasan ini akan membahas mengenai pengaturan bentuk badan hukum dari setiap bentuk Rumah Sakit dalam peraturan perundang-undangan serta karakteristik dari bentuk badan hukum berdasarkan pilihan hukumnya. 3.1.1. Yayasan Kristen untuk Kesehatan Umum (YAKKUM) YAKKUM merupakan sarana pelayanan kesehatan bagi penyembuhan (Healing Ministry) yang didirikan oleh Sinode Gereja-Gereja Kristen Jawa (GKJ) dan Gereja Kristen Indonesia Jawa Tengah (GKI Jateng) pada tanggal 1 Februari 1950. Dalam perkembangannya GKJ wilayah Sumatra Selatan mandiri menjadi GKSBS yang kemudian berperan sebagai gereja pendukung YAKKUM. Sarana pelayanan gerejawi ini merupakan kalanjutan dari Jejasan Roemahsakit- roemahsakit Kristen di Djawa Tengah (JRSK), yang dirintis oleh Zending Gereja-Gereja Gereformeerde Belanda yang memulai misinya di Indonesia pada tahun 1899.

Transcript of BAB III PEMBAHASAN -...

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. PROFIL BADAN HUKUM RUMAH SAKIT

Dalam pembahasan ini akan dijelaskan profil mengenai gambaran umum dari

masing-masing bentuk badan hukum Rumah Sakit yang terdiri dari YAKKUM (Rumah

Sakit berbentuk Yayasan) dan Siloam (Rumah Sakit berbentuk Perseroan Terbatas).

Selain itu dalam pembahasan ini akan membahas mengenai pengaturan bentuk badan

hukum dari setiap bentuk Rumah Sakit dalam peraturan perundang-undangan serta

karakteristik dari bentuk badan hukum berdasarkan pilihan hukumnya.

3.1.1. Yayasan Kristen untuk Kesehatan Umum (YAKKUM)

YAKKUM merupakan sarana pelayanan kesehatan bagi penyembuhan

(Healing Ministry) yang didirikan oleh Sinode Gereja-Gereja Kristen Jawa

(GKJ) dan Gereja Kristen Indonesia Jawa Tengah (GKI Jateng) pada tanggal 1

Februari 1950. Dalam perkembangannya GKJ wilayah Sumatra Selatan mandiri

menjadi GKSBS yang kemudian berperan sebagai gereja pendukung YAKKUM.

Sarana pelayanan gerejawi ini merupakan kalanjutan dari Jejasan Roemahsakit-

roemahsakit Kristen di Djawa Tengah (JRSK), yang dirintis oleh Zending

Gereja-Gereja Gereformeerde Belanda yang memulai misinya di Indonesia pada

tahun 1899.

Yayasan menurut pendapat yang sudah lazim dianut tidak mempunyai

anggota, hanya mempunyai pengurus dan mungkin mempunyai sekelompok

orang yang mendapat manfaat karena diberi bantuan atau sumbangan, seperti

halnya dengan YAKKUM yang memiliki 12 rumah sakit (Intra Murral) yaitu

Rumah Sakit Bthesda (Jogja), Rumah Sakit Bthesda Lempuyang Wangi (Jogja),

Rumah Sakit Mardi Waluyo (Metro Lampung), Rumah Sakit Panti Waluyo

(Surakarta), Rumah Sakit Panti Waluyo (Purworejo), Rumah Sakit Panti Wiloso

Citarum (Semarang), Rumah Sakit Panti Wiloso Dr. Cipto (Semarang), Rumah

Sakit Panti Rahayu (Purwodadi), Rumah Sakit Ngesti Waluyo (Temanggung),

Rumah Sakit Emmanuel (Klampok) dan Rumah Sakit Sinar Kasih (Purwokerto),

serta 3 klinik yang dipersiapkan untuk menjadi Rumah Sakit yaitu Rumah Sakit

Yoga Darma (Magelang), Rumah Sakit Wisma Rukti (Kebumen) dan Rumah

Sakit Bthesda Wonosari (Gunung Kidul), selain itu beberapa klinik yang tersebar

di 3 Provinsi, memberikan manfaatnya bagi masyarakat pengguna jasa Rumah

Sakit. Memberi Intra Murral untuk Rumah Sakit Waluyo Solo, Ekstra Murral

untuk YAKKUM Craft, dan Pendidikan untuk AKPER Ngesti Waluyo. Memang

tujuan Yayasan harus bersifat sosial dan idiil. Kata idiil dapat disamakan dengan

“filantropis”. Tidak ada undang-undang yang menentukan bahwa Yayasan

dilarang menjalankan “perusahaan”. Sebab perusahaan itu tidak identik dengan

pengertian laba. Ada perusahaan yang tidak semata-mata ditujukan untuk

memperoleh laba, seperti Yayasan yang mengusahakan Poliklinik atau Rumah

Sakit. Oleh karena itu Yayasan sebaiknya tidak dikaitkan dengan adanya

perusahan, tetapi dengan adanya maksud tidak bertujuan dengan ini perlu

didefinisikan terlebih dahulu apa yang sebenarnya termasuk pengertian

“perusahaan” atau berdijt. Undang-undang Hukum Dagang tidak memberikan

definisi apa yang dimaksud dengan “perusahaan” akan tetapi kalau kita melihat

dalam bidang perpajakan atau dalam bidang ekonomi, maka disitu perusahaan

didefinikan sebagai “melakukan kegiatan dalam bidang ekonomi dan sosial,

secara teratur dan terus menerus dengan maksud untuk mencari keuntungan”.

Teratur artinya bahwa untuk mendapatkan laba itu ada suatu organisasi yang

tersusun (artinya ada modal, ada tempat kerja, ada pabrik, ada pegawai, ada

gudang, ada manajemen, ada pimpinan). Sedangkan badan sosial jika melakukan

perusahaan tujuannya bukan mencari keuntungan, melainkan melaksanakan

sesuatu yang “idiil” atau “filantropis” atau “amal”, walaupun tidak mustahil

bahwa yayasan itu mendapatkan keuntungan.

Visi YAKKUM dalam Anggaran Dasar adalah “Menjadi lembaga

pelayanan yang secara proaktif mengusahakan kehidupan Manusia beserta

lingkungannya yang sehat sejahtera sebagai bagian dari perwujudan karya

penyelamatan Allah”, Sedangkan Misi YAKKUM adalah;

1. Mewujudkan kehidupan manusia yang sehat sejahtera bagi semua lapisan

masyarakat tanpa membedakan suku, bangsa, agama dan kepercayaan,

golongan, budaya, sosial-ekonomi, serta jenis kelamin.

2. Mewujudkan lingkungan hidup yang utuh dan sehat bagi kesejahteraan

masyarakat.

3.1.2. Siloam

Perseroan didirikan pada 3 Agustus 1996 dengan nama PT Sentralindo

Wiraswasta yang bergerak di bidang layanan kesehatan. Dimulai dengan rumah

sakit pertama di Lippo Village, Siloam Hospital berkembang secara inovatif dan

menjadi pemimpin di bidangnya melalui model layanan klinis, (state-of-the-art

technology), fasilitas yang berpusat pada pasien dan layanan klinik dan non-klinik

yang terintegrasi.

Dalam tahap konsolidasi, yang berlangsung dari tahun 2007 hingga 2010,

Siloam Hospitals menghadirkan layanannya di empat kota besar, yaitu Tangerang

(Lippo Village), Jakarta, Surabaya dan bekasi (Lippo Cikarang). Memasuki masak

ekspansi setelah konsolidasi, sejak tahun 2011 Siloam Hospitals maju pesat

dengan membangun enam rumah sakit dan mengakuisisi lima rumah sakit.

Pada tanggal 12 September 2013, Perseroan yang telah berubah nama

menjadi PT Siloam International Hospitals melakukan Intitial Public Offering

(IPO) dan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia sebagai PT Siloam International

Hospitals Tbk. Per tanggal 31 Desember 2012, menurut Frost dan Sullivan,

Siloam Hospitals Group adalah rumah sakit swasta terbesar di Indonesia dalam

jumlah kapasitas dan jumlah tempat tidur operasional.

Selain dari itu jumlah rumah sakit, Siloam Hospitals juga menjadi rumah

sakit pertama di Indonesia yang mendapat akreditasi international dari lembaga

akreditasi Joint Commission International Accreditation (akreditasi telah

dilakukan pada tahun 2007, 2010 dan 2013). Akreditasi menguatkan posisi Siloam

Hospitals sebagai rumah sakit dengan layanan berstandar internasional.

Pada akhir tahun 2013, Siloam Hospitals mengoperasikan 16 rumah sakit,

dalam tahap membangun 21 rumah sakit (4-5 akan siap beroperasi di tahun 2014)

dan merencanakan membangun 19-20 rumah sakit selama tahun 2015-2017.

Adapun Visi dari Siloam Hospitals :

a. Berkualiatas Internasional

b. Mudah Dijangkau

c. Skala Biaya Ekonomis

d. Berbelas Kasih Ilahi

Sedangkan Misinya adalah menjadi pilihan yang terpercaya dalam

pelyanan kesehatan holistik, pendidikan dan riset kesehatan berkelas dunia.

3.2. PENGATURAN BADAN HUKUM RUMAH SAKIT DALAM TATA URUTAN

PERUNDANG-UNDANGAN

Dalam konsep Negara hukum berakar dari paham kedaulatan hukum yang pada

hakikatnya berprinsip bahwa kekuasaan tertinggi di dalam suatu Negara adalah

berdasarkan atas hukum. Negara hukum merupakan substansi dasar dari kontrak sosial

setiap Negara hukum.1 Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengaturan badan hukum

Rumah Sakit berdasarkan teori stufenbau.

Rumah Sakit diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan didasarkan kepada

nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti

diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai

fungsi sosial. Pengertian tersebut sejalan dengan Pasal 28 Huruf H Ayat (1) Undang-

1 Hamidi Jazim (at. al), Hukum Lembaga Kepresidenan Indonesia, Alumni, Malang, 2009, hal. 9.

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa “setiap orang berhak

hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup

yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan setiap warga Negara

mempunyai hak atas pelayanan kesehatan” dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “Negara

bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas

pelayanan umum yang layak”.

Kesehatan rakyat adalah salah satu modal pokok dalam rangka pertumbuhan

dan kehidupan bangsa, dan mempunyai peran penting dalam penyelesaian revolusi

nasional dan penyusunan masyarakat sosialis Indonesia. Pasal 1 Undang-Undang

Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan menjelaskan bahwa tiap-tiap

warga negara berhak memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dan perlu

diikut-sertakan dalam usaha-usaha kesehatan Pemerintah.

Dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif,

partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia

Indonesia, serta peningkatan kesehatan dan daya saing bangsa bagi pembangunan

nasional. Berdasarkan Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan bahwa “Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur,

menyelenggarakan, membina dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang

merata dan terjangkau oleh masyarakat.” Dalam hal ini pemerintah bertanggung jawab

atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan

untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan masyarakat secara optimal.

Untuk meningkatkan mutu kesehatan dan jangkauan pelayanan Rumah Sakit

serta pengaturan hak dan kewajiban masyarakat dalam memperoleh pelayanan

kesehatan, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang

Rumah Sakit. Dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009

dijelaskan bahwa “Rumah Sakit dapat didirikan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,

atau swasta”. Rumah Sakit yang berbentuk swasta dalam hal ini adalah badan hukum

yang berbentuk Yayasan atau Perseroan dimana kegiatan usahanya bergerak di bidang

perumahsakitan.

Berdasarkan Pasal 1 butir 1 Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016

tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan bahwa “Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah

suatu alat dan atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan

kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh

pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan atau masyarakat” Masyarakat yang

dimaksudkan adalah pihak swasta dalam penyelenggaraan Rumah Sakit baik berbentuk

Yayasan maupun Perseroan Terbatas.

Dalam rangka mewujudkan organisasi Rumah Sakit yang baik maka perlu

adanya pengaturan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan Rumah Sakit. Pasal 2

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159b/MEN.KES/PER/II/1998 tentang Rumah

Sakit mengatur mengenai Penyelenggaraan Rumah Sakit mencakup pelaksanaan

pelayanan kesehatan dan pelaksanaan pelayanan administrasi, pendidikan,

pemeliharaan gedung, peralatan dan perlengkapan. Rumah Sakit berbentuk swasta

dimiliki dan diselenggarakan oleh Yayasan, yang sudah disahkan sebagai badan hukum;

dan badan hukum lain (Perseroan Terbatas).

Penyelenggaraan Rumah Sakit di lingkup Departemen Kesehatan diharapkan

agar sesuai dengan arah pembinaan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku, perlu didukung dengan organisasi yang efektif. Pasal 2 Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 1045/MENKES/PER/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah

Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan menjelaskan bahwa Rumah Sakit

merupakan Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Departemen Kesehata yang berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik.

Untuk mendirikan Rumah Sakit diperlukan izin sesuai dengan Pasal 1 butir 6

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/MENKES/PER/I/2010 tentang Perizinan

Rumah Sakit bahwa “Izin mendirikan Rumah Sakit adalah izin yang diberikan untuk

mendirikan Rumah Sakit setelah memenuhi persyaratan untuk mendirikan”. Sedangkan

Izin operasional Rumah Sakit adalah izin yang diberikan untuk menyelenggarakan

Pelayanan Kesehatan setelah memenuhi persyaratan dan standar.

Menurut Pasal 2 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang

Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit bahwa “Rumah Sakit dapat didirikan dan

diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau swsta.” Untuk Rumah Sakit

yang didirikan oleh swasta harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya

hanya bergerak di bidang perumahsakitan. Dikecualikan bagi Rumah Sakit yang

diselenggarakan oleh badan hukum yang bersifat nirlaba (Yayasan).

Mengenai peraturan-peraturan atas dasar penyelenggaraan rumah sakit berpijak

pada:

a. Landasan korporasi

1. AD Perseroan Terbatas (PT)

Menurut Pasal 15 Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas Nomor 40

Tahun 2007, suatu Anggaran Dasar Peseroan Terbatas harus memuat sekurang-

kurangnya:

i. Nama dan tempat kedudukan Perseroan Terbatas;

ii. Maksud dan tujuan pendirian Perseroan Terbatas;

iii. Kegiatan usaha Perseroan Terbatas;

iv. Jangka waktu berdirinya Perseroan Terbatas;

v. Modal Perseroan Terbatas;

vi. Jumlah, nilai, dan klasifikasi saham serta hak-hak yang melekat pada setiap

saham.

vii. Anggota Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan Terbatas;

viii. Tempat dan tata cara penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham;

ix. Tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota Direksi dan

Dewan Komisaris;

x. Tata cara penggunaan laba dan pembagian deviden.

Perubahan anggaran dasar ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS). Acara mengenai perubahan anggaran dasar wajib dicantumkan dengan jelas

dalam pemanggilan RUPS. RUPS dalam mengubah anggaran dasar dapat dilangsungkan

jika dalam rapat paling sedikit 2/3 bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara

hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan adalah sah jika disetujui paling sedikit

2/3 bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan. Dalam hal kuorum kehadiran tidak

tercapai dapat diselenggarakan RUPS kedua. RUPS kedua sah dan berhak mengambil

keputusan jika dalam rapat paling sedikit 3/5 bagian dari jumlah seluruh saham dengan

hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan adalah sah jika disetujui paling

sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan.

2. AD Yayasan

Isi Anggaran Dasar Yayasan terdiri dari:

i. Maksud dan tujuan serta kegiatan;

ii. Jangka waktu pendirian;

iii. Kekayaan awal (cara memperoleh dan penggunaannya);

iv. Organ Yayasan yang terdiri dari: Pembina, Pengurus, dan Pengawas;

v. Tata cara pengangkatan, pemberhentian dan penggantian Pembina, Pengurus

dan Pengawas;

vi. Hak dan kewajiban Pembina, Pengurus dan Pengawas;

vii. Tata cara penyelenggaraan rapat organ Yayasan;

viii. Tahun buku (1 Januari sampai dengan 31 Desember);

ix. Perubahan Anggaran Dasar

x. Penggabungan dan Pembubaran Yayasan;

xi. Penggunaan kekayaan Yayasan sisa likuidasi;

xii. Peraturan penutup;

xiii. Identitas Pendiri, Pembina, Pengurus, dan Pengawas.

Perubahan Anggaran Dasar Yayasan

i. Diperboehkan asalkan tidak mengubah maksud dan tujuan;

ii. Berdasarkan permufakatan rapat Pembina atau persetujuan 2/3 anggota

Pembina yang hadir;

iii. Merubah nama dan kegiatan, cukup diberitahukan kepada MENHUKHAM;

iv. Atas persetujuan Kurator, jika Yayasan pailit.

b. Peraturan perundang-undangan tentang kesehatan dan perumahsakitan

Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

bahwa “Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.”

c. Kebijakan Kesehatan pemerintah setempat

Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan melaksanakan fungsi

pelayanan publik yang sangat vital bagi kehidupan seseorang. Rumah Sakit perlu

dibina dan diawasi agar dapat melaksanakan fungsinya secara optimal sesuai dengan

standar pelayanan yang ditetapkan dengan mengutamakan keselamatan pasien.

Karena itu Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dan Bab

tersendiri yaitu Bab XII, yang terdiri dari 8 Pasal yaitu dari Pasal 54 sampai dengan

Pasal 61. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, maka Pemerintah menetapkan

Peraturan Pemeritah Nomor 49 tahun 2013 tentang Badan Pengawas Rumah Sakit.

Peraturan Pemerintah tentang Badan Pengawas Rumah Sakit merupakan pelaksanaan

Pasal 61 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

d. Peraturan internal rumah sakit

Pearturan internal Rumah Sakit adalah peraturan intern dan ketentuan yang

dibuat sendiri oleh Rumah Sakit untuk mengatur tingkah laku atau perbuatan.

Peraturan intern tersebut merupakan kerangka hukum dan manajerial yang menjadi

acuan bagi Rumah Sakit dalam mencapai tujuannya (Keputusan Menteri Kesehatan

Nomor 772/MENKES/SK/VI/2002 tetang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit).

e. Kebijakan teknis operasional rumah sakit

Acuan untuk menyusun kebijakan teknis operasional adalah peraturan internal

Rumah Sakit, yang disusun dan ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit. Pada

umumnya terdiri dari kebijakan dan prosedur di bidang administrasi medis,

penunjang medis dan keperawatan.

f. Aturan Hukum Umum

1. Hubungan antara dokter dengan pasien biasanya merupakan relasi medis, relasi

hukum yang biasa disebut dengan perjanjian medis dalam hal penyembuhan

pasien disebut dengan Kontrak Terapeutis. Pasal yang dapat diterapkan yaitu

Pasal 1320 KUH Perdata tentang syarat-syarat sahnya perjanjian dan Pasal 1365

KUH Perdata. Selain itu, kontrak medis bisa secara tertulis dan bisa juga tidak

tertulis. Dan apabila salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya bisa disebut

dengan wanprestasi.

2. Bahwa untuk menghindari risiko dan gangguan kesehatan maka perlu

penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit sesuai dengan persyaratan

kesehatan. Berdasrkan lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah

Sakit bahwa persyaratan kesehatan lingkungan Rumah Sakit terdiri atas

penyehatan ruang bangunan dan halaman Rumah Sakit.

3. Berdasarkan Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 bahwa

“Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan

diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan

kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.” Yayasan dapat melakukan

kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara

mendirikan badan usaha dan atau ikut serta dalam suatu badan usaha.

4. Berdasarkan Pasal 1 angka 6 UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

menyebutkan: “Perusahaan adalah: a. setiap bentuk usaha yang berbadan hukum

atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum,

baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh

dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain; b. usaha-usaha sosial dan

usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain

dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain”.

5. Berdasarkan Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas bahwa “Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut

Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan

berdasarkan perjanjian, malukukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang

seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan

dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanana.” Perseroan harus

mempunyai maksud dan tujuan serta kegiatan usaha yang tidak bertentangan

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, ketertiban umum, dan atau

kesusilaan.

Berdasarkan paparan data di atas menurut penulis Rumah Sakit adalah salah satu

sarana kesehatan sebagai institusi pemberi pelayanan kesehatan dengan memberdayakan

berbagai kesatuan individu terlatih dan terdidik dalam menangani masalah medik untuk

pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang lebih baik. Penulis melihat berdasarkan

Pasal 7 ayat (2), Pasal 20, dan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang

Rumah Sakit bahwa Rumah Sakit dapat didirikan oleh swasta. Dalam pengelolaannya

Rumah Sakit dapat dibagi menjadi Rumah Sakit publik dan Rumah Sakit privat. Rumah

Sakit privat dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan.

Selain itu, Pasal 3 ayat (3) Permenkes Nomor 159b Tahun 1988 tentang Rumah Sakit

menjelaskan bahwa Rumah Sakit dapat dimiliki dan diselenggarakan oleh Pemerintah

atau Swasta. Rumah Sakit Swasta dimiliki dan diselenggarakan oleh Yayasan (yang sudah

disahkan sebagai badan hukum) dan badan hukum lain yang bersifat sosial. Penjelasan

dari Undang-Undang tentang Rumah Sakit dan Permenkes tentang Rumah Sakit

dipertegas dalam Pasal 2, dan Pasal 5 Permenkes Nomor 56 Tahun 2014 tentang

Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit.

Badan hukum nirlaba adalah badan hukum yang sisa hasil usahanya tidak

dibagikan kepada pemilik, melainkan digunakan untuk peningkatan pelayanan, yaitu

antara lain Yayasan, Perkumpulan dan Perusahaan Umum. Perkumpulan terbagi atas 2

(dua) macam yaitu: pertama, berbentuk badan hukum, seperti Perseroan Terbatas,

Koperasi dan Perkumpulan saling Menanggung; kedua, tidak berbentuk badan hukum,

seperti Persekutuan Perdata, CV dan Firma. Sedangkan Yayasan merupakan suatu bagian

dari perkumpulan yang berbentuk badan hukum dengan pengertian yang dinyatakan

dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan yaitu

suatu Badan Hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk

mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tidak

mempunyai anggota. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Yayasan dan perkumpulan yang

berbentuk badan hukum mempunyai kekuatan hukum yang sama, yaitu sama-sama

dianggap sebagai subyek hukum dan dapat melakukan perbuatan hukum. Tetapi antara

yayasan dan perkumpulan yang tidak berbentuk badan hukum, maka yayasan kedudukan

hukumnya lebih kuat dari pada perkumpulan. Sedangkan Perusahaan Umum adalah

perusahaan unit bisnis Negara yang seluruh modal dan kepemilikan dikuasai oleh

pemerintah dengan tujuan untuk memberikan penyediaan barang dan jasa publik yang

baik demi melayani masyarakat umum serta mengejar keuntungan berdasarkan prinsip

pengolahan perusahaan.

Dalam penulisan ini yang menjadi fokus penulis adalah Rumah Sakit yang

didirikan oleh swasta. Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta harus berbentuk badan

hukum. Yayasan dan Perseroan Terbatas adalah badan hukum sebagai Pemilik Rumah

Sakit. Di bawah Pemilik Rumah Sakit terdapat Governing Body yaitu badan pemegang

kekuasaan dan tanggung jawab moral dan hukum tertinggi dalam keseluruhan

pengoperasian Rumah Sakit, serta bertanggung jawab terhadap asuhan klinis yang

diberikan kepada masyarakat. Anggota Governing Body Rumah Sakit adalah tokoh

mayarakat yang terdiri dari warga yang terhormat, para ahli, pengusaha, sebagai orang-

orang yang dipercayakan untuk mengatur Rumah Sakit. Organisasi Rumah Sakit paling

sedikit terdiri atas; Kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit yaitu pimpinan

tertinggi yang bertugas memimpin penyelenggaraan Rumah Sakit, unsur pelayanan medis

yaitu merupakan unsur organisasi di bidang pelayanan medis yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit, unsur

keperawatan yaitu unsur organisasi di bidang pelayanan keperawatan yang berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit,

penunjang medis yaitu unsur organisasi di bidang pelayanan penunjang medis yang

berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah

Sakit, unsur administasi umum dan keuangan yaitu unsur organisasi di bidang pelayanan

administrasi umum dan keuangan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit, komite medis yaitu unsur organisasi yang

mempunyai tanggung jawab untuk menerapkan tata kelola klinis yang baik dibentuk oleh

dan bertanggung jawab kepada kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit, dan

satuan pemeriksaan internal yaitu unsur organisasi yang bertugas melaksanakan

pemeriksaan audit kinerja internal Rumah Sakit berada di bawah dan bertanggung jawab

kepada kepada Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit.

Pengertian hospital by laws atau peraturan internal Rumah Sakit adalah suatu

produk hukum yang merupakan anggaran rumah tangga Rumah Sakit yang ditetapkan

oleh pemilik Rumah Sakit atau yang mewakili. Hospital by laws mengatur: organisasi

pemilik atau yang mewakili, peran, tugas, dan kewenangan pemilik atau yang mewakili,

peran, tugas dan kewenangan direktur Rumah Sakit, organisasi staf medis, peran, tugas

dan kewenangan staf medis.

Demikian pula dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

772/Menkes/SK/VI/2002 tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit menguraikan

bahwa Hospital by laws terdiri dari Corporate by laws dan Medical by laws. Di dalam

pedoman tersebut juga diuraikan bahwa penyusunan medical staff by laws dapat digabung

menjadi satu dengan corporate by laws yaitu menjadi salah satu Pasal atau Bab di dalam

corporate by laws, meskipun bisa juga disusun secara terpisah.

Hospital (administrative atau corporate) by laws mengatur tentang bagaimana

kepentingan pemilik dipresentasikan di Rumah Sakit, bagaimana kebijakan Rumah Sakit

dibuat, bagaimana hubungan antara pemilik dengan manajemen Rumah Sakit dan

bagaimana pula dengan staf medis, dan bagaimana hubungan manajemen dengan staf

medis. Hubungan-hubungan tersebut diuraikan dalam keadaan statis dan dinamis.

Hospital (medical) by laws memberikan satu kewenangan kepada para

professional medis untuk melakukan self governance bagi para anggotanya, dengan cara

membentuk suatu “komite medis” yang mandiri; sekaligus memberikan tanggung-jawab

(responsibility) kepada “komite” tersebut untuk mengemban seluruh kewajiban pemastian

terselenggaranya pelayanan professional yang berkualitas dan pelaporannya kepada

administrator Rumah sakit.

Dari pengaturan di atas menurut penulis, Rumah Sakit di Indonesia dapat dimiliki

dan diselenggarakan oleh Pemerintah dan Swasta. Rumah Sakit yang dimiliki swasta

adalah Rumah Sakit yang dikelola oleh badan hukum yang berbentuk Yayasan atau

Perseroan Terbatas yang umumnya dijalankan untuk kegiatan sosial atau tujuan ekonomi

(mencari keuntungan). Jika dikaitkan dengan konsep ekonomi dalam memberikan

pelayanan kesehatan, konsep mutu pelayanan yang dapat diberikan oleh Rumah Sakit

swasta bisa diartikan dengan penyediaan fasilitas yang mewah dan kenyamanan dengan

memberikan bahan atau komponen tertentu secara berlebihan. Yang dimaksud dengan

pelayanan bermutu di bidang kesehatan adalah yang adekuat artinya, pelayanan kesehatan

yang diberikan harus sesuai dan memenuhi prosedur ketentuan pelayanan kesehatan.

Perkembangannya banyak industri layanan kesehatan dan medis, motif profitnya adalah

sesuatu yang tidak dapat dijelaskan dalam perilakunya. Terutama untuk Rumah Sakit,

yang mayoritas beroperasi tidak berdasarkan profit-making. Ketiadaan motif profit ini

mungkin menjadi penyebab efisiensi Rumah Sakit. Namun, situasi ini dapat disiasati

dengan ketiadaan persaingan dalam industri Rumah Sakit.

Semakin banyaknya modal komersial memasuki industri kesehatan, persepsi

demikian kini bergeser. Di kota-kota besar mulai dominan persepsi yang memandang

bahwa dari pelayanan kesehatan, bisa dikeruk keuntungan sebesar-besarnya. Selain itu,

Social Corporate merupakan saudara atau tetangga sebelah dari “Perusahaan” yang

selama ini dikenal oleh masyarakat. Orang mengenal “Perusahaan” adalah lembaga

ekonomi atau organisasi bisnis yang menyelenggarakan kegiatan ekonomi dengan

memproduksi barang dan atau jasa. Dalam hal ini termasuk juga perdagangan.

Perusahaan bisnis jelas mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan pengorbanan yang

sekecil-kecilnya (sesuai mazhab kapitalis). Sedangkan perusahaan sosial (social

corporation atau social entrepreneur) adalah lembaga atau organisasi sosial yang

tujuannya bukan untuk mencari laba, maka sering disebut sebagai organisasi nirlaba.

Organisasi nirlaba tetap harus dikelola dengan manajemen profesional, sehingga dapat

berkembang menjalankan aktivitasnya sesuai visi dan misi, dan terhindar dari

kebangkrutan. Para pekerjanyapun diperlakukan sama dengan pekerja perusahaan bisnis

yang sesungguhnya. Artinya memiliki hak dan kewajiban yang sama.2

Untuk menghilangkan persepsi tersebut pendirian Rumah Sakit baik yang dikelola

oleh Yayasan maupun Perseroan harus memperhatikan beberapa faktor. Pertama,

pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-Undang

2 Madrasah Of Human Capital Development in Uncategorized, Perusahaan Sosial itu bernama:

Yayasan, Sekolah / Universitas, dan Rumah Sakit, 23 Agustus 2014, https://madrasahofhcdev.wordpress.

com/2014/08/23/perusahaan-sosial-itu-bernama-yayasan-sekolahuniversitas-dan-rumah-sakit/, diakses pada tanggal

14 November 2017 pukul 13.07 WIB.

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus diwujudkan dengan upaya

peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Kedua, bahwa Rumah

Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri

yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi

dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat, untuk meningkatkan pelayanan yang lebih

bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar tewujud kesehatan yang setinggi-tingginya.

Ketiga, bahwa dalam rangka peningkatan mutu dan pelayanan Rumah Sakit serta

pengaturan hak dan kewajiban masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan, perlu

mengatur Rumah Sakit dengan Undang-Undang. Keempat bahwa berdasarkan pengaturan

mengenai Rumah Sakit belum cukup memadai untuk dijadikan landasan hukum dalam

penyelenggaraan Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Kelima bahwa berdasarkan faktor-faktor tersebut serta memberikan kepastian hukum

bagi masyarakat dan Rumah Sakit, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang

Rumah Sakit dapat digunakan sebagai landasan dan acuan pengaturan Penyelenggaraan

Rumah Sakit yang kemudian dilengkapi dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56

Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit.

Penyelenggaraan Rumah Sakit adalah untuk memberikan kesejahteraan kepada

masyarakat dalam bentuk pelayanan kesehatan sesuai dengan amanat Pasal 28 H ayat (1)

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam menyelenggarakan

Rumah Sakit Pemerintah mengatur, membimbing, membantu dan mengawasi usaha-

usaha kesehatan yang didirikan oleh swasta sesuai dengan Pasal 14 Undang-Undang

Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan. Mengenai pengaturan bentuk

badan hukum Rumah Sakit dapat dilihat pada Pasal 7 Undang-Undang Nomor 44 Tahun

2009 tentang Rumah Sakit yang mengatur persyaratan Rumah Sakit yang didirikan oleh

swasta, aturan ini kemudian diperjelas dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 56 Tahun 2014 mengenai pendirian dan penyelenggaraan Rumah Sakit. Hanya

saja undang-undang tidak menyebut secara konkrit bentuk badan hukumnya (Yayasan

atau Perseroan Terbatas). Saat ini pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit mengenai

bentuk badan hukum Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta sudah memadahi. Namun,

pengawasan terhadap penyelenggaran Rumah Sakit oleh swasta masih kurang. Terlihat

dari kasus Rumah Sakit-Rumah Sakit yang bermasalah (seperti kasus bayi Debora pada

Rumah Sakit Mitra Keluarga). Fungsi sosial dalam hal ini pelayanan kesehatan belum

seluruhnya terlaksana dengan baik oleh Rumah Sakit yang didirikan swasta, meskipun

undang-undang telah mengatur mengenai penyelenggaraan Rumah Sakit. Apabila

diperhatikan sebenarnya Rumah Sakit mempunyai tujuan utama yaitu memberikan

pelayanan kesehatan, tujuan utama Rumah Sakit ini sesuai dengan tujuan dari Rumah

Sakit yang berbentuk perusahaan sosial karena mengedepankan pelayanan yang

kemudian berkembang dan menjadi Rumah Sakit berbentuk perusahaan profit. Tujuan

inilah yang sering dimainkan oleh Rumah Sakit baik perusahaan sosial maupun

perusahaan profit dalam mencapai tujuannya.

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang telah dipaparkan diatas, maka

penulis akan menyusunnya dengan mendasarkan pada stufenbau theory sebagai berikut.

Stufenbau theory berdasarkan peraturan nasional :

Pancasila

UUD NRI Tahun1945 khususnya Pasal 28 H ayat (1)

UU Pokok-Pokok Kesehatan

UU Kesehatan

UU Rumah Sakit

UU Yayasan

UU Ketenagakerjaan

UU Perseroan Terbatas

PP Fasilitas Pelayanan Kesehatan

PERMENKES Rumah Sakit

PERMENKES Pedoman Organisasi Rumah Sakit

PERMENKES Perizinan Rumah Sakit

PERMENKES Klasifikasi Rumah Sakit

KEPMENKES Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit

Stufenbau theory untuk peraturan internal :

AD

Yayasan

Perseroan Terbatas

Peraturan Internal Rumah Sakit

(Hospital by laws)

Aturan Pelaksanaan

(Standar Operating Procedure, Job Description)

Ada banyak pengaturan yang saling berkelindan diatas yang mengatur tentang

perumahsakitan lebih khusus lagi badan hukum rumah sakit. Akan sangat membantu

untuk memahami tata urutan pengaturan tersebut dengan menyusunnya mendasarkan

pada stufenbau theory dalam bentuk piramida. Ditemukan masalah hukum saat melihat

pada bagian undang-undang pada piramida tersebut, di mana didalamnya terdapat

Undang-Undang Kesehatan, Undang-Undang Perseroan Terbatas, Undang-Undang

Yayasan, Undang-Undang Rumah Sakit, manakah undang-undang yang menjadi acuan

utama atau specialis tentang badan hukum rumah sakit? Hukum memberikan pintu keluar

mengenai hal tersebut dengan adanya adagium yang dapat digunakan untuk mengurai

masalah. Adagium lex specialis derogat legi generalis dapat kita gunakan dalam masalah

ini. Berasarkan adagium tersebut maka Undang-Undang Rumah sakit menjadi hukum

yang special bila dibandingkan dengan undang-undang yang lain. Apabila terdapat

pengaturan yang berbenturan antara undang-undang yang satu dengan Undang-Undang

Rumah sakit ini, maka Undang-Undang Rumah Sakitlah yang dipergunakan

mengesampingkan pengaturan mengenai hal tersebut pada pengaturan lainnya. Sehingga

Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit sebagai

dasar penyelenggaraan Rumah Sakit oleh badan hukum baik Yayasan maupun Perseroan

Terbatas dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 sebagai pelengkap

penyelenggaraan Rumah Sakit.

3.3. KARAKTERISTIK RUMAH SAKIT BERDASARKAN PILIHAN BENTUK

HUKUMNYA

Berdasarkan Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang

Rumah Sakit bahwa Rumah Sakit dapat didirikan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,

atau swasta. Rumah Sakit yang akan didirikan oleh swasta harus berbentuk badan hukum.

Berikut ini akan dijelaskan mengenai karakteristik dari bentuk badan hukum yang

berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dan Yayasan.

Tabel 2.

Karakteristik Badan Hukum RS: Perseroan Terbatas (PT) dan Yayasan

No. Karakteri

stik Perseroan Terbatas (PT) Yayasan

1. Filosofi

Filosofi perusahaan adalah

seperangkat kepercayaan dan

prinsip yang dimiliki oleh

perusahaan dalam melakukan

kegiatan bisnisnya. Ini seringkali

dimaksudkan sebagai pernyataan

misi atau visi perusahaan.

Filosofi tersebut juga menggaris

bawahi nilai-nilai yang penting

bagi perusahaan. Sebagai sebuah

entitas bisnis, filosofi

perusahaan adalah refleksi nilai-

nilai dari pemimpinya. Filososi

tersebut harus ditanamkan

perusahaan kepada

karyawannya.

Filantropis sebagai inti dari

yayasan hadir didasarkan pada

pengalaman rohani yang

dimiliki oleh setiap manusia.

Kedermawanan merupakan

salah satu bagian dari cakupan

filantropis. Bentuk hukum

yayasan adalah yang paling

tepat sebagai wadah dari

kegiatan sosial yang dilakukan,

karena yayasan merupakan

lembaga yang bersifat

filantropis dari para pendirinya

sebagai upaya menolong

sesama.

2.

Tujuan

Badan

Hukum

Salah satu yang paling besar

tujuan dari Perseroan Terbatas

(PT) adalah mempunyai

kepentingan tersendiri, yakni

kepentingan yang tercermin

dalam hak-haknya untuk dapat

menuntut dan mempertahankan

kepentingannya kepada pihak

ketiga menurut ketentuan

hukum. Tujuan PT adalah untuk

memperoleh keuntungan usaha

yang secara tidak langsung

merupakan keuntungan pula

bagi para pemegang saham.

Kepentingan PT lebih kepada

keuntungan untuk dana

cadangan, sedangakan

pemegang saham adalah dividen

atau capital gain.

Untuk mencapai tujuan tertentu

di bidang sosial, keagamaan,

dan kemanusiaan.

3. Dasar

Hukum

Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1995 jo. Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1997 tentang Dokumen

Undang-Undang Nomor 16

Tahun 2001 jo. Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2004 tentang

Yayasan.

Peraturan Pemerintah Nomor 2

Tahun 2013 tentang Perubahan

Perusahaan.

Undang-Undang Nomor 8 tahun

1995 tentang Pasar Modal

berkaitan dengan Pembentukan

PT Terbuka.

Peraturan Pemerintah Nomor 26

Tahun 1998 tentang Pemakaian

Nama Perseroan Terbatas.

Peraturan Pemerintah Nomor 27

Tahun 1998 tentang Pemakaian

Nama Perseroan Terbatas.

Atas Peraturan Pemerintah

Nomor 63 Tahun 2008 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang

Yayasan.

Peraturan Menteri Hukum dan

Hak Asasi Manusia Nomor 2

Tahun 2016 tentang Tata Cara

Pengajuan Permohonan

Pengesahan Badan Hukum Dan

Persetujuan Perubahan

Anggaran Dasar Serta

Penyampaian Pemberitahuan

Perubahan Anggaran Dasar Dan

Perubahan Data Yayasan.

4. Organ Rapat Umum Pemegang Sahan,

Direksi, dan Dewan Komisaris.

Pembina, Pengurus dan

Pengawas.

5. Manajemen

Dalam suatu perusahaan

manajemen adalah proses

memimpin, pengadministrasian,

dan mengarahkan perusahaan.

Dalam proses ini pula

manajemen menggunakan

berbagai sumber daya yang

sudah dimiliki oleh peusahaan

tersebut. Dalam Perseroan

Terbatas sebuah manajemen dan

tata kerja sangatlah dibutuhkan

guna mendongkrak kinerja

sebuah Perseroan Terbatas

dalam melakukan segala

aktifitasnya.

Sebagai pemilik, yayasanlah

yang harus menentukan

kebijaksanaan pokok

pengelolaan rumah sakit serta

memikul taggung jawab terakhir

terhadap akibat-akibat yang

timbul dari pengelolaan rumah

sakit tersebut. Adapun

pelaksanaan kebijaksanaan ini

harus dilakukan oleh pimpinan

rumah sakit atau direksi rumah

sakit yang bekerja dan

bertanggung jawab kepada

yayasan.

Sumber: Data Sekunder dari literatur dan perundang-undangan yang diolah

Menurut analisis penulis, setiap organisasi termasuk Yayasan memiliki tujuan

yang spesifik dan unik yang dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Tujuan yang

bersifat kuantitatif mencakup pencapaian laba maksimum, pertumbuhan organisasi, dan

produktivitas. Sementara tujuan kualitatif dapat disebutkan sebagai efisiensi dan

efektivitas organisasi, manajemen organisasi yang tangguh, moral karyawan yang tinggi,

reputasi organisasi, stabilitas, pelayanan kepada masyarakat, dan citra perusahaan. Dalam

suatu Yayasan visi merupakan pandangan ke depan di mana suatu organisasi akan

diarahkan. Dengan mempunyai visi, yayasan dapat berkarya secara konsisten dan tetap

eksis, antisipatif, inovatif, serta produktif. Visi adalah suatu gambaran yang menantang

tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin di wujudkan suatu

Yayasan. Sebelum Yayasan menentukan tujuannya, misi atau maksud Yayasan harus

ditetapkan terlebih dahulu. Misi adalah suatu pernyataan tentang maksud Yayasan. Misi

suatu Yayasan adalah maksud khas dan mendasar yang membedakan organisasi lainnya

dan mengidentifikasi ruang lingkup operasi. Dapat dikatakan bahwa misi merupakan

suatu yang diemban atau dilaksanakan oleh suatu Yayasan sebagai penjabaran atas visi

yang telah ditetapkan. Dengan pernyataan misi tersebut, maka seluruh unsur Yayasan dan

pihak yang berkepentingan dapat mengetahui serta mengenal keberadaan dan peran

Yayasan.

Dalam Yayasan struktur organisasi Yayasan merupakan turunan dari fungsi,

strategi, dan tujuan organisasi. Menurut penulis, kepemimpinan termasuk pilihan dan

orientasi organisasi, sangat berpengaruh terhadap pilihan struktur birokrasi pada Yayasan.

Menurut Pasal 2 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001, Yayasan mempunyai organ

yang terdiri dari Pembina, Pengurus, dan Pengawas. Berdasarkan Bab VI Undang-

Undang Nomor 16 Tahun 2001 diatur mengenai tugas dari masing-masing organ

Yayasan. Pembina adalah organ Yayasan yang mempunyai kewenangan yang tidak

diserahkan kepada pengurus atau pengawas oleh undang-undang tersebut atau Anggaran

Dasar. Pengurus adalah organ Yayasan yang melaksanakan kepengurusan Yayasan, dan

pihak yang dapat diangkat menjadi pengurus adalah individu yang mampu melakukan

perbuatan hukum. Sedangkan Pengawas adalah organ Yayasan yang bertugas melakukan

pengawasan serta memberi nasihat kepada pengurus dan menjalankan Yayasan.

Dalam Yayasan, pengelola yang harus bertanggung jawab kepada Pembina

disampaikan dalam Rapat Pembina yang diadakan setahun sekali. Pola pertanggung

jawaban Yayasan bersifat vertikal dan horizontal. Pertanggungjawaban vertikal adalah

pertanggungjawaban atas pengelolaan dana pada otoritas yang lebih tinggi, seperti

pertanggungjawaban Yayasan kepada Pembina. Sedangkan pertanggungjawaban sector

public tersebut merupakan elemen penting dari proses akuntabilitas publik.

Pertanggungjawaban manajemen merupakan bagian terpenting bagi kredibilitas

management di Yayasan. Tidak terpenuhinya prinsip pertanggungjawaban tersebut dapat

menimbulkan implikasi yang luas. Yayasan dapat pula dipahami sebagai badan hukum

yang mempunyai unsur-unsur :3

1) Mempunyai harta kekayaan sendiri yang berasal dari suatu perbuatan pemisahan yaitu

suatu pemisahan kekayaan yang dapat berupa uang dan barang.

2) Mempunyai tujuan sendiri yaitu tujuan yang bersifat sosial, keagamaan dan

kemanusiaan.

3) Mempunyai alat perlengkapan yaitu meliputi pengurus, Pembina dan pengawas.

Berikut akan dijelaskan mengenai karakteristik Rumah Sakit yang dikelola oleh

Yayasan. Dalam Yayasan, penyelenggaraan Rumah Sakit berdasarkan pilihan bentuk

hukum sesuai Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 yang kemudian

diperjelas dalam Pasal 5 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 bahwa

Rumah Sakit dapat didirikan oleh Swasta, artinya dapat berbentuk Perseroan Terbatas

3 Ali Ridho, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi,

Yayasan dan Wakaf, Penerbit Alumni, Bandung, 1981, hal. 118.

maupun Yayasan. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan

menjelaskan bahwa Yayasan dapat menunjang kegiatan usaha untuk pencapaian maksud

dan tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan atau ikut serta dalam suatu badan

usaha, artinya Yayasan dapat mengelola suatu Rumah Sakit. Pada dasarnya, Yayasan

merupakan badan hukum dan Rumah Sakit merupakan unit kegiatan dari Yayasan,

sehingga Rumah Sakit bukan merupakan badan hukum tetapi merupakan subjek hukum.

Direktur Rumah Sakit memegang peranan penting dalam pertanggungjawaban organ

Rumah Sakit yaitu sebagai payung yang menaungi seluruh kesalahan dan kelalaian yang

dilakukan oleh organ Rumah Sakit (mulai dari wakil direktur, komite medik, kepala

bagian dan kepala instalasi, dan staf Rumah Sakit). Dengan kata lain, beban pertanggung

jawaban di dalam unit kegiatan Rumah Sakit berada pada direktur Rumah Sakit.

Selanjutnya, pimpinan Rumah Sakit tetap mempunyai kewajiban untuk menyampaikan

mengenai seluruh kegiatan usaha yang telah dilakukan oleh Rumah Sakit melalui laporan

tahunan yang terdiri dari laporan kegiatan Rumah Sakit dan laporan keuangan Rumah

Sakit yang disampaikan secara rutin setiap tahun oleh pimpinan Rumah Sakit kepada

Pengurus Yayasan. Intinya bahwa organ Yayasan terdiri atas Pembina, Pengawas dan

Pengurus. Pengurus Yayasan bertindak sebagai perwakilan dari badan hukum Yayasan,

dan direktur Rumah Sakit bertindak sebagai perwakilan dari unit kegiatan Rumah Sakit.

Meskipun Rumah Sakit merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari

Yayasan, namun Rumah Sakit sebenarnya bersifat mandiri dan independen, karena

pengelolaan Rumah Sakit yang terpisah dari Yayasan. Berdasarkan Pasal 31 Undang-

Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan bahwa pengurus adalah organ Yayasan

yang melaksnakan kepengurusan dalam suatu Yayasan. Pengurus Yayasan bertanggung

jawab atas direksi Rumah Sakit yang didirikan. Direksi pada Rumah Sakit yang

berbentuk Yayasan sebagai kepala Rumah Sakit. Sehingga Pengurus Yayasan dan direksi

Rumah Sakit memiliki peran dan tugas yang berbeda. Direksi Rumah Sakit berada

dibawah kepengurusan Pengurus Yayasan, direksi bertanggung jawab terhadap

pengelolaan Rumah Sakit sesuai dengan Pasal 35 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009

tentang Rumah Sakit jo. PERPRES Nomor 77 Tahun 2015 tentang Organisasi Rumah

Sakit.

Adapun Perseroan Terbatas merupakan salah satu bentuk badan hukum yang

banyak dipilih oleh orang perseorangan maupun badan hukum yang menjalankan usaha.

Perseroan Terbatas merupakan badan hukum persekuatuan modal, didirikan berdasarkan

perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam

saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 40

Tahun 2007 serta peraturan pelaksana. Kata “perseroan” ini merujuk pada cara penentuan

modal pada badan hukum Perseroan Terbatas yang terdiri dari sero-sero atau saham-

saham; sedangkan kata “terbatas” merujuk pada jumlah nilai nominal dari semua saham-

saham yang dimiliki. Menurut Reiner H. Kraakman, Perseroan Terbatas merupakan suatu

badan hukum karena telah memenuhi 5 (lima) sifat utama badan usaha yang berbadan

hukum, yaitu:4

1. Legal Personality

Unsur utama adalah adanya kemampuan bagi Perseroan untuk memiliki kekayaan

sendiri yang terpisah dari harta milik pemegang saham dan adanya kebebasan

Perseroan tidak hanya untuk mengunakan dan menjual tetapi juga menanamkan pada

4 Hendry Hansmann dan Reinier Kraakman, “What is Corporate Law”, Yale Law School Center For

Law, Economics and Public Policy Research Paper No. 300 (2004), hal. 6-13.

pihak ketiga. Berdasarkan hal tersebut terdapat dua aturan hukum yang tegas yang

harus diperhatikan:

a. Adanya hak bagi kreditur untuk didahulukan dari pemagang saham dalam hal

menuntut atas tagihan terhadap utang Perseroan.

b. Adanya perlindungan terhadap Perseroan atas upaya pembubaran yang dilakukan

oleh pemegang saham, yaitu pemegang saham tidak dapat dapat menarik saham

yang dimilikinya termasuk apabila ada kreditur dari pemegang saham yang ingin

menyita saham milik pemagang saham.

2. Limited Liability

Bahwa pemegang saham tidak bertanggung jawab secara pribadi atas tuntutan hak

tagih kreditur Perseroan. Limited liability merupakan sifat utama Perseroan yang

membedakan Perseroan dengan bentuk perusahaan lainnya karena mengandung

prinsip yang mengatakan bahwa pemegang saham tidak bertanggung jawab secara

pribadi atas kewajiban perusahaan sebagai badan hukum yang kekayaannya terpisah

dari pemegang sahamnya.

3. Transferable shares

Bahwa Perseroan dapat menajalakan usaha tanpa gangguan yang muncul dari adanya

perubahan kepemilikan atas saham yang dimiliki oleh para pemegang saham.

Transferable shares merupakan sifat utama Perseroan selain limited Liability yang

membedakan Perseroan dengan bentuk perusahaan lainnya karena mengandung

prinsip continuity of existence yang berarti bahwa Perseroan tidak dipengaruhi oleh

kematian ataupun pailitnya pemegang saham. Selain itu Perseroan juga tidak

dipengaruhi oleh perubahan struktur kepemilikan perusahaan yang mengakibatkan

saham-saham perusahaan dapat diperdagangkan secara bebas.

4. Delegated management with a board structure

Adanya pendelegasian pengurusan pada suatu organ Perseroan sehingga pihak ketiga

dari Perseroan dapat mengenali dengan benar pihak yang berwenang mengadakan

perjanjian dari Perseroan.

5. Investor ownership

Memberikan dua hak bagi pemegang saham, yaitu pertama adalah untuk

mengendalikan Perseroan yaitu adanya hak untuk memilih direksi dan menyetujui

transaksi material yang akan dilakukan Perseroan, sedangkan yang kedua adalah

pemegang saham berhak untuk memperoleh bagian dari keuntungan bersih

pendapatan Perseroan.

Manajemen dalam suatu perseroan adalah proses kegiatan dalam Perseroan

Terbatas yang bertujuan untuk pencapaian sebuah visi dan misi yang sama satu dengan

lain, melalui kerja sama antara seluruh anggota-anggota Perseroan Terbatas. Tata kerja

dalam suatu Perseroan Terbatas sangat penting karena merupakan suatu pola cara kerja

sebuah perseroan terbatas yang berkegiatan untuk saling bekerja sama yang bertujuan

agar tercapainya segala tujuan sebuah Perseroan Terbatas sesuai dengan perjanjian awal

saat pendirian Perseroan Tersebut. Menurut penulis untuk menentukan bagaimana sebuah

bisnis dalam Perseroan Terbatas dalam menangani bagian-bagian operasional yang

berbeda, yaitu dapat dilihat dari bagaimana suatu perusahaan itu dibentuk dan beroperasi

di dalam bagian-bagian seperti pembukuan, manajemen, pelatihan, relasi publik,

pemasaran dan operasional perusahaan.

Sedangkan dalam sebuah Perseroan Terbatas filosofi perusahaan menjelaskan

tentang tujuan perusahaan secara keseluruhan. Berbicara mengenai tujuan Perseroan

Terbatas, tujuan Perseroan Terbatas didirikan adalah untuk menajalankan suatu perusahan

dengan modal tertentu yang terbagi atas saham-saham yang dimana para pemegang

saham ikut serta mengambil satu saham atau lebih dan melakukan perbuatan-perbuatan

hukum dibuat oleh nama bersama, dengan tidak bertanggung jawab sendiri untuk

persetujuan perseroan. Berbeda dengan Yayasan, bahwa setiap perseroan harus

mempunyai maksud dan tujuan serta kegiatan usaha yang jelas dan tegas, dalam

pengkajian hukum disebut “klausul objek”. Perseroan yang tidak mencantumkan dengan

jelas dan tegas apa maksud dan tujuan serta kegiatan usaha dianggap cacat hukum,

sehingga keberadaannya tidak valid. Pencantuman maksud dan tujuan serta kegiatan

usaha dalam Anggaran Dasar, dilakukan bersamaan pada saat pembuatan akta pendirian.

Organ Perseroan Terbatas adalah organisasi yang menyelenggarakan suatu

perseroan terbatas, dalam Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas organ Perseroan Terbatas terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS), Direksi dan Dewan Komisaris. Masing-masing organ tersebut memiliki fungsi

dan perannya sendiri-sendiri yang daitur dalam Bab VI sampai dengan Bab VII Undang-

Undang Nomor 40 Tahun 2007. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan

organ perseroan yang memiliki kedudukan tertinggi dalam menentukan arah dan tujuan

perseroan. RUPS memiliki kekuasaan tertinggi dan wewenang yang tidak di serahkan

kepada Direksi maupun Dewan Komisaris. Wewenang tersebut meliputi penetapan dan

perubahan Anggaran Dasar Perseroan, Penetapan dan pengurangan modal, pemeriksaan

dan persetujuan serta pengesahan laporan tahuan, penetapan penggunaan laba,

pengangkatan dan pemberhentian Direksi dan Dewan Komisaris, penetapan mengenai

penggabungan dan peleburan serta pengambilalihan perseroan, serta penetapan

pembubaran perseroan. Direksi adalah organ perseroan yang bertanggung jawab penuh

atas pengurusan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di

dalam maupun di luar pengadilan. Direksi bertugas menjalankan pengurusan harian

perseroan, dan dalam menjalankan pengurusan tersebut Direksi memiliki kewenangan

untuk bertindak atas nama perseroan. Dalam menjalankan pengurusan perseroan, Direksi

biasanya dibantu oleh manajemen. Dewan Komisaris adalah organ perseroan yang

bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus sesuai Anggaran Dasar

perseroan serta memberikan nasihat kepada Direksi. Dalam menjalankan keweangannya

tersebut, Dewan Komisaris berwenang memeriksa pembukuan perseroan serta

mencocokannya dengan keadaan keuangan perseroan. Sesuai kewenangannya tersebut,

Dewan Komisaris juga berhak memberhentikan Direksi jika melakukan tindakan yang

bertetangan dengan Anggaran Dasar atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sedangkan Rumah Sakit yang dikelola oleh Perseroan Terbatas tentu berbeda

dengan Yayasan. Berikut akan penulis jelaskan Rumah Sakit yang dikelola oleh

Perseroan Terbatas. Sejak kemajuan teknologi kedokteran dan meningkatnya kemampuan

ekonomi masyarakat Indonesia, yang ditandai dengan munculnya golongan menengah ke

atas, mulai bermunculan Rumah Sakit swasta yang berorientasi mencari keuntungan.

Sesuai dengan Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah

Sakit yang kemudian diperjelas dalam Pasal 5 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56

Tahun 2014 mengenai penyelenggaraan Rumah Sakit. Dalam Pasal 2 Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menjelaskan bahwa Perseroan harus

memunyai maksud dan tujuan serta kegiatan usaha, artinya Perseroan Terbatas dapat

mengelola suatu Rumah Sakit. Perseroan Terbatas merupakan badan hukum yang dapat

mengelola Rumah Sakit dan Rumah Sakit yang dikelola merupakan badan usaha dari

Perseroan Terbatas, sehingga Rumah Sakit bukan merupakan badan hukum tetapi

merupakan subjek hukum. Pada Perseroan Terbatas direksi adalah organ Perseroan yang

berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan termasuk

pengurusan Rumah Sakit untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan

Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai

dengan ketentuan anggaran dasar. Organ dalam Perseroan Terbatas terdiri atas RUPS,

komisari dan direksi. Dalam pengurusan Rumah Sakit yang berbentuk Perseroan Terbatas

kepala Rumah Sakit disebut sebagai direksi, sehingga setiap Rumah Sakit yang didirikan

memiliki masing-masing direksi sebagai kepala Rumah Sakit. Direksi pada Rumah Sakit

Siloam yang berbentuk Perseroan Terbatas sama dengan direksi yang ada pada Perseroan

Terbatas, bahwa direksi dalam Perseroan Terbatas dan Rumah Sakit mempunyai tugas

dalam pengurusan Perseroan maupun Rumah Sakit. Hal ini diatur dalam Pasal 99

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Pasal 35

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit jo. PERPRES Nomor 77

Tahun 2015 tentang Organisasi Rumah Sakit. Dari perbandingan organ antara Yayasan

dan Perseroan Terbatas dapat dilihat sebagai berikut :

YAYASAN

PEMBINA

PENGAWAS PENGURUS

Direksi RS Direksi RS Direksi RS

PERSEROAN TERBATAS

RUPS

KOMISARIS DIREKSI

Direksi RS Direksi RS Direksi RS

Dengan demikian dari karakteristik yang penulis paparkan diatas maka perbedaan

utama dari Rumah Sakit yang berbentuk Yayasan dan Perseroan terbatas teletak pada

tujuan dan manajemen dari pengelolaan Rumah Sakit. Rumah Sakit yang dikelola oleh

Yayasan maka tujuannya akan bersifat sosial dan manajemen pengelolaan dalam Rumah

Sakit didasarkan pada visi misi pendirian Yayasan sesuai dengan Pasal 1 butir 1 Undang-

Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan. Berbeda dengan Perseroan Terbatas

yang tujuannya adalah mendapatkan keuntungan, tentu saja dalam pengelolaan Rumah

Sakit manajemen bisnis akan terlihat dalam manajemen Rumah Sakit sesuai dengan Pasal

2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dari kedua bentuk

badan hukum Rumah Sakit yang sesuai dengan tujuan penyelenggaraan Rumah Sakit

Pasal 2 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit adalah Rumah

Sakit yang dikelola Yayasan. Hal ini dapat dilihat bahwa tujuan Yayasan dan Rumah

Sakit sejalan yaitu mempunyai fungsi sosial.