Gangguan Mental Organik

7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan Mental Organik Gangguan mental organik merupakan sebuah gangguan mental yang memiliki dasar organik yang patologis yang juga bisa diidentifikasi seperti halnya penyakit serebral vaskular, tumor otak, intoksikasi obat-obatan, dll. Secara umum, ganguan mental seperti ini bisa diklasifikasikan menjadi 3 kelompok berdasarkan kepada gejala utamanya yang merupakan gangguan berbahasa, gangguan kognitif seperti halnya penurunan daya ingat, dan juga gangguan perhatian (Tasman et al, 2008). Di DSM III R, delirium, demensia, gangguan amnestik dan gangguan kognitif lainnya termasuk di bagian “gangguan mental organik,” yang termasuk gangguan karena kondisi medis umum atau penggunaan zat. Sejak DSM IV, penggunaan istilah organik disingkirkan karena implikasi bahwa gangguan-gangguan yang tidak tertera di bagian tersebut (skizofrenia, gangguan bipolar, dll.) tidak memiliki komponen organik (Tasman et al, 2008). DSM IV menggantikan setiap unit gangguan mental organik (contohnya gangguan mood organik) dengan dua komponen dari gangguan tersebut (gangguan mood karena kondisi

description

gmo

Transcript of Gangguan Mental Organik

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gangguan Mental OrganikGangguan mental organik merupakan sebuah gangguan mental yang memiliki dasar organik yang patologis yang juga bisa diidentifikasi seperti halnya penyakit serebral vaskular, tumor otak, intoksikasi obat-obatan, dll. Secara umum, ganguan mental seperti ini bisa diklasifikasikan menjadi 3 kelompok berdasarkan kepada gejala utamanya yang merupakan gangguan berbahasa, gangguan kognitif seperti halnya penurunan daya ingat, dan juga gangguan perhatian (Tasman et al, 2008). Di DSM III R, delirium, demensia, gangguan amnestik dan gangguan kognitif lainnya termasuk di bagian gangguan mental organik, yang termasuk gangguan karena kondisi medis umum atau penggunaan zat. Sejak DSM IV, penggunaan istilah organik disingkirkan karena implikasi bahwa gangguan-gangguan yang tidak tertera di bagian tersebut (skizofrenia, gangguan bipolar, dll.) tidak memiliki komponen organik (Tasman et al, 2008).DSM IV menggantikan setiap unit gangguan mental organik (contohnya gangguan mood organik) dengan dua komponen dari gangguan tersebut (gangguan mood karena kondisi medis umum dan karena penggunaan zat). Karena peran pada diagnosis diferensial dari gangguan kognitif, delirium, demensia dan gangguan amnestik termasuk dalam kelas diagnostik yang sama pada DSM IV. Namun ICD 10 tetap mempertahankan kategori diagnosis gangguan mental organik (Tasman et al, 2008).Etiologi Primer berasal dari suatu penyakit di otak dan suatu cedera atau rudapaksa otak atau dapat dikatakan disfungsi otak. Sedangkan etiologi sekunder berasal dari penyakit sistemik yang menyerang otak sebagai salah satu dari beberapa organ atau sistem tubuh (Greenberg, 2007).Istilah organik merupakan sindrom yang diklasifikasikan dapat berkaitan dengan gangguan/penyakit sistemik/otak yang secara bebas dapat didiagnosis. Sedangkan istilah simtomatik untuk GMO yang pengaruhnya terhadap otak merupakan akibat sekunder dari gangguan/penyakit ekstraserebral sitemik seperti zat toksik berpengaruh pada otak bisa bersifat sesaat/jangka panjang (Greenberg, 2007).2.2 EpilepsiEpilepsi (berasal dari bahasa Latin (epilpsa) yang berarti kejang) adalah kelompok gangguan neurologis kronis yang ditandai dengan kejang, yang merupakan hasil dari aktifitas neuronal otak yang abnormal atau berlebihan (Perez, 2012).2.2.1 Klasifikasi Etiologi Idiopatik (Primer) Kejang bermula saat masa kanak-kanak Merupakan faktor genetik Respon bagus terhadap tindakan farmakologis Prognosis baik Tidak ada cedera otak Simtomatik (Sekunder) Kejang dimulai saat usia berapapun Bermacam etiologi Respon farmakologis yang kurang jelas Prognosis bervariasi Umumnya terdapat cedera otak Karakteristik kejang Mioklonik Klonik Tonik Tonik-klonik Atonik Lokasi asal kejang Kejang onset parsial atau fokal Parsial sederhana (tanpa penurunan kesadaran) Parsial kompleks (kejang psikomotor) Generalisata sekunder Kejang generalisata Lobus frontal, temporal Sebagai manifestasi dari sindroma klinis Juvenile myoclonic epilepsy Sindroma Lennox-Gastaut Dsb. Kejadian, apabila ada, yang dapat memicu kejang Membaca Musik Cahaya Dll. (Perez, 2012)2.2.2 EpidemiologiEpilepsi merupakan masalah mendunia yang menyerang antara 2% dan 3% dari populasi, dimana 75% kasus dimulai sejak masa kanak-kanak. Epilepsi dapat disebabkan oleh faktor genetik, struktural, metabolik atau faktor-faktor yang belum diketahui. Di antara faktor struktural, penyebab terbanyak di negara berkembang adalah penyakit infeksi (khususnya neurosistiserkosis), cedera otak perinatal, penyakit vaskular, dan trauma kepala dimana seluruhnya dapat dicegah. Prognosis dari epilepsi bergantung kepada etiologi dari penyakitnya dan juga seberapa cepat memulai penanganannya. Diperkirakan sampai 70% dari penderita epilepsi dapat hidup normal apabila ditangani dengan baik (Barragan, 2004).Insidensi, prevalensi dan mortalitas global dari epilepsi tidak seragam, bergantung kepada beberapa faktor. Negara maju dan berkembang memiliki perbedaan geografis, ekonomis, dan sosial. Prevalensi dan insidensi dari epilepsi lebih tinggi pada negara berkembang. Namun di negara berkembang walau dengan insidensi epilepsi yang tinggi prevalensinya relatif rendah, yang mungkin disebabkan oleh mortalitas pasien epilepsi yang tinggi (Perez, 2012)2.3 Gangguan Mental Sebagai Komplikasi dari EpilepsiHubungan antara epilepsi dan gangguan mental sudah dilaporkan sejak dahulu. Bagaimanapun, walau hubungan tersebut telah lama diketahui dan perkembangan teknologi untuk penanganan pasien epilepsi, gangguan neuropsikiatris pada epilepsi masih sering lalai ditangani (Agrawal & Govender, 2011).Pasien dengan gangguan intelektual, khususnya yang sudah parah, dapat menampakkan berbagai gejala neuropsikiatris yang berbeda dengan mereka tanpa gangguan intelektual (Agrawal & Govender, 2011). Untuk mendiagnosis komorbiditas psikiatrik dapat menjadi tantangan pada pasien epilepsi. Efek dari pengobatan anti-epilepsi dan gejala epilepsi sendiri dapat menutupi atau meniru gejala masalah psikiatrik. Pasien dengan epilepsi dapat menunjukkan gejala psikiatik yang kurang cocok dengan kategori diagnosis yang digunakan (Tellez-Zenteno et al, 2005). 2.3.1 PatofisiologiBanyak bentuk komplikasi psikiatrik dari epilepsi dan merupakan akibat dari interaksi kompleks antar faktor-faktor endogen, terapetik dan lingkungan. Hubungan antara epilepsi dan gangguan psikiatrik mungkin lebih dekat dari yang sebelumnya diduga. Studi-studi terbaru telah menggagaskan adanya hubungan dua-arah antara depresi dan epilepsi, dimana pasien dengan epilepsi memiliki risiko lebih tinggi daripada populasi umum, setelah ataupun sebelum onset epilepsi. Walau manifestasi klinis dari gangguan psikiatrik pada epilepsi seringkali tidak dapat dibedakan dengan pada pasien nonepilepsi, beberapa jenis depresi dan gangguan psikosis dapat datang dengan karakteristik klinis yang khusus pada pasien epilepsi (Algreeshah, 2013).Mekanisme dari hubungan antara epilepsi dan gangguan perilaku termasuk: Neuropatologi umum Predisposisi genetik Gangguan tumbuh kembang Efek neurofisilogis iktal Inhibisi atau hipometabolisme yang menyelubungi fokus epileptik Epileptogenesis sekunder Perubahan sensitivitas reseptor Perubahan endokrin sekunder Gangguan psikiatrik primer independen Akibat perlakuan medis atau operasi Akibat beban psikososial dari epilepsiBerbagai faktor biologis dan psikososial menentukan risiko perkembangan dari psikosis skizofreniform atau depresi berat pada pasien dengan epilepsi, dan gangguan tingkah laku pada epilepsi memiliki banyak faktor risiko dan etiologi multifaktorial (Algreeshah, 2013).