Meningitis Tuberculosis

24
Meningitis TB William Limadhy 102012241 [email protected] Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat 11510 Telp: 021-569422061 Pendahuluan Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piamater (lapisan dalam selaput otak) dan arachnoid serta derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medulla spinalis yan superfisial. Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta. Meningitis serosa ditandai dengan jumlah sel dan protein yang meninggi disertai cairan serebrospinal yang jernih. Penyebab yang paling sering dijumpai adalah kuman tuberculosis dan virus.

description

meningitis tuberkulosismakalah skenario 1 blok 22neurology and beharvior science

Transcript of Meningitis Tuberculosis

Meningitis TBWilliam [email protected] Fakultas Kedokteran Universitas Krida WacanaJl. Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk Jakarta Barat 11510Telp: 021-569422061

PendahuluanMeningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piamater (lapisan dalam selaput otak) dan arachnoid serta derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medulla spinalis yan superfisial. Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta. Meningitis serosa ditandai dengan jumlah sel dan protein yang meninggi disertai cairan serebrospinal yang jernih. Penyebab yang paling sering dijumpai adalah kuman tuberculosis dan virus. Meningitis purulenta atau meningitis bakteri adalah meningitis yang bersifat akut dan menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan disebabkan oleh bakteri spesifik maupun virus. Meningitis meningococcus merupakan meningitis purulenta yang paling sering terjadi .Penularan kuman dapat terjadi secara kontak langsung dengan penderita dan droplet injection yaitu terkena percikan ludah, dahak, ingus, cairan bersin dan cairan tenggorok penderita. Saluran nafas merupakan port dentre utama pada penularan penyakit ini. Bakteri-bakteri ini disebarkan pada orang lain melalui udara dari pernafasan dan sekresi-sekresi tenggorokan yang masuk secara hematogen (melalui aliran darah) ke dalam cairan serebrospinal dan memperbanyak diri didalamnya sehingga menimbulkan peradangan pada selaput otak dan otak.AnamnesisHal pertama yang harus kita lakukan ketika seorang pasien datang kepada kita adalah melakukan anamnesis, didalam anamnesis berisikan pertanyaan-pertanyaan penting terkait kasus, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, working diagnosis, serta different diagnosis kita Identitas pasienIdentitas pasien meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, status ekonomi keluarga, termasuk juga anamnesis factor resiko dan mengenai adanya gangguan aktivitas. Keluhan utamaKeluhan utama pada kasus ini adalah seorang laki-laki berusia 68 tahun datang kerumah sakit karena merasa sakit kepala yang semakin berat dan demam sejak 2 minggu yang lalu Riwayat Penyakit SekarangDari scenario di beritahu ternyata pasien juga sering mengantuk dan tidak nafsu makan Riwayat Penyakit DahuluDari scenario di beritahu bahwa pasian juga sudah lama menderita batuk-batuk yaitu sudah 3 bulan yang lalu dan tidak rutin minum obat.

Riwayat KeluargaTerdapat beberapa hal penting yang dapat kita tanyakan pada pasien salah satunya adalah apakah di keluarga ada yang menderita hal yang sama ? Riwayat SosialDan yang terakhir adalah riwayat social dari pasien tersebut, ini berisikan hal-hal penting lainnya yang bersangkutan dengan lingkungan rumah, lingkungan tempat kerja, bagaimana makan pasien sehari-harinya dan lain-lain.Pemeriksaan Fisik1Pada pemeriksaan fisik, pemeriksaan tanda-tanda vital selalu dijalankan pertama kali unutk mendapatkan suhu badan pasien, tekanan darah dan frekuensi pernafasan serta bilangan denyut nadi. Dan jangan lupa melihat tingkat kesadaran pasien.Pemeriksaan Rangsangan Meningeal1. Kaku kuduk (nuchal rigidity) : merupakan gejala yang sering didapatkan. Tangan pemeriksa diletakkan di bawah kepala pasien yang sedang berbaring, kemudian fleksikan kepala pasien semaksimal mungkin agar dagu menyentuh dada; bila terdapat tahanan, maka kaku kuduk positif. Pada pasien yang koma, kadang-kadang kaku kuduk menghilang atau berkurang. Kaku kuduk juga dapat positif pada keadaan miositis otot paraservikal, abses retroparingeal atau artritis servikal.2. Tanda lasegue : diperiksa dengan cara pasien berbaring dengan kedua tungkai ekstensi, kemudian satu tungkai difleksikan pada sendi panggul (koksa), sementara tungkai yang satu lagi tetap ekstensi. Pada keadaan normal, tungkai yang difleksikan dapat mencapai sudut 70, bila pasien sudah merasa nyeri sebelum mencapai sudut 70, maka menunjukan tanda Lasegue positif. Selain sebagai tanda perangsangan meningeal, tanda Lasegue juga dapat positif pada HNP lumbal dan kelainan sendi panggul.3. Tanda Krenig : diperiksa dengan cara pasien berbaring dengan fleksi panggul 90, kemudian sendi lutut diekstensikan sampai sudut antara tungkai bawah dan tungkai atas mencapai 135. Bila sudut tersebut tidak tercapai menunjukan tanda Krenig positif, yaitu terdapat perangsangan meningeal atau iritasi radiks lumbal. Pada rangsang meningeal, tanda Krenig akan positif bilateral, sedangkan pada iritasi radiks lumbal biasanya unilateral.4. Tanda Brudzinski I (Brudzinskis neck sign) : dilakukan dengan cara pasien berbaring dengan tungkai ekstensi, kemudian leher difleksikan sampai dagu menyentuh dada seperti memeriksa kaku kuduk, bila tanda Brudzinski I positif, maka pasien akan memfleksikan kedua lututnya. Sebelum pemeriksaan, harus dipastikan pasien tidak lumpuh.Tanda Brudzinski II (Brudzinskis contralateral leg sign) : diperiksa dengan cara membaringkan pasien dengan kedua tungkai ekstensi, kemudian salah satu tungkai diekstensikan pada sendi panggulnya, bila kemudian tungkai kontralateral ikut terfleksi, menunjukan tanda Brudzinski II positif.Pemeriksaan Penunjang11. DarahTerdapat anemia ringan dan peningkatan LED2. Cairan otak dan tulang belakang / LCS (dengan cara pungsi lumbal)Terdapat warna jernih yang merupakan khas dan bila dibiarkan akan mengendap dan membentuk batang-batang. Dapat juga berwarna xanhtchrom bila penyakit telah berlangsung lama dan ada hambatan di medulla spinalis. Jumlah sel pada pungsi lumbal akan didapati 100 500 sel / l. Mula-mula, sel polimorfonuklear dan limfosit sama banyak jumlahnya, atau kadang-kadang sel polimorfonuklear lebih banyak (peositosis mononuklear). Kadang-kadang, jumlah sel pada fase akut dapat mencapai 1000 / mm3. Kadar protein didapati juga meningkat dan bisa lebih dari 200mg / mm3. Hal ini menyebabkan LCS dapat berwarna xanhtochrom dan pada permukaan dapat tampak sarang laba-laba ataupun kebukan yang menunjukkan tingginya kadar fibriogen. Kadar glukoda biasanya menurun pada LCS dan dikenal sebagai Hipoglikorazia. Adapun kadar glukosa normal pada LCS yaitu 60% dari kadar glukosa darah. Kada klorida normal pada stadium awal dan menurun pada stadium lanjut.3. Pewarnaan Gram dan KulturDidapati bakteri basil tahan asam4. RadiologiFoto toraks, pemeriksaan EEG (electroencephalography), CT-scan kepalaWorking DiagnosisMeningitis TB2Meningitis TB merupakan peradangan pada selaput otak (meningen) yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini merupakan salah satu bentuk komplikasi yang sering muncul pada penyakit tuberkolusis paru. Infeksi primer muncul di paru-paru dan dapat menyebar secara limfogen dan hematogen ke berbagai daerah tubuh diluar paru, seperti perikardium, usus, kulit, tulang, sendi, dan selaput otak. Yang merupakan salah satu ciri khas dari penyakit ini adalah biasanya pasien di tandai dengan penyakit saluran pernafasan atas sebelum menderita penyakit ini.

Different Diagnosis3Meningitis BakterialisPeradangan pada meningen atau selaput otak yang disebabkan oleh bakteri meningitis ini paling sering menyerang anak-anak dengan jarak usia berkisar antara 1 bulan 2 tahun. Lebih jarang terjadi pada orang dewasa kecuali mereka yang memiliki faktor resiko khusus. Wabah meningitis meningokokus bisa terjadi dalam suatu lingkungan, misalnya perkemahan militer, asrama mahasiswa, atau sekumpulan orang yang berhubungan dekat dikarenakan bakteri ini menular melalui droplet. Bakteri yang menjadi penyebab dari 80% kasus meningitis adalah: Neisseria Meningitidis, Haemophillus Influenzae, Streptococcus Pneumoniae. Ketiga jenis bakteri tersebut dalam keadaan normal terdapat pada lingkungan sekitar kita dan bahkan bisa hidup didalam lubang hidung serta sisterm pernafasan kita tanpa menyebabkan keluhan sedikitpun. Kadang ketiga organisme tersebut menginfeksi otak tanpa alasan tertentu. Pada kasus lainnya, infeksi terjadi setelah suatu cedera kepala atau akibat kelainan sistem kekebalan. Resiko terjadi terkena penyakit ini meningkat apabila terjadi penyalahgunaan alkohol, telah menjalani splenektomi atau pengankatan limfe, penderita infeksi telinga dan hidung yang menahun, pneumonia pneumokokus atau penyakit sel sabit. Bakteri lainnya yang juga bisa menyebabkan meningitis adalah Escherichia coli yang dalam keadaan normal terdapat di tinja dan usus serta Klebsiella. Infeksi karena bakteri ini biasanya terjadi setelah suatu cedera kepala, pembedahan otak atau medulla spinalis, infeksi darah atau infeksi biasanya terjadi setelah suatu cedera kepala, pembedahan otak atau medulla spinalis, infeksi darah atau infeksi yang didapat dirumah sakit. Infeksi ini lebih sering terjadi pada orang yang memiliki kelainan sistem kekebalan tubuh. Penderita gagal ginjal atau pemakai kortikosteroid jangka panjang memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita meningitis yang disebabkan oleh bakteri Listeria. Demam, sakit kepala, kaku kuduk, sakit tenggorokan dan muntah (yang seringkali terjadi setelah kelainna sistem pernafasan), merupakan gejala khas pada meningitis.Meningitis ViralViral meningitis merupakan inflamasi dari leptomening sebagai infestasi dari infeksi CNS. Viral meningitis ini sering menyerang pada bayi kurang dari 5 tahun atau pasien dengan gangguan sistem imun. Viral dipakai karena merupakan agen penyebab, dan penggunaan meningitis, mengimplikasikan kurangnya parenkim dan keterlibatan spinal (lainnya dinamakan encephalitis dan mielitis). Dengan jelas, pathogen virus dapat menyebabkan kombinasi dari meningoencephalitis atau meningomielitis, dan terutama ditangani dengan bacterial meningitis yang dapat timbul dengan keadaan aseptic (atau nonbakteri) yang mendukung. Pada meningitis viral, perjalanan klinis biasanya terbatas, dengan pemulihan komplet pada 7 10 hari. Lebih dari 85% kasus ini disebabkan oleh enterovirus non polio dan penyakit ini dapat menular dengan kontak langsung dengan penderita. Selain non polio enterovirus, penyakit ini dapat disebabkan juga oleh mumps virus, herpesvirus (herpes simplex virus dan varicella zoster virus), measles virus, influenza virus, arbovirus, dan lymphocytic choriomeningitis virus.Etiologi4Meningitis tuberkulosa disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosis jenis homonis, jarang oleh jenis bovinum atau aves. Mycobacterium tuberculosis tipe human merupakan basilus tahan asam yang merupakan penyebab pathogen yang banyak menginfeksi sistem nervus. Penyakit ini terdapat pada penduduk dengan keadaan sosio-ekonomi rendah, penghasilan tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari, perumahan tidak memenuhi syarat kesehatan minimal, hidup dan tinggal atau tidur berdesakan, kurang gizi, kebersihan yang buruk. Faktor suku atau ras, kurang atau tidak mendapatkan fasilitas imunisasi. Meningitis tuberkulosa dapat terjadi pada setiap umur.Mycobacterium tuberkulosis merupakan bakteri berbentuk batang pleomorfik gram positif, berkuran o,4 3 , mempunyai sifat tahan asam, dapat hidup selama berminggu-minggu dalam keadaan kering, serta lambat bermultiplikasi (setiap 14 sampai 20 jam). Bakteri ini merupakan salah satu jenis bakteri yang bersifat intracellular pathogen pada hewan dan manusia. Selain Mycobacterium tuberkulosis, spesies lainnya juga dapat menimbulkan tuberkulosis adalah Mycobacterium africanum, dan Mycobacterium microfti.Epidemiologi4Tuberkulosis yang menyerang SSP terdapat dalam 3 bentuk, yaitu meningitis, tuberkulom dan arakhnoiditis spinalis. Ketiganya ini sering ditemukan di negara yang endemis TB, dengan kasus terbanyak berupa meningitis tuberkulosis. Di Amerika Serikat yang bukan merupakan negara endemis tuberkulosis, meningitis tuberkulosis meliputi 1% dari semua kasus tuberkulosis. Di Indonesia, meningitis tuberkulsis masih banyak ditemukan karena morbiditas tuberkulosis pada anak masih tinggi. Penyakit ini dapat saja menyerang semua usia, termasuk bayi dan anak kecil dengan kekebalan alamiah yang masih rendah. Angka kematian pada meningitis tuberkulosis berkisar antara 10-20%. Sebagian besar memberikan gejala sisa, hanya 18% pasien yang akan kembali normal secara neurologis dan intelektual.

Patofisiologis5Menigntitis tuberkulosis pada umumnya muncul sebagai penyebaran tuberkulosis primer. Biasanya fokus infeksi primer ada di paru-paru, namun dapat juga ditemukan di abdomen (22,8%), kelenjar limfe leher (2,1%) dan tidak ditemukan adanya fokus primer (1,2%). Dari fokus primer, kuman masuk ke sirkulasi darah melalui duktus torasikus dan kelenjar limfe regional, dan dapat menimbulkan infeksi berat berupa tuberkulosis milier atau hanya menimbulkan beberapa fokus metastase yang biasanya tenang. Terjadi meningitis tuberkulosis diawali oleh pembentukan tuberkel di otak, selaput otak atau medulla spinalis, akibat penyebaran kuman secara hematogen selama masa inkubasi infeksi primer atau selama perjalanan tuberkulosis kronik walaupun jarang. Bila penyebaran hematogen terjadi dalam jumlah besar, makan akan langsung menyebabkan penyakit tuberkulosis primer seperti TB milier dan meningitis tuberkulosis. Meningitis tuberkulosis juga dapat merupakan reaktivasi dari fokus tuberkulosis (TB pasca primer). Salah satu pencetus proses reaktivasi tersebut adalah trauma kepala.Manifestasi Klinis2Manifestasi klinis dari meningitis tuberkulosa dikelompokkan dalam 3 stadium:1. Stadium I (stadium inisial / stadium non spesifik / fase prodromal)Prodromal berlangsung antara 1 3 minggu. Gejala tidak khas, timbul perlahan tanpa kelainan neurologis. Gejala: deman yang tidak terlalu tinggi, rasa lemah, nafsu makan menurun (anorexia), nyeri perut, sakit kepala, tidur terganggu, mual, muntah, konstipasi, apatis.2. Stadium II (stadium transisional / fase meningitik)Pada fase ini terjadi rangsangan pada selaput otak atau meningen. Ditandai oleh adanya kelainan neurologik, akibat eksudat yang terbentuk diatas lengkung serebri. Pemeriksaan kaku kuduk (+), refleks Kernig dan Brudzinski (+) kecuali pada bayi. Dengan berjalannya waktu, terbentuk infiltrat (massa jelly berwarna abu-abu) didasar otak menyebabkan gangguan otak atau batang otak. Pada fase ini, eksudat yang mengalami organisasi akan mengakibatkan kelumpuhan saraf kranial dan hidrosefalus, gangguan kesadaran, papiledema ringan serta adanya tuberkel di koroid. Vaskulitis menyebabkan gangguan fokal, saraf kranial dan kadang medulla spinalis. Hemiparesis yang timbul disebabkan karena infark atau iskemia, quadriparesis dapat terjadi akibat infark bilateral atau edema otak yang berat. gejala-gejalanya antara lain, akibat rangsangan meningen (sakit kepala berat dan muntah), akibat peradangan atau penyempitan arteri di otak (disorientasi, bingung, kejang, tremor, hemibalismus, atau hemikorea, hemiparesis atau quadriparesis, penurunan kesadaran), gangguan otak atau batang otak atau gangguan saraf kranial yang sering terkena adalah saraf otak III, IV, VI dan VIII (stabismus diplopia, ptosis reaksi pupil lambat, gangguan penglihatan kabur).3. Stadium III (koma / fase paralitik)Terjadi percepatan penyakit, berlangusng selama 2-3 minggu. Gangguan fungsi otak semakin khas. Terjadi akibat infark batang otak akibat lesi pembuluh darah atau strangulasi oleh eksudat yang mengalami organisasi. Gejalanya antara lain pernafasan yang irreguler, demam tinggi, edema papil, giperglikemia, kesadaran makin menurun, irritable menjadi kaku dan spasme, opistotonus, pupil melebar dan tidak bereaksi sama sekali, nadi dan pernafasan menjadi teratur, hipereksia.Tiga stadium tersebut tidak jelas batasnya antara 1 dengan yang lain sehingga agak sedikit membingungkan akan tetapi setiap stadium sudah dilengkapi dengan ciri khasnya masing-masing. Dan dikatanya aku apabila 3 stadium di atas terjadi selama 1 minggu.PenatalaksanaanMedika mentosa6Pengobatan meningitis tuberkulosis harus cepat dan adekuat, termasuk kemoterapi yang sesuai, koreksi gangguan cairan jika ada serta elektrolitnya, dan tidak lupa untuk menurunkan tekanan intrakranial. Terapi harus segera diberikan tanpa ditunda bila ada kecurigaan klinis mengarah ke meningitis tuberkulosis.Terapi diberikan sesuai dengan konsep baku tuberkulosis yakni fase intensif selama 2 bulan dengan 4 sampai 5 obat anti tuberkulosis, yakni isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol. Terapi dilanjutkan dengan 2 obat anti tuberkulosis, yakni isonizid dan rifampisin hingga 12 bulan. Berikut ini adalah keterangan mengenai obat-obat anti tuberkulosis yang digunakan pada terapi meningitis tuberkulosis:Isoniazid. Bersifat bakterisid dan bakteriostatik. Obat ini efektif pada kuman inrasel dan ekstrasel, dapat berdifusi ke dalam seluruh jaringan dan cairan tubuh, termasuk liquor cerebrospinal, cairal pleura, cairan asites, jaringan kaseosa, dan memiliki adverse reaction yang rendah. Isoniazid diberikan secara oral. Dosis harian diberikan adalah 5 15mg / kgbb / hari, dosis maksimal 300mg / hari dan diberikan dalam satu kali pemberian. Isoniazid yang tersedia uumnya dalam bentuk tablet 100mg dan 300mg, dan dalam bentuk sirup 100mg / 5ml. Konsentrasi puncah di darah, sputum, dan liquor cerebrospinal dapat dicapai dalam waktu 1 2 jam dan menetap paling sedikit selama 6 8 jam. Isoniazid terdapat dalam air susu ibu yang mendapat isoniazid dan dapat menembus sawar darah plasenta. Isoniazid mempunyai 2 efek toksik utama, yaitu hepatotoksik dan neuritis perifer. Keduanya jarang terjadi pada anak, biasanya lebih banyak terjadi pada pasien dewasa dengan frekuensi yang meningkat dengan bertambahnya usia. Untuk mencegah timbulnya neuritis perifer, dapat diberikan piridoksin dengan dosis 25 50mg satu kali sehari, atau 10 mg piridoksin setiap 100mg isoniazid.Rifampisin. Rifampisin bersifat bakterisid pada intrasel dan ekstrasel, dapat memasuki semua jaringan dan dapat membunuh kuman semidorman yang tidak dapat dibunuh oleh isoniazid. Rifampinsin diabsorbsi dengan baik melalui sisterm gastrointestinal pada saat pert kosong (1jam sebelum makan) dan kadar serum puncak dicapai dalam 2 jam. Rifampisin diberikan dalam bentuk oral dengan dosis 10 20 mg / kgbb / hari, dosis maksimal 600mg per hari dengan dosis satu kali pemberian per hari. Jika diberikan bersamaan dengan isoniazid, dosis rifampisin tidak boleh melebihi dari 15mg / kgbb / hari dan dosis isoniazid 10 mg / kgbb / hari. Rifampisin didistribusi secara luas ke jaringan dan cairan tubuh, termasuk liquor cerebrospinalis. Didistribusi rifampisin ke dalam liquor cerebrospinalis lebih baik pada keadaan selaput otak yang sedang mengalami peradangan daripada keadaan normal. Efek samping rifampisin adalah perubahan warna urin, ludah, keringat, sputum dan arimata menjadi merah oranye kemerahan sehingga perlu edukasi ke pasien. Efek samping lainnya adalah mual dan muntah, hepatotoksik dan trombositopenia. Rifampisin umumnya tersedia dalam bentuk kapsul 150mg, 300mg, dan 450mg.Pirazinamid. Pirazinamid merupakan derivat dari nikotamid, berpenetrasi baik pada jaringan dan cairan tubuh, termasuk liquor cerebrospinalis. Obat ini bersifat bakterisid hanya pada intrasel dan suasan asam dan diresorbsi baik pada saluran cerna. Dosis pirazinamid 15 30mg / kgbb / hari dengan dosis maksima 2 gram / hari. Kadar serum puncak 45 g / ml tercapai dalam waktu 2 jam. Pirazinamid diberikan pada fase intensif karena pirazinamid sangat baik diberikan pada suasana asam yang timbul akibat jumalh kuman yang masih sangat banyak. Efek samping pirazinamid adalah hepatotoksik, anoreksia, iritasi saluran cerna, dan hiperurisemia(jarang pada anak-anak). Pirazinamid tersedia dalam bentuk tablet 500mg.Etambutol. Etambutol memiliki aktivitas bakteriostatik, terapi dapat bersifat bakterid jika diberikan dengan dosis tinggi dengan terapi intermitten. Selain itu, berdasarkan pengalaman, obat ini dapat mencegah timbulnya resisten terhadap obat lain. Dosis etambutol adalah 15 20mg / kgbb / hari, maksimal 12,5 gram per harinya dengan dosis tunggal. Kadar serum puncak 5 g dalam waktu 24 jam. Etambutol tersedia dalam bentuk table 250mg dan 500mg. Etambutol ditoleransi dengan baik oleh dewasa dan anak-anak pada pemberian oral dengan dosis satu atau 2 kali sehari, tetapi tidak berpenetrasi baik di SSP, demikian juga pada keadaan meningitis. Kemungkinan toksisitas utama etambutol adalah neuritis optik dan buta warna merah-hijau, sehingga seringkali penggunaannya dihindari pada anak yang belum dapat diperiksa tajam penglihatannya. Penelitian FKUI menunjukkan bahwa pemberian etambutol dengan dosis 15 25 mg / kgbb / hari tidak menimbulkan kejadian neuritis optika pada pasien yang dipantau hingga 10 tahun pasca pengobatan. Rekomendari WHO yang terakhir mengenai pelaksanaan tuberkulosis pada anak, etambutol dianjurkan penggunaannya pada anak dengan dosis 15 25 mg / kgbb / hari. Etambutol dapat diberikan pada anak dengan TB berat dan kecurigaan TB resisten-obat jika obat-obat lainnya tidak tersedia atau tidak dapat digunakan.Non Medika MentosaMenjaga daya tahan tubuh yang prima (makan bergizi dan cukup istirahat). Perilaku hidup sehat (mencuci tangan terutama sebelum makan dan setelah menganti popok bayi, setelah bab, setelah memegan hewan peliharaan, menjaga kebersihan binatang peliharaan, menutup mulut atau hidung saat batuk atau bersin dengan lengan, tidak berciuman atau berganti alat makan dengan penderita TB, serta membersihkan benda yang terkontaminasi dengan penderita menggunakan desinfektan).Pencegahan5Bertujuan untuk mencegah timbulnya faktor resiko meningitis bagi individu yang belum mempunyai faktor resiko dengan melaksanakan pola hidup sehat. Pencegahann dapat dilakukan dengan memberikan imunisasi meningitis pada bayi agar dapat membetuk kekebalan tubuh. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan mengurangi kontak langsung dengan penderita dan mengurangi tingkat kepadatan di lingkungan perumahan dan di lingkungan seperti barak, sekolah, asrama, tenda, dan kapal. Meningitis juga dapat dicegah dengan cara meningkatkan personal hygene seperti mencuci tangan dengan sabun cuci tangan pada saat sebelum makan dan setelah keluar dari toilet.Komplikasi5Komplikasi yang paling menonjol dari meningitis tuberkulosis adalah gejala sisa neurologis(sekuele). Sekuele terbanyak adalah paresis spastik, kejang, paraplegia, dan gangguan sensori ekstremitas. Sekuele minor dapat berupa kelainan saraf otak, nistagmus, ataksia, gangguan ringan pada koordinasi, dan spastisitas. Komplikasi pada mata berupa atrofi optik dan kebutaan. Gangguan pendengaran dan keseimbangan disebabkan oleh obat streptomisin atau oleh penyakitnya sendiri. Gangguan intelektual terjadi kira-kira 2/3 pasien yang hidup. Pada pasien ini biasnya mempunyai kelainan EEG yang berhubungan dengan kelinan neurologis menetap seperti kejang dan mental subnormal. Klasifikasi intrakranial terjadi pada kira-kira 1/3 pasien yang sembuh. 1/5 pasien yang sembuh mempunyai kelainan pituitari dan hipotalamus, dan akan terjadi prekoks seksual, hiperprolaktinemia dan defisiensi ADHD, hormon pertumbuhan, kortikotropin dan gonadotropin.Prognosis5Prognosis pasien berbanding lurus dengan tahapan klinis pasien saat didiagnosis dan diterapi. Semakin terlambat di terapi semakin buruk prognosisnya dan apabila tidak diobati sama sekali maka pasien dengan meningitis tuberkulosis dapat meninggal dunia. Prognosis juga tergantung pada umur pasien. Pasien yang berumur kurang dari 3 tahun mempunyai prognosis yang lebih buruk daripada pasien yang usianya lebih tua.KesimpulanMeningitis tuberkulosis merupakan peradangan pada selaput otak yang disebabkan oleh bakeri Mycobacterium tuberkulosis yang penyebarannya melalui hemotegen atau limfogen. Gejala khasnya adalah adanya tanda rangsangan meningeal yang positif. Perlu pengobatan segera untuk mencegah prognosis yang buruk.Daftar Pustaka1. Welsby PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta: EGC;2010.h. 1-3,6-7,762. Meningitis tuberkulosa (D George, JS Wita, R Budi, et al. Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Saraf. Jakarta : EGC, 2009.h.46-9.3. Behrman RE, Kliegman. Nelson esensi pediatri. Jakarta : EGC, 2010. Edisi ke-4. h.409-10.4. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu kesehatan anak. Jakarta : Balai Penerbit FK UI, 1985. Jilid kw-2. h.562-4.5. PAPDI. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta : Interna Publishing, 2009. Jilid ke-I. h.33.6. Tan HT, Rahardja K. Obat obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek efek Sampingnya. Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 2006. Edisi ke 5. h.145 154.