HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN · PDF filesebagai acuan dalam naskah dengan disebut nama...
Transcript of HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN · PDF filesebagai acuan dalam naskah dengan disebut nama...
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU
PENCEGAHAN MALARIA DI WILAYAH KERJA UPTD
KESEHATAN KEC. NANGAPENDA KAB. ENDE FLORES
NUSA TENGGARA TIMUR
SKRIPSI
“Untuk memenuhi salah satu persyaratan guna mencapai Gelar Sarjana
Keperawatan”
Oleh :
MARKUS SE
NIM. ST.14038
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU
PENCEGAHAN MALARIA DI WILAYAH KERJA UPTD KESEHATAN
KEC.NANGAPENDA KAB.ENDE FLORES NUSA TENGGARA TIMUR
Oleh:
Markus se
NIM ST14038
Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 16 Februari 2016 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan
Pembimbing Utama
Wahyuningsih Safitri, S.Kep.,Ns.,M.Kep
NIK 200679022
Pembimbing Pendamping
Ika Subekti Wulandari, S.Kep.,Ns.,M.Kep
NIK 201189097
Penguji
Anita Istiningtyas, S.Kep.,Ns.,M.Kep
NIK. 201087055
Surakarta, 16 Februari 2016
Ketua Program Studi S-1 Keperawatan
Atiek Murharyati, S.Kep.,NS.,M.Kep
NIK. 200680023
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertandatangan dibawah ini:
Nama : Markus se
NIM : ST 14038
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1) Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapat gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta
maupun di perguruan tinggi lain.
2) Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan Tim Penguji.
3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebut nama pengarang dan dicantumkan
dalam daftar pustaka.
4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat
penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai norma yang berlaku di perguruan
tinggi ini.
Surakarta, 16 Februari 2016
Yang membuat pernyataan
(Markus se)
NIM. ST.14038
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan kasihNya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
ini dengan baik.
Penyusunan skripsi dengan judul “Hubungan Anatara Pengetahuan
Dengan Perilaku Pencegahan Malaria Di Wilayah UPTD Kesehatan
Kec.Nangapenda Kab.Ende Flores Nusa Tenggara Timur” ini disusun sebagai
salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Keperawatan di STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna bagi penulis. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Atiek Murharyati, S.Kep.,NS., M.Kep selaku Ketua Prodi S-1 Keperawatan
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Wahyuningsih Saftri, S.Kep, Ns., M.Kep selaku pembimbing utama yang
dengan sabar mendampingi, meluangkan waktu dan tenaga untuk membantu
dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ika Subekti Wulandari, S.Kep., Ns, M.Kep selaku pembimbing pendamping
yang dengan sabar mendampingi, meluangkan waktu dan tenaga untuk
membantu dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. Anita Istiningtyas, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku penguji yang telah memberikan
masukan demi penyempurnaan skripsi ini.
6. Seluruh dosen dan karyawan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah
membantu dengan berbagai cara sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
v
7. Keluarga tercinta, kedua orang tua dan keluarga besar yang senantiasa
memberikan dukungan doa, nasihat, motivasi, dalam menyelesaikan skripsi
ini.
8. Bapak Antonius yang telah memberikan semangat, dukungan, doa serta kasih
sayang selama ini.
9. Bapak Mama Selfi serta keponakanku Vanes, Selfy, Julion, Iren, Sisko, Den,
Angga, Renol, Novan, yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat
buat saya.
10. Teman-Teman S1 Keperawatan Program Transfer Stikes Kusuma Husada
Surakarta 2014-2016. Khususnya Rangga, Alif, Imam, Ilham, Afrian, Meldi,
Totok, kak Yun, Sasmita, kak Edy, Wahyu, Surya, Eksvan, Dedi, July, Eky,
Dedy Cahyadi, Rangga, yang telah memberi bantuan, dukungan dan
semangat dalam penyusunan skripsi ini.
11. Seluruh staf dan karyawan UPTD Kesehatan Kec.Nangapanda Kab.Ende
yang telah memperlancar kegiatan penelitian.
12. Responden yang telah bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari kesempurnaan,
karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Untuk itu penulis
sangat mengarapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Terimakasih.
Surakarta, 15 Februari 2016
Penulis
vi
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN ................................................................................ iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi
ABSTRAK ...................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 10
2.1 Tinjauan Teori ....................................................................... 10
2.1.1. Malaria ......................................................................... 10
2.1.1.1. Pengertian Malaria .......................................... 10
2.1.1.2. Etiologi Malaria .............................................. 10
2.1.1.3. Siklus Hidup Malaria ..................................... 11
2.1.1.4. Cara Penularan Malaria ................................. 13
2.1.1.5. Gejala Klinis .................................................. 15
2.1.1.6. Pengobatan Malaria ....................................... 18
2.1.1.7. Pencegahan Dan Pemberantasan Malaria ...... 21
2.1.2. Pengetahuan ................................................................. 24
2.1.2.1. Definisi Pengetahuan ................................... 24
vii
2.1.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan .................................................... 28
2.1.3. Perilaku ........................................................................ 32
2.1.3.1. Pengertian perilaku ......................................... 32
2.1.3.2. Klasifikasi perilaku kesehatan ........................ 34
2.1.4. Keaslian Penelitian ...................................................... 35
2.2. Kerangka Teori .......................................................................... 36
2.3. Kerangka Konsep ....................................................................... 36
2.4. Hipotesis .................................................................................... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 38
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................ 38
3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ................................ 38
3.2.1. Populasi ........................................................................ 38
3.2.2. Sampel ......................................................................... 39
3.2.3. Teknik Sampling .......................................................... 39
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 40
3.3.1. Lokasi Penelitian ......................................................... 40
3.3.2. Waktu Penelitian .......................................................... 40
3.4 Variabel Penelitian ................................................................ 40
3.4.1. Variabel Independen (Variabel bebas) ......................... 40
3.4.2. Variabel Dependen (Variabel Terikat) ......................... 41
3.5 Definisi Operasional .............................................................. 41
3.6 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ........................ 42
3.6.1. Alat Penelitian ............................................................. 42
3.6.2. Cara pengumpulan data ................................................ 45
3.6.3. Langkah-langkah pengumpulan Data ......................... 46
3.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data ........................... 47
3.7.1. Teknik Pengolahan data .............................................. 47
3.7.2. Analisa Data ................................................................ 49
3.8 Etika Penelitian ..................................................................... 51
viii
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 52
4.1 Analisis Univariat .................................................................. 52
4.2 Analisis Bivariat .................................................................... 53
BAB V PEMBAHASAN ............................................................................. 56
5.1 Pengetahuan Responden Tentang Pencegahan Malaria ........ 56
5.2 Perilaku Pencegahan Malaria ................................................ 58
5.3 Hubungan antara Pengetahuan dengan perilaku pencegahan
Malaria di UPTD Kesehatan Kec. Nangapanda Kab. Ende
flores Nusa Tenggara Timur ................................................. 63
BAB VI PENUTUP ...................................................................................... 63
6.1 Kesimpulan ........................................................................... 63
6.2 Saran ...................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 65
LAMPIRAN .................................................................................................... 66
ix
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 2.1 Pengobatan Lini I Plasmodium Falciparum Berdasarkan Usia 20
Tabel 2.2 Pengobatan Lini I Malaria Vivaks dan Malaria Ovale 20
Tabel 2.3 Keaslian Penelitian 25
Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran 41
Tabel 4.1 Distribusi Pengetahuan Responden tentang Malaria di Wilayah
Kerja UPTD Kesehatan Kecamatan Nangapanda Kabupaten
Ende Flores NTT Tahun 2015 ...................................................... 52
Tabel 4.2 Distribusi Perilaku Responden dalam Pencegahan Malaria di
Wilayah Kerja UPTD Kesehatan Kecamatan Nangapanda
Kabupaten Ende Flores NTT Tahun 2015 ................................... 53
Tabel 4.3 Hasil Analisis Bivariat Hubungan antara Pengetahuan tentang
Malaria dengan Perilaku Pencegahan Malaria di Wilayah Kerja
UPTD Kesehatan Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende
Flores NTT Tahun 2015 ............................................................... 54
x
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori 36
Gambar 2.2 Kerangka Konsep 36
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Lampiran
Keterangan
1 Permohonan Studi Pendahuluan UPTD Kesehatan
Kec.Nangapanda
2 Permohonan Uji Validitas dan Reliabilitas UPTD Kesehatan
Kec.Ende
3 Permohonan Ijin Penelitian Kesbangpollinmas Kab.Ende
4 Surat Rekomendasi Kesbangpollinmas Kab.Ende
5 Lembar Disposisi Dinas Kesehatan Kab.Ende
6 Surat Rekomendasi Kepala UPTD Kesehatan
Kec.Nangapanda Kab.Ende
7 Jadwal Penelitian
8 Surat Permohonan Menjadi Responden
9 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
10 Kuesioner
11 Data Hasil Uji Coba Kuesioner
12 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
13 Data Hasil Penelitian
14 Hasil Pengolahan Data Penelitian
15 Lembar Konsultasi
xii
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2016
Markus Se
Hubungan Antara Pengetahuan dengan Perilaku Pencegahan Malaria di
Wilayah Kerja di UPTD Kesehatan Kec.Nangapenda Kab.Ende Flores Nusa
Tenggara Tmur
ABSTRAK
Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit genus
plsmodium yang ditularkan oleh nyamuk anopheles. Faktor keberhasilan
pengobatan malaria bisa bersumber pada pengetahuan masyarakat tentang
pencegahan malaria. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
pengetahuan dengan perilaku pencegahan malaria.
Metode Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian
observasional analitik deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi
dalam penelitian ini adalah semua pasien yang didiagnosis malaria dan teknik
Pengambilan sampel purposive sampling sehingga di dapatkan sampel sebanyak
165 responden. Instrumen penelitian berupa kuesioner. Data dianalisis secara
statistik dengan uji chi sqaure.
Hasil penelitian menunjukan tingkat pengetahuan responden tentang
penyakit malaria yang pengetahuan baik sebanyak 111 responden (67,3%),
cukup 47 responden (28,5%), kurang 7 responden (4,2%). untuk perilaku
pencegahan, 123 responden (74,5%) baik, 42 responden (25,5%) kurang baik.
Kesimpulan dalam penelitian menunjukkan adanya hubungan antara
pengetahuan tentang penyakit malaria dengan perilaku pencegahan malaria (p
value = 0,005).
Kata Kunci: pengetahuan, perilaku pencegahan malaria
Pustaka: 29 (2005-2015)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit
Genus Plasmodium yang ditularkan oleh nyamuk anopheles. Infeksi malaria
memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan ikterus (Harijanto,
2009). Malaria merupakan penyakit menular yang menyerang ke semua
golongan umur yaitu bayi, anak-anak, dan orang dewasa (Kemenkes, 2010).
Menurut laporan WHO, pada tahun 2012 secara keseluruhan,
diperkirakan ada 207 juta kasus malaria yang menyebabkan 627.000
kematian, menurut laporan tersebut termasuk informasi dari 102 negara
dengan penularan malaria, sebagian besar kasus ini terjadi pada anak-anak
yang tinggal di Afrika. Angka tersebut untuk membandingkan 219 juta kasus
dan 660.000 kematian pada tahun 2010, tahun di mana data statistik tersedia.
Angka kematian malaria di Indonesia cukup tinggi, mencapai 250 juta
dan penyebab 1 juta kematian utamanya pada anak balita. pada daerah yang
terjangkit malaria, penyakit tersebut dapat menjadi penyebab utama kematian
dan penghambat pertumbuhan anak (Kemenkes RI, 2010). Prevalensi malaria
tahun 2013 adalah 6,0 persen. Lima provinsi dengan insiden dan prevalensi
tertinggi adalah Papua (9,8% dan 28,6%), Nusa Tenggara Timur (6,8% dan
23,3%), Papua Barat (6,7% dan 19,4%), Sulawesi Tengah (5,1% dan 12,5%),
dan Maluku (3,8% dan 10,7%) (Litbangdepkes, 2013).
2
Penyakit menular yang menjadi prioritas pembangunan nasional
jangka panjang 2005-2025 adalah Malaria, demam berdarah dengue, diare,
polio, filarial, kusta, tuberculosis paru, HIV/AIDS, Pneumonia dan penyakit
lainnya yang dapat dicegah dengan imunisasi (Ndona Martinus 2009).
Malaria merupakan masalah kesehatan prioritas di Indonesia karena angka
morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi terutama di daerah luar jawa
dan Bali. di daerah transmigrasi yang terdapat campuran penduduk yang
berasal dari daerah endemik dan yang tidak endemik malaria, masih sering
terjadi ledakan kasus atau wabah yang menimbulkan banyak kematian
(Widoyono, 2008).
Menurut Marliah Santi (2012) kejadian malaria dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu host (manusia dan nyamuk), agent
(parasit/plasmodium), dan environment (lingkungan). Keadaan lingkungan
berpengaruh besar terhadap ada tidaknya malaria di suatu daerah. Adanya
danau air payau, genangan air di hutan, persawahan, tambak ikan, pembukaan
hutan, dan pertambangan di suatu daerah akan meningkatkan kemungkinan
timbulnya penyakit malaria karena tempat tersebut merupakan tempat
perindukan nyamuk malaria. individu yang memiliki imunitas rendah
terhadap malaria memiliki risiko yang lebih besar. Hal ini berlawanan dengan
mereka yang tinggal di daerah endemik karena telah memiliki imunitas
terhadap malaria.
Individu yang berisiko mengalami malaria antara lain adalah ibu
hamil, HIV/AIDS,. Bagi ibu hamil masalah yang sering timbul adalah anemia
3
yang akan menyebabkan kekurangan hemoglobin dalam darah, sehingga
dampaknya pada bayi sangat besar, akibatnya yang timbul bisa berupa bayi
lahir prematur, abortus dini, berat badan rendah, pertumbuhan janin
terganggu dan kekurangan gizi (Harijanto, 2009).
Plasmodium akan merusak sel-sel darah merah, sehingga produktifitas
menjadi tidak normal, orang yang terinveksi HIV/AIDS memiliki daya tahan
tubuh yang rendah, sehingga bila parasit plasmodium menyerang akan
dengan mudah menghancurkan pertahanannya dan yang terakhir adalah orang
yang pindah dari daerah yang endemis malaria.
Faktor keberhasilan pengobatan untuk malaria bisa bersumber pada
pengetahuan penderita mengenai bahaya penyakit malaria yang gampang
menular, motivasi keluarga baik saran dan perilaku keluarga kepada penderita
untuk menyelesaikan pengobatannya dan penjelasan petugas kesehatan kalau
pengobatan gagal akan diobati dari awal lagi. oleh karena itu pemahaman dan
pengetahuan penderita memegang peranan penting dalam keberhasilan
pengobatan malaria (Kemenkes, 2010).
Perilaku penderita untuk menjalani pengobatan secara teratur
dipengaruhi beberapa faktor. Menurut Teori Lawrence Green yang dikutip
oleh Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi
oleh faktor pengetahuan, sikap, kepercayaan, fasilitas, sarana atau prasarana.
terwujudnya sebuah perilaku menjadi suatu tindakan maka diperlukan sebuah
motivasi. Motivasi diartikan sebagai dorongan dalam bertindak untuk
mencapai tujuan tertentu. Hasil dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam
4
bentuk perilaku. Adapun perilaku itu sendiri terbentuk melalui proses
tertentu, dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya.
Tingkat pendidikan yang rendah merupakan penyebab kurangnya
pengetahuan sehingga pemahaman tentang pemberantasan malaria juga
kurang. Kondisi ini menyebabkan buruknya tindakan masyarakat dalam
pemberantasan penyakit malaria. Sikap pencegahan dan pencarian
pengobatan yang baik pada saat kejadian malaria, menunjukan bahwa
pemahaman masyarakat untuk segera mungkin melakukan tindakan
pencegahan sesuai dengan yang disampaikan oleh petugas kesehatan dan
media informasi lainya, sekaligus mengupayakan pencarian pengobatan untuk
penyakit malaria (Ndona Martinus, 2009).
Berbagai komponen perilaku pencegahan malaria meliputi menghindari
kontak manusia dengan nyamuk, kegiatan pembasmian larva, pemberantasan
parasit malaria, dan partisipasi sosial perlu dikaji kembali guna mengevaluasi
efektivitasnya dalam mencegah malaria (Kemenkes 2010).
Menurut Elvira Gamelia dan Siwi Pramatama Mars Wijayanti (2013),
Health Belief Model Theory menjelaskan sebab akibat kegagalan individu
dalam menjalani program pencegahan penyakit, sering digunakan untuk
menjelaskan perubahan perilaku pencegahan suatu penyakit (preventive
health behaviour). Perilaku pencegahan dipengaruhi oleh kemungkinan aksi
yang terdiri dari persepsi manfaat dan persepsi hambatan serta persepsi
ancaman dibentuk melalui persepsi individual meliputi persepsi kerentanan
dan persepsi kegawatan serta informasi.
5
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ada pengaruh atau
hubungan antara sikap dengan perilaku pencegahan seperti dalam penelitian
Marinda (2010) di Dusun Olas Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Goyang
Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku menunjukkan sikap yang
berhubungan dengan kejadian malaria. Sikap yang negatif dan tindakan yang
kurang baik, saling berinteraksi dan sangat menentukan tingginya kejadian
malaria dalam masyarakat yang ada di daerah tersebut. Penelitian tersebut
juga didukung oleh penelitian Yahya, dkk (2005) tentang pengetahuan, sikap,
dan perilaku Ibu terhadap malaria pada anak di kecamatan Sungai Liat
Kabupaten Bangka.
Daerah endemis adalah daerah-daerah yang berisiko tinggi malaria,
Ada 5 daerah endemis di Indonesia, daerah seperti itu berada di daerah
Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara dan Nusa Tenggara Timur,
daerah – daerah tersebut tersebar di seluruh pelosok yang mempunyai tingkat
endemis malaria yang berbeda – beda, musim hujan dan panas yang tidak
menentu. (LitbangDepKes).
Provinsi Nusa Tenggara Timur penyakit malaria tersebar di seluruh
pelosok daerah dengan tingkat endemisitas yang berbeda-beda, musim hujan
yang diselingi panas akan memperbesar kemungkinan berkembangnya vektor
nyamuk anopheles, khususnya pada daerah pantai dan dataran rendah. Data
dinas kesehatan provinsi Nusa Tenggara Timur jumlah malaria klinis yang
dilaporkan tahun 2013 berjumlah 118.331 kasus (Profil Dinas Kesehatan
NTT 2013).
6
Kabupaten Ende adalah salah satu kabupaten yang mempunyai kasus
malaria yang cukup tinggi di provinsi Nusa Tenggara Timur, bahkan
kabupaten Ende merupakan wilayah endemis malaria di mana angka kejadian
malaria masih tetap tinggi dari tahun ke tahun. Data malaria yang tercatat
tahun 2013 berjumlah 20.413 kasus, positif 8.115 kasus (Profil Dinas
Kesahatan Kabupaten Ende).
Studi pendahuluan yang dilakukan di wilayah kerja UPTD Kesehatan
Kec Nangapenda kejadian malaria klinis pada tahun 2013 jumlah kasus
1.300, positif 200 kasus. Tahun 2014 terjadi peningkatan kasus untuk 3 bulan
terakhir yaitu pada bulan November – Januari 2015 sebanyak 280 kasus
positif malaria. Terdapat dua kasus kematian yaitu ibu hamil dengan
komplikasi malaria dan balita komplikasi pneumonia.
Adapun kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan seperti melakukan
fogging, pengambilan sampel darah, penyuluhan di posyandu, pengobatan
gratis, pembagian kelambu berinsektisida. dengan adanya beberapa tindakan
pencegahan tersebut seharusnya puskesmas Nangapenda dapat menekan atau
menghilangkan angka kejadian malaria, namun pada kenyataannya angka
kejadian malaria masih tinggi di wilayah kerja puskesmas Nangapenda.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 orang yang pernah
mengalami penyakit malaria, 4 orang mengatakan jika keluhan badan panas,
demam, sakit kepala, dan pusing, mereka tidak melakukan pengobatani ke
puskesmas karena menurut mereka itu hanya merupakan demam biasa, dan 6
orang lainya mengatakan akan berkunjung ke puskesmas apabila, tidak sadar,
muntah terus menerus, diare, nyeri uluh hati dan kejang. Hal tersebut
7
menunjukan bahwa tingkat pengetahuan masih kurang tentang pencegahan
penyakit malaria, juga demikian dengan perilaku mereka dalam pencegahan
penyaki malaria.
Mengingat terjadinya peningkatan kasus malaria di wilayah kerja
UPTD Kesehatan Kec. Nangapenda Kabupaten Ende Flores Nusa Tenggara
Timur. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian
tentang adakah hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan
malaria di wilayah kerja UPTD Kesehatan Kec. Nangapenda Kabupaten Ende
Flores Nusa Tenggara Timur.
1.2 Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan
malaria di wilayah kerja UPTD Kesehatan Kec. Nangapenda Kab. Ende
Flores NTT.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk:
Untuk mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan dengan perilaku
pencegahan malaria di wilayah kerja UPTD Kesehatan Kec.
Nangapenda Kab. Ende Flores NTT.
8
1.3.2 Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengidentifikasi pengetahuan tentang pencegahan malaria di
wilayah kerja UPTD Kesehatan Kec. Nangapenda Kab. Ende
Flores NTT.
2. Mengidentifikasi perilaku tentang pencegahan malaria di wilayah
kerja UPTD Kesehatan Kec. Nangapenda Kab. Ende Flores NTT.
3. Menganalisis hubungan antara pengetahuan dan perilaku
pencegahan malaria di wilayah kerja UPTD Kesehatan Kec.
Nangapenda Kab. Ende Flores NTT.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi petugas
kesehatan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Ende, dalam upaya
penanggulangan dan pemberantasan penyakit malaria secara cepat dan
tepat.
2. Bagi Institusi
Sebagai bahan referensi, bahan acuan dalam menambah khasana ilmu
pengetahuan tentang malaria sehingga dapat sebagai acuan dalam proses
belajar mengajar.
3. Untuk peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi tentang
penelitian terkait malaria dengan metodelogi yang berbeda.
9
4. Untuk peneliti
Merupakan pengalaman yang berharga dalam menambah wawasan dan
pengetahuan melalui penelitian lapangan tentang hubungan antara
pengetahuan dengan perilaku pencegahan malaria di wilayah kerja UPTD
Kesehatan Kec. Nangapenda Kab. Ende, Flores NTT
5. Untuk responden
Sebagai bahan informasi bagi responden dalam upayah pencegahan dan
pengobatan penyakit malaria secara cepat dan tepat.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori
2.1.1. Malaria
2.1.1.1. Pengertian Malaria
Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
parasit Genus Plasmodium yang ditularkan oleh nyamuk
anopheles. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam,
menggigil, anemia dan ikterus (Harijanto, 2009). Malaria
merupakan penyakit menular yang menyerang ke semua golongan
umur yaitu bayi, anak-anak, dan orang dewasa (Kemenkes, 2010).
2.1.1.2. Etiologi Malaria
Malaria disebabkan oleh protozoa darah yang termasuk ke
dalam genus Plasmodium. Plasmodium ini merupakan protozoa
obligat intraseluler. Pada manusia terdapat 4 spesies yaitu
Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae
dan Plasmodiumovale. Penularan pada manusia dilakukan oleh
nyamuk betina Anopheles ataupun ditularkan langsung melalui
transfusi darah atau jarum suntik yang tercemar serta dari ibu hamil
kepada janinnya (Harjianto, 2009).
Malaria vivax disebabkan oleh P. vivax yang juga disebut
juga sebagai malaria tertiana. P.malaria merupakan penyebab
malaria malariae atau malaria kuartana. P.ovale merupakan
11
penyebab malaria ovale, sedangkan P. falciparum menyebabkan
malaria falsiparum atau malaria tropika. Spesies terakhir ini paling
berbahaya, karena malaria yang ditimbulkannya dapat menjadi
berat sebab dalam waktu singkat dapat menyerang eritrosit dalam
jumlah besar, sehingga menimbulkan berbagai komplikasi di dalam
organ-organ tubuh (Harjianto, 2009).
2.1.1.3 Siklus Hidup Malaria
Dalam daur hidupnya Plasmodium mempunyai dua hospes,
yaitu vertebrata dan nyamuk. Siklus seksual yang berbentuk
sporozoit di dalam nyamuk sebagai sporogoni dan siklus aseksual
di dalam hospes vertebrata dikenal sebagai skizoni.
1. Sporogoni (Seksual)
Siklus sporogoni disebut siklus seksual karena
menghasilkan bentuk sporozoit yang siap ditularkan ke
manusia, terjadi di dalam tubuh nyamuk. Siklus ini juga disebut
siklus ekstrinsik karena masuknya gametosit ke dalam tubuh
nyamuk hingga menjadi sporozoit yang terdapat di dalam
kelenjar ludah nyamuk. Dalam waktu 12 sampai 24 jam setelah
nyamuk mengisap darah, zigot berubah bentuk menjadi ookinet
yang dapat menembus dinding lambung (Susana, 2011).
Di lambung ini berubah menjadi ookista yang besarnya
lima kali lebih besar dari ookinet. Di dalam ookista dibentuk
ribuan sporozoit, dengan pecahnya ookista, sporozoit
12
dilepaskan ke dalam rongga badan dan bergerak ke seluruh
jaringan nyamuk. Bila nyamuk sedang menusuk manusia,
sporozoit masuk ke dalam darah dan jaringan, dan mulailah
siklus eritrositik (Susana, 2011).
2. Skizoni (Aseksual)
Sporozoit infektif dari kelenjar ludah nyamuk Anopheles
sp, dimasukkan ke dalam aliran darah hospes vertebrata
(manusia). Dalam waktu 30 menit memasuki sel parenkim hati,
memulai siklus eksoeritrositik. Pada P.vivax dan P.ovale ada
yang ditemukan dalam sel hati yang disebut hipnosoit.
Hipnosoit ini merupakan suatu fase dari siklus parasit yang
nantinya dapat menyebabkan kumat / kambuh / rekurensi (long
term relapse). P. vivax dapat kambuh berkali-kali bahkan
sampai jangka waktu 3-4 tahun. Sedangkan P.ovale dapat
kambuh sampai bertahun-tahun apabila pengobatannya tidak
dilakukan dengan baik (Susana, 2011).
Kumat pada P.falciparum disebut rekrudensi (short term
relapse), karena siklus di dalam sel darah merah masih
berlangsung sebagai akibat pengobatan yang tidak teratur. Dalam
sel hati parasit tumbuh menjadi skizon. Pembelahan inti skizon
menghasilkan merozoit di dalam satu sel hati. Siklus eritrositik
dimulai pada waktu merozoit hati memasuki sel darah merah.
Merozoit berubah bentuk menjadi tropozoit. Tropozoit tumbuh
13
menjadi skizon muda yang kemudian matang menjadi skizon
matang dan membelah menjadi banyak merozoit. Kemudian sel
darah merah pecah dan merozoit, pigmen dan residu keluar serta
masuk ke dalam plasma darah.Parasit ada yang masuk sel darah
merah lagi untuk mengulang siklus skizoni. Beberapa merozoit
yang memasuki eritrosit tidak membentuk skizon, tetapi
membentuk gametosit, yaitu stadium seksual. Pada waktu masuk
ke dalam tubuh manusia, parasit malaria dalam bentuk sporozoit
(Susana, 2011).
2.1.1.4. Cara Penularan Malaria
Menurut Harmendo (2008), Penularan penyakit malaria
dapat dibedakan ke dalam dua macam cara penularan, yaitu
penularan secara alamiah (Natural Infection) dan penularan yang
tidak alamiah (Not Natural Infection).
1. Penularan secara alamiah (natural infection)
Penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles.
Jumlah dari nyamuk ini kurang lebih ada 80 jenis dan dari 80
jenis tersebut terdapat kurang lebih 16 jenis sebagai vector
penyebaran malaria di Indonesia.
2. Penularan yang tidak alamiah (not natural infection)
Seseorang yang terkena penyakit malaria dapat menulari
25 orang di sekitarnya dalam waktu satu musim penularan atau
14
3 bulan (Pedoman Hidup Sehat, 2006 dalam Martinus Vinsensius
Ndona, 2009).
a. Malaria Bawaan (Congenital)
Penularan ini dapat terjadi pada bayi yang baru
dilahirkan, apabila ibunya penderita malaria maka
penularannya terjadi melalui tali pusat atau plasenta.
b. Secara Mekanik
Penularan secara mekanik adalah penularan yang terjadi
melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik yang tidak
steril.
c. Secara Oral (Melalui Mulut)
Pada umumnya sumber infeksi bagi malaria pada
manusia adalah manusia lain yang terkena penyakit malaria
baik dengan gejala maupun tanpa gejala klinis. Cara
penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam
(P.gallinasium), burung dara (P.Relection), dan monyet (P.
Knowlesi) (Andi Arsunan Arsin, 2012).
2.1.1.5. Gejala Klinis
Secara umum gejala klinis penyakit malaria biasanya ditandai
dengan terjadinya menggigil, demam, sakit kepala, mual, muntah,
penyakit diare, dan juga nyeri sendi serta terasa pegal-pegal pada
tubuh. Harmendo (2008) menyatakan bahwa gejala klinis malaria
yang umum terjadi terdiri dari tiga stadium (Trias Malaria) yaitu:
15
1. Tahap demam menggigil atau stadium dingin penderita akan
merasakan dingin menggigil yang amat sangat, nadi cepat dan
lemah, bibir dan jari kebiru-biruan pucat, kulit kering, pucat,
kadang muntah. Pada anak-anak demam bisa menyebabkan
kejang. Demam ini berkisar antara 15 menit hingga 1 jam.
2. Tahap puncak demam Hot stage yang berlangsung 2-6 jam,
wajah memerah, kulit kering, nyeri kepala, denyut nadi keras,
haus yang amat terus-menerus, mual hingga muntah. Pada
saat ini sebenarnya merupakan peristiwa pecahnya schzon
matang menjadi merozoit-merozoit yang beramai-ramai
memasuki aliran darah untuk menyerbu sel-sel darah merah.
3. Stadium berkeringat. Pada stadium ini penderita berkeringat
banyak sekali. Hal seperti ini bisa berlangsung 2 sampai 4
jam.
Tanda dan gejala klinis malaria yang timbul bervariasi
tergantung pada berbagai hal antara lain usia penderita, cara
transmisi, status kekebalan, jenis plasmodium, infeksi tunggal
atau campuran (Sarumpaet, 2006 dalam Munazir, 2012).
Terdapat beberapa macam cara atau jenis pemeriksaan
untuk keperluan diagnosis malaria di antaranya adalah
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium, adapun tanda dan
gejala yang didapat pada saat pemeriksaan fisik yaitu Demam
(≥37,5°C), Kunjunctiva atau telapak tangan pucat, Pembesaran
16
limpa, Pembesaran hati. Sedangkan pada penderita tersangka
malaria berat ditemukan tanda-tanda klinis sebagai berikut:
Temperature rectal ≥40°C, Temperature rectal ≥40°C, Nadi cepat
dan lemah. Untuk pemeriksaan Laboratorium yaitu :
1. Pemeriksaan dengan mikroskopik
Sebagai standar emas pemeriksaan laboratoris demam
malaria pada penderita adalah mikroskopik untuk menemukan
parasit di dalam darah tepi (Harjianto, 2010).
Pemeriksaan darah tebal dan tipis untuk menentukan:
a. Ada/tidaknya parasit malaria
b. Spesies dan stadium
c. Plasmodium
d. Kepadatan parasit
- Semi kuantitatif:
(-) : tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB
(+) : ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB
(++) : ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB
(+++) : ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB
(++++): ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB
- Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung permikroliter darah pada sediaan darah
tebal atau sediaan darah tipis.
17
2. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic
Test)
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit
malaria, dengan menggunakan metoda immunokromatografi
dalam bentuk dipstik.
3. Tes serologi
Tes ini berguna untuk mendeteksi adanya antibodi spesifik
terhadap malaria atau pada keadaan di mana parasit sangat
minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat diagnostik
sebab antibodi baru terbentuk setelah beberapa hari
parasitemia. Titer > 1:200 dianggap sebagai infeksi baru, dan
tes > 1:20 dinyatakan positif.
2.1.1.6. Pengobatan Malaria
Tujuan pengobatan secara umum adalah untuk
mengurangi kesakitan, mencegah kematian, menyembuhkan
penderita dan mengurangi kerugian akibat sakit. Selain itu upaya
pengobatan mempunyai peranan penting yaitu mencegah
kemungkinan terjadinya penularan penyakit dari seorang yang
menderita malaria kepada orang-orang sehat lainnya.
Untuk membunuh semua parasit malaria pada berbagai
stadium (di hati maupun di eritrosit), dilakukan pengobatan secara
radikal), dengan pengobatan ini diharapkan terjadi kesembuhan
serta terputusnya rantai penularan (Wiyono, 2008). Dalam
18
pengobatan malaria, faktor pilihan dan penggunaan obat-obat anti
malaria yang efektif disesuaikan dengan jenis kasus malaria yang
dihadapi merupakan hal yang sangat penting.
Pengobatan malaria yang tidak tepat dapat menyebab
resistensi, sehingga menyebabkan meluasnya malaria dan
meningkatnya morbiditas. Untuk itu WHO telah
merekomendasikan pengobatan malaria secara global dengan
penggunaan regimen obat ACT (Artemisin Combination Therapy)
dan telah disetujui oleh Depkes RI sejak tahun 2004 sebagai obat
lini I diseluruh Indonesia. Pengobatan dengan ACT harus disertai
dengan kepastian ditemukannya parasit malaria secara
mikroskopik atau sekurang-kurangnya dengan pemeriksaan RDT
(Rapid Diagnostic Test). Pengobatan ACT yang
direkomendasikan meliputi :
1. Kombinasi artemeter + lumefantrin (AL)
2. Kombinasi artesunate + amodikuin
3. Kombinasi artesunate + meflokuin
4. Kombinasi artesunate + sulfadoksin – pirimetamin
Berikut ini adalah penatalaksanaan malaria ringan/tanpa
komplikasi berdasarkan konsensus Departemen Kesehatan,
rekomendasi Tim ahli Malaria Depkes RI serta pedoman WHO
tahun 2006 :
1. Pengobatan Malaria P. falciparum
19
Lini I : Artesunate + Amodikuin (1 tablet artesunate 50 mg
dan 1 tablet amodikuin 200 mg. Dosis artesunate ialah 4
mg/kg BB/hari selama 3 hari dan dosis amodiakuin ialah 10
mg/kg BB/hari selama 3 hari.
Tabel 2.1
Pengobatan Lini I Plasmodium Falciparum Berdasarkan Usia Hari Jenis Obat Jumlah tablet menurut kelompok umur
Dosis Tunggal 0-1
bulan
2-11
bulan
1-4
tahun
5-9
tahun
10-14
tahun
> 15
tahun
1 Artesunate ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
Primakuin - - ¾ 1 1/2
2 2-3
2 Artesunate ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
3 Artesunate ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
Pada kasus-kasus dengan kegagalan artesunate+amodiakuin
maka kombinasi artemeter-lumefantrin (AL) dapat dipakai
sebagai obat pilihan pertama.
2. Pengobatan Malaria oleh P. vivax/ovale/malariae
Tabel 2.2
Pengobatan Lini I Malaria Vivaks dan Malaria Ovale Hari Jenis Obat Jumlah tablet menurut kelompok umur
Dosis
Tunggal
0-1
bulan
2-11
bulan
1-4
tahun
5-9
tahun
10-14
tahun
> 15
tahun
1 Artesunate ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
Primakuin - - ¼ 1/2 3/4 1
2 Artesunate ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
Primakuin - - ¼ 1/2 3/4 1
3 Artesunate ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
Primakuin - - ¼ 1/2 3/4 1
4-14 Primakuin - - ¼ 1/2 3/4 1
20
Jika terjadi kegagalan pengobatan lini I maka dapat digunakan
kombinasi dihidroartemisin+piperakuin atau artemeter-
lumefantrin atau artesunate + meflokuin (Harijanto, 2010).
2.1.1.7. Pencegahan Dan Pemberantasan Malaria
Usaha pencegahan penyakit malaria di Indonesia belum
mencapai hasil yang optimal karena beberapa hambatan di
antaranya yaitu : tempat perindukan nyamuk malaria yang
tersebar luas, jumlah penderita yang sangat banyak serta
keterbatasan SDM, infrastruktur dan biaya. Prinsip pencegahan
malaria ada dua macam yaitu mencegah infeksi melalui
pencegahan kontak dengan nyamuk dan pencegahan sakit apabila
sudah terlanjur infeksi (Soedarto, 2008 dalam Harahap, 2012).
Mencegah infeksi dilakukan dengan pemberantasan
vektor misalnya dengan penyemprotan rumah juga dengan
perlindungan perseorangan, misalnya pemakaian kelambu pada
saat tidur malam hari. Pemakaian kasa rumah atau obat nyamuk
bakar atau lotion (Sarianto, 2005).
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan dalam upaya
pencegahan penyakit malaria, di antaranya :
1. Berbasis masyarakat
a. Pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat
harus selalu ditingkatkan melalui penyuluhan kesehatan,
21
pendidikan kesehatan, diskusi kelompok maupun melalui
kampanye masal untuk mengurangi tempat sarang nyamuk
(pemberantasan sarang nyamuk, PSN). Kegiatan ini
meliputi menghilangkan genangan air kotor, diantaranya
dengan mengalirkan air atau menimbun atau mengeringkan
barang atau wadah yang memungkinkan sebagai tempat air
tergenang (Widoyono, 2005). Materi utama edukasi adalah
mengajarkan tentang cara penularan malaria, risiko terkena
malaria, dan yang terpenting pengenalan gejala dan tanda
malaria, pengobatan malaria, pengetahuan tentang upaya
menghilangkan tempat perindukan (Tapan, 2006).
b. Menemukan dan mengobati penderita sedini mungkin akan
sangat membantu mencegah penularan (Widoyono, 2005).
Usaha pengobatan pencegahan secara berkala, terutama di
daerah-daerah endemis malaria dengan obat dari
puskesmas, dari toko-toko obat seperti kina, chlorokuin dan
sebagainya. Dengan obat-obat tradisionil seperti air dari
daun johar, daun kates dan meniran atau obat pahit yang
lain (Werner, dkk, 2010).
c. Melakukan penyemprotan melalui kajian mendalam tentang
bionomik Anopheles seperti waktu kebiasaan menggigit,
jarak terbang, dan resistensi terhadap insektisida
(Widoyono, 2005).
22
2. Berbasis pribadi
Pencegahan gigitan nyamuk, antara lain:
a. Tidak keluar rumah antara senja dan malam hari, bila
terpaksa keluar, sebaiknya menggunakan kemeja dan
celana panjang berwarna terang karena nyamuk lebih
menyukai warna gelap (Widoyono, 2005). Tindakan
menghindari gigitan nyamuk sangat penting, terutama di
daerah di mana angka penderita malaria sangat tinggi.
Penduduk yang tinggal di daerah pedesaan atau pinggiran
kota yang banyak sawah, rawa-rawa, tambak ikan (tempat
ideal untuk perindukan nyamuk malaria), disarankan untuk
memakai baju lengan panjang dan celana panjang saat
keluar rumah, terutama pada malam hari. Nyamuk malaria
biasanya mengigit pada malam hari (Prabowo, 2008 dalam
Natalia, 2010).
b. Menggunakan repelan yang mengandung dimetiltalat atau
zat anti nyamuk lainnya.
c. Membuat kontruksi rumah yang tahan nyamuk dengan
memasang kasa anti nyamuk pada ventilasi pintu dan
jendela (Widoyono, 2005). Mereka yang tinggal di daerah
endemis, sebaiknya memasang kawat 18 kasa di jendela dan
ventilasi rumah serta menggunakan kelambu saat tidur
(Prabowo, 2008 dalam Natalia, 2010).
23
d. Menggunakan kelambu yang mengandung insektisida
(insecticide-treated mosquito net, ITN) (Widoyono, 2005).
Upaya penggunaan kelambu juga merupakan salah satu cara
untuk menghindari gigitan nyamuk. Kelambu merupakan
alat yang telah digunakan sejak dahulu (Yatim, 2007 dalam
Natalia, 2010).
e. Menyemprot kamar dengan obat nyamuk atau
menggunakan obat anti nyamuk bakar (Widoyono, 2005).
Penyemprotan dengan menggunakan semprotan pembasmi
serangga di dalam dan di luar rumah dan serta mengoleskan
obat anti nyamuk di kulit (Zulkoni, 2010 dalam Harahap,
2012), serta penyemprotan dengan insektisida sebaiknya
dilaksanakan dua kali dalam setahun dengan interval waktu
enam bulan di daerah endemis malaria (Soedarto, 2008
dalam Harahap, 2012).
2.1.2. Pengetahuan
2.1.2.1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari pengindraan manusia,
atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang
dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya).
Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi
oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
24
Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui
indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata).
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai
intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo,
2010).
Menurut Martinus Vinsensius Ndona (2009)
pengetahuan adalah realita yang berasal dari luar diri
manusia yang lalu menjadi mengerti dan dipahami, yakni
diketahui melalui kegiatan empiris yaitu pengideraan dan
atau penalaran rasional atas hasil kegiatan empiris
sebelumnya, sedangkan ilmu pengetahuan adalah
sistematisasi pemahaman tentang filsafat.
Pengetahuan atau kongnitif merupakan dominan yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(overt behavior). Sifat dasar manusia adalah keingintahuan
tentang suatu dorongan untuk memenuhi keingintahuan
manusia tersebut menyebabkan seseorang melakukan
upaya-upaya pencarian selama proses interaksi dengan
lingkungannya menghasilkan suatu pengetahuan bagi orang
tersebut. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga.
Pada awal perkembangan pengetahuan, pengetahuan
yang mula-mula dimiliki manusia adalah pengetahuan biasa
25
atau yang timbul dari pengalaman indera manusia. Dan
karena keingintahuan manusia begitu besar, maka ia sendiri
berusaha untuk memenuhi dan mencari jawaban dan
kebenarannya.
Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif secara
garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil)
memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati
sesuatu. Misalnya : Tahu bahwa malaria adalah
penyakit yang disebabkan oleh protozoa darah yang
masuk ke Genus Plasmodium, yang penularannya pada
manusia dilakukan oleh nyamuk betina
Anopeles.Untuk mengetahui atau mengukur bahwa
orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-
pertanyaan misalnya: apa penyebab penyakit malaria,
apa tanda dan gejala penyakit malaria serta bagaimana
melakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk), dan
sebagainya.
2. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap
objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi
26
orang tersebut harus dapat mengintrepretasikan secara
benar tentang objek yang diketahui tersebut.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami
objek yang dimaksud dapat menggunakan atau
mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada
situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk
menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari
hubungan antara komponen-komponen yang terdapat
dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi
bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada
tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat
membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan,
membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas
objek tersebut.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk
merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang
logis dari komponen-komponen pengetahuan yang
diimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
27
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek
tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma
yang berlaku di masyarakat (Notoatmodjo, 2010).
2.1.2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Dalam Harahap (2012) pengetahuan dipengaruhi
oleh beberapa faktor internal dan eksternal (Notoatmodjo,
2003). Faktor internal meliputi:
1. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti
terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau
perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan
lebih matang pada diri individu, kelompok dan
masyarakat. Beberapa hasil penelitian mengenai
pengaruh pendidikan terhadap perkembangan pribadi,
bahwa pada umumnya pendidikan itu mempertinggi
taraf intelegensi individu.
28
2. Persepsi
Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui
indera penglihatan, pendengaran, penciuman dan
sebagainya.Setiap orang mempunyai persepsi berbeda,
meskipun objeknya sendiri.
3. Motivasi
Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak dan
mencapai suatu tujuan tertentu. Hasil dari dorongan dan
gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku. Dalam
mencapai tujuan dan munculnya motivasi memerlukan
rangsangan dari dalam diri individu maupun dari luar.
Motivasi murni adalah motivasi yang betul-betul disadari
akan pentingnya suatu perilaku dan dirasakan suatu
kebutuhan.
4. Pengalaman
Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui,
dirasakan), juga merupakan kesadaran akan suatu hal
yang tertangkap oleh indera manusia. Pengetahuan yang
diperoleh dari pengalaman berdasarkan kenyataan yang
pasti dan pengalaman yang berulang-ulang dapat
menyebabkan terbentuknya pengetahuan. Pengalaman
masa lalu dan aspirasinya untuk masa yang akan datang
menentukan perilaku masa kini.
29
5. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola
pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin
berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik. Pada usia madya, individu akan lebih
berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial
serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya
upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu
orang usia madya akan lebih banyak menggunakan
banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual,
pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan
hampir tidak ada penurunan pada usia ini.
Menurut Notoatmodjo, (2007) sikap tradisional
mengenai jalannya perkembangan selama hidup sebagai
berikut:
a. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak
informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal
yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuan.
b. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada
orang yang sudah tua karena mengalami
kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat
diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan
dengan bertambahnya usia, khususnya pada
30
beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya
kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori
berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun
cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia.
6. Informasi/Media
Informasi diperoleh baik dari pendidikan formal
maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka
pendek (immediet impact) sehingga menghasilkan
perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya
teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa
yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat
tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi,
berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,
surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan
orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas
pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan
yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini
seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya
terhadap hal tersebut (Notoatmodjo, 2007).
31
7. Sosial Budaya dan Ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa
melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau
buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah
pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status
ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya
suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,
sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi
pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2007).
2.1.3. Perilaku
2.1.3.1. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu
sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain :
berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,
membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan
atau aktivitas manusia, baik yang diamatilangsung, maupun yang
tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo
(2007), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau
reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar.
Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus
terhadap organisme,dan kemudian organisme tersebut merespons,
32
maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus –
Organisme – Respon.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka
perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2007) :
1. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap
stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert).
Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan
belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut
sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan
mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
2.1.3.2. Klasifikasi Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2007) adalah
suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek
yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim pelayanan
kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan
ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
33
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara
atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk
penyembuhan bilamana sakit.
2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas
kesehatan, atau sering disebut perilaku pencairan pengobatan
(health seeking behavior).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang
pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya.
2.1.4. Keaslian Penelitian
Tabel 2.3
Keaslian Penelitian
No Nama
Penelitian
Judul
Penelitian
Metodologi Hasil
1 Mey
Gusyn
Efruan,
dkk (2013)
Perilaku
Masyarakat
dalam Upaya
Pencegahan
Penyakit
Malaria Di
Wilayah Kerja
Puskesmas UN
Kota Tual
Kualitatif
dengan
menggunakan
pendekatan
fenomenologi
Hasil penelitian
menunjukan pencegahan
pada tingkat promosi
kesehatan yang pernah
diterima masyarakat
berupa penyuluhan
kesehatan, meskipun
belum maksimal secara
keseluruhan karena hanya
sebagian yang pernah
mendapatkan penyuluhan.
2 Adi
Nugroho,
dkk (2012)
Studi Korelasi
Karakteristik
Dengan Perilaku
Keluarga Dalam
Upaya
Survei analitik
Deskriptif
Perilaku Keluarga Dalam
Upaya Penanggulangan
Malaria Di Kecamatan
Kintap Sebagian Besar
Sudah Terkategori Baik
34
Penanggulangan
Malaria Di
Kecamatan
Kintap
Kabupaten
Tanah Laut,
Kalimantan
Selatan.
yaitu sebanyak 56 KK
(56,6%)
3 Harmendo,
(2013)
Faktor Resiko
Kejadian
Malaria Di
Wilayah Kerja
Puskesmas
Kenanga Kec
Sungailiat
Kabupaten
Bangka.
Pendekatan
Deskriptif
Analitik
dengan
rancangan
Cross
sectional
Faktor perilaku yang
berhubungan dengan
kejadian malaria adalah:
Kebiasaan berada diluar
rumah malam hari,
kebiasaan menggunakan
kelambu, sedangkan yang
tidak berhubungan adalah
kebiasaan menutup pintu
dan jendela dan kebiasaan
menggunakan obat anti
nyamuk.
35
2.2. Kerangka Teori
Notoatmodjo (2007)
Gambar 2.1
Kerangka Konsep
2.3. Kerangka Konsep
Notoatmodjo (2007)
Gambar 2.2
Kerangka Konsep
Faktor yang mempengaruhi
pengetahuan:
1. Pendidikan
2. Persepsi
3. Motivasi
4. Pengalaman
5. Usia
Faktor perilaku
1. Pengetahuan (Knowledge)
2. Pendidikan
3. Sikap (attitude)
4. Praktik (practice)
Pencegahan Malaria
1. Pembasmian vektor
2. Pengambilan sampel darah
3. Pengobatan
4. Pembagian kelambu
berinsektisida
Pengetahuan tentang
Malaria
Perilaku Pencegahan
Malaria
Variabel Independen Variabel Dependen
36
2.4. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan.
1. Hipotesis Nol (Ho)
Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan malaria.
2. Hipotesis Alternatif (Ha)
Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan malaria.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu
observasional analitik deskriptif dengan pendekatan cross sectional, di mana
peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel independen dan
dependen hanya satu kali pada satu saat. Pada jenis ini, variabel independen
dan dependen dinilai secara simultan pada suatu saat, jadi tidak ada tindak
lanjut. Tentunya tidak semua obyek penelitian harus diobservasi pada hari
atau pada waktu yang sama, akan tetapi baik variabel independen maupun
variabel dependen dinilai hanya satu kali saja (Notoatmodjo, 2010).
3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
3.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah
pasien yang di diagnosis malaria yang datang berobat ke UPTD
Kesehatan Kec. Nangapenda Kab. Ende Flores NTT sebanyak 280
pasien pada bulan November – Januari 2015
38
3.2.2 Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi (Notoatmodjo, 2011). Untuk mengetahui besarnya
sampel maka digunakan rumus Slovin dengan rumus sebagai berikut:
(Notoatmodjo, 2011)
2eN1
Nn
+=
Keterangan :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan
pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir (misalnya 5%).
Untuk penelitian ini, perhitungan rumus Slovinnya adalah :
( )7,164
05,02801
280n
2=
+= dibulatkan menjadi 165 responden
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 165 pasien yang datang berobat
ke UPTD Kesehatan Kec. Nangapenda Kab. Ende Flores NTT dengan
diagnosis malaria.
3.2.3 Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampling adalah purposive sampling yaitu
suatu teknik penetapan sampel di antara populasi sesuai dengan yang
dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili
karakteristik populasi yang telah dikehendaki sebelumnya (Sugiyono,
2010).
39
Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Pasien dengan diagnosis malaria
2. Pasienyang bersedia menjadiresponden
Kriteria eksklusi yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Pasien dengan tanda gejala tidak malaria
2. Pasien yang tidak bersedia menjadi responden
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
3.3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat atau lokasi pengambilan
penelitian (Notoatmodjo, 2011). Penelitian ini dilakukan di UPTD
Kesehatan Kec. Nangapenda Kab. Ende Flores NTT.
3.3.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah rentang waktu yang digunakan untuk
pelaksanaan penelitian (Notoatmodjo, 2011). Penelitian dilaksanakan
pada tanggal 7 September 2015 sampai dengan 28 Nopember 2015.
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Variabel independen (Variabel Bebas)
Variabel independen atau bebas adalah merupakan variabel
yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen atau terikat (Sugiyono, 2010). Variabel independen
dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang malaria.
40
3.4.2 Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Variabel dependen atau terikat adalah variabel yang dipengaruhi
atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku tentang
pencegahan malaria.
3.5 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Indikator penilaian Skala
ukur
Pengetahuan
tentang
malaria
Pengetahuan pasien
tentang penyakit
malaria (definisi,
penyebab, tanda dan
gejala, pengobatan dan
pencegahan)
Kuesioner 1. Baik, bila
persentase
jawaban benar
76 – 100% (15 -
17 )
2. Cukup, bila
persentase
jawaban benar
56 – 75% (10 –
14)
3. Kurang, bila
persentase
jawaban benar
< 56%(5 – 10)
Nursalam (2008)
Ordinal
Perilaku
pencegahan
malaria
Tindakan yang
dilakukan oleh
Pasien dalam rangka
pencegahan penularan
penyakit malaria
Kuesioner 1. Baik bila
persentase skor
≥ 50% (43 – 62)
2. Kurang Baik
bila persentase
skor < 50% (34
-42 )
(Mardiah, 2008)
Ordinal
41
3.6 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
3.6.1 Alat Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini berupa lembar kuesioner untuk
pengukuran tingkat pengetahuan tentang malaria dan perilaku
pencegahan malaria. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner tertutup
yang diisi oleh responden. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden
dalam arti laporan tentang hal-hal yang diketahui dan sudah disediakan
jawabannya (Arikunto, 2010).
Kuesioner tentang pengetahuan malaria sebanyak 20 item
kuesioner, dari penelitian Ndona Martinusdi modivikasi sesuai dengan
karateristik responden. Jenis pernyataan kuesioner berupa favourable
yaitu pernyataan positif yaitu nomor 1, 3, 4, 9, 10, 16, 17, 19 dan 20 di
mana jika benar nilai 1 (satu) jika salah nilai 0 (nol) sedangkan
pernyataan unfavourable terdiri dari nomor 2, 5, 6, 7, 8, 11, 12, 13, 14,
15, dan 18 yaitu pertanyaan negatif jika benar nilai 0 (nol) jika salah
nilainya 1 (satu) Skala pengukuran data yang digunakan dalam
kuesioner ini adalah skala Guttman yaitu skala yang bersifat tegas dan
konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari
pertanyaan atau pernyataan benar dan salah (Hidayat, 2007).
Kuesioner perilaku pencegahan malaria diadopsi dari penelitian
terdahulu dari Santoso (2006) dengan jumlah kuesioner 20 item
kuesioner, dan dimodifikasi sesuai dengan karateristik responden.
42
Alternatif pilihan jawaban terdiri dari selalu diberi nilai 4, sering diberi
nilai 3, kadang-kadang diberi nilai 2, dan tidak pernah diberi nilai 1.
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya
hendak diukur. Untuk mengetahui validitas item dalam penelitian
ini menggunakan uji validitas dengan rumus korelasi product
moment, setelah itu diuji dengan menggunakan uji t dan baru
dilihat penafsiran dari indeks korelasi. Untuk ta = 0,05 derajat
kebebasan. Jika nilai t hitung > t tabel berarti valid dan jika t
hitung < t tabel maka tidak valid (Hidayat,2007). Uji validitas
menggunakan 30 responden dilakukan di UPTD Kesehatan
Kec.Ende yang memiliki kriteria inklusi yang sama dengan
sampel penelitian.
Rumus korelasi product moment adalah:
Keterangan:
rxy : Koefisien korelasi product moment
n : Jumlah responden
x : Skor pertanyaan
y : Skor total
( ) ( ) }y - y{n }x x {
y) .x ( - xy)n.(
222 2 SSS-S
SSS=
nrxy
43
xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total
(Σx)2 : kuadrat jumlah skor item
Σx2 = jumlah kuadrat skor item
(Σy)2 = kuadrat jumlah skor total
Σy2 = jumlah kuadrat skor total
Pada uji validitas dari 20 pernyataan didapatkan hasil 17
pernyataan valid untuk kuesioner pengetahuan (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9, 11, 12, 13, 14, 17, 18, 19, 20) dengan nilai rxy > 0,361 dan untuk
perilaku pencegahan malaria dari 20 pernyataan didapatkan 17
pernyataan yang valid (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 14, 16, 17,
18, 19, 20) dengan nilai rxy > 0,361. Item-item pernyataan yang
tidak valid selanjutnya tidak diikutsertakan dalam penelitian.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen
yang baik tidak akan bersifat tendensius, mengarahkan responden
memilih jawaban-jawaban tertentu. Apabila datanya memang benar
sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil tetap
akan sama hasilnya (Arikunto, 2010).
Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan
Alpha Chronbach dengan bantuan program komputer. Rumus Alpha
Chronbach adalah sebagai berikut:
44
Keterangan:
r11 = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σb2
= Jumlah varian butir
σ2
t
= Varians total
Hasil uji validitas kemudian diuji reliabilitas menggunakan
alpha cronbach. Pernyataan yang tidak valid diuji validitas dan
hanya pernyataan yang valid yang diuji reliabilitas. Hasil uji
reliabilitas untuk kuesioner pengetahuan menghasilkan nilai alpha
sebesar 0,909 sedangkan untuk kuesioner perilaku menghasilkan
nilai alpha sebesar 0,894. Nilai alpha yang cukup tinggi (mendekati
1) menunjukkan bahwa kedua kuesioner termasuk reliabel dan layak
digunakan untuk penelitian.
3.6.2 Cara Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung
diambil dari obyek atau subyek penelitian oleh peneliti (Riwidikdo,
2013). Data primer dalam penelitian ini adalah kuesioner
pengetahuan tentang malaria dan perilaku pencegahan malaria.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang didapatkan tidak secara
langsung dari subyek penelitian (Riwidikdo, 2013). Data sekunder
úû
ùêë
é S-úû
ùêë
é-
=t
b
k
kr
2
2
11 11 s
s
45
dalam penelitian ini diperoleh melalui literatur yang relevan dan
sumber lain yang mendukung penelitian ini.
3.6.3 Langkah-langkah Pengumpulan Data
1. Peneliti meminta surat keterangan dari kampus STIKES Kusuma
Husada Surakarta untuk melakukan studi pendahuluan di UPTD
Kesehatan Kec. Nangapenda Kab. Ende Flores NTT
2. Setelah mendapat ijin dariUPTD Kesehatan Kec. Nangapenda Kab.
Ende Flores NTT, peneliti melakukan studi pendahuluan.
3. Langkah selanjutnya adalah pembuatan proposal hingga seminar
penelitian dan melakukan revisi setelah seminar
4. Peneliti meminta surat ijin penelitian dari kampus STIKES Kusuma
Husada Surakarta untuk diserahkan ke Kesbangpol Kab. Ende
Flores NTT dengan tembusan ke Badan Perencanaan Daerah Kab.
Ende Flores NTT dan ke Dinas Kesehatan KabupatenEnde Flores
NTT dan akhirnya diserahkan keUPTD Kesehatan Kec.
Nangapenda Kab. Ende Flores NTT
5. Peneliti bekerja sama dengan perawat di UPTD Kesehatan Kec.
Nangapenda Kab. Ende Flores NTT dalam pelaksanaan penelitian
dan pengumpulan data tentang pengetahuan serta perilaku
pencegahan malaria.
6. Peneliti menemui calon responden dan menjelaskan tentang tujuan,
manfaat penelitian kemudian memberikan informed consent.
46
7. Jika calon responden menyetujui dijadikan responden dalam
penelitian, peneliti meminta responden untuk menandatangi lembar
informed consent.
8. Peneliti memberikan kuesioner bagi responden yang bisa mengisi
sendiri sedangkan bagi responden yang ingin dibantu maka data
diisi oleh peneliti.
9. Setelah dirasa lengkap peneliti melakukan analisis dan pembahasan
dari hasil penelitian yang telah dilakukan
3.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data
3.7.1 Teknik pengolahan data
Menurut Notoatmodjo (2011), setelah data terkumpul, maka
langkah yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Sebelum
melaksanakan analisa data beberapa tahapan harus dilakukan terlebih
dahulu guna mendapatkan data yang valid sehingga saat menganalisa
data tidak mendapat kendala. Langkah-langkah pengolahan yaitu:
1. Pengecekan data (editing)
Pada tahap ini peneliti melakukan pemeriksaan kelengkapan,
kejelasan dan kesesuaian data yang diperoleh atau dikumpulkan.
Editing dalam penelitian ini adalah melakukan pemeriksaan kembali
setelah data terkumpul mulai dari karakteristik responden,
pengetahuan dan perilaku pencegahan malaria, apabila ada data
47
yang belum terisi maka peneliti mempersilahkan responden untuk
mengisi terlebih dahulu.
2. Pemberian kode data (coding)
Tahap ini merupakan suatu proses penyusunan secara
sistematis data mentah ke dalam bentuk yang sudah dibaca untuk
pengolahan data. Peneliti membuat kode untuk hasil penelitian yang
didapat. Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik
(angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pada
variabel independen yaitu pengetahuan menggunakan kode 1 untuk
baik, 2 cukup dan 3 kurang sedangkan untuk perilaku pencegahan
kode 1 untuk baik dan 2 untuk kurang baik.
3. Pemrosesan data (data entry)
Pada tahap ini dilakukan data yang telah diubah menjadi
kode ke dalam program pengolahan data. Pemrosesan data
dilakukan dengan memasukan data ke paket program komputer
yang sesuai dengan paket program data ke program komputer yang
sesuai dengan varibel masing-masing, dalam hal ini menggunakan
program SPSS
4. Pembersihan data (cleaning)
Peneliti memastikan bahwa seluruh data yang telah
dimasukan kedalam program pengolahan data sudah sesuai dengan
sebenarnya. Proses akhir dari pengolahan data adalah dengan
melakukan pemeriksaan kembali kode yang sudah di entry data
untuk melihat ada tidaknya kesalahan dalam entry data. Selanjutnya
48
melakukan tabulasi data yaitu mengelompokkan data ke dalam tabel
menurut kategorinya sehingga data siap dilakukan analisis secara
univariat maupun bivariat.
5. Tabulating
Kegiatan memasukkan data hasil penelitian kedalam tabel
kemudian diolah dengan bantuan komputer.
3.7.2 Analisa Data
Analisa data merupakan pengumpulan data dari seluruh
responden yang dikumpulkan. Teknik analisis data dalam penelitian
kuantitatif mengunakan statistik (Sugiyono 2010).
1. Analisis Univariat
Analisis univariat yang dilakukan terhadap tiap variabel dari
hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi dan prosentase dari tiap variabel
(Notoadmodjo, 2011). Analisis univariat dalam penelitian ini untuk
mengetahui karakteristik responden yang terdiri dari umur,
pendidikan dan pekerjaan serta menggambarkan variabel penelitian
yaitu pengetahuan tentang malaria dan perilaku pencegahan malaria.
Rumus yang digunakan:
%100´=nfP
Keterangan :
P : Prosentase
n : Jumlah sampel
49
f : Frekuensi keja dian
2. Analisis Bivariat
Analisa bivariat adalah analisis yang di lakukan untuk
mengetahui hubungan keterkaitan dua variabel, untuk mengetahui
hubungan antara pengethauan dengan perilaku pencegahan malaria.
di lakukan uji Chi Square dengan jumlah responden kategorik
(Dahlan, 2011). Rumus yang digunakan yaitu
( )å=
-=
k
1i
2
2
fh
fhfoX
Keterangan :
X2 = chi square
fo = frekuensi yang diobservasi
fh = frekuensi yang diharapkan (Sugiyono, 2010).
Taraf signifikansi yang digunakan adalah 95% (α = 0,05).
a. Apabila X2
hitung < X2
tabel atau p value > 0,05, maka tidak ada
hubungan antara pengetahuan tentang malaria dengan perilaku
pencegahan malaria.
b. Apabila X2
hitung > X2
tabel atau p value < 0,05, maka ada
hubungan antara pengetahuan tentang malaria dengan perilaku
pencegahan malaria.
50
3.8 Etika Penelitian
Etika penelitian menurut Hidayat (2007), terdiri dari 3 macam yaitu:
3.8.1 Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara
peneliti dan responden, dengan bentuk lembar persetujuan. Lembar
persetujuan diberikan sebelum penelitian kepada responden yang akan
diteliti. Lembar ini dilengkapi dengan judul penelitian dan manfaat
penelitian, sehingga subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian.
Bila subjek menolak, maka peneliti tidak boleh memaksa dan harus
tetap menghormati hak-hak subjek.
3.8.2 Anonimity
Anonimity digunakan untuk menjaga kerahasiaan, peneliti
tidak akan mencantumkan nama responden, tetapi pada lembar
tersebut diberikan kode pengganti nama responden.
3.8.3 Confidentiality
Informasi yang telah dikumpulkan dari responden akan
dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, dan hanya akan digunakan
untuk pengembangan ilmu.
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang hubungan antara
pengetahuan dengan perilaku pencegahan malaria di wilayah kerja UPTD
Kesehatan Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende Flores NTT. Selama
penelitian yang berlangsung pada 7 – 28 September 2015 diperoleh sampel
sebanyak 165 responden yang telah memenuhi kriteria. Hasil penelitian dapat
diuraikan sebagai berikut:
4.1 Analisis Univariat
4.1.1 Pengetahuan tentang Malaria
Tabel 4.1 Distribusi Pengetahuan Responden tentang Malaria di
Wilayah Kerja UPTD Kesehatan Kecamatan Nangapanda Kabupaten
Ende Flores NTT Tahun 2015 (165 )
No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
1 Baik 111 67,3
2 Cukup 47 28,5
3 Kurang 7 4,2
Total 165 100,0
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa responden yang
mayoritas memiliki pengetahuan baik ada sebanyak 111 orang
(67,3%), dan minoritas responden yang memilliki pengetahuan
kurang sebanyak 7 orang (4,2%).
52
4.1.2 Perilaku Pencegahan Malaria
Tabel 4.2 Distribusi Perilaku Responden dalam Pencegahan Malaria
di Wilayah Kerja UPTD Kesehatan Kecamatan Nangapanda
Kabupaten Ende Flores NTT Tahun 2015 (165 )
No Perilaku Frekuensi Persentase (%)
1 Baik 123 74,5
2 Kurang Baik 42 25,5
Total 165 100,0
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa responden yang
mayoritas memiliki perilaku baik ada sebanyak 123 orang (74,5%),
dan minoritas responden yang memiliki perilaku kurang baik ada
sebanyak 42 orang (25,5%).
4.2 Analisis Bivaria
Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui
keterkaitan dua variabel, untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan
tentang malaria dengan perilaku pencegahan malaria di wilayah kerja UPTD
Kesehatan Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende Flores NTT Tahun 2015.
Bentuk hubungan diketahui dari distribusi silang sedangkan ada tidaknya
hubungan ditentukan dengan uji chi square.
53
Tabel 4.3 Hasil Analisis Bivariat Hubungan antara Pengetahuan tentang
Malaria dengan Perilaku Pencegahan Malaria di Wilayah Kerja UPTD
Kesehatan Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende Flores NTT Tahun 2015
Pengetahuan
Perilaku
Total
Uji Chi Square
Baik Kurang
Baik X
2hitung p value
Baik 89
(53,9%)
22
(13,3%)
111
(67,3%)
10,688 0,005
Cukup 32
(19,4%)
15
(9,1%)
47
(28,5%)
Kurang 2
(1,2%)
5
(3,0%)
7
(4,2%)
Total 123
(74,5%)
42
(25,5%)
165
(100,0%)
Tabel 4.7 memperlihatkan distribusi silang antara pengetahuan
tentang malaria dengan perilaku pencegahan malaria serta hasil perhitungan
uji chi square. Distribusi silang menunjukkan bahwa responden yang
memiliki pengetahuan baik dan perilaku baik ada 89 orang (53,9%)
sedangkan responden yang memiliki pengetahuan baik dan perilaku kurang
baik ada 22 orang (13,3%). Responden yang memiliki pengetahuan cukup
dan perilaku baik ada 32 orang (19,4%) sedangkan responden yang memiliki
pengetahuan cukup dan perilaku kurang baik ada 15 orang (9,1%).
Responden yang memiliki pengetahuan kurang dan perilaku baik ada 2 orang
(1,2%) sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang dan perilaku
kurang baik ada 5 orang (3,0%).
Perhitungan uji chi square menghasilkan nilai uji statistik X2
hitung
sebesar 10,688 dengan p value sebesar 0,005 sehingga < 0,05 artinya
terdapat hubungan antara pengetahuan tentang malaria dengan perilaku
54
pencegahan malaria di wilayah kerja UPTD Kesehatan Kecamatan
Nangapanda Kabupaten Ende Flores NTT Tahun 2015.
55
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan membahas hasil penelitian yang telah dilaksanakan di
UPTD Kesehatan Kec. Nangapanda Kab. Ende Flores Nusa Tenggara Timur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan
dengan perilaku pencegahan malaria.
Penelitian ini seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya yang
bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan dengan perilaku
pencegahan malaria di wilayah kerja UPTD Kesehatan Kec. Nangapenda Kab.
Ende Flores NTT.
Hasil penelitian ini menguraikan pengetahuan responden yaitu penderita
malaria di UPTD Kesehatan Kec. Nangapanda Kab. Ende Flores Nusa Tenggara
Timur tentang hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan malaria.
Pembahasan dalam penelitian ini dapat kita lihat di bawah ini:
5.1 Pengetahuan Tentang Pencegahan Malaria pada masyarakat di
Wilayah Kerja UPTD Kesehatan Kec. Nangapanda Kab. Ende flores
Nusa Tenggara Timur.
Tingkat pengetahuan responden yaitu masyarakat di Kec. Nangapanda
Kab. Ende Flores Nusa Tenggara Timur tentang pencegahan malaria,
responden dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 111 responden
(67,3%), responden yang mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 47
responden (28,5%), responden yang mempunyai pengetahuan kurang
56
sebanyak 7 responden (4,2%). Hal ini dapat diketahui dari jawaban benar
responden tentang penyakit malaria merupakan penyakit menular yang
menyerang hanya pada orang dewasa, tanda dan gejala penyakit malaria yaitu
menggigil, demam, sakit kepala, panas hilang timbul, mual muntah, nyeri ulu
hati, nyeri sendi, terasa pegal-pegal pada tubuh, sehingga dapat diasumsikan
responden sudah memahami tentang penyakit malaria. Asumsi ini diperkuat
dengan hasil wawancara di mana sebagian besar responden mengatakan
bahwa mereka sering mengikuti penyuluhan-penyuluhan yang diberikan oleh
petugas dari puskesmas, dan apabila sakit sudah lebih dari 3 hari dengan
keluhan panas, sakit kepala, pusing dan demam langsung memeriksakan ke
tempat pelayanan kesehatan yang terdekat. Pengetahuan adalah hasil tahu dan
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu, pengetahuan terjadi melalui panca indra manusia, yakni
pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa, raba. Sebagian besar
pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmojdo, 2007).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Gunawan, dkk (2009), menyatakan pengetahuan tentang malaria di suatu
daerah akan sangat membantu program pemberantasan malaria dan juga
dalam melindungi masyarakat dari infeksi malaria agar paradigma sehat dapat
diwujudkan. Penelitian oleh Dalmunte (2008), menyatakan bahwa
pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penyakit malaria berpengaruh
terhadap partisipasi masyarakat dalam program pencegahan penyakit malaria.
Keberhasilan pengembangan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
57
program pencegahan malaria terkait dengan ketersediaan tenaga kesehatan
dan fasilitas yang di gunakan dalam program pencegahan penyakit malaria,
khususnya dalam kegiatan penyuluhan dan penyemprotan rumah. Menurut
wisang dalam Lodang (2011) pengetahuan pencegahan yang kurang
menyulitkan seseorang untuk menentukan sikap positif dan negatif, apabila
seseorang telah mengetahui suatu hal namun tidak diikuti kesadaran untuk
berbuat maka pengetahuan tidak akan berlangsung lama dan tidak berguna
lagi.
5.2 Perilaku Pencegahan Malaria
Pada perilaku tentang pencegahan malaria di Wilayah Kerja UPTD
Kesehatan Kec.Nangapanda Kab.Ende Flores NTT didapatkan hasil bahwa
123 reponden (74,5%) memiliki perilaku pencegahan yang baik dan 42
responden (25,5%) memiliki perilaku pencegahan kurang baik. Penelitian ini
diperkuat dengan hasil wawancara di mana sebagian responden mengatakan
bahwa mereka sering mengikuti kegiatan penyuluhan yang diberikan oleh
petugas dari puskesmas, penggunaan kelambu pada waktu tidur di malam
hari, menggunakan obat anti nyamuk, membuang sampah pada tempat yang
disediakan, menguras tempat penampungan air secara berkala,
mengumpulkan barang-barang bekas dan membakarnya, pemberian abate
pada tempat penampungan air, melakukan pemereksaan atau pengobatan pada
fasilitas kesehatan yang terdekat misalnya, puskesmas pembantu (Pustu) apa
bila sakit sudah lebih dari 3 hari.
58
Perilaku pencegahan yang baik umumnya didorong oleh sikap yang
positif terhadap pentingnya tindakan pencegahan penyakit malaria. Sikap
pencegahan dan pencarian pengobatan yang baik pada saat kejadian malaria,
menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat untuk segera mungkin
melakukan tindakan pencegahan sesuai dengan yang disampaikan
oleh petugas kesehatan dan media informasi lainya, sekaligus mengupayakan
pencarian pengobatan untuk pencegahan penyakit malaria (Ndona Martinus,
2009).
Perilaku yang baik bisa terjadi karena pengalaman-pengalaman yang
diperoleh seseorang serta faktor lingkungan baik fisik maupun non fisik.
Kemudian pengalaman dan lingkungan tersebut diketahui, dipersepsikan dan
diyakini sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak dan akhirnya
terjadilah perwujudan niat tersebut yang berupa perilaku (Kusyogo, 2006).
Peneltian ini diperkuat dari hasil penelitian Heldygrad Delvyan jacob,
dkk (2012) tentang gambaran pengetahuan dan sikap masyarakat mengenai
perilaku pencegahan malaria di Desa Oesao Kecamatan Kupang Timur
Kabupaten Kupang tahun 2012 mengemukakan pengetahuan dan dan sikap
masyarakat terhadap perilaku pencegahan malaria secara teoritis kedua dapat
mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan pencegahan malaria
(Lerik, 2008). Faktor perilaku sangat berkontribusi terhadap terjadinya
penyakit. Pengetahuan yang rendah akan memberi peluang yang besar untuk
tidak melakukan tindakan pencegahan, begitu pula dengan sikap yang negatif
akan mempengaruhi seseorang untuk melakukan suatu tindakan, dalam hal ini
59
perilaku pencegahan, hal ini sejalan dengan teori perilaku yang menyatakan
bahwa pengetahuan dapat mempengaruhi tindakan seseorang, jika
pengetahuan seseorang rendah maka dapat mendukung seseorang agar tidak
berperilaku secara baik dan benar.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh
Green bahwa perilaku juga dipengaruhi oleh faktor predisposisi yaitu faktor-
faktor yang mempermudah terjadinya perilaku pada diri seseorang
diantaranya adalah pengetahuan dan sikap seseorang terhadap apa yang akan
dilakukan (Notoatmodjo, 2003).
5.3 Hubungan antara Pengetahuan dengan perilaku pencegahan Malaria di
UPTD Kesehatan Kec. Nangapanda Kab. Ende flores Nusa Tenggara
Timur
Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan uji chi square diperoleh p
value sebesar 0,005 lebih kecil dari nilai α = 0,05 yang berarti ada hubungan
pengetahuan responden dengan perilaku pencegahan malaria di UPTD
Kesehatan Kec. Nangapanda Kab. Ende Flores Nusa Tenggara Timur. Hasil
penelitian ini menunjukan adanya kecenderungan semakin baik pengetahuan
tentang penyakit malaria maka semakin besar kemungkinan untuk
berperilaku baik dalam p]=encegahan penyakit tersebut.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan
Notoatmodjo (2010) bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).
60
Apabila masyarakat mengetahui dengan baik bahaya penyakit malaria,
pentingnya tindakan-tindakan pencegahan, dan memahami dengan baik
bagaimana cara melakukan tindakan pencegahan tersebut, maka mereka akan
secara aktif menerapkan pengetahuan tersebut dalam perilaku sehari-hari.
Penelitian ini diperkuat dari penelitian Murawan, dkk (2011) dalam
penelitiannya tentang model pencegahan penyakit malaria di pulau
Kapoposang Tahun 2011 mengemukakan bahwa perlu diupayakan program
pemberdayaan masyarakat khusunya peningkatan pengetahuan masyarakat
untuk mempertahankan dan meningkatkan perilaku pencegahan malaria yang
sudah baik seperti penggunaan kelambu, penggunaan obat anti nyamuk,
pengobatan yang benar, dan pengobatan yang lebih intensif jika malaria
semakin berat. Perilaku yang baik bisa terjadi karena pengalaman-
pengalaman yang diperoleh seseorang serta faktor lingkungan baik fisik
maupun non fisik. Kemudian pengalaman dan lingkungan tersebut diketahui,
dipersepsikan dan diyakini sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk
bertindak dan akhirnya terjadilah perwujudan niat tersebut yang berupa
perilaku (Kusiyogo, 2006).
Menurut hasil penelitian Eros Suryati, dkk (2011) dalam
penelitiannya tentang Perilaku masyarakat dalam pencegahan demam
berdarah dengue (DBD) antara zona merah dan zona hijau pengetahuan yang
tinggi mempengaruhi perilaku pencegahan demam berdarah (DBD).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Zaeri (2008) tentang Factor-factor
yang berhubungan dengan perilaku masyarakat dalam pencegahan demam
61
berdarah, mengungkapkan bahwa ada hubungan antara keterpaparan
penyuluhan dengan praktek responden dalam pemberantasan sarang nyamuk
demam berdarah (PSN / DBD) hasil penelitian Rambey (2004) yang
dilakukan di Kota Jambi juga menggambarkan bahwa masyarakat yang
memiliki sikap baik didapatkan perilaku baik terhadap pemberantasan sarang
nyamuk demam berdarah (PSN / DBD).
62
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Tingkat pengetahuan responden tentang penyakit malaria di Wilayah Kerja
UPTD Kesehatan Kec. Nangapanda Kab. Ende Flores NTT, mayoritas
yang pengetahuan baik sebanyak 111 responden ( 67,3%), dan minoritas
pengetahuan cukup sebanyak 7 responden (4,2%).
2. Perilaku tentang pencegahan malaria di wilayah kerja UPTD Kesehatan
Kec. Nangapanda Kab. Ende Flores NTT, mayoritas perilaku baik
sebanyak 123 responden (74,5%), dan minoritas perilaku kurang baik
sebanyak 42 responden (25,5%).
3. Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan malaria di
UPTD Kesehatan Kec. Nangapanda Kab. Ende Flores NTT (p value =
0,005).
6.2 Saran
1. Bagi Puskesmas
Bagi puskemas dan Instansi Dinas Kesehatan terkait untuk lebih
meningkatkan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat tentang
pencegahan, pengobatan dan pemberantasan penyakit malaria secara cepat
dan tepat.
63
2. Bagi Institusi
Sebagai bahan refrensi, bahan acuan dalam menambah Khasanah Ilmu
Pengetahuan tentang penyakit malaria sehingga dapat sebagai bahan
acuan dalam proses belajar mengajar.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi tentang
penelitian terkait malaria dengan metodelogi yang berbeda, serta dapat
dilakukan peneltian lebih lanjut untuk meneliti faktor sikap yang
mempengaruhi perilaku pencegahan malaria.
4. Untuk Peneliti
Merupakan pengalaman yang berharga dalam menambah wawasan dan
pengetahuan melalui penelitian lapangan tentang hubungan anatara
pengetahuan dengan perilaku pencegahan malaria di wilayah kerja UPTD
Kesehatan Kec.Nangapanda Kab.Ende Flores NTT.
5. Untuk Responden
Sebagai sumber informasi bagi responden dalam upayah pencegahan dan
pengobatan penyakit malaria secara cepat dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Andi Arsunan Arsin, 2012: Malaria Di Indonesia, Tinjauan Aspek Epidemiologi. Penerbit
MASAGENA PRESS
Depkes RI. 2008. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria Di Indonesia (Gebrak
Malaria) http://www.indonesian-publichealth.com/ 2014
Dinkes Provinsi NTT. ( 2013). Data Jumlah Kasus Malaria
Dinkes Kab. ENDE Data Jumlah Kasus Malaria, (2013).
Efri Nurdin, (2011) : Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Malaria
Di Wilayah Tambang Emas Kecamatan IV Nagari Kabupaten
Sijunjung. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas Padang.
Eros Siti Suryati,dkk. (2011). Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Demam
Berdararh Dengue Antara Zona Hijoau Dan Zona Merah. Jurusan
Poltekes Jakarta 111
Harijanto, P.N, Nugroho, Agung dan Gunawan, Carta A,. (2009). Malaria : dari
Molekuler ke Klinis. Ed.2. EGC : Jakarta
Harmendo, 2008: Faktor Risiko Kejadian Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kenanga Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka. Program Pasca
Heldygrad Delvyan Jacob,dkk. (2012). Gambaran Pengetahuan Dan Sikap
Masyarakat Mengenai Perilaku Pencegahan Malaria Di Desa Oesao
Kecamatan Kupang Timur Kab.Kupang. Almuni Jurusan PKPI FKM
Undana Kupang.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.2010.Penuntun HidupSehat Edisi
Keempat. kerja sama UNICEF, WHO, UNESCO, UNFPA, UNDP,
UNAIDS, WFP dan the World Bank.
Kementrian Kesehatan RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.
Laporan Bulanan UPTD Kesehatan Kec. Nangapenda. (2013).
Mardiah. (2008). Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Malaria Di
Desa Hargotirto Kecmatan Kokap Kabupaten Kulonprogo Daerah
Istimenwa Yogyakrta Tahun 2001. (Tesis). Medan:Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Marliah Santi HR, 2012: Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian
Malaria Pada Penduduk Kecamatan Lengkong Kabupaten Sukabumi
Yang Pernah Bermigrasi Tahun 2011. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Program Study Kesehatan Masyarakat Pemitanan Epidemiologi
Universitas Indonesia
Mey Gusyn Efruan,dkk. (2013).Perilaku Masyarakat Dalam Upayah Pencegahan
Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas UN Kota Tual. Bagian Promosi
Kesehatan Dan Ilmu Perilaku, FKM, UNHAS, Makasar.
Ndona Martinus, Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di
wilayah kerja puskesmas Maunori Kab. Nagekeo. Skripsi. Makassar
: Stikes Nani Hasanuddin Makassar.
Sarjana Universitas DiponegoroIkrayama dkk, (2006). Faktor-faktor Risiko yang
Mempengaruhi Kejadian Malaria (Studi Kasus di Wilayah Kerja
Puskesmas Hamadi Kota Jayapura). Program Studi Maguster
Epidemiologi Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.
Semarang
Soedarto. 2012. Protozoologi Kedokteran . CV. Karya Putra Darwati. Bandung.
Sutanto I, Ismid S, Pudji K, Sjarifuddin, Sungkar S. 2008. Parasitologi
Kedokteran Edisi. Yahya, dkk.2005. Pengetahuan, Sikap Dan
Perilaku Ibu Terhadap Malaria Pada Anak Di Kecamatan Sungai Liat
Kabupaten Bangka. Availableathttp: //www.journal.unair.ac.ic
/filerPDF/KESLING-2-2-07.pdf
Sutanto dkk (2005). Berbagai tantangandalam diagnosis dan pengobatan malaria
pada permulaan abad ke-21.Majalah Kedokteran Indonesia 2005; 55:
559-564
Zaeri. 2008. Factor – factor yang berhubungan dengan perilaku masyarakat dalam
pencegahan penyakit demam berdarah dengue. Tesis program pasca
sarjana FKM – UI. Depok.