CSS Gangguan Cemas

50
CLINICAL SCIENCE SESSION GANGGUAN CEMAS Oleh : Dila Larasati Erva Monica Saputro Narji Khameneii Amizah Preseptor : Tuti Kurnianingsih, dr., SpKJ BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA RUMAH SAKIT Dr. HASAN SADIKIN FAKULTAS KEDOKTERAN

description

CSS Gangguan Cemas

Transcript of CSS Gangguan Cemas

Page 1: CSS Gangguan Cemas

CLINICAL SCIENCE SESSION

GANGGUAN CEMAS

Oleh :

Dila Larasati

Erva Monica Saputro

Narji Khameneii Amizah

Preseptor : Tuti Kurnianingsih, dr., SpKJ

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA

RUMAH SAKIT Dr. HASAN SADIKIN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2015

Page 2: CSS Gangguan Cemas

GANGGUAN CEMAS

KECEMASAN NORMAL

Sensasi kecemasan sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut

ditandai oleh rasa ketakutan yang difus, tidak menyenangkan, dan samar-samar,

seringkali disertai gejala otonomik seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi,

kekakuan pada dada, dan gangguan lambung ringan.

Manifestasi perifer dari kecemasan:

Diare

Pusing, melayang

Hiperhidrosis

Hiperrefleksia

Hipertensi

Palpitasi

Midriasis pupil

Gelisah (misalnya, mondar-mandir)

Sinkop

Takikardia

Rasa kesemutan di anggota gerak

Tremor

Upset stomach(‘butterflies’)

Frekuensi urin, hesitansi, urgensi

a. Ketakutan dan Kecemasan

Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan; ia memperingatkan adanya

bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan

untuk mengatasi ancaman. Ketakutan, suatu sinyal serupa yang menyadarkan,

harus dibedakan dari kecemasan. Rasa takut adalah respons dari suatu ancaman

yang asalnya diketahui, eksternal, jelas, atau bukan bersifat konflik; kecemasan

adalah respons terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak diketahui, internal,

samar-samar, atau konfliktual.

b. Fungsi adaptif dari kecemasan

Page 3: CSS Gangguan Cemas

Kecemasan memperingatkan adanya ancaman eksternal dan internal. Pada

tingkat yang lebih rendah kecemasan memperingatkan ancaman akan cedera pada

tubuh, rasa takut, keputusasaan, kemungkinan hukuman, atau frustasi dari

kebutuhan sosial atau tubuh, perpisahan dari orang yang dicintai, gangguan pada

keberhasilan atau status seseorang dan akhirnya ancaman pada kesatuan atau

keutuhan seseorang. Kecemasan akan mengarah seseorang untuk mengambil

langkah yang diperlukan untuk mencegah ancaman atau meringankan akibatnya.

c. Stres dan Kecemasan

Suatu peristiwa dirasakan dapat menyebabkan stres adalah tergantung pada

sifat peristiwa dan kekuatan seseorang, pertahanan psikologis, dan mekanisme

mengatasinya(coping mechanism).Seseorang yang egonya berfungsi dengan baik

adalah dalam keseimbangan adaptif dengan dunia eksternal maupun internal; Jika

ego tidak berfungsi dengan tepat dan ketidakseimbangan yang dihasilkannya

berlangsung cukup lama, orang mengalami kecemasan kronis. Baik

ketidakseimbangan eksternal, antara tekanan dunia luar dan ego seseorang, atau

ketidakseimbangan internal, antara impuls pasien (contoh: impuls agresif, seksual,

dan ketergantungan) dan kesadaran, akan menghasilkan suatu konflik

d. Gejala Kecemasan

Gambaran klinis dinilai dari 2 hal, yaitu gejala fisiologis dan gejala psikologik.

1. Gejala fisiologis

Gemetar

Nyeri punggung dan nyeri kepala

Ketegangan otot

Napas pendek, hiperventilasi

Mudah lelah, sering kaget

Hiperaktivitas otonomik (wajah merah dan pucat, takikardia, palpitasi,

tangan terasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing)

Parestesia

Sulit menelan

2. Gejala psikologik

Rasa takut yang berlebihan dan sulit untuk dikontrol

Sulit konsentrasi

Page 4: CSS Gangguan Cemas

Insomnia

Libido menurun

Rasa mual di perut

Hipervigilance (siaga berlebih)

KECEMASAN PATOLOGIS

a. Teori psikologis

Tiga bidang utama teori psikologis yaitu psikoanalitik, perilaku,dan

eksistensial, telah menyumbang teori tentang penyebab kecemasan.

1. Teori psikoanalitik

Freud menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu sinyal kepada ego bahwa

suatu dorongan yang tidak dapat diterima menekan untuk mendapatkan

perwakilan dan pelepasan sadar Sebagai suatu sinyal, kecemasan

menyadarkan ego untuk mengambil tindakan defensif terhadap tekanan dari

dalam

2. Teori perilaku

Teori perilaku atau belajar tentang kecemasan telah menghasilkan suatu

pengobatan yg paling efektif untuk gangguan kecemasan.Teori perilaku

menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu respon yg dibiasakan terhadap

stimuli lingkungan yg spesifik’

3. Teori eksistensial

Teori eksistensial tentang kecemasan memberikan model untuk gangguan

kecemasan umum,dimana tidak terdapat stimulasi yg dapat diidentifikasikan

secara spesifik untuk suatu perasaan kecemasan yang kronik. Konsep inti dari

teori eksistansional adalah bahwa seseorang menjadi menyadari adanya

kehampaan yang menonjol didalam dirinya, ia merasa hidup di alam tanpa

tujuan.

b. Teori Biologis:

Teori biologis dari kecemasan antara lain:

1. Sistem saraf otonom

Page 5: CSS Gangguan Cemas

Stimulasi sistem saraf otonom menyebabkan gejala tertentu kardiovaskular

(sebagai contohnya, takikardia), muskular (sebagai contohnya, nyeri

kepala ,diperkirakan bahwa kecemasan sistem saraf pusat mendahului

manifestasi perifer dari kecemasan

2. Neurotransmitter

a. Norepinefrin

Penelitian pada manusia menunjukkan bahwa, pada pasien dengan

gangguan panik, agonis ad:energik-beta-sebagai contohnya, isoproterenol dan

antagonis adrenergik-alfa2 sebagai contohnya,dapat mencetuskan serangan

panik parah dan sering. Sebaliknya, clonidine, suatu agonis adrenergikalfa2,

menurunkan gejala kecemasan pada beberapa situasi percobaan dan terapetik.

Temuan yang kurang konsisten adalah bahwa pasien dengan gangguan

kecemasan, khususnya gangguan panik:, memiliki kadar metabolit

noradrenergik yaitu 3-methoxy-4-hydroxyphenylgiycol (MHPG) dalam CSF

dan urin yang meninggi.

b. Serotonin

Pengamatan bahwa antidepresan serotonergik memiliki efek terapetik pada

beberapa gangguan kecemasan Beberapa laporan menyatakan bahwa m-

chlorophenylpiperazine (mCPP), suatu obat dengan efek serotonergik dan

nonserotonergik yang multipel, dan fenfluramine (Pondimin), yang

menyebabkan pelepasan serotonin, memang menyebabkan peningkatan

kecemasan

c. GABA

benzodiazepine yang tidak dapat dipungkiri, yang meningkatkan aktivitas

GABA pada reseptor GABA-A, di dalam pengobatan, beberapa jenis

gangguan kecemasan peneliti.menghipotesiskan bahwa beberapa pasien

dengan gangguan kecemasan memiliki fungsi reseptor GABA yang abnormal,

walaupun hubungan tersebut belum terbukti secara langsung.

3. Penelitian pencitraan otak

Penelitian struktural sebagai contohnya, pemeriksaan tomografi komputer

(CT) dan pencitraan resoiiansi magnetik (MRI) kadang-kadang menemukan

suatu peningkatan ukuran ventrikel serebral tomografi komputer emisi foton

Page 6: CSS Gangguan Cemas

tunggal (SPECT (EEG) pada pasien dengan gangguan kecemasan telah secara

beragam melaporkan adanya kelainan di korteks frontalis

4. Penelitian genetika

Penelitian genetika telah menghasilkan data yang kuat bahwa sekurangnya

suatu komponen genetika berperan terhadap perkembangan gangguan

kecemasan. Hampir separuh dari semua pasien dengan gangguan panik

memiliki sekurangnya satu sanak saudara yang menderita gangguan cemas

5. Pertimbangan neuroanatomis (sistim limbik dan korteks serebral frontalis)

GANGGUAN PANIK

Gangguan panik adalah ditandai dengan terjadinya serangan panik yang

spontan dan tidak diperkirakan. Serangan panik adalah periode kecemasan atau

ketakutan yang kuat dan relatif singkat (biasanya kurang dari satu tahun), yang

disertai oleh gejala somatik tertentu seperti palpitasi dan takipnea. Frekuensi pasien

dengan gangguan panik mengalami serangan panik adalah bervariasi dari serangan

multiple dalam satu hari sampai hanya beberapa serangan selama setahun.

Epidemiologi

Wanita dua sampai tiga kali lebih sering terkena daripada laki – laki.

Gangguan paling sering berkembang pada dewasa muda – usia rata – rata timbulnya

adalah kira – kira 25 tahun.

Etiologi

1. Faktor Biologis

Hipotesis hasil penelitian menyebutkan bahwa gangguan panik melibatkan

regulasi sistem saraf perifer dan pusat di dalam patofisiologi gangguan panik

(peningkatan tonus simpatetik). Sistem neurotransmitter utama yang terlibat

adalah norepinefrin, serotonin, dan gamma-aminobutyric acid (GABA).

2. Faktor Genetika

Adanya peningkatan risiko gangguan panik sebesar empat sampai delapan kali

lipat pada sanak saudara derajat pertama pasien dengan gangguan panik

dibandingkan dengan sanak saudara derajat pertama dari pasien dengan gangguan

psikiatrik lainnya.

Page 7: CSS Gangguan Cemas

3. Faktor Psikososial

- Teori kognitif perilaku

Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu respon yang

dipelajari baik dari perilaku modeling orang tua atau melalui proses pembiasaan

klasik.

Gambaran Klinis

- Dapat terjadi spontan atau setelah luapan kegembiraan, kelelahan fisik, aktifitas

seksual, atau trauma emosional sedang.

- Serangan berlangsung 20 – 30 menit, jarang > 1 jam.

- Gejala mental utama adalah ketakutan yang kuat dan suatu perasaan ancaman

kematian dan kiamat. Pasien biasanya tidak mampu untuk menyebutkan sumber

ketakutannya.

- Merasa kebingungan dan sulit memusatkan perhatian.

- Takikardia, palpitasi, sesak nafas, dan berkeringat.

- Kesulitan berbicara, gangguan daya ingat.

- Gejala penyerta : depresi, resiko bunuh diri, depersonalisasi.

Diagnosis

Kriteria diagnosis DSM-V untuk gangguan panik:

Page 8: CSS Gangguan Cemas

Diagnosis Banding

Gangguan medis : Infark miokard, kelainan tiroid, paratiroid, adrenal, intoksikasi

obat, gangguan saraf perifer atau sentral.

Page 9: CSS Gangguan Cemas

Gangguan mental : Pura – pura, gangguan buatan, hipokondriasis, gangguan

depersonalisasi, fobia sosial dan spesifik, gangguan stress paskatraumatik,

gangguan somatoform, gangguan depresif dan skizofrenia

Perjalanan Penyakit dan Prognosis

Gangguan panik biasanya memiliki onset selama masa remaja akhir atau masa

dewasa awal, walaupun onset selama anak – anak, remaja awal, dan usia pertengahan

dapat terjadi. Pada umumnya gangguan panik adalah suatu gangguan kronis.

Frekuensi dan keparahan serangan panik mungkin berfluktuasi. Serangan panik dapat

terjadi beberapa kali sehari atau kurang dari satu kali dalam sebulan.

Depresi dapat mempersulit gambaran gejala pada kira – kira 40 – 80 % dari

semua pasien. Walaupun pasien tidak cenderung berbicara tentang gagasan bunuh

diri, mereka berada dalam risiko yang meninggi untuk melakukan bunuh diri. Prestasi

di sekolah dan pekerjaan dan interaksi keluarga seringkali terganggu. Pasien dengan

fungsi pramorbid yang baik dan lama, gejala yang singkat cenderung memiliki

prognosis yang baik.

Terapi

Farmakoterapi

Obat trisiklik (clomipramine dan imipramine) dan tetrasiklik, inhibitor

monoamine oksidase (MAOIs : phenelzine , tranylcypromine), inhibitor ambilan

kembali spesifik serotonin (SSRIs : fluoxetine, sertraline, paroxetine), dan

benzodiazepine adalah efektif di dalam pengobatan gangguan panik. Tetapi, antagonis

reseptor adrenergic beta (contoh : propranolol) adalah tidak efektif untuk mengobati

gangguan panik azasprinoes yang sekarang tersedia, sebagai contohnya buspirone

(BuSpar) kemungkinan tidak efektif, walaupun uji coba definitif belum pernah

dilakukan.

Terapi Kognitif dan Perilaku

Dua pusat utama terapi kogitif untuk gangguan panik adalah instruksi tentang

kepercayaan salah dari pasien dan informasi tentang serangan panik. Penerapan

relaksasi diperlukan untuk memasukkan suatu rasa pengendalian pada pasien tentang

tingkat kecemasan dan relaksasinya. Latihan pernafasan diperlukan untuk

Page 10: CSS Gangguan Cemas

mengendalikan hiperventilasi pada serangan panik. Pemaparan in vivo juga dilakukan

sebagai terapi perilaku primer untuk gangguan panik.

AGORAPHOBIA

Agoraphobia berasal dari kata agora dan phobos dalam bahasa Yunani yang

artinya ‘ fear of the marketplace’. Agoraphobia adalah rasa takut atau cemas terhadap

suatu tempat yang sulit untuk keluar dari tempat tersebut. Kondisi ini dapat

menyebabkan gangguan yang berat karena orang akan sulit bekerja dan tidak mau

keluar rumah. Di U.S peneliti beranggapan bahwa agoraphobia adalah komplikasi dari

gangguan panik. Seseorang akan merasa takut bila terkena serangan panik mendadak

di tempat umum sehingga orang tersebut cenderung akan mengurung diri. Namun

Page 11: CSS Gangguan Cemas

pada klasifikasi DSM-V panik bisa menjadi komorbid atau tidak komorbid dengan

gangguan panik .

Epidemiologi

Berdasarkan DSM-5 usia diatas 65 tahun memiliki prevalensi 0.4 persen mengalami

agoraphobia. 50% penderita agoraphobia juga memiliki gangguan panik, dan biasanya

agoraphobia muncul setelah adanya kejadian traumatis.

Diagnosis dan Gejala Klinis

Page 12: CSS Gangguan Cemas

Diagnosis Banding

Mayor depresif disorder, schizophrenia, pranoid personality disorder, avoidance

personality disorder, dependent personality disorder.

Perjalanan Penyakit dan Prognosis

Kebanyakan penyebab agoraphobia adalah gangguan panik, ketika gangguan panik

disembuhkan agoraphobia akan membaik seiring waktu. Apabila tanpa gangguan

panik cenderung akan lebih kronis, juga apabila disertai gangguan depresi dan

ketergantungan alkohol.

Terapi

Farmakoterapi

a. Benzodiazepine : onset paling cepat untuk menogbati panik. Alprazolam

(Xanax) dan lorazepam (Ativan)sering digunakan. Clonazepam (Klonopin)

juga dikatakan efektif. Penggunaan benzodiazepin berpotensi menimbulkan

dependensi, kerusakan kognisi, apabila dignakan dalam jangka panjang. Efek

samping mild dizziness dan sedatif.

b. Selective Serotonin Reuptake Inhibitors: SSRIs mengurangi atau mencegah

kecemasan, termasuk agoraphobia. Efek samping: gangguan tidur, mengantuk,

lightheadedness, mual, diare.

c. Tricyclic and Tetracyclic Drugs: Clomipramine (Anafranil) and imipramine

(Tofranil) paling efektif untuk gangguan ini. Dosis harus diberikan perlahan

meningkat sampai mencapai keuntungan klinis penuh hingga minggu 8- 12.

Psychotherapy

a. Supportive Psychotherapy: Menguatkan defense adaptive

b. Insight-Oriented Psychotherapy: Tujuannya untuk meningkatkan insight

pasien agar ia tahu apabila maslaah tidak diselesaikan akan terus muncul

gejalanya.

c. Behavior Therapy:Teknik berupa positif dan negatif reinforcement,

desensitasi sistematis, menghentikan pikiran berlebihan, relaksasi, mengontrol

rasa sakit, monitor diri, hipnosis.

d. Cognitive Therapy.memeberikan PR dan tugas yang harus dikerjakan

Page 13: CSS Gangguan Cemas

e. Virtual Therapy. Menggunakan program komputer untuk mencoba seolah-

olah orang tersebut ada dalam keramaian.

GANGGUAN ANXIETAS KHAS DAN SOSIAL

1) Definisi

Fobia adalah ketakutan yang berlebihan terhadap objek,

keadaan, dan situasi yang spesifik. Fobia khas adalah ketakutan yang

kuat dan menetap terhadap objek atau situasi tertentu. Fobia sosial

adalah ketakutan yang kuat dan menetap terhadap situasi dimana dapat

terjadi keadaan yang memalukan.

Jenis-jenis fobia di antaranya:

- Acrophobia: takut terhadap ketinggian

- Agoraphobia: takut terhadap ruang terbuka

- Ailurophobia: takut terhadap kucing

- Hydrophobia: takut terhadap air

- Claustrophobia: takut terhadap tempat tertutup

- Cynophoba: takut terhadap anjing

- Mysophobia: takut terhadap kotoran dan kuman

- Pyrophobia: takut terhadap api

- Xenophobia: takut terhadap orang asing

- Zoophobia : takut terhadap binatang

2) Epidemiologi

Fobia Khas

- Lebih sering terjadi dibandingkan fobia sosial

- Gangguan mental yang umum terjadi pada wanita

- 5-10 per 100 orang

Fobia Sosial

- Wanita >> laki-laki

- Usia puncak terjadi pada remaja

Page 14: CSS Gangguan Cemas

Psychodynamic Themes in Phobias Principal defense mechanisms include displacement, projection, and avoidance. Environmental stressors, including humiliation and criticism from an older

sibling, parental fights, or loss and separation from parents, interact with a genetic-constitutional diathesis.

A characteristic pattern of internal object relations is externalized in social situations in the case of social phobia.

Anticipation of humiliation, criticism, and ridicule is projected onto individuals in the environment.

Shame and embarrassment are the principal affect states. Family members may encourage phobic behavior and serve as obstacles to any

treatment plan. Self-exposure to the feared situation is a basic principle of all treatment.

3) Diagnosis

1. Fobia Khas

DSM-V Diagnostic Criteria for Specific PhobiaA. Marked fear or anxiety about of a specific object or situation (e.g., flying, heights,

animals, receiving an injection, seeing blood).Note: In children, the anxiety may be expressed by crying, tantrums, freezing, or clinging.

B. The phobic object or situation almost always provokes immediate fear or anxiety.C. The phobic object or situation almost is actively avoided or endured with intense

fear or anxiety.D. The fear or anxiety is out of proportion to the actual danger posed by the specific

object or situation and to the sociocultural context.E. The fear, anxiety or avoidance is persistent, typically lasting for 6 months or more.F. The fear, anxiety, or avoidance causes clinically significant distress or impairment

in social, occupational, or other important areas of functioning.G. The disturbance is not better explained by the symptoms of another mental disorder,

including fear, anxiety, and avoidance of situation associated with panic-like symptoms or other incapacitating symptoms (agrophobia); objects or situations related to obsessive (as obsessive-compulsive disorder, posttraumatic stress disorder (e.g., avoidance of stimuli associated with a severe stressor), separation anxiety disorder (e.g., avoidance of school), social phobia (e.g., avoidance of social situations because of fear of embarrassment)

Kriteria Diagnostik Fobia Khas (Terisolasi) menurut PPDGJ-III

Semua kriteria harus dipenuhi untuk diagnosis pasti :

Page 15: CSS Gangguan Cemas

- Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus

merupakan manifestasi primer dari ansietasnya dan bukan sekunder

dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham dan pikiran obsesif

- Ansietas harus terbatas pada adanya objek atau situasi fobik tertentu

(highly specific situations)

- Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya

Pada fobia khas ini umumnya tidak ada gejala psikiatrik lain, tidak

seperti halnya agorafobia dan fobia sosial.

2. Fobia Sosial

DSM-V Diagnostic Criteria for Social Phobia

Page 16: CSS Gangguan Cemas

Kriteria Fobia Sosial PPDGJ-III

Semua kriteria harus dipenuhi untuk diagnosis pasti

- Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus

merupakan manifestasi primerdari ansietasnya dan bukan sekunder

dari gejala-gejala lain misalnya waham atau pikiran obsesif

- Anxietas harus mendominasi atau terbatas pada situasi sosial tertentu

(outside the family circle)

- Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang

menonjol

- Bila terlalu sulit membedakan antara fobia sosial dengan agorafobia,

hendaknya diutamakan diagnosis agorafobia.

4. Gambaran Klinis

- Ketika pasien dihadapkan pada situasi atau objek tertentu atau ketika

pasien mengantisipasi suatu paparan terhadap situasi atau objek

tertentu maka akan timbul kecemasan yang berat

- Pasien akan berusaha untuk menghindari phobic stimulus

- Pasien biasanya mengalami substance-related disorders

(mis.alkohol) sebagai cara untuk menghindari stress akibat stimulus

phobia nya.

5. Diagnosis Banding

Diagnosis banding untuk fobia khas adalah hypochondriasis,

obsessive-compulsive disorder (OCD), and kepribadian paranoid.

Diagnosis banding untuk fobia sosial adalah gangguan depresif

berulang dan kepribadian schizoid.

Page 17: CSS Gangguan Cemas

6. Tata Laksana

1. Fobia Sosial

- Psikoterapi

- Farmakoterapi

Obat-obat yang efektif untuk fobia sosial termasuk :

1. selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs)

2. the benzodiazepines

3. venlafaxine (Effexor)

4. buspirone (BuSpar)

2. Fobia Khas

- Exposure therapy, dimana terapis melakukan desensitisasi secara

bertahap kepada pasien dengan menggunakan stimulus fobia, dan

mereka akan mengajarkan kepada pasien bagaimana teknik untuk

menghadapi gangguan cemas yang muncul, misalnya dengan

relaksasi, mengontrol pernapasan serta pendekatan kognitif.

- The cognitive-behavioral approaches, dilakukan dengan

meyakinkan pasien bahwa situasi fobia yang dialami pasien pada

kenyataannya aman.

- Farmakoterapi (misalnya dengan benzodiazepine)

Generalized Anxiety Disorder

Gangguan kecemasan umum didefinisikan sebagai kecemasan atau kekhawatiran

yang berlebihan pada beberapa peristiwa atau aktivitas untuk sebagian besar hari

selama setidaknya dalam periode 6 bulan.

Kekhawatiran yang muncul sulit dikontrol dan berhubungan dengan gejala somatik,

seperti ketegangan otot, iritabilitas, sulit tidur, dan gelisah. Kecemasan yang ada tidak

terfokus pada fitur dari gangguan lain, tidak disebabkan oleh penggunaan substansi

tertentu atau kondisi medis umum, dan tidak berlangsung hanya saat terdapat

gangguan mood dan gangguan psikiatrik. Kecemasan ini sulit dikontrol, menyusahkan

Page 18: CSS Gangguan Cemas

secara subyektif, dan menyebabkan perburukan pada bagian penting dari hidup

seseorang.

Epidemiologi

Gangguan kecemasan umum merupakan kondisi umum, prevalensi dalam 1 tahun

berkisar antara 3 – 8%. Rasio perempuan dibandingkan dengan laki-laki adalah 2 : 1,

namun rasio perempuan dan laki-laki yang menjalani rawat inap adalah 1:1.

Prevalensi seumur hidup mencapai 5%, namun studi dari The Epidemiological

Catchment Area (ECA) menganjurkan prevalensi seumur hidup mencapai 8%. Pada

klinik gangguan kecemasan, sekitar 25% pasien memiliki gangguan kecemasan

umum. Gangguan ini biasanya memiliki awitan pada usia remaja akhir atau dewasa

awal, meskipun beberapa kasus umum terlihat pada orang dewasa yang lebih tua.

Komorbiditas

Gangguan kecemasan umum merupakan gangguan yang sering berdampingan dengan

gangguan mental lain, biasanya fobia sosial, fobia spesifik, gangguan panik, atau

gangguan depresi. 59 – 90% pasien memiliki gangguan mental lain. 25% pasien pada

akhirnya mengalami gangguan panik. Gangguan kecemasan umum dibedakan dengan

gangguan panik oleh tidak adanya serangan panik spontan. Persentase tinggi

tambahan pasien memiliki gangguan depresi mayor. Gangguan lain yang umum

berhubungan adalah dysthymic disorder dan substance-related disorder.

Etiologi

Penyebab dari gangguan kecemasan umum tidak diketahui dan dapat mempengaruhi

sekelompok orang yang bermacam-macam.

Faktor biologis

Efek terapetik dari benzodiazepin dan azaspiron (contohnya, buspiron) terfokus pada

upaya penilitian biologis dari sistem neurotransmiter GABA dan serotonin.

Benzodiazepin (reseptor agonis) diketahui dapat mengurangi kecemasan, flumazenil

(reseptor benzodiazepin antagonis) dan β-carbolines (benzodiazepine receptor reverse

agonist) diketahui dapat menyebabkan kecemasan. Meskipun tidak ada data

meyakinkan yang menunjukkan bahwa reseptor benzodiazepin abnormal pada pasien

dengan gangguan kecemasan umum, beberapa penelitian terfokus pada lobus

oksipitalis, yang memiliki konsentrasi reseptor benzodiazepin tertinggi di otak.

Page 19: CSS Gangguan Cemas

Daerah otak lain yang diduga terlibat dalam gangguan ini adalah ganglia basalis,

sistem limbik, dan korteks frontalis. Karena buspiron adalah agonis dari reseptor

serotonin 5-HT1A, ada hipotesis bahwa regulasi sistem serotonergik pada pasien

gangguan kecemasan umum tidak normal. Sistem neurotransmiter lain termasuk

sistem norepinefrin, glutamat, dan kolesistokinin. Beberapa bukti menunjukkan

bahwa pasien memiliki subsentivitas dari reseptor α2-adrenergik, seperti ditunjukkan

oleh adanya pelepasan tumpul hormon pertumbuhan setelah infusi klonidin.

Studi pencitraan otak pada pasien menunjukkan temuan signifikan. Salah satu studi

PET menunjukkan kecepatan metabolisme lebih rendah pada ganglia basalis dan

white matter pasien dengan gangguan kecemasan umum. Salah satu studi genetik

menunjukkan adanya hubungan genetik antara gangguan kecemasan umum dengan

gangguan depresi pada wanita. Studi lain menunjukkan 25% dari first-degree

relatives juga mengalami gangguan kecemasan umum, 50% pada kembar

monozigotik, dan 15% pada kembar dizigotik.

Berbagai abnormalitas pada elektroensefalogram (EEG) terlihat pada ritme alfa dan

evoked potentials. Studi EEG tidur menunjukkan peningkatan diskontinuitas tidur,

penurunan delta sleep, penurunan stage 1 sleep, dan penurunan rapid eye movement

sleep.

Faktor psikososial

Faktor psikososial yang menyebabkan berkembangnya gangguan kecemasan umum

adalah cognitive-behavioral school dan psychoanalytic school. Berdasarkan kognitif-

perilaku, pasien dengan gangguan kecemasan umum merespon pada bahaya yang

dirasakan secara tidak benar dan tidak akurat. Ketidakakuratan dihasilkan oleh atensi

selektif terhadap rincian negatif pada lingkungan, distorsi dalam memproses

informasi, dan pandangan negatif berlebihan pada kemampuan seseorang untuk

mengatasi. Hipotesis psikoanalitik menunjukkan bahwa kecemasan merupakan gejala

dari konflik yang tidak teratasi dan tidak tersadari.

Page 20: CSS Gangguan Cemas

Diagnosis

Gambaran Klinis

Karakteristik penting dari gangguan kecemasan umum adalah kecemasan dan

kekhawatiran yang berkelanjutan dan berlebihan disertai dengan ketegangan motorik

atau gelisah. Kecemasan ini berlebihan dan mengganggu aspek lain dari kehidupan

seseorang. Pola ini harus terjadi setidaknya lebih dari 3 bulan. Ketegangan motorik

biasanya dimanifestasikan dengan gemetar, gelisah, dan sakit kepala.

Page 21: CSS Gangguan Cemas

Diagnosis Banding

Gangguan medis

Gangguan saraf

Gangguan endokrin

Gangguan metabolik

Medication-related disorder

Gangguan psikiatrik

Gangguan panik

Fobia

OCD

PTSD

Perjalanan Penyakit dan Prognosis

Usia awitan sulit ditentukan, banyak pasien dengan gangguan melaporkan bahwa

mereka telah lama mengalami kecemasan sejauh mereka ingat. Pasien biasanya

datang pada dokter sekitar usia 20 tahun, meskipun kontak pertama kali dapat terjadi

pada berbagai usia. Hanya sepertiga pasien dengan gangguan umum mencari

pengobatan psikiatrik. Banyak pasien yang datang ke dokter umum, dokter spesialis

penyakit dalam, atau dokter spesialis jantung dan paru untuk mengobati gejala

somatik dari gangguan tersebut. Karena tingginya insidensi komorbiditas gangguan

mental pada pasien dengan gangguan kecemasan umum, perjalanan klinis dan

prognosis sulit diprediksi. Beberapa data menunjukkan bahwa peristiwa hidup

berhubungan dengan awitan gangguan kecemasan umum: kejadian dari beberapa

peristiwa negatif sangat meningkatkan kecenderungan munculnya gangguan.

Gangguan kecemasan umum merupakan kondisi kronis yang dapat berlangsung

seumur hidup.

Pengobatan

Pengobatan paling efektif untuk gangguan kecemasan umum adalah salah satu

kombinasi dasi psikoterapi, farmakoterapi, dan pendekatan suportif.

Psikoterapi

Pendekatan psikoterapi utama untuk gangguan kecemasan umum berorientasi pada

kognitif-perilaku, suportif, dan wawasan. Pendekatan kognitif dapat menunjukkan

distorsi kognitif secara langsung, dan pendekatan perilaku menunjukkan gejala

Page 22: CSS Gangguan Cemas

somatik secara langsung. Teknik utama yang digunakan pada pendekatan perilaku

adalah relaksasi dan biofeedback. Terapi suportif menawarkan ketentraman dan

kenyamanan. Orientasi wawasan fokus pada menemukan konflik yang tidak disadari

dan mengenali kekuatan ego.

Farmakoterapi

Other Anxiety Disorders

Anxiety Disorder Attributable to Another Medical Condition

Banyak gangguan medis yang berhubungan dengan kecemasan. Gejala yang muncul

termasuk serangan panik, kecemasan umum, dan tanda lain dari distres. Pada seluruh

kasus, tanda dan gejala disebabkan oleh efek fisiologis dari kondisi medis secara

langsung.

Page 23: CSS Gangguan Cemas

Epidemiologi

Kejadian gejala kecemasan yang berhubungan dengan kondisi medis umum banyak

ditemukan, meskipun insidensi dari gangguan berbeda untuk setiap kondisi medis

umum yang spesifik.

Etiologi

Diagnosis

Diagnosis memerlukan adanya gejala dari gangguan kecemasan yang disebabkan oleh

satu atau lebih penyakit medis. DSM-5 menyarankan klinisi untuk menentukan

gangguan dikarakterisasi oleh gejala kecemasan umum atau serangan panik. Klinisi

harus meningkatkan kecurigaan untuk diagnosis ketika kecemasan kronis atau

Page 24: CSS Gangguan Cemas

paroksismal berhubungan dengan penyakit fisik yang diketahui menyebabkan gejala

pada beberapa pasien.

Gambaran Klinis

Panic Attacks

Pasien dengan kardiomiopati memiliki insidensi tertinggi dari gangguan panik

sekunder untuk kondisi medis umum. 83% pasien dengan kardiomiopati yang

menunggu transplantasi jantung memiliki gejala gangguan panik. Peningkatan

noradrenergik mungkin yang menjadi stimulus untuk serangan panik. 25% pasien

dengan penyakit Parkinson dan PPOK memiliki gejala gangguan panik. Gangguan

medis lain yang berhubungan antara lain nyeri kronis, primary biliary cirrhosis, dan

epilepsi.

Kecemasan umum

Prevalensi tinggi dari gejala gangguan kecemasan umum dilaporkan pada pasien

dengan sindrom Sjӧgren yang mungkin berhubungan dengan efek dari sindom pada

fungsi kortikal dan subkortika dan fungsi tiroid. Prevalensi tertinggi dari gejala

gangguan kecemasan umum terlihat pada pasien penyakit Grave (hipertiroidisme),

yaitu sebanyak dua pertiga dari seluruh pasien yang memenuhi kriteria gangguan

kecemasan.

Fobia

Gejala fobia jarang ditemukan. Namun 17% gejala fobia sosial ditemukan pada pasien

dengan penyakit Parkinson. Orang lebih tua dengan kesulitan keseimbangan sering

mengeluhkan ketakutan untuk jatuh.

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan dibutuhkan saat gangguan kecemasan karena kondisi medis lain

dianggap sebagai bagian dari diagnosis banding. Jika memungkinkan, pemeriksaan

dipilih untuk menyingkirkan diagnosis spesifik yang terlihat dari gejala somatik

pasien.

Pemeriksaan yang dilakukan antara lain CBC, elektrolit, glukosa darah, BUN,

kreatinin, tes fungsi liver, kalsium, magnesium, fosfor, tes fungsi tiroid, dan urin.

Beberapa pemeriksaan mungkin dapat dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis

pheochromocytoma (katekolamin urin), gangguan seizure (EEG), aritmia jantung

Page 25: CSS Gangguan Cemas

(Holter monitoring), dan penyakit paru (pulse oximetry, AGD). Brain imaging

berguna untuk menyingkirkan diagnosis gangguan demielinasi, tumor, stroke, atau

hidrosefalus dan penting terutama untuk pasien cemas dengan gejala neurologis (sakit

kepala, perubahan motorik atau sensorik, dan pusing). Pungsi lumbal mungkin sesuai

jika diduga ada penyebab inflamasi atau infeksi.

Diagnosis Banding

Kecemasan sebagai gejala dapat berhubungan dengan banyak gangguan psikiatrik

diluar gangguan kecemasan itu sendiri. Pemeriksaan status mental dibutuhkan untuk

menentukan adanya gejala mood atau gejala psikotik yang menunjukkan diagnosis

psikiatrik lain. Bagi klinisi untuk menyimpulkan bahwa pasien memiliki gangguan

kecemasan akibat gejala medis umum, pasien harus jelas memiliki kecemasan sebagai

gejala predominan dan harus memiliki penyebab spesifik gangguan medis

nonpsikiatrik.

Pengobatan

Pengobatan utama untuk gangguan kecemasan akibat kondisi medis umum adalah

mengobati kondisi medis yang mendasari. Jika saat kondisi primer hilang namun

gejala gangguan kecemasan masih ada, pengobatan gejala tersebut harus mengikuti

petunjuk pengobatan untuk gangguan mental spesifik. Secara umum, teknik

modifikasi perilaku, agen anxiolitik, dan antidepresan serotonergik merupakan

pengobatan yang paling efektif.

Substance-Induced Anxiety Disorder

Substance-induced disorder merupakan hasil langsung dari substansi toksik, antara

lain termasuk penyalahgunaan obat, medikasi, racun, dan alkohol.

Epidemiologi

Substance-induced anxiety disorder umum terjadi, disebabkan oleh konsumsi obat-

obatan rekreasional dan penggunaan obat yang diresepkan.

Page 26: CSS Gangguan Cemas

Etiologi

Simpatomimetik, seperti amfetamin, kokain, dan kafein, paling banyak berhubungan

dengan pembentukan gejala gangguan kecemasan. Beberapa obat serotonergik (LSD,

MDMA) juga dapat menyebabkan sindrom kecemasan akut dan kronis pada

penggunanya.

Diagnosis

Kriteria diagnosis untuk gangguan kecemasan karena substansi memerlukan adanya

gejala kecemasan menonjol dan serangan panik. DSM-5 menyatakan bahwa gejala

harus muncul selama penggunaan obat atau dalam 1 bulan penghentian penggunaan

substansi. Struktur dari diagnosis termasuk spesifikasi substansi (contoh: kokain),

kondisi yang sesuai saat awitan (contoh: intoksikasi), dan pola gejala spesifik (contoh:

panic attacks).

Diagnosis Banding

Gangguan kecemasan primer

Gangguan kecemasan karena kondisi medis umum

Gangguan mood

Gangguan kepribadian

Malingering

Pengobatan

Pengobatan primer untuk gangguan kecemasan ini adalah menghilangkan substansi

penyebab. Pengobatan kemudian fokus pada pemilihan pengobatan alternatif apabila

substansi tersebut merupakan obat indikasi medis, pembatasan jika substansi

didapatkan dari pengaruh lingkungan, atau untuk mengobati substance-related

disorder yang mendasari. Jika gejala gangguan kecemasan tetap ada setelah

penggunaan substansi dihentikan maka pengobatan dengan psikoterapi dan

farmakoterapi mungkin sesuai.

Page 27: CSS Gangguan Cemas

Mixed Anxiety-Depressive Disorder

Mixed anxiety-depressive disorder menggambarkan pasien dengan gejala kecemasan

dan depresi yang tidak memenuhi kriteria diagnosis dari gangguan kecemasan atau

gangguan mood. Kombinasi dari gejala depresi dan kecemasan menyebabkan

gangguan fungsional signifikan pada orang yang mengalaminya.

Epidemiologi

Koeksistensi gangguan depresi mayor dan gangguan panik umum terjadi. Dua pertiga

pasien dengan gejala depresi memiliki gejala kecemasan menonjol, dan satu pertiga

memenuhi kriteria diagnosis gangguan panik.. 20 – 90% pasien dengan gangguan

panik memiliki episode gangguan depresi mayor. Beberapa klinisi dan penelitian

memperkirakan prevalensi gangguan ini pada populasi umum adalah 10% dan 50%

pada klinik pelayanan primer.

Etiologi

1. Beberapa investigator menemukan adanya temuan neurologis yang serupa pada

gangguan depresi dan gangguan kecemasan, terutama gangguan panik, termasuk

respon tumpul kortisol pada hormon adrenokortikotropik, respon tumpul hormon

pertumbuhan pada klonidin, dan repon tumpul TSH dan prolaktin pada TRH.

2. Hiperaktivitas sistem noradrenergik, ditunjukkan dengan adanya peningkatan

konsentrasi metabolit norepinefrin (MHPG) pada urin, plasma, atau CSS.

3. Serotonin dan GABA juga mungkin terlibat sebagai penyebab gangguan. Obat-obatan

serotonergik berguna dalam pengobatan gangguan depresi dan kecemasan.

4. Pada beberapa keluarga gejala kecemasan dan depresi terkait secara genetik.

Diagnosis

Terdapat gejala subsindromal dari kecemasan dan depresi, dan adanya gejala otonom,

seperti tremor, palpitasi, mulut kering, dan sensai perut melilit.

Diagnosis Banding

Gangguan kecemasan umum

Dysthymic disorder

Gangguan depresi minor

Gangguan kepribadian (disorders, avoidant, dependent, OCD)

Pengobatan

Page 28: CSS Gangguan Cemas

Pendekatan psikoterapi, seperti terapi kognitif atau modifikasi perilaku, insight-

oriented dapat dilakukan. Farmakoterapi untuk mixed anxiety-depressive disorder

dapat menggunakan obat anti cemas, antidepresan, atau keduanya.

Page 29: CSS Gangguan Cemas

OBAT ANTI-ANXIETAS

1. Pilihan Obat Anti-Anxietas

Obat anti-anxietas disebut juga golongan anxiolytics, minor

tranquilizers, dan psycholeptics. Secara garis besar, obat golongan anti-

anxietas dapat dibagi menjadi dua, yaitu golongan benzodiazepine dan non-

benzodiazepine. Berikut ini adalah jenis obat, sediaan, dan dosis yang ada di

Indonesia berdasarkan MIMS Vol. 12 Tahun 2011

NoNama

GenerikNama Dagang Sediaan Dosis Anjuran

Benzodiazepine

1. Diazepam Stesolid

Trazep

Valisanbe

Valium

Tab 2 mg

Ampul 10 mg/2ml

Tube rektal 5 mg/2,5 ml

10 mg/2,5 ml

Tube rektal 5 mg/2,5 ml

10 mg/2,5 ml

Tab 2 mg

5 mg

Ampul 10 mg/2 ml

Tab 5 mg

Ampul 10 mg/2 ml

Oral

3 x 2-5 mg/hari

Injeksi

5-10 mg IM/IV

Tube rektal

BB <10 kg: 5 mg

BB >10 kg: 10 mg

2. Lora-zepam Merlopam

Renaquil

Tab 0,5 mg

2 mg

Tab 1 mg

2-3 x 1 mg/hari

3. Clobazam Anxibloc

Asabium

Clobazam OGB Dexa

Clofritis

Frisium

Proclozam

Tab 10 mg

Tab 10 mg

Tab 10 mg

Tab 10 mg

Tab 10 mg

Tab 10 mg

2-3 x 10 mg/hari

4. Broma-zepam Lexotan

Lexzepam 3

Tab 1, 5 mg

3 mg

6 mg

Tab 3 mg

3 x 1,5-3 mg/hari

5. Alpra-zolam Actazolam

Alprazolam Dexa Medica

Alviz

Apazol

Atarax

Feprax

Tab 0,5 mg

1 mg

Tab 0,5 mg

1 mg

Tab 0,5 mg

1 mg

Tab 0,5 mg

1 mg

Tab 0,5 mg

3 x 0,25-0,5 mg/hari

Page 30: CSS Gangguan Cemas

Frixitas

Grazolam

Xanax

Xanax XR

Zypraz

Tab 0,25 mg

0,5 mg

1 mg

Tab 0,25 mg

0,5 mg

1 mg

Tab 0,5 mg

1 mg

Tab 0,25 mg

0,5 mg

1 mg

Tab 0,5 mg

1 mg

Tab 0,25 mg

0,5 mg

1 mg

Non-benzodiazepine

6. Buspirone Xiety Tab 10 mg 2-3 x 10 mg/hari

2. Cara Penggunaan

2.1 Indikasi

Gejala sasaran obat anti-anxietas adalah sindroma anxietas.

Sindroma ini dapat terjadi pada berbagai gangguan seperti yang

disebutkan di bawah ini:

1. Sindrom anxietas psikik

Gangguan anxietas menyeluruh, gangguan panik, gangguan fobik,

gangguan obsesif-kompulsif, gangguan stres pasca-trauma.

2. Sindrom anxietas organik

Hipertiroid, pheochromocytoma, dll.

3. Sindrom anxietas situasional

Gangguan penyesuaian dengan anxietas, gangguan cemas

perpisahan

4. Sindrom anxietas penyerta

Gangguan jiwa dengan anxietas (misalnya skizofrenia), gangguan

fisik dengan anxietas (misalnya kanker).

2.2 Pemilihan Obat

Golongan benzodiazepine merupakan obat terpilih dari seluruh

obat anti-anxietas karena spesifisitas, potensi, dan keamanannya.

Page 31: CSS Gangguan Cemas

Spektrum klinis benzodiazepine meliputi anti-anxietas,

antikonvulsan, anti-insomnia, dan sebagai premedikasi tindakan

operatif. Berikut adalah penggunaan yang biasa dipilih berdasarkan

spektrum klinis masing-masing obat golongan benzodiazepine:

- Diazepam dan chlordiazepoxide merupakan benzodiazepine yang

bersifat broad-spectrum sehingga cocok untuk digunakan dalam

seluruh spektrum klinis benzodiazepine.

- Bromazepam, lorazepam, dan clobazam memiliki dosis yang

berjauhan (dose-related) dalam penggunaannya sebagai anti-

insomnia dan anti-anxietas. Ketiganya lebih efektif untuk terapi

anti-anxietas.

- Nitrozepam dan furozepam memiliki dosis yang berdekatan (non

dose-related) dalam penggunaannya sebagai anti-insomnia dan

anti-anxietas. Keduanya lebih efektif untuk terapi insomnia.

- Midazolam memiliki onset kerja yang cepat dan durasi kerja yang

singkat, sehingga cocok untuk premedikasi tindakan operatif.

Berdasarkan efek non-terapeutiknya, golongan benzodiazepine

juga memiliki beberapa property yang unik untuk masing-masing obat

sehingga penggunaannya lebih cocok untuk golongan tertentu:

- Clobazam memiliki efek yang paling sedikit terhadap performa

psikomotor, sehingga cocok digunakan untuk orang usia produktif

yang masih aktif.

- Lorazepam memiliki waktu paruh yang pendek dan tidak

terakumulasi secara signifikan pada dosis terapeutik, sehingga

cocok digunakan untuk pasien dengan gangguan fungsi liver atau

ginjal.

- Alprazolam cocok untuk pasien dengan anxietas antisipatorik

karena onset kerjanya cepat dan memiliki efek antidepresan.

- Sulpiride memiliki risiko ketergantungan obat yang paling minimal

dan cocok untuk meredakan gejala somatik dari anxietas.

2.3 Pengaturan Dosis

Efek obat mulai terlihat saat obat mencapai steady-state di

plasma darah, yaitu 5-7 hari setelah mulai pemberian obat 2-3 kali

Page 32: CSS Gangguan Cemas

sehari. Pengaturan dosis yang dilakukan tidak seketat pemberian obat

neuroleptika (antipsikotik) atau antidepresan, yaitu sebagai berikut:

- Obat diberikan sesuai dosis awal yang dianjurkan

- Naikkan dosis obat setiap 3-5 hari sekali hingga mencapai dosis

optimal

- Pertahankan dosis optimal selama 2-3 minggu

- Turunkan dosis 1/8x setiap 2-4 minggu hingga mencapai dosis

minimal yang masih efektif (maintenance dose)

- Bila efektivitas berkurang, naikkan dosis

- Pertahankan dosis efektif hingga 4-8 minggu

- Tapering off

2.4 Lama Pemberian

Pemberian obat untuk anxietas yang disebabkan oleh faktor

eksternal dapat dihentikan setelah 1-3 bulan. Untuk anxietas

antisipatorik, boleh digunakan obat anti-anxietas sewaktu-waktu.

Penghentian obat dilakukan secara bertahap supaya tidak menimbulkan

withdrawal symptoms.

2.5 Profil Efek Samping Obat

Efek samping obat anti-anxietas dapat berupa sedasi (ditandai

dengan rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kemampuan

psikomotor menurun, dan kemampuan kognitif melemah) serta

relaksasi otot (ditandai dengan rasa lemas dan cepat lelah).

Selain itu, benzodiazepine memiliki risiko menyebabkan

ketergantungan, walaupun lebih rendah daripada golongan narkotika.

Ketergantungan lebih sering terjadi pada pasien yang memiliki riwayat

penyalahgunaan obat, alkohol, maupun pasien dengan kepribadian

yang labil. Untuk menghindari ketergantungan, benzodiazepine

diresepkan pada dosis terapeutik selama tidak lebih dari 100 hari.

Penghentian obat secara mendadak akan menyebabkan rebound

phenomenon yang ditandai dengan pasien menjadi irritable, bingung,

gelisah, insomnia, tremor, palpitasi, keringat dingin, dan konvulsi.

Peristiwa ini lebih sering terjadi pada obat yang memiliki waktu paruh

Page 33: CSS Gangguan Cemas

lambat. Contoh obat yang memiliki waktu paruh panjang sehingga

lebih jarang menyebabkan rebound phenomenon adalah clobazam.

2.6 Interaksi Obat

Benzodiazepine yang diberikan dengan depresan sistem saraf

pusat seperti phenobarbital, antipsikotik, antidepresan, alkohol dan

opiate dapat menyebabkan potensiasi efek sedasi bahkan dapat

menyebabkan gagal napas.

Benzodiazepine yang diberikan dengan stimulant sistem saraf

pusat seperti amphetamine, caffeine, dan appetite suppressant dapat

menyebabkan antagonisme efek anti-anxietas dari benzodiazepine

sehingga efektivitasnya dalam mengurangi cemas berkurang.

Benzodiazepine yang diberikan dengan obat golongan

neuroleptika (antipsikotik) dapat mengurangi kebutuhan untuk obat

neuroleptika sehingga mengurangi risiko efek samping dari

neuroleptika.

2.7 Kontraindikasi dan Perhatian Khusus

Kontraindikasi pemberian benzodiazepine adalah pasien yang

hipersensitif terhadap benzodiazepine, pasien dengan myasthenia

gravis, penyakit kronis pada paru, liver, maupun ginjal.

Pada wanita kehamilan trimester pertama, benzodiazepine

dapat melewati plasenta dan mempengaruhi janin. Penggunaan saat

persalinan sebaiknya dihindarkan karena dapat menyebabkan janin

mengalami hipotonia, hipotermia, dan depresi pernapasan.

Pada anak-anak dan pasien lanjut usia, dapat terjadi

paradoxical reaction dimana pasien mengalami kegilisahan,

iritabilitas, disinhibisi, gangguan tidur, dan peningkatan spastisitas

otot.

2.8 Intoksikasi/Overdosis

Gejala intoksikasi atau overdosis benzodiazepine antara lain

adalah penurunan kesadaran (jarang terjadi koma) dan lemas,

Page 34: CSS Gangguan Cemas

menurunnya pernapasan, nadi, dan tekanan darah, ataksia, confusion,

disertai hiporefleksia.

Terapi yang diberikan adalah pemberian antagonis

benzodiazepine, flumazenil secara intravena sebanyak 0,5 mg/5 cc.

Selain itu, diberikan terapi suportif terhadap gejala intoksikasi yang

ditemukan.

Page 35: CSS Gangguan Cemas

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan&Sadock’s Synopsis of Psychiatry, Behavioral

Sciences/Clinical Psychiatry, 11th ed. Philadelphia ; Lippincott Williams and

Wilkins. 2013