Doc

1
Sejak krisis moneter melanda Indonesia pada tahun 1998 nilai Rupiah mengalami depresiasi yang sangat tajam terhadap Dollar bahkan sampai mencapai level Rp 15.000/USD, setelah peristiwa tersebut Indonesia menganut sistem nilai tukar mengambang terkendali dari sistem nilai tukar terpatok. Sejak nilai tukar Rupiah mengalami depresiasi terhadap Dollar, perusahaan-perusahaan yang melakukan transaksi impor mulai dihadapkan dengan risiko fluktuasi nilai tukar. Untuk mengatasi hal tersebut, perusahaan dapat melaksanakan kegiatan hedging. Fenomena seperti ini perlu dilakukan langkah antisipatif sehingga perusahaan dapat menghindari terjadinya risiko yang tidak menguntungkan atau sebaliknya bisa memanfaatkan peluang yang ada. Hedging atau lindung nilai dengan sistem kontrak forward memungkinkan dilakukannya pembelian atau penjualan valuta di masa depan. Sebagai obyek penelitian adalah 30 perusahaan yang listing di BEI yang melakukan transaksi impor. Terjadinya depresiasi nilai Rupiah terhadap sejumlah mata uang asing, dalam hal ini mata uang yang digunakan dalam transaksi adalah US Dolar, mengakibatkan nilai hutang dari transaksi impor tersebut meningkat tajam. Sedangkan apresiasi nilai Rupiah, akan menyebabkan semakin rendahnya nilai hutang valas. Indonesia mengalami dampak memburuknya kondisi ekonomi yang disebabkan oleh penurunan nilai tukar mata uang Rupiah (2000-2002), yang mengakibatkan tingginya tingkat suku bunga serta kenaikan harga. Hal tersebut menyebabkan Rupiah mengalami depresiasi yang sangat tajam, sehingga hutang valas perusahaan pada saat itu menjadi bertambah banyak. Sedangkan pada periode setelah krisis (2004-2006), volatilitas kurs Rupiah cenderung stabil sehingga hutang valas perusahaan tidak mengalami fluktuasi yang signifikan. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disarankan bahwa perusahaan sebelum menerapkan kebijakan hedging sebaiknya melakukan estimasi terhadap situasi ekonomi di masa yang akan datang dan penerapan hedging harus dilakukan dengan sangat hati-hati dengan mempertimbangkan risiko terburuk sehingga bila terjadi kerugian tidak akan mengganggu kestabilan keuangan perusahaan. Penggunaan hedging akan membatasi penerimaan laba yang Analisis penggunaan hedging dengan teknik forward versus tanpa hedging terhadap hutang valas pada saat dan sesudah krisis moneter (studi pada perusahaa Author : Suryawati, Frida Putri Page 1

description

kj

Transcript of Doc

Page 1: Doc

Sejak krisis moneter melanda Indonesia pada tahun 1998 nilai Rupiah mengalami depresiasi yang sangattajam terhadap Dollar bahkan sampai mencapai level Rp 15.000/USD, setelah peristiwa tersebut Indonesiamenganut sistem nilai tukar mengambang terkendali dari sistem nilai tukar terpatok. Sejak nilai tukar Rupiahmengalami depresiasi terhadap Dollar, perusahaan-perusahaan yang melakukan transaksi impor mulaidihadapkan dengan risiko fluktuasi nilai tukar. Untuk mengatasi hal tersebut, perusahaan dapat melaksanakankegiatan hedging. Fenomena seperti ini perlu dilakukan langkah antisipatif sehingga perusahaan dapat menghindari terjadinyarisiko yang tidak menguntungkan atau sebaliknya bisa memanfaatkan peluang yang ada. Hedging ataulindung nilai dengan sistem kontrak forward memungkinkan dilakukannya pembelian atau penjualan valutadi masa depan.

Sebagai obyek penelitian adalah 30 perusahaan yang listing di BEI yang melakukan transaksi impor.Terjadinya depresiasi nilai Rupiah terhadap sejumlah mata uang asing, dalam hal ini mata uang yangdigunakan dalam transaksi adalah US Dolar, mengakibatkan nilai hutang dari transaksi impor tersebutmeningkat tajam. Sedangkan apresiasi nilai Rupiah, akan menyebabkan semakin rendahnya nilai hutangvalas.

Indonesia mengalami dampak memburuknya kondisi ekonomi yang disebabkan oleh penurunan nilai tukarmata uang Rupiah (2000-2002), yang mengakibatkan tingginya tingkat suku bunga serta kenaikan harga. Haltersebut menyebabkan Rupiah mengalami depresiasi yang sangat tajam, sehingga hutang valas perusahaanpada saat itu menjadi bertambah banyak. Sedangkan pada periode setelah krisis (2004-2006), volatilitas kursRupiah cenderung stabil sehingga hutang valas perusahaan tidak mengalami fluktuasi yang signifikan.

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disarankan bahwa perusahaan sebelum menerapkan kebijakan hedgingsebaiknya melakukan estimasi terhadap situasi ekonomi di masa yang akan datang dan penerapan hedgingharus dilakukan dengan sangat hati-hati dengan mempertimbangkan risiko terburuk sehingga bila terjadikerugian tidak akan mengganggu kestabilan keuangan perusahaan. Penggunaan hedging akan membatasipenerimaan laba yang

Analisis penggunaan hedging dengan teknik forward versus tanpa hedging terhadap hutang valas pada saat dan sesudah krisis moneter (studi pada perusahaan yang listing di BEI) / Frida Putri Suryawati

Author : Suryawati, Frida Putri

Page 1