GERM CELL TUMOURS PADA MEDIASTINUM
Transcript of GERM CELL TUMOURS PADA MEDIASTINUM
1
Book Reading
GERM CELL TUMOURS PADA MEDIASTINUM
Oleh:
Hilda Santosa
Pembimbing:
dr. I Made Gotra, Sp.PA
PROGRAM STUDI SPESIALIS PATOLOGI ANATOMI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2018
2
GERM CELL TUMOURS PADA MEDIASTINUM
Seminoma
Moreira AL, Chan JKC, Looijenga LHJ, Marx A, Strobel P, Ulbright TM, et al.
Definisi
Seminoma adalah neoplasma maligna yang terdiri dari sel – sel yang menyerupai
primordial germ cells. Seminoma mediastinum secara morfologis sulit dibedakan
darigerm cell tumour pada gonad.
Sinonim
Germinoma; pada perempuan : disgerminoma.
Epidemiologi
Secara klinis dan biologis, germ cells tumour pada mediastinum dikelompokkan
menjadi prapubertas dan pascapubertas. Sementara germ cells tumour prapubertas
hanya terdiri dari teratoma dan tumor yolk sac (baik tumor murni atau campuran),
germ cells tumour pascapubertas dapat berupa semua jenis histologis germ cells
tumour yang ditemukan pada gonad, dengan pengecualian seminoma spermatositik.
Untuk tujuan terapeutik, germ cells tumour dikelompokkan menjadi seminoma dan
non – seminoma germ cells tumour (NSGCT), antara lain terdiri dari karsinoma
embrional, tumor yolk sac, choriocarcinoma, mixed germ cell tumours (yang
mungkin mengandung komponen seminoma), dan teratoma. Distribusi jenis
histologis germ cell tumours pada mediastinum bervariasi dari satu penelitian dengan
penelitian lainnya. Seminoma merupakan jenis histologis yang paling sering
ditemukan pada beberapa penelitian, dan teratoma matur (diikuti oleh seminoma)
merupakan jenis yang paling sering ditemukan pada penelitian lainnya. Variabilitas
dalam frekuensi yang dilaporkan dapat disebabkan oleh berbagai pola rujukan antar
instisusi.
Frekuensi seminoma murni primer pascapubertas pada mediastinum yang dilaporkan
pada laki – laki sebesar 32% (berkisar dari 9% - 39%).
Hampir semua seminoma mediastinum yang dilaporkan terjadi pada laki – laki,
dengan laporan kasus dysgerminoma yanglangka (bagian histologis dari seminoma)
terjadi pada perempuan. Untuk germ cell tumours pascapubertas pada mediastinum,
3
distribusi usia puncak untuk seminoma antara 33 – 39 tahun (berkisar dari 18 – 65
tahun).
Gambar 3.99. Distribusi dari germ cell tumour mediastinum primer menurut usia dan jenis
kelamin. YST, yolk sac tumour.
Etiologi
Etiologi germ cell tumours pada mediastinum, termasuk seminoma, tidak diketahui.
Meskipun germ cell tumours pada mediastinum secara umum cenderung terjadi pada
pasien dengan sindrom Klinefelter (XXY), tetapi bukan seminoma murni.
Menariknya, individu dengan sindrom Klinefelter tidak memiliki peningkatan risiko
germ cell tumourspada testis (baik seminoma atau tumor lainnya). Hal ini telah
dijelaskan karena kurangnya lingkungan mikro yang baik untuk kelangsungan hidup
germ cells XXY di testis. Terdapat satu laporan mengenai seminoma mediastinum
pada pasien dengan sindrom Down.
Diduga bahwa germ cell tumours ektsragonad secara umum disebabkan oleh migrasi
primordial germ cells midline aberans. Pada laki – laki pascapubertas, mediastinum
merupakan lokasi tersering germ cell tumours ekstragonad. Terdapat beberapa data
yang menunjukkan bahwa timus menghasilkan ligan KIT yang mendukung
kelangsungan hidup dan proliferasi primordial germ cells yang salah bermigrasi,
yang akhirnya dapat berkembang menjadi germ cell tumours.
Gejala Klinis
Tanda dan gejala
Gejala klinis bersifat non-spesifik. Gejala yang muncul berkaitan dengan ukuran
tumor, seperti nyeri dada, dispneu, distres pernapasan, batuk, suara serak, dan
sindrom vena kava superior. Ukuran tumor bisa relatif besar, akibat pertumbuhan
yang lambat dengan gejala klinis yang tidak jelas.
Beberapa pasien asimtomatik, dimana tumor tidak sengaja terdeteksi pada pencitraan
atau torakotomi. Peningkatan ringan serum – β subunithuman chorionic
gonadotropin (βhCG) (≤100 IU/L pada orang dewasa dan ≤25 IU/L pada anak;
4
rentang normal, ≤5 IU/L) dapat ditemukan pada sepertiga pasien dengan seminoma
murni.
Kadar α – fetoprotein (AFP) tidak pernah mengalami peningkatan pada seminoma
murni. Laktat dehidrogenase mengalami peningkatan pada seminoma murni dan
NSGCT, meskipun bukan penanda tumor yang spesifik. Kadar laktat dehidrogenase
yang tinggi merupakan faktor prognostik buruk untuk germ cell tumours. Pada orang
dewasa, kadar serum penanda tumor (seperti laktat dehidrogenase) saat penegakan
diagnosis merupakan kriteria penting untuk stratifikasi risiko menurut sistem
International Germ Cell Cancer Collaborative Group (IGCCCG). Namun, berbeda
dengan NSGCT, penggunaan penanda serum untuk membantu atau memantau terapi
pada seminoma tidak direkomendasikan.
Diagnosis germ cell tumours mediastinum primer membutuhkan absennya tumor
testis atau ovarium pada pemeriksaan fisik, CT, ultrasonografi resolusi tinggi, atau
MRI. Biopsi testis bilateral tidak wajib dilakukan, karena germ cell tumours pada
mediastinum umumnya tidak berkaitan dengan intratubular germ cell
neoplasia.Meskipun tumor metastasis dari seminoma gonad primer sebaiknya
disingkirkan, metastasis ke mediastinum sangat jarang pada seminoma gonad,
terutama pada absennya metastasis kelenjar getah bening retroperitoneal.
Frekuensi neoplasma lain tidak meningkat pada pasien dengan seminoma atau germ
cell tumours mediastinum lain. Risiko terjadinya kanker testis metachronous cukup
rendah.
Tabel 3.08. Perbandingan germ cell tumour mediastinum dan seminoma
Ciri Germ cell tumour mediastinum Seminoma
Insidens Jarang
• 3-4% dari seluruh germ cell
tumour.
• Sampai 16% dari seluruh tumor
mediastinum pada dewasa dan
19-25% pada anak-anak.
Jarang
• 10-20% dari seluruh germ
celltumour mediastinum.
Distribusi
umur
Semua umur (rentang usia 0-79
tahun)a.
• Prepubertas (<8 tahun) : teratoma
dan yolk sac tumour.
• Postpubertas : 25-29 tahun
(rentang 14-51 tahun); semua tipe
histologis
Postpubertas : 33-39 tahun
(rentang : 14-65 tahun).
Klasifikasi Bentuk yang biasa dan campuranb Bentuk yang biasa dan
campuran
Etiologi Tidak diketahui
Sindrom Klinefelter merupakan
faktor risiko untuk non-seminoma
Tidak diketahui
Tidak berkaitan dengan
sindrom Klinefelter.
5
germ cell tumour.
Keterkaitan klinis
Non-seminoma germ cell tumour berkaitan dengan keganasan
hematologi.
Tidak ada kaitan dengan keganasan hematologi.
Tidak ada peningkatan risiko
menjadi gonadal germ cell tumour.
Genetik Isokromosom 12p Isokromosom 12p a Anak-anak dan remaja (<18 tahun) sebanyak 16-25% dari semua kasus, yang terbagi
ke germ cell tumour mediastinum prepubertas dan postpubertas; pada germ cell tumour
prepubertas, yolk sac tumour paling banyak pada perempuan; pada germ cell tumour
postpubertas, tumor maligna (seminoma dan non-teratoma germ cell tumour) paling
banyak pada laki-laki. Teratoma terjadi seimbang antara laki-laki dan perempuan, tidak
dipengaruhi usia; b Semua gambaran histologis germ cell tumour yang dapat terlihat pada gonad dapat
tampak pada mediastinum kecuali seminoma sprematositik. Untuk tujuan pengobatan,
tumor ini didiagnosa sebagai seminoma dan non-seminomagerm cell tumour, yang mencakup karsinoma embrional, yolk sac tumour, koriokarsinoma, mixed germ cell
tumour (dengan / tanpa komponen seminoma), dan teratoma.
Pencitraan
Seminoma murni berupa massa homogen tidak terkalsifikasi yang dapat dibedakan
dari limfoma, sedangkan NSGCT umumnya berupa massa heterogen, menunjukkan
atenuasi sentral danfrond – likepada bagian perifer. Lesi kistik multilokular dapat
menyertai semua germ cell tumoursmediastinum (terutama seminoma), tetapi juga
dapat dijumpai pada thymoma, karsinoma timus, limfoma Hodgkin atau non –
Hodgkin, dan metastasis ke mediastinum. Lesi ini juga dimasukkan dalam diagnosis
banding radiologi dari germ cells tumour.
Penyebaran dan staging tumor
Saat penegakan diagnosis, sebagian besar seminoma mediastinum umumnya berupa
massa terlokalisir, berbatas tegas tanpa bukti makroskopik atau mikroskopik invasi
ke struktur sekitar seperti pleura, perikardium, dan pembuluh darah besar. Metastasis
terjadi pada sekitar 40% kasus. Lokasi penyebaran jauh tersering adalah kelenjar
getah bening, paru, dinding dada, otak, pleura, hepar, kelenjar adrenal, dan tulang.
Metastasis kelenjar getah bening paling sering terjadi pada leher dan abdomen (pada
25% dan 8% kasus, dalam satu laporan). Metastasis ke viscera selain paru
merupakan faktor prognostik buruk utama pada seminoma dan NSGCT maligna
lainnya. Staging germ cell tumourscukup kontroversial. Beberapa peneliti
menggunakan klasifikasi TNM tumor jaringan lunak yang dimodifikasi. Staging
khusus untuk germ cell tumours mediastinum didasarkan pada derajat invasi lokal
dan metastasis telah diajukan, tetapi tidak digunakan secara luas.
6
Gambar 3.100. Seminoma. Sel-sel tumor
yang besar dan monoton dengan infiltrat
limfoid dan inflamasi granulomatosa yang
padat.
Lokalisasi
Seminoma terjadi di mediastinum anterior.
Makroskopis
Seminoma mediastinum secara morfologis identik dengan seminoma pada gonad.
Secara makroskopis, sebagian besar tumor memiliki konsistensi lunak, berbatas
tegas, homogen, dengan sedikit lobulasi atau multinoduler, dan permukaan keabuan
atau pucat. Perdarahan fokal punctata dan fokus nekrosis berwarna kekuningan dapat
ditemukan. Rata-rata ukuran tumor adalah 4,6 cm (berkisar dari 1 – 20 cm).
Gambar 3.101. Seminoma. Sel-sel besar
yang tersebar atau berkelompok dalam
kelompok-kelompok kecil. Sel-sel tumor
sering tanpa sitoplasma. Inti besar dengan
anak inti prominen. Perhatikan adanya
limfosit pada latar belakang, yang berkaitan
erat dengan sel-sel tumor. (pewarnaan
Giemsa modifikasi).
Gambar 3.102. Seminoma, A Seminoma dapat sulit dibedakan dengan reaksi inflamasi atau
granulomatosa dan pembentukan jaringan parut. B Perubahan fibrosklerotik yang masif dengan
beberapa sisa sel tumor.
7
Sitologi
Di era terapi neoadjuvan untuk germ cell tumourssebelum eksisis bedah, biopsi kecil
dan spesimen sitologis merupakan bahan utama yang tersedia untuk diagnosis.
Seminoma memiliki ciri khas gambaran sitologis :kluster kecil atau sel besar
monoton yang tersebar dengan intiditengah dan besar, anak inti prominen. Akibat
kerapuhan sitoplasma kaya glikogen, sebagian besar inti tidak memiliki sitoplasma.
Latar belakang tigroid yang khas ditemukan pada apusan hiperseluler sesuai dengan
partikel glikogen yang tersebar, tetapi sulit diidentifikasi pada apusan pausiselular.
Populasi limfosit polimorfosa yang tersebar dan kelompok-kelompok kecil epitel
makrofag (granuloma) sering dijumpai.
Jika gambaran sitologis khas untuk diagnostik seminoma, tetapi pasien memiliki
kadar AFP atau βhCG yang tinggi, diagnosis mixed germ cells tumoursharus
dipertimbangkan. Kadar βhCG yang sedikit meningkat (lihat di atas) masih sesuai
dengan diagnosis seminoma murni pada biopsi aspirasi jarum halus.
Histopatologi
Seminoma mediastinum terdiri dari sel-sel tumor berbentuk bulat hingga poligonal,
yang cukup seragam dengan intibulat hingga oval, terletak di sentral, sedikit kotak,
dan non – overlapping dengan satu atau lebih anak inti yang besar di sentral. Sel-sel
tumor umumnya memiliki sitoplasma luas, berwarna bening hingga sedikit
eosinofilik yang kaya glikogen dan membran sel yang jelas. Kadang, sel tumor dapat
menunjukkan sitoplasma eosinofilik padat atau pleomorfia seluler dengan derajat
yang lebih tinggi. Sel tumor tumbuh pada kelompok-kelompokmultinoduler,
lembaran, cords, strands,atau lobulus-lobulus ireguler. Tumor dilalui oleh septa
fibrosa yang halus, yang seringkali diinfiltrasi limfosit kecil dan matur, sel plasma,
dan eosinofil, kadang dengan pembentukan germinal centre. Infiltrat limfoid juga
dapat bergabung dengan sel tumor. Reaksi granulomatosa berkisar dari kelompok-
kelompok epitel histiosit yang berbatas tidak tegas hingga granuloma epitel berbatas
tegas yang dapat disertai dengan Langhans giant cells.Reaksi cepat inflamasi atau
granulomatosa dan pembentukan jaringan parut dapat sangat luas, dan mungkin
menutupi seminoma yang mendasarinya. Tumor tersebut juga dapat diselingi oleh
kista timus yang dilapisi epitel.
8
Gambar 3.103. Seminoma. A Sel-sel tumor dengan inti bulat dan vesikular dengan anak inti
eosinofilik yang besar, sitoplasma pucat yang luas, dan membran sel yang jelas. Beberapa
limfosit dengan inti kecil dan gelap tersebar diantar sel-sel seminoma. B Karakteristik latar
belakang tigroid terlihat pada apusan dengan pewarnaan Giemsa modifikasi.
Pada beberapa kasus, sel sinsitiotrofoblas (sumber peningkatan βhCG) tersebar di
seluruh tumor, seringkali berada di dekat kapiler dan/atau perdarahan fokal
punctata.Multinucleated giant cells memiliki sitoplasma basofilik yang luas dan
kadang lakuna intrasitoplasmik. Namun, tidak ada sel sitotrofoblas atau nodul
konfluen seperti yang dijumpai pada koriokarsinoma.
Seminoma dapat terjadi sebagai suatu bagian pada mixed germ cell tumours.
Seminoma spermatositik belum dideskripsikan pada mediastinum, kemungkinan
karena seminoma spermatositik berasal dari germ cellyang lebih matur yang hanya
dapat ditemukan pada testis.
Tabel 3.09. Profil imunohistokimia dari beberapa jenis germ cell tumours.
Jenis germ
cell tumour
Sitoker
atin
OCT4
(OCT3/4)
SALL4 CD1
17
CD
30 α-Fetopro
tein
β-Subu
nit
dari
hCG
Glypican 3
Seminoma - a
+ + + - - - b
-
Karsinoma
embrional
+ + + -/+ + +/- - b -
Yolk sac
tumour
+ - + +/- - + - +
Koriokarsi
noma
+ - +
(trofoblas
mononuklear)
- - - + +
(sinsitiotrof
oblas)
Teratoma + (kompo
nen
epitel)
- -/+ (pewarna
an lokal
pada kelenjar
sal cerna,
neuroepit
el
primitif,
dan
-/+ - -/+ - +/-c
9
stroma
blastemal
-like pada teratoma
imatur) a Dapat menunjukkan hasil pewarnaan positif pada dot-like pattern; b Positif pada sinsitiotrofoblas yang tersebar c AFP bisa positif pada usus janin, hati, atau neuroepitel pada teratoma imatur.
Catatan : Muncul beberapa penanda baru, seperti SOX2 (positif pada karsinoma embrional,
negatif pada seminoma); SOX17 (positif pada seminoma, negatif pada karsinoma
embrional), dan LIN28 (positif pada hampir semua germ cell tumour, kecuali teratoma).
Imunohistokimia dan diagnosis banding
Profil imunohistokimia germ cell tumours sangat mencerminkan penanda
diferensiasi dan maturasi sel punca embrionik normal, termasuk germ cells.
Karena itu, seminoma ditemukan positif untuk OCT4 (OCT3/4) dan SALL4.
Positivitas CD117 pada membran sel atau pola Golgi paranuklear dijumpai pada
sekitar 70% kasus. D2-40 juga sering ditemukan positif. PLAP saat ini sangat jarang
digunakan sebagai penanda seminoma atau germ cell tumours, karena rendahnya
spesifisitas dan pewarnaan latar belakang yang cukup sering. Immunostaining untuk
βhCG seringkali menunjukkan sel-sel sinsitiotrofoblas yang tersebar. AFP ditemukan
negatif.
Hingga 70% seminoma menunjukkan pewarnaan untuk keratin (seperti AE1/AE3),
tetapi pewarnaan tersebut seringkali bersifat fokal dan lemah, umumnya dengan
distribusi paranuklear. Sel-sel sinsitiotrofoblas yang tersebar juga ditemukan positif
kuat untuk keratin.Germ cell tumours lainnya (misalnya karsinoma embrional, yolk
sac tumour, dan koriokarsinoma) dan karsinoma metastatik ke mediastinum
menunjukkan pewarnaan difus kuat untuk keratin. Diagnosis banding lain adalah
melanoma metastatik, limfoma large B – cell mediastinum primer, timoma,
karsinoma timus, dan terutama clear cell carcinoma (primer atau metastasis).
Profil Genetik
Perubahan genetik yang ditemukan pada seminoma mediastinumserupa dengan
perubahan yang dilaporkan pada seminoma testis, dengan 69% menunjukkan
iskromosom i (12p), dan sekitar 87% menunjukkan amplifikasi 12p yang khas pada
germ cell tumours maligna pascapubertas di semua lokasi. Seminoma mediastinum
paling sering bersifat aneuploid, dan sebagian kecil memiliki kandungan DNA near
10
– tetraploid. Sebuah penelitian melaporkan mutasi KIT non – coding parsial (4 dari 8
kasus) pada seminoma mediastinum.
Prognosis dan faktor prediktif
Di era kemoterapi berbasis cisplatin untuk malignantgerm cell tumours, faktor
prognostik paling penting pada extragonadalgerm cell tumoursadalah lokasi dan
histologi dari tumor primer. Lokasi mediastinum dari germ cell tumour berkaitan
dengan prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan lokasi pada ekstragonad
dan gonad.
Namun, strategi neoadjuvan berbasis cisplatin telah memberikan hasilyang sangat
baik pada anak dan dewasa. Kadar AFP awal >10.000 ng/mL (rentang normal
bervariasi, tetapi umumnya <50 ng/mL) mengindikasikan prognosis yang lebih buruk
pada anak. Peningkatan βhCG umumnya merupakan faktor prognostik buruk untuk
ketahanan hidup pada orang dewasa.
Seminoma menunjukkan respon baik terhadap radioterapi dan kemoterapi berbasis
cisplatin, dan memiliki prognosis yang baik, dengan 5–year survival rate sebesar
90% (yang tidak berbeda dengan seminoma dari lokasi lain). Jika sisa lesi menetap
setelah kemoterapi selesai, pemeriksaan dengan PET membantu dalam membedakan
sel yangviabeldan tumor yang nekrotik. Berbeda dengan NSGCT, reseksi bedah dari
sisa massa umumnya tidak dianjurkan. Parameter prognostik yang buruk pada
seminoma adalah metastasis hepar dan metastasis ke beberapa lokasi lain.
Tabel 3.10. Terapi untuk bermacam-macam jenis germ cell tumour
Diagnosis histologis Pilihan terapi
Seminoma Kemoterapi
Yolk sac tumour Kemoterapi, dilanjutkan dengan reseksi sisa
tumor
Karsinoma Embrional Kemoterapi, dilanjutkan dengan reseksi sisa
tumor
Koriokarsinoma Kemoterapi, dilanjutkan dengan reseksi sisa tumor
Mixed germ cell tumour Kemoterapi, dilanjutkan dengan reseksi sisa tumor
Teratoma imatur Operasi
Teratoma matur Operasi
*Klasifikasi histologis dari germ cell tumour mempengaruhi terapi, pada era terapi
neoadjuvan untuk germ cell tumour, diagnosis biasanya berdasarkan biopsi aspirasi
jarum halus, kadar penanda serum tumor (α-fetoprotein dan subunit-βhCG), dan pencitraan.
11
Untuk mixed germ cell tumours dengan atau tanpa komponen seminoma, indikator
prognostik yang baik setelah kemoterapi berbasis cisplatin adalah reseksi komplit, sel
viabel <10%, dan kriteria risiko rendah menurut sistem stagingInternational Germ
Cell Cancer Collaborative Group (IGCCCG). Penurunan angka ketahanan hidup
berkaitan dengan kegagalan respon terhadap cisplatin dan tingginya angka relaps.
Penurunan kadar AFP dan/atau βhCG yang tidak memuaskan selama fase awal
kemoterapi tampaknya menimbulkan hasil yang lebih buruk. Kegagalan terapi
merupakan faktor prognostik terburuk; hal ini lebih sering ditemukan di mediastinum
dibandingkan dengan germ cell tumours lain, dan secara signifikan berkaitan dengan
histologi non – seminomatosa dan metastasis ke hepar, paru, dan otak.
Karsinoma Embrional
Definisi
Karsinoma embrional adalah germ cell tumoursyang terdiri dari sel primitif
berukuran besar dengan gambaran epitel, menyerupai sel embryonic germ disc.
Sinonim
Teratoma maligna undifferentiated (dulu).
Epidemiologi
Karsinoma embrional murni terjadi hingga 2% dari semua germ cell tumours
mediastinum, dan 4% dari semua non – seminomatous germ cell tumours (NSGCT)
pasca – pubertas. Tumor ini lebih sering ditemukan pada laki – laki usia muda (rasio
laki – laki banding perempuan >10 : 1). Rerata usia pasien dewasa adalah 27 tahun
(berkisar dari 18 – 67 tahun). Karsinoma embrionalpada anak sangat langka, tetapi
puncaknya antara usia 1 dan 4 tahun (umumnya terjadi sebagai bagian dari mixed
germ cell tumours), dan setelah usia 14 tahun.
Etiologi
Etiologi tidak diketahui. Seperti NSGCT pada mediastinum lainnya, karsinoma
embrional berkaitan dengan sindrom Klinefelter.Langkanya kasus familial
menunjukkan kemungkinan peran predisposisi genetik. Dalam istilah histogenesis,
primordial germ cell diduga sebagai sel asal.
12
Gejala klinis
Pasien datang dengan nyeri dada atau bahu (60%), distres pernapasan (40%), suara
serak, batuk, demam, atau sindrom vena kava superior. Hampir semua pasien
mengalami peningkatan kadar serum α–fetoprotein, dan beberapa pasien mengalami
peningkatan kadar subunit–β human chorionic gonadotropin (βhCG). Temuan
radiologis serupa dengan temuan yang dilaporkan untuk NSGCT lainnya.
Penyebaran tumor lokal sangat sering terjadi, dan dapat menyebabkan kompresi serta
infiltrasi pada paru. Angka kejadian metastasis hematogen cukup tinggi (sekitar
50%) (ke paru, hepar, otak, dan tulang), sementara metastasis limfogen lebih jarang
terjadi. Seperempat dari semua pasien telah mengalami metastasis paru saat datang
ke dokter.
Lokalisasi
Karsinoma embrional terjadi di mediastinum anterior.
Makroskopis
Karsinoma embrionalmerupakan tumor berukuran besar dengan invasi ke organ dan
struktur disekitarnya. Pada potongan tumor berupa massa lunak, seperti daging,
berwarna putih keabuan atau merah muda dengan area nekrosis dan perdarahan yang
luas. Ketika karsinoma embrional terjadi sebagai komponen mixed germ cell tumour,
sering diselingi dengan rongga kistik.
Sitologi
Apusan karsinoma embrionalsering bersifat seluler dan terdiri dari epitel
neoplastikhigh – grade yang menyerupai karsinoma berdiferensiasi buruk. Sel-sel
ganas tersusun dalam kelompok-kelompoktiga dimensi atau lembaran, dan dapat
membentuk struktur papiler dan asini. Inti berukuran besar dan pleomorfik, dengan
kromatin kasar dan anak inti prominent. Tanpa pewarnaan imunohistokimia,
karsinoma embrional hampir tidak mungkin dibedakan dari karsinoma
berdiferensiasi buruk. Diagnosis sitologi harus dihubungkan dengan gambaran klinis
dan radiologis.
Histopatologi
13
Karsinoma embrional tumbuh dalam bentuk lembaran padat, tubuler, dan struktur
papiler. Terdiri dari sel besar berbentuk poligonal atau kolumnar, dengan batas sel
yang kurang jelas. Inti berukuran besar, bulat atau oval, dan seringkali vesikuler,
tetapi dapat hiperkromatik atau memiliki sedikit kromatin. Inti sering ditemukan
dalam jumlah yang cukup banyak dan kadang overlapping.Sering dijumpai anak
intibesar eosinofilik tunggal atau multipel. Sitoplasma bersifat amfofilik, tetapi dapat
basofilik, eosinofilik, pucat, atau bening. Mitosis cukup banyak dan seringkali atipik.
Terdapat sejumlah badan apoptotik, dan nekrosis koagulatif sering ditemukan.
Stroma umumnya sedikit pada area tumor yang viabel, tetapi fibrotik di sekitar area
dengan perubahan regresif. Granuloma jarang ditemukan. Pada sekitar sepertiga
kasus, terdapat sinsitiotrofoblas tunggal yang tersebar atau dalam kelompok kecil.
Gambar 3.104. Karsinoma embrional.
High-grade malignant tumour dengan sel-
sel tumor yang besar, pleomorfik, kromatin
kasar dan anak inti prominen (Pewarnaan
Giemsa modifikasi).
Gambar 3.105.Karsinoma embrional mediastinum. A Sel-sel tumor yang besar dengan batas sel
yang tidak jelas, inti yang padat, kromatin vesikular, dan anak inti besar eosinofilik; sitoplasma
bervariasi dari amfofilik sampai pucat. B Sel-sel tumor kolumnar dengan inti yang tidak
beraturan, pola kromatin hiperkromatik ringan, dan anak inti besar; sitoplasma pucat sampai
jernih.
Ketika karsinoma embrionalterjadi sebagai komponen dari mixed germ cell tumour,
komponen germ cell tumour lainnyaantara lain adalah teratoma (56%),
koriokarsinoma (22%), atau seminoma (22%). Hubungan dengan yolk sac tumour
sangat jarang pada dewasa, tetapi lebih sering pada remaja. Karsinoma
embrionalterwarnai secara seragam untuk keratin berat molekul rendah, sedangkan
antigen membran epitel, antigen karsino embrionik, dan vimentin ditemukan negatif.
CD30 diekspresikan pada 85 – 100% kasus. Ekspresi SOX2 membedakan karsinoma
14
embrional dari seminoma. Faktor transkripsi embryonic stem cell OCT4 (OCT3/4),
SALL4, dan NANOG ditemukan positif untuk pewarnaan.
Gambar 3.106. Karsinoma embrional mediastinum. A. Pola pertumbuhan solid. B. Pola kelenjar
kompleks. C. Pola papiler. D. Pada lapang pandang kanan bawah, tampak beberapa sel-sel
sinsitiotrofoblas multinucleated, tanpa ada sitotrofoblas.
Pewarnaan imuno untuk α-fetoprotein terjadi pada sel tumor yang tersebar atau
fokus kecil pada 30% kasus. Jika terdapat sel sinsitiotrofoblas yang tersebar,
umumnya positif untuk βhCG.
Gambar 3.107 Karsinoma embrional mediastinum, A. Pewarnaan membran sel dengan CD30.
B. Pewarnaan inti OCT4. C. Pewarnaan inti SALL4.
Diagnosis Banding
Ketika area syncytial – appearing cukup luas, karsinoma embrional dapat
menyerupai koriokarsinoma. Namun, pola pleksiform bifasik yang dibentuk oleh
campuran sinsitiotrofoblas dan sitotrofoblas sangat sedikit, dan karsinoma embrional
murni tidak memiliki imunoreaktivitas βhCG yang luas seperti koriokarsinoma.
Yolk sac tumour dapat dibedakan dari karsinoma embrional melalui pola
pertumbuhannya yang lebih beragam (paling sering berupa mikrokistik dan
retikuler); ukuran sel yang lebih kecil, adanya badanSchiller – Duvall; dan
15
imunoprofil khas berupa negativitas CD30, negativitias OCT4, positivitas SALL4,
dan positivitas glypican 3.
Karsinoma embrionaldapat dibedakan dari seminoma dengan polimorfia inti yang
lebih tinggi, setidaknya epitel fokal definitif yang khas (seperti pembentukan
kelenjar), dan pewarnaan kuat yang seragam untuk keratin, ekspresi CD30 dan SOX2
yang cukup sering, dan kurangnya ekspresi CD117.
Metastasis mediastinum dari karsinoma sel besarpada paru dapat menyerupai
karsinoma embrional. Usia yang lebih muda pada sebagian besar pasien dengan
karsinoma embrional, ekspresi CD30, ekspresi OCT4, dan adanya penanda tumor
pada serum (seperti α-fetoprotein dan βhCG) merupakan gambaran khas. Metastasis
ke mediastinum dari karsinoma embrional testis atau mixed germ cell tumour harus
disingkirkan.
Profil genetik
Perubahan genetik sama seperti yang dilaporkan pada bagian testis – isokromosom
12p yang khas untuk malignant germ cell tumour pascapubertas pada semua lokasi.
Cell lineyang dibentuk dari embryonal carcinoma mediastinummenunjukkan
amplifikasi regional SOX2.
Prognosis dan faktor prediktif
Angka ketahanan hidup jangka panjang sekitar 50% pada pasien dewasa dengan
karsinoma embrional mediastinum setelah kemoterapi berbasis cisplatin sangat
serupa dengan angka yang dipublikasikan untuk rangkaian kasus pasien dewasa
dengan NSGCT. Untuk anak – anak dengan karsinoma embrional, angka ketahanan
hidup 5 tahun secara signifikan lebih baik (>80%).
Yolk Sac Tumour
Definisi
Yolk sac tumour adalah tumor ganas yang dikarakteristikkan oleh sejumlah pola yang
menyerupai yolk sac, alanntois, dan mesenkim ekstra – embrionik.
Epidemiologi
16
Pada pasien berusia <15 tahun, yolk sac tumour merupakan germ cell tumour
mediastinum terbanyak kedua (setelah teratoma), dan germ cell tumour maligna yang
paling sering terjadi, dengan insidensi sekitar 0,25 kasus per 100.000 anak. Setelah
pubertas, yolk sac tumour hampir selalu terjadi pada laki – laki (dengan pengecualian
langka) dan menunjukkan peningkatan insiden dengan puncak pada dekade ketiga
kehidupan, kemudian mengalami penurunan. Rentang usia pasien antara 15 – 59
tahun, dan insidensin sekitar 0.3 kasus per 1 juta individu per tahun.Yolk sac tumour
murni pada remaja dan dewasa merupakan germ cell tumour ke – 4 tersering (setelah
teratoma, seminoma, dan mixed germ cell tumour), terjadi sebesar 10% dari semua
kasus.
Etiologi
Etiologi tidak diketahui. Untuk alasan yang kurang jelas, sindrom Klinefelter
merupakan faktor risiko setelah pubertas, tetapi tidak sebelum pubertas. Gangguan
migrasi primordial germ cell telah diduga untuk histogenesis. Keterkaitan kista timus
diduga merupakan fenomena sekunder.
Gambar 3.108Yolk sac tumour. CT dada
dengan kontras dari pria 40 tahun pada
bronkus utama menunjukkan massa
heterogen pada mediastinum anterior,
berlobus dan berbatas tidak jelas (M),
menginvasi vena cava superior (tanda panah).
Massa menutupi aorta (Ao) dan jalan nafas
posterior. Keterlibatan vena cava superior
pada yolk sac tumour diketahui pada operasi.
Gambar 3.109Yolk sac tumour. Neoplasma
high-grade dengan inti besar ireguler.
Perhatikan adanya material metakromatik
disekitar sel-sel tumor (hyaline balls,
pewarnaan Giemsa modifikasi) dan
latarbelakang nekrotik. Badan Schiller-Duval
tidak bisa dilihat pada sediaan sitologi.
Gambaran Klinis
Pasien dengan yolk sac tumour mediastinum seringkali memiliki keluhan nyeri dada,
dispnea, menggigil, demam, dan sindrom vena kava superior. Kadar α–fetoprotein
(AFP) hampir selalu meningkat. Tidak ada temuan radiologis spesifik yang
17
dipublikasikan. FDG PET mungkin penting untuk mendeteksi rekurensi tumor
dengan ukuran sangat kecil.
Yolk sac tumour mediastinum selalu menunjukkan perluasan ke lemak dan struktur
sekitar, seperti paru, dimana diseminasi pleura sangat jarang terjadi. Sebelum
pubertas, mixed yolk sac tumour dan yolk sac tumour murni memiliki risiko
metastasis jauh sebesar 30%; terutama ke paru, kelenjar getah bening, hepar, tulang,
dan otak. Setelah pubertas, sebanyak 50% yolk sac tumour mediastinum
menunjukkan metastasis pada paru atau kelenjar getah bening intrathorakal,
sedangkan metastasis ekstratorakal terjadi pada <10% kasus. Metastasis tulang,
meskipun secara keseluruhan jarang terjadi, merupakan ciri khas germ cell tumour
mediastinum, terutama yolk sac tumour.
Tidak ada sistem staging yang telah divalidasi untuk germ cell tumour pada
mediastinum. Beberapa penelitian pada anak menggunakan sistem TNM untuk
sarkoma, sedangkan penelitian lain menggunakan sistem four–tiered untuk germ cell
tumour ekstragonadal yang menggabungkan reseksi dan status metastasis. Sistem
yang diajukan oleh Moran telah digunakan dalam penelitian pada dewasa.
Gambar 3.110.Yolk sac tumour mediastinum.
Makroskopis dari yolk sac tumour mediastinum
murni, menunjukkan permukaan irisan abu-abu
putih, bergelatin; tidak tampak area perdarahan
dan nekrosis.
Lokalisasi
Yolk sac tumour terjadi pada mediastinum anterior.
Makroskopis
Secara makroskopis, yolk sac tumour murni memiliki konsistensi padat dan lunak.
Permukaan potongan umumnya pucat keabuan atau putih keabuan, dengan
konsistensi gelatinosa atau mukoid. Setelah protokol terapi neoadjuvan, germ cell
tumour pada mediastinum umumnya menunjukkan perdarahan dan nekrosis.
Pembentukan kista dapat terjadi terkait terapi, atau menunjukkan suatu mixed germ
cell tumour dengan komponen yolk sac tumour.
18
Sitologi
Apusan yolk sac tumour menunjukkan agregat sel berukuran sedang – besar dengan
inti yang beragam, anak inti prominent, sitoplasma sedang atau luas, dan berbagai
latar belakang debris dan mukoid atau bahan metakromatik (pewarnaan Giemsa
dimodifikasi). Sel limfoid dan granuloma umumnya tidak ditemukan. Diagnosis
sitologis harus selalu dihubungkan dengan pemeriksaan klinis dan radiologis.
Histopatologi
Terdapat spektrum pola histologis yang luas pada yolk sac tumour : mikrokistik
(retikuler), makrokistik, glandular–alveolar, sinus endodermal (pseudopapiler),
miksomatosa, hepatoid, enterik, polivesikuler, vitelin, padat, dan spindel; dan tumor
ini umumnya menunjukkan lebih dari satu pola. Berbagai pola tersebut tidak
memiliki signifikansi prognostik atau biologis.
Gambar 3.111 Yolk sac tumour. A Pola pertumbuhan enteric dan mikrokistik. B Pola
pertumbuhan hepatoid. C Pola kelenjar dan stroma yang kaya limfositprominen.
Varian retikuler atau mikrokistik merupakan pola tersering, dicirikan dengan
jaringan longgar rongga kistik dan kanal yang dilapisi oleh sel gepeng atau kuboid
dengan sedikit sitoplasma. Pola miksomatosa dicirikan oleh stroma yang kaya akan
glikosaminoglikan, dimana sel epitel terbatas. Pola sinus endodermal umumnya
menunjukkan struktur pseudopapiler dan badan Schiller–Duval― misalnya struktur
glomeruloid dengan pembuluh darah sentral yang dilingkupi oleh tepi bagian dalam
sel tumor, dikeliling oleh kapsel yang dilapisi oleh tepi luar(parietal) sel tumor. Pola
polivesikuler – vitel – line didefinisikan dengan kista yang dilapisi oleh sel tumor
gepeng atau kuboid dan dikelilingi oleh stroma jaringan ikat yang padat. Pola solid
umumnya hanya terlihat secara fokal, dan dapat menyerupai karsinoma embrional
atau seminoma; namun, sel dari yolk sac tumour umumnya berukuran lebih kecil dan
kurang pleomorfik dibandingkan dengan karsinoma embrional, dan lebih pleomorfik
dari seminoma. Pola tersebut biasanya mempertahankan profil imunohistokimia yang
19
lazim, meskipun dengan positivitas AFP yang lebih rendah. Yolk sac tumour dengan
pola hepatoid memiliki sel dengan sejumlah besar sitoplasma eosinofilik yang
menyerupai hepar janin atau dewasa. Pola enterik dan endometroid menunjukkan
gambaran kelenjar yang menyerupai usus janin manusia dan kelenjar endometrium
sekretorik. Jika pola ini dijumpai pada teratoma imatur, imunohistokimia dibutuhkan
untuk menentukan apakah tumor tersebut menggambarkan jaringan janin imatur atau
yolk sac tumour.
Gambar 3.112Yolk sac tumour. A Pola pertumbuhan solid. B Anaplasia fokal.
Signifikansi prognostik dengan adanya admixed syncitiotrophoblasts pada yolk sac
tumour yang khas tidak diketahui, dan tidak memastikan diagnosis mixed germ cell
tumour.
Terjadinya sarkoma pada yolk sac tumour menggambarkan keganasan tipe somatik
dan sangat jarang pada yolk sac tumour mediastinum murni, tetapi lebih sering pada
mixed germ cell tumour (lihat germ cell tumour dengan keganasan padat tipe
somatik, hal.263).
Keganasan hematologis terkait (terutama leukemia akut dan sindrom mielodisplastik)
cukup sering pada mixed germ cell tumourdengna komponen yolk sac tumour (58%),
dan yolk sac tumour murni (25%), dan berkaitan secara klonal dengan germ cell
tumour yang mendasari.
Imunohistokimia
Yolk sac tumour imunoreaktif untuk sitokeratin (AE1/AE3), glypican 3, dan penanda
stem cell yang baru – baru ini dijelaskan SALL4, dan LIN28, sedangkan negatif
untuk OCT4, NANOG, SOX2, dan D2-40. Sel sinsitiotrofoblas tunggal yang tampak
pada sebagian kecil yolk sac tumour mengekspresikan subunit – β human chorionic
gonadotropin. AFP dan PLAP dapat diekspresikan hingga 70% dari yolk sac tumour,
KIT/CD117 (sebagian hanya sedikit) hingga 40%, dan CD30 hingga 25%, sedangkan
20
antigen membran epitel sangat jarang terdeteksi (pada <25% kasus), dan bahkan
hanya pada sebagian kecil sel tumor. Untuk rinician, lihat Seminoma hal. 264.
Gambar 3.113. Yolk sac tumour. A Ekspresi dari α-fetoprotein. B Ekspresi dari glypican 3. C
Ekspresi dari SALL4.
Diagnosis banding
Seminoma mediastinum dapat menyerupai varian solid dari yolk sac tumour dan
bereaksi dengan antipancytokeratin antibody CAM5.2 pada hampir 80% kasus;
namun, umumnya pada pola paranuklear, dot – like. Berbeda dengan yolk sac
tumour, seminoma umumnya positif OCT–4, positif KIT, positif D2–40, dan negatif
glypican 3 pada pemeriksaan imunohistokimia.
Karsinoma embrional sebagian besar terdiri dari sel tumor berukuran lebih besar dan
atipik, menunjukkan pola pertumbuhan yang bervariasi, dengan sedikit area
mikrokistik dan retikuler, dan badan Schiller – Duval, dan menunjukkan imunoprofil
yang khas; positivitas CD30, positivitas OCT4, positivitas SOX2, dan negativitas
glypican 3.
Koriokarsinomadapat menyerupai yolk sac tumour akibat pola pertumbuhan bifasik
yang kompleks yang dihasilkan oleh sinsitiotrofoblas dan sitotrofoblas yang
bergabung, dan karena imunoreaktivitas fokal terhadap SALL4 dan LIN28. Namun,
yolk sac tumour murni tidak memiliki imunoreaktivitas terhadap subunit – β human
chorionic gonadotropin.
Teratoma imatur dengan endodermal primitif (termasuk hepatik), neuroektodermal,
dan komponen sel spindel mesenkim dapat menyerupai berbagai pola pertumbuhan
yolk sac tumour, dan dapat mengekspresikan glypican 3, AFP, SALL4, LIN28,
HepPar–1, dan CDX2 secara fokal. Namun, berbeda dengan yolk sac tumour,
teratoma imatur biasanya memiliki komponen neuroepitelium dengan gambaran
embrionik yang mungkin positif CD56 dan/atau positif OCT4, dan komponen lain
yang imunoreaktif untuk antigen epitel membran.
21
Karsinoma timus dan yolk sac tumour mediastinum dapat memiliki pola
pertumbuhan solid, ekspresi keratin dan CD117, dan ekspresi AFP yang sedikit.
Namun, karsinoma timus seringkali ditemukan positif terhadap CD5, sedangkan
ditemukan negatif untuk glypican 3, SALL4, dan LIN28.
Karsinoma metastatik ke mediastinum, seperti paru, usus, hepatoseluler, dan
karsinoma hepatoid dapt menyerupai yolk sac tumour varian glandular, solid, atau
hepatoid, dimana tumor tersebut memiliki ekspresi terhadap glypican 3, AFP, CDX2,
dan HepPar – 1 yang sama selain sitokeratin. Karsinoma metastatik umumnya
negatif untuk SALL4 dan LIN28; namun, terdapat pengecualian. Metastasis dari yolk
sac tumour gonadalatau retroperitoneal murni atau mixed germ cell tumour ke
mediastinum harus disingkirkan.
Profil genetik
Yolk sac tumour pada mediastinum menunjukkan perubahan genetik yang sama
seperti yolk sac tumour di lokasi lain. Yolk sac tumour pada anak berusia <8 tahun
menunjukkan kehilangan kromosom pada 1p, 4q, 6q, dan penambahan pada 1q, 3,
20q, dan 20, tetapi tidak ada i(12p) maupun perubahan kromosom jenis kelamin.
Sebaliknya, yolk sac tumour yang terjadi setelah usia 8 tahun menunjukkan i(12p)
pada 60% kasus, penambahan kromosom 21 dan X pada 20% kasus, dan kehilangan
kromosom 13 pada 30% kasus.
Perubahan genetik terkait usia disertai dengan pola pencetakan (imprinting) dan
profil ekspresi gen yang berbeda.
Prognosis dan Faktor Prediktif
Angka ketahanan hidup secara keseluruhan dan 5–year event–free pada anak berusia
<15 tahun dengan germ cell tumours non-seminomatosa maligna masing – masing
sebesar 87% dan 83%, tanpa perbedaan antara yolk sac tumour dan mixed germ cell
tumour. Faktor prognostik baik yang paling penting adalah reseksi lengkap. Setelah
reseksi inkomplit, angka ketahanan hidup 5 tahun turun menjadi 42%. Metastasis
otak merupakan tanda prognostik yang buruk.
Setelah usia 15 tahun, 5 – year overall survival pada germ cell tumours non-
seminomatosa maligna adalah 45–54%. Tidak ada metastasis, reseksi komplit,
normalisasi penanda tumor pasca operatif, kadar βhCG preoperatif yang rendah,
histologi yolk sac tumour murni, dan nekrosis komplit tumor setelah kemoterapi
22
merupakan faktor prognostik yang baik. Keganasan jenis somatik dan keganasan
hematologis yang terkait secara klonal memprediksi prognosis yang buruk, akibat
refraktori terapeutik.
Koriokarsinoma
Definisi
Koriokarsinoma adalah neoplasma trofoblastik yang sangat ganas yang terdiri dari
sinsitiotrofoblas, sitotrofoblas, dan berbagai trofoblas intermediate. Koriokarsinoma
mediastinum secara morfologis sulit dibedakan dari koriokarsinoma pada gonad atau
uterus.
Sinonim
Korioblastoma; korioepitelioma, karsinoma korionik.
Epidemiologi
Hampir semua kasus koriokarsinoma yang diaporkan terjadi pada pasien laki – laki
dewasa (dengan rentang usia 17 – 63 tahun). Hanya 3% dari germ cell tumour
mediastinum yang merupakan koriokarsinoma murni; namun, perkiraan tersebut
mengalami bias oleh pola rujukan dari institusi yang melaporkan. Perkiraan kasar
insidensi koriokarsinoma sekitar 1 kasus per 12 juta individu.
Etiologi
Koriokarsinoma, baik murni atau sebagai bagian dari mixed germ cell tumour,
cenderung terjadi terutama pada pasien dengan sindrom Klinefelter. Diduga bahwa
germ cell tumour ekstragonad secara umum merupakan akibat dari migrasi yang
menyimpang dari germ cell primordial midline.
Gejala Klinis
Tumor ini tumbuh dengan cepat,dan invasi bronkus dini merupakan ciri khas
koriokarsinoma. Gejala yang dilaporkan antara lain adalah sesak napas, nyeri dada,
batuk, sindrom vena kava superior, episode sinkop, nyeri kepala persisten, dan
tamponade jantung. Beberapa pasien mengalami ginekomastia akibat produksi
23
human chorionic gonadotropin. Karena rantai alfa polipeptida hCG serupa dengan
thyroid stimulating hormone (TSH), pasien juga dapat mengalami tirotoksikosis.
Tumor ini tampak sebagai massa pada mediastinum anterior dengan batas tegas pada
foto thorax dan CT, sering disertai dengan penonjolan ke satu lapangan paru atau
kolaps paru. Tumor ini sering menunjukkan bukti nekrosis. Koriokarsinoma primer
juga telah ditemukan pada mediastinum posterior.
Koriokarsinoma mediastinum adalah neoplasma yang sangat agresif, dengan
penyebaran hematogen dini. Lokasi metastasis tersering adalah paru, hepar, ginjal,
dan limpa. Lokasi lainnya adalah otak, koroid, jantung, kelenjar adrenal, dan tulang.
Saat ini tidak ada sistem staging tetap untuk germ cell tumour pada mediastinum.
Sebagian besar koriokarsinoma menginfiltrasi organ sekitar seperti aorta, paru, dan
dinding thorax, dan/atau metastasis intra- dan ekstratorakal.
Lokalisasi
Koriokarsinoma terjadi pada mediastinum anterior dan posterior.
Makroskopis
Mayoritas tumor berukuran besar (dengan rata – rata ukuran 10 cm), lunak, rapuh,
dan mengalami perdarahan ekstensif. Sebagian besar tumor juga memiliki fokus
nekrosis.
Sitologi
Sitologi koriokarsinoma dikarakteristikkan dengan sinsitiotrofoblas dan sitotrofoblas
mononucleated. Pada pewarnaan H&E, sinsitiotrofoblas merupakan sel berukuran
sangat besar dengan sitoplasma eosinofilik, satu hingga beberapa inti, dan anak inti
terpisah. Sitotrofoblas mononucleated adalah sel berukuran sedang dengan
sitoplasma basofilik bervakuola dan inti eksentrik.
Histopatologi
Koriokarsinoma mediastinum dapat terjadi dalam bentuk murni atau sebagai bagian
dari mixed germ cell tumour. Histologi tumor ini tidak memiliki perbedaan dengan
koriokarsinoma pada gonad. Sinsitiotrofoblas dan sitotrofoblas seringkali bergabung
dalam pola pleksiform bilaminar atau dalam lembaran yang tidak beraturan. Kadang,
kelompok sinsitiotrofoblas yang tersebar menutupi nodul sitotrofoblas.
24
Sinsitiotrofoblas adalah sel multinucleatedbesar dengan sejumlah inti pleomorfik dan
dark – staining, anak inti yang beragam, dan sitoplasma eosinofilik atau amfofilik
luas, yang dapat mengandung lakuna sitoplasmik. Sitotrofoblas adalah sel poligonal
dengan inti bulat yang lebih seragam, anak inti prominen, dan sitoplasma eosinofilik
atau bening. Mitosis atipik dan atipia selular sering ditemukan. Kadang terdapat
lembaran sel mononuklear yang menyerupai trofoblas intermediate. Koriokarsinoma
umumnya berkaitan erat dengan sinusoid vaskuler yang mengalami dilatasi.
Penggantian dinding pembuluh darah parsial atau komplit sering ditemukan.
Terdapat area perdarahan dan nekrosis.
Gambar 3.114. Koriokarsinoma. A Pembesaran lemah menunjukkan tumor ganas dengan
pleomorfia berat membentuk lakuna yang berisi darah. B Pembesaran kuat menunjukkan sel
sinsitiotrofoblas menutupi sel sitotrofoblas mononucleated.
Koriokarsinoma mengekspresikan keratin dan negatif untuk OCT4, PLAP, AFP,
antigen karsinoembrionik, CD30, dan vimentin. Sel sinsitiotrofoblas meng-
ekspresikan hCG, glypican 3, dan inhibin alpha, sementara sel trofoblas mononuklear
sering ditemukan positif untuk SALL4.
Gambar 3.115 Imunohistokimia
koriokarsinoma, ekspresi difus dan kuat dari
subunit-βhCG.
Informasi klinis dibutuhkan untuk menyingkirkan koriokarsinoma metastatik gonad,
meskipun metastasis ke mediastinum dari germ cell tumour gonad dapat
disingkirkan. Metastasis mediastinum dari karsinoma dengan diferensiasi buruk
dengan gambaran menyerupai koriokarsinoma merupakan salah satu diagnosis
25
banding. Kasus tunggal tumor trofoblas pada lokasi plasenta, tumor trofoblastik lain,
telah dilaporkan ditemukan pada mediastinum.
Profil Genetik
Koriokasinoma mediastinum telah dideskripsikan memiliki ciri khas isokromosom
i(12p) dari germ cell tumour maligna pascapubertas.
Prognosis dan faktor prediktif
Pada sebagian besar kasus yang dilaporkan, pasien mengalami penyebaran penyakit
segera setelah penegakan diagnosis (dengan rerata ketahanan hidup 1 – 2 bulan).
Namun, terapi dengan kemoterapi berbasis cisplatin dapat memperbaiki hasil akhir.
Teratoma Matur dan Imatur
Definisi
Teratoma adalah germ cell tumour yang terdiri dari jaringan somatik yang berasal
dari dua atau tiga lapisan germinal (ektoderm, endoderm, dan mesoderm). Teratoma
dapat diklasifikasikan sebagai teratoma matur, yang tersusun hanya dari jaringan
matur jenis dewasa; dan teratoma imatur, yang mengandung jaringan imatur,
embrionik, atau jaringan fetal secara eksklusif atau selain jaringan matur.
Epidemiologi
Teratoma adalah neoplasma langka, ditemukan pada <10% dari semua massa
mediastinum. Tumor ini terjadi pada laki – laki dan perempuan pra- dan
pascapubertas, tanpa dominasi jenis kelamin. Pada pasien prapubertas, teratoma
murni berperan sebesar 58% dari semua germ cell tumour mediastinum, dan dapat
terjadi bahkan pada janin dengan usia kehamilan 18 minggu. Pada pasien
pascapubertas, tumor ini berperan dalam 93% germ cell tumour pada perempuan dan
35% pada laki – laki. Serupa dengan germ cell tumour non – seminomatosa lainnya,
teratoma matur dan imatur (sering dihubungkan dengan jenis histologis germ cell
tumour lain) dapat terjadi pada pasien dengan sindrom Klinefelter klasik (yaitu
kariotipe 47XXY) dan, sangat jarang, sindrom Klinefelter mosaik. Teratoma imatur
jauh lebih jarang terjadi dibanding teratoma matur. Berbeda dengan teratoma matur,
26
teratoma imatur lebih sering terjadi pada laki – laki dibandingkan dengan
perempuan.
Etiologi
Etiologi tumor ini tidak diketahui, tetapi etiologi antara teratoma pra- dan
pascapubertas mungkin berbeda. Teratoma pascapubertas diduga berasal dari germ
cell tumour primordial, tetapi setidaknya beberapa teratoma prapubretas diduga
berasal dari sel punca embrionik.
Gejala Klinis
Tanda dan Gejala
Teratoma matur bersifat asimtomatik pada 50% anak dan 66% dewasa, dimana
tumor terdeteksi oleh pemeriksaan radiologis atau saat torakotomi yang tidak terkait.
Tumor dapat berukuran relatif besar, akibat pertumbuhan yang lambat dengan sedikit
gejala klinis. Kasus simtomatis berkaitan dengan nyeri dada, punggung, atau bahu;
dispneu; batuk; dan demam akibat pneumonia kronik. Gangguan pernapasan lebih
sering terjadi pada neonatus dan anak – anak dibandingkan dengan orang dewasa,
umumnya disebabkan oleh ukuran space – occupying lesion. Gejala yang jarang
terjadi antara lain adalah sindrom vena kava superior, sindrom Horner, dan
pneumothorax, yang lebih sering terjadi pada dewasa. Gejala lainnya adalah batuk
berisi rambut (trichoptisis), atau bahan lain akibat pembentukan fistula tumor –
bronkus, mungkin disebabkan oleh enzim proteolitik yang dihasilkan oleh jaringan
pankreatik eksokrin pada tumor. Ruptur tumor sangat jarang terjadi, tetapi cenderung
lebih sering ditemukan pada teratoma mediastinum dibandingkan dengan teratoma di
lokasi lain. Ruptur teratoma dapat menyebabkan efusi pleura, empiema, atau
tamponade jantung. Adanya komponen pankreas endokrin dapat menyebabkan
hiperinsulinisme dan hipoglikemia. Penanda tumor umum dalam serum (AFP dan β –
hcG) tidak mengalami peningkatan.
Teratoma lebih sering ditemukan pada mediastinum anterior, tetapi pernah
dilaporkan pada mediastinum posterior, pada intraperikardium, dan dalam
miokardium.Hydrops fetalis merupakan komplikasi teratoma mediastinum intra- dan
ekstraperikardial. Teratoma dapat meluas ke dalam satu atau kedua rongga toraks
dan menimbulkan atelektasis.
27
Pencitraan
Teratoma matur dapat didiagnosis sebagai efusi pleura masif pada foto thorax rutin.
CT merupakan modalitas utama untuk penegakan diagnosis tumor ini. Teratoma
matur tampak sebagai tumor berbatas tegas, dan menunjukkan struktur kistik
multilokuler pada hampir 90% kasus. Atenuasi bersifat heterogen, dengan berbagai
kombinasi jaringan lunak, cairan, lemak, dan kalsium. Kalsifikasi terjadi pada 26%
hingga 53% kasus. Kalsifikasi dinding tumor shell – like atau tulang dan gigi yang
teridentifikasi ditemukan pada 8% kasus.
Teratoma imatur lebih sering tampak sebagai massa padat. Tidak ada laporan
lengkap mengenai pemeriksaan radiologi untuk teratoma imatur murni.
Penyebaran tumor
Teratoma murni adalah tumor terlokalisir dan tidak ada laporan mengenai
penyebaran tumor. Namun, pada spesimen mixed germ cell tumour pasca reseksi dan
kemoterapi, komponen teratoma (baik matur maupun imatur) sering dijumpai pada
lokasi metastasis.
Lokalisasi
Teratoma dapat terjadi pada mediastinum anterior dan posterior.
Makroskopis
Teratoma mediastinum matur biasanya berupa massa berkapsel, dengan rerata
diameter sebesar 10 cm (berkisar antara 3 – 25 cm), tetapi juga terdapat adhesi di
sekitar paru atau aorta. Permukaan potongan tumor bervariasi, menunjukkan kista
unilokuler atau multilokuler dengan ukuran beragam dari milimeter hingga beberapa
sentimeter. Kista dapat berisi cairan being, bahan mukoid, debris sebasea atau
keratin, rambut, lemak, dan (kadang) gigi atau tulang.
Gambar 3.116 Teratoma matur. Tumor kistik
multilokular
28
Teratoma imatur memiliki distribusi ukuran yang serupa dengan teratoma matur.
Tumor ini memiliki konsistensi lunak hingga kenyal atau sangat fibrosa atau
kartilaginosa. Berbeda dengan teratoma matur, perdarahan dan nekrosis cukup sering
ditemukan pada teratoma imatur.
Sitologi
Diagnosis sitologi teratoma matur sulit ditegakkan. Bahan aspirat dapat bersifat
pausiseluler dengan beberapa sel skuamosa anuklear dan makrofag dengan latar
belakang proteinaseus (kistik). Adanya epitel bronkus bersilia, otot polos, dan
kartilago – komponen yang sering ditemukan pada teratoma matur – dapat dianggap
sebagai kontaminasi oleh jaringan bronkopulmoner. Latar belakang mukoid dengan
bland – looking signet ring cells juga dapat ditemui, tetapi diagnosis hanya
ditegakkan jika jenis sel lainnya juga ditemukan. Sel epitel lain, seperti asini
pankreas dan mukosa jenis intestinal, mungkin menunjukkan suatu lesi teratoma.
Gambar 3.117 Teratoma matur. Apusan terdiri
dari sel-sel epitel jinak dengan latar belakang
kistik. Tampak adanya bahan metakromatik
(bahan kartilago, pewarnaan Giemsa
modifikasi). Temuan ini mirip struktur normal.
Diagnosis sitologi teratoma dapat ditegakkan
dengan menghubungkan klinis dan radiologis.
Apusan sitologi pada teratoma imatur dapat bersifat seluler dan menunjukkan pola
sitologis dari small blue cell tumour. Sel tumor dapat terisolasi atau berkelompok
dalam agregat kecil membentuk lembaran bercabang. Sel tersebut memiliki inti kecil,
bulat, hiperkromatik dengan anak intiyang tidak mencolok dan rasio inti : sitoplasma
yang tinggi. Rosette dengan neutrofil sangat jarang ditemukan, begitu juga dengan
rhabdomioblas, kartilago imatur, dan sel stroma yang menyerupai blastema.
Diagnosis teratoma dalam spesimen sitologis atau biopsi kecil hanya ditegakkan
setelah menghubungkan hasil pemeriksaan radiologis dan serologis yang dapat
menyingkirkan mixed germ cell tumour.
Histopatologi
Teratoma Matur
29
Jaringan matur dengan 2 -3 lapisan germinal ditemukan pada tumor dengan distribusi
acak. Kulit dan kutaneus sering ditemukan membentuk lapisan kista. Meskipun
tingginya frekuensi kulit dan adneksa, teratoma monodermal (kista dermoid) sangat
jarang ditemukan pada mediastinum. Jaringan lain yang sering ditemukan adalah
mukosa bronkus dan kelenjar, mukosa usus, jaringan otak dan saraf matur, otot
polos, dan jaringan adiposa. Elemen ini dijumpai pada sekitar 80% tumor. Otot
rangka, tulang, dan kartilago lebih jarang ditemukan, dan tampak pada komponen
solid tumor. Jaringan pankreas, termasuk kelenjar eksokrin dan endokrin, ditemukan
pada 60% kasus, tetapi langka atau tidak ada pada teratoma di lokasi lain. Kelenjar
saliva, prostat, hepar, dan melanosit lebih jarang ditemukan.
Inflamasi granulomatosa ekstensif dapat dijumpai sehubungan dengan kista yang
ruptur. Jaringan sisa timus ditemukan di luar kapsul pada 75% teratoma matur.
Gambar 3.118 A Teratoma matur. Epitel kelenjar. B Teratoma matur. Tampak tulang, epitel
skuamous, dan jaringan saraf. C Komponen teratoma pada sediaan reseksi post kemoterapi.
Jaringan neurogenik menunjukkan atipia reaktif, harus dibedakan dengan transformasi somatik
atau komponen imatur. D Teratoma imatur. Neuroepitel primitif membentuk rosettes dan
kelenjar imatur.
Teratoma imatur
Tumor ini terdiri dari jaringan embrionik yang berasal dari berbagai lapisan
germinal, seperti kelenjar imatur yang dilapisi oleh sel kolumnar tinggi, paru janin,
kartilago mesenkim dan primitif, tulang, rabdomioblas, sel stroma blastema – like.
Komponen imatur yang paling sering ditemukan adalah jaringan neuroektodermal,
dengan sel neuroepitel membentuk tubulus dan rosette. Proporsi teratoma imatur
yang bergabung dengan jaringan matur bervariasi antara 20% hingga 40%. Data
yang tersedia tidak cukup untuk mendukung sistem grading teratoma imatur pada
30
mediastinum, dan beberapa penelitian menunjukkan tidak adanya signifikansi
prognostik penentuan stadium pada anak.
Komponen teratoma pada mixed germ cell tumour
Pada mixed germ cell tumour, istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan
jaringan somatik berdiferensiasi adalah komponen teratoma. Pada sisa massa yang
telah direseksi pasca kemoterapi, serta pada penyakit metastatik, komponen teratoma
sering tampak imatur atau atipik.
Imunohistokimia
Imunohistokimia umumnya tidak dibutuhkan untuk penegakan diagnosis teratoma,
tetapi dapat membantu dalam mengkarakteristikkan komponen imatur, seperti
rabdomioblas (menggunakan desmin dan myogenin), komponen neural
(menggunakan S100 dan sinaptofisin), dan kartilago imatur (menggunakan S100 dan
glial fibrillary acidic protein). Teratoma murni negatif untuk β – hCG dan CD30.
AFP umumnya ditemukan negatif, meskipun sel hepar dan neuroepitel imatur dapat
mengekspresikan AFP.
Diagnosis banding
Diagnosis banding utama adalah lesi kistik lain pada mediastinum. Tantangan
diagnostik seringkali terjadi pada spesimen sitologi atau biopsi kecil, karena temuan
elemen matur dapat menggambarkan kontaminan jaringan normal, dan bukan
gambaran nyata dari lesi. Temuan elemen imatur pada biopsi kecildapat
mengarahkan diagnosis small blue cell tumour dan sarkoma. Untuk menghindari
keadaan tersebut, dibutuhkan korelasi yang baik antara pemeriksaan radiologis dan
klinis. Pada spesimen reseksi, diagnosis banding utama adalah mixed germ cell
tumour dengan komponen teratoma. Teratoma imatur sulit dibedakan dari teratoma
dengan keganasan jenis somatik, tetapi tumor tersebut umumnya membentuk nodul
batas tegas di dalam massa tumor, dan menunjukkan atipia sitologi yang nyata serta
tidak ditemukan invasif pada teratoma imatur murni. Komponen teratoma dari
spesimen pasca kemoterapi yang telah direseksi dapat menunjukkan atipia seluler
yang signifikan, dan harus dibedakan dari keganasan jenis somatik.
31
Profil Genetik
Berbeda dengan germ cell tumour maligna, teratoma matur dan imatur yang
dianalisis dan dilaporkan hingga saat ini tidak menunjukkan penambahan atau
pengurangan genetik. Kasus langka teratoma imatur pada dewasa menunjukkan
t(6;11) yang berkaitan dengan risiko tinggi metastasis hematogen dan kematian.
Prognosis dan faktor prediktif
Teratoma matur pada mediastinum memiliki prognosis yang baik setelah reseksi
komplit pada semua kelompok usia. Pada bayi, tumor dapat berukuran cukup besar,
dan berhubungan dengan kelainan perkembangan akibat kompresi struktur sekitar
selama perkembangan.
Prognosis teratoma imatur murni masih diperdebatkan, akibat kurangnya
pengalaman. Pada anak, teratoma imatur murni memiliki prognosis yang baik, tanpa
risiko rekurensi atau metastasis. Pada dewasa, sebagian besar penelitian juga
menunjukkan prognosis yang baik, tanpa rekurensi setelah eksisi komplit.
Mixed Germ Cell Tumour
Definisi
Mixed germ cell tumour adalah neoplasma yang terdiri dari dua atau lebih jenis germ
cell tumour. Diagnosis harus disertai dengan daftar komponen germ cell tumour dan
perkiraan proporsinya.
Sinonim
Teratoma maligna intermediate, teratokarsinoma
Epidemiologi
Pada individu dewasa, mixed germ cell tumour berperan dalam 16% dari semua germ
cell tumour pada mediastinum, urutan kedua setelah teratoma dan seminoma. Hampir
semua pasien berjenis kelamin laki – laki. Pada anak,mixed germ cell tumour
32
ditemukan pada sekitar 20% dari semua germ cell tumour pada mediastinum. Pada
anak berusia <8 tahun, beberapa penelitian (tetapi tidak semua) telah melaporkan
dominasi perempuan, sementara semua pasien berusia >8 tahun adalah laki – laki.
Komponen mixed germ cell tumour pra- dan pascapubertas memiliki perbedaan.
Pada anak, sebagian besar tumor merupakan kombinasi dari yolk sac tumour dan
teratoma (matur dan imatur). Jenis lainnya hampir tidak ditemukan pada 4 tahun
pertama kehidupan.
Pada dewasa, dua komponen yang paling sering ditemukan adalah teratoma (rerata
65% dari kasus, berkisar antara 50% - 73%) dan karsinoma embrional (rerata 66%
kasus, berkisar antara 22% hingga 100%). Komponen yang lebih jarang ditemukan
adalah yolk sac tumour (rerata pada 48% kasus, kisaran dari 0% hingga 83%),
seminoma (rerata pada 38% kasus, berkisar antara 22% - 50%), dan choriocarcinoma
(rerata pada 28% kasus, berkisar antara 10% - 67%). Komponen teratoma lebih
sering berupa imatur daripada matur. Mixed germ cell tumour mediastinum pada
dewasa (bukan anak – anak) seringkali berhubungan dengan keganasan somatik.
Etiologi
Mixed germ cell tumour dapat berkaitan dengan sindrom Klinefelter.
Gejala klinis
Hanya sekitar 10% mixed germ cell tumour bersifat asimtomatik saat penegakan
diagnosis. Sebagian besar pasien datang dengan gejala serupa dengan germ cell
tumour lain pada mediastinum: nyeri dada, batuk, dispneu, suara serak, sindrom vena
kava superior, dan tamponade jantung. Pubertas prekoks dan ginekomastia jarang
terjadi. Pada kasus langka, gejala endokrinologi yang disebabkan oleh produksi β–
hCG mungkin mendahului diagnosis tumor selama bertahun – tahun. Sebagian kecil
pasien pasien datang dengan gejala yang ditimbulkan oleh metastasis.
Sebagian besar kasus (sekitar 90%) menunjukkan peningkatan kadar penanda tumor
serum. Peningkatan AFP (pada sekitar 80% kasus) berkaitan erat dengan adanya
komponen yolk sac tumour, meskipun sel hepatoid teratoma dan
neuroepitelteratomajuga dapat menghasilkan AFP dalam jumlah kecil. Peningkatan
kadar β–hCG (pada sekitar 30% kasus) terjadi pada mixed germ cell tumour dengan
komponen koriokarsinoma atau dengan sinsitotrofoblas.
33
Pemeriksaan radiologis umumnya menunjukkaan massa inhomogen berukuran besar
dengan nekrosis, perdarahan, dan infiltrasi pada struktur sekitar. Adanya ronga kistik
atau jaringan adiposa menunjukkan komponen teratoma.
Sebagian besar mixed germ cell tumour menunjukkan infiltrasi ekstensif ke
struktur mediastinum dan organ sekitar. Angka metastasis yang dilaporkan saat
diagnosis ditegakkan sangat beragam, mulai dari 20-36% hingga >80%. Lokasi
metastasis tersering adalah paru, pleura, kelenjar getah bening, hepar, tulang, dan
otak.
Lokalisasi
Mixed germ cell tumour terjadi pada mediastinum anterior.
Makroskopis
Tumor ini sering menginfiltrasi dan menunjukkan permukaan yang heterogen dengan
tumor padat kenyal yang diselingi oleh area perdarahan dan nekrosis. Adanya rongga
kistik umumnya mengindikasikan suatu komponen teratoma. Ukuran tumor berkisar
antara 3 – 20 cm, dengan rerata ukuran 10 cm.
Gambar 3.119Mixed germ cell tumour.
Makroskopis mixed germ cell tumour dari
mediastinum anterior, reseksi setelah 4 siklus
kemoterapi BEP pada pria 27 tahun; kadar
AFP menurun dari 1100 ke 40,8 ng/ml.
Pemeriksaan patologis menunjukkan fokus
yolk sac tumour dikaitkan dengan komponen
teratoma.
Sitologi
Diagnosis sitologi mixed germ cell tumour sulit ditegakkan, karena hanya satu
elemen yang mungkin ditemukan dalam sediaan. Gambaran sitomorfologi komponen
germ cell tumour serupa dengan gambaran untuk mixed germ cell tumour murni
(lihat Seminoma, Karsinoma embrional, dan Yolk sac tumour, hal. 244-254).
Diagnosis sitologi harus selalu dihubungkan dengan gambaran klinis, serologis, dan
radiologis.
Histopatologi
34
Berbagai jenis germ cell tumour dapat terjadi pada kombinasi apapun, dan
morfologinya serupa dengan morfologi mixed germ cell tumour murni. Komponen
germ cell tumour dapat terpisah (diskret) atau (lebih sering) berseling. Frekuensi
berbagai jenis germ cell tumour yang dilaporkan sangat bervariasi dalam literatur
(lihat di atas).
Gambar 3.120Mixed germ cell tumour mediastinum. A Bagian atas menunjukkan karsinoma
embrional dengan pola pertumbuhan solid sampai glandular; bagian bawah menunjukkan teratoma
terdiri dari kelenjar yang dilapisi oleh sel yang tampak jinak. B Komponen karsinoma embrional
(bagian bawah) bercampur dengan komponen teratoma (bagian atas), memberikan kesan maturasi
dari bentuk komponen teratoma. C Komponen karsinoma embrional (bagian kiri) bercampur
dengan komponen yolk sac tumour (bagian kanan), yang menunjukkan pola pertumbuhan
mikrokistik dan sel-sel kecil dengan beberapa anak inti terlihat.
Pada anak – anak, berbeda dengan orang dewasa, komponen teratoma lebih sering
bersifat matur daripada imatur. Label diagnostik poliembrioma sering digunakan
ketika terdapat badan embrioid prominen pada tumor pascapubertas (dinamakan
demikian karena menyerupai embrio). Tumor ini dikarakteristikkan oleh diskus
embrionik sentral yang dibentuk oleh sel kolumnar pseudostratified, dengan kavitas
amnion yang dilapisi oleh sel gepeng sampai kuboid pada satu sisi diskus dan yolk
sac pada sisi sebelahnya, dikelilingi oleh mesenkim yang longgar. Poliembrioma
terdiri dari mixed germ cell tumour dengansetidaknya komponen karsinoma
embrional dan yolk sac tumour.
Histologi metastasis
Histologi metastasis umumnya menggambarkan histologi germ cell tumourprimer
atau salah satu komponennya, tetapi histologi germ cell tumour lain dan keganasan
jenis somatik juga dapat terjadi, terutama setelah kemoterapi.
Histologi pasca kemoterapi, termasuk growing teratoma syndrome
Setelah kemoterapi, sisa tumor non – teratoma yang viabel ditemukan pada hampir
50% kasus, bahkan setelah normalisasi penanda tumor dalam serum. Pada kasus
35
yang tersisa, nekrosis, struktur teratoma, infiltrat inflamasi (seperti reaksi
xanthogranuloma) dan fibrosis dapat terjadi. Kemoterapi dapat membuka tumor jenis
somatik atau komponen teratoma yang sebelumnya terabaikan. Metastasis tidak
selalu menggambarkan histologi sisa tumor viabel di lokasi primer.
Selama atau setelah kemoterapi, pasien dengan germ cell tumour dapat menunjukkan
: 1) normalisasi penanda tumor dan resolusi massa tumor (10%), 2) peningkatan
penanda tumor dan massa tumor yang persisten akibat resistensi terhadap kemoterapi
(10%), atau 3) normalisasi penanda tumor dengan massa tumor residual (80%). Pada
kelompok terakhir, sebanyak 10-20% pasien menunjukkan pembesaran tumor, yang
dapat berkaitan dengan komponen germ cell tumour resisten kemoterapi yang tidak
mensekresikan AFP atau βhCG, terjadinya keganasan jenis somatik, atau growing
teratoma syndrome. Growing teratoma syndrome adalah komplikasi langka dari
mixed germ cell tumour, dan didefinisikan oleh pertambahan ukuran tumor selama
atau setelah kemoterapi, normalisasi penanda tumor dalam serum, dan ditemukannya
teratoma matur hanya pada pemeriksaan histologis dari spesimen tumor yang
direseksi. Massa mediastinum yang terus tumbuh dapat bersifat asimtomatik atau
dapat menimbulkan gejala seperti demam, dispnea, perburukan kardiopulmoner,
kadang membutuhkan intervensi bedah segera. Penyebaran limfatik dapat melibatkan
kelenjar getah bening mediastinum dan supraklavikula. Komplikasi lambat adalah
pembentukan NSGCT maligna lokal atau metastatis dan pembentukan sarkoma jenis
somatik, karsinoma, atau leukemia.
Imunohistokimia
Profil imunohistokimia dari komponen mixed germ cell tumour individual serupa
dengan komponen dari tumor murni.
Gambar 3.121Mixed germ cell mediastinum (karsinoma embrional dan yolk sac tumour). A
Pewarnaan imuno untuk OCT4 secara selektif mewarnai komponen karsinoma embrional. B
Pewarnaan imuno untuk SALL4 mewarnai komponen yolk sac tumour (dimana OCT4-negatif),
dan juga mewarnai komponen karsinoma embrional.
36
Diagnosis banding
Karsinoma embrional atau seminoma yang mengandung sel sinsitiotrofoblas yang
tersebar tidak dianggap sebagai mixed germ cell tumour, tetapi dikelompokkan
sebagai germ cell tumour. Berbeda dengan koriokarsinoma, sel ini tidak memiliki
komponen sitotrofoblas yang bergabung dengan sinsitiotrofoblas untuk membentuk
pola bilaminar.
Profil genetik
Pada dewasa dan anak berusia >8 tahun, i(12p) dan kelainan kromosom jenis
kelamin (sering berhubungan dengan sindrom Klinefelter) merupakan kelainan yang
paling sering rekuren pada mixed germ cell tumour mediastinum. Perubahan rekuren
lainnya adalah penambahan kromosom 21 dan hilangnya kromosom 13. Kelainan ini
juga terjadi pada komponen teratoma matur dan/atau komponen ganas jenis somatik
pada mixed germ cell tumour, sedangkan teratoma murni umumnya tidak memiliki
ketidakseimbangan genetik.
Pada anak usia <8 tahun, i(12p) tidak terjadi, dan penambahan kromosom X dan
trisomi 21 merupakan temuan langka. Tetapi, penambahan 1q, 3, dan 20q, dan
kehilangan 1p, 4q, dan 6q sering ditemukan pada yolk sac tumour; elemen teratoma
tidak menunjukkan kelainan kromosom.
Prognosis dan faktor prediktif
Pada dewasa, mixed germ cell tumour menunjukkan angka ketahanan hidup jangka
panjang sebesar 40 – 50%, dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara mixed
NSGCT atau NSGCT murni. Stadium tumor yang tinggi (terutama metastasis ke
otak, hepar, paru, dan tulang) serta peningkatan kadar βhCG merupakan faktor risiko
utama untuk hasil akhir buruk dengan mixed germ cell tumour, begitu juga untuk
NSGCT. Kemoterapi modern berbasis cisplatin dan reseksi merupakan tatalaksana
utama.
Pada anak, prognosis mixed germ cell tumour (teratoma dan yolk sac tumour) tidak
berbeda dengan yolk sac tumour murni; Angka ketahanan hidup 5 tahun sebesar
>80% dapat dicapai dengan terapi modern. Stadium tumor lokal, metastasis jauh, dan
kadar AFP tidak memiliki signifikansi prognostik pada rangkaian kasus anak dengan
NSGCT yang memasukkan 24% mixed germ cell tumour. Pada anak kecil, mixed
37
germ cell tumour yang terdiri dari teratoma dengan hanya fokus minor yolk sac
tumour memiliki prognosis yang baik setelah reseksi komplit dan kemoterapi.
Rangkaian kasus skala kecil menyatakan bahwa komponen seminoma ekstensif
memiliki dampak menguntungkan terhadap kelangsungan hidup, sedangkan
komponen choriocarcinoma cenderung memiliki perjalanan klinis yang agresif.
Faktor prognostik pasca kemoterapi
Temuan pasca kemoterapi merupakan faktor prognostik terpenting dalam era terapi
multimodalitas. Respon komplit primer (misalnya normalisasi kadar penanda tumor
dan hilangnya massa mediastinum setelah kemoterapi) terjadi pada 10% pasien
dengan NSGCT, dan berkaitan dengan angka ketahanan hidup jangka panjang
sebesar 80%. Sekitar 20% pasien mengalami relaps, umumnya dalam 2 tahun setelah
kemoterapi, dan sesuai untuk menjalani salvage therapy.
Dari pasien yang menunjukkan normalisasi penanda tumor dan sisa massa tumor
(80% pasien), reseksi secara lengkap merupakan faktor prognostik terpenting baik
pada pasien dewasa maupun anak – anak. Angka tindakan penyelamatan setelah
reseksi inkomplit sebesar <10% pada dewasa dan <50% pada anak – anak.
Histologi pasca kemoterapi memiliki pengaruh terhadap prognosis: tidak adanya sel
tumor yang viabel berkaitan dengan 90% disease free survival rate, dan angka
tersebut menurun menjadi 60% jika terdapat teratoma viabel (termasuk growing
teratoma syndrome). Adanya germ cell tumour non – teratoma yang viabel atau
keganasan jenis somatik memiliki angka ketahanan hidup sebesar 30% dan <10%.
Pasien dengan peningkatan penanda tumor yang persisten memiliki prognosis yang
lebih buruk dibandingkan pasien yang mengalami normalisasi penanda tumor,
meskipun tumor yang viabel terdeteksi hanya pada setengah spesimen yang direseksi
dari kedua kelompok. Relaps setelah kemoterapi dan pembedahan, dan resistensi
primer terhadap kemoterapi merupakan faktor prognosis yang buruk, berakibat
rendahnya angka kelangsungan hidup.
Germ Cell Tumour dengan Keganasan Solid Tipe Somatik
Definisi
38
Germ cell tumour dengan keganasan solid tipe somatik adalah germ cell tumour pada
mediastinum yang disertai oleh komponen maligna non–germ cell (yaitu tipe
somatik) dari sarkoma atau karsinoma.
Germ cell tumour dengan kaitan keganasan hematologi (lihat hal. 265) adalah varian
dari germ cell tumour pada mediastinum yang unik dengan keganasan tipe somatik.
Sinonim
Germ cell tumour dengan transformasi keganasan; germ cell tumour dengan
keganasan non –germ cell.
Epidemiologi
Secara keseluruhan, germ cell tumour dengan keganasan tipe somatik sangat langka,
hanya sekitar 2% dari semua germ cell tumour pada laki – laki. Namun, sekitar 25 –
30% kasus ini terjadi di mediastinum, dan keganasan tipe somatik tampaknya lebih
sering muncul pada tumor mediastinum dibandingkan pada tumor primer gonad atau
retroperitoneum. Germ cell tumourdengan keganasan tipe somatik dapat terjadi pada
pasien dengan sindrom Klinefelter. Sejumlah besar germ cell tumour merupakan
jenis campuran (mixed) atau teratoma, tetapi keganasan tipe somatik juga ditemukan
pada yolk sac tumour murni dan seminoma. Dengan beberapa pengecualian, tumor
ini terjadi pada laki – laki dewasa, dengan insidensi puncak antara usia 20 – 40
tahun. Keganasan padat tipe somatik dapat muncul pada germ cell tumour primer
atau hanya pada metastasis. Keadaan ini lebih sering terjadi setelah kemoterapi dan
pada relaps tumor lambat.
Etiologi
Etiologi keganasan tipe somatik tidak diketahui. Keadaan ini bukan akibat langsung
dari kemoterapi berbasis cisplatin pada germ cell tumour mediastinum. Terdapat
bukti bahwa sel dari germ cell tumour maligna menunjukkan plastisitas tinggi dan
pluripotensi (atau bahkan totipotensi), yang dapat menjelaskan munculnya sel
dengan diferensiasi jenis jaringan somatik. Sel ganas dapat mempertahankan
beberapa sifat fungsional bagian lain yang dianggap normal:yolk sac berasal dari
embriologis umum dari primordial germ cells dan progenitor hematopoietik, yang
dapat menjelaskan hubungan khusus dari yolk sac tumour dengan keganasan
hematologis. Namun, hubungan antara yolk sac tumour dan keganasan hematologis
39
hanya terdapat pada mediastinum, dan tidak dijumpai pada yolk sac tumour pada
gonad. Data yang tersedia mendukung kesimpulan bahwa germ cell tumour dan
komponen keganasan jenis somatik berhubungan secara klonal.
Gambaran Klinis
Germ cell tumour dengan keganasan solid tipe somatik menunjukkan gejala lokal
yang sama dengan germ cell tumour mediastinum lain, tetapi tumor ini lebih sering
simtomatik (pada sekitar 90% kasus) dibandingkan dengan teratoma murni (pada
sekitar 50% kasus ). Gejala akibat penyakit metastatik dapat menyertai atau
mengikuti gejala lokal. Hampir semua kasus menunjukkan peningkatan AFP
dan/atau βhCG dalam serum. Penanda tumor lain (misalnya carcinoembryonic
antigen (CEA) atau neuron – spesific enolase) dapat mengalami peningkatan
tergantung pada komponen ganas yang terdapat pada tumor.Germ cell tumour
dengan keganasan solid tipe somatik telah dijelaskan berkaitan dengan sindrom
hemofagositik yang fatal.
Pemeriksaan radiologis umumnya menunjukkan massa solid(menggambarkan
sarkoma atau komponen karsinoma) yang berkaitan dengan struktur teratoma kistik
atau lesi yang menunjukkan atenuasi heterogen, area dominan dengan pengingkatan
elemen jaringan lunak, kalsifikasi, dan nekrosis masif.
Tumor menginfiltrasi ke struktur mediastinum dan paru. Metastasis telah dilaporkan
pada mayoritas kasus, dan melibatkan paru-paru, kelenjar getah bening regional,
tulang, otak, hepar, dan limpa. Metastasis dapat terdiri dari tumor tipe somatik, germ
cell tumour, atau salah satu komponen, atau keduanya.
Lokalisasi
Germ cell tumour dengan keganasan tipe somatik muncul pada mediastinum anterior.
Makroskopis
Germ cell tumourmemiliki rentang ukuran dari 6 cm hingga 30 cm. Tumor ini
biasanya menunjukkan permukaan potongan yang kistik dan bervariasi, dengan area
nekrosis fokal. Komponen keganasan tipe somatik tampak lunak dan keabuan
40
(karsinoma atau sarkoma) atau perdarahan (misalnya, angiosarkoma), dan seringkali
melekat pada struktur mediastinum sekitar.
Gambar 3.122Germ cell tumour mediastinum
dengan keganasan tipe somatik. Spesimen post
kemoterapi ini sebagian besar nekrotik, dengan
area fokal dari matur teratoma viabel dan yolk
sac tumour. Histologi menunjukkan keganasan
tipe somatik (sarkoma).
Histopatologi
Teratoma matur dan imatur, seminoma, yolk sac tumour, dan mixed germ cell tumour
dapat berhubungan dengan berbagai sarkoma (pada 63% kasus), karsinoma (pada
37% kasus), atau kombinasi sarkoma dan karsinoma. Keganasan somatik dapat
diselingi dengan komponen germ cell tumour, atau dapat membentuk proliferasi
noduler luas dari sel atipik, sering dengan peningkatan jumlah mitosis dan nekrosis.
Rabdomiosarkoma embrionalmerupakan keganasan tipe somatik yang paling sering
terjadi. Angiosarkoma, leiomiosarkoma, dan neuroblastoma juga cukup sering
ditemukan, tetapi sarkoma jenis apapun (seperti kondrosarkoma, osteosarkoma,
tumor ganas pada selubung saraf perifer, tumor neuroektodermal primitif,
glioblastoma, dan liposarkoma) dapat terjadi. Keganasan epitel yang berkaitan
dengan germ cell tumour sebagian besar merupakan tipe adenokarsinoma, termasuk
adenoskuamous dan karsinoma sel skuamosa, sementara tumor karsinoid sangat
jarang terjadi.
Gambar 3.123Germ cell tumour dengan keganasan solid tipe somatik. A Teratoma matur
mediastinum dengan kista epitel dan tulang (tanda panah hitam) dan karsinoma neuroendokrinm
(tanda panah terbuka); kedua komponen menunjukkan penambahan kromosom 12 (inset) B
Adenokarsinoma tipe enterik pada teratoma matur mediastinum.
Imunohistokimia
41
Komponen keganasan tipe somatik terwarnai seperti tumor di bagian tubuh lainnya,
dan umumnya tidak mengekspresikan penanda germ cell tumour seperti PLAP, AFP,
atau βhCG. Namun, rhabdomioblas, rhabdomiosarkoma embrional, dan
leiomiosarkoma dapat mengekspresikan PLAP, dan karsinoma hepatoid dapat
ditemukan positif untuk AFP.
Diagnosis Banding
Germ cell tumour dengan keganasan tipe somatik mungkin sulit dibedakan dari
teratoma imatur. Atipia yang jelas dan pertumbuhan infiltratif mendukung keganasan
tipe somatik. Atipia yang diinduksi oleh kemoterapi umumnya terdistribusi secara
difus di seluruh tumor, sementara keganasan tipe somatik adalah suatu proses fokal,
sering membentuk massa dan menginvasi struktur sekitar. Rhabdomioblas yang
tersebar merupakan gambaran yang sering dijumpai pada teratoma matur dan imatur,
dan tidak memastikan diagnosis rhabdomiosarkoma, kecuali menunjukkan
pembentukan tumor noduler dan/atau infiltrasi struktur sekitar. Rhabdomioblas
sangat jarang terjadi pada karsinoma timus, tetapi tumor tersebut secara morfologis
berbeda dari germ cell tumour dan sering mengekspresikan CD5, dan rhabdomioblas
tidak menunjukkan atipia atau aktivitas proliferatif.
Profil Genetik
Genotipe isokromosom i(12p) yang juga dimiliki oleh neoplasia tipe somatik dan
komponen germ cell tumour terkait merupakan gambaran khas. Pada satu kasus
rhabdomiosarkoma terkait teratoma, kelainan genetik khas berupa penambahan
(2)q35-37 pada rhabdomiosarkoma ditemukan pada sarkoma, tetapi bukan komponen
germ cell, menunjukkan bahwa penyimpangan kromosom sekunder spesifik jaringan
mungkin dibutuhkan untuk pembentukan keganasan tipe somatik pada germ cell
tumour.
Prognosis dan Faktor Prediktif
Adanya keganasan tipe somatik pada germ cell tumour memberikan prognosis yang
buruk.
Tidak ada respon terhadap kemoterapi yang digunakan untuk tatalaksana germ cell
tumour, dan tatalaksana harus disesuaikan berdasarkan perubahan histologi. Hanya
sebagian kecil pasien yang bertahan setelah kemoterapi dan reseksi bedah komplit
42
pada tumor mediastinum. Infiltrasi lokal lanjut, metastasis, dan reseksi inkomplit
merupakan faktor prognosis buruk, sedangkan jenis keganasan somatik pada biopsi
primer tidak memiliki dampak besar terhadap kelangsungan hidup. Persistensi tumor
yang viabel setelah kemoterapi menunjukkan hasil akhir yang buruk. Median
ketahanan hidup sekitar 9 bulan.
Germ Cell Tumour dengan Keganasan Hematologi Terkait
Definisi
Germ cell tumour dengan keganasan hematologi terkait adalah germ cell tumour
yang disertai dengan keganasan hematologis yang berkaitan secara klonal dengan
germ cell tumour yang mendasari. Kaitan ini adalah varian dari keganasan tipe
somatik yang unik pada germ cell tumour mediastinum. Keganasan hematologi dapat
melibatkan mediastinum, atau muncul sebagai infiltrasi sumsum tulang atau organ
limfatik, leukemia, atau sarkoma mieloid. Keganasan hematopoietik yang
ditimbulkan oleh kemoterapi tidak termasuk dalam kategori ini.
Epidemiologi
Keganasan hematologis terjadi pada 2 – 6% germ cell tumour non – seminoma
mediastinum (yaitu pada 0.5% - 1.5% dari semua germ cell tumour mediastinum),
tetapi hampir tidak pernah terjadi pada germ cell tumour di lokasi lain. Pasien
umumnya adalah remaja atau dewasa muda (usia pasien berkisar dari 9 – 48 tahun),
dan hampir semua pasien adalah laki – laki. Sekitar 10 – 20% kasus berhubungan
dengan sindrom Klinefelter.
Etiologi
Diduga bahwa primordial germ cell totipoten atau pluripoten mencetuskan klon
leukemik. Selain itu, adanya fokus haematopoiesis ekstrameduler hematopoiesis
dalam komponen yolk sac tumour (yang telah didokumentasikan pada beberapa
43
kasus germ cell tumour mediastinum) menunjukkan kemungkinan alternatif bahwa
keganasan hematologis dapat terjadi dari sel hematopoietik jenis somatik.
Hubungan antara germ cell tumour mediastinum dan keganasan hematologis telah
diketahui sejak tahun 1970-an. Asal dari sel pluripoten derivat dari germ cell
tumourdan independensi dari radiokemoterapi sebelumnya telah menjadi hipotesis
sejak tahun 1980-an. Studi genetik menunjukkan penyimpangan kromosom yang
dimiliki oleh germ cell tumour dan keganasan hematologis terkait, memberikan bukti
hubungan klonal. Hematopoiesis ekstrameduler pada subgrup germ cell tumour
mediastinum menunjukkan bahwa prekursor hematopoietik tersebut dapat menjadi
alternatif asal. Predileksi sindrom untuk germ cell tumour mediastinum belum dapat
dijelaskan. Diduga bahwa ekspresi faktor pertumbuhan hematopoietik dan faktor
diferensiasi pada beberapa germ cell tumour mediastinum dapat memicu diferensiasi
primordial germ cell menjadi keturunan (progeny) hematopoietik. Profil faktor
diferensiasi yang diekspresikan mungkin juga mendasari komitmen transformed
precursor terhadap garis keturunanmegakariositik dan monositik. Leukemia
ekstramediastinum dan mediastinum yang terjadi bersamaan menunjukkan
imunofenotipe dan genotipe yang setara, menggambarkan penyebaran sel tumor
hematopoietik dari germ cell tumour ke darah, sumsum tulang, dan lokasi
ekstrameduler.
Gejala Klinis
Gejala klinis yang paling sering ditemukan saat penegakan diagnosis kelainan
hematologis antara lain adalah pansitopenia, hepatosplenomegali, dan
trombositopenia – masing – masing terjadi pada 20-35% kasus. Komplikasi
perdarahan dan infeksi disebabkan oleh sitopenia pada sindrom mielodisplastik, dan
leukemia akut juga cukup sering terjadi. Komplikasi tromboembolik (akibat
trombositosis dan hiperplasia megakariotik) dan pembentukan massa mediastinum
(akibat sarkoma myeloid) sangat jarang terjadi. Gejala klinis lainnya adalah lesi kulit
leukemik, flushing, dan terjadinya sindrom hemofagositik. Komplikasi hematologi
dapat menyertai, terjadi setelah, atau mencetuskan gejala lokal. Leukemia paling
sering tampak dalam satu tahun pertama setelah diagnosis germ cell tumour
ditegakkan (pada median 6 bulan setelah diagnosis, dengan rentang 0 – 122 bulan).
Tidak ada peningkatan risiko secara keseluruhan untuk tumor sekunder lainnya pada
pasien dengan germ cell tumour mediastinum.
44
Lokalisasi
Germ cell tumour dengan keganasan hematologis terkait terjadi di mediastinum
anterior.
Makroskopis
Gambaran kasar serupa dengan non – seminomatous malingnat germ cell tumour.
Histopatologi
Germ cell tumour yang mendasari keganasan hematologi umumnya adalah germ cell
tumour non – seminoma maligna – paling sering adalah yolk sac tumour atau mixed
germ cell neoplasia dengan komponen yolk sac, meskipun teratoma imatur dan
mixed germ cell tumour dengan sarkoma tipe somatik juga ditemukan. Kategori
keganasan hematologi yang dilaporkan adalah : leukemia akut, sarkoma histiositik
diseminata (histiositosis maligna) dan (sangat jarang) proliferasi histiositik
terlokalisir, sindrom mielodisplastik, penyakit mieloproliferatif, dan mastositosis. Di
antara leukemia akut, leukemia megakarioblastik akut dan leukemia mieloid akut
dengan diferensiasi monositik merupakan jenis leukemia tersering, terjadi pada
sekitar setengah dari semua kasus. Leukemia mieloid akut, differentiated;
eritroleukemia; leukemia akut undifferentiated; dan leukemia limfoblastik akut juga
telah dideskripsikan.
Gambar 3.124Germ cell tumour mediastinum yang berkaitan dengan keganasan hematologik.
A Biopsi sumsum tulang menunjukkan sindrom mielodisplastik high-grade (anemia refrakter
dengan banyak blas); perhatikan pertambahan jumlah blas dan adanya dismegakariopoiesis
berat. B Preparat sentuh sumsum tulang dari biopsi yang sama, menunjukkan sindrom
mielodisplastik high-grade (anemia refrakter dengan banyak blas); perhatikan adanya
dismegakariopoiesis berat.
Sindrom mielodisplastik antara lain adalah anemia refrakter dengan blast berlebih
dan kasus dengan hiperplasia megakariositik. Mielodisplasia dapat mencetuskan
45
leukemia mieloid akut. Trombositemia esensial dan mielofibrosis primer adalah jenis
dari neoplasma mieloproliferatif yang terjadi dalam kaitannya dengan germ cell
tumour mediastinum. Leukemia dapat menginfiltrasi germ cell tumour yang
mendasari secara fokal atau difus, atau dapat membentuk lesi menyerupai tumor
(sarkoma mieloid) pada mediastinum. Manifestasi ekstramediastinum (misalnya
organomegali dan leukemia) dapat terjadi tanpa atau dengan adanya keganasan
hematopoietik yang terdeteksi pada germ cell tumour mediastinum.
Imunohistokimia
Interpretasi temuan sitokimia pada apusan darah atau sumsum tulang dan profil
imunofenotipik mengikuti kriteria Klasifikasi tumor hematopoietik dan jaringan
limfoid oleh WHO. CD34 dan deoxynucleotidyl transferase terminal dapat digunakan
untuk mengidentifikasi adanya blast. Pewarnaan imunohistokimia yang bermanfaat
untuk myeloid – associated antigen antara lain adalah mieloperoksidase, CD33,
CD117, CD68, CD14, CD163, lisozim, CD61 (atau CD42b), dan CD71 (atau
glycophorin). Selain itu, CD10, CD19, CD79A, CD7, dan CD3 juga bermanfaat
untuk menyingkirkan kemungkinan leukemia limfoblastik akut. Jika dicurigai adanya
blastic plasmacytoid dendritic cell tumour, maka pemeriksaan CD123, CD4, dan
CD56 harus ditambahkan.
Gambar 3.125Germ cell tumour mediastinum dengan diferensiasi hematopoetik. A Perhatikan
adanya sel hematopoetik pada pembuluh darah yolk sac tumour. B Proliferasi intravascular dari
prekursor myeloid imatur menunjukkan imunoreaktivitas mieloperoksidase.
Diagnosis banding
Keganasan hematologis yang berkaitan secara klonal harus dibedakan dari sindrom
mielodisplastik sekunder dan leukemia mieloid akut yang berkaitan dengan regimen
kemoterapi penyelamatan (termasuk terapi etoposide) pada pasien dengan germ cell
tumour mediastinum. Pada rangkaian kasus besar, sindrom mielodisplastik sekunder
dan leukemia mieloid akut terjadi pada 0,7% dan 1,3% kasus. Leukemia mieloid akut
46
terkait kemoterapi tidak menunjukkan i(12p) dan umumnya bermanifestasi lambat
(25 – 60 bulan setelah kemoterapi) dibandingkan dengan leukemia mieloid akut
terkait germ cell tumour (yang memiliki median waktu hingga onset setelah
kemoterapi selama 6 bulan, berkisar dari 0 hingga 122 bulan).
Profil genetik
Isokromosom i(12p) adalah penanda kromosom yang paling umum dan spesifik yang
dimiliki oleh germ cell tumour dan keganasan hematologi terkait. Keganasan
hematologi juga dapat memiliki perubahan genetik lain yang lebih sering ditemukan
pada berbagai keganasan hematologi – seperti del(5q) dan trisomi 8 –
menggambarkan bahwa penyimpangan yang tidak spesifik untuk germ cell tumour
menentukan fenotipe keganasan hematologi terkait.
Prognosis dan faktor prediktif
Terjadinya leukemia akut terkait klonal pada pasien dengan germ cell tumour
mediastinum merupakan salah satu faktor prognostik terburuk. Dalam sebuah
rangkaian kasus yang dipublikasikan, tidak ada pasien yang dilaporkan bertahan
selama >2 tahun setelah onset leukemia; median kelangsungan hidup sekitar 6 bulan.
Leukemia ini tampaknya bersifat refrakter terhadap protokol terapi saat ini, termasuk
induksi kemoterapi agresif dan transplantasi sumsum tulang alogenik. Namun,
perjalanan klinis pada pasien dengan neoplasma mieloproliferatif lebih panjang.