Gangguan Kepribadian Cemas Menghindar

download Gangguan Kepribadian Cemas Menghindar

of 29

Transcript of Gangguan Kepribadian Cemas Menghindar

GANGGUAN KEPRIBADIAN CEMAS (MENGHINDAR)I. PENDAHULUAN Kepribadian menurut Kusumanto Setyonegoro adalah ekspresi keluar dari pengetahuan dan perasaan yang dialami subyektif oleh seseorang. Defenisi lain mengemukakan bahwa kepribadian adalah perilaku yang khas seseorang yang menyebabkan orang itu dapat dikenal dan dibedakan dari orang lain karena pola perilakunya Watak adalah kepribadian yang dipengaruhi oleh motivasi yang mengerakkan kemauan sehingga orang itu bertindak. Temperamen adalah kepribadian yang lebih tergantung pada keadaan badani. (1) Gangguan kepribadian dikelompokkan ke dalam 3 kelompok dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM-IV). Kelompok A terdiri dari gangguan kepribadian paranoid, skizoid, dan skizotipal; individu dengan gangguan ini seringkali tampak aneh dan eksentrik. Kelompok B terdiri dari gangguan kepribadian antisosial,ambang,histrionik, dan narsistik; individu dengan gangguan ini sering tampak dramatik, emosional dan tak menentu. Kelompok C terdiri dari gangguan kepribadian menghindar,dependen, dan obsesif-kompulsif dan satu kategori yang dinamakan gangguan kepribadian yang tidak ditentukan (contohnya adalah gangguan kepribadian pasif-agresif dan gangguan depresif); individu dengan gangguan ini sering tampak cemas atau ketakutan. (2) Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat, teks revisi (DSM-IV-TR), gangguan kepribadian menghindar dicirikan oleh pola luas hambatan sosial, perasaan tidak mampu, dan hipersensitivitas terhadap evaluasi negatif. Individu yang memenuhi kriteria untuk gangguan kepribadian ini sering digambarkan sebagai orang yang sangat pemalu, terhambat dalam situasi baru, dan takut pada hinaan dan penolakan sosial. (3)1

II.

DEFINISI Gangguan kepribadian adalah suatu varian dari sifat karakter tersebut yang diluar rentang yang ditemukan pada sebagian besar orang. Hanya jika sifat kepribadian tidak fleksibel dan maladaptif dan dapat menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna atau penderitaan subyektif maka dimasukkan sebagai kelas gangguan kepribadian. (4) Gangguan kepribadian menghindar adalah suatu kondisi psikiatri yang dicirikan dengan rasa malu yang ekstrim seumur hidup, selalu merasa tidak adekuat, dan menolak kritik. Pasien pada gejala ini masih mentoleransi hubungan interpersonal, tetapi takut untuk dipermalukan, ditolak, dan selalu menghindari orang lain. (5) Dalam pedoman penggolongan diagnosis gangguan jiwa ke-III (PPDGJ-III), gangguan kepribadian cemas (mengindar) masuk dalam kriteria diagnosis gangguan kepribadian khas (F60). Gangguan kepribadian khas tidak berkaitan langsung dengan kerusakan atau penyakit otak berat atau dengan gangguan jiwa lain. Gejala-gejala yang termasuk dalam gangguan ini sudah timbul pada masa kanak atau remaja dan berlanjut sampai usia dewasa. Jalan pikirannya masih masuk akal atau realistik (bukan nonrealistik seperti pada psikosis) hanya sudah diluar proporsi dari keadaan dan lingkungan dimana ia berada. (1) Individu dengan gangguan kepribadian menghindar menunjukkan sensitifitas yang besar pada penolakan dan mengarah pada kehidupan yang suka menyendiri. Meskipun pemalu, mereka tidak asosial dan menunjukkan keinginan yang besar untuk sebuah hubungan, tetapi mereka membutuhkan kepastian yang kuat pada penerimaan tanpa kritik. Individu seperti ini umumnya dikenal memiliki sifat rendah diri. Dalam ICD-10 pasien diklasifikasikan menderita gangguan kepribadian cemas (anxious personality disorder). (2)

2

III. EPIDEMIOLOGI Prevalensi gangguan kepribadian menghindar adalah 1-10% dari populasi umum. Tidak ada informasi tentang rasio jenis kelamin dan keluarga Gangguan kepribadian ini dapat dikatakan sebagai gangguan yang umumnya dimiliki oleh individu. Bayi-bayi yang diklasifikasikan memiliki tempramen yang pemalu memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk memiliki gangguan ini daripada bayi-bayi yang aktif bergerak (berdasarkan activity-approach scales). (2)

IV.

ETIOLOGI Penyebab pasti gangguan kepribadian menghindar tidak diketahui. Gangguan tersebut mungkin terkait dengan ciri-ciri temperamen dan kepribadian yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Secara khusus, berbagai gangguan kecemasan di masa kecil dan remaja telah dikaitkan dengan temperamen ditandai oleh inhibisi perilaku, termasuk gambaran yang pemalu, takut, dan ditarik dalam situasi baru. Faktor genetik Faktor genetik telah dihipotesiskan menyebabkan gangguan kepribadian menghindar dan fobia sosial. Pada sebuah penelitian terhadap anak kembar dewasa muda asal Norwegia, ditemukan efek genetik 35% untuk gangguan kepribadian menghindar. Sebagian besar (83%) dari gen ini juga terkait dengan gangguan kepribadian lainnya. (3) Faktor lingkungan Faktor lingkungan juga memainkan peran dalam gangguan kepribadian menghindar. Perilaku orang tua, seperti kasih sayang atau pemeliharaan orang tua yang rendah, dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan kepribadian menghindar ketika anak-anak mencapai dewasa. (3) Banyak orang yang didiagnosa dengan gangguan kepribadian ini sebelumnya memiliki pengalaman penolakan dan kritikan yang keras dari orang tua. Kebutuhan terhadap sebuah ikatan karena penolakan dari orang tua membuat orang dengan gangguan kepribadian ini sangat menginginkan3(3)

sebuah hubungan, tetapi kemudian berkembang menjadi suatu pertahanan atau proteksi diri terhadap pengulangan penolakan dan kritik seperti dari orang tuanya. Ejekan atau penolakan oleh lingkungan dapat memperkuat pola individu tersebut terhadap penarikan sosial dan memberikan dampak ketakutan pada kontak sosial. (5) Ciri kepribadian menghindar biasanya muncul pada masa kecil dengan tanda-tanda rasa malu yang berlebihan dan ketakutan ketika anak menghadapi orang-orang dan situasi yang baru. Karakteristik ini juga sesuai dengan tahapan perkembangan emosi bagi anak-anak dan tidak berarti bahwa pola gangguan kepribadian menghindar akan terus berlanjut hingga dewasa. (5)

V.

DIAGNOSIS Kriteria diagnostik DSM-IV untuk gangguan kepribadian menghindar: (2) Pola pervasif hambatan sosial, perasaan tidak adekuat, dan hipersensitivitas terhadap evaluasi negatif, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) berikut: Menghindari penolakan. Tidak mau terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin akan disenangi. menahan diri dalam hubungan intim karena takut dipermalukan atau diejek preokupasi pada kritikan dan penolakan dalam situasi sosial terhambat dalam hubungan intrapersonal yang baru karena perasaan yang tidak adekuat Memandang diri tidak layak secara sosial, secara pribadi tidak menarik, atau lebih rendah daripada orang lain aktivitas pekerjaan yang memerlukan kontak interpersonal yang bermakna, karena takut akan kritik, celaan, atau

4

Sangat enggan untuk mengambil resiko atau terlibat dalam kegiatan baru karena mereka merasa malu

Pedoman Diagnostik menurut PPDGJI-III: (6) y Gangguan kepribadian cemas (menyeluruh) dengan ciri-ciri: a. Perasaan tegang dan takut yang menetap dan pervasif. b. Merasa dirinya tidak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain. c. Preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi sosial. d. Keengganan untuk terlibat dengan orang kecuali merasa yakin akan disukai. e. Pembatasan dalam gaya hidup karena alasan keamanan fisik. f. Menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak. y Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari atas.

Selain melalui PPDGJ III dan DSM-IV, kita juga bsa menggunakan strategi penilaian standar psikologis seperti Minnesota Multiphasic Personality Inventory-2 (MMPI-2) dan anamnesis yang terstruktur untuk gangguan axis II (SCID-II) untuk membantu dalam diagnosa gangguan kepribadian cemas (menghindar) ini. (7)

VI.

GAMBARAN KLINIS Hipersensitivitas terhadap penolakan oleh orang lain adalah gejala klinis utama dari gangguan kepribadian menghindar, dan sifat kepribadian utama pasien adalah pemalu. Individu dengan gangguan ini menginginkan kehangatan dan keamanan hubungan dengan orang lain, tetapi mereka membenarkan keinginan mereka untuk menghindari hubungan karena takut akan penolakan. Ketika berbicara dengan seseorang, mereka5

mengekspresikan ketidakpastian, menunjukkan kurangnya kepercayaan diri, dan berbicara dengan merendahkan diri. Karena mereka waspada terhadap penolakan, mereka takut untuk berbicara di depan umum atau untuk melakukan permintaan orang lain. Mereka cenderung salah menafsirkan komentar orang lain sebagai sesuatu yang merendahkan atau mengejek. Penolakan suatu permohonan menyebakan mereka menarik diri dari orang lain dan merasa terluka. (2) Aktivitas atau pekerjaan yang mereka pilih adalah aktivitas atau pekerjaan yang terhindar dari interaksi sosial, seperti menjadi polisi hutan. Individu-individu ini umumnya tidak mau memasuki hubungan kecuali mereka diberi jaminan kuat akan penerimaan tanpa kritik. Akibatnya, mereka sering tidak memiliki teman dekat atau orang kepercayaan. (2) Pada gangguan kepribadian cemas (menghindar), kandungan kognisi menjalin hubungan timbal balik patologis dengan struktur kognisi (misalnya perangkat penyusunan informasi), dimana hubungan ini yang bertanggungjawab atas terjadinya gangguan. Sifat terlalu curiga adalah pusat dari seluruh gangguan. Individu dengan gangguan ini secara konstan memeriksa lingkungan mencari potensi ancaman. Mereka sensitif terhadap segala perasaan dan niatan orang lain terhadap mereka. Yang dihasilkan adalah sistem proses informasi yang dikuasai oleh terlalu banyak stimulus yang menghambat mereka memahami sesuatu yang biasa atau keadaan sekitar. Akibatnya, penilaian terhadap potensi bahaya menjadi sangat tinggi, bahkan kejadian yang sebenarnya tidak mengandung bahaya-pun ditandai sebagai ancaman. Karena terlalu banyak potensi ancaman yang masuk maka tidak ada satu informasi-pun yang diolah secara mendalam. (8) Hipotesis yang menyatakan bahwa setiap sumber stimulasi itu berbahaya berlanjut sebagai akibat dari ketidakpastian, membiarkan sebuah ancaman tanpa diperiksa akan sangat berisiko. Hasilnya, kecemasan meningkat, kepekaan terhadap tanda-tanda bahaya juga meningkat. Akibatnya, seluruh proses kognitif menjadi sangat terbebani karena

6

menganggap segala sesuatu sebagai ancaman. Oleh sebab itu individu dengan gangguan ini harus menarik diri demi mendapatkan rasa aman. (8) VII. PSIKODINAMIKA (9) Orang bisa menjadi malu dan menghindar karena berbagai alasan. Mereka mungkin memilki kecenderungan untuk menghindari situasi stres. Beberapa data penelitian menemukan bahwa sifat-sifat pemalu diturunkan tetapi membutuhkan sebuah pengalaman pada lingkungan spesifik untuk berkembang menjadi full blown(Kagan et. Al 1988). Anak-anak dengan kerentanan biologis untuk menjadi pemalu menunjukkan stimulasi autonomik yang lebih besar pada orang asing bila mereka berada dalam ikatan yang tidak aman. Pengalaman lingkungan yang merugikan juga muncul pada penelitian yang lain pada siswa dengan gejala gangguan kepribadian menghindar (Meyer dan Carver 2000). Siswa dengan gejala ini melaporkan banyak ingatan masa kecil yang negatif seperti diasingkan, ditolak, dan menjadi subyek penolakan sosial pada masa kecil. Sifat pemalu atau sifat menghindar merupakan pertahanan dari malu, penghinaan, penolakan dan kegagalan. Seperti pada bentuk kecemasan yang lain, untuk mengerti psikodinamika dari kecemasan harus mengeksplor secara dalam setiap pasien. Rasa malu dan keterbukaan mempunyai hubungan. Yang ditakutkan oleh pasien dengan gangguan ini secara umum adalah situasi dimana mereka harus mengungkapkan diri mereka yang membuat mereka mudah untuk diejek. Rasa bersalah mengarah pada hukuman karena sebuah pelanggaran dan malu lebih berhubungan dengan penilaian diri rendah. Individu dengan ganguan kepribadian menghindar mungkin merasa bahwa situasi sosial harus dihindari karena merasa kekurangan mereka akan diperhatikan semua orang. Mereka mungkin merasa malu pada banyak aspek berbeda pada diri mereka, misalnya mereka merasa dirinya lemah, tidak mampu bersaing, cacat secara fisik atau mental, kotor dan menjijikkan, tidak mampu mengontrol fungsi tubuh, atau ekshibisionis.7

Malu adalah asal etimologi dari bersembunyi (Nathanson 1987) dan pasien gangguan ini sering menarik diri dari hubungan dengan orang lain dan situasi yang dapat membuatnya ingin untuk menyembunyikan diri akibat rasa malu itu. Sifat pemalu itu tidak bisa berkembang hanya dari satu momen dalam kehidupan tetapi berkembang dari banyak pengalaman yang berbeda dalam setiap tingkat usia (Nathanson 1987). Tampaknya muncul pada awal kehidupan dan sifat pemalu ini terbukti muncul pada umur 8 bulan (Broucek 1982). Hal itu juga berhubungan dengan perasaan yang timbul akibat gangguan pada kandung kemih dan usus dan dari teguran orang tua yang sering berhubungan dengan gangguan kepribadian ini. Seorang anak 2 tahun yang gembira bermain telanjang mungkin juga akan berkembang menjadi pemalu bila orang tuanya yang keras menghentikan aktivitas itu dan bersikeras agar anak itu berpakaian. Setiap pengalamanpengalaman ini mungkin aktif kembali pada pasien dengan gangguan kepribadian menghindar setelah mengenal sebuah kelompok atau orang yang sangat penting untuk pasien. Orang dewasa dengan gangguan ini mempunyai perasaan ditolak oleh orang tua atau pengasuh ketika masih kecil sehingga takut untuk membangun hubungan dengan lawan jenis pada saat dewasa. Mereka memiliki perasaan bahwa kebutuhan mereka berlebihan atau tidak pantas.

VIII. DIAGNOSIS BANDING Pasien gangguan kepribadian menghindar menginginkan interaksi sosial, dibandingkan dengan pasien gangguan kepribadian skizoid, yang ingin sendirian. Pasien gangguan kepribadian menghindar tidak menuntut, tidak mudah marah, atau tidak dapat diramalkan seperti pada pasien gangguan kepribadian ambang dan histrionik. (2) Individu dengan gangguan kepribadian cemas (menghindar) mempunyai perasaan ketidakcakapan secara umum dan perasaan takut untuk dikritik yang menetap yang mengakibatkan mereka menghindari jenis interaksi yang umum dilakukan sedangkan individu dengan fobia sosial8

cenderung untuk mengalami rasa takut pada situasi sosial tertentu yang mengharapkan kecakapan mengenai penampilannya dan cenderung tidak mempunyai perasaan ketidakcakapan secara umum. Gangguan kepribadian cemas (menghindar) berkembang dari masa kanak-kanak tetapi fobia sosial tidak demikian.

IX.

TERAPI Untuk individu dengan gangguan kepribadian menghindar, tujuan meningkatkan harga diri, meningkatkan pengobatan adalah untuk

kepercayaan dalam hubungan interpersonal, dan untuk menurunkan sentitifitas reaksi mereka terhadap kritik (Sperry, 1995, hlm 44). Pengobatan harus diarahkan untuk memperkuat konsep diri pada kompetensi. Individuindividu ini dapat belajar untuk menyeimbangkan kewaspadaan dengan tindakan dan untuk mengembangkan toleransi untuk kegagalan (Dorr, Retzlaff, ed, 1995., Hlm 196-197). Farmakoterapi: (3) Tidak ada obat telah diuji secara khusus atau disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk individu dengan gangguan kepribadian menghindar. Selective serotonin reuptake inhibiters (SSRI) dan reuptake serotonin dan norepinefrin inhibitor (SNRIs) telah ditemukan efektif untuk gangguan kecemasan sosial. Selain itu, beberapa penelitian telah melaporkan bahwa benzodiazepin, penghambat oksidase monamine (MAOIs), dan antikonvulsan gabapentin efektif dalam pengobatan kecemasan sosial pada orang dewasa dengan gangguan kepribadian menghindar. a. Selective serotonin reuptake inhibitors(SSRI) Agen ini awalnya memblokir presinap reuptake serotonin, sehingga memungkinkan lebih banyak neurotransmitter akan tersedia di sinaps. Meskipun tidak ada obat yang disetujui oleh FDA untuk mengobati gangguan kepribadian avoidant, paroxetine SSRI (Paxil) dan sertraline9

(Zoloft) dan venlafaxine SNRI (Effexor) disetujui FDA untuk mengobati gangguan kecemasan sosial. SSRI lebih disukai dibadingkan golongan anti depresan yang lain karena profil efek samping SSRI kurang menonjol. SSRI tidak memiliki risiko aritmia jantung yang terkait dengan antidepresan trisiklik. Risiko aritmia ini terutama relevan dalam kasus-kasus overdosis, dan risiko bunuh diri harus selalu dipertimbangkan ketika merawat anak atau orang dewasa muda dengan gangguan mood. Sertraline (Zoloft) Zoloft dan obat SSRI lainnya dianggap pengobatan lini pertama untuk gangguan kepribadian menghindar dan fobia sosial. Manfaat SSRI termasuk toleransi yang relatif tinggi, murah, dan keamanan relatif dalam overdosis. Awal: 25 mg PO/hari Dapat meningkat 25 mg pada interval 1 minggu tidak lebih dari 200 mg/hari b. Benzodiazepines Agen ini terikat ke reseptor benzodiazepine tertentu pada kompleks reseptor asam gamma-aminobutyric (GABA, sehingga meningkatkan afinitas reseptor GABA untuk reseptor tersebut. Mereka juga meningkatkan frekuensi pembukaan saluran klorin dalam merespon yang pengikatan memediasi GABA. Reseptor GABA adalah saluran klorin

penghambatan post sinaps, sehingga

neuron post sinaps menjadi

hiperpolarisasi. Hasil akhirnya adalah efek sedatif-hipnotis dan efek anxiolitik. Benzodiazepin potensi tinggi mungkin akan efektif dalam mengobati fobia sosial pada orang dewasa. Clonazepam (Klonopin) Digunakan secara klinis untuk mengobati kecemasan sosial, meskipun tidak ada penelitian terkontrol yang dilakukan pada populasi ini untuk mendokumentasikan kemanjurannya. Obat ini diyakini bekerja pada reseptor di otak GABA, khususnya daerah limbik.10

Psikoterapi: Terapi psikoterapik tergantung pada kekuatan hubungan dengan pasien. Saat kepercayaan berkembang,terapis menunjukkan sikap menerima akan ketakutan pasien, khususnya rasa takut akan penolakan. Terapis akhirnya dapat mendorong pasien untuk melakukan apa yang dirasakan mereka memiliki resiko tinggi penghinaan, penolakan dan kegagalan. Tetapi terapis harus berhati-hati saat memberikan tugas untuk berlatih keterampilan sosial yang baru di luar terapi karena kegagalan dapat menurunkan harga diri pasien yang telah buruk. Terapi kelompok dapat membantu pasien mengerti efek kepekaan mereka terhadap penolakan pada diri mereka sendiri dan orang lain. Latihan ketegasan adalah bentuk terapi perilaku yang dapat mengajarkan pasien untuk mengekspresikan kebutuhan mereka secara terbuka dan untuk meningkatkan harga diri mereka. (2) Terapi perilaku-kognitif melibatkan teknik seperti paparan dan sistematis desensitisasi. Dalam perawatan ini, individu dengan gangguan kepribadian menghindar secara bertahap menghadapi situasi sosial yang ditakuti. Pasien mungkin akan diminta untuk memperkenalkan diri kepada orang-orang baru, melalui simulasi wawancara kerja atau untuk berbicara di depan orang lain. (10) Melalui pemaparan berulang terhadap situasi yang ditakuti, pasien gangguan kepribadian menghindar belajar bahwa situasi yang mereka takuti tidak seperti yang mereka pikirkan. Mereka juga belajar bahwa orang lain tidak terlalu kritis terhadap mereka. (10) Terapis juga mengajarkan keterampilan sosial sebagai cara untuk berhubungan dengan orang lain dalam situasi sosial. Ketika teknik perilaku ini dilakukan dalam kelompok, mungkin sangat efektif karena orang dengan gangguan kepribadian menghindar memiliki kesempatan untuk mendengar umpan balik langsung dari orang lain dalam kelompok. Jenis pengobatan mungkin efektif dalam waktu yang relatif singkat seperti sesi 14 minggu. (10)

11

Terapi psikodinamik ini dirancang untuk membantu pasien mengenali fantasi yang terkait dengan ketakutan mereka yang sering di luar kesadaran mereka. Seiring waktu, mereka mungkin merasa bahwa ketakutan mereka tidak rasional dan melibatkan asumsi bahwa masa lalu akan selalu terulang di masa sekarang. (10) Dengan terapi, pasien mungkin memahami pengertian malu dan pengenalan diri sehingga mereka bisa melawan ketakutannya. Terapis psikodinamik menggunakan hubungan di sini-dan-sekarang dengan pasien sebagai "laboratorium" untuk memahami kecemasan interpersonal di luar situasi perawatan. Sebagai contoh, beberapa pasien mungkin tidak muncul untuk janji pertemuan dengan terapis atau mungkin datang terlambat sebagai cara untuk menghindari kecemasan tertentu tentang apa yang terapis akan pikirkan. Ketakutan ini kemudian dieksplorasi untuk membantu pasien memahami bagaimana kegelisahan yang sama mungkin akan datang dalam hubungan lain. (10)

X.

PROGNOSIS Banyak individu dengan gangguan kepribadian menghindar mampu berfungsi dengan baik dalam kehidupannya, selama mereka berada dalam lingkungan yang mendukungnya. Beberapa diantara mereka menikah dan memiliki anak, walaupun kehidupan mereka terbatas hanya dikelilingi oleh keluarganya saja. Sayangnya, apabila dukungan sosial tersebut menghilang ataupun tidak sesuai dengan harapan, mereka dapat mengalami depresi, kecemasan, dan juga kemarahan. Individu dengan gangguan kepribadian menghindar biasanya memiliki sejarah fobia sosial atau malahan menjadi fobia sosial dalam perjalanannya gangguannya. Individu dengan gangguan kepribadian menghindar dan gangguan kepribadian dependen memiliki kemungkinan remisi lebih rendah dari gangguan kecemasan umum (34% dan 14%). Individu dengan gangguan kepribadian menghindar memiliki kemungkinan 41% remisi lebih rendah dari fobia sosial. (11)12

XI. KESIMPULANGangguan kepribadian adalah suatu varian dari sifat karakter tersebut yang diluar rentang yang ditemukan pada sebagian besar orang. Hanya jika sifat kepribadian tidak fleksibel dan maladaptif dan dapat menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna atau penderitaan subyektif maka dimasukkan sebagai kelas gangguan kepribadian.Gangguan kepribadian menghindar adalah suatu kondisi psikiatri yang dicirikan dengan rasa malu yang ekstrim seumur hidup, selalu merasa tidak adekuat, dan menolak kritik. Pasien pada gejala ini masih mentoleransi hubungan interpersonal, tetapi takut untuk dipermalukan, ditolak, dan selalu menghindari orang lain. Prevalensi gangguan kepribadian menghindar adalah 1-10% dari populasi umum. Tidak ada informasi tentang rasio jenis kelamin dan keluarga. Penyebab pasti gangguan kepribadian menghindar tidak diketahui. Gangguan tersebut mungkin terkait dengan ciri-ciri temperamen dan kepribadian yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Perilaku orang tua, seperti kasih sayang atau pemeliharaan orang tua yang rendah, dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan kepribadian menghindar ketika anak-anak mencapai dewasa. Banyak individu yang didiagnosa dengan gangguan kepribadian ini sebelumnya memiliki pengalaman penololakan dan kritikan yang keras dari orang tua. Ketika berbicara dengan seseorang, mereka mengekspresikan ketidakpastian, menunjukkan kurangnya kepercayaan diri, dan berbicara dengan merendahkan diri. Karena mereka waspada terhadap penolakan, mereka takut untuk berbicara di depan umum atau untuk melakukan permintaan orang lain. Mereka cenderung salah menafsirkan komentar orang lain sebagai sesuatu yang merendahkan atau mengejek. Penolakan pada suatu permohonan menyebakan mereka menarik diri dari orang lain dan merasa terluka. Aktivitas atau pekerjaan yang mereka pilih adalah aktivitas atau pekerjaan yang terhindar dari interaksi sosial, seperti menjadi polisi hutan. Individu-individu ini umumnya tidak mau memasuki hubungan kecuali13

mereka diberi jaminan kuat akan penerimaan tanpa kritik. Akibatnya, mereka sering tidak memiliki teman dekat atau orang kepercayaan Pasien gangguan kepribadian menghindar menginginkan interaksi sosial, dibandingkan dengan pasien gangguan kepribadian skizoid, yang ingin sendirian. Pasien gangguan kepribadian menghindar tidak menuntut, tidak mudah marah, atau tidak dapat diramalkan seperti pada pasien gangguan kepribadian ambang dan histrionik. Individu dengan gangguan kepribadian cemas (menghindar) mempunyai perasaan ketidakcakapan secara umum dan perasaan takut untuk dikritik yang menetap yang mengakibatkan mereka menghindari jenis interaksi yang umum dilakukan sedangkan individu dengan fobia sosial cenderung untuk mengalami rasa takut pada situasi sosial tertentu yang mengharapkan kecakapan mengenai penampilannya. Gangguan kepribadian cemas (menghindar) berkembang dari masa kanak-kanak tetapi fobia sosial tidak demikian. Banyak individu dengan gangguan kepribadian menghindar mampu berfungsi dengan baik dalam kehidupannya, selama mereka berada dalam lingkungan yang mendukungnya. Beberapa diantara mereka menikah dan memiliki anak, walaupun kehidupan mereka terbatas hanya dikelilingi oleh keluarganya saja. Sayangnya, apabila dukungan sosial tersebut menghilang ataupun tidak sesuai dengan harapan, mereka dapat mengalami depresi, kecemasan, dan juga kemarahan.

14

DAFTAR PUSTAKA1. 2. Maramis, Willy F. dan Maramis, Albert A. Catataan Ilmu Kedokteran Jiwa. 2. Surabaya : Airlangga University Press, 2009. Sadock, Benjamin J. dan Sadock, Virginia Alcott. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 10. New York : Lippincott Williams & Wilkins, 2007. 3. Rettew, David C. Avoidant Personality Disorder. [Online] 15 oktober 2010. [Dikutip: 1 Januari 2012.] http://emedicine.medscape.com/article/913360overview. 4. Sadock, Benjamin J. dan Sadock, Virginia Alcott. Kaplan & sadock's Comprehensive textbook od psychiatry. 7. New York : Lippincott Williams & Wilkins, 2000. 5. Anonim. Avoidant Personality Disorder. [Online] 6 November 2008. [Dikutip: id-62/. 6. 7. 8. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa; Rujukan ringkas dari PPDGJIII. Jakarta : PT Nuh Jaya, 2001. Anonim. Avoidant Personality Disorder. [Online] mdguidelines. [Dikutip: 6 januari 2012.] http://www.mdguidelines.com/avoidant-personality-disorder. Margarana, Anak Agung Bagus, Fastari, Chandrania dan Yardi, Dewi. CLUSTER C: anxious-fearful personality disorder. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran, 2009. 9. Gabbard, Glen O. Psychodynamic Psychiatry in Clinical Practice. 4. London : American Psychiatric Publishing Inc, 2005. 10. Anonim. Avoidant Personality Disorder: Treatment. [Online] Value Options, 27 2243. April 2011. [Dikutip: 6 Januari 2012.] https://www.achievesolutions.net/achievesolutions/en/Content.do?contentId= 1 Januari 2012.] http://www.healthyplace.com/personalitydisorders/avoidant-personality-disorder/avoidant-personality-disorder/menu-

15

11. Anonim. Personality disorders have a differential effect on the outcome of anxiety disorder. [Online] Evid Based Mental Health, May 2002. [Dikutip: 5 Januari 2012.] http://ebmh.bmj.com/content/6/1/32.1.full.pdf.

16

LAPORAN KASUS NON-PSIKOTIK GANGGUAN CEMAS MENYELURUH

I

IDENTITAS PASIEN Nama Umur Suku Agama Pendidikan Alamat : Ny. K : 30 tahun : Bugis : Islam : D2 : Pare-pare

II

RIWAYAT PSIKIATRI A. Keluhan Utama Sulit Tidur B. Riwayat Gangguan Sekarang y Keluhan dan gejala Dialami pertama kali sekitar 4 tahun yang lalu tetapi keluhan susah tidur ini memberat sejak sekitar 1 minggu ini. Pasien sulit memulai tidur dan jika bisa tertidur pasien mudah untuk terbangun dan sulit tidur kembali. Pasien susah tidur dipicu oleh perasaan takut terhadap kematian. Pasien merasa cemas terhadap nasib anakanaknya, suami dan kedua orang tuanya bila pasien meninggal. Perasaan ini mulai timbul sejak sekitar 4 bulan setelah kematian kakak kandung pasien (2007) akibat penyakit usus buntu yang tidak ditangani. Pasien merasakan kecemasan ini hampir setiap saat dan bertambah sering bila tidak ada pekerjaan yang dilakukan. Pasien juga sering merasakan cemas yang tidak diketahui penyebabnya dan sulit menghilangkannya. Bila sedang cemas pasien merasa gelisah, keringat dingin, jantung berdebar-debar, kaki terasa dingin dan tangan berkeringat. Selain susah tidur,

17

pasien juga merasa nafsu makannya berkurang selama sekitar 1 minggu ini. Sebelumnya pasien secara teratur berobat di seorang psikiater selama sekitar 4 tahun tetapi sekitar 1 minggu ini obat pasien habis. Obat yang diberikan berupa kapsul. Pasien secara teratur mengkonsumsi obat tetapi pasien terkadang meminumnya tidak sesuai dengan dosis yang diberikan karena merasa selalu mengantuk jika meminum obat tersebut. Keluhan ini menganggu aktivitas pasien sebagai ibu rumah tangga. Pasien jarang keluar rumah sejak rasa cemasnya timbul sehingga kurang bersosialisasi dengan tetangga. y Hendaya/disfungsi : o Hendaya sosial (+) o Hendaya pekerjaan (+) o Hendaya dalam penggunaan waktu senggang (-) y Faktor stressor psikososial : kematian kakak kandung pasien 4 tahun lalu akibat usus buntu yang tidak ditangani. C. Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada riwayat trauma kapitis, kejang, infeksi berat, dan penggunaan NAPZA. D. Riwayat Kehidupan Pribadi 1. Riwayat Prenatal dan Perinatal Pasien lahir pada tanggal 2 Oktober 1981. Lahir normal, cukup bulan, dan ditolong oleh bidan. Saat kehamilan, ibu pasien dalam keadaan sehat, Riwayat ibu menggunakan rokok, obat-obatan, dan alkohol tidak ada. Pasien tumbuh dan berkembang dengan baik. 2. Riwayat Masa Kanak Awal (Usia 1 - 3 tahun) Pasien mendapat ASI hingga berumur 2 tahun. Pertumbuhan dan perkembangannya sama dengan anak sebayanya.

18

3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan ( Usia 4 - 11 tahun) Pasien bersekolah di SD 71 Pare-Pare. Prestasi di sekolah biasabiasa saja. Pertumbuhan dan perkembangan pasien sama dengan anak sebayanya. 4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (12 - 18 tahun) Setelah tamat SD, pasien melanjutkan ke SMP 2 Pare-pare dan setelah lulus pasien melanjutkan ke SMEA Depapri. Prestasi biasabiasa saja. Sehari-hari, pasien rajin membantu pekerjaan rumah. Menurut pasien, ia adalah orang yang mudah bergaul namun tertutup terutama pada orang yang baru ditemuinya. 5. Riwayat Masa Dewasa a. Riwayat Pendidikan Setelah tamat SMA pasien melanjutkan pendidikan ke LP3i (setingkat D2) b. Riwayat Pekerjaan Setelah lulus kuliah, pasien tidak pernah bekerja dan setelah menikah hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga. c. Riwayat Pernikahan Pasien sudah menikah pada tahun 2003 dan dikaruniai 3 orang anak ( , , ). Suami pasien adalah seorang pegawai negeri. Pasien menikah karena dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Hubungan pasien dengan keluarga baik. 6. Riwayat Keluarga Pasien merupakan anak ke-6 dengan dari kedua enam bersaudara dan ( , , , , , ). Hubungan orang tua

saudaranya baik. Pasien dekat dengan kakak perempuannya sehingga merasa sangat kehilangan ketika meninggal. 7. Situasi Kehidupan Sekarang Pada saat ini pasien tinggal di Pare-pare bersama kedua orang tua beserta suami dan anak-anaknya.

19

AUTOANAMNESIS (Senin, 9 Januari 2012) DM : Selamat siang, bu P : Siang, Dok nama ibu siapa? P P P P : Ny. K : 30 tahun : susah ka tidur dok : sudah lama dok. Sudah 4 tahun mi mungkin tapi 1 minggu ini baru ka rasa lagi karena habis obatku dok. DM : ibu susah tidurnya bagaimana? Apakah susah untuk memulai tidur atau sering terbangun kalo sedang tidur? P : susah untuk tidur dok tapi kalo tertidur mudah terbangun ka lagi itu. Kayak baru 5 menit tidur bangun ma lagi. DM : apakah ibu bisa tidur lagi kalau sudah terbangun? P : tidak dok. Ndak bisa tidur lagi. Jadi biasa saya kerja-kerja mi perkerjaan rumah atau nonton. DM : apa yang kita lakukan biasa bu seminggu ini supaya bisa tidur? P : tidak ada ji dok. Biasa saya nonton-nonton mi saja dulu minum habis. Kalo boleh tau, obat apa yang ibu minum? P : saya ndak tau juga dok. Saya lupa mi namanya itu obat. Tapi itu obat dari psikiater. Sudah 4 tahun memang berobat ka disana dok. Obatnya bentuknya kapsul dok kayaknya racikan. DM : Selama ini ibu teratur minum obat? P : iya dok teratur ka minum obat. Tapi biasa saya kurangi-kurangi dosisnya dok karena kayak berat sekali, mau terus tidur dok. DM : Kan ibu tadi bilang kalau sudah seminggu ini obat yang ibu biasa DM : Berapa umur ibu? DM : kalo boleh saya tau, apa keluhan ibu sampai datang kesini? DM : sudah berapa lama ibu susah tidurnya? DM : Perkenalkan, saya dokter muda yang bertugas di sini, nama saya asri,

20

DM : kalo saya boleh tahu bu, Apakah ada yang mengganggu pikiran ibu sehingga sulit tidur? P : saya mulai susah tidur dok setelah kakakku meninggal tahun 2007. Ndak langsung ji dok kira-kira 4 bulan setelah itu. Rasanya jadi takut mati juga dok. Saya merasa sedih dok pada saat itu. Dekat sekali ka memang sama dia karena cuma dia kakak perempuanku dok. DM : Ibu kenapa sampai merasa takut mati? P : takut kalo mati ka bagaimana mi dengan anak-anakku kodong yang masih kecil. Kasian juga suamiku mau rawat mereka sendiri. Orang tuaku juga pasti sedih. Mereka nanti tidak ada yang rawat,kan tinggal saya anak perempuan mereka. DM : Apakah perasaan takut mati itu ibu rasakan setiap saat bu atau pada saat-saat tertentu? P : hampir setiap saat dok saya rasa. Biasa juga saya cemas tapi ndak tau karena apa dok dan susah dihilangkan dok rasa cemasnya kalau datang lagi. Apalagi bila saya tidak ada kerjaan, cemasnya lebih sering timbul dok. DM : berapa lama biasanya ibu merasakan kecemasan itu? P : ndak tau mi dok. Saya ndak perhatikan mi itu. Tapi ndak sebentar itu dok kalau lagi banyak yang saya pikir. DM : Perubahan apa yang ibu rasakan ketika ibu merasa takut? P : gelisah ka dok. Baru keringat dingin ka, jantung berdebardebar,kakiku juga terasa dingin dok, tanganku juga kalo cemas ka. DM : Ibu ada keluhan yang lain selain keluhan itu? P : iya dok. Nafsu makanku kurang sekali. Sudah seminggu saya tidak makan dok. Biasa cuma minum susu beruang saja. DM : Apa pekerjaannya ibu? P : ibu rumah tangga dok biasa berkeringat. Bahkan sempat k berpikir untuk bunuh diri dok biasa

21

DM : selama tidak bisa tidur apakah ibu mendapat kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas dirumah? P : Biasa saya paksakan diri saja dok karena siapa lagi yang urus anakanakku dok. DM : bagaimana dengan hubungan ibu dengan tetangga? P : baik dok. Tapi sudah seminggu sejak obatku habis, saya jarang keluar rumah lagi dok untuk cerita-cerita. DM : kalo ibu cemas, apakah bisa berpikir dengan baik? Bagaimana dengan konsentrasinya? P P : biasa konsentrasiku jadi terganggu dok kalo lagi datang cemasku. : ada 3 orang dok yang pertama laki-laki, kedua dan ketiga perempuan dua-dua dok. Yang pertama sudah sekolah kelas 2 SD. DM : Ibu pernah lihat atau dengar hal-hal aneh yang orang lain tidak bisa lihat atau dengar? P P : tidak dok : baik-baik dok. Mereka juga sangat mendukung saya untuk mengobati cemasku dok. DM : dalam keluarga ada yang memiliki keluhan atau gangguan seperti yang ibu alami? P P : tidak ada dok : iya sama-sama dok. DM : oh terima kasih ibu atas waktunya. Semoga cepat sembuh ya bu.. DM : bagaimana hubungan ibu dengan keluarga? DM : Ada berapa anaknya bu?

III

PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGIS A. Status Internus Tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 100 x/menit, kuat angkat, frekuensi pernapasan 24x/menit, suhu tubuh 36,5oC.

22

B. Status Neurologi Gejala rangsang selaput otak : kaku kuduk (-), kernig,s sign (-)/(-), pupil bulat isokor, diameter 2,5 mm/2,5 mm, reflex cahaya (+)/(+), fungsi motorik dan sensorik ke-empat ekstremitas dalam batas normal dan tidak ditemukan reflex patologis.

IV

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL A. Deskripsi Umum 1. Penampilan Seorang wanita berbaju kaos merah dan bercelana pendek, rambut lurus sebahu, perawakan sedang, penampilan rapi dan terawat, dan wajah sesuai umur. 2. Kesadaran Baik 3. Perilaku dan Aktifitas Psikomotor Tenang 4. Pembicaraan Spontan, lancar, volume dan intonasi biasa. 5. Sikap Terhadap Pemeriksa Kooperatif

B. Keadaan Afektif 1. Mood 2. Afek 3. Empati : : : cemas kesan cemas dapat dirabarasakan

C. Fungsi Intelektual (Kognitif) 1. Taraf Pendidikan Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan taraf pendidikannya

23

2. Orientasi a. Waktu b. Tempat c. Orang 3. Daya Ingat a. Jangka Panjang b. Jangka sedang c. Jangka pendek : : : baik baik baik cukup Baik tidak ada Baik : : : baik baik baik

4. Konsentrasi dan Perhatian : 5. Pikiran Abstrak 6. Bakat Kreatif : :

7. Kemampuan Menolong Diri Sendiri :

D. Gangguan Persepsi Tidak ditemukan gangguan persepsi

E. Proses Berpikir 1. Arus Pikiran Produktivitas : Cukup Kontinuitas : Relevan, koheren Hendaya berbahasa : Tidak ada 2. Isi Pikiran a. Preokupasi : Pikiran takut tentang kematian b. Gangguan isi pikiran : Tidak ada : Baik

F. Pengendalian Impuls

G. Daya Nilai dan Tilikan 1. Norma Sosial 2. Uji daya nilai 3. Penilaian Realitas : : : Baik Baik Baik24

H. Tilikan (insight)

: Derajat 5, Menyadari dirinya sakit dan

gejala-gejala yang dideritanya disebabkan oleh perasaaan irrasionalnya atau gangguan sendiri, tanpa menerapkan pengetahuan hal ini untuk masa yang akan datang. I. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya

V

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA Sorang wanita, 30 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan susah tidur. Dialami sudah selama 4 tahun dan memberat sejak minggu ini. Pasien sulit memulai tidur dan mudah untuk terbangun dari tidur dan tidak dapat kembali melanjutkan tidurnya. Pasien susah tidur dipicu oleh perasaan takut mati. Pasien merasa cemas terhadap nasib anak-anaknya, suami dan kedua orang tuanya bila pasien meninggal. Perasaan ini mulai timbul sejak sekitar 4 bulan setelah kematian kakak kandung pasien (2007) akibat penyakit usus buntu yang tidak ditangani. Pasien merasakan kecemasan ini hampir setiap saat dan bertambah sering bila tidak ada pekerjaan yang dilakukan. Pasien juga sering merasakan cemas yang tidak diketahui penyebabnya dan sulit menghilangkannya. Bila sedang cemas pasien merasa gelisah, keringat dingin, jantung berdebar-debar, kaki terasa dingin dan tangan berkeringat. Selain susah tidur, pasien juga merasa nafsu makannya berkurang selama sekitar 1 minggu ini. Sebelumnya pasien secara teratur berobat di seorang psikiater selama sekitar 4 tahun tetapi sekitar 1 minggu ini obat pasien habis. Obat yang diberikan berupa kapsul. Pasien secara teratur mengkonsumsi obat tetapi pasien terkadang meminumnya tidak sesuai dengan dosis yang diberikan karena merasa selalu mengantuk jika meminum obat tersebut. Keluhan ini menganggu aktivitas pasien sebagai ibu rumah tangga dan hubungan sosial pasien dengan tetangganya.25

Dari pemeriksaan status mental ditemukan seorang wanita berbaju kaos merah dan bercelana pendek, rambut lurus sebahu, perawakan sedang, penampilan rapi dan terawat, dan wajah sesuai umur. Kesadaran baik, perilaku dan aktivitas tenang, pembicaraan spontan, lancar, volume dan intonasi biasa. Mood cemas, afek cemas, empati dapat dirabarasakan. Fungsi intelektual baik, gangguan persepsi tidak ada. Produktivitas cukup, kontinuitas relevan dan koheren, preokupasi tidak ada.Preokupasi pikiran takut tentang kematian,tidak terdapat gangguan isi pikiran, daya nilai baik. Tilikan 5 (sadar bahwa dirinya sakit dan membutuhkan pertolongan namun tidak menerapkan pengetahuan akan hal ini untuk masa yang akan datang) dan pasien dapat dipercaya.

VI

EVALUASI MULTIAKSIAL Aksis I Berdasarkan autoanamnesa dan pemeriksaan status mental ditemukan beberapa gejala klinis yang bermakna berupa susah tidur yang dialami selama 4 tahun dan memberat pada 1 minggu terakhir, nafsu makan menurun, gelisah, keringat dingin, jantung berdebar-debar, kaki terasa dingin dan tangan berkeringat, sehingga menimbulkan penderitaan (distress) bagi pasien dan keluarganya, serta (disability) bagi pasien dalam hal pekerjaan dan sosial, maka dapat dikategorikan sebagai gangguan jiwa. Dalam pemeriksaan status mental tidak ditemukan hendaya berat dalam menilai realita sehingga digolongkan sebagai gangguan jiwa nonpsikotik. Pada pemeriksaan status internus dan neurologik tidak ditemukan adanya kelainan organobiologik, sehingga kemungkinan gangguan mental organik dapat disingkirkan dan pasien digolongkan sebagai gangguan jiwa non-psikotik non-organik. Dari autoanamnesis dan pada status mental didapatkan gejala cemas yang menonjol yaitu susah tidur, gelisah, keringat dingin, jantung berdebar-debar, kaki terasa dingin dan tangan berkeringat. Perlangsungannya yang hampir setiap saat yang26

tidak terbatas atau menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja sehingga berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ-III), diagnosis diarahkan pada gangguan cemas

menyeluruh (F41.1) Aksis II Pasien adalah orang mudah bergaul namun tertutup terutama pada orang yang baru ditemuinya. Hal ini tidak mengarah pada ciri kepriadian yang khas. Aksis III Tidak ada Aksis IV Kematian keluarga pasien Aksis V GAF Scale 60-51 : Gejala sedang (moderate), disabilitas sedang

VII

DAFTAR MASALAH Organobiologik Tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang bermakna, tetapi diduga terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter maka pasien memerlukan psikofarmakoterapi. Psikologik Ditemukan gejala cemas dan depresi yang menimbulkan gejala psikis sehingga memerlukan psikoterapi. Sosiologik Ditemukan hendaya dalam pekerjaan dan hubungan sosial sehingga pasien memerlukan sosioterapi

VIII

PROGNOSIS Prognosis dubia

27

Faktor Pendukung : y Faktor stresor yang jelas y Tidak ada riwayat gangguan psikiatrik sebelumnya y Sistem support yang baik Faktor Penghambat : y Perlangsungan kronik IX RENCANA TERAPI o Farmakoterapi o Terapi Suportif Ventilasi lega Konseling membantu mengatasinya. : memberikan penjelasan kepada pasien sehingga pasien dalam memahami penyakit serta cara : Alprazolam 0,25 mg 3x1 : : memberikan kesempatan kepada pasien untuk

mengungkapkan perasaan dan keluhannya sehingga pasien merasa

X

FOLLOW UP Memantau keadaan umum pasien serta perkembangan penyakitnya, selain itu menilai efektifitas pengobatan dan kemungkinan efek samping.

XI

PEMBAHASAN/TINJAUAN PUSTAKA Anxietas merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala somatik yang menandakan satu kegiatan berlebihan dari susunan saraf autonomik. Kecemasan yang dialami dalam menghadapi sesuatu yang mengancam dan berbahaya memberi isyarat pada makhluk hidup agar melakukan tindakan mempertahankan diri untuk menghindar atau mengurangi bahaya. Namun biasanya pasien dengan gangguan kecemasan, mereka membuat penilaian yang berlebihan terhadap kemungkinan terjadinya dan parahnya suatu kejadian yang menakutkan.28

Etiologi : 1. Teori neurobiologi Penelitian menunjukkan bahwa sistem saraf otonom yang menyebabkan seseorang mengalami kecemasan lebih besar tingkatannya dari orang lain.. abnormalitas regulasi beberapa neurotransmiter seperti serotonin, 2. Teori kognitif Cemas sebagai manifestasi dari penyimpangan berpikir dan membuat kebiasaan/perilaku seorang individu menjadi berlebihan dalam memandang suatu bahaya. Gejala kecemasan yang terdapat pada pasien ini adalah susah tidur, gelisah, keringat dingin, jantung berdebar-debar, kaki terasa dingin dan tangan berkeringat apabila perasaan cemasnya timbul. Gejala pada pasien ini timbul setiap saat. Kriteria diagnostik menurut PPDGJ-III untuk gangguan cemas menyeluruh yaitu penderita menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya free floating atau mengambang) dan hal ini sesuai dengan keadaan pasien ini. Pada pasien ini digunakan alprazolam dari golongan benzodiazepine yang mempunyai ratio terapeutik lebih tinggi dan lebih kurang menimbulkan adiksi dengan toksisitas yang rendah, dibandingkan dengan meprobamate atau phenobarbital. Disamping itu phenobarbital meng-induksi enzim mikrosomal di hepar, sedangkan golongan benzodiazepin tidak. Alprazolam efektif untuk anxietas antisipatorik, onset of action lebih cepat dan mempunyai komponen efek anti depresi. norepinefrin dan GABA (gamma-aminobutyric acid) berperan dalam perkembangan cemas.

29