perpajakan bab 1.doc

25
PERPAJAKAN BAB 1 : DASAR-DASAR PERPAJAKAN DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1 CINDY SIAMENA (1213042) SRI SELVI PRASTI THIO (1213058) SELVIA MELVI (1213085)

Transcript of perpajakan bab 1.doc

Page 1: perpajakan bab 1.doc

PERPAJAKAN

BAB 1 : DASAR-DASAR PERPAJAKAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

CINDY SIAMENA (1213042)

SRI SELVI PRASTI THIO (1213058)

SELVIA MELVI (1213085)

UNIVERSITAS ATMAJAYA MAKASSAR

2015

Page 2: perpajakan bab 1.doc

PENDAHULUAN

Dewasa ini, Pajak merupakan salah satu sumber pemasukan kas negara

yang digunakan untuk pembangunan dengan tujuan akhir kesejahteraan dan

kemakmuran rakyat. Oleh karena itu, sektor pajak memegang peranan

penting dalam perkembangan kesejahteraan bangsa. Namun, tak bisa

dipungkiri bahwa sulitnya Negara melakukan pemungutan pajak karena

banyaknya wajib pajak yang tidak patuh dalam membayar pajak merupakan

suatu tantangan tersendiri. Pemerintah telah memberikan kelonggaran

dengan memberikan peringatan terlebih dahulu melalui Surat Pemberitahuan

Pajak (SPT). Akan tetapi, tetap saja banyak wajib pajak yang lalai untuk

membayar pajak bahkan tidak sedikit yang cenderung menghindari kewajiban

tersebut.

Hal ini mendorong pemerintah menciptakan suatu mekanisme yang dapat

memberikan daya pemaksa bagi para wajib pajak yang tidak taat hukum.

Salah satu mekanisme tersebut adalah gijzeling atau lembaga paksa badan.

Keberadaan lembaga ini masih kontroversial. Beberapa kalangan

beranggapan bahwa pemberlakuan lembaga paksa badan merupakan hal

yang berlebihan. Di lain pihak, muncul pula pendapat bahwa lembaga ini

diperlukan untuk memberikan efek jera yang potensial dalam menghadapi

wajib pajak yang nakal.

Page 3: perpajakan bab 1.doc

DEFINISI

Definisi pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Rochmat Soemitro,

S.H :

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-

undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik

atau kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan

untuk membayar pengeluaran umum.

CIRI-CIRI YANG MELEKAT PADA DEFINISI PAJAK

Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa :

Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang

serta aturan pelaksanaannya.

Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya

kontraprestasi individual oleh pemerintah .

Pajak dipungut oleh Negara, baik pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah.

Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang

bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan untuk

membiayai public investment.

PUNGUTAN LAIN SELAIN PAJAK

Pungutan lain yang serupa dengan pajak, antara lain:

Bea materai, yaitu pungutan yang dikenakan atas dokumen dengan

menggunakan benda materai ataupun benda lain.

Bea masuk dan bea keluar. Bea masuk adalah pungutan atas barang-

barang yang dimasukkan ke dalam negeri berdasarkan harga atau

nilai barang itu atau berdasarkan tariff yang sudah ditentukan. Bea

Page 4: perpajakan bab 1.doc

keluar adalah pungutan yang dilakukan atas barang yang dikeluarkan

dari dalam negeri berdasarkan tariff yang sudah ditentukan bagi

masing-masing golongan barang.

Cukai, yaitu pungutan yang dikenakan atas barang-barang tertentu

yang sudah ditetapkan untuk masing-masing jenis barang tertentu.

Contoh : tembakau, gula, bensin, minuman keras, dll.

Retribusi, yaitu pungutan yang dikenakan sehubungan dengan suatu

jasa atau fasilitas yang diberikan oleh pemerintah secara langsung

dan nyata kepada pembayar. Contoh : parker, pasar, jalan tol, dll.

Iuran, yaitu pungutan yang dikenakan sehubungan dengan suatu jasa

atau fasilitas yang diberikan pemerintah secara langsung dan nyata

kepada kelompok atau golongan pembayar.

Pungutan lain yang sah atau legal, berupa sumbangan wajib.

FUNGSI PAJAK

Terdapat 2 fungsi pajak, yaitu:

Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk

membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Seperti pajak

penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai (PPn), Pajak penjualan atas

barang mewah,(PPnBM), pajak bumi dan bangunan (PBB), dll.

Fungsi Regularend (Pengatur)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan

pemerintah dalam bidang social dan ekonomi serta mencapai tujuan-tujuan

tertentu di luar bidang keuangan. Misalnya:

Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah.

Page 5: perpajakan bab 1.doc

Tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan dimaksudkan agar

pihak yang memperoleh penghasilan tinggi memberikan kontribusi

atau membayar pajak yang tinggi pula sehingga terjadi pemerataan

pendapatan.

Tarif pajak ekspor sebesar 0% dimaksudkan agar para pengusaha

terdorong mengekspor hasil produksinya di pasar dunia sehingga

dapat memperbesar devisa Negara.

Pajak penghasilan dikenakan atas penyerahan barang hasil industry

tertentu seperti industry semen, industry rokok, industry baja,dll,

dimaksudkan agar terdapat penekanan produksi terhadap industry

tersebut karena dapat mengganggu lingkungan atau polusi.

Pembebasan pajak penghasilan atas sisa hasil usaha koperasi

dimaksudkan untuk mendorong perkembangan koperasi di Indonesia.

Pemberlakuan Tax holiday dimaksudkan untuk menarik investor asing

agar menanamkan modalnya di Indonesia

KEDUDUKAN HUKUM PAJAK

R. Santoso Brotodiharjo menyatakan bahwa hukum pajak termasuk

hukum public. Hukum public merupakan bagian dari tata terbtib hukum yang

mengatur hubungan antara penguasa dengan warganya. Hukum public

memuat cara-cara untuk mengatur pemerintahan. Menurutnya yang termasuk

hukum public antara lain hukum tata Negara, hukum pidana, hukum

administrative, sedangkan hukum pajak merupakan bagian dari hukum

administrative. Meski demikian, tidak berarti bahwa hukum pajak berdiri

sendiri terlepas dari hukum pajak lainnya (seperti hukum perdata dan hukum

pidana).

R. Santoso Brotodiharjo juga menyatakan bahwa hukum pajak

berkaitan erat dengan hukum perdata. Hukum perdata merupakan bagian

Page 6: perpajakan bab 1.doc

dari keseluruhan hukum yang mengatur hubungan antara orang-orang

pribadi. Hukum pajak juga berkaitan dengan hukum pidana. Hukum pidana

seperti yang telah tercantum dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(KUHP) merupakan suatu keseluruhan sistematis yang juga berlaku untuk

peristiwa-perisiwa pidana yang diuraikan di luar KUHP.

PEMBAGIAN HUKUM PAJAK

Hukum pajak dibagi menjadi dua, yaitu hukum pajak materiil dan

hukum pajak formil.

Hukum pajak materiil

Hukum pajak materiil merupakan norma-norma yang

menjelaskan keadaan, perbuatan, dan peristiwa hukum yang harus

dikenakan pajak, siapa yang harus dikenakan pajak, dan berapa besar

pajaknya. Dengan kata lain, hukum pajak materiil mengatur tentang

timbulnya, besarnya, dan hapusnya utang pajak beserta hubungan

hukum antara pemerintah serta wajib pajak. Termasuk dalam hukum

pajak materiil adalah peraturan yang memuat kenaikan, denda, sanksi

atau hukuman cara-cara pembebasan dan pengembalian pajak, serta

ketentuan yang memberi hak tagihan utama kepada fiskus.

Hukum Pajak Formil

Hukum pajak formil merupakan peraturan-peraturan mengenai

berbagai cara untuk mewujudkan hukum materiil menjadi suatu

kenyataan. Hukum pajak formil dimaksudkan untuk melindungi fiskus

dan wajib pajak serta memberi jaminan bahwa hukum materiilnya

dapat diselenggarakan setepat mungkin.

TEORI YANG MENDUKUNG PEMUNGUTAN PAJAK

Page 7: perpajakan bab 1.doc

Beberapa teori yang mendukung hak Negara untuk memungut pajak

dari rakyatnya antara lain :

Teori Asuransi, teori ini menyatakan bahwa Negara bertugas untuk

melindungi orang dan segala kepentingannya, meliputi keselamatan

dan keamanan jiwa juga harta bendanya.

Teori Kepentingan, teori ini awalnya hanya memperhatikan pembagian

beban pajak yang harus dipungut dari seluruh penduduk. Pembagian

beban ini harus didasarkan atas kepentingan masing-masing orang

dalam tugas-tugas pemerintah, termasuk perlindungan atas jiwa

orang-orang itu beserta harta bendanya.

Teori Gaya Pikul, teori ini menyatakan bahwa dasar keadilan

pemungutan pajak terletak pada jasa-jasa yang diberikan oleh Negara

kepada warganya, yaitu perlindungan atas jiwa dan harta bendanya.

Teori ini menekankan pada asas keadilan, bahwasannya pajak

haruslah sama beratnya untuk setiap orang. Pajak harus dibayar

menurut gaya pikul seseorang . Gaya pikul seseorang dapat diukur

berdasarkan besarnya penghasilan dengan memperhitungkan

besarnya pengeluaran atau pembelanjaan seseorang.

Teori Kewajiban Pajak Mutlak (Teori Bakti)

Berlawanan dengan ketiga teori sebelumnya yang tidak

mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan warganya,

teori ini mendasarkan pada paham Organische Staatsleer. Paha mini

mengajarkan bahwa karena sifat suatu Negara, timbullah hak mutlak

untuk memungut pajak. Setiap orang menyadari bahwa menjadi suatu

kewajiban mutlak untuk membuktikan tanda buktinya terhadap Negara

dalam bentuk pembayaran pajak.

Teori Asas Gaya Beli

Page 8: perpajakan bab 1.doc

Menurut teori ini, fungsi pemungutan pajak disamakan dengan pompa

yaitu mengambil gaya beli dari rumah tangga dalam masyarakat untuk

rumah tangga Negara dan kemudian menyalurkannya kembali ke

masyarakat dengan maksud untuk memelihara hidup masyarakat dan

untuk membawanya ke arah tertentu.

JENIS PAJAK

Terdapat berbagai jenis pajak yang dapat dikelompokkan menjadi 3,

yaitu pengelompokkan menurut golongan, sifat, dan menurut lembaga

pemungutnya.

Menurut Golongan, pajak dikelompokkan menjadi dua:

1. Pajak Langsung, pajak yang harus dipikul atau ditanggung

sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau

dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Pajak harus

menjadi beban Wajib Pajak yang bersangkutan. Contoh: Pajak

penghasilan (PPh). PPh dibayar atau ditangggung oleh pihak-

pihak tertentu yang memperleh penghasilan tersebut.

2. Pajak Tidak Langsung, Pajak yang pada akhirnya dapat

dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak

ketiga. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN). PPN terjadi

karena terdapat pertambahan nilai terhadap barang atau jasa.

Pajak ini dibayarkan oleh produsen atau pihak yang menjual

barang, tetapi dapat dibebankan kepada konsumen baik secara

eksplisit maupun implicit (dimasukkan dalam harga jual barang

atau jasa).

Page 9: perpajakan bab 1.doc

Untuk menentukan apakah sesuatu termasuk pajak langsung

atau tidak langsung dalam artian ekonomis dapat dilihat dengan cara

melihat ketiga unsur-unsur berikut:

1. Penanggung jawab pajak, adalah orang yang secara formal

yuridis diharuskan melunasi pajak.

2. Penanggung pajak, adalah orang yang dalam faktanya memikul

terlebih dahulu beban pajaknya.

3. Pemikul pajak, adalah orang yang menurut Undang-Undang

harus dibebani pajak.

Jika ketiga unsure tersebut ditemukan pada seseorang,

pajaknya disebut pajak langsung, sedangkan jika ketiga unsure

terpisah atau terdapat pada lebih dari satu orang, pajaknya disebut

pajak tidak langsung.

Menurut Sifat, pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Pajak Subjektif, pajak yang pengenaannya memperhatikan

keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang

memperhatikan keadaan subjeknya. Misalnya, pajak

Penghasilan (PPh).

2. Pajak Objektif, pajak yang pengenaannya memperhatikan

objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau

peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar

pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi Subjek Pajak

(Wajib Pajak) maupun tempat tinggal. Misalnya, Pajak

Pertambahan Nilai (PPN)

Menurut Lembaga Pemungut, pajak dikelompokkan menjadi dua,

yaitu:

Page 10: perpajakan bab 1.doc

1. Pajak Negara (Pajak Pusat), pajak yang dipungut oleh

pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah

tangga Negara pada umumnya. Misalnya, PPh, PPN, dan

PPnBM.

2. Pajak Daerah, pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah

baik daerah tingkat I (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II

(pajak kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai rumah

tangga daerah masing-masing. Misalnya, Pajak kendaraan

Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Air

Permukaan,dll.

TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK

Tata cara pemungutan pajak terdiri atas stelsel pajak, asas

pemungutan pajak, dan sistem pemungutan pajak.

Stelsel Pajak, Pemungutan pajak dilakukan dengan tiga stelsel, yaitu:

1. Stelsel Nyata (Riil). Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan

pajak didasarkan pada objek yang sesungguhnya terjadi (untuk

PPh maka objeknya adalh penghasilan).

2. Stelsel Anggapan (Fiktif). Stelsel ini menyatakan bahwa

pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur

oleh Undang-Undang.

3. Stelsel Campuran. Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak

didasarkan pada kombinasi antara stelsel nyata dan anggaran.

Asas Pemungutan Pajak, terdapat tiga asas pemungutan pajak, yaitu :

1. Asas Domisili (Asas Tempat Tinggal)

Asas ini menyatakan bahwa Negara berhak mengenakan

pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat

Page 11: perpajakan bab 1.doc

tinggal di wilayahnya baik penghasilan yang berasal dari dalam

maupun luar negeri.

2. Asas Sumber

Asas ini menyatakan bahwa Negara berhak mengenakan

pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa

memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak . Setiap orang yang

memperoleh penghasilan dari Indonesia dikenakan pajak atas

penghasilan yang diperolehnya tadi.

3. Asas Kebangsaan

Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak

dihubungkan dengan kebangsaan suatu Negara. Misalnya,

pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan atas setiap orang

asing yang bukan berkebangsaan Indonesia, tetapi bertempat

tinggal di Indonesia.

Sistem Pemungutan Pajak, dalam memungut pajak dikenal beberapa

sistem pemungutan, yaitu:

1. Official Assesment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan

aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak

yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan

perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

2. Self Assesment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang wajib

pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang

setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

3. With Holding System

Sitem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarmya pajak

Page 12: perpajakan bab 1.doc

yang terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

TIMBULNYA UTANG PAJAK

Saat timbulnya utang pajak mempunyai peranan yang sangat peting

karena berkaitan dengan :

1. Pembayaran Pajak;

2. Memasukkan surat keberatan;

3. Menentukan saat dimulai dan berakhirnya jangka waktu

kadaluwarsa;

4. Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat

Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dll;

5. Menentukan besarnya denda maupun sanksi administrasi lainnya.

Ada dua ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak (saat

pengakuan adanya utang pajak) yaitu ajaran materiil dan ajaran formil.

1. Ajaran Materiil

Menyatakan bahwa utang pajak timbul karena

diberlakukannya undang-undang perpajakan. Dalam ajaran

ini, seseorang akan secara aktif menentukan apakah dirinya

dikenakan pajak atau tidak, sesuai dengan peraturan

perpajakan yang berlaku.

2. Ajaran Fomil

Menyatakan bahwa utang pajak timbul karena

dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus

(pemerintah). Untuk menentukan apakah seseorang

dikenakan pajak atau tidak, berapa jumlah pajak yang harus

Page 13: perpajakan bab 1.doc

dibayar, dan kapan jangka waktu pembayarannya dapat

diketahui dalam surat ketetapan pajak tersebut.

BERAKHIRNYA UTANG PAJAK

Utang pajak akan berakhir atau terhapus jika terjadi hal-hal sebagai berikut:

1. Pembayaran/pelunasan

Pembayaran pajak dapat dilakukan dengan

pemotongan/pemungutan oleh pihak lain, pengkreditan pajak luar

negeri, maupun pembayran sendiri oleh Wajib Pajak ke kantor

penerima pajak (bank-bank persepsi dan kantor pos).

2. Kompensasi

Dapat diartikan sebagai kompensasi kerugian maupun

kompensasi karena kelebihan pembayaran pajak.

3. Kadaluwarsa

Berarti telah lewat batas waktu tertentu. Jika dalam jangka

waktu tertentu suatu utang pajak tidak dtagih oleh pemungutnya, utang

pajak tersebut dianggap telah lunas atau dihapus atau berakhir dan

tidak dapat ditagih lagi. Utang pajak akan kadaluwarsa setelah

melewati waktu 10 tahun, terhitung sejak saat terutangnya pajak atau

berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak yang

bersangkutan.

4. Pembebasan/penghapusan

Kewajiban pajak oleh wajib pajak tertentu dinyatakan hapus

oleh fiskus setelah dilakukan penyidikan, ternyata wajib pajak tidak

mampu lagi untuk memenuhi kewajibannya.

TARIF PAJAK

Page 14: perpajakan bab 1.doc

Untuk menghitung besarnya pajak yang terutang diperlukan dua

unsur, yaitu tarif pajak dan dasar pengenaan pajak. Tarif pajak dapat berupa

angka atau persentase tertentu. Jenis tarif pajak dibedakan menjadi tarif

tetap, tarif proporsional (sebanding), tarif progresif (meningkat), dan tarif

degresif (menurun).

Tarif Tetap, adalah tarif berupa jumlah atau angka yang tetap,

berapapun besarnya dasar pengenaan pajak.

Tarif Proporsional, adalah tariff berupa persentase tertentu.

Tarif Progresif (Meningkat), adalah tarif berupa persentase tertentu

yang makin meningkat dengan makin meningkatnya dasar pengenaan

pajak. Tarif progresif dibedakan menjadi 3, yaitu:

1. Tarif Progresif-proporsional, tarif berupa persentase tertentu

yang makin meningkat dengan meningkatnya dasar

pengenaan pajak dan kenaikan persentase tersebut adalah

tetap.

2. Tarif Progresif-progresif, tarif berupa persentase tertentu

yang makin meningkat dengan meningkatnya dasar

pengenaan pajak dan kenaikan persentase tersebut juga

makin meningkat.

3. Tarif Progresif-degresif, tarif berupa persentase tertentu

yang makin meningkat dengan meningkatnya dasar

pengenaan pajak, tetapi kenaikan persentase tersebut

makin menurun.

4. Tarif Degresif (menurun), tarif berupa persentase tertentu

yang makin menurun dengan makin meningkatnya dasar

pengenaan pajak.

KESIMPULAN

Page 15: perpajakan bab 1.doc

Definisi pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H :

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-

undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik

atau kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan

untuk membayar pengeluaran umum.

Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa :

Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang

serta aturan pelaksanaannya.

Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya

kontraprestasi individual oleh pemerintah .

Pajak dipungut oleh Negara, baik pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah.

Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang

bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan untuk

membiayai public investment.

Pungutan lain yang serupa dengan pajak, antara lain: Bea materai, Bea

masuk dan bea keluar, Cukai, Retribusi, Iuran, dan Pungutan lain yang sah

atau legal, berupa sumbangan wajib. Terdapat 2 fungsi pajak, yaitu: Fungsi

Budgetair (Sumber Keuangan Negara) dan Fungsi Regularend (Pengatur).

Hukum pajak dibagi menjadi dua, yaitu hukum pajak materiil dan hukum

pajak formil. Beberapa teori yang mendukung hak Negara untuk memungut

pajak dari rakyatnya antara lain : Teori Asuransi, Teori Kepentingan, Teori

Gaya Pikul, Teori Kewajiban Pajak Mutlak (Teori Bakti) dan Teori Asas Gaya

Beli.

Terdapat berbagai jenis pajak yang dapat dikelompokkan menjadi 3,

yaitu pengelompokkan menurut golongan, sifat, dan menurut lembaga

pemungutnya. Tata cara pemungutan pajak terdiri atas stelsel pajak, asas

pemungutan pajak, dan sistem pemungutan pajak. Ada dua ajaran yang

Page 16: perpajakan bab 1.doc

mengatur timbulnya utang pajak (saat pengakuan adanya utang pajak) yaitu

ajaran materiil dan ajaran formil.

Utang pajak akan berakhir atau terhapus jika terjadi hal-hal sebagai

berikut: Pembayaran/pelunasan, Kompensasi, Kadaluwarsa dan

Pembebasan/penghapusan. Jenis tarif pajak dibedakan menjadi tarif tetap,

tarif proporsional (sebanding), tarif progresif (meningkat), dan tarif degresif

(menurun).

Page 17: perpajakan bab 1.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Siti Resmi. 2014.” Perpajakan , Teori dan Kasus”. Edisi 8. Jakarta : Salemba Empat.

2. Mardiasmo. 2011. “Perpajakan”. Jakarta : C.V ANDI OFFSET.