tertawa dan cemas

54
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab II ini akan dijelaskan tentang : A. Konsep Teori yang terdiri dari Kecemasan, Mahasiswa, Terapi Tertawa, dan Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Kecemasan; B. Kerangka Konseptual; dan C. Hipotesa Penelitian. A. Konsep Teori 1. Konsep Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut tidak tentram disertai berbagai keluhan fisik. keadaan tersebut dapat terjadi dalam berbagai situasi kehidupan maupun gangguan sakit. Selain itu kecemasan dapat menimbulkan reaksi tubuh yang akan terjadi secara berulang, seperti rasa kosong diperut, 7

description

terapi tertawa dan kecemasan

Transcript of tertawa dan cemas

Page 1: tertawa dan cemas

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab II ini akan dijelaskan tentang : A. Konsep Teori yang terdiri dari

Kecemasan, Mahasiswa, Terapi Tertawa, dan Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap

Kecemasan; B. Kerangka Konseptual; dan C. Hipotesa Penelitian.

A. Konsep Teori

1. Konsep Kecemasan

a. Pengertian Kecemasan

Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut tidak tentram disertai

berbagai keluhan fisik. keadaan tersebut dapat terjadi dalam berbagai

situasi kehidupan maupun gangguan sakit. Selain itu kecemasan dapat

menimbulkan reaksi tubuh yang akan terjadi secara berulang, seperti

rasa kosong diperut, sesak nafas, jantung berdebar, keringat banyak,

sakit kepala, rasa keinginan buang air kecil dan buang air besar,

perasaan ini disertai perasaan ingin bergerak untuk lari menghindari

hal yang dicemaskan (Stuart dan Sundeen, 1998).

Menurut Sigmund freud mengatakan bahwa kecemasan adalah

fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan

datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang

sesuai. Kecemasan member sinyal kepada kita bahwa ada bahaya dan

jika tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan

7

Page 2: tertawa dan cemas

8

meningkatkan ego dikalahkan (Alwisol, 2005). Kecemasan adalah

kondisi kejiwaan yang penuh dengan ke khawatiran dan ketakutan

akan apa yang mungkin terjadi, baik berkaitan dengan permasalahan

yang terbatas dan hal – hal yang aneh (Az-zahrani, 2005). Kecemasan

adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan

merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan,

perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta

dalam menemukan identitas diri dan arti hidup (Kaplan, Sadock, dan

Grebb, 1994 dalam Fausiah 2007).

Menurut pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

kecemasan adalah reaksi emosional yang timbul oleh sebab yang tidak

spesifik yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan merasa

terancam. Keadaan emosi ini biasanya merupakan pengalaman

individu yang subyektif yang tidak diketahui secara khusus

penyebabnya. Cemas berbeda dengan takut, seseorang yang

mengalami kecemasan tidak dapat mengidentifikasi ancaman. Cemas

dapat terjadi rasa takut namun ketakutan tidak terjadi tanpa kecemasan.

b. Teori Kecemasan

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) teoriyang dikembangkan

untuk menjelaskan terjadinya kecemasan adalah :

1) Faktor predisposisi

a) Teori psikoanalitik

Menurut pandangan psikoanalitik, kecemasan

terjadi karena adanya konflik yang terjadi antara emosional

Page 3: tertawa dan cemas

9

elemen kepribadian yaitu id, ego, dan super ego. Id

mewakili insting, super ego mewakili hati nurani,

sedangkan ego mewakili konflik yang terjadi anatara kedua

elemen yang bertentangan. Dan timbulnya merupakan

upaya dalam memberikan bahaya pada elemen ego.

b) Teori interpersonal

Menurut pandangan interpersonal, kecemasan

timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya

penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga

berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti

perpisahan dan kehilangan, yang menim,bulkan kelemahan

spesifik. Orang dengan harga diri rendah mudah mengalami

perkembangan kecemasan yang berat.

c) Teori perilaku

Berdasarkan teori perilaku, kecemasan merupakan

produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu

kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang

diinginkan. Pakar perilaku menganggap kecemasan sebagai

suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari

dalam untuk menghindari kepedihan.

d) Teori keluarga

Intensitas cemas yang dialami oleh inidividu

kemungkinan memiliki dasar genetik. Orang tua yang

memiliki gangguan cemas tampaknya memiliki resiko

Page 4: tertawa dan cemas

10

tinggi untuk memiliki anak dengan gangguan cemas. Kajian

keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan

merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga.

e) Teori perspektif biologis

Kajian biologi menunjukkan bahwa otak

mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepines.

Reseptor ini mungkin membantu mengatur kecemasan.

Penghambat asam aminobutirik-gamma neroregulator

(GABA) dan endorphin juga memainkan peran utama

dalam mekanisme biologis berhubungan dengan

kecemasan.

f) Teori ketidak seimbangan kimia

Menurut teori biologis, gejala gangguan panik dapat

dikaitkan dengan ketidak seimbangan kimia di otak. Alami

utusan kimia, dikenal sebagai neurotransmitter yang

mengirim seluruh informasi ke otak. Otak manusia

diperkirakan memiliki ratusan jenis berbeda

neurotransmitter, dan teori – teori biologi menunjukkan

bahwa seseorang dapat menjadi lebih rentan untuk

mengembangkan gejala gangguan panik jika satu atau lebih

neurotransmitter ini tidak seimbang,

Neurotransmiter ini meliputi serotonin, dopamine,

norepinefrin, dan gamma-aminobutyric acid (GABA)

secara khusus diyakini terkait gangguan mood dan

Page 5: tertawa dan cemas

11

kecemasan. Neurotransmitter ini bertanggung jawab

mengatur berbagai fungsi tubuh dan emosi. Pertama

serotonin adalah neurotransmitter yang sebagian besar

terkait dengan suasana hati, tidur, nafsu makan dan fungsi

pengatur lain dalam tubuh. Para ahli telah menemukan

bahwa penurunan kadar serotonin yang terhubung ke

depresi dan kecemasan.

Neurotransmiter dopamine juga dapat menyebabkan

gejala. Pengaruh dopamine, antara fungsi lainnya, tingkat

energy seseorang,perhatian,penghargaan dan gerakan yang

dapat menyebabkan gejala kecemasan jika tidak seimbang.

Norepinefrin juga terkait dengan kecemasan karena

melibatkan respon fight or flight, atau bagaimana seseorang

bereaksi terhadap stress. Terakhir GABA berperan dalam

menyeimbangkan kegembiraan atau agitasi dan perasaan

tenang dan relaksasi

2) Faktor presipitasi

a) Faktor eksternal

(1) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidak

mampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya

kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup sehari – hari

(2) Ancaman terhadap system diri seseorang dapat

membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial

yang terintegritas.

Page 6: tertawa dan cemas

12

b) Faktor internal

(1) Usia, seseorang yang mempunyai usia lebih muda

ternyata lebih mudah mengalami gangguan kecemasan

daripada seseorang yang lebih tua umurnya

(2) Jenis kelamin, gangguan panik merupakan gagasan

cemas yang ditandai dengan kecemasan yang spontan.

Perempuan memiliki tingkat kecemasan yang lebih

tinggi dibandingkan dengan laki – laki. Dikarenakan

wanita lebih peka terhadap emosinya, yang pada

akhirnya peka juga terhadap perasaan cemasnya.

Perbedaan ini bukan hanya dipengaruhi oleh faktor

emosi, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor kognitif.

Wanita cenderung melihat hidup atau peristiwa yang

dialaminya dari segi detail, sedangkan laki – laki cara

berfikirnya cenderung global atau tidak detail. Individu

yang melihat lebih detail akan juga lebih mudah

dirundung oleh kecemasan karena informasi yang di

miliki lebih banyak dan itu akhirnya bisa benar – benar

menekan perasaannya.

(3) Tipe kepribadian, orang yang berkepribadian A lebih

mudah mengalami gangguan akibat kecemasan

daripada orang dengan kepribadian B. Adapun ciri- ciri

orang dengan kepribadian A adalah tidak sabar,

pendiam, ambisius, ingin serba sempurna, merasa

Page 7: tertawa dan cemas

13

diburu waktu, mudah gelisah, tidak dapat tenang,

mudah tersinggung, otot- otot mudah tegang. Sedang

orang dengan tipe kepribadian B mempunyai ciri- ciri

berlawanan dengan tipe kepribadian A. Karena tipe

keribadian B adalah orang yang penyabar, teliti, mudah

bergaul,tenang, bekerja keras dan rutinitas.

(4) Lingkungan dan situasi, seseorang yang berada

dilingkungan asing ternyata lebih mudah mengalami

kecemasan dibandingkan bila berada di lingkungan

yang biasa ditempati.

Selain faktor – faktor diatas tersebut, Ervita (laporan sarasehan,

2000) mengungkapkan faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan

pada mahasisiwa yang sedang mengerjakan skripsi, antara lain :

1) Faktor eksternal

a) Mahasiswa tidak jelas mengenai topik yang akan diteliti.

b) Mempunyai kekhawatiran terjadinya hambatan penelitian.

c) Tidak terbiasa dalam menulis skripsi.

d) Kurang paham terhadap metodologi.

e) Keterbatasan penguasaan bahasa asing.

f) Biaya penelitian dan pembuatan skripsi yang mahal.

g) Terbatas dan sulitnya mencari literatur.

2) Faktor internal

Page 8: tertawa dan cemas

14

a) Malas, tampaknya ini merupakan momok terbesar dalam

menyelesaikan skripsi. Hal ini dapat berkaitan dengan

pemilihan judul yang tidak sesuai.

b) Bosan atau jenuh, kejunahan dalam mengerjakan skripsi

serimng terjadi, hal ini dikarenakan mahasiswa harus

mengulang bab yang sama sehingga menimbulkan

keengganan untuk menyelesaikannya.

c) Keengganan untuk bertemu dosen pembimbing, mahasiswa

yang tidak antusias dalam mengerjakan skripsi dapat

mengyebabkan dosen untuk memeriksa skripsi mahasiswa

tersebut dan dosen pembimbing menjadi acuh.

d) Kurangnya motivasi diri, motivasi dari dalam diri harus

ditumbuhkan dan dipelihara. Hal ini sebenarnya merupakan

salah satu kunci keberhasilan dalam menyelesaikan skripsi.

e) Pesimis, pesimis dengan kata lain adalah berfikir negatif.

Mahasiswa yang berfikir negatif mudah putus asa, dan

tidak berusaha untuk mencapai hasil yang terbaik dari

keadaan terburuk, sehingga mahasiswa tidak dapat

menghadapi hambatan - hambatan dalam membuat skripsi.

Page 9: tertawa dan cemas

15

c. Tingkat kecemasan

Tarwoto dan Wartonah (2004) membagi kecemasan menjadi 4

tingkat, yaitu :

1) Kecemasan ringan

Kecemasan ini biasanya dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari – hari dan menyebabkan remaja menjadi

waspada serta meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan

dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta

kreatifitas. Respon cemas ringan seperti sesekali

bernafaspendek, nadi dan tekanan darah naik, bibir gemetar,

lapang persepsi meluas, kurangnya konsentrasi pada

penyelesaian masalah, dan tidak dapat duduk dengan tenang.

2) Kecemasan sedang

Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap masalah

menurun. Individu lebih memfokuskan hal – hal yang penting

saat itu dan mengesampingkan hal lain. Respon cemas sedang

seperti : sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik,

mulut kering, anoreksia, gelisah, lapang pandang menyempit,

rangsangan luar tidak mampu diterima, bicara banyak dan lebih

cepat, susah tidur dan perasaan tidak enak.

3) Kecemasan berat

Pada cemas berat lahan persepsi menjadi sempit.

Seseorang cenderung memikirkan hal – hal yang kecil saja dan

mengabaikan hal yang lain. Seseorang tidak mampu berfikir

Page 10: tertawa dan cemas

16

berat lagi dan membutuhkan lebih banyak pengarahan atau

tuntunan. Respon cemas berat seperti : nafas pendek, nadi dan

tekanan darah meningkat, berkeringat dan sakit kepala,

penglihatan kabur, ketegangan, lapang persepsi sangat sempit,

tidak mampu menyelesaikan masalah, bicara cepat, dan

perasaan ancaman meningkat.

4) Panik

Pada tingkat panic dari kecemasan berhubungan dengan

terpengaruh, ketakutan dan terror. Karena mengalami

kehilangan kendali, seseorang yang mengalami panic tidak

mampu melakukan sesuatu walaupun pengan pengarahan.

Panic menyebabkan peningkattan aktivitas motorik,

menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang

lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran

yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan

kehidupan, dan jika berlangsung pada waktu yang lama dapat

terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian (Stuart dan

Sundeen, 1998).

Respon panic seperti nafas pendek, rasa tercekik dan

palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, lapang persepsi sangat

sempit, tidak dapat berfikir logis, mengamuk, marah,ketakutan,

berteriak – teriak, kehilangan kendali, dan persepsi kacau

(Tarwoto dan Wartonah, 2004).

Page 11: tertawa dan cemas

17

d. Rentang respon kecemasan

Respon adaptif Respon maladaptif

antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Gambar 2.1 Rentang Respon Kecemasan (Stuart dan Sundeen, 1998)

e. Faktor yang mempengaruhi respon kecemasan

Menurut Rasmun (2004), kemampuan individu dalam

merespon kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

1) Sifat stresor

Sifat stressor dapat berubah secara tiba – tiba atau

berangsur – angsur dan dapat mempengaruhi seseorang dalam

menghadapi kecemasan tergantung mekanisme koping

seseorang.

2) Jumlah stressor yang bersamaan

Pada waktu yang sama terdapat jumlah stresor yang

harus dihadapi bersama. Semakin banyak stresor yang dialami

seseorang, semakin besar dampaknya bagi fungsi tubuh

sehingga jika terjadi stresor yang kecil dapat mengakibatkan

reaksi yang berlebihan.

Page 12: tertawa dan cemas

18

3) Lama stresor

Memanjangnya stresor dapat menyebabkan

menurunnya kemampuan individu mengalami stress, karena

individu sudah kehabisan tenaga untuk menghadapi stresor

tersebut.

4) Pengalaman masa lalu

Pengalaman masa lalu individu dalam menghadap

kecemasan dapat mempengaruhi individu ketika menghadapi

stresor yang sama karena individu memiliki kemampuan

beradaptasi atau mekanisme koping yang lebih baik, sehingga

tingkat kecemasan pun akan berbeda dan dapat menunjukan

tingkat kecemasan yang lebih ringan.

5) Tingkat perkembangan

Tingkat perkembangan inidividu dapat membentuk

kemampuan adaptasi yang semakin baik terhadap stresor yang

berbeda sehingga resiko terjadinya stress dan kecemasan akan

berbeda pula.

f. Respon terhadap kecemasan

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) respon kecemasan

diklasifikasikan menjadi 4 respon antara lain :

1) Respon fisiologis

a) Kardiovaskuler meliputi : papitasi, jantung berdebar,

tekanan darah meninggi, rasa mau pingsan, pingsan, denyut

nadi menurun.

Page 13: tertawa dan cemas

19

b) Pernafasan meliputi : nafas cepat, nafas pendek, tekanan

pada dada, pembengkakan pada tenggorok, sensasi

tercekik, terengah – engah

c) Neuromuskuler, meliputi : ttremor, insomnia, reflek

meningkat, reaksi kejutan mata berkedip kedip. Gelisah,

wajah tegang, kaki goyah, kelemahan umum.

d) Gastrointestinal, meliputi : kehilangan nafsu makan,

menolak makan, mual, diare, rasa tidak nyaman pada

abdomen.

e) Traktus urinarius, meliputi : tidak dapat menahan kencing,

sering berkemih.

f) Kulit, meliputi : wajah kemerahan, berkeringat pada telapak

tangan, gatal, rasa panas dan rasa dingin pada kulit, wajah

pucat.

2) Respon perilaku

Respon perilaku terhadap kecemasan meliputi : gelisah,

ketegangan fisik, tremor gugup, bicara cepat, kurang

koordinasi, menarik diri dari hubungan personal, melarikan diri

dari masalah, dan menghindari.

3) Respon kognitif

Respon kognitif terhadap kecemasan meliputi :

perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam

memberikan penilaian, hambatan berfikir, bidang persepsi

menurun, bingung, takut cedera, dan kematian.

Page 14: tertawa dan cemas

20

4) Respon afektif

Respon afektif kecemasan meliputi : mudah terganggu,

tidak sabar, gelisah tegang, nervus, ketakutan, teror, dan gugup.

g. Pengukuran kecemasan

Kecemasan dapat diukur dengan skala HARS ( Hamilton

Anxiety Rating Scale ). Skala HARS merupakan pengukuran

kecemasan yang didasarkan pada munculnya symptom pada individu

yang mengalami kecemasan.

Skala HARS digunakan pertama kali pada tahun 1959, yang

diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standart

dalam pengukuran kecemasan terutama pada penelirian trial clinic.

Skala Hars telah dibuktikan memiliki validitas dan reliabelitas cukup

tinggi untuk melakukan pengukuran pada penelitian trial clinic yaitu

0,93 dan 0,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran

kecemasan dengan menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil

yang valid dan reliable.

Skala HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) yang dikutip

Nursalam (2008) penilaian kecemasan terdiri dan 14 item, meliputi:

1) Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah

tersinggung.

2) Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan

lesu.

3) Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal

sendiri dan takut pada binatang besar.

Page 15: tertawa dan cemas

21

4) Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari,

tidur tidak pulas dan mimpi buruk.

5) Gangguan kecerdasan: penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit

konsentrasi.

6) Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada

hobi, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.

7) Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara

tidak stabil dan kedutan otot.

8) Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka

merah dan pucat serta merasa lemah.

9) Gejala kardiovaskuler: takikardi, nyeri di dada, denyut nadi

mengeras dan detak jantung hilang sekejap.

10) Gejala pernapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering

menarik napas panjang dan merasa napas pendek.

11) Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan

menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah

makan, perasaan panas di perut.

12) Gejala urogenital: sering kencing, tidak dapat menahan kencing,

aminorea, ereksi lemah atau impotensi.

13) Gejala vegetatif: mulut kering, mudah berkeringat, muka merah,

bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala.

14) Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, jari-jari gemetar,

mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot

meningkat dan napas pendek dan cepat.

Page 16: tertawa dan cemas

22

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan

kategori:

0 = tidak ada gejala sama sekali

1 = Satu dari gejala yang ada

2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada

3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada

4 = sangat berat semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item

1- 14 dengan hasil:

a. Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan.

b. Skor 7 – 14 = kecemasan ringan.

c. Skur 15 – 27 = kecemasan sedang.

d. Skor lebih dari 27 = kecemasan berat.

2. Konsep Mahasiswa

a. Pengertian mahasiswa

Mahasiswa dalam peraturan pemerintah RI No.30 1990 adalah

peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu.

b. Kewajiban dan hak mahasiswa

1) Kewajiban mahasiswa, antara lain :

a) Menuntut ilmu.

b) Menguasai ilmu dengan sungguh – sungguh agar menjadi

seorang yang berguna yang mengaplikasikan atau

mengembangkan disiplin ilmunya bagi lingkungan tempat

dimana ia tinggal.

Page 17: tertawa dan cemas

23

c) Mematuhi peraturan yang berlaku, sebuah peraturan yang tidak

menyimpang dari ketetapan hukum – hukum Allah dan nilai –

nilai, norma – norma yang ada.

d) Mahasiswa juga harus memainkan peranan penting sebagai

pencetus perubahan dab revolusi.

e) selain itu mahasiswa jugas wajib melaksanakan Tridharma

Mahasiswa yaitu :

(1) Melakukan penelitian.

(2) Pengabdian.

(3) Pengajaran yang diawali dengan proses belajar yang

sungguh – sungguh.

2) Berbicara tentang kewajiban mahasiswa juga berhak mendapatkan

hak yang diterimanya, yaitu :

a) Mendapatkan perlakuan yang sama dari pendidik tanpa

memandang status sosial dari mahasiswa tersebut, apakah

mahasiswa tersebut dari kalangan menengah atau darikalangan

menengah ke bawah.

b) Mendapatkan ilmu, menerima dan dapat menggunakan sarana

prasarana yang ada.

c) Mengemukakan aspirasinya tetap dengan “sopan”.

d) Mendapat pencerahan agama sebagai penyeimbang dalam

menjalani kehidupan.

Page 18: tertawa dan cemas

24

3. Konsep Terapi Tertawa

a. Pengertian terapi tertawa

Terapi tertawa adalah suatu terapi untuk mencapai

kegembiraan di dalam hati yang dikeluarkan melalui mulut dalam

suara tawa, atau senyuman yang menghiasi wajah , perasaan hati yang

lepas dan gembira, dada yang lapang, peredaran darah yang lancar

sehingga dapat mencegah penyakit dan memelihara kesehatan.

Tertawa juga bisa merangsang dan menambah pelepasan hormon

endorphin di dalam tubuh manusia yang merupakan hormon gembira

di dalam tubuh (Adnol,2009).

Terapi Tawa merupakan metode terapi dengan menggunakan

humor dan tawa dalam rangka membantu individu menyelesaikan

masalah mereka, baik dalam bentuk gangguan fisik maupun gangguan

mental Penggunaan tawa dalam terapi akan menghasilkan perasan lega

pada individu. Ini disebabkan tawa secara alami menghasilkan pereda

stres dan rasa sakit .

Terapi tawa modern terjadi sekitar tahun 1930-an, dimana

beberapa rumah sakit mengundang badut untuk menghibur anak-anak

penderita polio. Tahun 1964, Norman Cousins menerbitkan Anatomy

of an Illness yang mendokumentasikan kasus nyata tentang dampak

positif penggunaan humor terhadap penyakit. Pada waktu itu, Norman

Cousins didiagnosa menderita Cousins Ankylosing Spondylitis, yaitu

sebuah penyakit mematikan yang meyebabkan disintegrasi pada

jaringan spinalis. Para dokter memberikan prognosis kesembuhan pada

Page 19: tertawa dan cemas

25

Cousin sebesar 1 dibanding 500 kasus. Menghadapi tipisnya angka

peluang untuk sembuh, Cousins memutuskan untuk melakukan terapi

humor untuk menghibur dirinya sendiri. Dalam pelaksanaannya,

Cousins menemukan bahwa 15 menit tertawa terbahak-bahak dapat

menghasilkan tidur tanpa rasa sakit selama ± 2 jam. Sampel darah juga

menunjukkan bahwa tingkat penyebaran penyakit telah menurun

setelah menjalani terapi humor. Pada akhirnya, Cousins benar-benar

sembuh dari penyakitnya. Selanjutnya, dia menuliskan pengalaman

tersebut pada buku Anatomy of an Illness (Holistic online, 2005).

b. Konsep dasar terapi tertawa

Saat kita berbahagia, secara alamiah kita banyak tersenyum dan

tertawa. Kita tidak sadar membuat diri kita terlihat dan merasa riang.

Saat suasana hati kita baik, raut muka kita secara alami mencerminkan

jiwa kita yang riang. Saat kita merasa murung, secara alami kita

terlihat murung dan muram. Dengan kata lain, kita lebih dulu merasa

bahagia, atau sedih – dan raut muka yang tepat akan muncul sendiri.

Dari penelitian mutakhir soal ini tampaknya juga benar bahwa

jika memaksa munculnya raut tertentu pada kita, maka pikiran dan

tubuh kita akan menanggapinya, dan secara biokimia akan

mengenalinya. Jika kita merasa sedih karena alasan tertentu, dan

diminta tersenyum, ekspresi bahagia kita benar-benar akan membuat

perasaan kita menjadi lebih baik, sebab ia mempengaruhi hormon-

hormon yang mengalir dalam sistem tubuh (Hodkinson, 1991).

Page 20: tertawa dan cemas

26

Waynabaum yang dikutip oleh Lewis et al (2004) menyebutkan

bahwa otot-otot muka bekerja seperti penjepit pembuluh darah yang

mengatur aliran darah ke otak. Aliran darah pada gilirannya

memengaruhi perasaan kita. Teori yang ia kembangkan menyatakan

bahwa emosi seringkali mengikuti ekpresi wajah, bukan

mendahuluinya. Waynbaum mengajukan hipotesa bahwa segala

tanggapan emosi yang tampak, seperti merona, terisak-isak, menangis,

dan seterusnya berkaitan dengan proses-proses vaskuler (pembuluh

darah). Menagis dan tertawa mempengaruhi sirkulasi darah, terutama

melalui kerja diafragma. Waynbaum berpendapat bahwa semua reaksi

emosi, entah positif atau negatif, mempengaruhi sirkulasi dan bahwa

ekspresi wajah memainkan peran penting dalam proses ini.

Waynbaum bertanya, mengapa tersenyum dan tertawa selalu

dikaitkan dengan kegembiraan dan sukacita? Ia menduga bahwa

peningkatan aliran darah ke otak – yang merupakan akibat fisologis

dari tersenyum dan tertawa – terkait dengan kesehatan tubuh dan

suasana hati yang positif. Sebaliknya, suasana hati dan ekpresi tertekan

menghasilkan penurunan aliran darah ke otak. Pada gilirannya hal ini

dapat mengakibatkan penyakit fisik yang sebenarnya. Jadi, orang

dengan wajah terus menerus terlihat murung menyebabkan penurunan

aliran darah ke otak secara permanen. Artinya, otaknya tidak mendapat

gizi yang memadai dan tidak bekerja pada taraf yang optimum

(Plutchik, 2002).

Page 21: tertawa dan cemas

27

Otot zigomatik berkaitan erat dengan senyum dan kebahagiaan.

Menurut teori Waynbaum ini, otot ini secara langsung mengakibatkan

darah mengalir di seluruh otak. Pembuluh vena dipenuhi darah, dan hal

ini sendiri telah meringankan perasaan dan membuat merasa senang

(Plutchik, 2002).

Dalam bukunya, Waynbaum mengajukan gagasan bahwa

tertawa merupakan tindakan yang sehat karena peningkatan sirkulasi

itu bersifat baik. Tertawa itu seperti mandi oksigen –sel-sel dan

jaringan mendapat tambahan oksigen sehingga orang merasa lebih

segar. Sebaliknya, merasa dan berprilaku murung mengakibatkan

pengurangan oksigen dalam darah sehingga sel-sel kekurangan

oksigen. Sel-sel darah menjadi lapar dan kosong, menghasilkan

depresi, kecemasan, dan kemarahan (Plutchik, 2002).

Mengomentari teori Waynbaum ini, Zajonc menyatakan bahwa

darah arteri berdampak mendinginkan otak. Kemungkinan besar suhu

otak mempengaruhi neurotransmiter yakni hormon-hormon yang

membawa keadaan emosi dan perasaan keseluruh bagian tubuh.

Kemungkinan besar saat kita merasa sedih, dan aliran darah ke otak

terhambat, maka ini juga melemahkan proses pelepasan dan sintesis

neurotransmiter yang penting (Hodgkinson, 1991).

Saat otak dialiri darah beroksigen tinggi dengan baik, maka ia

akan bekerja lebih baik ketimbang saat ia kekurangan oksigen. Yang

lebih penting lagi, penyakit adalah hasil ketidakselarasan dalam tubuh.

Lebih dari masuk akal dikatakan bahwa kita akan cenderung merasa

Page 22: tertawa dan cemas

28

sedih dan sakit jika jumlah darah ke otak membuat otak tidak dapat

bekerja secara optimal (Hodgkinson, 1991).

Otak mengingat sesuatu untuk kurun waktu yang sangat lama

dan agak mustahil ia sepenuhnya lupa hal-hal yang pernah ia alami.

Jadi, jika Anda mencoba tersenyum saat anda merasa sedih, otak akan

mengingat bahwa di masa lalu ekpresi ini berkaitan dengan

kebahgiaan, dan akan segera menanggapinya dengan cara melepaskan

neurotransmiter-neurotransmiter yang tepat. Hasilnya kita akan

menjadi lebih berbahagia dan merasa lebih positif (Plutchik, 2002).

Hasil-hasil penelitian ilmiah terbaru memperlihatkan bahwa

kebahagiaan bukan hanya terletak dalam pikiran, tetapi terkandung

dalam otot-otot dan hormon kita. Tindakan menggerakkan otot-otot

wajah membentuk ekspresi yang berkaitan dengan kesukacitaan dapat

menghasilkan efek positif yang berdampak besar pada sistem saraf.

Paul Ekman, peneliti utama dalam bidang ini, meyakini bahwa

mekanika gerakan otot-otot wajah sangat berkaitan dengan sistem saraf

otonom, yang mengatur denyut jantung, pernapasan, dan fungsi-fungsi

yang tidak bisa dikendalikan secara sadar.

c. Fisiologi tawa

Aspek-aspek emosi, termasuk tertawa, “diatur” oleh pusat

emosi di dalam struktur otak yang dinamakan sistem limbic (limbic

sistem). Sistem limbic berasal dari kata “limbus” yang berarti “batas”.

Nama ini dipilih karena menunjukkan daerah fungsional yang dibatasi.

Daerah itu sendiri dibentuk oleh beberapa komponen otak, antara lain

Page 23: tertawa dan cemas

29

hippocampus, gyrus limbic, dan amiygdale. Sistem limbic ini

memainkan peranan dalam mengatur emosi manusia (Aswin, 2005.

Pasiak, 2004).

Sistem limbik yang juga berhubungan dengan aspek-aspek

tingkah laku tertentu ini bentuknya seperti lingkaran sehingga oleh

seorang ahli bernama Papez dinamai lingkaran bergema. Papez

menemukan hal ini karena ketika intinya dirusak, orang yang

bersangkutan menunjukkan suatu emosi yang tidak tepat atau kacau.

Artinya, secara tidak sengaja orang ini bisa mudah marah, tetapi

gampang pula tertawa terbahak-bahak meskipun tidak lucu. Itu karena

lingkaran yang juga merupakan pusat emosi manusia itu terputus.

Kalau salah satu bagian dari lingkaran ini rusak, memori orang itu juga

akan hilang. Hal ini terjadi pada orang yang sudah pikun.

Sementara itu, Ekman dan Friesen (1984, dalam Hasanat,

1996) membagi wajah ke dalam tiga bagian (a) alis/dahi (b)

mata/kelopak mata, pangkal hidung dan (c) wajah bagian bawah yaitu

bibir, mulut, sebagian besar hidung, dagu, pembagian ini didasarkan

fakta bahwa daerah ini secara motorik tidak saling tergantung.

Menurut Ekman dan Friesen (1984, dalam Hasanat, 1996)

ekpresi wajah bahagia tampak pada ekpresi senyum yang ditunjukkan

pada:

1) Sudut bibir tertarik kebelakang dan tertarik ke atas

2) Bibir merapat atau meregang dengan gigi terlihat atau tidak

3) Ada kerutan turun dari hidung sampai sudut luar bibir

Page 24: tertawa dan cemas

30

4) Pipi terangkat

5) Ada kerutan dibawah kelopak mata bagian bawah

6) Ada kerutan disudut luar mata.

Selanjutnya Ekman dan Friesen (1984, dalam Hasanat, 1996)

mengatakan bahwa dalam ekspresi bahagia biasanya mata terlihat

”bersinar”. Intensitas bahagia terutama ditentukan oleh posisi bibir.

Apabila sudut bibir semakin kebalakang dan keatas disertai dengan

kerutan naso labial, dan kerutan dibawah kelopak mata bagian bawah,

maka ekspresi bahagia semakin kuat.

d. Kelebihan dan kekurangan terapi tertawa

Sebagai terapi dengan pendekatan yang holistik, terapi tawa

tidak terlepas dari adanya kelebihan dan kekurangan. Kelebihan terapi

tawa adalah, antara lain (Ariana, 2006).

1) Terapi tawa merupakan terapi yang tidak membutuhkan banyak

peralatan. Terapi ini dapat dilakukan dengan menggunakan media

VCD, majalah, televisi, atau tidak menggunakan peralatan sama

sekali, yaitu dengan saling berbagi cerita lucu dengan orang lain.

2) Terapi tawa tidak memiliki batasan ruang dan waktu dalam

pelaksanaannya. Ini dapat diterapkan di kamar, kelas, maupun

ruangan terbuka.

3) Terapi tawa tidak menuntut kehadiran seorang terapis profesional

dan dapat diterapkan secara mandiri oleh individu atau kelompok

yang menginginkanya.

Page 25: tertawa dan cemas

31

4) Terapi tawa dapat dilakukan dalam kelompok maupun individual.

Namun, untuk mendapatkan manfaat yang lebih banyak, biasanya

cenderung dilakukan dalam kelompok kecil.

5) Tidak ada ketentuan mengenai materi yang digunakan sebagai

stimulus humor. Masing-masing individu bebas memilih jenis

humor sesuai dengan minat dan keinginannya.

Selain kelebihan-kelebihan di atas, penggunaan tawa dalam

terapi tawa juga memiliki beberapa keterbatasan yang menjadi

kekurangannya sebagai sebuah intervensi kesehatan, antara lain:

1) Terapi humor tidak dapat diterapkan pada individu dengan

beberapa gangguan kesehatan, seperti hernia, wasir parah, penyakit

jantung dengan sesak napas, pasca operasi, peranakan turun,

kehamilan, serangan pilek dan flu, tuberkulosis, dan komplikasi

mata (Kataria, 2004). Hal ini dikarenakan produksi tawa

dikhawatirkan akan mengganggu proses penyembuhan serta dapat

menularkan beberapa penyakit tertentu bila dilakukan dalam

kelompok. Namun, kekurangan ini dapat dikendalikan jika

individu yang bergabung dapat menguasai dirinya sendiri, sehingga

tidak melakukan aktifitas tertawa yang berlebihan selama sesi

terapi berlangsung.

2) Faktor lain yang dapat menjadi penghalang keberhasilan terapi

tawa adalah tingkat dan jenis sense of humor. Sense of humor

adalah bagaimana seseorang mempersepsikan sebuah stimulus

sebagai stimulasi humor sehingga dapat menghasilkan tawa.

Page 26: tertawa dan cemas

32

Tingkat sense of humor mengacu kepada seberapa sering seseorang

mempersepsikan humor sebagai sebuah stimulus untuk

menghasilkan tawa; sedangkan jenis sense of humor mengacu

kepada jenis humor apa yang paling dapat membuat seseorang

tertawa. Menurut penelitian Hartanti (2002) hanya orang-orang

dengan tingkat dan jenis sense of humor tertentu yang mampu

merespon stimulasi humor sesuai dengan yang diharapkan.

e. Indikasi dan kontra indikasi terapi tertawa

Terapi tawa adalah terapi yang sangat ringan dan tidak

membatasi usia, setiap orang bsa melakukannya. Disamping

mempunyai manfaat besar, terapi juga mengandung sejumlah potensi

bahaya. Potensi ini dilarang untuk dilakukan oleh mereka yang

mempunyai beberapa jenis penyakit dan problem.

1) Indikasi

Terapi tawa merupakan teknik yang mudah dilakukan,

tetapi efeknya sangat luar biasa, bahkan dapat menyembuhkan

pasien dengan gangguan mental akibat stres berat. Humor dalam

bentuk tertawa dalam dunia medis, merupakan obat mujarab

gangguan stres, atau gangguan penyakit lainnya. Orang yang

mudah tertawa, akan lebih cepat sembuh dari sakitnya, daripada

mereka yang banyak mengeluh, apalagi menangis.

Tertawa membuat otak menekan kita untuk melakukan dua

hal yang simultan. Pertama adalah visual, yaitu gerakan muka

khusus. Yang kedua, adalah phonic, yaitu mengeluarkan bunyi

Page 27: tertawa dan cemas

33

tertentu. Selama tertawa, ada banyak perubahan dalam bagian

tubuh termasuk tangan, kaki dan otot. Tertawa membantu

melepaskan emosi dan ketegangan. Orang sering menyimpan

emosi dari pada mengeluarkannya saat marah, takut, sedih, stres

atau bosan. Tertawa merupakan cara lain untuk menemukan jalan

keluar dari ketegangan-ketegangan tersebut.

Pada saat tertawa, lima belas otot muka berkontraksi dan

mendapatkan rangsangan efektif pada sebagian besar otot mulut.

Bahkan dalam keadaan tertentu, pembuluh air mata terangsang

sehingga selagi mulut terbuka dan tertutup, ada suatu dorongan

untuk mengisap udara yang cukup, sehingga muka memerah dan

mata berair.

Dari banyak pengalaman, telah terbukti bahwa tertawa

merupakan "mesin terbaik" untuk menghilangkan stres. Penelitian

medis menunjukkan adanya pengaruh psikologi pada tertawa

terhadap kesehatan. Rasa humor akan masuk dengan mudah

"mengobati" sakit, tekanan hidup sehari-hari, stres, atau rasa penat

setelah bekerja. Rasa humor dapat secara dramatis mengubah

kualitas dan pandangan hidup kita. Rasa humor merupakan suatu

cara yang mudah untuk mengenali perasaan, dan mengontrolnya

dalam situasi sulit.

Page 28: tertawa dan cemas

34

Beberapa dampak psikologi tertawa terhadap tubuh, adalah

sebagai berikut (Simanungkalit, & Pasaribu, 2007)

a) Mengurangi stress atau cemas

Tertawa akan mengurangi tingkat stres tertentu dan

menumbuhkan hormon penyeimbang yang dihasilkan

saat stres. Dalam keadaaan stres, akan dihasilkan

hormon yang menekan sistem kekebalan, sehingga

meningkatkan jumlah platelet (sesuatu yang dapat

menyebabkan gangguan dalam arteri) dan

meningkatkan tekanan darah. Dengan tertawa, hormon

stres dapat diimbangi sampai tingkat tertentu.

b) Meningkatkan kekebalan

Tertawa dapat meningkatkan sistem kekebalan

karena tertawa pada dasarnya membawa keseimbangan

pada semua komponen dalam sistem kekebalan tubuh.

c) Menurunkan tekanan darah tinggi

Tertawa dapat meningkatkan aliran darah dan

oksigen dalam darah, yang dapat membantu

pernapasan.

d) Mencegah penyakit

Tertawa dipercaya mampu mencegah penyakit,

seperti penyakit jantung, karena marah dan takut yang

merupakan emosi penyebab serangan jantung dapat

diatasi dengan tertawa. Karena tertawa itu sehat,

Page 29: tertawa dan cemas

35

tertawalah selagi kita masih bisa tertawa, tetapi tentu

saja tertawa yang ada sebabnya.

Secara lebih khusus manfaat terapi tawa untuk anak-anak

dapat dirumuskan sebagai berikut (Kataria, 2004):

a) Sesi tawa rutin akan meningkatkan pasokan oksigen

untuk memperbaiki fungsi mental dan prestasi akademis

mereka

b) Sesi tawa akan mengurangi stress saat ujian. Bahkan

sebelum memasuki ruang ujian, mereka perlu dibuat

tertawa selama sekitar sepuluh menit untuk mengurangi

kecemasan

c) Terapi tawa akan meningkatkan stamina dan kapasitas

pernapasan untuk membantu mereka unggul dalam

kegiatan olahraga. Kegiatan ini akan sangat

mengendurkan syaraf sebelum kegiatan olahraga

kompetitif.

d) Terapi tawa akan meningkatkan kadar relaksasi dan

mengurangi kegugupan serta demam panggung. Hal ini

juga membantu anak-anak menjadi lebih terbuka dan

mengembangkan rasa percaya diri

e) Mereka akan lebih jarang terserang penyakit batuk, pilek,

infeksi kerongkongan dan pernapasan, karena tawa

membantu meningkatkan kekebalan tubuh yang baik

melawan semua infeksi.

Page 30: tertawa dan cemas

36

f) Jika pengambilan nafas dalam-dalam ala yoga

dipraktekkan di antara latihan tawa, hal ini akan

membantu mengembangkan stabilitas mental mereka.

Jika sikap keceriaan menjadi cara hidup, mereka akan

mempunyai sikap yang positif dalam menghadapi saat-

saat sulit. Tawa juga akan membantu mereka

meningkatkan kemampuan kreatif mereka.

g) Terapi tawa akan meningkatkan kemampuan kreativitas,

intelektual, emosional dan juga sosialisasi anak ketika

berada lingkunangan rumah dan disekolah (Mc. Ghee,

2006)

2) Kontra Indikasi

Tertawa adalah terapi yang sangat ringan dan tidak

membatasi usia, walaupun begitu, terapi ini dilarang untuk

dilakukan oleh mereka yang mempunyai beberapa jenis penyakit

dan problem. Pelarangan melakukan tawa ini dikarenakan

dikawatirkan berakibat buruk pada penyakitnya.

Mereka yang dilarang untuk melakukan terapi humor ini

adalah (Simanungkalit & Pasaribu, 2007).

Tabel 2.1 Kontra indikasi terapi tertawa

Kontra Indikasi Rasionalisasi

Penderita penyakit wasir Berbahaya karena otot di sekitar pinggul

dan perut mendapat tekanan lebih berat

sehingga dikhawatirkan memperparah

Page 31: tertawa dan cemas

37

penyakit wasir

Penderita penyakit hernia Hal ini dapat memperparah penyakit

hernia karena membutuhkan kerja keras

otot dan kemungkinan isi perut akan

menonjol di sekitar saluran selangkangan.

Penderita penyakit jantung Memacu denyut jantung bekerja lebih

cepat, sehingga dikhawatirkan berakibat

fatal.

Penderita sesak nafas Mengganggu pernapasan

Baru selesai melakukan

operasi

Jahitan opersinya akan terlepas, apalagi

yang melakukan operasi besar atau perus

Sedang hamil Mengakibatkan kontraksi dan bisa terjadi

keguguran.

Peranakan turun Menurunkan tali ligamen yang menopang

peranakan menjadi lemah.

Penyakit TBC Bibit-bibit penyakitnya akan menular

kepada orang lain sekitarnya

Penyakit flu Bibit flu akan menyebar dan penderita flu

sebaiknya istirahat saja.

Penyakit pilek Akan menularkan bibi-bibit virusnya

kepada orang lain.

Komplikasi mata

(glaukoma)

Akan meningkatkan tekanan pada bola

mata karena bendungan aliran cairan

mata melalui terusan Schlemm dalam

Page 32: tertawa dan cemas

38

pembuluh balik semakin meningkat,

mencekungnya pupil saraf mata, dan bisa

berakibat pada kebutaan.

f. Prosedur terapi tertawa

1) Lakukan pemanasan dengan cara menghirup napas melalui hidung,

tahan napas selama 15 detik dengan pernapasan perut. Lalu

hembuskan secara perlahan melalui mulut. Lakukan lima kali

berturut-turut.

2) Diusahakan ada seorang pemandu yang memimpin jalannya terapi.

Pertama perawat mengemukakan pada kelompok bahwa terapi 

akan dimulai. Perawat kemudian tertawa lebar (haa – haa – haa)

dengan membuka mulut kira – kira 30°, sudut bibir tertarik keatas

dan tertarik kebelakang, kemudian pipi terangkat, ada kerutan

dibawah kelopak mata dan disudut luar mata dan diikuti oleh

anggota kelompok. Gerakan pemandu hendaknya luwes atau tidak

kaku. Tertawa ini bisa berlangsung selama 15 detik.

Page 33: tertawa dan cemas

39

3) Setelah 5 menit, kembali tertawa (dengan menyuarakan hii – hii –

hii) sudut bibir tertarik kebelakang dan ke atas, bibir meregang

dengan gigi terlihat, ada kerutan dibawah kelopak mata dan disudut

luar mata.

4) Bila kurang kompak, lakukan kembali dengan menyuarakan (huu –

huu – huu) dengan memajukan bibir kedepan.

5) Terapi tertawa hendaknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari.

Siang merupakan waktu yang kurang baik untuk terapi tertawa.

Lakukan sehari 1 kali dan 3 kali seminggu. (Setyoadi, 2011)

Page 34: tertawa dan cemas

40

4. Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Kecemasan

Tertawa terbukti dapat menurunkan kecemasan karena dengan

tertawa bisa merangsang dan menumbuhkan hormone endorphin didalam

tubuh yang merupakan hormon gembira didalam tubuh sehingga dapat

memperbaiki suasana hati. Tertawa juga dapat membentuk pola berfikir

yang positif. Dengan tertawa akan merelaksasikan otot – otot yang tegang.

Selain itu tertawa juga bisa melebarkan pembuluh darah sehingga

memperlancar aliran darah keseluruh tubuh. Disamping itu tertawa juga

berperan menurunkan kadar hormone stress epinephrine dan kortisol

sehingga dapat menurunkan kecemasan atau stress (Tarigan, 2009).

Page 35: tertawa dan cemas

41

B. Kerangka Konseptual

Keterangan :

Terapi tertawa

Gambar 2.2 : Kerangka konseptual Pengaruh terapi tertawa terhadap kecemasan mahasiswa prodi sarjawa keperawatan semester VII dalam menghadapi skripsi di Stikes Satrtia Bhakti Nganjuk

Mahasiswa

kecemasanFaktor – faktor yang menyebabkan kecemasan :

Menurut Stuart dan Sundeen (1998).a. Faktor predisposisi.

1) Psikoanalitik.2) Interpersonal.3) Perilaku.4) Keluarga.5) Perspektif.

Biologis.

Tidak cemas Cemas beratCemas sedang

Mekanisme koping mahasiswa menjadi adaptif

Cemas ringan

Hipotalamus menghasilkan corticotropin relaxing factor (CRF)

CRF merangsang kelenjar pituitary untuk meningkatkan produksi

Merangsang endorphin

Hormone norepinefrin turun

Merespon relaksasi pada saraf otonom

System limbic menjadi seimbang

Pengaturan system emosi menjadi seimbang

Mahasiswa dapat menyelesaikan skripsi

b. Faktor presipitasi.1) Usia.2) Jenis kelamin.3) Tipe kepribadian.

: Yang diteliti : Yang tidak diteliti

Page 36: tertawa dan cemas

42

C. Hipotesa Penelitian

Hipotesa adalah suatu asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih

variabel yang diharapkan menjawab pertanyaan dalam riset (Nursalam,

2008).

Ha : Ada Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Kecemasan Mahasiswa

Prodi Sarjana Keperawatan Semester VII Dalam Menghadapi Skripsi di Stikes

Satria Bhakti Nganjuk.