Makalah tuberculosis

22
BAB I PENDAHULUAN 1. DEFINISI Tuberculosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Meskipun bisa menginfeksi beragam organ tubuh seperti selaput otak, kulit, tulang, kelenjar getah bening, namun lebih sering menginfeksi paru- paru. Jika tidak segera ditangani TBC bisa menjadi kronis dan berlangsung bertahun-tahun. 2. ETIOLOGI Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium Tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehinggga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam ( BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Purmonum ( KP ). Bakteri Mikobakterium tuberkulosa-Sumber penularannya berasal dari percikan dahak penderitanya yang dibawa melalui udara ketika penderita TBC bersin, batuk atau berbicara. Masa inkubasi seseorang menjadi terinfeksi setelah tertular bervariasi, antara mingguan hingga tahunan, tergantung dari orang itu sendiri dan jenis infeksinya, apakah primer, progresif, atau reaktiva. Anak yang mengidap TBC biasanya tertular dari orang dewasa, mungkin saja berasal dari keluarga penderita (kontak serumah), masyarakat (kunjungan Posyandu), atau pembantu rumah tangga dan pengasuh anak. Bahkan sumber penularan bisa terjadi dari pasien TB yang berobat ke Rumah Sakit/Puskesmas. Pada TBC anak, kuman berkembang biak di 1

Transcript of Makalah tuberculosis

Page 1: Makalah tuberculosis

BAB I

PENDAHULUAN

1. DEFINISI

Tuberculosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium

tuberculosis. Meskipun bisa menginfeksi beragam organ tubuh seperti selaput otak, kulit,

tulang, kelenjar getah bening, namun lebih sering menginfeksi paru-paru.

Jika tidak segera ditangani TBC bisa menjadi kronis dan berlangsung bertahun-tahun.

2. ETIOLOGI

Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium

Tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehinggga dikenal

juga  sebagai Batang Tahan Asam ( BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh

Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri

tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut

sebagai Koch Purmonum ( KP ). Bakteri Mikobakterium tuberkulosa-Sumber

penularannya berasal dari percikan dahak penderitanya yang dibawa melalui udara ketika

penderita TBC bersin, batuk atau berbicara. Masa inkubasi seseorang menjadi terinfeksi

setelah tertular bervariasi, antara mingguan hingga tahunan, tergantung dari orang itu

sendiri dan jenis infeksinya, apakah primer, progresif, atau reaktiva. Anak yang

mengidap TBC biasanya tertular dari orang dewasa, mungkin saja berasal dari keluarga

penderita  (kontak serumah), masyarakat (kunjungan Posyandu), atau pembantu rumah

tangga dan pengasuh anak. Bahkan sumber penularan bisa terjadi dari pasien TB yang

berobat ke Rumah Sakit/Puskesmas. Pada TBC anak, kuman berkembang biak di kelenjar

paru-paru. Sementara pada orang dewasa, kuman TB berada di paru-parunya dan

membuat lubang untuk keluar melalui jalan napas.

1. Cara Penularan :

Sumber penularana adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin,

penderita menyebarkan kuman keudara dalam bentuk Droplet (percikan Dahak). Droplet

yang mengandung kuman dapat bertahan diudara pada suhu kamar selama beberapa jam.

Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan.

Selama kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB

tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran

darah, sistem saluran linfe,saluran napas, atau penyebaran langsung kebagian-nagian

tubuh lainnya.

Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang

dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin

menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman),

maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB

1

Page 2: Makalah tuberculosis

ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

2. Riwayat terjadinya Tuberkulosis

a. Infeksi Primer :

Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB. Droplet

yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan

mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di alveolus dan menetap disana.

Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di

Paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru, saluran linfe akan membawa kuma

TB ke kelenjar linfe disekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu

antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah 4 - 6 minggu.

Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari

negatif menjadi positif.

Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon

daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut

dapat menghentikan perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada beberapa kuman

akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan

tubuh tidak mampu mengehentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa

bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita Tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu

waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6

bulan.

b. Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TB) :

Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah

infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau

status gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru

yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.

c. Perjalanan Alamiah TB yang Tidak Diobati :

Tanpa pengobatan, setelah lima tahun, 50 % dari penderita TB akan meninggal, 25 %

akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi, dan 25 % sebagai kasus Kronik

yang tetap menular (WHO 1996).

d.  Pengaruh Infeksi HIV :

Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler (Cellular

Immunity), sehingga jika terjadi infeksi oportunistik, seperti tuberkulosis, maka yang

bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan mengakibatkan kematian. Bila jumlah

orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah penderita TB akan meningkat, dengan

demikian penularan TB di masyarakat akan meningkat pula.

3. MANIFESTASI KLINIK

gejala anak mengidap TBC adalah Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa

sebab yang jelas, dan tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah mendapatkan penanganan

2

Page 3: Makalah tuberculosis

gizi yang baik (failure to thrive). (Menurut dr.TB Rahmat Sentika Spa. Mars, dari RS>

{uri MAndiri Kedoya,) Tidak nafsu makan, demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas

(bukan tifus, malaria atau infeksi saluran nafas akut), dapat disertai keringat malam,

pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit. Biasanya multipel, paling sering

didaerah leher, ketiak dan lipatan paha (inguinal). Serta mengalami masalah pada saluran

nafas, misalnya batuk lebih dari 30 hari, nyeri dada, diare berulang yang tidak sembuh

dengan pengobatan diare, benjolan (massa) di abdomen, dan tanda-tanda cairan dalam

abdomen. Komplikasi Pada Penderita Tuberkulosis :

Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita stadium lanjut :

hemoptisis berat ( pendarahan dari saluran nafas bawah ) yang dapat mengakibatkan

kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan napas.Kolaps dari lobus

akibat retraksi bronkial.Bronkiectasis dan Fibrosis pada paru.Pneumotoraks spontan:

kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.Penyebaran infeksi ke organ lain seperti

otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio

Pulmonary Insufficiency). Penderita yang mengalami komplikasi berat perlu dirawat inap

di rumah sakit.

Penderita TB paru dengan kerusakan jaringan luas yang telah sembuh (BTA negatif)

masih bisa mengalami batuk darah. Keadaan ini seringkali dikelirukan dengan kasus

kambuh. Pada kasus seperti ini, pengobatan dengan OAT tidak diperlukan, tapi cukup

diberikan pengobatan simptomatis. Bila perdarahan berat, penderita harus dirujuk ke unit

spesialistik.

4.  GEJALA- GEJALA TUBERKULOSIS

Gejala penyakit TBC dapat di bagi menjadi umum dan gejala khusus yang timbul sesuai

dengan organ yang terlinat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada

kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnose secara klinik.

 Gejala Umum / Sistemik :

Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari

disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat

hilang timbul.

Penurunan nafsu makan dan berat badan

Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu ( dapat disertai dengan darah)

Perasaan tidak enak ( malaise ), lemah.

Gejala Khusus

Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (

saluran yang menuju paru-paru ) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar,

akan menimbulkan suara “ mengi “, suara nafas melemah yang disertai sesak.

Kalau ada cairandi rongga pleura ( pembungkus paru-paru ), dapat disertai dengan

keluhan sakit dada.

3

Page 4: Makalah tuberculosis

Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat

dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar

cairan nanah.

Pada anak-anak dapat mengenai otak ( lapisan pembungkus otak) dan disebut meningitis

( radang selaput otak).

Gejala utama TBC pada anak

umumnya hanya berupa demam ringan namun berlangsung lama.

Sedikit kenaikan suhu tubuh yang tak kunjung reda atau  TBC merupakan infeksi kronis.

 Tubuh akan bereaksi terhadap bakteri-bakteri yang sudah masuk ke dalam tubuh dengan

meningkatkan metabolisme. Peningkatan metabolisme inilah yang secara otimatis

menaikkan suhu tubuh.

Ciri lain, berat badan anak biasanya tak bertambah. Ini karena kalori yang dipakai untuk

menaikkan berat badan dipakai untuk melawan bakteri TBC. Disamping itu, penderita

pun umumnya malas makan sehingga makin menghambat pertambahan berat badannya.

Anak pun terlihat rewel, gelisah, lesu, dan mudah berkeringat. Berdasarkan gejala-gejala

tersebut, dokter akan melakukan serangkaian tes untuk menentukan apakah anak terkena

TBC atau tidak.

5. PENEMUAN PENDERITA TUBERKULOSIS (TB)

Penemuan Passive Promotive Case Finding

Penemuan Penderita Tuberkulosis Pada Orang Dewasa.

Penemuan penderita TB dilakukan secara Pasif, artinya penjaringan tersangka penderita

dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan.

Penemuan secara pasif tersebut didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh

petugas kesehatan maupun masyarakat, untuk meningkatkan cakupan penemuan

tersangka penderita. Selain itu, semua kontak penderita TB paru BTA positif dengan

gejala sama, harus diperiksa dahaknya. Seorang petugas kesehatan diharapkan

menemukan tersangka penderita sedini mungkin, mengingat tuberkulosis adalah penyakit

menular yang dapat mengakibatkan kematian.Semua tersangka penderita harus diperiksa

3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari berturut-turut, yaitu sewaktu pagi sewaktu (SPS).

Penemuan Penderita Tuberkulosis Pada Anak.

Penemuan penderita tuberkulosis pada anak merupakan hal yang sulit. Sebagian besar

diagnosis tuberkulosis anak didasarkan atas gambaran klinis, gambaran radiologis dan uji

tuberkulin.

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Diagnosis Tuberkulosis (TB)

Diagnosis Tuberkulosis Pada Orang Dewasa. Diagnosis TB paru pada orang dewasa

dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara

mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga SPS

4

Page 5: Makalah tuberculosis

BTA hasilnya positif Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan

lebih lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan spesimen SPS diulang.

Kalau hasil rontgen mendukung TB, maka penderita diidagnosis sebagai penderita TB

BTA positif. Kalau hasil rontgen tidak mendukung TB, maka pemeriksaan lain, misalnya

biakan. Apabila fasilitas memungkinkan, maka dapat dilakukan pemeriksaan lain,

misalnya biakan Bila tiga spesimen dahak negatif, diberikan antibiotik spektrum luas

(misalnya kotrimoksasol atau Amoksisilin) selama 1-2 minggu. Bila tidak ada perubahan,

namun gejala klinis tetap mencurigakan TB, ulangi pemeriksaan dahak SPS :

Kalau hasil SPS positif, didiagnosis sebagai penderita TB BTA positif. Kalau hasil SPS

tetap negatif, lakukan pemriksaan foto rontgen dada, untuk mendukung diagnosis TB.

- Bila hasil rontgen mendukung TB, diagnosis sebagai penderita TB BTA negatif rontgen

positif.

- Bila hasil ropntgen tidak mendukung TB, penderita tersebut bukan TB.

7. PENCEGAHAN

A. Terapi TBC

Karena yang menjadi sumber penyebaran TBC adalah penderita TBC itu sendiri,

pengontrolan efektif TBC mengurangi pasien TBC tersebut. Ada dua cara yang tengah

dilakukan untuk mengurangi penderita TBC saat ini, yaitu terapi dan imunisasi

Untuk terapi, WHO merekomendasikan strategi penyembuhan TBC jangka pendek

dengan pengawasan langsung atau dikenal dengan istilah DOTS (Directly Observed

Treatment Shortcourse Chemotherapy).

     Dalam strategi ini ada tiga tahapan penting, yaitu:

 mendeteksi pasien,

Deteksi atau diagnosa pasien sangat penting karena pasien yang lepas dari deteksi akan

menjadi sumber penyebaran TBC berikutnya. Seseorang yang batuk lebih dari 3 minggu

bisa diduga mengidap TBC. Orang ini kemudian harus didiagnosa dan dikonfirmasikan

terinfeksi kuman TBC atau tidak. Sampai saat ini, diagnosa yang akurat adalah dengan

menggunakan mikroskop. Diagnosa dengan sinar-X kurang spesifik, sedangkan diagnosa

secara molekular seperti Polymerase Chain Reaction (PCR) belum bisa diterapkan.

melakukan pengobatan,

Jika pasien telah diidentifikasi mengidap TBC, dokter akan memberikan obat dengan

komposisi dan dosis sesuai dengan kondisi pasien tersebut. Adapun obat TBC yang

biasanya digunakan adalah isoniazid, rifampicin, pyrazinamide, streptomycin, dan

ethambutol. Untuk menghindari munculnya bakteri TBC yang resisten, biasanya

diberikan obat yang terdiri dari kombinasi 3-4 macam obat ini.

melakukan pengawasan langsung.

Dokter atau tenaga kesehatan kemudian mengawasi proses peminuman obat serta

perkembangan pasien. Ini sangat penting karena ada kecendrungan pasien berhenti

5

Page 6: Makalah tuberculosis

minum obat karena gejalanya telah hilang. Setelah minum obat TBC biasanya gejala

TBC bisa hilang dalam waktu 2-4 minggu.

Walaupun demikian, untuk benar-benar sembuh dari TBC diharuskan untuk

mengkonsumsi obat minimal selama 6 bulan. Efek negatif yang muncul jika kita berhenti

minum obat adalah munculnya kuman TBC yang resisten terhadap obat. Jika ini terjadi,

dan kuman tersebut menyebar, pengendalian TBC akan semakin sulit dilaksanakan.

Pengobatan TBC Kriteria I (Tidak pernah terinfeksi, ada riwayat kontak, tidak menderita

TBC)

 Pengobatan TBC Kriteria II (Terinfeksi TBC/test tuberkulin (+), tetapi tidak menderita

TBC (gejala TBC tidak ada, radiologi tidak mendukung dan bakteriologi negatif)

memerlukan pencegahan dengan pemberian INH 5–10 mg/kgbb/hari.

B. Pencegahan (profilaksis) primer

Anak yang kontak erat dengan penderita TBC BTA (+).

INH minimal 3 bulan walaupun uji tuberkulin (-).

Terapi profilaksis dihentikan bila hasil uji tuberkulin ulang menjadi (-) atau sumber

penularan TB aktif sudah tidak ada.

C. Pencegahan (profilaksis) sekunder

Anak dengan infeksi TBC yaitu uji tuberkulin (+) tetapi tidak ada gejala sakit TBC.

Profilaksis diberikan selama 6-9 bulan.

Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :

Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid.

Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir,

sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.

Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan

Kanamisin.

Dosis obat antituberkulosis (OAT)

Obat     Dosis harian

(mg/kgbb/hari)     Dosis 2x/minggu

(mg/kgbb/hari)     Dosis 3x/minggu

(mg/kgbb/hari)       

6

Page 7: Makalah tuberculosis

BAB II

PEMBAHASAN

2.1     Asuhan Keperawatan

Dalam memberikan asuhan keperawatan digunakan metode proses keperawatan yang dalam

pelaksanaannya dibagi menjadi 4 tahap yaitu : Pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi. (H. Lismidar, 1990, IX)

2.1.1 Pengkajian

Pengkajian adalah komponen kunci dan pondasi proses keperawatan, pengkajian terbagi

dalam tiga tahap yaitu, pengumpulan data, analisa data dan diagnosa keperawatan. (H.

Lismidar, 1990. Hal 1)

A.  Pengumpulan data

Dalam pengumpulan data ada urutan – urutan kegiatan yang dilakukan yaitu :

1). Identitas klien

Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat tinggal (alamat),

pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah kebawah dan satitasi kesehatan yang

kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan

penderita TB patu yang lain. (dr. Hendrawan Nodesul, 1996. Hal 1)

2). Riwayat penyakit sekarang

Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di rasakan saat ini.

Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan menurun dan

suhu badan meningkat mendorong penderita untuk mencari pengonbatan.

3).  Riwayat penyakit dahulu

Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang mungkin

sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis paru

yang kembali aktif.

4). Riwayat penyakit keluarga

Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita penyakit tersebut

sehingga sehingga diteruskan penularannya.

5). Riwayat psikososial

Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi kesehatan yang

kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan

penderita tuberkulosis paru yang lain (dr. Hendrawan Nodesul, 1996).

6). Pola fungsi kesehatan

a). Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak – desakan, kurang

cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal dirumah yang sumpek. (dr. Hendrawan

7

Page 8: Makalah tuberculosis

Nodesul, 1996)

b). Pola nutrisi dan metabolik

Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan menurun. (Marilyn.

E. Doenges, 1999)

c). Pola eliminasi

Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi maupun defekasi

d). Pola aktivitas dan latihan

Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu aktivitas. (Marilyn. E.

Doegoes, 1999)

e). Pola tidur dan istirahat

Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru mengakibatkan

terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat. (Marilyn. E. Doenges, 1999)

f). Pola hubungan dan peran

Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena penyakit menular. (Marilyn.

E. Doenges, 1999)

g). Pola sensori dan kognitif

Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan pendengaran) tidak ada

gangguan.

h). Pola persepsi dan konsep diri

Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa kawatir klien

tentang penyakitnya. (Marilyn. E. Doenges, 1999)

i). Pola reproduksi dan seksual

Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah karena kelemahan

dan nyeri dada.

j).  Pola penanggulangan stress

Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan stress pada

penderita yang bisa mengkibatkan penolakan terhadap pengobatan. (dr. Hendrawan Nodesul,

1996. Hal 23)

k). Pola tata nilai dan kepercayaan

Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya aktifitas ibadah klien.

7). Pemeriksaan Fisik

Mengukur TB dan BB

Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB (dalam

meter)

Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik

menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dangan

menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari

lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada

8

Page 9: Makalah tuberculosis

wanita.

Berdasarkan sistem – sistem tubuh

a). Sistem integumen

Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun

b). Sistem pernapasan

Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai

inspeksi : adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan napas yang tertinggal,

suara napas melemah. (Purnawan Junadi DKK, th 1982, hal 213)

Palpasi : Fremitus suara meningkat. (Hood Alsogaff, 1995. Hal 80)

Perkusi : Suara ketok redup. (Soeparman, DR. Dr. 1998. Hal 718)

Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar dan yang nyaring.

(Purnawan. J. dkk, 1982, DR. Dr. Soeparman, 1998. Hal 718)

c). Sistem pengindraan

Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan

d). Sistem kordiovaskuler

Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 syang mengeras. (DR.Dr. Soeparman, 1998.

Hal 718)

e). Sistem gastrointestinal

Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun. (DR.Dr. Soeparman, 1998. Hal

718)

f). Sistem muskuloskeletal

Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan keadaan sehari – hari yang

kurang meyenangkan. (Hood Al Sagaff, 1995. Hal 87)

g). Sistem neurologis

Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456

h). Sistem genetalia

Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia

8). Pemeriksaan penunjang

a). Pemeriksaan Radiologi

Tuberkulosis paru mempunyai gambaran patologis, manifestasi dini berupa suatu koplek

kelenjar getah bening parenkim dan lesi resi TB biasanya terdapat di apeks dan segmen

posterior lobus atas paru – paru atau pada segmen superior lobus bawah. (Dr. dr. Soeparman.

1998). Hal 719)

b). Pemeriksaan laboratorium

(1). Darah

Adanya kurang darah, ada sel – sel darah putting yang meningkatkan serta laju endap darah

meningkat terjadi pada proses aktif. (Head Al Sagaff. 1995. Hal 91)

9

Page 10: Makalah tuberculosis

(2). Sputum

Ditemukan adanya Basil tahan Asam (BTA) pada sputum yang terdapat pada penderita

tuberkulosis paru yang biasanya diambil pada pagi hari. (DR. Dr. Soeparman dkk, 1998. Hal

719, Barbara. T. long. Long. Hal 447, th 1996)

(3). Test Tuberkulosis

Test tuberkulosis memberikan bukti apakah orang yang dites telah mengalami infeksi atau

belum. Tes menggunakan dua jenis bahan yang diberikan yaitu : Old tuberkulosis (OT) dan

Purifled Protein Derivative (PPD) yang diberikan dengan sebuah jarum pendek (1/2 inci) no

24 – 26, dengan cara mecubit daerah lengan atas dalam 0,1 yang mempunyai kekuatan dosis

0,0001 mg/dosis atau 5 tuberkulosis unit (5 TU). Reaksi dianggap bermakna jika diameter 10

mm atau lebih reaksi antara 5 – 9 mm dianggap meragukan dan harus di ulang lagi. Hasil

akan diketahui selama 48 – 72 jam tuberkulosis disuntikkan. (DR. Dr. Soeparman, 1998, hal

721, Sylvia. A. price, 1995, hal 755, Barbara. C. long, 1996, hal 446)

B.  Analisa data

Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa untuk menentukan masalah klien. Masalah

klien yang timbul yaitu, sesak napas, batuk, nyeri dada, nafsu makan menurun, aktivitas,

lemas, potensial, penularan, gangguan tidur, gangguan harga diri.

Diagnosa keperawatan

Tahap akhir dari perkajian adalah merumuskan Diagnosa keperawatan. Diagnosa

keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang masalah kesehatan klien yang

dapat diatas dengan tindakan keperawatan (H. Lismidar, 1990, 12)

Dari analisa data diatas yang ada dapat dirumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan

tuberkulosis paru komplikasi haemaptoe sebagai berikut :

1). Ketidakefektifan pola pernapasan sehubungan dengan sekresi mukopurulen dan

kurangnya upaya batuk (Marilyn E. Doenges, 1999)

2). Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang sehubungan dengan keletihan,

anorerksia atau dispnea. (Marilyn. E. Doenges, 1999)

3). Kurang pengetahuan yang sehubungan dengan kurangnya informasi tentang proses

penyakit dan penatalaksanaan perawatan dirumah.

4). Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubugan dengan sekret kental, kelemahan

dan upaya untuk batuk. (Marilyn. E. Doenges, 1999)

5). Potensial terjadinya kerusakan pertukaran gas sehubungan dengan penurunan permukaan

efektif proses dan kerusakan membran alveolar – kapiler. (Marilyn. E. Doenges, 1999)

6). Ganggguan pemenuhan kebutuhan tidur sehubungan daerah sesak napas dan nyeri dada.

(lynda, J. Carpenito, 1998)

10

Page 11: Makalah tuberculosis

2.1.2  Perencaaan

Setelah mengumpulkan data, mengelompokan dan menentukan Diagnosa keperawatan, maka

tahap selanjutnya adalah menyusun perencaan. Dalam tahap perencanaan ini meliputi 3

menentukan prioritas Diagnosa keperawatan, menentukan tujuan merencanakan tindakan

keperawatan.

Dan Diagnosa keperawatan diatas dapat disusun rencana keperawatan sebagai berikut :

a. Diagnosa keperawatan 1 :

ketidakefektifan pola pernapasan yang sehubungan dengan sekresi mukopurulen dan

kurangnya upaya batuk.

1. Tujuan : pola nafas efektif

2. Kriteria hasil :

- klien mempertahankan pola pernafasan yang efektif

- frekwensi irama dan kedalaman pernafasan normal (RR 16 – 20 kali/menit)

- dipsnea berkurang

3. Rencana tindakan

a). Kaji kualitas dan kedalaman pernapasan, penggunaan otot aksesori pernapasan : catat

setiap peruhan

b). Kaji kualitas spotum : warna, bau, knsistensi

c). Auskultasi bunyi napas setiap 4 jam

d). Baringan klien untuk mengoptimalkan pernapasan : posisi semi fowler tinggi.

4. Rasional

a). Mengetahui penurunan bunyi napas karena adanya sekret

b). Mengetahui perubahan yang terjadi untuk memudahkan pengobatan selanjutnya.

c). Mengetahui sendiri mungkin perubahan pada bunyi napas

d). Membantu mengembangkan secara maksimal

3). Rencana tindakan

4). Rasional

a). Berguna dalam mendefenisikan derajat / wasnya masalah dan pilihan indervensi yang

tepat.

b). Membantu dalam mengidentifukasi kebutuhan / kekuatan khusus. Pertimbangan

keinginan individu dapat memperbaiki masakan diet.

c). Berguna dalam mengukur keepektifan nutrisi dan dukungan cairan

d). Menurunkan rasa tidak enak karena sisa sputun atau obat untuk pengobatan respirasi yang

merangsang pusat muntah.

e). Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu / legaster.

f). Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan

metabolik dan diet.

11

Page 12: Makalah tuberculosis

c. Diagnosa keperawatan 3 :

potensial terhadap tranmisi infeksi yang sehubungan dengan kurangnya pengtahuan tentang

resiko patogen.

1). Tujuan :

klien mengalami penurunan potensi untuk menularkan penyakit seperti yang ditunjukkan

oleh kegagalan kontak klien untuk mengubah tes kulit positif.

2). Kriteria hasil :

klien mengalami penurunan potensi menularkan penyakit yang ditunjukkan oleh kegagalan

kontak klien.

    3). Intervensi.

a). Identifikasi orang lain yang berisiko. Contah anggota rumah, sahabat.

b). Anjurkan klien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tisu dan hindari meludah

serta tehnik mencuci tangan yang tepat.

c). Kaji tindakan. Kontrol infeksi sementara, contoh masker atau isolasi pernafasan.

d). Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengatifan berulang tuberkulasis.

e). Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat.

f). Kolaborasi dan melaporkan ke tim dokter dan Depertemen Kesehatan lokal.

4). Rasional

a). Orang yang terpajan ini perlu program terapi obat intuk mencegah penyebaran infeksi

b). Perilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi

c). Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi klien dengan membuang stigma sosial

sehubungan dengan penyakit menular

d). Pengetahuan tentang faktor ini membantu klien untuk mengubah pola hidup dan

menghindari insiden eksaserbasi

e). Periode singkat berakhir 2 sampai 3 hari setelah kemoterapi awal, tetapi pada adanya

rongga atau penyakit luas, sedang resiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan

f). Membantu mengidentifikasi lembaga yang dapat dihubungi untuk menurunkan

penyebaran infeksi

d. Diagnosa keperawatan 4 :

 kurangnya pengetahuan yang berhungan dengan kuranganya impormasi tentang proses

penyakit dan penatalaksanaan perawatan di rumah.

1). Tujuan :

 klien mengetahui pengetahuan imformasi tentang penyakitnya

2). Kriteria hasil :

Klien memperlihatkan peningkatan tingkah pengetahuan mengenai perawatan diri.

3) Rencana tindakan

a) Kaji kemampuan klien untuk belajar mengetahui masalah, kelemahan, lingkungan, media

yang terbaik bagi klien.

12

Page 13: Makalah tuberculosis

b) Identifikasi gejala yang harus dilaporkan keperawatan, contoh hemoptisis, nyeri dada,

demam, kesulitan bernafas.

c) Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan dan alasan pengobatan

lama,kaji potensial interaksi dengan obat lain.

d) Kaji potensial efek samping pengobatan dan pemecahan masalah.

e) Dorong klien atau orang terdekat untuk menyatakan takut atau masalah, jawab pertanyaan

secara nyata.

f) Berikan intruksi dan imformasi tertulis khusus pada klien untuk rujukan contoh jadwal

obat.

g) Evaluasi kerja pada pengecoran logam / tambang gunung, semburan pasir.

4) Rasional

a) Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahapan individu.

b) Dapat menunjukkan kemajuan atau pengaktifan ulang penyakit atau efek obat yang

memerlukan evaluasi lanjut.

2.1.3. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan ini, fase pelaksanaan terdiri dari berbagai kegiatan yaitu :

1. Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan konsulidasi

2. Keterampilan interpersonal, intelektual, tehnical, dilakukan dengan cermat dan efisien

pada situasi yang tepat

3. Keamanan fisik dan psikologia dilindungi

4. Dokumentasi intervensi dan respon klien

( Budi Anna keliat, SKP, th 1994, hal 13)

2.1.4. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan. Semua tahap proses

keperawatan (Diagnosa, tujuan untervensi) harus di evaluasi, dengan melibatkan klien,

perawatan dan anggota tim kesehatan lainnya dan bertujuan untuk menilai apakah tujuan

dalam perencanaan keperawatan tercapai atau tidak untuk melakukan perkajian ulang jika

tindakan belum hasil.

Ada tiga alternatif yang dipakai perawat dalam menilai suatu tindakan berhasil atau tidak dan

sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai dalam jangka waktu tertentu sesuai

dengan rencana yang ditentukan, adapu alternatif tersebut adalah :

1. Tujuan tercapai

2. Tujuan tercapai sebagian

3. Tujuan tidak tercapai

(Budi Anna Keliat, SKP, th 1994, hal 69.

13

Page 14: Makalah tuberculosis

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Tuberculosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Meskipun bisa menginfeksi beragam organ tubuh seperti selaput otak, kulit, tulang, kelenjar

getah bening, namun lebih sering menginfeksi paru-paru.

Jika tidak segera ditangani TBC bisa menjadi kronis dan berlangsung bertahun-tahun.

Sumber penularannya berasal dari percikan dahak penderitanya yang dibawa melalui udara

ketika penderita TBC bersin, batuk atau berbicara.

Masa inkubasi seseorang menjadi terinfeksi setelah tertular bervariasi, antara mingguan

hingga tahunan, tergantung dari orang itu sendiri dan jenis infeksinya, apakah primer,

progresif, atau reaktiva.

Anak yang mengidap TBC biasanya tertular dari orang dewasa, mungkin saja berasal dari

keluarga penderita BTA positif (kontak serumah), masyarakat (kunjungan Posyandu), atau

pembantu rumah tangga dan pengasuh anak. Bahkan sumber penularan bisa terjadi dari

pasien TB yang berobat ke Rumah Sakit/Puskesmas.

14

Page 15: Makalah tuberculosis

DAFTAR PUSTAKA

1. Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medikal.

Carpenito, Linda Juall. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

2. http://defkanurse.wordpress.com/2010/08/05/asuhan-keperawatan-TBC/

15