Doc Sholuder

24

Click here to load reader

Transcript of Doc Sholuder

Page 1: Doc Sholuder

Frozen shoulder merupakan penyakit dengan karakteristik nyeri dan

keterbatasan gerak, dan penyebabnya idiopatik yang sering dialami oleh orang berusia

40-60 tahun dan memiliki riwayat trauma sering kali ringan. Penyebab frozen shoulder

tidak diketahui, diduga penyakit ini merupakan respon auto immobization terhadap hasil

– hasil rusaknya jaringan lokal. Meskipun penyebab utamanya idiopatik, banyak yang

menjadi predisposisi frozen shoulder, selain dugaan adanya respon auto immobilisasi

seperti yang dijelaskan di atas ada juga faktor predisposisi lainnya yaitu usia, trauma

berulang (repetitive injury), diabetes mellitus, kelumpuhan, pasca operasi payudara atau

dada dan infark miokardia, dari dalam sendi glenohumeral (tendonitis bicipitalis,

infalamasi rotator cuff, fracture) atau kelainan ekstra articular (cervical spondylisis,

angina pectoris).

Pada frozen shoulder terdapat perubahan patologi pada kapsul artikularis

glenohumeral yaitu perubahan pada kapsul sendi bagian anterior superior mengalami

synovitis, kontraktur ligamen coracohumeral, dan penebalan pada ligamen superior

glenohumeral, pada kapsul sendi bagian anterior inferior mengalami penebalan pada

ligamen inferior glenohumeral dan perlengketan pada ressesus axilaris, sedangkan pada

kapsul sendi bagian posterior terjadi kontraktur, sehingga khas pada kasus ini rotasi

internal paling bebas, abduksi terbatas dan rotasi eksternal paling terbatas atau biasa

disebut pola kapsuler. Perubahan patologi tersebut merupakan respon terhadap rusaknya

jaringan lokal berupa inflamasi pada membran synovial.dan kapsul sendi glenohumeral

yang membuat formasi adhesive[1] sehingga menyebabkan perlengketan pada kapsul

sendi dan terjadi peningkatan viskositas cairan sinovial sendi glenohumeral dengan

kapasitas volume hanya sebesar 5-10ml, yang pada sendi normal bisa mencapai 20-

30ml[2], dan selanjutnya kapsul sendi glenohumeral menjadi mengkerut, pada

pemeriksaan gerak pasif ditemukan keterbatasan gerak pola kapsular dan firm end feel

dan inilah yang disebut frozen shoulder.

Histologis frozen shoulder yang terjadi pada sendi glenohumeral seperti telah

dijelaskan di atas adalah kehilangan ekstensibilitas dan termasuk abnormal cross-bridging

diantara serabut collagen yang baru disintesa dengan serabut collagen yang telah ada dan

menurunkan jarak antar serabut yang akhirnya mengakubatkan penurunan kandungan air

dan asam hyaluronik secara nyata. Pada pasca immobilisasi perlekatan jaringan fibrous

Page 2: Doc Sholuder

menyebabkan perlekatan atau adhesi intra artikular dalam sendi sinovial dan

mengakibatkan nyeri serta penurunan mobilitas.

Reserve scapulohumeral rhytm yang terjadi pada penderita frozen shoulder

menyebabkan kompensasi skapulothorakal, kompensasi tersebut menyebabkan

overstretch karena penurunan lingkup gerak sendi skapulothoracik, hal tersebut juga

membuat sendi acromioclavicular menjadi hipermobile. Keterbatasan gerak yang

ditimbulkan oleh frozen shoulder dapat mengakibatkan hipomobile pada facet sendi

intervertebral lower cervical dan upper thoracal. Pada tahap kronis frozen shoulder dapat

menyebabkan antero position head posture karena hipomobile dari struktur cervico

thoracal. Hipomobile facet lower cervical dan upper thoracal  juga dapat menyebabkan

kontraktur pada ligamen supraspinosus, ligamentum nuchae dan spasme pada otot–otot

cervicothoracal , spasme tersebut bila berkelanjutan dapat menyebabkan nyeri pada otot–

otot cervicothoracal. Nyeri yang ditimbulkan oleh frozen shoulder dan spasme cervico

thoracal akibat frozen shoulder dapat menyebabkan terbentuknya “vicious circle of

reflexes” yang mengakibatkan medulla spinalis membangkitkan aktifitas efferent sistem

simpatis sehingga dapat menyebabkan spasme pada pembuluh darah kapiler akan

kekurangan cairan sehingga jaringan otot dan kulit menjadi kurang nutrisi. Pengaruh

refleks sistem simpatik pada otot pada tahap awal menunjukkan adanya peningkatan

suhu, aliran darah, gangguan metabolisme energi phospat tinggi dan pengurangan

konsumsi oksigen pada tahap akhir penyakit nonspesifik dan abnormalitas histology

dapat terjadi. Hal tersebut jika tidak ditangani dengan baik akan membuat otot-otot bahu

menjadi lemah dan dystrophy. Karena stabilitas glenohumeral sebagian besar oleh sistem

muskulotendinogen , maka gangguan pada otot-otot bahu tersebut akan menyebabkan

nyeri, menurunnya mobilitas, sehingga mengakibatkan keterbatasan LGS bahu.

Ultrasound merupakan salah satu modalitas fisioterapi yang secara klinis sering

diaplikasikan untuk tujuan terapeutik pada kasus-kasus tertentu termasuk kasus

muskuloskeletal. Terapi ultrasound menggunakan energi gelombang suara dengan

frekuensi lebih dari 20.000Hz yang tidak mampu ditangkap oleh telinga atau

pendengaran. Dengan  pemberian  modalitas  ultra  sonic  dapat terjadi  iritan  jaringan

yang menyebabkan reaksi fisiologis seperti kerusakan jaringan,  hal  ini  disebabkan oleh

efek  mekanik  dan  thermal  ultra sonik.  Pengaruh mekanik tersebut juga dengan

Page 3: Doc Sholuder

terstimulasinya saraf polimedal dan akan dihantarkan ke ganglion dorsalis sehingga

memicu produksi “P subtance” untuk selanjutnya terjadi inflamasi sekunder atau dikenal

“neurogeic inflammation”. Namun dengan terangsangnya “P” substance tersebut

mengakibatkan proses induksi proliferasi akan lebih terpacu sehingga mempercepat

terjadinya penyembuhan jaringan yang mengalami kerusakan.

Pengaruh nyeri terjadi secara tidak langsung yaitu dengan adanya pengaruh gosokan

membantu “venous dan lymphatic”, peningkatan kelenturan jaringan lemak sehingga

menurunnya nyeri regang dan proses percepatan regenerasi jaringan.

Transcutaneus electrical nerve stimulation (TENS) merupakan suatu cara penggunaan energi

listrik guna merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit dan terbukti efektif untuk

merangsang berbagai tipe nyeri.

 

 

Pemberian TENS dapat menurunkan nyeri, baik dengan cara peningkatan vaskularisasi

pada jaringan yang rusak tersebut , maupun melalui normalisasi saraf pada level spinal

maupun supra spinal, sehingga dengan berkurangnya nyeri pada bahu didapatkan gerakan

yang lebih ringan. Efek TENS terhadap pengurangan nyeri juga dapat mengurangi

spasme dan meningkatkan sirkulasi, sehingga memutuskan lingkaran “viscous circle of

reflex” yang pada akhirnya dapat meningkatkan LGS.

 TENS efektif mengurangi nyeri melalui aktivasi saraf berdiameter besar dan

kecil melalui kulit yang selanjutnya akan memberikan informasi sensoris ke saraf pusat.

TENS menghilangkan nyeri dikaitkan melalui sistem reseptor nosiseptif dan

mekanoreseptor. Sistem reseptor nosiseptif bukan akhiran saraf bebas, melainkan fleksus

saraf halus tak bermyelin yang mengelilingi jaringan dan pembuluh darah.

Pengurangan nyeri yang ditimbulkan oleh TENS dapat  juga meningkatkan

kekuatan otot karena menormalkan aktivitas α motor neuron sehingga otot dapat

berkontraksi secara maksimal, dan berkurangnya “refleks exitability” dari beberapa otot

antagonis gelang bahu sehingga otot agonis dapat melakukan gerakan, dan karena

stabilitas terbesar pada sendi bahu oleh otot, maka hal tersebut meningkatkan mobilitas

sendi bahu.

Page 4: Doc Sholuder

Contrax Relax and Stretching merupakan suatu teknik terapi latihan khusus

yang ditujukan pada otot yang spasme, tegang/memendek untuk memperoleh pelemasan

dan peregangan jaringan otot.

Pada  Contrax Relax and Stretching posisi tangan dibelakang leher terjadi

gerakan abduksi dan rotasi eksternal mencapai pembatasan, posisi kapsul sendi mengarah

ke inferior,  terjadi peregangan pada kapsul anterior dan pada saat kontraksi isometrik

terjadi peregangan pada kapsul posterior. Sedangakan pada Contrax Relax and Stretching

posisi tangan dibelakang punggung terjadi gerakan rotasi internal mencapai pembatasan,

posisi kaopsul sendi mengarah ke anterior, terjadi terjadi peregangan pada kapsul anterior

dan pada saat kontraksi isometrik terjadi peregangan pada kapsul posterior.

Pada spasme otot yang berlangsung lama akan diikuti penjepitan vaskuler dan

berlanjut terjadinya ischemik jaringan otot yang akhirnya diikuti proses inflamasi dan

nyeri yang menimbulkan sirkulasi spasme. Karena proses inflamasi tersebut disusul

timbulnya ”abnormal cross link” yang melekatkan jaringan ikat otot dimana ketika

spasme pada  posisi memendek akibatnya terjadi kontraktur. Pada kasus ini peregangan

akan efektif bila dilakukan setelah diperoleh pelemasan dengan teknik contrax relax.

Teknik peregangan otot setelah contrax relax dikenal sebagai contrax relax and

stretching.

Pada saat dilakukan kontraksi isometrik otot sendi bahu juga diperoleh gerakan

minimal sendi bahu tanpa menimbulkan iritasi noxius dan sekaligus memacu sirkulasi

dan proses metabolisme struktur jaringan sendi, disini akan diperoleh peningkatan

kelenturan jaringan ikat sendi dan nyeri akan berkurang

Page 5: Doc Sholuder

12. Modalitas terapi. Merupakan suatu metode pengobatan dengan menggunakan

beberapa cara yaitu:

a. Terapi panas yang terdiri dari:

1) Panas permukaan: Lampu infra-red, kompres air panas, uap panas, paraffin bath,

mandi air panas, heated pad.

2) Panas dalam:

a) USD (ultrasound diathermy).

b) SWD (short wave diathermy).

c) MWD (microwave diathermy).

Indikasi terapi panas adalah:

1) Efek analgesik: neuralgia, sprain/strain, articular problem,

spasme otot, nyeri otot, trigger point syndrome.

2) Efek anti inflamasi.

3) Efek relaksasi – spasme otot.

4) Efek sedatif (mengantuk).

5) Meningkatkan suhu jaringan.

6) Pelebaran pembuluh darah sehingga aliran darah meningkat.

Kontra indikasi terapi panas:

1) Radang akut.

2) Trauma akut.

3) Gangguan vascular.

4) Gangguan koagulasi.

5) Malignacy (keganasan).

Page 6: Doc Sholuder

6) Gangguan sensasi.

b. Terapi dingin digunakan terutama untuk nyeri akut , merupakan modalitas anti-

inflamasi yg poten, memiliki efek analgesia, murah dan mudah dikerjakan di rumah.

Indikasi terapi digunakan untuk trauma akut, rheumatoid arthritis, arthritis akut, spasme

otot, spastisitas, MTPS, luka bakar. Trauma akut dianjurkan untuk dilakukan RICE atau

ICE (rest, icing, compression, elevation).

c. Terapi listrik yang terdiri dari: Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan

Interferens. Tujuan stimulasi listrik (Electrical Stimulation=ES):

1) Menimbulkan kontraksi otot

2) Menghilangkan nyeri dan mengurangi spasme otot.

3) Latihan myofeedback.

4) Iontophoresis.

5) Elektrodiagnosis.

d. Hidroterapi untuk pasien-pasien yang memerlukan latihan penguatan pada otot-otot

yang mengalami kelumpuhan. Sifat dari hidroterapi adalah:

1) Memanfaatkan sifat-sifat fisik air.

2) Sifat “bouyancy” / daya apung.

3) Membantu gerakan pd kondisi msh terdpt kelemahan otot.

4) Efek pembersih.

5) Efek masase.

6) Kombinasi dg terapi panas atau dingin.

e. Masase yaitu jenis terapi fisik yg paling kuno, tidak bisa diterjemahkan pijat atau urut.

Unsur masase:

1) Pijat (Kneading).

2) Urut (Stroking).

Page 7: Doc Sholuder

3) Perkusi.

4) Friksi/tekanan.

5) Vibrasi.

f. Penjaruman atau dry needling:

1) Berbeda dengan akupungtur tradisional.

2) Dry needling menggunakan konsep “trigger point” padd kondisi MTPS (myofascial

trigger point syndromes).

3) Efek fisika bukan efek biokimia.

4) Prinsip menghancurkan “trigger-point”.

g. Traksi leher dan traksi pinggang. Indikasi traksi pinggang:

- Nyeri punggung bawah.

- Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) dengan perawatan konservatip.

Kontra indikasi:

- Infeksi, kompresi mielum (penekanan sumsum tulang), keganasan, osteoporosis

(keropos tulang), darah tinggi, reumatik daerah leher, kehamilan, dan penyakit jantung.

Indikasi traksi servikal:

- Cervical Root Syndrome (nyeri akar saraf leher) dan spasme (kaku) otot leher.

Kontra indikasi:

- Infeksi, kompresi mielum (penekanan sumsum tulang), keganasan, osteoporosis

(keropos tulang), darah tinggi, reumatik daerah leher, kehamilan, dan penyakit jantung.

a. Terapi Latihan. Adalah suatu program latihan yg bertujuan pemulihan/

penyembuhan, meliputi latihan:

1) Latihan luas gerak sendi (ROM exercise).

2) Latihan penguatan (Strengthening exercise).

3) Latihan ketahanan (Endurance exercise).

Page 8: Doc Sholuder

4) Latihan koordinasi (Coordination exercise).

5) Latihan dengan sasaran khusus: aktivitas kehidupan sehari-hari, latihan nafas

(breathing exercise), muscle re-education.

6) Latihan pola khusus: William’s Flexion Exercise, Codmans’s pendulum exercise,

Cailliet’s neck exercise, Finger Ladder, Biofeedback exercise dll.

Sindroma Frozen shoulder adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya suatu reaksi

peradangan kronik dan kekakuan bahu yang didahului dengan bursitis, tendonitis dan kapsulitis

pada daerah persendian glenohumeral sehingga pergerakkannya terganggu dan timbul nyeri

(sakit).1

Frozen shoulder ini erat hubungannya dengan gerakan sendi bahu dan gerakan lainya pada

gelang bahu. Penyakit ini merupakan suatu proses autoimun dan disfungsi imunitas, selanjutnya

akan mengakibatkan suatu proses kapsulitis adhesive yang sulit untuk diobati dengan obat-

obatan NSAID saja, karena adanya kekakuan pada ruang sendi yang menghambat gerakan sendi

bahu sehingga diperlukan suatu terapi fisik.

Secara anatomi ada 7 sendi yang kita dapatkan pada gelang bahu, yaitu: 2, 3

1. Sendi costosternal

2. Sendi sternoclavicular

3. Sendi acromioclavicular

4. Sendi glenohumeral

5. Sendi suprahumeral

6. Sendi scapulocostal

Page 9: Doc Sholuder

7. Sendi costovertebral

Gerakan pada sendi bahu

1. Fleksi-ekstensi

2. Abduksi-adduksi

3. Endorotasi-eksorotasi

Lingkup gerak sendi bahu dalam keadaan normal

1. Fleksi - 1800

2. Ekstensi - 600

3. Abduksi - 1800

4. Adduksi – 750

5. Endorotasi - 900

6. Eksorotasi - 900

ETIOLOGI 2,

Etiologi dari frozen shoulder oleh karena:

1. Kontusio atau trauma pada jaringan (termasuk di dalamnya jejas waktu operasi)

Page 10: Doc Sholuder

2. Imobilisasi lama seperti fraktur lengan, fraktur bahu, dan sebagainya.

3. Diabetes melitus

4. Sindrom servikal

5. Disuse dari sendi bahu yang terjadi pada hemiparesa/monoparesis dari lengan yang terlibat.

Biasanya terjadi sebagai akibat dari:

1. Robekan rotator cuff

2. Tendinitis supraspinalis

3. Bursitis subakromialis, glenohumeral

4. Artritis

5. Hambatan yang menghalangi gerak sendi skapulohumeral menyebabkan inaktifitas dari otot

sehingga merupakan predisposisi terjadinya frozen shoulder .

6. Ada penelitian yang menunjukkan 90% penderita dengan HLA B27 positif terdapat kelainan

ini. Hal ini berarti bahwa perlekatan tersebut merupakan manifestasi reaksi inflamasi autoimun.

PATOFISIOLOGI 1, 2, 3

Patofisiologi frozen shoulder masih belum jelas, tetapi beberapa penulis menyatakan bahwa

dasar terjadinya kelainan adalah imobilisasi yang lama. Setiap nyeri yang timbul pada bahu dapat

merupakan awal kekakuan sendi bahu. Hal ini sering timbul bila sendi tidak digunakan terutama

pada pasien yang apatis dan pasif atau dengan nilai ambang nyeri yang rendah, di mana tidak

tahan dengan nyeri yang ringan akan membidai lengannya pada posisi tergantung. Lengan yang

Page 11: Doc Sholuder

imobil akan menyebabkan stasis vena dan kongesti sekunder dan bersama-sama dengan

vasospastik, anoksia akan menimbulkan reaksi timbunan protein, edema, eksudasi, dan akhirnya

reaksi fibrosis. Fibrosis akan menyebabkan adhesi antara lapisan bursa subdeltoid, adhesi

ekstraartikuler dan intraartikuler, kontraktur tendon subskapularis dan bisep, perlekatan kapsul

sendi.

Pendapat lain mengatakan inflamasi pada sendi menyebabkan thrombine dan fibrinogen

membentuk protein yang disebut fibrin. Protein tersebut menyebabkan penjedalan dalam darah

dan membentuk suatu substansi yang melekat pada sendi. Perlekatan pada sekitar sendi inilah

yang menyebabkan perlekatan satu sama lain sehingga menghambat full ROM. Kapsulitis

adhesiva pada bahu inilah yang disebut frozen shoulder.

GAMBARAN KLINIS 2

Penderita datang dengan keluhan nyeri dan ngilu pada sendi serta gerakan sendi bahu yang

terbatas ke segala arah, terutama gerakan abduksi dan elevasi, sehingga mengganggu lingkup

gerak sendi bahu. Rasa nyeri akan meningkat intensitasnya dari hari ke hari. Bersamaan dengan

hal ini terjadi gangguan lingkup gerak sendi bahu. Penyembuhan terjadi lebih kurang selama 6 -

12 bulan, di mana lingkup gerak sendi akan meningkat dan akhir bulan ke 18 hanya sedikit

terjadi keterbatasan gerak sendi bahu.

Beberapa penulis membagi keadaan tersebut dalam 4 stadium:

1. Staduim I : rasa nyeri umumnya terdapat pada sekitar sendi glenohumeral, serta semakin

bertambah nyeri bila digerakkan tetapi belum menimbulkan keterbatasan gerak sendi bahu.

Pemeriksaan gerak secara pasif menimbulkan rasa nyeri pada akhir gerakan.

2. Stadium II : rasa nyeri bertambah, timbul pada malam hari sehingga mengganggu tidur.

Hampir setiap gerakan sendi bahu menimbulkan rasa nyeri dan gerakan tiba-tiba akan

menimbulkan rasa nyeri yang hebat. Nyeri terjadi pada daerah insersi otot deltoid dan menjalar

ke lengan dan siku. Karena rasa nyeri dan adanya keterbatasan gerakn sendi bahu maka akan

Page 12: Doc Sholuder

menimbulkan gangguan pada saat menyisir rambut.

3. Stadium III : rasa nyeri timbul secara spontan pada saat istirahat, walaupun demikian nyeri

akan tetap timbul bila melakukan gerakan tiba-tiba seperti meregangkan sendi. Pada stadium ini

keterbatasan gerak sendi bahu baru bertambah nyata, hal ini disebabkan oleh adhesi dan

kontraktur dari penebalan mangkok sendi bahu. Otot-otot sekitar sendi seperti supraspinatus dan

infraspinatus akan menjadi atrofi. Lamanya stadium I – III bervariasi antara beberapa minggu

sampai lbih kurang 2 bulan. Pada stadium III dan IV keterbatasan gerak sendi merupakan

masalah yang dihadapi.

4. Stadium IV : mulai terjadi penyembuhan dari keterbatasan sendi bahu secara bertahap dan

pemulihan gerakan sendi bahu mulai lebih kurang pada bulan ke 4 dan ke 5 dari saat mulai

timbulnya keluhan dan berakhir sekitar 6 sampai 12 bulan.gambaran radiologi umumnya tidak

menunjukkan adanya kelainan.

DIAGNOSA 3

Anamnesis

Hal-hal yang harus ditanyakan kepada pasien adalah sebagai berikut:

- Lokasi yang sebenarnya dari nyeri bahu yang dirasakan

- Sudah berapa lama nyeri tersebut dirasakan

- Faktor apa saja yang menjadi pencetus timbulnya nyeri bahu tersebut dan yang dapat

menguranginya

- Ada tidaknya aktivitas yang berlebihan, terkilir atau trauma pada bahu sebelumnya

- Ada tidaknya masalah atau penyakit pada bahu yang pernah diderita sebelumnya. Jika mungkin

Page 13: Doc Sholuder

ditanyakan juga diagnosis serta terapi yang pernah diberikan saat itu.

- Perlu juga ditanyakan mengenai pekerjaan, kegemaran atau kegiatan waktu senggang yang

sering dilakukan pasien.

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

- Perhatikan postur tubuh pasien dan cara berjalan saat memasuki ruang periksa. Apakah lengan

berayun atau sesuai langkah kaki atau dipertahankan pada posisi tertentu.

- Pasien diminta untuk membuka pakaian bagian atas sampai ke pinggang dan saat pasien

melakukan hal tersebut perhatikan apakah gerakannya normal atau ada gerakan yang canggung

dan posisi terpaksa.

- Selain itu perhatikan :

1. Posisi leher dan punggung, apakah ada kifosis berlebihan pada vertebra torakal.

2. Posisi skapula relatif terhadap vertebra apakah ada protaksi berlebihan

3. Posisi humerus terhadap skapula dan vertebra torakal :

a. Adanya hipotrofi/atrofi otot

b. Adanya tanda radang akut, edema dan kemerahan

Palpasi

Palpasi sebaiknya di;lakukan dengan posisi pemeriksa di belakang pasien :

Page 14: Doc Sholuder

- Lakukan palpasi mulai dari sendi sternoklavikular, kemudian bergerak ke lateral sepanjang

klavikula menuju sendi akromioklavikula dan sendi glenohumeral

- Rasakan apakah terdapat edema, krepitasi, tanyakan ada tidaknya nyeri tekan. Perubahan

kontur tulang jaringan lunak dan peningkatan rasa nyeri.

- Oleh karena rotator cuff terletak tepat di bawah akromion, untuk dapat dipalpasi terlebih dahulu

harus dirotasikan keluar dengan cara mengekstensikan lengan pasien secara pasif, sehingga kaput

humeri berotasi ke anterior. Untuk mengetahui ada tidaknya nyeri tekan pada rotator cuff palpasi

daerah di bawah anterior akromion

- Palpasi di bawah bagian lateral akromion dapat menimbulkan nyeri tekan pada bursitis

subakromial

Pada frozen shoulder merupakan gangguan pada kapsul sendi, maka gerakan aktif maupun pasif

terbatas dan nyeri. Nyeri dapat menjalar ke leher, lengan atas dan punggung, perlu dilihat faktor

pencetus timbulnya nyeri. Gerakan pasif dan aktif terbatas. Pertama-tama pada gerakan elevasi

dan rotasi interna lengan, tetapi kemudian untuk semua gerakan sendi bahu.

Tes Appley scratch merupakan tes tercepat untuk mengeveluasi lingkup gerak sendi aktif pasien

diminta menggaruk daerah angulus medialis skapula dengan tangan sisi kontra lateral melewati

belakang kepala. Pada frozen shoulder pasien tidak dapat melakukan gerakan ini. Bila sendi

dapat bergerak penuh pada bidang geraknya secara pasif, tetapi terbatas pada gerak aktif, maka

kemungkinan kelemahan otot bahu sebagai penyebab keterbatasan.2, 5

Nyeri akan bertanbah pada penekanan dari tendon yang membentuk muskulotendineus rotator

cuff. Bila gangguan berkelanjutan akan terlihat bahu yang terkena reliefnya mendatar, bahkan

kempis, karena atrofi otot deltoid, supraspinatus dan otot rotator cuff lainnya.2, 5

Pemeriksaan penunjang

Page 15: Doc Sholuder

- Radiologi polos

- Arthrografi

- Bonescan

- MRI

- EMG

- Arthroscopi

- Laboratorium

PENATALAKSANAAN 3

Pengobatan pada frozen shoulder sangat bervariasi sesuai dengan pengalaman klinik dan sampai

sekarang tidak ada terapi akurat. Terapi fisik baik dan menguntungkan dengan dimulainya

gerakan yang terarah dan benar.

Selama periode nyeri dapat dilakukan

1. Mengurangi/menghilangkan sakit dengan kompres es lokal

2. Medika mentosa dengan analgesik oral/NSAID

3. Gerakan lingkup gerak sendi pasif, yang lebih baik dilakukan daripada aktif

4. TENS

Page 16: Doc Sholuder

5. Mobilisasi dan manipulasi yang tepat dan benar

6. Pemanasan dengan alat diatermi.

7. Terapi latihan pendulum aktif dan pasif dapat meningkatkan lingkup gerak sendi dan

memperbaiki fleksibilitas kapsul.

PROGNOSIS

Ad Vitam : Baik

Ad Sanationam : Baik

Ad Functionam : Dubia ad Bonam

Factor resiko untuk frozen shoulder :

diabetes

stroke

kecelakaan

Kondisi nyerinya konstan lebih buruk malam hari ada pembatasan gerak nyeri lebih buruk pada

saat

udara dingin gerakan kram, namun frozen shoulder umumnya mempunyai prognosis yang baik.

Tanda dan gejala

1. adanya nyeri

2. adanya spasme

3. pembatasan luas gerak sendi

4. penurunan kekuatan otot

5. adanya atropi

6. adanya kontraktur

7. gangguan fungsional

Page 17: Doc Sholuder

Penanganan Fisioterapi

Fase Akut

Modalitas dingin icing digunakan saat keadaan akut pasca trauma taupun cedera begitu pula

modalitas diatermi dengan menggunakan modulasi pulse juga dapat digunakan pada kondisi ini.

Fase Kronis

Nyeri dan spasme diatasi dengan modalitas panas/diatermi dapat menggunakan SWD, MWD

ataupun

USD.

Penurunan luas gerak sendi dapat diatasi dengan latihan luas gerak sendi dapat dilkukan secara

pasif

ataupun aktif dengan menggunakan shoulder wheel, finger ledder dan penurunan kekuatan otot

dapat dilakukan dengan latihan penguatan. Sebagai tambahan dapat dilberikan letihan codman

pendular exercise sebagai HEP.