bab 12345.doc

105
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut WHO (World Health Organisation) melalui pemantauan ibu meninggal di berbagai belahan dunia memperkirakan bahwa setiap tahun jumlah 500.000 ibu meninggal disebabkan kehamilan, persalinan dan nifas (Depkes, 2002). Salah satu tujuan pembangunan millenium (MDG) 2015 adalah perbaikan kesehatan maternal. Kematian Maternal dijadikan ukuran keberhasilan terhadap pencapaian target MDG-5, adalah penurunan 75 % rasio kematian maternal (Adriaansz. G. 2006). Di negara-negara sedang berkembang frekuensi kematian dilaporkan berkisar antara 0,3% - 0,7 %, sedangkan di negara – negara maju angka tersebut lebih kecil yaitu 0,05 % - 0,1 % (informasi wadah organisasi islamiah, 2008). 1

Transcript of bab 12345.doc

Page 1: bab 12345.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut WHO (World Health Organisation) melalui pemantauan ibu

meninggal di berbagai belahan dunia memperkirakan bahwa setiap tahun

jumlah 500.000 ibu meninggal disebabkan kehamilan, persalinan dan nifas

(Depkes, 2002). Salah satu tujuan pembangunan millenium (MDG) 2015

adalah perbaikan kesehatan maternal. Kematian Maternal dijadikan ukuran

keberhasilan terhadap pencapaian target MDG-5, adalah penurunan 75 %

rasio kematian maternal (Adriaansz. G. 2006). Di negara-negara sedang

berkembang frekuensi kematian dilaporkan berkisar antara 0,3% - 0,7 %,

sedangkan di negara – negara maju angka tersebut lebih kecil yaitu 0,05 % -

0,1 % (informasi wadah organisasi islamiah, 2008).

Dalam periode sekarang ini asuhan masa nifas sangat diperlukan

karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan 60%

kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian

masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Prawirohardjo, 2005).

Pecahnya ketuban terlalu dini merupakan resiko yang fatal bisa

menyabebkan kematian ibu dan anak,, menurut penelitian lebih dari 12 % ibu

yang melahirkan dengan kondisi ketuban pecah dini mengalami infeksi yang

1

Page 2: bab 12345.doc

beresiko kematian ibu dan anak, Dalam keadaan normal, selaput ketuban

pecah dalam proses persalinan.

Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum

persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37

minggu, disebut ketuban pecah dini pada kehamilan premature. Dalam

keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban

pecah dini. Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan KPD

preterm terjadi 1% dari semua kehamilan. 70% kasus KPD terjadi pada

kehamilan cukup bulan. KPD merupakan penyebab kelahiran prematur

sebanyak 30%.

Kasus KPD dapat meningkatkan resiko kematian pada ibu dan bayi

sehingga diperlukan salah satu cara alternative lain dengan mengeluarkan

hasil konsepsi melalui pembuatan sayatan pada dinding uterus melalui dinding

perut yang disebut Sectio Caesarea (Mochtar. R, 1998). Sectio caesarea adalah

pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan

dinding rahim. Ada tiga teknik sectio caesarea, yaitu transperitonealis,

corporal (klasik), dan ekstraperitoneal. Sectio caesar adalah lahirnya janin,

plasenta dan selaput ketuban melalui irisan yang dibuat pada dinding perut

dan Rahim.

Beberapa kerugian dari persalinan yang dijalani melalui bedah caesar,

yaitu adanya komplikasi lain yang dapat terjadi saat tindakan bedah caesar 2

Page 3: bab 12345.doc

dengan frekuensi di atas 11%, antara lain cedera kandung kemih, cedera

rahim, cedera pada pembuluh darah, cedera pada usus, dan infeksi yaitu

infeksi pada rahim/endometritis, alat-alat berkemih, usus, serta infeksi akibat

luka operasi.

Nyeri pasca opererasi merupakan efek samping yang harus diderita

oleh mereka yang pernah menjalani operasi, termasuk bedah Caesar. Nyeri

tersebut dapat disebabkan oleh perlekatan-perlekatan antar jaringan akibat

operasi. Nyeri tersebut hampir tidak mungkin di hilangkan 100%, ibu akan

mengalami nyeri atau gangguan terutama bila aktivitas berlebih atau

melakukan gerakan-gerakan kasar yang tiba-tiba. Sejak pasien sadar dalam 24

jam pertama rasa nyeri masih dirasakan didaerah operasi.

B. RUANG LINGKUP

Yang menjadi ruang lingkup penulisan ini adalah studi kasus dengan

Asuhan Kebidanan Post Sectio Caessarea pada Ny ”A” dengan nyeri luka post

operasi di RSUD Labuang Baji Makassar tanggal 13 Agustus 2015.

C. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Memperoleh pengalaman nyata dan mampu melaksanakan asuhan

kebidanan post sectio caessarea pada Ny ”A” dengan nyeri luka post operasi 3

Page 4: bab 12345.doc

di Rsud Labuang Baji Makassar tanggal 13 Agustus 2015 dengan metode 7

Langkah Varney.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu :

1) Penulis mampu melaksanakan pengkajian secara menyeluruh

pada pada Ny ”A” dengan nyeri luka post operasi

2) Penulis mampu menginterprestasikan data yang meliputi

diagnosa, masalah dan kebutuhan pada ibu nifas Ny “A” dengan

nyeri luka post operasi.

3) Penulis dapat menemukan diagnosa potensial yang dapat terjadi

pada ibu nifas Ny “A” dengan nyeri luka post operasi.

4) Penulis dapat menemukan dan melakukan tindakan segera pada

ibu nifas Ny “A” dengan nyeri luka post operasi.

5) Penulis dapat merencanakan tindakan menyeluruh sesuai dengan

kondisi pada ibu nifas Ny “A” dengan nyeri luka post operasi.

6) Penulis dapat melaksanakan asuhan kebidanan yang telah

diberikan pada Ny “A” dengan nyeri luka post operasi.

7) Penulis mampu melakukan evaluasi terhadap tindakan kebidanan

pada Ny “A” dengan nyeri luka post operasi.

4

Page 5: bab 12345.doc

b. Penulis mampu menganalisa kesenjagan antara teori dan kasus nyata di

lapangan.

c. Penulis mampu memberikan alternatif pemecahan masalah sesuai

dengan kebutuhan pasien.

D. MANFAAT PENULISAN

Adapun manfaat penulisan di atas adalah:

1. Manfaat ilmiah

Merupakan kontribusi pemikiran penulis sebagai konsep penerapan ilmu

pengetahuan yang telah di peroleh khususnya tentang ibu nifas post sc.

2. Manfaat praktis

Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta tambahan

pengalaman yang sangat berharga dalam penerapan asuhan kebidanan

dengan post sc.

3. Manfaat institusi

Sebagai masukan bagi institusi pendidikan dalam penerapan proses asuhan

kebidana pada kasus nyeri luka post operasi.

4. Manfaat mahasiswi

Menambah pengetahuan serta memperoleh pengalaman nyata dalam

melakukan asuhan kebidanan post sectio caessarea.

5

Page 6: bab 12345.doc

E. METODE PENULISAN

Metode yang digunakan dalam penulisan ini meliputi :

1. Studi kepustakaan

Penulis membaca dan mempelajari buku –buku yang berkaitan dengan

masalah yang diangkat yang digunakan sebagai dasar teori.

2. Studi kasus

Melaksanakan studi kasus ini pada Ny ”A” dengan menggunakan

pendekatan dan memecahkan masalah melalui asuhan kebidanan yang

meliputi: pengkajian, merumuskan diagnose/masalah aktual, dan masalah

potensial, perencanaan tindakan, implementasi evaluasi, dan dokumentasi.

Dalam memperoleh data yang akurat penulis menggunakan teknik :

a. Anamneses

Penulis melakukan tanya jawab pada pasien dan keluarga guna

memperoleh data yang diperlukan untuk memberikan asuhan kebidanan.

b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis untuk menjamin diperoleh

data yang lengkap dengan cara inspeksi, palpasi dan auskultasi terhadap

karakteristik luar, meliputi luka post operasi, kepala, telinga, TFU,

Kontraksi, lochia dan genetalia.

c. Pemeriksaan penunjang

6

Page 7: bab 12345.doc

Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mengetahui keadaaan ibu lebih

spesifik.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan tentang latar belakang, ruang lingkup, tujuan

penulisan, manfaat penelitian, metode penulisan dan sistematika

penulisan .

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada tinjauan pustaka berisi tentang teori medis nifas meliputi:

pengertian nifas, periode nifas, perubahan masa nifas, kebutuhan dasar

masa nifas.Konsep dasar sectio caesarea yang terdiri dari pengertian,

macam-macam sectio caesarea, indikasi, tanda dan gejala, komplikasi,

penatalaksanaan , penanganan masalah ketuban pecah dini serta teori

managemen kebidanan yang meliputi pengertian dan proses

managemen menurut varney.

BAB III STUDI KASUS

Tinjauan kasus berisi tentang pengkajian, intepretasi data, diagnosa

potensial, tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

serta data perkembangan dengan SOAP.

7

Page 8: bab 12345.doc

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab ini kami akan membahas tentang kesenjangan antara teori

dan pelaksanaan manajemen asuhan kebidanan yang di bahas secara

sistematis mulai dari pengkajian, pelaksanaan dan evaluasi.

BAB V PENUTUP

Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan inti

pembahasan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas post sectio caesarea.

Saran merupakan alternatif pemecahan masalah dan tanggapan.

Kesimpulanyang berupa kesenjangan pemecahan masalah hendaknya

bersifat realistis dan operasional yang artinya saran itupun dapat

dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

8

Page 9: bab 12345.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. MASA NIFAS

A. Pengertian Nifas

Nifas adalah masa post partum atau puerperium yaitu masa atau

waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai

enam minggu berikutnya disertai dengan pulihnya kembali organ-organ

yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti

perlukaan dan lain sebagainya yang berkaitan dengan saat melahirkan

(Suherni, 2007).

Masa Nifas adalah dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta

sampai dengan 6 minggu berikutnya (Notoatmodjo, 2005).

Masa Nifas (puerperium) adalah waktu yang diperlukan untuk

kembalinya organ genetalia internal menjadi normal secara anatomi dan

fungsional yaitu sekitar 6 minggu (Manuaba, 2007).

B. Periode Nifas

Menurut Bahiyatun (2009 ), masa nifas dibagi menjadi 3 periode

yaitu:

9

Page 10: bab 12345.doc

1. Puerperium dini

Puerperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal

ini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

2. Puerperium intermedial

Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan

menyeluruh alat-alat genetalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu.

3. Remote puerperium

Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk

pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu

persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna

dapat berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan

tahunan. (Prawirohardjo 2010)

C. Perubahan Masa Nifas

1) Uterus

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus

kembali kekondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram

(Pusdiknakes, 2003).

2) Bekas Implantasi Uri

Bagian implantasi plasenta merupakan suatu luka yang kasar dan

menonjol ke dalam kavum uteri segmen setelah persalinan. Penonjolan

10

Page 11: bab 12345.doc

tersebut dengan diameter ±7.5 cm, sering disangka sebagai suatu

bagian plasenta yang tertinggal. Sesudah 2 minggu diameternya

menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggutelah mencapai 2,4 mm

(Wiknjosastro, 2007).

3) Luka-luka pada jalan lahir

Seperti luka bekas episiotomi yang telah dijahit, luka pada vagina dan

servik, umumnya bila tidak seberapa luka akan sembuh pueperium.

Kecuali bila infeksi (Wiknjosasto, 2007).

4) Rasa sakit

Rasa sakit atau disebut juga dengan after pains (meriang atau mules-

mules) disebabkan oleh kontraksi rahim dan berlangsung 2-4 hari

pasca persalinan .(Winkjosastro, 2007).

5) Lochea

Lochea adalah ekresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea

mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam

uterus. Lochea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat

organisme berkembang lebih cepatdari pada kondisi asam yang ada

pada vagina normal. Lochea mempunyai bau amis/anyir seperti darah

mensruasi meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda–

beda pada setiap wanita. Lochea yang berbau tidak sedap menandakan

11

Page 12: bab 12345.doc

adanya infeksi. Lochea mempunyai perubahan karena proses involusi

(Suherni, dkk, 2008). Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri

atas 4 tahapan:

a) Lochea Rubra / Merah (Kruenta)

Lochea ini muncul pada hari 1 sampai hari ke 4 masa

postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi

darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak

bayi, lanugo, (rambut bayi ) dan meconium.

b) Lochea Sanguinolenta

Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan

berlendir.Berlangsung hari ke 4 sampai hari ke7 postpartum.

c) Lochea Serosa

Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung

serum, leukosit dan dan robekan/laserasi plasenta. Muncul

pada hari ke 7 sampai hari ke 14 postpartum.

d) Lochea Alba / Putih

Mengandung leokosit, sel desidua, sel epitel, selaput lender

servik dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba bisa

berlangsung selama 2 sampai 6 minggu post partum. Lochea

rubra yang menetap pada awal periode post partum

menunjukkan adanya perdarahan postpartum sekunder yang 12

Page 13: bab 12345.doc

mungkin disebabkan tertinggalnya sisa /selaput plasenta.

Lochea serosa atau alba yang berlangsung bisa menandakan

adanya endometritis, terutama jika disertai demam, rasa sakit

atau nyeri tekan pada abdomen.

e) Lochia Purulenta

Bila terjadi infeksi, keluar cairan nanah seperti nanah berbau

busuk.

f) Lochiostatisis

Pengeluaran lochia tidak lancer.

6) Serviks : setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti

corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-

kadang terdapat perlukaan-perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi

lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat

dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.

7) Ligamen-ligamen : ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang

pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur

menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jath

kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi

kendor. (Prawirohardjo, 2010)

13

Page 14: bab 12345.doc

II. SECTIO CAESARIA

A. Pengertian Seksio Ceasarea

Seksio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak

lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus. Pembedahan caesarea yang

pertama dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1827. (Harry Oxorn dkk

2010, Hal 634).

Seksio sesaria yaitu suatu tindakan untuk melahirkan bayi melalui

tindakan pembedahan dengan membuka dinding perut dan dinding rahim

yang disebabkan karena bayi tidak bisa lahir pervaginam. Jadi seksio

sesaria yaitu tindakan yang dilakukan untuk melahirkan bayi melalui

dinding perut dan dinding rahim dikarenakan bayi tidak bisa lahir dengan

persalinan pervaginam dengan syarat berat janin diatas 500 gram. Sectio

caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan

pada dinding uterus melalui dinding depan perut, seksio sesaria juga dapat

juga didefinisikan sebagai sesuatu histerotomia untuk melahirkan janin

dari dalam rahim (Mochtar, 2013).

B. Tujuan Seksio

1. Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera

berkontraksi dan menghentikan perdarahan.

2. Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan serviks uteri, jika

janin dilahirkan pervaginam.14

Page 15: bab 12345.doc

C. Indikasi Sectio Sesaria

Menurut Kasdu (2003) Indikasi pemberian tindakan Sectio

Caesarea antara lain:

1. Faktor janin

a. Bayi terlalu besar

Berat bayi lahir sekitar 4.000 gram atau lebih (giant baby),

menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir, umumnya

pertumbuhan janin yang berlebihan (macrosomia) karena ibu

menderita kencing manis (diabetes mellitus). Apabila dibiarkan

terlalu lama di jalan lahir dapat membahayakan keselamatan

janinnya.

b. Kelainan letak janin

Ada 2 kelainan letak janin dalam rahim, yaitu letak

sungsang dan letak lintang. Letak sungsang yaitu letak memanjang

dengan kelainan dalam polaritas. Panggul janin merupakan kutub

bawah. Sedangkan letak lintang terjadi bila sumbu memanjang ibu

membentuk sudut tegak lurus dengan sumbu memanjang janin.

Oleh karena seringkali bahu terletak diatas PAP (Pintu Atas

Panggul), malposisi ini disebut juga prensentasi bahu.

15

Page 16: bab 12345.doc

c. Ancaman gawat janin (fetal disstres)

Keadaan janin yang gawat pada tahap persalinan,

memungkinkan untuk segera dilakukannya operasi. Apabila

ditambah dengan kondisi ibu yang kurang menguntungkan. Janin

pada saat belum lahir mendapat oksigen (O2) dari ibunya melalui

ari-ari dan tali pusat. Apabila terjadi gangguan pada ari-ari (akibat

ibu menderita tekanan darah tinggi atau kejang rahim), serta pada

tali pusat (akibat tali pusat terjepit antara tubuh bayi), maka suplai

oksigen (O2) yang disalurkan ke bayi akan berkurang pula.

Akibatnya janin akan tercekik karena kehabisan nafas. Kondisi ini

dapat menyebabkan janin mengalami kerusakan otak, bahkan tidak

jarang meninggal dalam rahim. Apabila proses persalinan sulit

dilakukan melalui vagina maka bedah casarea merupakan jalan

keluar satu-satunya.

d. Janin abnormal

Janin sakit atau abnormal, kerusakan genetik, dan hidrosepalus

(kepala besar karena otak berisi cairan), dapat menyababkan

memutuskan dilakukan tindakan operasi.

e. Faktor plasenta

Ada beberapa kelainan plasenta yang dapat menyebabkan

keadaan gawat darurat pada ibu atau janin sehingga harus 16

Page 17: bab 12345.doc

dilakukan persalinan dengan operasi yaitu Plasenta previa

(plasenta menutupi jalan lahir), Solutio Plasenta (plasenta lepas),

Plasenta accrete (plasenta menempel kuat pada dinding uterus),

Vasa previa (kelainan perkembangan plasenta).

f. Kelainan tali pusat

Berikut ini ada dua kelainan tali pusat yang biasa terjadi yaitu

prolapses tali pusat (tali pusat menumbung), dan terlilit tali pusat.

Prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung) adalah keadaan

penyembuhan sebagian atau seluruh talipusat berada di depan atau

di samping bagian terbawah janin atau tali pusat sudah berada di

jalan lahir sebelum bayi. Dalam hal ini, persalinan harus segera

dilakukan sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada bayi,

misalnya sesak nafas karena kekurangan oksigen (O2). Terlilit tali

pusat atau terpelintir menyebabkan aliran oksigen dan nutrisi ke

janin tidak lancar. Jadi, posisi janin tidak dapat masuk ke jalan

lahir, sehingga mengganggu persalinan maka kemungkinan dokter

akan mengambil keputusan untuk melahirkan bayi melalui

tindakan Sectio Caesaerea.

g. Bayi kembar (multiple pregnancy)

Tidak selamanya bayi kembar dilakukan secara Caesarea.

Kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih 17

Page 18: bab 12345.doc

tinggi daripada kelahiran satu bayi. Bayi kembar dapat mengalami

sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan

melalui persalinan alami. Hal ini diakibatkan, janin kembar dan

cairan ketuban yang berlebihan membuat janin mengalami

kelainan letak. Oleh karena itu, pada kelahiran kembar dianjurkan

dilahirkan di rumah sakit karena kemungkinan sewaktu-waktu

dapat dilakukan tindakan operasi tanpa direncanakan. Meskipun

dalam keadaan tertentu, bisa saja bayi kembar lahir secara alami.

Faktor ibu menyebabkan ibu dilakukannya tindakan operasi,

misalnya panggul sempit atau abnormal, disfungsi kontraksi rahim,

riwayat kematian pre-natal, pernah mengalami trauma persalinan

dan tindakan sterilisasi. Berikut ini, faktor ibu yang menyebabkan

janin harus dilahirkan dengan operasi.

2. Faktor ibu

a. Usia

Ibu yang melahirkan untuk pertama kalinya pada usia sekitar

35 tahun memiliki resiko melahirkan dengan operasi. Apalagi

perempuan dengan usia 40 tahun ke atas. Pada usia ini, biasanya

seseorang memiliki penyakit yang beresiko, misalnya tekanan

darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis (diabetes melitus)

18

Page 19: bab 12345.doc

dan pre- eklamsia (kejang), Eklamsia (keracunan kehamilan) dapat

menyebabkan ibu kejang sehingga seringkali menyebabkan dokter

memutuskan persalinan dengan operasi caesarea.

b. Tulang panggul

Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar

panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin dan

dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami.

Kondisi tersebut membuat bayi susah keluar melalui jalan lahir.

c. Persalinan sebelumnya Caesar

Persalinan melalui bedah Caesarea tidak mempengaruhi

persalinan selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak.

d. Faktor hambatan panggul

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya adanya tumor

dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu

sulit bemafas. Gangguan jalan lahir ini bisa terjadi karena adanya

mioma atau tumor. Keadan ini menyebabkan persalinan terhambat

atau macet, yang biasa disebut distosia.

e. Kelainan kontraksi rahim

Jika kontraksi lahir lemah dan tidak terkoordinasi

(inkordinate uterine action) atau tidak elastisnya leher rahim

sehingga tidak dapat melebar pada proses persalinan, 19

Page 20: bab 12345.doc

menyebabkan kepala bayi tidak terdorong atau tidak dapat

melewati jalan lahir dengan lancar. Apabila keadaan tidak

memungkinkan, maka dokter biasanya akan melakukan operasi

Caesarea.

f. Ketuban pecah dini

Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat

menyebabkan bayi harus segera dilahirkan. Kondisi ini akan

membuat air ketuban merembes keluar sehingga tinggal sedikit

atau habis.

g. Rasa takut kehilangan

Pada umumnya, seorang wanita yang melahirkan secara

alami akan mengalami rasa sakit, yaitu berupa rasa mulas disertai

rasa sakit di pinggang dan pangkal paha yang semakin kuat.

Kondisi tersebut sering menyebabkan seorang perempuan yang

akan melahirkan merasa ketakutan, khawatir, dan cemas

menjalaninya. Sehingga untuk menghilangkan perasaan tersebut

seorang perempuan akan berfikir melahirkan melalui Caesarea.

20

Page 21: bab 12345.doc

D. Jenis-Jenis Seksio Sesarea

1. Segmen bawah : insisi melintang

Abdomen dibuka dan uterus disingkapkan. Lipatan vesi

couterina periteoneum (bladder flap) yang terletak dekat sambungan

segmen atas dan bawah uterus ditentukan dan disayat melintang,

lipatan ini dilepaskan dari segmen bawah dan bersama-sama kandung

kemih dorong kebawah serta ditarik agar tidak menutupi lapangan

pandangan. Pada segmen bawah uterus dibuat insisi melintang yang

kecil, luka insisi ini dilebarkan kesamping dengan jari-jari tangan dan

berhenti didekat daerah pembuluh-pembuluh darah uterus. Kepala

janin yang pada sebagian besar kasus terletak dibalik insisi diekstraksi

atau didorong, diikuti oleh bagian tubuh lainnya dan kemudian pasenta

serta selaput ketuban. Insisi melintang tersebut ditutup dengan jahitan

catgut bersambung 1 lapis atau 2 lapis. Lipatan vesikouterina

kemudian dijahit kembali pada dinding uterus sehingga seluruh luka

insisi terbungkus dan tertutup dari rongga peritoneum generalisata.

Abdomen ditutup lapis demi lapis.

2. Sekmen bawah: insisi membujur

Insisi membujur mempunyai keuntungan yaitu kalau perlu luka

insisi bisa di perlibar keatas. Pelebaran ini diperlukan kalau bayinya

besar, pembentuksn sekmen bawah jelek, ada malkosisi janin seperti 21

Page 22: bab 12345.doc

letak lintang atau kalau ada anomali janin seperti kehamilan

kembaryang menyatu (conjoined twins).

Salah satu kerugian yng utamanya adalah perdarahan dari tepi

sayatan yang lebih banyak karena terpotongnya otot. Sering juga luka

insiisi tanpa dikehendaki meluas kesegmen atas sehingg nilai

penutupan retropenitoneal yang lengkap akan hilang.

3. Sectio caesarea klasik

Insisi longitudinal di garis tengah di buat dengan skalpel

kedalam dinding anrerior uterus dan di lebarkan ke atas serta ke bawah

dengan gunting berujung tumpul di perlukan luka insisi lebar karena

bayi sering di lahirkan dengan bokong. Janin serta plasenta di

keluarkan dan uterus di tutup dengan jahitan 3 lapis.

4. Sectio ceasarea exrtaperitoneal

Pembedahan extraperitoneal di kerjakan untuk menghindari

perlunya histeriktomi pada kasus yang mengalami infeksi luas dengan

mencegah peritonitis generalisata yang sering bersifat fatal. Ada

beberapa metode sectio ceasarea extraperitoneal seperti metode

waters, latzkao dan norton.

Tehnik pada prosedur ini relatif sulit, sering tanpa sengaja masuk

ke dalam cavum peritoni, dan insidensi cedera vesika urinaria

meningkat. Perawatan prenatal yang lebih baik, penurunn insidensi 22

Page 23: bab 12345.doc

kasus yang terlantar, dan tersedianya darah serta antibiotik telah

mengrangi perlunya tehnik extraperitoneal.

5. Histeroktomi caesarea

Pembedahn ini merupakan sectio ceaserea yang dilanjutkan

dengan pengeluaran uterus. Akan tetapi, karena pembedahan sub total

lebih mudah dan dapat di kerjakan dengan cepat maka pembedahan

sub total dapat terjadi prosedur pilihan kalau terdapat perdarahan hebat

dab pasiennya syok, atau pasien dalam keadaan jelek akibat sebab-

sebab lain. Tujuan pembedahan adalah menyelesaiakan secepat

mungkin. (Harry Oxorn dkk 2010).

E. Komplikasi

Menurut Wiknjosastro (2006), Kemungkinan yang timbul setelah

dilakukan operasi ini antara lain:

a. Infeksi puerperal (Nifas) :

1. Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.

2. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan

perut sedikit kembung.

3. Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik.

b. Perdarahan:

1. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.

23

Page 24: bab 12345.doc

2. Perdarahan pada plasenta bed.

3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih

bila peritonealisasi terlalu tinggi.

4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya.

F. Pemeriksaan Diagnostik (Wiknjosastro, 2006)

a. Elektroensefalogram ( EEG ) :

Dipakai untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.

b. Pemindaian CT :

Menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya untuk

mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.

c. Magneti resonance imaging ( MRI ) :

Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetic dan

gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah otak yang

tidak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT.

d. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) :

Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu

menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam

otak.

24

Page 25: bab 12345.doc

e. Uji laboratorium

1. Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler

2. Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit

3. Panel elektrolit Skrining toksik dari serum dan urin

4. GDA

a. Kadar kalsium darah

b. Kadar natrium darah

c. Kadar magnesium darah

d. Kadar natrium darah

e. Kadar magnesium darah

G. Penatalaksanaan Ibu Nifas Post Sectio Caesarea

Menurut Saifuddin (2002), penatalaksanaan ibu nifas post sectio

caesarea meliputi:

1. Manajemen post operatif

a. Pasien dibaringkan di dalam kamar pulih (kamar isolasi)

dengan pemantauan ketat tensi, nadi, nafas tiap 15 menit dalam

1 jam pertama, kemudian 30 menit dalam 1 jam berikut dan

selanjutnya.

b. Pasien tidur dengan muka ke samping dan yakinkan kepalanya

agak tengadah agar jalan nafas bebas.

25

Page 26: bab 12345.doc

c. Letakkan tangan yang tidak diinfus di samping badan agar

cairan infus dapat mengalir dengan lancar.

2. Mobilisasi/aktifitas

Pasien boleh menggerakkan kaki dan tangan serta tubuhnya

sedikit 8 – 12 jam kemudian duduk, bila mampu pada 24 jam setelah

sectio caesarea pasien jalan, bahkan mandi sendiri pada hari kedua.

3. Perawatan luka

Perawatan luka pada ibu nifas post sectio caesarea adalah

merawat luka dengan cara mengganti balutan atau penutup yang sudah

kotor atau lama dengan penutup luka atau pembalut luka yang baru.

Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya luka infeksi serta

memberikan rasa aman dan nyaman pada pasien. Persiapan alat dan

bahan yang dibutuhkan antara lain: bak instrumen, kassa, gunting,

plester, lidi waten, antiseptik (betadine), pinset anatomis dan chiurgis,

bengkok, perlak pengalas, sarung tangan steril, larutan NaCl untuk

membersihkan luka, salep antiseptik, tempat sampah, larutan klorin

0,5%. Langkah-langkah perawatan luka post sectio caesarea adalah:

1. Kapas perut harus dilihat pada 1 hari pasca bedah, bila basah dan

berdarah harus diganti. Umumnya kassa perut dapat diganti hari

ke 3 – 4 sebelum pulang dan seterusnya, pasien mengganti setiap

hari luka dapat diberikan betadine sedikit.26

Page 27: bab 12345.doc

2. Jahitan yang perlu dibuka dapat dilakukan pada 5 hari pasien

bedah.

4. Kateter/eliminasi

Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak

enak pada penderita, menghalangi involasi uterus dan menyebabkan

pendarahan oleh karena itu dianjurkan pemasangan kateter seperti

dower cateter/balon kateter yang terpasang selama 24 sampai 48 jam,

kecuali penderita dapat kencing sendiri. Kateter dibuka 12 – 24 jam

pasca pembedahan.Bila terdapat hematuria maka pengangkatan dapat

ditunda (Saifuddin, 2002).

H. Nasihat Pasca Operasi

1. Dianjurkan jangan hamil selama lebih kurang dua tahun, dengan memakai

kontrasepsi.

2. Kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengan antenatal yang baik.

3. Dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit yang besar.

27

Page 28: bab 12345.doc

III. KETUBAN PECAH DINI

A. Pengertian Ketuban Pecah Dini

Ketubah Peceh Dini adalah pecahnya selaput ketuban secara

spontan pada saat sebelum inpartu atau selaput ketuban 1 jam kemudian

tidak diikuti tanda-tanda awal persalinan (tanpa melihat umur kehamilan).

Ketuban pecah dini atau spontaneous/prematur of membrane

(PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu : yaitu pembukaan

pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.

(Mochtar Rostam, 2006)

Air ketuban kurang atau dalam istilah kedokteran disebut

oligohidramnion dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti ketuban

pecah, kehamilan lewat waktu (post-date pregnancy, post-matur

pregnancy), pertumbuhan janin terhambat (gangguan perkembangan janin,

berat janin tidak sesuai dengan usia kehamilan), dan pada kehamilan

dengan cacat bawaan pada janin terutama kelainan ginjal (Mochtar

Rostam, 2006)

Pada awal kehamilan, air ketuban (amnionic fluid, cairan amnion)

dihasilkan oleh sel amnion dan merupakan hasil filtrasi dari plasma ibu

melalui selaput janin, tali pusat dan plasenta. Awal trimester kedua

sebagian besar berasal dari cairan ekstraseluler yang berdifusi melalui

kulit janin dan merefleksikan cairan plasma janin. Setelah kehamilan 20 28

Page 29: bab 12345.doc

minggu proses kornifikasi pada kulit janin mencegah proses difusi

sehingga cairan ketuban sebagian besar berasal dari urin janin, selain itu

juga dari cairan paru-paru janin. Ginjal janin mulai menghasilkan urin

pada usia kehamilan 12 minggu. Air ketuban juga mengandung sel-sel

janin yang mengalami deskuamasi, verniks, lanugo, dan hasil sekresi yang

lain (Mochtar Rostam, 2006)

Adanya air ketuban memungkinkan janin dapat bergerak dan

membantu perkembangan sistem otot rangka, membantu perkembangan

saluran pencernaan janin, sebagai sumber cairan dan makanan janin,

memberikan tekanan pada paru-paru janin sehingga berperan dalam

perkembangan paru-paru janin, melinduni janin dari trauma, mencegah

tali pusat tertekan, menjaga suhu janin dan melindungi janin dari infeksi.

Jumlah air ketuban bervariasi sesuai dengan usia kehamilan.

Secara umum pertambahan air ketuban 10 ml perminggu sampai usia

kehamilan 8 minggu dan meningkat sampai 60 ml perminggu pada usia

kehamilan 21 minggu, mulai berkurang secara bertahap pada usia

kehamilan 33 minggu.

Dampak air ketuban kurang tergantung pada penyebabnya. Bila

disebabkan karena ketuban pecah, dampak terhadap ibu dan janin

terutama adalah peningkatan risiko infeksi, yang dapat menyebabkan

29

Page 30: bab 12345.doc

kematian janin dalam rahim ataupun saat bayi baru dilahirkan (Mochtar

Rostam, 2006).

B.  Patofisiologi

Faktor-faktor yang memudahkan pecahnya selaput ketuban adalah:

1. Koria amnionitis

Menyebabkan selaput ketuban menjadi rapuh.

2. Inkompetensi serviks

Kanalis servikalis yang selalu terbuka karena kelainan serviks uteri

(faktor konginetal, faktor aknisita dan faktor fisiologik).

3. Kelainan letak

Tidak ada bagian terendah janin yang menutup PAP, yang dapat

mngurangi tekanan terhadap selaput ketuban bagian bawah.

4. Trauma

Menyebabkan tekanan intra uterin mendadak meningkat, (Mochtar

Rostam, 2006)

C. Klinis / Diagnosis

Diagnosa harus didasarkan pada:

1. Anamnesa

a.       Kapan keluarnya cairan

b.      Warna

c.       Bau30

Page 31: bab 12345.doc

d.      Adanya partikel-partikel di dalam cairan

2. Inspeksi

3. Inspekulo

Bila fundus ditekan atau bagian terendah digoyangkan, keluar cairan

dan terkumpul di forniks posterior.

4. Periksa dalam

a.       Adanya cairan dalam vagina

b.      Selaput ketuban tidak ada.

5. Pemeriksaan laboratorium

Uji fern, respon netrasin terhadap cairan alkalin amniotik (lakmus

merah menjadi biru).

Bila dengan cara diatas ternyata selaput ketuban pecah, maka diambil

ketentuan sebagai berikut:

1. Saat selaput ketuban pecah ditentukan berdasarkan anamnesis

pasti tentang kapan pecahnya.

2. Kalau anamnesis tidak pasti, maka selaput ketuban pecah

anggaplah saat penderita MRS.

3. Kalau berdasarkan anamnesis pasti bahwa selaput ketuban sudah

pecah lebih dari 12 jam, maka setelah masuh kamar bersalin

(MKB) dievaluasi 2 jam. Bila setelah 2 jam tidak ada tanda-

31

Page 32: bab 12345.doc

tanda inpartu dilakukan terminasi kehamilan  (induksi/sesksio

saesaria), (Winknjosastro, Hanifa. 2004)

D. Komplikasi

1.      Infeksi intrauterin → Korioamnionitis

2.      Tali pusat menumbung

3.      Kompresi tali pusat

4.      Kelahiran premature

5.      Amniotik band syndroma yaitu kelainan bawaan akibat ketuban

pecah sejak hamil muda (Manuaba, Ida Bagus. 2006)

E.     Pengaruh Ketuban Pecah Dini

1.      Terhadap Janin

Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi

janin mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterine lebih

dahulu terjadi.

2.      Terhadap ibu

Karena jalan lahir sudah terbuka, maka dapat terjadi infeksi

intrapartial, apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga

sering dijumpai infeksi puerperalis, perionitas dan septikema, serta

Dray Labor, ( Manuaba, Ida Bagus. 2006 )

32

Page 33: bab 12345.doc

F.      Penatalaksanaan

1.      KPD dengan kehamilan Aterm

a.       Diberikan antibiotika (injeksi Ampicillin 1 gr/6 jam per IV,

tes dulu).

b.      Observasi suhu rektal tiap 3 jam, bila suhu meningkat >

37,60C segera terminasi.

c.       Bila suhu rektal tidak meningkat ditunggu 12 jam, bila belum

ada tanda-tanda inpartu dilakukan terminasi.

2.      KPD dengan kehamilan Preterm

a.       Perkiraan berat badan janin > 1500 gr

b.      Berikan antibiotika injeksi Ampicillin 1 gr/6 jam per IV, tes

dulu 2 hari dilanjutkan Amoxicillin 3 x 500 mg/hari per os

selama 3 hari.

c.       Diberikan Kortikosteroid untuk merangsang maturasi paru

yaitu injeksi Deksametason 19 mg IV, 2x selama 24 jam atau

injeksi Betametason 12 mg IV 2x selama 24 jam.

d.      Observasi 2 x 24 jam, bila belum inpartu segera terminasi.

e.       Observasi suhu rektal tiap 3 jam, bila ada kecenderungan

meningkat 37,60C segera terminasi.

3.      Perkiraan berat badan janin < 1500 gr33

Page 34: bab 12345.doc

a. Pemberian antibiotikan injeksi Ampicillin 1 gr/6 jam IV, tes dulu

selama 2 hari dilanjutkan Amxicillin 3 x 500 mg/hari per os

selama 3 hari.

b. Observasi 2 x 24 jam dan suhu rektal tiap 3 jam.

c. Bila suhu rektal meningkat > 37,60C segera terminasi.

d. Bila 2 x 24 jam air ketuban tidak keluar dilakukan USG

e. Bila jumlah air ketuban cukup, kehamilan dilanjutkan

(konservatif).

f. Bila air ketuban sedikit, segera terminasi.

g. Bila 2 x 24 jam, air ketuban masih tetap keluar segera terminasi.

(Manuaba, Ida Bagus. 2006).

34

Page 35: bab 12345.doc

BAB III

STUDI KASUS

No Register : 32 54 23

Tanggal Masuk : 12 agustus 2015 jam 23.15 wita

Tanggal Operasi : 12 agustus 2015 jam 01.30 wita

Tanggal Pengkajian : 13 agustus 2015 jam 15.00 wita

Tempat : RSUD Labuang Baji Makassar

LANGKAH I IDENTIFIKASI DATA DASAR

1. IDENTITAS ISTRI DAN SUAMI

Nama : Ny “A” / Tn “A”

Umur : 29 Tahun / 32 tahun

Nikah : 1x

Suku : Bugis / Makassar

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SMA / SMA

Pekerjaan : IRT / Wiraswasta

Alamat : JL.Andi Tonro I

35

Page 36: bab 12345.doc

2. DATA BIOLOGIS / FISIOLOGIS

a. Keluhan Utama : Ibu merasa terganggu pada perut daerah post operasi.

b. Riwayat Keluhan Utama

1) Ibu mengatakan melahirkan tanggal 12 agustus 2015, dan nyeri pada

abdomen dirasakan setelah operasi sampai saat pengkajian.

2) Ibu merasakan nyeri pada saat bergerak

3) Ibu mengatasi nyeri dengan berbaring dan mengurangi pergerakan

c. Faktor Penyebab : Nyeri dikarenakan luka sayatan pada abdomen dan

sudah di jahit

d. Lokasi keluhan : Abdomen

e. Sifat Keluhan : Menetap

f. Pengaruh terhadap klien : Mengganggu aktifitas

3. RIWAYAT KESAHATAN LALU DAN SEKARANG

a. Ibu tidak pernah menderita penyakit jantung, DM, Hipertensi, dan paru-

paru.

b. Ibu tidak ada riwayat penyakit keturunan menular.

c. Tidak ada riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan

d. Tidak ada riwayat ketergantungan obat-obatan, alkohol dan merokok.

36

Page 37: bab 12345.doc

4. RIWAYAT REPRODUKSI

Ibu tidak pernah operasi reproduksi sebelumnya.

5. RIWAYAT PERSALINAN SEKARANG

a. Kala I : Ibu masuk dengan keluhan keluar air dari jalan lahir sejak 30

menit yang lalu dan di sertai pelepasan lendir. VT Pembukaan 1

cm ketuban (-). DJJ 170 x / menit. Kala I berlangsung 2 jam

b. Kala II : Bayi lahir secara Caesar tanggal 12 agustus 2015 jam 01.55

wita,dengan jenis kelamin Laki-laki, BBL : 3200 gram, PBL : 50

cm. Lamanya kala II berlangsung 25 menit yaitu jam 01.30-

02.00 wita.

c. Kala III : Plasenta lahir lengkap pada jam 02.00 wita. Lama kala III

berlangsung 5 menit

d. Kala IV : Keadaan umum ibu baik,TTV dalam batas normal, kontraksi

uterus baik, kandung kemih kosong.

6. RIWAYAT KB

Ibu belum pernah menjadi akseptor KB sebelumnya.

37

Page 38: bab 12345.doc

7. RIWAYAT PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MASA NIFAS

a. Nutrisi

a. Pola makan : 3x sehari dengan jenis makanan bubur.

b. Nafsu makan baik

c. Minum setiap merasa haus

b. Eliminasi

a. BAK : BAK melalui kateter dengan volume urine 1000 CC, warna

kuning muda, bau khas amoniak

b. BAB : Ibu belum BAB

c. Personal hygiene

a. Ibu sudah di waslap oleh petugas

b. Ganti pembalut setiap kali penuh.

d. Istirahat

Pola tidur belum teratur karena terganggu rasa nyeri bekas operasi dan

infus yang terpasang pada tangan bagian kanan ibu dan masih di kateter.

e. Mobilisasi

Ibu sudah bisa duduk dan belum bisa mandi sendiri,serta berjalan sendiri.

38

Page 39: bab 12345.doc

8. RIWAYAT PSIKOLOGIS EKONOMI DAN SPIRITUAL

a. Ibu dan keluarga senang dengan kelahiran bayinya.

b. Hubungan ibu dan keluarga harmonis.

c. Pengambilan keputusan adalah suami.

d. Seluruh biaya perawatan di tanggung suami.

e. Ibu dan keluarga rajin berdoa.

9. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum masih lemah.

2. Kesadaran kompesmentis.

3. Tanda- tanda vital :

TD : 120/70 mmHg.

N : 80 x/menit.

P :20 x/menit.

S :36,9 ⁰C

4. Kepala : Rambut tampak bersih,

5. Wajah : Tampak meringis, tidak terdapat oedema, konjungtiva merah

muda, skelara tidak ikhterus

6. Hidung : Tidak ada polip.

7. Telinga : Tidak ada serumen.

39

Page 40: bab 12345.doc

8. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, vena jugularis dan

kelenjar limfe.

9. Payudara : Putting menonjol,tidak ada nyeri tekan dan terdapat

colostrum saat putting di pencet.

10. Abdomen : Nampak linea nigra dan striae livide, tampak bekas operasi

tertutup kassa dan TFU 2 jari di bawah pusat serta kontraksi

perut baik teraba keras dan bundar.

11. Genetalia : Tampak pengeluaran lochia rubra, dan terpasang kateter tetap.

12. Ekstremitas

a. Ekstremitas atas : Terpasang infus RL 28 tetes/menit terpasang

di tangan kanan.

b. Ekstremitas bawah : Tidak ada oedema dan Varices.

13. Pemeriksaan penunjang tanggal 12 agustus 2015

a. HB : 12 gr %.

LANGKAH II IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH AKTUAL

Diagnosa : P1 A0. Post SC hari kedua dengan nyeri luka post operasi.

1. P1 A0 Post SC hari kedua

DS : Ibu melahirkan tanggal 12 agustus 2015 dengan SC.

DO : - Tanggal pengkajian tanggal 13 Agustus 2015.

40

Page 41: bab 12345.doc

- ASI Colostrum

- TFU 2 jari bawah pusat

- Nampak luka operasi tertutup kassa

Analisa Dan Interpretasi Data

a. Dari tanggal 12 Agustus sampai tanggal 13 Agustus di hitung post SC hari

kedua. Section caessarea adalah melahirkan janin melalui insisi pada

dinding abdomen pasien (lapartomi) dan dinding uterus (historotomi ).

(Obstetric ginekologi UNHAS, 1999, )

b. Pengeluaran colostrum terjadi pada hari pertama sampai keempat masa

nifas, sehingga di diagnosa ibu post SC hari kedua dengan pengeluaran

colostrum masih ada. (Manuaba, Ida Bagus Gede, 2006, hal 357).

c. Involusio uteri berlangsung normal dengan penurunan 1 cm tiap hari. TFU

2 jari di bawah pusat menandakan hari kedua post partum. (Manuaba, Ida

Bagus Gede, 2006, hal 356).

2. Nyeri luka bekas operasi

DS : Ibu merasa nyeri pada daerah bekas operasi

DO : - Ibu Nampak meringis saat melakukan pergerakan

- Nampak luka bekas operasi tertutup kassa

- Nyeri tekan pada abdomen

41

Page 42: bab 12345.doc

Analisa Dan Interpretasi Data

Terputusnya continuitas jaringan akibat lapartomi pada dinding

abdomen dan histerotomi pada dinding uterus, maka aliran darah pada

jaringan tersebut akan terhambat sehingga merangsang munculnya bradikinin

yang menghantarkan reseptor nyeri ke hipotalamus kemudian nyeri di

hantarkan ke saraf perifer dan menimbulkan nyeri yang di ekspresikan dengan

wajah yang meringis saat bergerak sehingga di diagnosa nyeri pada daerah

post operasi.(Manuaba, Ida Bagus Gede, 2006, hal 358).

3. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Diri

DS : - ibu merasa nyeri saat bergerak

- Nyeri mengganggu aktifitas

DO : - Keadaan umum ibu lemah

- Terpasang infus dan Kateter

Analisa dan Interpretasi Data

a) Kekurangan waktu istirahat setelah operasi yang disebabkan oleh nyeri

menyebabkan kinerja tubuh berkurang yang ditandai dengan keadaan

ibu lemah.

b) Luka operasi yang menyebabkan distensi pembuluh darah dan saraf

disekitar abdomen menyebabkan nyeri, ibu kesulitan bergerak sehingga

di diagnosa sebagai gangguan kebutuhan pemenuhan diri. (Ilmu

kebidanan Sarwono , 2006, hal 348)42

Page 43: bab 12345.doc

c) Terpasangnya infus dan kateter menyebabkan ibu kesulitan bergerak

sehingga pemenuhan kebutuhan ibu terganggu. ((Ilmu kebidanan

Sarwono , 2006, hal 340)

LANGKAH III IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH POTENSIAL

Tidak ada data yang menunjang.

LANGKAH IV TINDAKAN SEGERA / KOLABORASI

Kolaborasi dengan dokter pemberian obat obatan yaitu :

1. Ranitidine 1 ampul/IV/8 jam.

2. Ketorolak 1 ampul/IV/8 jam.

3. Asam tranexsamat 1 ampul/IV/8 jam.

4. Cefriaxone 1 gr/IV/8 jam

Pada jam 09.00 wita, 17.00 wita dan 01.00 wita.

LANGKAH V RENCANA TINDAKAN / INTERVENSI

Tujuan : 1. Post SC berlangsung normal.

2. Nyeri luka post operasi teratasi.

3. Ibu mampu memenuhi kebutuhan diri

Kriteria : 1. Ibu tidak merasakan nyeri lagi pada luka post operasi

2. Ekspresi wajah ceria

43

Page 44: bab 12345.doc

3. Keadaan umum baik ditandai dengan TTV dalam batas normal.

Tekanan darah : 90/60 mmHg – 130/90 mmHg.

Nadi : 60 – 100 x/ menit.

Pernafasan : 16 – 24 x/ menit.

Suhu : 36,5-36,7 ⁰C.

4. Involusio uteri berlangsung normal dengan penurunan 1 cm tiap

hari

5. Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan

vagina dalam masa nifas.

a) Lochia Rubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput

ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan

mekonium, selama 2 hari pasca persalinan.

b) Lochia Sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan

lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan.

c) Lochia serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi,

pada hari ke 7-14 pasca persalinan.Lentang Lochia alba : cairan

putih, setelah 2 minggu.

6. Aktifitas ibu tidak terganggu

7. Ibu mampu memenuhi kebutuhan dirinya

44

Page 45: bab 12345.doc

Rencana Tindakan / Intervensi

1. Beri tahu ibu tentang kondisinya

Rasional : Agar ibu mengetahui tentang kondisinya.

2. Jelaskan pada ibu penyebab nyeri.

Rasional : Agar ibu mengetahui penyebab nyeri dan dapat beradaptasi dengan

nyeri yang di rasakan.

3. Ajarkan ibu teknik relaksasi

Rasional : Relaksasi dalam pengaturan nafas dapat menghilangkan

ketegangan dan rasa nyeri yang di rasakan. Dan retraksi adalah

kontraksi yang terjadi pada otot perut dan iga yang tertarik ke

dalam pada saat kita menarik nafas

4. Ajarkan tekhnik retraksi untuk mengatasi nyeri

Rasional : Dengan teknik retraksi akan membantu mengalihkan perhatian ibu

terhadap nyeri sehingga nyeri tidak dikeluhkan lagi oleh ibu

5. Obervasi TTV, TFU, kontraksi uterus dan pengeluaran lochia.

Rasional : - TTV Merupakan indikator untuk mengetahui keadaan umum ibu.

- TFU dan kontraksi uterus merupakan indikator untuk mengetahui

involusio uteri.

- Pengeluaran lochia indikator untuk menilai proses involusia uteri.

45

Page 46: bab 12345.doc

6. Anjurkan pada ibu tentang :

a. Mobilisasi secara bertahap

Rasional : Mobilisasi dapat mengurangi rasa nyeri dan mempercepat

proses penyembuhan.

b. Istirahat yang cukup.

Rasional : Istirahat yang cukup dapat membantu dan mempercepat proses

penyembuhan.

c. Mengkonsumsi makanan yang bergizi.

Rasional : Mengkonsumsi makanan yang bergizi terutama protein dapat

mempercepat proses penyumbuhan.

d. Menjaga personal hygiene.

Rasional : Mencegah berkembangbiaknya kuman penyebab infeksi.

7. Anjurkan pada keluarga untuk membatu memenuhi kebutuhan ibu setiap hari

Rasional : untuk membantu ibu memenuhi kebutuhan dirinya

8. Penatalaksanaan pemberian obat obatan analgetik, antibiotic dan penetrasi

asam lambung

Rasional: Pemberian antibiotik untuk menghambat mikroorganisme pathogen

serta membantu mempercepat proses penyumbuhan, analgetik

untuk mengurangi rasa nyeri, dan penetrasi asam lambung untuk

membantu menetralisisr asam lambung.

9. Rencana Aff kateter.46

Page 47: bab 12345.doc

Rasional : Untuk mempermudah ibu melakukan mobilisasi.

LANGKAH VI IMPLEMENTASI

Tanggal 13 agustus 2015 jam 15.05 s/d 16.30 wita

1. Memberitahu ibu tentang kondisinya

Hasil : ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan

2. Menjelaskan pada ibu penyebab nyeri akibat terputusnya continuitas jaringan

akibat laparatomi pada dinding abdomen dan histerotomi pada dinding uterus,

maka aliran darah pada jaringan tersebut akan terhambat dan menyebabkan

nyeri .

Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan yang di berikan.

3. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dengan mengatur nafas sehingga

menghilangkan ketegangan dan rasa nyeri yang di rasakan.

Hasil : ibu mengerti dan bersedia melakukannya

4. Menganjarkan ibu tekhnik retraksi untuk mengatasi nyeri yaitu dengan

melakukan aktifitas seperti membaca, menyusui bayinya, mendengarkan

music dan nonton tv

Hasil : ibu mengerti dan bersedia melakukannya

5. Mengobservasi TTV, TFU, kontaksi uterus dan pengeluaran lochia .

Hasil : - Tanda – Tanda Vital

TD :110 /70 mmHg.

47

Page 48: bab 12345.doc

N : 84x / menit.

S : 36,6 ⁰C.

P : 20x / menit.

- TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik teraba keras dan

Bundar.

- Lochi rubra, warna merah tua

6. Menganjurkan pada ibu tentang :

a. Mobilisasi bertahap

Hasil : Ibu miring kiri dan kanan, duduk, berjalan serta menarik nafas

panjang saat nyeri.

b. Istrahat yang cukup

Hasil : Ibu mengerti dan akan melakukanya.

c. Mengkonsumsi makanan yang bergizi dengan menu seimbang cukup

kalori, protein, mineral seperti sayur – sayuran, buah buahan, nasi, ikan,

dan susu

Hasil : ibu mengerti dan bersedia melakukannya

d. Menjaga personal hygiene.

Hasil : Ibu mengerti dan akan menjaga kebersihanya.

7. Mengaanjurkan pada keluarga untuk membatu memenuhi kebutuhan ibu

setiap hari

Hasil : Keluarga mengerti dan telah melakukannya48

Page 49: bab 12345.doc

8. Pemberian obat-obatan anti biotik, analgetik dan penetrasi asam lambung

Hasil : - Ranitidine 1 ampul / IV /8 jam.

- Ketorolak 1 ampul / IV/ 8 jam.

- Asam tranexsamat 1 qmpul /IV/8 jam.

- Cefriaxone 1 gr/IV/8 jam

Pada jam 09.00 wita, 17.00 wita dan 01.00 wita.

9. Aff kateter

Hasil : Kateter telah di buka pada jam 16.05 wita

LANGKAH VII EVALUASI

Tanggal 13 agustus 2015 jam 16.30 wita

1. P1 A0 post SC hari kedua berlangsung normal

2. Ibu dapat beradaptasi dengan nyeri

3. Ibu sudah mampu memenuhi kebutuhan diri

Ditandai dengan

a. Ibu tidak merasakan nyeri lagi pada luka post operasi

b. Ekspresi wajah ceria

c. TTV dalam batas normal

TD : 110/70 mmHg

N : 84 x/ menit.

P : 20 x/ menit.

49

Page 50: bab 12345.doc

S : 36,6⁰C

d. Kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar, TFU 2 jari dibawah

pusat

e. Pengeluaran lochia rubra dan tidak berbau.

50

Page 51: bab 12345.doc

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN POST SC HARI KE DUA

PADA NY ‘’A’’ DENGAN NYERI LUKA BEKAS OPERASI

DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

TANGGAL 13 AGUSTUS 2015

No. Register : 32 54 23

Tanggal masuk : 12 Agustus 2015 Jam 23.15 Wita.

Tanggal Operasi : 12 Agustus 2015 Jam 01.30 wita.

Tanggal pengkajian : 13 Agustus 2015 Jam 15.00 wita.

Tempat : RSUD Labuang Baji Makassar

IDENTITAS ISTRI/SUAMI

Nama : Ny “A” / Tn “A”

Umur : 29 Tahun / 32 tahun

Nikah : 1x

Suku : Bugis / Makassar

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SMA / SMA

Pekerjaan : IRT / Wiraswasta

Alamat : JL.Andi Tonro I

51

Page 52: bab 12345.doc

DATA SUBJEKTIF (S)

1. Ibu melahirkan tanggal 12 agustus 2015.

2. Ibu merasakan nyeri pada bekas operasi

3. Nyeri yang dirasakan ibu menetap.

4. Ibu belum terlalu aktif dalam memenuhi kebutuhannya.

5. Ada pengeluaran darah dari jalan lahir.

DATA OBJEKTIF (O)

1. Keadaan umum baik.

2. Kesadaran kompesmentis.

3. Ekspresi wajah meringis saat bergerak.

4. Tanda- tanda vital :

TD : 120/70 mmHg.

N : 80 x/menit.

P :20 x/menit.

S :36,9 ⁰C.

5. Kepala : Rambut tampak bersih,

6. Wajah : Tampak meringis apabila bergerak, , tidak terdapat oedema

konjungtiva merah muda, skelara tidak ikhterus

7. Hidung : Tidak ada polip.

52

Page 53: bab 12345.doc

8. Telinga : Tidak ada serumen.

9. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, vena jugularis dan

kelenjar limfe.

10. Payudara : Putting menonjol,tidak ada nyeri tekan dan terdapat

colostrum saat putting di pencet.

11. Abdomen : Nampak linea nigra dan striae livide, tampak bekas operasi

tertutup kassa dan TFU 2 jari di bawah pusat serta kontraksi

perut baik teraba keras dan bundar.

12. Genetalia : Tampak pengeluaran lochia rubra, dan terpasang kateter tetap.

13. Ekstremitas

a. Ekstremitas atas : Terpasang infus RL 28 tetes/menit terpasang

di tangan kanan.

b. Ekstremitas bawah : Tidak ada oedema dan Varices.

14. Pemeriksaan penunjang tanggal 12 agustus 2015

a. HB : 12 gr %.

ASSASMENT (A)

Diagnosa : P1 AO, Post SC hari ke II.

Masalah aktual : Nyeri luka bekas operasi.

PLANNING (P)53

Page 54: bab 12345.doc

Tanggal 13 Agustus 2015 jam 15.05 s/d 16.30 wita.

1. Memberitahu ibu tentang kondisinya

Hasil : ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan

2. Menjelaskan pada ibu penyebab nyeri akibat terputusnya continuitas jaringan

akibat laparatomi pada dinding abdomen dan histerotomi pada dinding uterus,

maka aliran darah pada jaringan tersebut akan terhambat dan menyebabkan

nyeri .

Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan yang di berikan.

3. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dengan mengatur nafas sehingga

menghilangkan ketegangan dan rasa nyeri yang di rasakan.

Hasil : ibu mengerti dan bersedia melakukannya

4. Menganjarkan ibu tekhnik retraksi untuk mengatasi nyeri yaitu dengan

melakukan aktifitas seperti membaca, menyusui bayinya, mendengarkan

musik dan nonton tv

Hasil : ibu mengerti dan bersedia melakukannya

5. Mengobservasi TTV, TFU, kontaksi uterus dan pengeluaran lochia .

Hasil : - Tanda – Tanda Vital

TD :110 /70 mmHg.

N : 84x / menit.

S : 36,6 ⁰C.

P : 20x / menit.54

Page 55: bab 12345.doc

- TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik teraba keras dan

Bundar.

- Lochi rubra, warna merah tua

6. Menganjurkan pada ibu tentang :

a. Mobilisasi bertahap

Hasil : Ibu miring kiri dan kanan, duduk, berjalan serta menarik nafas

panjang saat nyeri.

b. Istrahat yang cukup

Hasil : Ibu mengerti dan akan melakukanya.

c. Mengkonsumsi makanan yang bergizi dengan menu seimbang cukup

kalori, protein, mineral seperti sayur – sayuran, buah buahan, nasi, ikan,

dan susu

Hasil : ibu mengerti dan bersedia melakukannya

d. Menjaga personal hygiene.

Hasil : Ibu mengerti dan akan menjaga kebersihanya.

7. Mengaanjurkan pada keluarga untuk membatu memenuhi kebutuhan ibu

setiap hari

Hasil : Keluarga mengerti dan telah melakukannya

8. Pemberian obat-obatan anti biotik, analgetik dan penetrasi asam lambung

Hasil : - Ranitidine 1 ampul / IV /8 jam.

- Ketorolak 1 ampul / IV/ 8 jam.55

Page 56: bab 12345.doc

- Asam tranexsamat 1 qmpul /IV/8 jam.

- Cefriaxone 1 gr/IV/8 jam

Pada jam 09.00 wita, 17.00 wita dan 01.00 wita.

9. Aff kateter

Hasil : Kateter telah di buka pada jam 16.05 wita

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN POST SC HARI KE III

PADA NY ‘’A’’

56

Page 57: bab 12345.doc

( S O A P )

Tanggal Pengkajian : 14 Agustus 2015

Pukul : 09.30 wita

DATA SUBJEKTIF (S)

1. Ibu sudah ganti verban satu kali oleh perawat.

2. Ibu belum menyusui bayinya.

3. Ibu sudah dapat duduk dan berjalan.

4. Ada pengeluaran darah dari jalan lahir.

DATA OBJEKTIF (O)

1. Keadaan umum ibu baik.

2. Kesadaran komposimentis.

3. Tanda-tanda vital :

TD : 120/80 mmHg.

N : 78 x/menit.

P : 20 x/menit.

S : 36 ⁰C

4. Wajah : Ekspresi ceria, konjungtiva merah muda, sklera tidak ikhterus

57

Page 58: bab 12345.doc

5. Payudara ibu teraba keras, ASI sudah banyak

6. Luka operasi tertutup kassa steril.

7. TFU 3 Jbpst, kontraksi uterus baik teraba keras dan bundar.

8. Pengeluaran lochia rubra

9. Ekstremitas

Ekstremitas atas : Terpasang infus RL 28 tetes/menit terpasang

di tangan kanan.

Ekstremitas bawah : Tidak ada oedema dan Varices.

ASSASMENT (A)

1. Diagnosa : Post SC hari ke III.

2. Masalah potensial : Potensial terjadi infeksi pada luka bekas operasi.

PLANNING (P)

Tanggal 14 Agustus 2015 jam 09.30 s/d 12.30 wita

1. Menganjurkan ibu memberikan ASI ekslusif secara on demand

Hasil : ibu mengerti dan bersedia melakukannnya.

2. Mengajarkan ibu tehnik menyusui dengan benar dan cara melakukan

perawatan payudara

Hasil : ibu mengerti dan telah mampu menyusui dengan benar

3. Mengingatkan pada ibu tentang :

58

Page 59: bab 12345.doc

b. Istrahat yang cukup

Hasil : Ibu mengerti dan akan melakukanya.

c. Mengkonsumsi makanan yang bergizi dengan menu seimbang cukup

kalori, protein, mineral seperti sayur – sayuran, buah buahan, nasi, ikan,

dan susu

Hasil : ibu mengerti dan bersedia melakukannya

d. Menjaga personal hygiene.

Hasil : Ibu mengerti dan akan menjaga kebersihanya.

4. Memberikan konseling alat kontrasepsi untuk mengatur jarak kehamilan.

Hasil : ibu bersedia ber kb.

5. Penatalaksaan aff infuse

Hasil : aff infuse dilakukan pada jam 09.44 wita.

6. Penatalaksanaan pemberian obat-obatan per oral : Cefadroxil 3x1, Asam

Mefenamat 3x1, dan SF 1x1.

Hasil : Obat telah diberikan.

7. Mengobservasi TTV, TFU, kontaksi uterus dan pengeluaran lochia.

Hasil : TTV

TD :120 /70 mmHg.

N : 80x / menit.

S : 36,1⁰C.

P : 18 x / menit.59

Page 60: bab 12345.doc

- TFU 3 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik teraba keras dan

bundar.

- Lochi rubra, warna merah tua

8. Mengobservasi tanda- tanda infeksi pada luka bekas operasi.

Hasil : Tidak ada tanda- tanda infeksi seperti dolor, kolor, tumor, rubor dan

fungsio laesa

BAB IV

PEMBAHASAN

60

Page 61: bab 12345.doc

Pada bab ini akan dibahas kesenjangan antara teori dan hasil tinjauan kasus

Ny “A” dengan post sc di RSUD Labuang Baji Makassar pada tanggal 13-14

Agustus 2015. Berdasarkan proses pikir manajemen kebidanan dapat

dikembangkan sesenjangan tersebut sesuai langkah proses manajemen sebagai

berikut.

Langkah I. Identifikasi Data Dasar

Kami tidak menemukan hambatan yang berat, karena pada saat

pengumpulan data baik klien maupun keluarga serta bidan yang berada dalam

ruangan dapat memberi informasi secara terbuka sehingga memudahkan untuk

memperoleh data yang diinginkan sesuai dengan masalah yang diangkat. Data

yang diambil dilakukan secara terfokus yang meliputi nyeri yang dirasakan ibu,

luka operasi, TTV, TFU, kontraksi uterus dan pengeluaran lochia serta tanda-

tanda infeksi.

Langkah II Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual

Berdasarkan data yang diperoleh, diagnosa masalah aktual yang ada pada

Ny “A” adalah Bayi Cukup Bulan, Sesuai Masa Kehamilan. Yang dimana sesuai

dengan konsep teori bahwa bayi cukup bulan (BCB) adalah bayi yang lahir 37 –

42 minggu maka hal ini sesuai dengan data yang ada yaitu dari tanggal HPHT 15

61

Page 62: bab 12345.doc

November2014 sampai bayi dilahirkan yaitu pada tanggal 12 Agustus 2015

ges4tasinya adalah 37 Minggu 4 hari.

Menurut teori bayi yang lahir diatas usia kehamilan diatas 37 minggu

dengan berat badan diatas 2500 gram adalah bayi lahir normal, dimana berat

badan ini sesuai berat badan seharusnya untuk usia kehamilan (2500 – 4000

gram) yang disebut juga sesuai masa kehamilan (SMK). Hal ini memang dialami

oleh bayi yang dikaji sehingga terdapat kesesuaian antara teori dengan fakta yang

ada.

Langkah III Identifikasi Diagnosa /Masalah Potensial

Adapun masalah potensial yang kami dapat identifikasikan pada kasus ini

adalah:

Potensi terjadinya infeksi pada luka post operasi pada hari ketiga,

berdasarkan teori bahwa luka post operasi rentang terhadap infeksi, ditunjang

dengan adanya luka post operasi masih basah yang merupakan media tempat

masuk dan berkembangbiaknya mikroorganisme. Potensi terjadinya infeksi pada

luka operasi mengacu juga pada teori dan data yang ada dalam menegakan

masalah yang mungkin muncul, sehingga pada tahap ini tidak ditemukan adanya

kesengajaan antara masalah potensial yang diangkat.

Langkah IV. Melaksanakan Tindakan Segera / Kolaborasi

62

Page 63: bab 12345.doc

Menurut teori dikatakan pada hari kedua perawatan ibu nifas post operasi

dilakukan tindakan kolaborasi pemberian obat obatan anti biotik, analgetik, dan

penetrasi asam lambung untuk membantu dan menghindarkan ibu dari infeksi

dan proses penyembuhan luka.

Langkah V Rencana Asuhan Kebidanan / Intervensi

Keadaan ibu masih lemah dan terganggu dengan nyeri perut daerah post

operasi, sehingga mengajarkan tekhnik relaksasi, retraksi, dan mobilisasi

diharapkan ibu dapat beradaptasi dengan nyeri, anjurkan kepada ibu untuk

banyak mengkomsumsi sayur-sayuran, buah–buahan, ikan , telur dan susu untuk

mempercepat proses penyembuhan, observasi TTV, TFU, kontraksi uterus dan

pengeluaran lochia untuk mengetahui keadaan umum ibu dan proses involusio

uteri serta penatalaksanaan pemberian obat – obatan analgetik, antibiotic dan

penetrasi asam lambung.

Dari penatalaksanan pada ibu nifas post operasi menurut teori yang telah

dikemukakan tadi pada kenyataanya memang direncanakan, sehingga terdapat

kesesuaian antara perencanaan tindakan dengan yang seharusnya menurut teori.

Langkah VI. Implementasi / Pelaksanaan Tindakan63

Page 64: bab 12345.doc

Berdasarkan teori bahwa penanganan ibu nifas post operasi tetap disertai

tindakan, dimana perencanaan dan tindakan yang seharusnya dilakukan adalah

pengawasan keadaan umum, pengawasan nutrisi, istirahat, dan memberitahukan

ibu manfaat ASI dan memberikan saran –saran kepada ibu seperti rajin menyusui

bayinya, sehingga kebutuhan bayi dapat terpenuhi, semua penanganan menurut

teori ini ternyata dilaksankan pada penanganan kasus sehingga ada kesesuaian

antara fakta antara fakta yang seharusnya.

Pencegahan infeksi juga perlu dilakukan menurut teori Karena luka daerah

post operasi sangat rentang terhadap infeksi yaitu merawat luka post operasi

dengan membersihkan memakai kasa alcohol dan dengan kasa steril , mengawasi

tanda –tanda infeksi dan tanda- tanda vital dengan frekuensi tertentu.Seluruh

penanganan tersebut juga dilakukan pada kasus ini sehingga tidak ditemukan

kesenjangan antara fakta yang didapatkan dengan teori yang dikemukakan.

Langkah VII Evaluasi Asuhan Kebidanan

Berdasarkan teori bahwa setelah dilakukan pelaksanaan tindakan maka

seharusnya ibu dalam masa nifas post operasi dapat beradaptasi dengan nyeri

yang ditimbulkan pada daerah post operasi, ibu mampu memnuhi kebutuhan diri

dan hal ini dapat tercapai setelah penanganan selama 2 hari pada ibu sehingga

terdapat kesesuaian antara teori dengan kenyataan yang ada.

64

Page 65: bab 12345.doc

Sedangkan kemungkinan masalah potensial infeksi pada luka vekas

operasi yang menurut teori setelah dilakukan penanganan dapat dicegah dan

tidak terjadi jika ditandai dengan : tidak ada tanda- tanda infeksi seperti merah,

bengkak, panas, dan bernanah. Tanda- Tanda Vital dalam batas normal dimana

ada fakta yang didapatkan kesesuaian dengan teori sebab kami dapat mencegah

terjadinya infeksi pada daerah luka post operasi setelah penanganan sampai hari

ketiga dengan tidak ditemukannya tanda- tanda infeksi dan tanda- tanda vital

bayi juga dalam batas normal yaitu TD : TD :120 /70 mmHg, N : 80x / menit, S :

36,1⁰C, P : 18 x / menit.

65

Page 66: bab 12345.doc

BAB V

PENUTUP

Pada asuhan kebidanan nifas patologi pada Ny. A P1AO usia 29 tahun partus

aterm dengan secsio caesaria atas indikasi ketuban pecah dini dengan pembukaan

serviks 1 cm dapat menjelaskan kesimpulan dan memberikan beberapa saran antara

lain:

A. Kesimpulan

Pengkajian pertama pada tanggal 13 Agustus 2015 setelah dilakukan

pengkajian data, baik data subkjektif, maupun data objektif, interpretasi data,

diagnose potensial, perencanaan, implementasi, dan evaluasi didapat maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa pada hari pertama pengkajian ditemukan

diagnose Ny.” A” PIAO partus aterm dengan secsio caesaria atas indikasi

ketuban pecah dini dengan pembukaan serviks 1 cm.

Pengkajian selanjutnya pada tanggal 14 Agustus 2015 setelah dilakukan

pengkajian data, baik data subkjektif maupun data objektif, interpretasi data,

diagnose potensial, perencanaan, implementasi, dan evaluasi didapatkan maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa pada hari ketiga pengkajian Ny. A didapatkan

ibu sudah tidak memiliki keluhan.

66

Page 67: bab 12345.doc

B. Saran

a. Untuk Rumah Sakit

Rumah sakit lebih meningkatkan pelayanan sehingga dapat

memberikan pelayanan yang lebih komperhensif.

b. Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan yang profesional sebiaknya selalu mengikuti ilmu-

ilmu kesehatan yang termutakhir melalui studi dan pelatihan sehingga menjadi

tenaga kesehatan profesioenal yang lebih kompeten dalam memberikan

pelayanan yang profesional.

c. Untuk Institusi

Pembimbing institusi lebih meningkatkan lagi dalam memberikan

bimbingan agar mahasiswa lebih terampil dalam memberikan asuhan.

d. Untuk Masyarakat

Ibu hamil dan keluarga sebaiknya sedapat mungkin lebih sering kontak

dengan tenaga keshatan guna memperoleh informasi kesehatan yang

bermanfaat agar tanda bahaya dalam kehamilan dapat segera dideteksi

sehingga angka kejadian komplikasi bagi Ibu dan Bayi dapat diminamalisir

demi tercapainya status kesehatan yang baik bagi Ibu dan Bayi pada masa

kehamilan, nifas, dan menyusui.

67

Page 68: bab 12345.doc

e. Untuk Mahasiswa

Sebagai calon tenaga kesehatan profesional, mahasiswa hendaknya

dapat mengambil pembelajaran dari studi kasus yang telah dilakukan untuk

dijadikan sebagai bekal ilmu yang bermanfaat dalam memberikan asuhan

nantinya di masyarakat.

68