BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

37
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan 2.1.1 Definisi Pajak Definisi pajak menurut Rochmat Soemitro dikutip dalam Waluyo (2013:3), yaitu: ”Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari sektor partikulir ke sektor pemerintah) berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (tegen prestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.” Unsur-unsur pokok dari definisi pajak di atas, yaitu: a. Iuran atau pungutan, b. Dipungut berdasarkan Undang-undang, c. Pajak dapat dipaksakan, d. Tidak menerima atau memperoleh kontraprestasi, dan e. Untuk membiayai pengeluaran umum Pemerintah. Definisi pajak Menurut Undang-undang No 28 Tahun 2007 dikutip dalam Siti Resmi (2008:20), “ pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang- undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan

2.1.1 Definisi Pajak

Definisi pajak menurut Rochmat Soemitro dikutip dalam Waluyo

(2013:3), yaitu:

”Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan darisektor partikulir ke sektor pemerintah) berdasarkan undang-undang (dapatdipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (tegen prestasi), yanglangsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaranumum.”

Unsur-unsur pokok dari definisi pajak di atas, yaitu:

a. Iuran atau pungutan,b. Dipungut berdasarkan Undang-undang,c. Pajak dapat dipaksakan,d. Tidak menerima atau memperoleh kontraprestasi, dane. Untuk membiayai pengeluaran umum Pemerintah.

Definisi pajak Menurut Undang-undang No 28 Tahun 2007 dikutip

dalam Siti Resmi (2008:20),

“ pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutangoleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakanuntuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

12

2.1.2 Ciri-ciri Pajak

Berikut terdapat beberapa ciri-ciri pajak yang melekat pada definisi pajak.

Ciri-ciri pajak menurut Mardiasmo (2011:1) yaitu:

1. Iuran dari rakyat kepada negaraYang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupauang (bukan barang)

2. Berdasarkan undang-undangPajak dipungut berdasarkan atas dengan kekuatan undang-undang sertaaturan pelaksanaannya.

3. Tanpa jasa timbul atau kontraprestasi dari negara secara langsungdapat ditunjuk. Dalam pembyaran pajak tidak dapat ditunjukkanadanya kontraprestasi secara individual oleh pemerintah.

4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Ciri-ciri pajak menurut Erly Suandy (2005:11) yaitu:

1. Pajak peralihan kekayaan dari orang/badan ke pemerintah2. Pajak dipungut berdasarkan / dengan kekuatan undang-undang serta

aturan pelaksanaannnya sehingga dapat dipaksakan.3. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya

kontraprestasi langsung secara individual yang diberikan olehpemerintah.

4. Pajak dipungut oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupunpemerintah daerah

5. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah yangbila dari pemasukkannya masih terdapat surplus, dipergunakan untukmembiayai investasi publik.

6. Pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu daripemerintah

7. Pajak dapat dipungut secara langsung atau tidak langsung.

2.1.3 Fungsi Pajak

Fungsi pajak seperti dikemukakan Siti Resmi (2008:3), yaitu:

a. Fungsi Budgetair

b. Fungsi Regulerend

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

13

Pajak mempunyai fungsi seperti yang diuraikan sebagai berikut:

a. Fungsi Budgetair (sumber keuangan negara) artinya salah satu

sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran

baik rutin maupun pembangunan. Upaya ditempuh dengan

dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan

pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak

seperti PPh,PPN,dan PPnBM,PBB,dan lain-lain.

b. Fungsi Regulerend (Pengatur) artinya pajak sebagai alat ukur

untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam

bidang sosia dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu

diluar bidang keuangan.

Beberapa contoh penerapan pajak sebagai fungsi pengatur:

i. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah

(PPnBM), semakin mewah suatu barang maka tarif pajak

semakin tinggi sehingga barang tersebut mahal haraganya,

dimaksud untuk tidak berlomba-lomba dalam mengonsumsi

barang mewah.

ii. Tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan,dimaksud

agar pihak memperoleh penghasilan tinggi memberikan

kontribusi (membayar pajak) yang tinggi pula sehingga

terjadi pemerataan pendapatan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

14

iii. Tarif pajak ekspor sebesar 0%,dimaksud agar para

pengusaha terdorong mengekspor hasil produksinya di pasar

dunia sehingga dapat memperbesar devisa negara

iv. Pajak penghasilan dikenakan atas penyerahan barang hasil

industri tertentu seperti industri semen,rokok,baja,dan lain-

lain, dimaksud agar agar terdapat penekanan produksi

terhadap industri tersebut karena dapat mengganggu

lingkungan atau polusi.

v. Pembebasan pajak penghasilan atas sisa hasil usaha

koperasi,dimkasud untuk mendorong perkembangan

koperasi di Indonesia.

vi. Pemberlakuan tax holiday, dimkasud untuk menarik investor

asing agar menanam modalnya di Indonesia.

2.1.4 Teori – Teori yang Mendukung Pemungutan Pajak

Beberapa teori yang menjelaskan atau memberikan justifikasi pemberian

hak kepada negara untuk memungut pajak.

Menurut Mardiasmo (2011:3) teori-teori tersebut sebagai berikut:

1. Teori Asuransi

Negara melindungi keselamatan jiwa,harta, benda dan hak-hak

rakyatnya. Oleh karena itu rakyat harus membayar pajak yang

diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena memperoleh

jaminan perlindungan tersebut.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

15

2. Teori Kepentingan

Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada

kepentingan (misalnya perlindungan) masing-masing orang.

Semakin besar kepentingan seseorang terhadap negar, semakin

tinggi pajak yang harus dibayar.

3. Teori Daya Pikul

Beban pajak untuk semua orang harus sama berat,artinya pajak

harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing orang.

Mengukur daya pikul dapat digunakan 2 pendekatan yaitu:

a. Unsur objektif, dengan melihat besarnya

penghasilan atau kekayaan yang dimiliki oleh

seseorang.

b. Unsur subjektif, dengan memperhatikan besarnya

kebutuhan materiil yang harus dipenuhi.

4. Teori Bakti

Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan

rakyat dengan negaranya. Sebagai warga negara yang berbakti,

rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah

sebagai suatu kewajiban.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

16

5. Teori Asas Daya Beli

Memungut pajak berarti menarik daya beli dari rumah tangga

masyarakat untuk rumah tangga negara. Selanjutnya negara

akan menyalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk

pemeliharaan kesejahteraan masyarakat.

2.1.5 Syarat Pemungutan Pajak

Berdasarkan asas pemungutan pajak dan untuk menghindari perlawanan

pajak maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat-syarat berikut

(Supramono & Damayanti, 2010:4) :

1. Pemungutan pajak harus adil

Pemungutan pajak yang adil berarti pajak yang dipungut harus adil dan

merata sehingga harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak

dan sesuai dengan manfaat yang diminta Wajib Pajak dari pemerintah.

2. Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang

Untuk mewujudkan pemungutan yang adil, pemungutan pajak harus

dapat memberikan kepastian hukum bagi negara dan warga negaranya.

3. Pemungutan pajak tidak mengganggu perekonomian

Negara menghendaki agar perekonomian negara dan masyarakat dapat

senantiasa meningkat. Pemungutan pajak yang merupakan penyerapan

sebagian sumber daya dari masyarakat tidak boleh mengganggu

kelancaran kegiatan produksi dan perdagangan yang akan

mengakibatkan kelesuan perekonomian negara.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

17

4. Pemungutan pajak harus efisien

Biaya untuk pemungutan pajak haruslah seminimal mungkin dan hasil

pemungutan pajak hendaknya digunakan secara optimal untuk

membiayai pengeluaran negara seperti yang tercantum dalam APBN.

5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana

Pemungutan pajak hendaknya dilaksanakan secara sederhana sehingga

akan memudahkan Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban

perpajakannya.

2.1.6 Asas Pemungutan Pajak

Menurut Widi Widodo (2010:147) ada tiga asas pemungutan pajak,

yaitu:

1. Asas Domisili

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak

yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal

dari dalam negeri maupun penghasilan yang berasal dari luar negeri.

2. Asas sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di

wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak. Setiap

orang yang memperoleh penghasilan dari Indonesia dikenakan pajak

atas penghasilan yang diperolehnya.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

18

3. Asas kebangsaan

Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan

kebangsaan suatu negara. Contoh, bagi orang asing yang bukan

berkebangsaan tertentu yang bertempat tinggal di negara tertentu maka

akan dikenakan pajak untuk bangsa asing.

2.1.7 Sistem Perpajakan

Sistem perpajakan suatu negara terdiri atas tiga unsur, yakni Tax Policy,

Tax Law dan Tax Administration. Sistem perpajakan dapat disebut sebagai metoda

atau cara bagaimana mengelola utang pajak yang terutang oleh Wajib Pajak dapat

mengalir ke kas negara yang dtulis oleh Safri Nurmantu ( 2006:106).

Sistem pemungutan pajak menurut Waluyo (2013:17), yaitu:

a. Official Assesment Systemb. Self Assessment Systemc. Witholding System

Agar pemungutan pajak berjalan dengan seharusnya,sistem pemungutan

dikelompokan menjadi 3 dijelaskan sebagai berikut:

a. Official Assesment System yakni sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada pemungut pajak (fiskus) untuk menentukan besarnya

pajak yang harus dibayar (pajak yang terutang) oleh seseorang.

b. Self Assessment System yakni suatu sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang penuh kepada Wajib Pajak untuk menghitung,

memperhitungkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri besarnya utang

pajak.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

19

c. Witholding System yakni suatu sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong/memungut besarnya

pajak yang terutang.

2.1.8 Reformasi Perpajakan

Menurut Chaizi Nasucha (2008:14), reformasi administrasi perpajakan

yaitu:

“Reformasi perpajakan adalah penyempurnaan atau perbaikan kinerjaadministrasi, baik secara individu, kelompok, maupun kelembagaan agarlebih efisien, ekonomis dan cepat.”

Direktorat Jenderal Pajak selaku badan yang mengelola Perpajakan

Indonesia, pada dasarnya telah melakukan berbagai cara dalam upaya peningkatan

penerimaan negara melalui sektor pajak. Karena adanya kecenderungan

penurunan penerimaan negara dari sektor migas akibat diberlakunya kuota minyak

dunia. Untuk mendongkrak peningkatan penerimaan negara melalui sektor pajak,

dibutuhkan partisipasi aktif dari wajib pajak, agar memenuhi segala kewajiban

perpajakan dengan baik (Diana Sari, 2013:7).

Menurut Erly Suandy (2005:103), tujuan utama dari reformasi perpajakanyaitu:

“Untuk lebih menegakkan kemandirian dalam membiayaipembangunan nasional dengan jalan lebih mengarahkan segenap potensidan kemampuan dalam negeri, khususnya dengan meningkatkanpenerimaan negara melalui perpajakan dari sumber- sumber diluar minyakbumi dan gas alam. Maka untuk meningkatkan penerimaan tersebutdianggap perlu mengadakan penyempurnaan sistem perpajakan.”

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

20

2.1.9 Sanksi Perpajakan

2.1.9.1 pengertian sanksi perpajakan

Mardiasmo (2011:59) mendefinisikan sanksi perpajakan adalah:

“Jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undanganperpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi. Atau dengankata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agarwajib pajak tidak melanggar norma perpajakan.”

Dalam undang-undang perpajakan dikenal dua sanksi, yaitu sanksi

administrasi dan sanksi pidana. Ancaman terhadap pelanggaran suatu norma

perpajakan ada yang diancam dengan sanksi administrasi saja, ada yang diancam

dengan sanksi pidana saja, dan ada pula yang diancam dengan sanksi administrasi

dan sanksi pidana.

Perbedaan sanksi administrasi dan sanksi pidana adalah:

a) Sanksi administrasi Merupakan pembayaran kerugian kepada negara,

khususnya yang berupa bunga dan kenaikan.

b) Sanksi pidana merupakan suatu alat terakhir atau benteng hukum yang

digunakan fiskus agar norma perpajakan dipatuhi.

2.1.9.2 Jenis-jenis sanksi perpajakan

Menurut Diana Sari (2013:270) ada 2 macam sanksi perpajakan

1. sanksi Administrasi terdiri dari:

a. sanksi Administrasi berupa Denda

sanksi denda adalah jenis sanksi yang paling banyak ditemukan

dalam UU perpajakan. Pada sejumlah pelanggaran, sanksi denda ini

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

21

akan ditambah dengan sanksi pidana. Pelanggaran yang juga dikenal

sanksi pidana ini adalah pelanggaran yang sifatnya alpa atau

disengaja.

b. Sanksi administrasi berupa Bunga

Sanksi administrasi berupa bunga dikenakan atas pelanggaran yang

menyebabkan utang pajak menjadi lebih besar.

c. Sanksi administrasi berupa kenaikan

Sanksi yang paling ditakuti oleh wajib pajak. Karena bila dikenakan

sanksi tersebut, jumlah pajak yang harus dibayar bisa menjadi

berlipat ganda.

2. Sanksi pidana

Sanksi pidana merupakan upaya terakhir untuk meningkatkan kepatuhan

wajib pajak. Hukum pidana diterapkan karena adanya tindak pelanggaran

dan tindak kejahatan. Tindak pelanggaran disebut dengan tindak

kealpaan yaitu tidak sengaja,lalai, tidak hati-hati, atau kurang

mengindahkan kewajiban pajak sehingga dapat menimbulkan kerugian

pada pendapatan negara.

a. Pidana kurungan

Pidana kurungan hanya diancamkan kepada tindak pidana yang

bersifat pelanggaran.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

22

b. Pidana penjara

Pidana penjara seperti halnya pidana kurungan merupakan

hukuman perampasan kemerdekaan. Pidana penjara tidak ada yang

ditujukan kepada pihak ketiga.

2.2 Kepatuhan Wajib Pajak

2.2.1 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak

Safri Nurmantu (2007:148), mendefinisikan kepatuhan perpajakan

adalah:

“Suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban

perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.”

Menurut Norman D. Nowak dikutip oleh Mohammad Zain pada buku

yang berjudul Manajemen Perpajakan (2007:31), Kepatuhan Wajib Pajak

memiliki pengertian yaitu suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan

kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi di mana:

1. Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuanperaturan perundang-undangan perpajakan.

2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.

Menurut Siti Kurnia (2010:140),

“Kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitukondisi sistem administrasi perpajakan suatu negara, pelayanan pada wajibpajak, penegakan hukum perpajakan, pemeriksaan pajak, dan tarif pajak. “

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

23

Menurut Peraturan Menteri Keuangan No. 192/PMK.03/2007.

kepatuhan wajib pajak dapat diidentifikasi dari:

1. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajakdalam 2 tahun terakhir

2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak,kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menundapembayaran pajak

3. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana dibidang perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir

4. Dalam 2 tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalamhal terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksipada pemeriksaan yang terakhir untuk masing-masing jenis pajakyang terutang paling banyak 5%

5. Wajib pajak yang laporan keuangannya untuk 2 tahun terakhirdiaudit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpapengecualian, atau pendapat dengan pengecualian sepanjang tidakmempengaruhi laba rugi fiskal.

Menurut Widi Widodo (2010:68) kepatuhan wajib pajak ada 2 macam

yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan material:

1. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak

memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan

dalam undang-undang perpajakan

2. Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak

secara substantif atau hakikatnya memenuhi semua ketentuan

material perpajakan. Kepatuhan material dapat juga meliputi

kepatuhan formal.

Salah satu upaya lain dalam meningkatkan kepatuhan wajib adalah

memberikan pelayanan yang baik kepada Wajib Pajak. Peningkatan kualitas dan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

24

pelayanan diharapkan dapat meningkatkan kepuasan kepada Wajib Pajak sebagai

pelanggan sehingga meningkatkan kepatuhan dalam bidang perpajakan. Upaya

peningkatan kualitas pelayanan dapat dilakukan dengan cara peningkatan kualitas

dan kemampuan teknis pegawai dalam bidang perpajakan, perbaikan dalam

insfrastruktur seperti: perluasan tempat pelayan terpadu (TPT), penggunaan sistem

informasi dan teknologi untuk dapat memberikan kemudahan kepada Wajib Pajak

dalam memenuhi kewajiban perpajakannya (Supadmi, 2009).

Tingkat kepatuhan wajib pajak dapat dipengaruhi beberapa faktor, di

antaranya adalah: persepsi wajib pajak tentang sanksi perpajakan dan kesadaran

wajib pajak. Terdapat undang-undang yang mengatur tentang ketentuan umum

dan tata cara perpajakan. Agar peraturan perpajakan dipatuhi, maka harus ada

sanksi perpajakan yang tegas bagi para pelanggarnya. Wajib pajak akan

memenuhi kewajiban perpajakannya bila memandang bahwa sanksi perpajakan

akan lebih banyak merugikannya (Nugroho, 2006).

Faktor lain penyebab rendahnya kepatuhan wajib pajak penyebabnya

antara lain menyangkut tentang pengetahuan sebagian besar wajib pajak tentang

pajak; serta persepsi wajib pajak tentang pajak dan pelayanan petugas pajak masih

rendah (Supriyati dan Nurhidayati, 2008) Wajib Pajak juga masih

mempersepsikan pajak sebagai pungutan wajib bukan sebagai peran serta mereka

dalam pembangunan bangsa dan Negara, karena mereka merasa belum melihat

manfaat yang nyata bagi negara dan masyarakat. Selama ini banyak wajib pajak

yang berpersepsi negative pada aparat pajak yang terlihat pada rendahnya

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

25

pelayanan pada wajib pajak dan adanya penyelewengan pajak yang dilakukan

oleh oknum aparat pajak.

2.2.2 Pengertian Wajib Pajak

Pengertian wajib pajak menurut Erly Suandy (2011:105) sebagai berikut:

“ Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayarpajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dankewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.”

Menurut Undang-Undang PPh Pasal 2 ayat (2) dikuti dalam Gunadi (2001:46),

wajib pajak adalah orang pribadi dan badan yang telah memenuhi

kewajiban subjektif dan objektif.

2.2.3 Kewajiban dan Hak Wajib Pajak

Kewajiban dan Hak Wajib Pajak menurut Mardiasmo (2011:56),

Kewajiban Wajib Pajak yaitu:

1. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP

2. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP

3. Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar

4. Mengisi dengan benar SPT, dan memasukkan ke Kantor Pelayanan

Pajak dalam batas waktu yang telah ditentukan

5. Menyelenggarakan pembukuan/pencatatan

6. Jika diperiksa wajib:

a. Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan,

dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang

berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan

usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek yang terutang

pajak

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

26

b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan

yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran

pemeriksaan.

7. Apabila dalam waktu mengungkapkan pembukuan, pencatatan atau

dokumen serta keterangan yang diminta, wajib pajak terikat oleh

suatu kewajiban untuk merahasiakan, maka kewajiban untuk

merahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan

pemeriksaan.

Hak-hak Wajib pajak:

1. Mengajukan surat keberatan dan surat banding.

2. Menerima tanda bukti pemasukan SPT.

3. Melakukan pembetulan SPT yang telah dimasukkan.

4. Mengajukan permohonan penundaan penyampaian SPT.

5. Mengajukan permohonan penundaan atau pengangsuran pembayaran

pajak.

6. Mengajukan permohonan perhitungan pajka yang dikenakan dalam

surat ketetapan pajak.

7. Meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

8. Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan sanksi,

serta pembetulan surat ketetapan pajak yang salah.

9. Memberi kuasa kepada orang untuk meaksanakan kewajiban

pajaknya.

10. Meminta bukti pemotongan atau pemungutan pajak.

11. Mengajukan keberatan dan banding.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

27

2.2.4 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

2.2.4.1 Pengertian NPWP

Menurut Mardiasmo (2011:25) pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak

yaitu

“Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepadawajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yangdipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalammelaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.”

2.2.4.2 Fungsi NPWP

Menurut Erly Suandy (2005:115) fungsi pajak sebagai berikut:

1. Nomor Pokok Wajib Pajak adalah suatu sarana administrasiperpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atauidentitas wajib pajak, oleh karena itu kepada setiap wajib pajak hanyadiberi satu Nomor Pokok Wajib Pajak

2. Nomor Pokok Wajib Pajak juga dipergunakan untuk menjagaketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasanadministrasi perpajakan. Dalam hal berhubungan dengan dokumenperpajakan, wajib pajak diwajibkan mencantumkan Nomor PokokWajin Pajak ayng dimilikinya.

Wajib pajak diwajibkan mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajakyang dimilikinya, terhadap wajib pajak yang tidak mendaftarkan diri untukmendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak dikenakan sanksi sesuaiperaturan perundang-undangan perpajakan.

2.2.4.3 Manfaat NPWP

Menurut Erly Suandy (2005:118) manfaat NPWP dan PPKP sebagaiberikut:

1.untuk memperoleh pinjaman modal dari bank

2. untuk memudahkan berhubungan dengan instansi yang mewajibkanmencantumkan NPWP,seperti kantor imigrasi,kantor bea cukai,kantorKPKN,kantor PLN,kantor telkom.dan sebagainya.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

28

2.2.4.4 Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian NPWP Orang Pribadi yang

Berstatus sebagai Karyawan

Menurut Erly Suandy (2005:120), wajib pajak orang pribadi yang

berstatus sebagai karyawan dapat mengajukan permohonan untuk mendapatkan

NPWP di Kantor Pelayanan Pajak Domisili dan akan dilayani sesuai dengan tata

cara pendaftaran yang berlaku atau melalui Kantor Pelayanan Pajak Lokasi dan

dapat dilayani melalui Pemberi Kerja atau Bendaharawan Pemerintah dengan

ketentuan yang diatur dalam Keputusan Dirjen Pajak.

Tata cara pendaftaran dan pemberian NPWP Wajib Pajak Orang Pribadi yang

berstatus sebagai karayawan melalui Kantor Pelayanan Pajak lokasi menggunakan

sarana sebagai berikut:

1. Surat permintaan bantuan pendaftaran wajib pajak orang pribadi yang

berstatus sebagai karyawan

2. Daftar karyawan yang memenuhi syarat sebagai wajib pajak orang pribadi

3. Surat permintaan keterangan data wajib pajak orang pribadi yang berstatus

sebagai karyawan

4. Surat himbauan pendaftaran NPWP

5. Surat tugas pencarian data wajib pajak orang pribadi yang berstatus

sebagai karyawan

6. Surat pemberitahuan tentang pencarian data wajib pajak orang pribadi

yang berstatus sebagai karyawan

7. Surat pemberitahuan pemberian NPWP Orang Pribadi yang berstatus

karyawan.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

29

2.3 Pajak Penghasilan

2.3.1 Pengertian Pajak Penghasilan

Menurut Mansury (2002:74), PPh sesuai undang-undang tentang pajak

penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau

diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar

Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan

wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Supramono dan Damayanti (2010:37) menambahkan bahwa pajak penghasilan

adalah pungutan resmi oleh pemerintah yang ditujukan kepada masyarakat yang

berpenghasilan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

2.3.2 Subjek Pajak Penghasilan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 Tentang Pajak

Penghasilan, subjek pajak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

(i) Subjek pajak dalam negeri, yang dimaksud dengan subjek

pajak dalam negeri adalah:

(a) Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau

orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183

(seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12

(dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu

tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niatan

untuk bertempat tinggal di Indonesia;

(b) Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di

Indonesia;

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

30

(c) Warisan yang belum terbagi sebagai suatu kesatuan,

menggantikan yang berhak;

(ii) Subjek Pajak Luar Negeri, yang dimaksud dengan Subjek

Pajak Luar Negeri, adalah:

(a) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia

atau berada di Indonesiaa tidak lebih dari 183 (seratus

delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas)

bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat

kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau

melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap di

Indonesia;

(b) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia

atau berada di Indonesiaa tidak lebih dari 183 (seratus

delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas)

bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat

kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau

memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari

menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui

Bentuk Usaha Tetap di Indonesia.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

31

2.3.3 Objek Pajak Penghasilan

Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 Tentang Pajak

Penghasilan, yang menjadi objek pajak penghasilan adalah penghasilan yaitu

setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak,

baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai

untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,

dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk:

(1) Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa

yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan,

honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, premi

asuransi jiwa dan asuransi kesehatan yang dibayar oleh pemberi

kerja, atau imbalan dalam bentuk lainnya

(2) Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan

(3) Laba usaha

(4) Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta

termasuk:

(a) Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan,

persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham

atau penyertaan modal

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

32

(b) Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan

badan lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang

saham, sekutu, dan anggota

(c) Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan,

pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha

(d) Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah,

bantuan atau sumbangan.

(5) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan

sebagai biaya

(6) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan

pengembalian utang

(7) Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk

dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan

pembagian Sisa Hasil Usaha koperasi

(8) Royalti

(9) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta

(10) Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala

(11) Keuntungan karena pembebasan utang

(12) Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

33

(13) Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva

(14) Premi asuransi

(15) Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya

yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau

pekerjaan bebas, sepanjang iuran tersebut ditentukan berdasarkan

volume kegiatan usaha atau pekerjaan bebas anggotanya.

2.3.4 Dasar Pengenaan Pajak Penghasilan dan Perhitungan

Menghitung besarnya pajak yang terutang diperlukan dua unsur yaitu tarif

pajak dan dasar pengenaan pajak. Tarif pajak dapat berupa angka atau persentase

tertentu. Jenis tarif pajak dibedakan menjadi tarif tetap, ,tarif proporsional

(sebanding), tarif progresif (meningkat) dan tarif degresif (menurun).

Menurut Siti Resmi (2008:14) jenis-jenis tarif pajak yaitu:

1. Tarif tetap

Tarif berupa jumlah atau angka yang tetap berapa pun besarnya

dasar pengenaan pajak. Di Indonesia Tari tetap diterapkan pada bea

materai.

No Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak

1 Rp 1.000.000,00 Rp 6000.000,00

2 Rp 2.000.000,00 Rp 6000.000,00

3 Rp 5.750.000,00 Rp 6000.000,00

4 Rp 50.000.000,00 Rp 6000.000,00

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

34

2. Tarif Proporsional

Tarif berupa persentase tertentu yang sifatnya tetap terhadap berapa

pun dasar pengenaan pajaknya. Di Indonesia tarif proporsional

diterapkan pada PPN (10%), PPh pasal 26 (20%)

No Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak Utang Pajak

1 Rp 1.000,00 10% Rp 100,00

2 Rp 20.000,00 10% Rp 2000,00

3 Rp 500.000,00 10% Rp 50.000,00

4 Rp 90.000.000,00 10% Rp 9000.000,00

3. Tarif progresif (meningkat)

Tarif berupa persentase tertentu yang semakin meningkat dengan

semakin meningkatnya dasar pengenaan pajak.tarif progresif

dibedakan menjadi tiga yaitu:

a. Tarif Progresif Proporsional

Tarif berupa persentase tertentu yang semakin meningkat

dengan meningkatnya dasar pengenaan pajak, dan kenaikan

persentase tersebut adalah tetap. Di Indonesia menghitung

PPh diberlakukan dari tahun 1984-1994, diatur dalam

Undang-Undang No 7 Tahun 1983 pasal 17.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

35

No Dasar Pengenaan Pajak Tarif

Pajak

Kenaikan

%Tarif

1 Sampai dengan

Rp 10.000.000,00

15% -

2 Di atas Rp 10.000.000,00 s/d

Rp 25.000.000,00

25% 10%

3 Di atas Rp 25.000.000,00 35% 10%

b. Tarif progresif-progresif

Tarif berupa persentase tertentu yang semakin meningkat

dengan meningkatnya dasar pengenaan pajak, dan kenaikan

persentase tersebut juga meningkat. Pernah diterapkan di

Indonesia untuk menghitung pajak penghasilan.

Diberlakukan tarif ini tahun 1995-2000,diatur dalam pasal

17 UU No.10 Tahun 1994.

No Dasar pengenaan pajak Tarif

pajak

Kenaikan

%tarif

1 Sampai dengan

Rp 25.000.000,00

10% -

2 Di atas

Rp 25.000.000,00 s/d

Rp 50.000.000,00

15% 5%

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

36

3 Di atas

Rp 50.000.000,00

30% 15%

Mulai tahun 2001 masih diberlakukan, dengan perubahan

sebagai berikut:

No Dasar pengenaan pajak Tarif

pajak

Kenaikan

%tarif

1 Sampai dengan

Rp 50.000.000,00

10% -

2 Di atas

Rp 50.000.000,00 s/d

Rp 100.000.000,00

15% 5%

3 Di atas

Rp 100.000.000,00

30% 15%

c. Tarif progresif-degresif

Tarif berupa persentase tertentu yang semakin meningkat

dengan meningkatnya dasar pengenaan pajak, tetapi

kenaikan persentase tersebut menurun.

No Dasar pengenaan pajak Tarif

pajak

Kenaikan

%tarif

1 Rp 50.000.000,00 10% -

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

37

2 Rp 100.000.000,00 15% 5%

3 Rp 200.000.000,00 18% 3%

4. Tarif Degresif

Tarif berupa persentase tertentu yang semakin menurun dengan

semakin meningkatnya dasar pengenaan pajak.

No Dasar pengenaan pajak Tarif

pajak

1 Rp 50.000.000,00 30%

2 Rp 100.000.000,00 20%

3 Rp 200.000.000,00 10%

2.3.4.1 Tarif Pajak Penghasilan

Menurut Mardiasmo (2011:150) tarif pajak yang diterapkan atas

Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sebagai

berikut:

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp50.000.000,00 5%

Diatas Rp50.000.000,00 sampai dengan

Rp250.000.000,00

15%

Diatas Rp250.000.000,00 sampai

dengan Rp500.000.000,00

25%

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

38

Diatas Rp500.000.000,00 30%

Tarif tertinggi bagi wajib pajak orang pribadi dalam negeri dapat diturunkan

menjadi paling rendah 25% yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

2.3.4.2 Cara Menghitung Pajak

Menurut Mardiasmo (2011:151), pajak penghasilan (bagi wajib pajak

dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap) setahun dihitung dengan cara mengalikan

Penghasilan Kena Pajak dengan tarif pajak sebagaimana diatur dalam UU PPh

pasal 17, untuk menghitung PPh dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Pajak penghasilan (WP Orang Pribadi)

=Penghasilan Kena Pajak x tarif pasal 17

=(Penghasilan netto – PTKP) x tarif pasal 17

= [(Penghasilan bruto – biaya yang diperkenankan UU PPh)-PTKP] x tarif pasal

17

Contoh:

Gunawan pada tahun 2010 mempunyai Penghasilan Kena Pajak sebesarRp241.850.600,00. Besarnya Pajak Penghasilan yang harus dibayar atau terutangoleh Gunawan adalah :

Penghasilan Kena Pajak Rp241.850.600,00

(dibulatkan dengan ke bawah hingga ribuan penuh)

Pajak Penghasilan yang harus dibayar:

5% x Rp50.000.000,00 Rp2.500.000,00

15% x Rp191.850.000,00 Rp28.777.500,00

Jumlah Rp31.277.500,00

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

39

2.3.5 Penghasilan Tidak Kena Pajak

Ikatan Akuntansi Indonesia (2013: 180), Sesuai dengan Pasal 6 ayat

(3) UU PPh, kepada orang pribadi sebagai wajib pajak dalam negeri diberikan

pengurangan berupa PTKP, yang besarnya menurut Pasal 7 UU PPh yang berlaku

mulai tahun 2009 adalah:

a. Rp 15.840.000 untuk diri Wajib Pajak

b. Rp 1.320.000 tambahan untuk wajib pajak yang kawin

c. Rp 15.840.000 tambahan untuk seorang istri yang

penghasilannya digabung dengan penghasilan suami

d. Rp 1.320.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah

dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak

angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3

(tiga) orang untuk setiap keluarga.

Penyesuaian besarnya PTKP yang mulai berlaku tanggal 1 Januari 2013

sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.011/2012

adalah:

a. Rp 24.300.000 untuk diri wajib pajak

b. Rp 2.025.000 tambahan untuk wajib pajak yang kawin

c. Rp 24.300.000 untuk tanbahan seorang istri yang

penghasilannya digabung dengan penghasilan suami

d. Rp 2.025.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah

dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

40

angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3

(tiga) orang untuk setiap keluarga.

2.4 Penerimaan Pajak

Dalam sudut pandang ekonomi, pajak sebagai salah satu primadona

penerimaan Negara yang paling pontesial, sebab peningkatan penerimaan dalam

negeri dari sektor pajak adalah suatu yang wajar karena secara logis jumlah

pembayaran pajak dari tahun ke tahun akan semakin besar berbanding lurus

dengan peningkatan ekonomi masyarakat.

Menurut Erly Suandy,(2005:02) sumber-sumber penerimaan negara dapat

dikelompokkan menjadi penerimaan dari sektor :

1. Pajak2. Kekayaan alam3. Bea dan Cukai4. Retribusi5. Iuran6. Sumbangan7. Laba dari Badan Usaha Milik Negara8. Sumber-sumber lainnya

Berdasarkan surat keputusan Direktorat Jenderal Perbendaharaan No.

SE-05/PB/2007 yang berisi tentang Implementasi Penerimaan Negara (IMP).

Berdasarkan kewenangan dalam pemungutannya, pajak dapat digolongkan

menjadi Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Dari kedua jenis pajak tersebut, yang akan

diuraikan berikut ini hanyalah jenis-jenis pajak pusat karena hanya pajak pusat

yang merupakan penerimaan pemerintah pusat yang menjadi bagian dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), serta berdasarkan ketentuan

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

41

yang ditetapkan pada Pasal 58 Peraturan Menteri Keuangan Republik

Indonesia Nomor 62/PMK.01/2009 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja

Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, yang berkenaan dengan tugas KPP

Pratama adalah:

“KPP Pratama mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan,dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, PajakPertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak TidakLangsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hakatas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkanperaturan perundang-undangan yang berlaku”.

Sedangkan menurut Vergina dan Ratna (2012), penerimaan pajak adalah

penerimaan yang diterima oleh pemerintah dari sektor pajak baik aspek pajak

domestik maupun pajak internasional untuk memenuhi pengeluaran pemerintah.

Menurut Herryanto dan Toly (2013), Penerimaan Pajak Penghasilan di

Indonesia pada umumnya masih didominasi oleh Pajak Penghasilan badan. Pajak

penghasilan (PPh) adalah pajak yang dibebankan pada penghasilan perorangan,

perusahaan atau badan hukum lainnya atas penghasilan yang diterima atau

diperoleh selama tahun pajak. Pajak penghasilan tergolong dalam jenis pajak

langsung yang beban pajaknya harus ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak yang

bersangkutan dan tidak bisa dialihkan ke orang lain.

Menurut Muiz (2012), dalam meningkatkan penerimaan pajak, Pemerintah

telah mengambil beberapa kebijaksanaan antara lain dengan menerapkan sistem

selfassessment, dimana Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk menghitung,

memperhitungkan, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang menjadi

kewajibannya. Dalam sistem ini, pemerintah tidak lagi berperan terlalu aktif

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

42

karena tidak dibebani kewajiban untuk menghitung pajak terutang tiap Wajib

Pajak seperti pada sistem official– assessment. Dimana sistem official–

assessment wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh

Wajib Pajak terletak pada fiskus atau aparat pajak. Sistem self–assessment lebih

membutuhkan kesadaran Wajib Pajak untuk dengan patuh melaksanakan

kewajiban perpajakan. Dengan semakin tinggi kesadaran Wajib Pajak untuk tepat

waktu menyetor pajak, maka diharapkan semakin besar penerimaan pajak negara.

2.4.1 Jenis-jenis pajak

Menurut Erly Suandy (2008:37), Jenis pajak dapat dikelompokkan

menjadi tiga macam menurut sifat, golongan dan lembaga pemungutnya.

1. Menurut sifatnya

a. Pajak subjektif yaitu pajak yang berdasarkan subjeknya, dalam

arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

Contoh: Pajak Penghasilan 21,22,25,26,pasal 4 ayat 2

b. Pajak Objektif yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa

memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

Contoh: PPN dan PPnBM.

2. Menurut Golongannya

a. Pajak langsung adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung

sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau

dilimpahkan kepada orang lain.

Contoh : Pajak Penghasilan

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

43

b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat

dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

3. Menurut lembaga pemungutnya

a. Pajak pusat adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada

pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai pengeluaran

negara, dimana pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen

Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pajak.

Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, Bea

Materai.

b. Pajak daerah adalah pajak yang wewenang pemungutnya ada pada

pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai pengeluaran

daerah, dimana pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan

Daerah. Pajak daerah dibedakan 2 yaitu:

i. Pajak Propinsi

Pajak kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air,

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dan Kendaraan

di Atas Air.

ii. Pajak Kabupaten/Kota

Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak

Reklame, Pajak Penerangan Jalan.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

44

2.5 Kerangka Pemikiran

Dalam sudut pandang ekonomi, pajak sebagai salah satu primadona

penerimaan Negara yang paling pontesial, sebab peningkatan penerimaan dalam

negeri dari sektor pajak adalah suatu yang wajar karena secara logis jumlah

pembayaran pajak dari tahun ke tahun akan semakin besar berbanding lurus

dengan peningkatan ekonomi masyarakat.

Rochmat Soemitro dikutip dalam Waluyo (2013:3),

”Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan darisektor partikulir ke sektor pemerintah) berdasarkan undang-undang (dapatdipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (tegen prestasi), yang langsungdapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.”

Unsur-unsur pokok dari definisi di atas, yaitu:

a. Iuran atau pungutan,b. Dipungut berdasarkan Undang-undang,c. Pajak dapat dipaksakan,d. Tidak menerima atau memperoleh kontraprestasi, dane. Untuk membiayai pengeluaran umum Pemerintah.

Menurut Peraturan Menteri Keuangan No. 192/PMK.03/2007.

Kepatuhan wajib pajak dapat diidentifikasi dari:

1. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak

dalam 2 tahun terakhir

2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali

telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran

pajak

3. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di

bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir

4. Dalam 2 tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal

terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

45

pemeriksaan yang terakhir untuk masing-masing jenis pajak yang

terutang paling banyak 5%

5. Wajib pajak yang laporan keuangannya untuk 2 tahun terakhir diaudit

oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, atau

pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi laba

rugi fiskal.

menurut Vergina dan Ratna (2012), penerimaan pajak yaitu:

“ penerimaan yang diterima oleh pemerintah dari sektor pajak baikaspek pajak domestik maupun pajak internasional untuk memenuhipengeluaran pemerintah.

Penerimaan pajak adalah Penerimaan negara yang terdiri dari penerimaan

dalam negeri Pemerintah, dan hibah. Penerimaan dalam negeri Pemerintah terdiri

atas penerimaan perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak. Sedangkan

berdasar kewenangan yang dipunyai oleh KPP Pratama maka penerimaan pajak

dibatasi pada: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas

Barang Mewah, Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya.

Adapun kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

46

Gambar 2.1Kerangka Pemikiran

2.6 Penelitian Terdahulu

a. Hasil penelitian menurut Firman Wahyudi Kurnia Putra (2012), dengan

judul Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Orang Pribadi pada KPP Pratama Blitar, kualitas pelayanan

berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Blitar.

b. Hasil penelitian menurut Asri Fika Agusti (2008), dengan judul

Pengaruh tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan terhadap Peningkatan

Penerimaan Pajak yang Dimoderasi oleh Pemeriksaan , tingkat

kepatuhan wajib pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak pada

KPP Jakarta Grogol.

Sumber penerimaan negara darisektor pajak

Faktor yang mempengaruhikepatuhan wajib pajakpenghasilan orang pribadi

Pengetahuan tentangpajak

Kualitas PelayananPajak

Sanksi pajak

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Perpajakan ...

47

2.7 Hipotesis Penelitian

Dari tinjauan pustaka yang telah diuraikan tersebut di atas, maka

hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1: Terdapat Hubungan Positif dan Signifikan antara Kepatuhan Wajib

Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dan Penerimaan Pajak Pada KPP

Pratama Cirebon