BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Penghasilanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00503-AK Bab...

33
8 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Penghasilan Penghasilan yang telah diperoleh oleh setiap wajib pajak yang memiliki NPWP (nomor pokok wajib pajak) wajib dikenakan pajak yaitu pajak penghasilan. Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan pada subjek pajak atas penghasilan yang diperolehnya pada tahun pajak, dapat pula dikenakan pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak, dapat pula dikenakan pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak bila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir tahun pajak. Berikut definisi dari beberapa ahli mengenai Pajak Penghasilan : a. Menurut Resmi (2003), adalah sebagai berikut : Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak (p.74). b. Menurut Kesit (2001), adalah sebagai berikut : Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap penghasilan yang diperoleh oleh wajib pajak (badan usaha) atas kegiatan yang dilakukan di Indonesia (p.1). c. Menurut Hartanto (2003), adalah sebagai berikut : Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan atau dipungut hanya atas penghasilan (yang berasal dari harta atau modal), dan bukan pajak yang dipungut atau dikenakan atas harta dan modal (p.136).

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Penghasilanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00503-AK Bab...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Penghasilanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00503-AK Bab 2.pdfPajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan

8

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1. Pajak Penghasilan

Penghasilan yang telah diperoleh oleh setiap wajib pajak yang memiliki

NPWP (nomor pokok wajib pajak) wajib dikenakan pajak yaitu pajak penghasilan.

Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan pada subjek pajak atas

penghasilan yang diperolehnya pada tahun pajak, dapat pula dikenakan pajak

untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak, dapat pula dikenakan pajak untuk

penghasilan dalam bagian tahun pajak bila kewajiban pajak subjektifnya dimulai

atau berakhir tahun pajak.

Berikut definisi dari beberapa ahli mengenai Pajak Penghasilan :

a. Menurut Resmi (2003), adalah sebagai berikut :

Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas

penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak (p.74).

b. Menurut Kesit (2001), adalah sebagai berikut :

Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap penghasilan yang

diperoleh oleh wajib pajak (badan usaha) atas kegiatan yang dilakukan di

Indonesia (p.1).

c. Menurut Hartanto (2003), adalah sebagai berikut :

Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan atau dipungut hanya atas

penghasilan (yang berasal dari harta atau modal), dan bukan pajak yang

dipungut atau dikenakan atas harta dan modal (p.136).

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Penghasilanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00503-AK Bab 2.pdfPajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan

9

d. Sementara itu, Standar Akuntansi Keuangan (2002) memnberikab definisi

sebagai berikut :

Pajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan

perpajakan dan pajak dikenakan atas penghasilan kena pajak perusahaan.

II.2. Konsep Dasar Penghasilan

Untuk bisa menetapkan jumlah pajak yang harus dibayar atau terutang oleh

wajib pajak, terlebih dahulu harus ditentukan jumlah penghasilan dari wajib pajak

yang bersangkutan. Terdapat 3 (tiga) konsep panghasilan yaitu :

a. Konsep Ekonomi

Berdasarkan konsep ekonomik kenaikan nilai sumber-sumber ekonomi yang

dimiliki atau dikuasai oleh suatu entitas atau tambahan kemampuan ekonomis

dipandang sebagai penghasilan. Asal tahu sumber kenaikan nilai, daya beli atau

tambahan kemampuan ekonomis itu sendiri dianggap tidak relevan, sehingga

hadiah atau warisan yang diterima oleh suatu entitas misalnya, harus dipandang

sehingga penghasilan (konsep ekonomik tentang penghasilan berbeda dengan

konsep akuntansi, yang mendefinisikan penghasilan hanya terbatas pada

keuntungan yang diperoleh dari harta atau modal dan imbalan yang diterima

dari jasa tenaga kerja).

b. Konsep Akuntansi

Dalam konsep akuntansi menggunakan pendekatan transaksi konsep harga

pertukaran sehingga dasar pengukuran penghasilan sebagai akibat harga nilai

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Penghasilanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00503-AK Bab 2.pdfPajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan

10

atau perubahan nilai barang atau jasa yang didapat atau terjasi dalam suatu

transaksi atau peristiwa dapat diakui sebagai suatu penghasilan. Suatu

penghasilan termasuk keuntungan dianggap belum diperoleh atau belum

derealisasikan sampai dengan penghasilan dan atau keuntungan dapat

diasosiasikan dengan transaksi atau peristiwa tertentu yang bias mengakibatkan

timbulnya penghasilan dan atau keuntungan tersebut. Artinya jasa sudah

diberikan atau barang sudah harus dijual, diserahkan, ditukarkan, dan atau

dikonversikan menjadi barang atau jasa yang lain terlebih dahulu sebelum

jumlah penghasilan dan atau keuntungan dianggap telah diperoleh, atau dapat

direalisasikan. Pada hakekatnya penghasilan adalah nilai barang dan jasa yang

dikonsumsikan dalam suatu periode ditambah kenaikan nilai kekayaan modal

dalam periode terkaitnya dalam mengukur perubahan nilai kekayaan atau

modal konsep akuntansi harga pertukaran (harga histories atau nilai perolehan

dan bukan nilai atau harga yang sekarang berlaku).

c. Konsep Fiskal

Undang-undang pajak penghasilan (No.17 Tahun 2000) Pajak Penghasilan

adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh

wajib pajak, baik yang dari dalam negeri maupun dari luar negeri yang dapat

dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak, dengan nama

dan dalam apapun. Subyek dan obyek pajak pajak penghasilan merupakan dua

konsep yang menetukan jenis, saat, dan jumlah penghasilan beserta kewajiban

pajaknya. Wajib pajak berkewajiban membayar pajak penghasilan melekat

pada subyek pajak dan pajak atas penghasilan juga dipungut atau dikenakan

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Penghasilanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00503-AK Bab 2.pdfPajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan

11

subyeknya. Namun dalam hal tertentu kewajiban untuk membayar pajak

penghasilan yang dianggap melekat peda sumber atau obyeknya sehingga

pajak penghasilan dipungut atau dikenakan pada sumber atau obyeknya.

II.3. Subyek Pajak Penghasilan

Subyek pajak secara teoritis adalah pihak yang menjadi sasaran atau yang

dimaksud oleh Undang-undang untuk membayar pajak atau memikul beban pajak.

Dalam Undang-undang pajak penghasilan pasal 2 ayat (1) ada 4 pihak yang

ditentukan sebagai subyek pajak yaitu :

a. Orang pribadi

Menurut Undang-undang Pajak Penghasilan tahun 2000 orang pribadi adalah

manusia yang masih hidup.

Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.

b. Badan

Menurut Undang-undang Pajak Penghasilan tahun 2000 badan adalah orang

pribadi atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha

maupun yang tidak melakukan usaha dengan nama dan dalam bentuk apapun

yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, persero lainnya,

BUMN/BUMD, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, perkumpulan,

persekutuan, yayasan, organisasi masa, organisasi politik dan organisasi sejenis

lembaga bentuk usaha tetap dan organisasi bentuk usaha lainnya.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Penghasilanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00503-AK Bab 2.pdfPajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan

12

c. Bentuk Usaha Tetap

Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang

pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia

tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu dua belas bulan untuk

menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat berupa:

1. Tempat kedudukan manajemen;

2. Cabang perusahaan;

3. Kantor perwakilan;

4. Gedung kantor;

5. Pabrik;

6. Bengkel;

7. Pertambangan dan penggalian sumber alam, wilayah kerja pengeboran

yang digunakan untuk eksplorasi pertambangan;

8. Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan;

9. Proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;

10. Pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau oleh orang lain,

sepanjang dilakukan lebih dari enem puluh hari dalam jangka waktu dua

belas bulan;

11. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak

bebas;

12. Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan

tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi

atau menanggung risiko di Indonesia;

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Penghasilanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00503-AK Bab 2.pdfPajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan

13

Penghasilan yang bukan subyek pajak penghasilan, sesuai dengan pasal 3

Undang-undang pajak penghasilan yaitu :

a. Badan perwakilan Negara asing;

b. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain

dari Negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang

bekerja pada dan yang bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat

bukan warga Negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau

memperoleh penghasilan lain diluar jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta

Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;

c. Organisasi-organisasi yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan

dengan syarat :

1. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut;

2. Tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan lain untuk memperoleh

penghasilan dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah

yang dananya berasal dari iuran para anggota;

d. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan

Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat bukan warga Negara Indonesia

dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjan lain untuk

memperoleh penghasilan di Indonesia.

II.4. Obyek Pajak Penghasilan

Pasal 4 ayat (1) Undang-undang pajak penghasilan Tahun 2000

menentukan bahwa yang menjadi obyek pajak adalah penghasilan yaitu setiap

tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Penghasilanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00503-AK Bab 2.pdfPajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan

14

yang berasal dari indonesia maupun yang berasal dari luar Indonesia, yang dapat

dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang

bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. Sesuai dengan pasal 4 ayat

(1) UU No.17 tahun 2000 obyek pajak penghasilan, termasuk:

a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang di terima

atau di peroleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,

gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali

ditentukan lain dalam undang-undang ini;

b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;

c. Laba usaha;

d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk;

1. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan

badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;

2. Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan badan lainnya karena

pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu atau anggota;

3. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,

pemecahan, atau pengambilalihan usaha;

4. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau

sumbangan kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis

keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan

atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan

Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,

kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan;

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Penghasilanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00503-AK Bab 2.pdfPajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan

15

e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai

biaya;

f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan

pengambalian utang;

g. Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deviden dari

perusahan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha

koperasi;

h. Royalti;

i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan pengguna harta;

j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu

yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;

l. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;

m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;

n. Premi asuransi;

o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri

dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

p. Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum

dikenakan pajak;

Menurut Undang-undang pajak penghasilan No.17 tahun 2000 pasal 2 butir

(b) memberikan definisi sebagai berkut:

Badan adalah sekumpulan dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara atau daerah, dengan nama dan dalam bentuk apapun firma, kongsi, koperasi, dana

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Penghasilanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00503-AK Bab 2.pdfPajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan

16

pension, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi politik atau organisasi sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya termasuk reksadana.

Sesuai dengan Undang-undang pajak penghasilan No.17 tahun 2000 pasal 5

ayat (1) yang menjadi objek pajak penghasilan badan yaitu:

a. Penghasilan dari usaha atau kegiatan badan usaha berikut harta yang dimiliki

maupun yang dikuasainya.

b. Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan penjualan barang atau

pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan atau yang

dilakukan di Indonesia dalam arti kantor pusat mempunyai hubungan langsung

dengan konsumennya di Indonesia.

c. Penghasilan yang diterima atau diperoleh sepanjang terdapat hubungan efektif

antara badan usaha dengan harta atau kegiatan yang memberikan penghasilan

yang dimaksud.

Objek pajak penghasilan badan mencakup juga hal yang diuraikan dalam

Undang-undang perpajakan No.17 tahun 2000 pasal 4 ayat (1).

II.4.1 Penghasilan yang bukan obyek pajak

Penghasilan yang bukan obyek pajak diatur dalam pasal 4 ayat (3):

a. 1. Bantuan sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil

zakat atau lembaga amil zakat yang di bentuk atau yang disahkan

oleh pemerintah dan para penerima zakat yang berhak;

2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis

keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan

pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Penghasilanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00503-AK Bab 2.pdfPajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan

17

koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan; sepanjang tidak

ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau

penguasaan antara pihak-pihak bersangkutan;

b. Warisan

c. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau

sebagai pengganti penyertaan modal;

d. Pengganti atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang

diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan yang

wajib dibayar pajak atau pemerintah;

e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan

dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi

dwiguna, dan asuransi beasiswa;

f. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan

terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik

negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyerataan modal pada

badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia

dengan syarat;

1. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan

2. Bagi perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara dan Badan

Usaha Milik Daerah yang menerima deviden, kepemilikan saham

pada badan yang memberikan deviden paling rendah 25 % (dua

puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor dan harus

mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan saham tersebut;

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Penghasilanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00503-AK Bab 2.pdfPajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan

18

g. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendidiriannya

telah disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi

kerja maupun pegawai;

h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun

sebagaimana di maksud pada angka 7, dalam bidang-bidang tertentu

yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan;

i. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan

komanditer yang modalnya terbagi atas saham–saham, persekutuan,

perkumpulan, firma, dan kongsi;

j. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana

selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau

pemberian ijin usaha;

k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura

berupa bagian di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha

tersebut;

1. Merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang menjalankan

kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan dengan

Keputusan Menteri Keuangan; dan

2. Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.

II.4.2. Obyek pajak penghasilan final

Pajak penghasilan final diatur dalam pasal 4 ayat (2) Undang-

undang No.17 tahun 2000. Pengenaan pajaknya dengan peraturan

pemerintah, penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan final tidak

perlu digabung dengan penghasilan lainnya, jumlah pajak penghasilan final

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Penghasilanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00503-AK Bab 2.pdfPajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan

19

baik yang dipotong sendiri atau dipotong oleh pihak lain tidak dapat

dikreditkan, biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh penghasilan

yang dikenakan pajak penghasilan final tidak dapat dikurangkan. Adapun

penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan final adalah sebagai berikut:

a. Bunga dan diskonto obligasi yang diperdagangkan dan atau dilaporkan

perdagangannya di bursa efek (PP No.6 Tahun 2002).

Yang dimaksud dengan obligasi yang diperdagangkan dan atau

dilaporkan perdagangannya di bursa efek adalah obligasi korporasi dan

obligasi pemerintah atau surat utang negara lebih dari satu tahun yang

diperdagangkan dan atau dilaporkan perdagangannya di bursa efek

Indonesia.

Tarif pemotongan pajak penghasilan:

1. 20 % bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap

2. 20 % atau sesuai tarif dalam P3B (perjanjian penghindaraan pajak

berganda), bagi wajib pajak penduduk atau berkedudukan diluar

negeri.

Dasar pengenaan pemotongan pajak penghasilan:

1. Bunga obligasi dengan kupon: jumlah bruto bunga sesuai dengan

masa kepemilikan obligasi.

2. Diskonto obligasi dengan kupon: selisih harga jual atau nilai

nominal diatas harga perolehan obligasi, tidak termasuk kupon

berjalan.

3. Diskonto obligasi tanpa bunga: selisih lebih harga jual atau nilai

nominal diatas harga perolehan obligasi.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Penghasilanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00503-AK Bab 2.pdfPajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan

20

Pengecualian aturan:

Pemotongan pajak penghasilan tidak bersifat final apabila

penerima penghasilan adalah orang pribadi dalam negeri yang seluruh

penghasilannya termasuk penghasilan bunga dan diskonto obligasi

tersebut dalam satu tahun pajak tidak melebihi jumlah penghasilan

tidak kena pajak (PTKP).

Tidak dilakukan pemotongan jika penerima penghasilan adalah:

1. Bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di

Indonesia.

2. Dana pensiun yang pendirian atau pembentukannya telah disahkan

oleh Menteri Keuangan.

3. Reksadana yang terdaftar pada BAPEPAM selama lima tahun

pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha.

b. Penghasilan dari transaksi penjualan saham di bursa efek (PP Nomor 41

Tahun 1994 dan PP Nomor 14 Tahun 1997).

Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan

dari transaksi penjualan saham di bursa efek dipungut pajak

penghasilan yang bersifat final.

Besarnya pajak penghasilan:

1. 0,1 % dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan.

2. Pemilik saham pendiri dikenakan tambahan pajak penghasilan

sebesar 0,5 % dari nilai saham perusahaan pada saat penutupan

bursa di akhir tahun 1996.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Penghasilanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00503-AK Bab 2.pdfPajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan

21

3. Dalam hal saham perusahaan diperdagangkan di bursa efek setelah

1 Januari 1997, maka nilai saham sebagai dasar pengenaan tarif 0,5

% ditetapkan sebesar harga saham pada saat penawaran umum

perdana.

c. Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI (PP Nomor 131 Tahun

2000).

Tarif yang dikenakan adalah sebesar 20 % dari jumlah bruto.

Termasuk dalam pengertian bunga adalah bunga yang diterima atau

diperoleh dari deposito atau tabungan yang ditempatkan di luar negeri

melalui bank yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia

atau cabang bank luar negeri di Indonesia.

Dikecualikan dari pemotongan ini adalah:

1. Bunga dari deposito dan tabungan serta diskonto dari Sertifikat

Bank Indonesia sepanjang jumlah deposito dan tabungan serta

Sertifikat Bank Indonesia tersebut tidak melebihi Rp 7.500.000

(tujuh juta lima ratus ribu rupiah) dan bukan merupakan jumlah

yang dipecah-pecah.

2. Bunga data diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang

didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia.

3. Bunga deposito dan tabungan serta diskonto dari sertifikat Bank

Indonesia yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang

pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan sepanjang

dananya diperoleh dari sumber pendapatan sebagaimana dimaksud

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Penghasilanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00503-AK Bab 2.pdfPajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan

22

dalam pasal 29 undang-undang nomor 11 tahun 1992 tentang dana

pensiun.

4. Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk pemerintah dalam rangka

pemilikan rumah sederhana dan sangat sederhana, kavling siap

bangun untuk rumah sederhana sesuai dengan ketentuan yang

berlaku, untuk dihuni sendiri.

d. Penghasilan berupa hadiah atas undian (PP Nomor 132 Tahun 2000).

1. Yang dimaksud dengan hadiah undian adalah hadiah dengan nama

dan bentuk apapun yang diperoleh orang pribadi atau badan yang

diberikan melalui undian.

2. Besarnya pajak penghasilan yang wajib dipotong atau dipungut

adalah 25 % dari jumlah bruto hadiah undian.

3. Yang wajib memotong dan memungut pajak penghasilan adalah

penyelenggara undian.

e. Penghasilan atas sewa tanah dan atau bangunan (PP Nomor 5 Tahun

2000).

1. Sewa tanah dan bangunan yang dimaksud berupa:

Tanah, rumah susun, apartemen, kondominium, gedung kantor,

rumah kantor, toko, rumah toko, gudang industri.

2. Tarif pemotongan pajak penghasilan final:

Bagi orang pribadi dan badan adalah 10 % dari jumlah bruto.

f. Penghasilan jasa konstruksi (PP Nomor 140 Tahun 2000).

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Penghasilanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00503-AK Bab 2.pdfPajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan

23

Pengusaha jasa kontruksi yang memenuhi kualifikasi usaha kecil

(berdasarkan sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga yang

berwenang) serta yang mempunyai nilai pengadaan sampai dengan Rp

1 Milyar (satu milyar rupiah).

1. Jika pengguna jasa berstatus sebagai pemotong pajak penghasilan

final (badan pemerintah, subjek pajak dalam negeri, badan usaha

tetap, dan orang pribadi yang ditunjuk sebagai pemotong pajak

penghasilan), maka pada saat pembayaran atau terutangnya uang

muka dan termin, pengguna jasa tersebut harus memotong pajak

penghasilan final sebesar:

a) 4 % (empat persen) dari jumlah bruto yang diterima atau

diperoleh wajib pajak dalam negeri atau wajib pajak badan

usaha tetap penyedia jasa perencanaan konstruksi.

b) 2 % (empat persen) dari jumlah bruto yang diterima atau

diperoleh wajib pajak dalam negeri atau wajib pajak badan

usaha tetap penyedia jasa pelaksanaan konstruksi.

c) 4 % (empat persen) dari jumlah bruto yang diterima atau

diperoleh wajib pajak dalam negeri atau wajib pajak badan

usaha tetap penyedia jasa pengawasan konstruksi.

2. Jika pengguna jasa tidak berstatus sebagai pemotong pajak

penghasilan final, maka pada saat menerima atau memperoleh uang

muka dan termin, penyedia jasa harus membayar atau menyetorkan

sendiri pajak penghasilan final ke kas Negara sebesar sebagaimana

tersebut diatas.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Penghasilanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00503-AK Bab 2.pdfPajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan

24

g. Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan oleh

wajib pajak orang pribadi dalam negeri, wajib pajak badan dalam

Negeri berbentuk yayasan dan organisasi sejenis (PP Nomor 27 Tahun

1996 Dan PP Nomor 79 Tahun 1999).

Pengertian pengalihan adalah penjualan, tukar menukar atau ruislag,

perjanjian pemindahan hak, pelepasan hak, penyerahan hak, lelang,

hibah atau cara lain yang disepakati dengan pihak lain termasuk dengan

pihak pemerintah guna pelaksanaan pembangunan, termasuk

pembangunan untuk kepentingan umum, baik yang memerlukan

persyaratan khusus, maupun yang tidak memerlukan persyaratan

khusus.

Dasar pengenaan pajaknya adalah:

1. Harga jual atau jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan

atau bangunan, tidak termasuk PPN atau

2. NJOP PBB (Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan) mana

yang lebih tinggi dari keduanya.

Besarnya tarif pajak penghasilan atas pengalihan dari pengalihan hak

atas tanah dan atau bangunan adalah 5 % dari DPP.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Penghasilanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00503-AK Bab 2.pdfPajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan

25

II.5. Tarif Pajak Penghasilan

Sesuai dengan pasal 17 Undang-undang pajak penghasilan tahun 2000

besarnya tarif pajak penghasilan bagi wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan

badan dalam negeri atau bentuk usaha tetap adalah sebagai berikut:

TABEL 2.1

Tarif Pajak Badan Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp. 50.000.000 10 %

Diatas Rp. 50.000.000 s /d Rp. 100.000.000 15 %

Diatas Rp. 100.000.000 30 %

II.6. Pajak Penghasilan Terutang

Bagi wajib pajak dalam negeri yang menyelenggarakan pembukuan,

Gunadi menyatakan bahwa penghasilan kena pajak dihitung dengan mengurangkan

penghasilan sebagai objek pajak pasal 4 ayat (1) dengan biaya sebagaimana

ditetapkan dalam pasal 6 ayat (1) Undang-undang pajak penghasilan No.17 tahun

2000 dan perhitungan pajak penghasilan badan terutang ditentukan dari

penghasilan kena pajak dikalikan tarif pajak sesuai pasal 17 Undang-undang pajak

penghasilan No.17 tahun 2000.

Pada akhir tahun pajak, bagi wajib pajak dalam negeri diwajibkan untuk

melakukan perhitungan pajak yang terutang atas seluruh penghasilan yang diterima

atau diperoleh dalam tahun pajak yang bersangkutan, kecuali atas penghasilan

yang telah dipotong pajak dan bersifat final. Kemudian pajak yang terutang pada

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Penghasilanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00503-AK Bab 2.pdfPajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan

26

akhir tahun pajak tersebut dikurangi dengan kredit pajak untuk tahun pajak yang

bersangkutan. Pengertian kredit pajak, menurut Suandi (2002) adalah sebagai

berikut:

Kredit pajak adalah pajak yang dibayar sendiri oleh wajib pajak, ditambah dengan pokok pajak yang terutang dalam Surat Tagihan (STP) karena pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang bayar, ditambah dengan pajak yang dipotong, atau dipungut, ditambah dengan pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri, dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak, yang dikurangkan dari pajak terutang.

II.7. Laporan Keuangan Komersial

II.7.1. Pengertian Dan Tujuan

Menurut Zaki Baridwan Laporan Keuangan adalah merupakan

ringkasan pembukuan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi

selama tahun yang bersangkutan.

Adapun tujuan laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan

Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (kerangka dasar penyusunan

dan penyajian laporan keuangan) adalah menyediakan informasi yang

menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan

suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam

pengambilan keputusan ekonomi.

II.7.2. Unsur Dan Kandungan Laporan Keuangan Komersial

Unsur-unsur laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia

dalam Standar Akuntansi Keuangan (kerangka dasar penyusunan dan

penyajian laporan keuangan) sebagai berikut:

“Laporan Keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklafisikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya. kelompok besar ini

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Penghasilanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00503-AK Bab 2.pdfPajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan

27

merupakan unsur laporan keuangan. Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aktiva, kewajiban, dan ekuitas. Sedang unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dalam laporan laba rugi adalah penghasilan dan beban. Laporan perubahan posisi keuangan biasanya mencerminkan berbagai unsur laporan laba rugi dan perubahan dalam berbagai unsur neraca; dengan demikian, kerangka dasar ini tidak mengidentifikasi unsur laporan perubahan posisi keuangan secara khusus”.

Menurut Niswonger, Warren, Reeve, Fess(2000) (yang

diterjemahkan oleh Alfonsusu Sirait dan Helda Gunawan), memberikan

definisi neraca sebagai berikut :

“ Neraca adalah suatu daftar aktiva, kewajiban, dan modal pemilik

perusahaan pada periode tertentu” (p.25).

Kandungan dalam neraca meliputi:

a. Aktiva, adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai

akibat dari peristiwa masa lalu dan dimana manfaat ekonomi atas aktiva

tersebut dimasa depan diharapkan agar diperoleh perusahaan. Aktiva

terdiri atas aktiva lancar, ivestasi, aktiva tetap, aktiva tidak berwujud,

aktiva lain-lain.

b. Kewajiban, merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari

peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus

kas keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung menfaat

ekonomi. Kewajiban terdiri atas hutang jangka pendek dan hutang

jangka panjang.

c. Ekuitas, adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi

semua kewajiban. Ekuitas terdiri atas modal saham, agio saham, laba

ditahan.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Penghasilanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00503-AK Bab 2.pdfPajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan

28

Laporan laba rugi yaitu ikhtisar dari pendapatan dan beban sebuah

perusahaan dalam periode tertentu.

Kandungan yang terdapat dalam laporan laba rugi menurut

Skousen, Stice yaitu penghasilan yang mencakup beban yang timbul dalam

pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa maupun kerugian.

Laporan perubahan ekuitas yaitu ikhtisar perubahan modal pemilik

suatu perusahaan yang telah terjadi dalam suatu periode tertentu.24 Laporan

perubahan ekuitas mengandung transaksi modal, saldo, akumulasi laba dan

rugi pada awal dan akhir periode serta perubahannya dari rekonsiliasi

antara nilai tercatat dari masing-masing jenis, agio, dan (dari) cadangan

pada awal dan akhir periode.

Catatan atas laporan keuangan menurut Skousen, Stice,

mengandung informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan

kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan pada peristiwa dan

transaksi yang penting, informasi tambahan yang tidak disajikan dalam

laporan keuangan tapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.

II.7.3. Penghasilan Dan Beban (Biaya) Menurut Akuntansi

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi

Keuangan, PSAK No.23, yang dimaksud dengan penghasilan yaitu:

“Penghasilan adalah peningkatan manfaat ekonomi selama suatu periode

akuntansi tertentu dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau

penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak

berasal dari kontribusi penanam modal”.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Penghasilanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00503-AK Bab 2.pdfPajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan

29

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam buku SAK pada kerangka dasar

penyusunan dan penyajian laporan keuangan, definisi beban ádalah sebagai

berikut :

beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode

akuntansi dalam bentuk arus keluar dan berkurangnya aktiva atau

terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak

menyangkut pembagian kepada penanam modal. Beban yang timbul dalam

pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa meliputi beban pokok

penjualan, gaji dan penyusutan. Beban tersebut biasanya berbentuk arus

keluar atau berkurangnya aktivitas kas, persediaan dan aktiva tetap.

Sedangkan kerugian mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi beban

yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa.

Beban yang diakui menurut akuntansi yaitu:

a. Beban diakui saat penurunan manfaat ekonomi masa depan yang

berkaitan dengan penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban telah

terjadi dan dapat diukur dengan andal.

b. Beban diakui dalam laba rugi atas dasar hubungan langsung antara

biaya yang timbul dari pos penghasilan tertentu yang diperoleh.

Biaya adalah aliran keluaran atau pemakaian aktiva suatu entitas,

atau penambahan utang suatu entitas (atau kombinasi keduanya) selama

satu periode, yang berasal dari pengiriman atau produksi barang,

penyerahan jasa, atau pelaksanaan kegiatan utama perusahaan secara terus

menerus.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Penghasilanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00503-AK Bab 2.pdfPajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan

30

II.8. Laporan Keuangan Fiskal

II.8.1. Pengertian

Laporan keuangan fiskal merupakan laporan yang disusun sesuai

peraturan perpajakan dan digunakan untuk keperluan penghitungan pajak.

Undang-undang pajak tidak mengatur secara khusus bentuk dari laporan

keuangan, hanya memberikan pembatasan untuk hal-hal tertentu baik

dalam pengakuan penghasilan dan biaya.

II.8.2. Unsur Dan Kandungan Laporan Keuangan Fiskal

Unsur laporan keuangan fiskal :

a. Neraca fiskal.

b. Perhitungan laba rugi dan perubahan laba yang ditahan.

c. Penjelasan laporan keuangan fiskal.

d. Rekonsiliasi laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal.

e. Ikhtisar kewajiban pajak.

Perhitungan laba rugi fiskal adalah laporan yang menggambarkan

hasil usaha atau pekerjaan bebas wajib pajak selama satu tahun pajak yang

disusun dari pembukuan wajib pajak sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan dan sesuai dengan prinsip akuntansi

Indonesia.

Dalam menyajikan perhitungan laba rugi fiskal, terdapat 6 hal yang

perlu diperhatikan, yaitu:

a. Harus dipisahkan antara penghasilan dan biaya dalam rangka usaha

dengan penghasilan dan biaya diluar usaha.

b. Harus memuat unsur-unsur penghasilan dan biaya wajib pajak.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Penghasilanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00503-AK Bab 2.pdfPajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan

31

c. Rincian penghasilan diakui menurut jenis atau sifat penghasilan, rincian

biaya dilakukan menurut sifat atau tujuan biaya.

d. Disusun dalam bentuk urutan ke bawah.

e. Laba bersih mencerminkan seluruh pos laba dan rugi selama satu tahun.

f. Koreksi masa lalu yang tidak mempengaruhi perhitungan pajak tahun

sebelumnya disajikan sebagai penyesuaian atas saldo laba ditahan

sehingga tidak memerlukan perbaikan SPT yang lalu.

II.8.3. Penghasilan Dan Beban (Biaya) Menurut Undang-Undang Perpajakan

Berdasarkan pasal 4 Undang-undang pajak penghasilan tahun 2000

yang dikenakan pajak adalah objek pajak yakni: penghasilan, yaitu setiap

tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak,

baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat

dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang

bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun antara lain gaji,

honorarium, laba usaha, bunga, dividen, royalti dan imbalan lainnya.

Pengertian biaya menurut Undang-undang PPh No.17 tahun 2000

pasal 6 ayat 1 adalah merupakan pengorbanan ekonomis untuk

mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan termasuk biaya

pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan dan jasa termasuk

upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi dan tunjangan yang diberikan

dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalti, biaya perjalan, biaya pengolahan

limbah, piutang yang nyata tidak dapat ditagih, premi asuransi, biaya

administrasi dan pajak kecuali pajak penghasilan.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Penghasilanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00503-AK Bab 2.pdfPajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan

32

Biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (deductible)

dan dapat dipajaki (taxable) dalam menghitung penghasilan kena pajak

bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap menurut Undang-

undang PPh No.17 tahun 2000 pasal 6 ayat 1 adalah sebagai berikut:

a. Besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan

bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto

dikurangi:

1. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan

termasuk biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan

pekerjaan dan jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus,

gratifikasi dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang, bunga,

sewa, royalty, biaya perjalan, biaya pengolahan limbah, piutang

yang nyata tidak dapat ditagih, premi asuransi, biaya administrasi

dan pajak kecuali pajak penghasilan.

2. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan

amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya

lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.

3. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh

Menteri Keuangan.

4. Kerugian karena penjualan atau penagihan harta yang dimiliki atau

digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk

mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.

5. Kerugian dari selisih kurs mata uang asing.

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Penghasilanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00503-AK Bab 2.pdfPajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan

33

6. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di

Indonesia.

7. Biaya beasiswa, magang dan pelatihan.

8. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat :

a) Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi

komersial.

b) Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadialn

Negeri atau Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara

(BUPLN) atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan

piutang atau pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang

bersangkutan.

c) Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; dan

d) Wajib pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat

ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak.

b. Apabila penghasilan bruto setelah dikurangi biaya fiskal didapat

kerugian, maka kerugian tersebut dikompensasikan dengan

penghasilan, mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan

5 (lima) tahun.

c. Kepada orang pribadi sebagai wajib pajak dalam negeri diberikan

pengurang berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak

Biaya yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto

(undeductible expenses) dan tidak dapat dipajaki (un taxable) dalam

menghitung penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Penghasilanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00503-AK Bab 2.pdfPajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan

34

bentuk usaha tetap menurut Undang-undang PPh No.17 tahun 2000 pasal 9

ayat 1 adalah sebagai berikut:

a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen,

termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada

pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.

b. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi

pemegang saham, sekutu atau anggota.

c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali cadangan tak

tertagih untuk usaha bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi,

cadangan untuk usaha asuransi, dan cadangan biaya reklamasi untuk

usaha pertambangan, yang ketentuan dan syarat-syaratnya ditetapkan

dengan Keputusan Menteri Keuangan.

d. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi

dwiguna dan asuransi beasiswa yang dibayar oleh wajib pajak orang

pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut

dihitung sebagai penghasilan bagi wajib pajak yang bersangkutan.

e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang

diberikan dalam bentuk natura atau kenikmatan, kecuali penyediaan

makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian imbalan

dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang

berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan dengan

Keputusan Menteri Keuangan.

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Penghasilanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00503-AK Bab 2.pdfPajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan

35

f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang

saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai

imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan.

g. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan kecuali

zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan wajib pajak orang

pribadi pemeluk agama Islam dan atau wajib pajak badan dalam negeri

yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada badan amal zakat atau

lembaga amal zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah.

h. Pajak penghasilan, yang dimaksud dengan pajak penghasilan dalam

ketentuan ini adalah pajak penghasilan yang terutang oleh pajak yang

bersangkutan.

i. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi

wajib pajak atau orang yang menjadi tanggungannya.

j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan firma atau perseroan

komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham.

k. Sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan serta sanksi

pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-

undangan dibidang perpajakan.

l. Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara

penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun dan

tidak boleh untuk dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui

penyusutan atau amortisasi.

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Penghasilanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00503-AK Bab 2.pdfPajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan

36

II.9. Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal

Penyebab perbedaan laporan keuangan komersial dan laporan keuangan

fiskal terjadi karena hal berikut ini :

a. Perbedaan prinsip akuntansi.

Beberapa prinsip akuntansi telah diakui secara umum tetapi tidak diakui dalam

fiskal, yaitu:

1. Prinsip Konservatisme. Penilaian persediaan akhir dengan Lower of Cost or

Market dan penilaian piutang dengan nilai taksiran realisasi bersih diakui

dalam akuntansi komersial tetapi tidak diakui dalam fiskal.

2. Prinsip harga perolehan. Dalam akuntansi komersial, penentuan harga

perolehan untuk barang yang diproduksi sendiri boleh memasukan unsur

biaya tenaga kerja yang berupa natura. Dalam fiskal pengeluaran dalam

bentuk natura tidak diakui sebagai pengurangan atau biaya.

b. Perbedaan metode dan prosedur akuntansi.

1. Metode Penilaian Persediaan. Akuntansi komersial memperbolehkan

memilih beberapa metode menghitung harga perolehan seperti average

method, FIFO, LIFO. Dalam fiskal hanya diperbolehkan memilih dua

metode, yaitu average dan masuk FIFO.

2. Metode penyusutan dan amortisasi. Dalam akuntansi memperbolehkan

memilih metode penyusutan. Dalam fiskal pemilihan metode penyusutan

lebih terbatas meliputi metode garis lurus dan saldo menurun untuk

kelompok harta berwujud non-bangunan sedangkan untuk harta bangunan

dibatasi pada metode garis lurus saja.

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Penghasilanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00503-AK Bab 2.pdfPajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan

37

3. Metode penghapusan piutang. Dalam akuntansi komersial penghapusan

piutang ditentukan berdasarkan metode cadangan. Dalam fiskal

penghapusan fiskal dilakukan pada saat suatu piutang nyata-nyata tidak

dapat ditagih dengan syarat-syarat tertentu yang diatur dalam peraturan

perpajakan.

c. Perbedaan perlakuan dari pengakuan penghasilan dan biaya.

1. Penghasilan tertentu diakui dalam akuntansi komersial tetapi bukan

merupakan objek pajak penghasilan. Dalam laporan keuangan fiskal,

penghasilan tersebut harus dikeluarkan dari total penghasilan kena pajak

atau dikurangkan dari laba menurut akuntansi komersial.

2. Penghasilan tertentu diakui dalam akuntansi komersial tetapi pengenaan

pajaknya bersifat final. Dalam laporan keuangan fiskal, penghasilan

tersebut harus dikeluarkan dari total penghasilan kena pajak atau

dikurangkan dari laba menurut akuntansi.

3. Pengeluaran tertentu diakui dalam akuntansi komersial sebagai biaya atau

pengurang penghasilan, tetapi dalam fiskal, pengeluaran tersebut tidak

boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.

Prinsip-prinsip akuntansi yang menjadi fokus perbedaan tujuan pelaporan

antara pelaporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal:

a. Pengakuan penghasilan dan beban.

Untuk pembayaran natura atau pengeluaran kenikmatan untuk

karyawan, secara ekonomis pengeluaran ini merupakan unsur untuk

memperoleh penghasilan tetapi perlakukan pajak terhadap pengeluaran ini

tidak diperkenanakan sebagai beban pengurangan penghasilan. Demikian

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Penghasilanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00503-AK Bab 2.pdfPajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan

38

halnya dengan penyusutan aktiva tetap diakui sebagai beban dimulai ketika

tahun pengeluaran, walaupun aktiva tetap tersebut belum dimanfaatkan untuk

mendapatkan penghasilan.

b. Konservatisme.

Laporan keuangan komersial bersifat konservatif terhadap suatu

transaksi yang belum teralisir menjadi suatu fakta. Dalam praktek akuntansi,

sifat demikian diimplementasikan dengan pembentukan penyisihan atas resiko

kerugian yang mungkin diderita, tanpa pengakuan atas suatu klaim atau potensi

keuntungan yang belum direalisasikan.

Dalam kasus ini, administrasi pajak kurang tertarik kepada estimasi dan

perhitungan angka-angka yang belum terjadi secara nyata, tetapi lebih

cenderung untuk menganut realitas dengan meneliti secara seksama tiap

element pengurang basis pengenaan pajak.

c. Realisasi.

Penghasilan menurut prinsip akuntansi hanya dapat diakui setelah

transaksi atau realisasi. Kekayaan yang masih dalam bentuk potensi tidak dapat

dicatat sebagai penghasilan. Potensi tersebut akan beralih menjadi penghasilan

hanya jika telah laku dijual. Dalam prinsip perpajakan penghasilan dicatat

apabila telah terjadi transaksi penjualan. Hal ini ditunnjukan dalam pengertian

penghasilan menurut pajak, pada kalimat “setiap tambahan kemampuan

ekonomis yang diterima atau diperoleh”. Berkaitan dengan konsep realisasi,

pengertian “diterima” artinya sama dengan pengertian yang digariskan dalam

stelsel kas, sedangkan “diperoleh” artinya sama dengan pengertian yang

digariskan dalam stelsel akrual.

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Penghasilanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00503-AK Bab 2.pdfPajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan

39

d. Materialitas.

Akuntansi bisnis dimaksudkan untuk menyajikan data yang relevan

dengan konsep materialitas ini. Sebagai contah, perusahaan membeli gelas dan

alat-alat perlengkapan lainnya yang dapat digunakan lebih dari satu tahun,

karena nilainya relatif kecil dan alasan kepraktisan, maka harga pembelian

perlengkapan tersebut diakui sebagai biaya dan tidak dikapitalisasikan. Hal ini

tidak berlaku dalam perpajakan karena perhitungan penghasilan kena pajak

dilakukan berdasarkan fakta yang benar dan sesungguhnya. Dalam perpajakan

tidak diperkenankan untuk mengabaikan data meskipun jumlahnya relatif kecil,

dari jumlah rupiah terbesar sampai terkecil harus dimasukan dalam

perhitungan. Ketidaktepatan perhitungan PKP sebagai akibat penyimpangan

data merupakan kesalahan yang menyebabkan dikenakan sanksi perpajakan.

II.10. Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal

Menurut Achmad Tjahjono dan M. Fakhri Hussein (2001), definisi

rekonsiliasi fiscal ádalah sebagai berikut :

“Rekonsiliasi fiskal adalah penyesuaian atas laba usaha menurut akuntansi

komersial dengan akuntansi pajak dalam rangka menghitung besarnya laba usaha

kena pajak”(p.557).

Akuntansi perpajakan atau akuntansi pajak adalah membandingkan

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dengan ketentuan Undang-undang pajak

penghasilan dan peraturan pelaksanaan, kemudian dibuat atau disusun persamaan

dan perbedaannya. Perbedaannya diklasifikasikan antara beda tetap dan beda

waktu. Pembukuan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan berlaku umum dan

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Penghasilanthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00503-AK Bab 2.pdfPajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan

40

menghasilkan laporan keuangan komersial. Untuk tujuan menghitung

penghasilan kena pajak, laporan keuangan komersial tersebut dilakukan koreksi

fiskal menjadi laporan keuangan fiskal. Proses tersebut disebut rekonsiliasi

laporan keuangan fiskal.

Laporan keuangan fiskal dapat berbeda dengan laporan keuangan

komersial karena adanyan perbedaan dalam pengakuan penghasilan dan biaya.

Perbedaan tersebut dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Perbedaan Tetap (permanent difference), yakni transaksi-transaksi

pendapatan dan biaya tertentu yang boleh diakui akuntansi tapi tidak diakui

oleh pajak (peraturan perpajakan) atau sebaliknya. Contohnya: penghasilan

bunga dari bank, penghasilan dividen , penghasilan sumbangan atau hibah,

biaya sumbangan, natura, biaya representasi yang tidak ada daftar

nominatifnya.

b. Perbedaan Waktu / Sementara / Temporer (time difference/temporary

diferrence), yakni perbedaan waktu pengakuan pendapatan atau biaya untuk

penghitungan laba. Adanya suatu transaksi pendapatan atau biaya yang sudah

diakui akuntansi tetapi menurut pajak belum dan sebaliknya. Contoh: biaya

penyusutan aktiva tetap, amortisasi, pengakuan kerugian piutang dan

kerugian penilaian persediaan.