Doc Sholuder
Click here to load reader
-
Upload
adammicigan -
Category
Documents
-
view
91 -
download
2
Transcript of Doc Sholuder
Frozen shoulder merupakan penyakit dengan karakteristik nyeri dan
keterbatasan gerak, dan penyebabnya idiopatik yang sering dialami oleh orang berusia
40-60 tahun dan memiliki riwayat trauma sering kali ringan. Penyebab frozen shoulder
tidak diketahui, diduga penyakit ini merupakan respon auto immobization terhadap hasil
– hasil rusaknya jaringan lokal. Meskipun penyebab utamanya idiopatik, banyak yang
menjadi predisposisi frozen shoulder, selain dugaan adanya respon auto immobilisasi
seperti yang dijelaskan di atas ada juga faktor predisposisi lainnya yaitu usia, trauma
berulang (repetitive injury), diabetes mellitus, kelumpuhan, pasca operasi payudara atau
dada dan infark miokardia, dari dalam sendi glenohumeral (tendonitis bicipitalis,
infalamasi rotator cuff, fracture) atau kelainan ekstra articular (cervical spondylisis,
angina pectoris).
Pada frozen shoulder terdapat perubahan patologi pada kapsul artikularis
glenohumeral yaitu perubahan pada kapsul sendi bagian anterior superior mengalami
synovitis, kontraktur ligamen coracohumeral, dan penebalan pada ligamen superior
glenohumeral, pada kapsul sendi bagian anterior inferior mengalami penebalan pada
ligamen inferior glenohumeral dan perlengketan pada ressesus axilaris, sedangkan pada
kapsul sendi bagian posterior terjadi kontraktur, sehingga khas pada kasus ini rotasi
internal paling bebas, abduksi terbatas dan rotasi eksternal paling terbatas atau biasa
disebut pola kapsuler. Perubahan patologi tersebut merupakan respon terhadap rusaknya
jaringan lokal berupa inflamasi pada membran synovial.dan kapsul sendi glenohumeral
yang membuat formasi adhesive[1] sehingga menyebabkan perlengketan pada kapsul
sendi dan terjadi peningkatan viskositas cairan sinovial sendi glenohumeral dengan
kapasitas volume hanya sebesar 5-10ml, yang pada sendi normal bisa mencapai 20-
30ml[2], dan selanjutnya kapsul sendi glenohumeral menjadi mengkerut, pada
pemeriksaan gerak pasif ditemukan keterbatasan gerak pola kapsular dan firm end feel
dan inilah yang disebut frozen shoulder.
Histologis frozen shoulder yang terjadi pada sendi glenohumeral seperti telah
dijelaskan di atas adalah kehilangan ekstensibilitas dan termasuk abnormal cross-bridging
diantara serabut collagen yang baru disintesa dengan serabut collagen yang telah ada dan
menurunkan jarak antar serabut yang akhirnya mengakubatkan penurunan kandungan air
dan asam hyaluronik secara nyata. Pada pasca immobilisasi perlekatan jaringan fibrous
menyebabkan perlekatan atau adhesi intra artikular dalam sendi sinovial dan
mengakibatkan nyeri serta penurunan mobilitas.
Reserve scapulohumeral rhytm yang terjadi pada penderita frozen shoulder
menyebabkan kompensasi skapulothorakal, kompensasi tersebut menyebabkan
overstretch karena penurunan lingkup gerak sendi skapulothoracik, hal tersebut juga
membuat sendi acromioclavicular menjadi hipermobile. Keterbatasan gerak yang
ditimbulkan oleh frozen shoulder dapat mengakibatkan hipomobile pada facet sendi
intervertebral lower cervical dan upper thoracal. Pada tahap kronis frozen shoulder dapat
menyebabkan antero position head posture karena hipomobile dari struktur cervico
thoracal. Hipomobile facet lower cervical dan upper thoracal juga dapat menyebabkan
kontraktur pada ligamen supraspinosus, ligamentum nuchae dan spasme pada otot–otot
cervicothoracal , spasme tersebut bila berkelanjutan dapat menyebabkan nyeri pada otot–
otot cervicothoracal. Nyeri yang ditimbulkan oleh frozen shoulder dan spasme cervico
thoracal akibat frozen shoulder dapat menyebabkan terbentuknya “vicious circle of
reflexes” yang mengakibatkan medulla spinalis membangkitkan aktifitas efferent sistem
simpatis sehingga dapat menyebabkan spasme pada pembuluh darah kapiler akan
kekurangan cairan sehingga jaringan otot dan kulit menjadi kurang nutrisi. Pengaruh
refleks sistem simpatik pada otot pada tahap awal menunjukkan adanya peningkatan
suhu, aliran darah, gangguan metabolisme energi phospat tinggi dan pengurangan
konsumsi oksigen pada tahap akhir penyakit nonspesifik dan abnormalitas histology
dapat terjadi. Hal tersebut jika tidak ditangani dengan baik akan membuat otot-otot bahu
menjadi lemah dan dystrophy. Karena stabilitas glenohumeral sebagian besar oleh sistem
muskulotendinogen , maka gangguan pada otot-otot bahu tersebut akan menyebabkan
nyeri, menurunnya mobilitas, sehingga mengakibatkan keterbatasan LGS bahu.
Ultrasound merupakan salah satu modalitas fisioterapi yang secara klinis sering
diaplikasikan untuk tujuan terapeutik pada kasus-kasus tertentu termasuk kasus
muskuloskeletal. Terapi ultrasound menggunakan energi gelombang suara dengan
frekuensi lebih dari 20.000Hz yang tidak mampu ditangkap oleh telinga atau
pendengaran. Dengan pemberian modalitas ultra sonic dapat terjadi iritan jaringan
yang menyebabkan reaksi fisiologis seperti kerusakan jaringan, hal ini disebabkan oleh
efek mekanik dan thermal ultra sonik. Pengaruh mekanik tersebut juga dengan
terstimulasinya saraf polimedal dan akan dihantarkan ke ganglion dorsalis sehingga
memicu produksi “P subtance” untuk selanjutnya terjadi inflamasi sekunder atau dikenal
“neurogeic inflammation”. Namun dengan terangsangnya “P” substance tersebut
mengakibatkan proses induksi proliferasi akan lebih terpacu sehingga mempercepat
terjadinya penyembuhan jaringan yang mengalami kerusakan.
Pengaruh nyeri terjadi secara tidak langsung yaitu dengan adanya pengaruh gosokan
membantu “venous dan lymphatic”, peningkatan kelenturan jaringan lemak sehingga
menurunnya nyeri regang dan proses percepatan regenerasi jaringan.
Transcutaneus electrical nerve stimulation (TENS) merupakan suatu cara penggunaan energi
listrik guna merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit dan terbukti efektif untuk
merangsang berbagai tipe nyeri.
Pemberian TENS dapat menurunkan nyeri, baik dengan cara peningkatan vaskularisasi
pada jaringan yang rusak tersebut , maupun melalui normalisasi saraf pada level spinal
maupun supra spinal, sehingga dengan berkurangnya nyeri pada bahu didapatkan gerakan
yang lebih ringan. Efek TENS terhadap pengurangan nyeri juga dapat mengurangi
spasme dan meningkatkan sirkulasi, sehingga memutuskan lingkaran “viscous circle of
reflex” yang pada akhirnya dapat meningkatkan LGS.
TENS efektif mengurangi nyeri melalui aktivasi saraf berdiameter besar dan
kecil melalui kulit yang selanjutnya akan memberikan informasi sensoris ke saraf pusat.
TENS menghilangkan nyeri dikaitkan melalui sistem reseptor nosiseptif dan
mekanoreseptor. Sistem reseptor nosiseptif bukan akhiran saraf bebas, melainkan fleksus
saraf halus tak bermyelin yang mengelilingi jaringan dan pembuluh darah.
Pengurangan nyeri yang ditimbulkan oleh TENS dapat juga meningkatkan
kekuatan otot karena menormalkan aktivitas α motor neuron sehingga otot dapat
berkontraksi secara maksimal, dan berkurangnya “refleks exitability” dari beberapa otot
antagonis gelang bahu sehingga otot agonis dapat melakukan gerakan, dan karena
stabilitas terbesar pada sendi bahu oleh otot, maka hal tersebut meningkatkan mobilitas
sendi bahu.
Contrax Relax and Stretching merupakan suatu teknik terapi latihan khusus
yang ditujukan pada otot yang spasme, tegang/memendek untuk memperoleh pelemasan
dan peregangan jaringan otot.
Pada Contrax Relax and Stretching posisi tangan dibelakang leher terjadi
gerakan abduksi dan rotasi eksternal mencapai pembatasan, posisi kapsul sendi mengarah
ke inferior, terjadi peregangan pada kapsul anterior dan pada saat kontraksi isometrik
terjadi peregangan pada kapsul posterior. Sedangakan pada Contrax Relax and Stretching
posisi tangan dibelakang punggung terjadi gerakan rotasi internal mencapai pembatasan,
posisi kaopsul sendi mengarah ke anterior, terjadi terjadi peregangan pada kapsul anterior
dan pada saat kontraksi isometrik terjadi peregangan pada kapsul posterior.
Pada spasme otot yang berlangsung lama akan diikuti penjepitan vaskuler dan
berlanjut terjadinya ischemik jaringan otot yang akhirnya diikuti proses inflamasi dan
nyeri yang menimbulkan sirkulasi spasme. Karena proses inflamasi tersebut disusul
timbulnya ”abnormal cross link” yang melekatkan jaringan ikat otot dimana ketika
spasme pada posisi memendek akibatnya terjadi kontraktur. Pada kasus ini peregangan
akan efektif bila dilakukan setelah diperoleh pelemasan dengan teknik contrax relax.
Teknik peregangan otot setelah contrax relax dikenal sebagai contrax relax and
stretching.
Pada saat dilakukan kontraksi isometrik otot sendi bahu juga diperoleh gerakan
minimal sendi bahu tanpa menimbulkan iritasi noxius dan sekaligus memacu sirkulasi
dan proses metabolisme struktur jaringan sendi, disini akan diperoleh peningkatan
kelenturan jaringan ikat sendi dan nyeri akan berkurang
12. Modalitas terapi. Merupakan suatu metode pengobatan dengan menggunakan
beberapa cara yaitu:
a. Terapi panas yang terdiri dari:
1) Panas permukaan: Lampu infra-red, kompres air panas, uap panas, paraffin bath,
mandi air panas, heated pad.
2) Panas dalam:
a) USD (ultrasound diathermy).
b) SWD (short wave diathermy).
c) MWD (microwave diathermy).
Indikasi terapi panas adalah:
1) Efek analgesik: neuralgia, sprain/strain, articular problem,
spasme otot, nyeri otot, trigger point syndrome.
2) Efek anti inflamasi.
3) Efek relaksasi – spasme otot.
4) Efek sedatif (mengantuk).
5) Meningkatkan suhu jaringan.
6) Pelebaran pembuluh darah sehingga aliran darah meningkat.
Kontra indikasi terapi panas:
1) Radang akut.
2) Trauma akut.
3) Gangguan vascular.
4) Gangguan koagulasi.
5) Malignacy (keganasan).
6) Gangguan sensasi.
b. Terapi dingin digunakan terutama untuk nyeri akut , merupakan modalitas anti-
inflamasi yg poten, memiliki efek analgesia, murah dan mudah dikerjakan di rumah.
Indikasi terapi digunakan untuk trauma akut, rheumatoid arthritis, arthritis akut, spasme
otot, spastisitas, MTPS, luka bakar. Trauma akut dianjurkan untuk dilakukan RICE atau
ICE (rest, icing, compression, elevation).
c. Terapi listrik yang terdiri dari: Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan
Interferens. Tujuan stimulasi listrik (Electrical Stimulation=ES):
1) Menimbulkan kontraksi otot
2) Menghilangkan nyeri dan mengurangi spasme otot.
3) Latihan myofeedback.
4) Iontophoresis.
5) Elektrodiagnosis.
d. Hidroterapi untuk pasien-pasien yang memerlukan latihan penguatan pada otot-otot
yang mengalami kelumpuhan. Sifat dari hidroterapi adalah:
1) Memanfaatkan sifat-sifat fisik air.
2) Sifat “bouyancy” / daya apung.
3) Membantu gerakan pd kondisi msh terdpt kelemahan otot.
4) Efek pembersih.
5) Efek masase.
6) Kombinasi dg terapi panas atau dingin.
e. Masase yaitu jenis terapi fisik yg paling kuno, tidak bisa diterjemahkan pijat atau urut.
Unsur masase:
1) Pijat (Kneading).
2) Urut (Stroking).
3) Perkusi.
4) Friksi/tekanan.
5) Vibrasi.
f. Penjaruman atau dry needling:
1) Berbeda dengan akupungtur tradisional.
2) Dry needling menggunakan konsep “trigger point” padd kondisi MTPS (myofascial
trigger point syndromes).
3) Efek fisika bukan efek biokimia.
4) Prinsip menghancurkan “trigger-point”.
g. Traksi leher dan traksi pinggang. Indikasi traksi pinggang:
- Nyeri punggung bawah.
- Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) dengan perawatan konservatip.
Kontra indikasi:
- Infeksi, kompresi mielum (penekanan sumsum tulang), keganasan, osteoporosis
(keropos tulang), darah tinggi, reumatik daerah leher, kehamilan, dan penyakit jantung.
Indikasi traksi servikal:
- Cervical Root Syndrome (nyeri akar saraf leher) dan spasme (kaku) otot leher.
Kontra indikasi:
- Infeksi, kompresi mielum (penekanan sumsum tulang), keganasan, osteoporosis
(keropos tulang), darah tinggi, reumatik daerah leher, kehamilan, dan penyakit jantung.
a. Terapi Latihan. Adalah suatu program latihan yg bertujuan pemulihan/
penyembuhan, meliputi latihan:
1) Latihan luas gerak sendi (ROM exercise).
2) Latihan penguatan (Strengthening exercise).
3) Latihan ketahanan (Endurance exercise).
4) Latihan koordinasi (Coordination exercise).
5) Latihan dengan sasaran khusus: aktivitas kehidupan sehari-hari, latihan nafas
(breathing exercise), muscle re-education.
6) Latihan pola khusus: William’s Flexion Exercise, Codmans’s pendulum exercise,
Cailliet’s neck exercise, Finger Ladder, Biofeedback exercise dll.
Sindroma Frozen shoulder adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya suatu reaksi
peradangan kronik dan kekakuan bahu yang didahului dengan bursitis, tendonitis dan kapsulitis
pada daerah persendian glenohumeral sehingga pergerakkannya terganggu dan timbul nyeri
(sakit).1
Frozen shoulder ini erat hubungannya dengan gerakan sendi bahu dan gerakan lainya pada
gelang bahu. Penyakit ini merupakan suatu proses autoimun dan disfungsi imunitas, selanjutnya
akan mengakibatkan suatu proses kapsulitis adhesive yang sulit untuk diobati dengan obat-
obatan NSAID saja, karena adanya kekakuan pada ruang sendi yang menghambat gerakan sendi
bahu sehingga diperlukan suatu terapi fisik.
Secara anatomi ada 7 sendi yang kita dapatkan pada gelang bahu, yaitu: 2, 3
1. Sendi costosternal
2. Sendi sternoclavicular
3. Sendi acromioclavicular
4. Sendi glenohumeral
5. Sendi suprahumeral
6. Sendi scapulocostal
7. Sendi costovertebral
Gerakan pada sendi bahu
1. Fleksi-ekstensi
2. Abduksi-adduksi
3. Endorotasi-eksorotasi
Lingkup gerak sendi bahu dalam keadaan normal
1. Fleksi - 1800
2. Ekstensi - 600
3. Abduksi - 1800
4. Adduksi – 750
5. Endorotasi - 900
6. Eksorotasi - 900
ETIOLOGI 2,
Etiologi dari frozen shoulder oleh karena:
1. Kontusio atau trauma pada jaringan (termasuk di dalamnya jejas waktu operasi)
2. Imobilisasi lama seperti fraktur lengan, fraktur bahu, dan sebagainya.
3. Diabetes melitus
4. Sindrom servikal
5. Disuse dari sendi bahu yang terjadi pada hemiparesa/monoparesis dari lengan yang terlibat.
Biasanya terjadi sebagai akibat dari:
1. Robekan rotator cuff
2. Tendinitis supraspinalis
3. Bursitis subakromialis, glenohumeral
4. Artritis
5. Hambatan yang menghalangi gerak sendi skapulohumeral menyebabkan inaktifitas dari otot
sehingga merupakan predisposisi terjadinya frozen shoulder .
6. Ada penelitian yang menunjukkan 90% penderita dengan HLA B27 positif terdapat kelainan
ini. Hal ini berarti bahwa perlekatan tersebut merupakan manifestasi reaksi inflamasi autoimun.
PATOFISIOLOGI 1, 2, 3
Patofisiologi frozen shoulder masih belum jelas, tetapi beberapa penulis menyatakan bahwa
dasar terjadinya kelainan adalah imobilisasi yang lama. Setiap nyeri yang timbul pada bahu dapat
merupakan awal kekakuan sendi bahu. Hal ini sering timbul bila sendi tidak digunakan terutama
pada pasien yang apatis dan pasif atau dengan nilai ambang nyeri yang rendah, di mana tidak
tahan dengan nyeri yang ringan akan membidai lengannya pada posisi tergantung. Lengan yang
imobil akan menyebabkan stasis vena dan kongesti sekunder dan bersama-sama dengan
vasospastik, anoksia akan menimbulkan reaksi timbunan protein, edema, eksudasi, dan akhirnya
reaksi fibrosis. Fibrosis akan menyebabkan adhesi antara lapisan bursa subdeltoid, adhesi
ekstraartikuler dan intraartikuler, kontraktur tendon subskapularis dan bisep, perlekatan kapsul
sendi.
Pendapat lain mengatakan inflamasi pada sendi menyebabkan thrombine dan fibrinogen
membentuk protein yang disebut fibrin. Protein tersebut menyebabkan penjedalan dalam darah
dan membentuk suatu substansi yang melekat pada sendi. Perlekatan pada sekitar sendi inilah
yang menyebabkan perlekatan satu sama lain sehingga menghambat full ROM. Kapsulitis
adhesiva pada bahu inilah yang disebut frozen shoulder.
GAMBARAN KLINIS 2
Penderita datang dengan keluhan nyeri dan ngilu pada sendi serta gerakan sendi bahu yang
terbatas ke segala arah, terutama gerakan abduksi dan elevasi, sehingga mengganggu lingkup
gerak sendi bahu. Rasa nyeri akan meningkat intensitasnya dari hari ke hari. Bersamaan dengan
hal ini terjadi gangguan lingkup gerak sendi bahu. Penyembuhan terjadi lebih kurang selama 6 -
12 bulan, di mana lingkup gerak sendi akan meningkat dan akhir bulan ke 18 hanya sedikit
terjadi keterbatasan gerak sendi bahu.
Beberapa penulis membagi keadaan tersebut dalam 4 stadium:
1. Staduim I : rasa nyeri umumnya terdapat pada sekitar sendi glenohumeral, serta semakin
bertambah nyeri bila digerakkan tetapi belum menimbulkan keterbatasan gerak sendi bahu.
Pemeriksaan gerak secara pasif menimbulkan rasa nyeri pada akhir gerakan.
2. Stadium II : rasa nyeri bertambah, timbul pada malam hari sehingga mengganggu tidur.
Hampir setiap gerakan sendi bahu menimbulkan rasa nyeri dan gerakan tiba-tiba akan
menimbulkan rasa nyeri yang hebat. Nyeri terjadi pada daerah insersi otot deltoid dan menjalar
ke lengan dan siku. Karena rasa nyeri dan adanya keterbatasan gerakn sendi bahu maka akan
menimbulkan gangguan pada saat menyisir rambut.
3. Stadium III : rasa nyeri timbul secara spontan pada saat istirahat, walaupun demikian nyeri
akan tetap timbul bila melakukan gerakan tiba-tiba seperti meregangkan sendi. Pada stadium ini
keterbatasan gerak sendi bahu baru bertambah nyata, hal ini disebabkan oleh adhesi dan
kontraktur dari penebalan mangkok sendi bahu. Otot-otot sekitar sendi seperti supraspinatus dan
infraspinatus akan menjadi atrofi. Lamanya stadium I – III bervariasi antara beberapa minggu
sampai lbih kurang 2 bulan. Pada stadium III dan IV keterbatasan gerak sendi merupakan
masalah yang dihadapi.
4. Stadium IV : mulai terjadi penyembuhan dari keterbatasan sendi bahu secara bertahap dan
pemulihan gerakan sendi bahu mulai lebih kurang pada bulan ke 4 dan ke 5 dari saat mulai
timbulnya keluhan dan berakhir sekitar 6 sampai 12 bulan.gambaran radiologi umumnya tidak
menunjukkan adanya kelainan.
DIAGNOSA 3
Anamnesis
Hal-hal yang harus ditanyakan kepada pasien adalah sebagai berikut:
- Lokasi yang sebenarnya dari nyeri bahu yang dirasakan
- Sudah berapa lama nyeri tersebut dirasakan
- Faktor apa saja yang menjadi pencetus timbulnya nyeri bahu tersebut dan yang dapat
menguranginya
- Ada tidaknya aktivitas yang berlebihan, terkilir atau trauma pada bahu sebelumnya
- Ada tidaknya masalah atau penyakit pada bahu yang pernah diderita sebelumnya. Jika mungkin
ditanyakan juga diagnosis serta terapi yang pernah diberikan saat itu.
- Perlu juga ditanyakan mengenai pekerjaan, kegemaran atau kegiatan waktu senggang yang
sering dilakukan pasien.
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
- Perhatikan postur tubuh pasien dan cara berjalan saat memasuki ruang periksa. Apakah lengan
berayun atau sesuai langkah kaki atau dipertahankan pada posisi tertentu.
- Pasien diminta untuk membuka pakaian bagian atas sampai ke pinggang dan saat pasien
melakukan hal tersebut perhatikan apakah gerakannya normal atau ada gerakan yang canggung
dan posisi terpaksa.
- Selain itu perhatikan :
1. Posisi leher dan punggung, apakah ada kifosis berlebihan pada vertebra torakal.
2. Posisi skapula relatif terhadap vertebra apakah ada protaksi berlebihan
3. Posisi humerus terhadap skapula dan vertebra torakal :
a. Adanya hipotrofi/atrofi otot
b. Adanya tanda radang akut, edema dan kemerahan
Palpasi
Palpasi sebaiknya di;lakukan dengan posisi pemeriksa di belakang pasien :
- Lakukan palpasi mulai dari sendi sternoklavikular, kemudian bergerak ke lateral sepanjang
klavikula menuju sendi akromioklavikula dan sendi glenohumeral
- Rasakan apakah terdapat edema, krepitasi, tanyakan ada tidaknya nyeri tekan. Perubahan
kontur tulang jaringan lunak dan peningkatan rasa nyeri.
- Oleh karena rotator cuff terletak tepat di bawah akromion, untuk dapat dipalpasi terlebih dahulu
harus dirotasikan keluar dengan cara mengekstensikan lengan pasien secara pasif, sehingga kaput
humeri berotasi ke anterior. Untuk mengetahui ada tidaknya nyeri tekan pada rotator cuff palpasi
daerah di bawah anterior akromion
- Palpasi di bawah bagian lateral akromion dapat menimbulkan nyeri tekan pada bursitis
subakromial
Pada frozen shoulder merupakan gangguan pada kapsul sendi, maka gerakan aktif maupun pasif
terbatas dan nyeri. Nyeri dapat menjalar ke leher, lengan atas dan punggung, perlu dilihat faktor
pencetus timbulnya nyeri. Gerakan pasif dan aktif terbatas. Pertama-tama pada gerakan elevasi
dan rotasi interna lengan, tetapi kemudian untuk semua gerakan sendi bahu.
Tes Appley scratch merupakan tes tercepat untuk mengeveluasi lingkup gerak sendi aktif pasien
diminta menggaruk daerah angulus medialis skapula dengan tangan sisi kontra lateral melewati
belakang kepala. Pada frozen shoulder pasien tidak dapat melakukan gerakan ini. Bila sendi
dapat bergerak penuh pada bidang geraknya secara pasif, tetapi terbatas pada gerak aktif, maka
kemungkinan kelemahan otot bahu sebagai penyebab keterbatasan.2, 5
Nyeri akan bertanbah pada penekanan dari tendon yang membentuk muskulotendineus rotator
cuff. Bila gangguan berkelanjutan akan terlihat bahu yang terkena reliefnya mendatar, bahkan
kempis, karena atrofi otot deltoid, supraspinatus dan otot rotator cuff lainnya.2, 5
Pemeriksaan penunjang
- Radiologi polos
- Arthrografi
- Bonescan
- MRI
- EMG
- Arthroscopi
- Laboratorium
PENATALAKSANAAN 3
Pengobatan pada frozen shoulder sangat bervariasi sesuai dengan pengalaman klinik dan sampai
sekarang tidak ada terapi akurat. Terapi fisik baik dan menguntungkan dengan dimulainya
gerakan yang terarah dan benar.
Selama periode nyeri dapat dilakukan
1. Mengurangi/menghilangkan sakit dengan kompres es lokal
2. Medika mentosa dengan analgesik oral/NSAID
3. Gerakan lingkup gerak sendi pasif, yang lebih baik dilakukan daripada aktif
4. TENS
5. Mobilisasi dan manipulasi yang tepat dan benar
6. Pemanasan dengan alat diatermi.
7. Terapi latihan pendulum aktif dan pasif dapat meningkatkan lingkup gerak sendi dan
memperbaiki fleksibilitas kapsul.
PROGNOSIS
Ad Vitam : Baik
Ad Sanationam : Baik
Ad Functionam : Dubia ad Bonam
Factor resiko untuk frozen shoulder :
diabetes
stroke
kecelakaan
Kondisi nyerinya konstan lebih buruk malam hari ada pembatasan gerak nyeri lebih buruk pada
saat
udara dingin gerakan kram, namun frozen shoulder umumnya mempunyai prognosis yang baik.
Tanda dan gejala
1. adanya nyeri
2. adanya spasme
3. pembatasan luas gerak sendi
4. penurunan kekuatan otot
5. adanya atropi
6. adanya kontraktur
7. gangguan fungsional
Penanganan Fisioterapi
Fase Akut
Modalitas dingin icing digunakan saat keadaan akut pasca trauma taupun cedera begitu pula
modalitas diatermi dengan menggunakan modulasi pulse juga dapat digunakan pada kondisi ini.
Fase Kronis
Nyeri dan spasme diatasi dengan modalitas panas/diatermi dapat menggunakan SWD, MWD
ataupun
USD.
Penurunan luas gerak sendi dapat diatasi dengan latihan luas gerak sendi dapat dilkukan secara
pasif
ataupun aktif dengan menggunakan shoulder wheel, finger ledder dan penurunan kekuatan otot
dapat dilakukan dengan latihan penguatan. Sebagai tambahan dapat dilberikan letihan codman
pendular exercise sebagai HEP.