Laporan Doc

37
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR OSEANOGRAFI Oleh : Nama : Adi Saputra Nim : H1K012048 Kelompok : 5 Asisten : Oky Aditya JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2014

description

laporan

Transcript of Laporan Doc

LAPORAN PRAKTIKUMDASAR-DASAR OSEANOGRAFI

Oleh :Nama: Adi SaputraNim: H1K012048Kelompok: 5Asisten: Oky Aditya

JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTANFAKULTAS SAINS DAN TEKNIKUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANPURWOKERTO

2014

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUMDASAR-DASAR OSEANOGRAFI TAHUN 2014

Oleh :Adi SaputraNIM. H1K012048

Disusun untuk memenuhi persyaratan mengikuti responsi praktikum mata kuliahdasar-dasar oseanografi Fakultas Sains dan Teknik Jurusan Perikanan dan KelautanUniversitas Jenderal Soedirman

Diterima dan disetujuiTanggal ..............

Dosen Pengampu,Asisten,

Dr. Ir. Isdy Sulistio. DEAOky AdityaNIP. 196003071986011003NIM H1G011...

KATA PENGANTARPuji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Dasar-Dasar Oceanografi. Laporan praktikum ini disusun untuk memenuhi persyaratan mengikuti responsi praktikum mata kuliah Dasar-Dasar Oceanografi di Jurusan Perikanan dan Kelautan, Universitas Jenderal Soedirman. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :1. Dr. Ir. Isdy Sulistyo, DEA dan tim pengajar mata kuliah Dasar-Dasar Oceanografi yang telah memberikan petunjuk-petunjuk dalam setiap kegiatan perkuliahan.2. Seluruh asisten praktikum Dasar-Dasar Oceanografi yang telah memberikan arahan dan petunjuknya selama berlangsungnya kegiatan praktikum.3. Semua pihak yang telah membantu penulis sehingga terselesaikannya penyusunan laporan ini.Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.Purwokerto, Mei 2014

Penulis

LAPORAN PRAKTIKUM

PRAKTIKUM LABORATORIUM DASAR-DASAR OCEANOGRAFI

Oleh :Adi SaputraNIM. H1K012048

JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTANFAKULTAS SAINS DAN TEKNIKPURWOKERTO

2014

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangKarakteritik fisika oseanografi dan dinamikanya mempunyai peranan yang sangat penting dalam sistem ekologi laut karena air merupakan media tempat hidup bagi biota air. Beberapa aspek fisika oseanografi yang sangat penting dan menonjol peranannya adalah : pasang, gelombang, arus, salinitas, temperatur air, kemiringan dasar pantai, kecepatan angin. Antar aspek tersebut saling terkait, misalnya antara salinitas dan suhu air mempengaruhi berat jenis air. Semakin tinggi salinitas air maka berat jenisnya semakin besar. Demikian halnya semakin rendah suhu air maka berat jenisnya semakin besar pula. Salinitas merupakan ukuran kadar garam yang berperan penting dalam kehidupan biota air. Semakin tinggi salinitas air berarti semakin tinggi konsentrasi kadar garamnya sehingga semakin pekat. Salinitas dan kepekatan air mempengaruhi ruang gerak biota air. Beberapa biota air laut memiliki kisaran yang luas untuk beradaptasi terhadap kadar garam.1.2. TujuanTujuan dari acara praktikum lapang dasar-dasar oceanografi di laboratorium adalah :1. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengaruh angin terhadap tipe atau karakteristik gelombang, skala laboratorium.2. Agar mahasiswa dapat menjelaskan pengaruh data-data angin yang dapat mempengaruhi tipe gelombang.3. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengaruh beda salinitas terhadap densitas suatu badan air.4. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengaruh beda temperatur terhadap densitas suatu badan air.5. Agar mahasiswa dapat menjelaskan tentang gejala-gejala yang terjadi pada perubahan densitas.6. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengaruh sedimen terhadap suatu badan perairan.7. Agar mahasiswa dapat menjelaskan tentang fenomena yang terjadi pada tingkat kekeruhan yang berbeda.

II. MATERI DAN METODE

2.1. Alat dan Bahan2.1.1. Miniatur GelombangAlat/BahanSpesifikasiFungsi

StereoformUntuk alas akuarium

AkuariumSebagai wadah media air

PenggarisUntuk mengukur tinggi gelombang dan panjang lebarnya akuarium

StopwatchUntuk menghitung lamanya gelombang terjadi

AirSebagai media untuk menghitung gelombang

2.1.2. DensitasAlat/BahanSpesifikasiFungsi

GayungUntuk menuangkan air ke dalam akuarium

AkuariumSebagai wadah media air

HandrefraktometerUntuk mengukur salinitas air sampel

TermometerUntuk menghitung suhu dasar, tengah, dan permukaan

AirSebagai media untuk menghitung gelombang

Pewarna makanan hijau dan merahSebagai pembeda strata media air

Kertas HVS laminating

Tissue

2.1.3. Cahaya dan KekeruhanAlat/BahanSpesifikasiFungsi

SenterSebagai sumber cahaya umtuk mengukur kekeruhan

AkuariumSebagai wadah media air

AirSebagai media percobaan

Tepung45 gramSebagai sedimen

2.2. Metode2.2.1. Densitas Temperatur

Akuarium

Diisi air dua gayung Diisi lagi satu gayung yang telah dicampurkan dengan pewarna Dimasukkan ke dalam akuarium Dihomogenkan DataSuhunya diukur

Dimasukkan satu gayung air yang lebih hangat + beri pewarna HasilDiukur suhunya

2.2.2. Densitas Salinitas

Akuarium Diisi air dua gayung Diisi lagi satu gayung yang telah diberi pewarna Dihomogenkan Salinitasnya diukur

Data

Dimasukkan satu gayung air yang telah diberi pewarna lain HasilDiukur salinitasnya2.2.3. Cahaya dan Kekeruhan

Akuarium Diisi air 8 liter ditimbang sedimen (tepung) lalu masukan ke dalam akuarium Nyalakan sumber cahaya (senter) dari arah sisi lebar akuarium Dihitung panjang lintasan sinar yang menembus air terhitung dari sisi akuarium

Hasil

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil3.1.1. Miniatur GelombangGaya Tekanan t (sekon)SnALTH

(kecil)

0373(4)6240,3515,510,7

1 (besar)0250(3)30,520,6611

3.1.2. DensitasPerlakuanParameter

PermukaanTengahDasar

oCpptwarnaoCpptwarnaoCpptwarna

Dingin/Salinitas/ Warna

--

hijau15,57Kuning158Hijau

Panas/Tanpa salinitas/ Warna

166Merah

--Merah

3.1.3. Cahaya dan KekeruhanKonsentrasi substrat/ tepung (gr)Panjang cahaya (cm)Panjang akuarium(cm)Presentase(%)

0

394097,5

5

1947,5

10

1742,5

15

1537,5

20

12,631,5

25

9,523,75

3.2. Pembahasan3.2.1. Miniatur GelombangGelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan air yang membentuk kurva sinusoidal. Gelombang laut adalah penjalaran energi yang membawa energi dari laut lepas ke tepi pantai. Adapaun pencetus gelombang laut dapat disebabkan oleh angin (gelombang angin), daya tarik bumi-bulan-matahari (gelombang pasang surut), gempa (vulkanik atau tektonik) didasar laut (gelombang tsunami) ataupun gelombang yang disebabkan oleh gerakan kapal. Namun ada juga istilah gelombang permukaan laut dan gelombang internal. Disebut gelombang permukaan karena gelombang terjadi dipermukaan laut sedangkan gelombang internal adalah gelombang yang menjalar di dalam lautan (Hidayat et al, 2012). Gelombang permukan laut memiliki peran yag penting bagi proses menyebaran panas, material antara atmosfer dengan laut Gelombang permukaan mempengaruhi sistem sirkulasi laut terutama melalui dua cara: (1) gelombang dan gerakan vertikal gelombang-diinduksi dari atas laut dan, sebagai Akibatnya, meningkatkan viskositas dan difusi koefisien proses sirkulasi laut. (2) Tiga dimensi gelombang-induced Reynolds transfer energi dari gelombang kinematik permukaan sirkulasi laut.(Qiao et al, 2010).

Grafik 1. Perbandingan Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya GelombangPraktikum miniatur gelombang ini menggunakan tekanan atau pemberat untuk menekan strerofom agar menghasilkan gelombang. Praktikum ini dilakukan sebanyak 2 kali yaitu tekanan penuh dan penuh. Hasil untuk tekanan penuh adalah banyak gelombang 3, panjang gelombang sebesar 0,5 m, tinggi gelombang sebesar 4 cm, amplitudo 1 Hertz dan periode gelombang sebesar 1,005 sekon, sedangkan hasil untuk tekanan besar adalah banyak gelombang 4, panjang gelombang sebesar 0,248 m, tinggi gelombang sebesar 3 cm , amplitudo 1,5 dan periode sebesar 0,596 sekon. Hasil praktikum sesuai dengan referensi yang menyatakan panjang gelombang akan semakin kecil dengan meningkatnya tekanan yang diberikan pada air (Supangat, 2000).Semakin besar gelombang maka panjang, tinggi, kecepatan akan semakin bertambah. Hal ini disebabkan karena terdapat Tiga faktor yang menentukan karakteristik gelombang yang dibangkitkan oleh angin (Davis, 1991 dalam Baharuddin, 2009) yaitu: (1) lama angin bertiup atau durasi agin, (2) kecepatan angin dan (3) fetch (jarak yang ditempuh oleh angin dari arah pembangkitan gelombang atau daerah pembangkitan gelombang). Semakin lama angin bertiup, semakin besar jumlah energy yang dapat dihasilkan dalam pembangkitan gelomabng. Demikian halnya dengan fetch, gelombang yang bergerak keluar dari daerah pembangkitan gelombang hanya memperoleh sedikit tambahan energy (Baharuddin et al, 2009).3.2.2. DensitasMenurut Abdullah (2011), Densitas merupakan fungsi langsung dari kedalaman laut, serta dipengaruhi juga oleh salinitas, temperatur, dan tekanan. Densitas air laut merupakan jumlah massa air laut per satu satuan volume. Densitas perairan yang dalam hal ini digambarkan melalui sebaran nilai sigma-t sangat dipengaruhi oleh suhu, salinitas, tekanan (kedalaman perairan) dan proses-proses percampuran massa air yang terjadi pada kolom perairan tersebut (Nurjaya et al, 2009). Perubahan densitas dapat disebabkan oleh proses-proses : Evaporasi di permukaan laut Massa air pada kedalaman < 100 m sangat dipengaruhi oleh angin dan gelombang, sehingga besarnya densitas relatif homogen Di bawah lapisan ini terjadi perubahan temperatur yang cukup besar (Thermocline) dan juga salinitas (Halocline), sehingga menghasilkan pola perubahan densitas yang cukup besar (Pynocline) Di bawah Pynocline hingga ke dasar laut mempunyai densitas yang lebih padat

Grafik 2. Densitas Campuran Skala LaboratoriumBerdasarakan hasil praktikum densitas suhu yang diperoleh yaitu pada bagian Permukaan 120C, tengah 11,50 C, dan dasar 110C yang pada semua air akuarium yang awalnya berwarna hijau dan kemudian bercampur dengan air dingin berwarna merah yang menyebabkan hampir seluruh air menjadi berwarna merah. Selanjutnya densitas suhu yaitu dengan memasukan air dingin yang diberi warna merah (warna merah dominan penuh dibagian permukaan) pada densitas suhu ini ada 3 daerah suhu yaitu pada bagian permukaan berwarna merah suhu 80C, pada bagian tengah berwarna coklat suhu 80C dan pada bagian dasar berwarna hijau 80C. Pada praktikum densitas suhu dapat diketahui bahwa semakin tinggi suhu maka semain rendah densitasnya, sebaliknya semakin rendah suhu maka densitas akan tinggi, dilihat dari posisi warna dimana warna merah (air panas) berada di bagian permukan dikarenakan densitas air rendah dan pada posisi warna hijau (air dingin/es) yang berada didasar akuarium menandakan suhu dingin menyebabkan densitas tinggi sehingga massa air relatif turun kebawah. Hal ini tidak sesuai dengan literatur dikarenakan keadalan wadah medianya sangat dngkal sehingga tidak terjadi stratifikasi suhu.

Setelah praktikum densitas suhu yaitu densitas karena salinitas yang hasilnya yaitu pada perlakuan pertama air tanpa diberi salinitas dahulu tapi diberi pewarna hijau sehingga airnya jadi hijau, selanjutnya air yang bersalinitas berwarna merah dimasukan kedalam akuarium, air yang berwarna merah memasuki langsung kedaerah bagian dasar akuarium, karena semakin tinggi salinitas densitas akan semakin tinggi juga, sehingga ada dua daerah warna yaitu warna merah di permukaan dan warna hijau di dasar akuarium. Nilai salinitas pada bagian permukaan yaitu 4 ppt, pada bagian tengah 7 ppt dan pada bagian dasar 11 ppt, maka diketahui bahwa pada dasar akuarium nilai salinitas lebih tinggi dibandingkan dengan nilai salinitas pada permukaan akuarium. Hal ini sebabkan karena fluida (air) yang mengandung zat terlarut maka massa jenisnya akan bertambah. Akan tetapi pada bagian dasar akuarium temperature lebih rendah dibandingkan dengan daerah percampuran (mixed layer). Menurut Supangat dan Susanna, (2011), Temperatur lebih mempengaruhi densitas dibandingkan salinitas, contoh, untuk temperature yang besar dari 50C, perubahan temperatur 10C akan mempengaruhi densitas, tetapi perubahan salinitas berpengaruh hanyalah 0,1. Sebagai sifat fisik dan kimia, air laut memiliki suhu yang lebih tinggi sehingga pengukuran densitas dapat dilakukan pada suhu dan salinitas yang tinggi (Millero and Pierrot, 2005; Feistel, 2008 dalam Millero dan F. Huang, 2009). Hukum termodinamika fundamental,perubahan tekanan air bisa membawa perubahan di kedua suhu dan sifat fisik lainnya (seperti kepadatan dan volume spesifik) dari air. Kepadatan gradien yang timbul dari suhu dan variasi tekanan juga dapat mendorong pergerakan fluida. Hal itu mengubah berbagai properti air karena tekanan, suhu dan salinitas dijelaskan oleh persamaan sesuai keadaan air laut dalam cairan panas bumi (Sun, et al, 2008).Di samudera salinitasnya berkisar antara 34-35 0/oo (Nontji, 1993). Variasi salinitas di permukaan air sangat mirip dengan keseimbangan evaporasi dan presipitasi (Meadow dan Campbell. 1988). Salinitas merupakan faktor pembatas bagi organisme perairan terutama yang berada pada range yang sempit. Salinitas memiliki pengaruh yang dominan terhadap densitas pada lapisan permukaan sedangkan pada lapisan lebih dalam dari 30 m suhu cenderung lebih dominan terhadap densitas (Nurjaya et al, 2009). Densitas air laut naik sejalan dengan kenaikan salinitas dan tekanan serta penurunan temperatur. Densitas air laut naik sejalan dengan kenaikan salinitas dan tekanan serta penurunan temperatur. Satu bagian per 1000 garam kenaikan densitasnya sekitaar 0,8 bagian per 1000 (Meadows dan Campbell, 1988). Siklus temperature di Indonesia terjadi selama bulan Mei hingga agustus dan suhu dapat digunakan sebagai parameter untuk mengetahui hubungan interaksi antara lautan dengan atmosfer (Setiawan et al, 2010). Hal tersebut tentunya dapat mepengaruhi besarnya densitas disaat terjadinya siklus temperature. Lebih lanjut Rosana dan Wahopid, (2005) dalam Setyohadi (2011) meyatakan bahwa Untuk menandai berbagai macam karakteristik massa air tersebut dipakai parameter suhu sebagai indikator, karena itu karakter sebaran suhu dipakai untuk mengetahui adanya sebaran massa air).3.2.3. Cahaya dan KekeruhanMenurut Affan (2012), Kecerahan menunjukkan kemampuan penetrasi cahaya kedalam perairan. Tingkat penetrasi cahaya sangat dipengaruhi oleh partikel yang tersuspensi. Pada perairan alami kecerahan sangat penting karena erat kaitannya dengan aktifitas fotosistesa. Kecerahan air laut dipengaruhi oleh substensi material organik dan anorganik yang larut didalamnya, dan organisme renik seperti plankton. Menurut Abdullah (2011), sudut datang cahaya matahari juga mempengaruhi cahaya yang menembus kedalam air laut. Dimana pada saat pagi atau sore cahaya yang melewati permukaan matahari sebagian akan menembus kedalam laut dan sebagian lagi akan dipantulkan. Namun ketika sudut datang cahaya adalah 90 derajat atau pada saat jam 12 siang maka seluruh cahaya akan masuk kedalam laut.Praktikum kecerahaan dan kekeruhan pada skala labolatorium ini menggunakan tepung terigu sebagai pengganti lumpur sebagai sedimen. Tepung terigu yang digunakan adalah 0% sebagai control, 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, dan 60%. Senter sebagai sumber cahaya diletakkan pada sisi akuarium kemudian ukur dengan penggaris sampai cahaya tidak terlihat. Hasil pengukuran cahaya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Grafik 4. Cahaya Yang Mampu Menembus Substrat.Berdasarkan gambar diatas bahwa dengan 0 gr substrat cahaya dapat tembus hingga 38,5cm, substrat 5 gr cahaya tembus 23cm, substrat 15 gr cahaya dapat tembus 17cm, substrat 20 gr cahaya dapat tembus 12cm, dan substrat 45 gr cahaya dapat tembus 19cm. Hasil praktikum ini menunjukan, semakin banyak sedimen yang terlarut dalam air maka tingkat kecerahan akan semakin berkurang. Hal ini sesuai dengan referensi, bahwa kecerahan air dipengaruhi oleh substensi material organik, yang menghalangi daya penetrasi cahaya untuk menembus lebih dalam lagi dan anorganik yang larut didalamnya, dan organisme renik seperti plankton (Abdullah, 2011). Lebih lanjut menurut Abril et al (2009), proses transportasi sedimen di muara dapat mempegaruhi tingkat kekeruhan secara maksimal dan juga proses turbulensi. Tetapi pada konsentrasi 45 gr pengukuran penetrasi cahaya mengalami kenaikan kembali, hal itu terjadi dikarenakan belum terlalu homogennya substrat dengan air yang menyebabkan cahaya masih dapat menembus hingga lebih dari semestinya.Penetrasi cahaya yang semakin kecil disebabkan oleh kekeruhan oleh air tersebut. Kekeruhan disebabkan oleh adanya sedimentasi (Al-Rawi, 2009). Kekeruhan didalam air disebabkan oleh materi yang tersuspensi atau tidak larut. Jenis-jenis partikel yang tersuspensi didalam air yang umumnya ditemukan di perairan terdiri dari materi organik, materi anorganik, dan organisme hidup ataupun mati. Materi organik sebagian besar merupakan hasil dari degradasi secara biologis sisa-sisa tumbuhan maupun hewan, contohnya adalah humus. Materi inorganik sebagian besar dihasilkan oleh proses cuaca /alam, contohnya adalah lempung (clays), maupun oksida seperti oksida besi, kalsit, maupun mineral lainnya. Organisme bersel satu (mikroorganisme) didalam air dapat dianggap sebagai partikel, contohnya adalah virus, bakteri, alga (termasuk diatom), dan protozoa. Materi yang cenderung sulit untuk larut dapat terdiri dari partikel-partikel kecil yang tersuspensi didalam air dalam waktu yang cukup lama yaitu berhari-hari atau berminggu-minggu. Ukuran berbagai partikel yang terdapat didalam air ditampilkan dalam gambar berikut (Gregory (2006) dalam Mutiarani (2009)).Kekeruhan dalam air disebabkan oleh koloid. Koloid merupakan suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel yang cukup besar yaitu yaitu 1 - 1000 m atau 0, 001-1m. Koloid pada air dibagi menjadi dua kelompok, yaitu hidrofilik dan hidrofobik. Koloid hidrofilik mempunyai afinitas yang tinggi terhadap air, dan bersifat stabil. Ukurannya berkisar antara 1-10 nm namun dapat pula lebih besar dari itu pada jenis polymer. Contoh dari koloid hidrofilik antara lain protein, polimer sintetis. Koloid hidrofilik memiliki ukuran molekul yang tergolong besar, sehingga dapat menghamburkan cahaya dan tidak dapat melewati membran. Koloid hidrofobik mempunyai gaya tarik menarik antara fase terdispersi dengan medium pendispersi yang cukup lemah atau bahkan tidak ada sama sekali. Contoh dari koloid hidrofobik yaitu dispersi emas dan belerang dalam air. Koloid hidrofobik tidak terlarut dalam air dan tidak sepenuhnya dapat basah oleh air, tetapi kolid hidrofobik terdispersi sebagai molekul yang sangat kecil. Disebabkan ketidakstabilannya, koloid hidrofobik dapat tersuspensi sebagai partikel individu dalam jangka waktu yang cukup lama. Partikel-partikel tersebut dapat bergabung satu sama lain sehingga membentuk agregats. Agregasi partikel dapat dikenal juga sebagai koagulasi dan flokulasi (Gregory (2006) dalam Mutiarani (2009)). Menurut Doxaran (2009), zona maksimum kekeruhan adalah pertemuan antara laut dengan daratan dengan jumlah bahan yang tersuspensi dalam air cukup banyak dan kurang terprediksi, hal ini dikarenakan pegaruh pasang dan waktu tinggal sedimen. Kekeruhan dan kedalaman pada daerah banjir bersifat variable karena terjadi perubahan akibat jumlah zat terlarut dan pola curah hujan (Bustamante, 2008).Satelit Citra dari sensor multispektral digunakan untuk memetakan daerah banjir atau untuk memperoleh karakteristik air massal seperti kekeruhan, kedalaman air, biomassa fitoplankton, atauair tutupan vegetasi. Kebanyakan penelitian telah berfokus pada satuatau beberapa parameter, di laut atau perairan pedalaman dalam, dan sedikitdiketahui apakah model yang sama dapat berhasil diterapkan untuk lahan basah heterogen dangkal di mana beberapa faktor mungkin campur dalam estimasi orang lain (Bustamante, 2008).Untuk kekeruhan air rendah tidak perlu untuk melakukan penyesuaian untuk pH air baku karena perbedaan penghapusan kekeruhan pada pH optimum dan pada air netral tidak signifikan dan tidak layak upaya mengendalikan pH di pabrik pengolahan air. Sedangkan untuk kekeruhan air tinggi mengendalikan pH air baku lebih efektif dalam penyisihan kekeruhan. Penghapusan efektif bahan organik alami dari air kekeruhan rendah dapat dicapai dengan aluminium koagulan berbasis untuk membuat formasi mikro-flok (koagulasi) diikuti dengan pembentukan makro-flok (flokulasi) (Ashery, 2011).

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Dadan K. I. 2011. Densitas Air Laut. Dalam http://ladensite.wordpress.com/2011 /03/11/densitas-air-laut/ . diakses pada 28 Mei 2014Abdullah, Dadan. 2011. Parameter Oseanografi. Dalam http://ladensite.wordpress.com/2011/03/11/parameter-oseanografi/. Diakses 28 Mei 2014Abril, Gwenael. Et al. 2009. Turbidity Limits gas exchange in a large macrotidal estuary. Elsevier. Estuarine, Coastal and Shelf Science 83 342-348Affan, Junaidi M. 2012. Identifikasi lokasi untuk pengembangan budidaya keramba jaring apung (KJA) berdasarkan faktor lingkungan dan kualitas air di perairan pantai timur Bangka Tengah. Depik, 1(1):78-85.

Al-Rawi, S. M. 2009. Introducing Sand Filter Capping For Turbidity Removal For Potable Water Treatment Plants Of Mosul/Iraq. International Journal of Water Resources and Environmental Engineering. Vol. 1 (1), pp. 011-019.Ashery, Ahamed Fadel, et al,.2011. The Effect Of Ph Control On Turbidity And Nom Removal In Conventional Water Treatment. International Water Technology Journal, IWTJ. Vol. I - Issue2.Baharuddin et al. 2009. Pola Transformasi Gelombang Dengan menggunakan Model RCP Wave Pada Pantai Bau-bau, Provinsi Sulawesi tenggara. E-Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. Vol 1 No. 2 Hal 60-71Bustamante, Javier. Et al. 2008. Predictive models of turbidity and water depth in the Do~nana marshes using Landsat TM and ETM + images . Journal of Environmental Management xx (2008) 1-7.

David Doxaran. Dynamics of the turbidity maximum zone in a macrotidal estuary (the Gironde, France): Observations from eld and MODIS satellite data. Estuarine, Coastal and Shelf Science 81 (2009) 321332Hidayat, Syahroni. Sarwono. Ridho Hantoro. 2012. Studi Ekperimental Pengaruh Gaya Gelombang Laut Terhadap Pembangkitan Gaya Thrust Hydrofoil Seri NACA 0012 dan NACA 0018. ITS Undergraduate 13030 Paper.pdfHuboyo, Haryono S. dan Badrus Zaman. 2004. Analisis Sebaran Temperatur dan Salinitas. Jurnal Presipitasi Vol. 3 No. 2Meadows, P.S., Campbell, J.I.1988, An Introduction to Marine Science, John Wiley and Sons, New York.Millero, F. J. dan F. Huang. 2009. The density of seawater as a function of salinity (5 to 70 g kg-1) and temperature (273.15 to 363.15 K). Ocean Sci. 5 91-100.

Mutiarani, Moh. Irsyad, dan Amoranto Trisnobudi. 2009. Iradiasi Ultrasonik Dalam Menurunkan Kekeruhan Air Ultrasonic Irradiation In Decreasing Water Turbidity. Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan. Institut Teknologi Bandung.Nontji, A.1993. Laut Nusantara. Djambatan. JakartaNurjaya, I Wayan dan heron Surbakti. 2009. Studi Pendahuluan Kondisi Oseanografi Fisik pada Musim Barat Di Perairan Pantai Timur Kalimantan antara Balikpapan dan Delta Mahakam. Jurnal Kelautan Nasional. Vol 1 Qiao, Fangli et al. 2010. A Three-dimensional surface wave ocean circulation coupled model and its initial testing. Ocean Dynamics 60: 1339-1355.Salam, Mustafa.2010. Wave Energy And Technical Potential of Turkey. Journal of Naval Science and Engineering .Vol. 6 , No.2, pp. 34-50.Setiawan, Riza Y. dan Abdullah Habibi. 2010. SST Cooling In The Idonesia Seas. Ilmu kelautan. Vol. 15 (1) 42-46.Setyohadi, daduk. 2011. Pola Distribusi Suhu Permukaan Laut Dihubungkan dengan Kepadatan dan Sebaran Ikan Lemuru (sardinella lemuru) hasil tangkapan Purse Seine di Selat Bali. J-Pal. Vol 1 No. 2.Supangat, Agus dan Susanna. 2011. Pengantar Oseanografi. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan. Buku online Buku-Pengantar-Oseanografi-BRKP.pdf.

LAMPIRAN

Data Densitas Salinitas (35)PerlakuanParameter

PermukaanTengahDasar

SalinitasWarnaSalinitasWarnaSalinitasWarna

Tanpasalinitas (warna)

6

Merah

7Kuning-Merah

Bersalinitas (warna)-Hijau8Hijau

Grafik Hasil Pengukuran Densitas Salinitas

Data Densitas Temperatur.PerlakuanParameter

PermukaanTengahDasar

SuhuWarnaSuhuWarnaSuhuWarna

Dingin (oc) / warna

-

Hijau

15.50C

Kuning

150CHijau

Panas (oc) / warna160CMerah-Merah

Grafik Pengukuran Densitas Suhu

Data Densitas CampuranPerlakuanParameter

PermukaanTengahDasar

oCpptwarnaoCpptwarnaoCpptwarna

Dingin/Salinitas/ Warna

--

hijau15,57Kuning158Hijau

Panas/Tanpa salinitas/ Warna

166Merah

--Merah

Grafik Pengukuran Densitas Campuran

Data-data pengukuran gelombangGaya Tekanan t (sekon)snALTH

(kecil)

0373(4)6240,3515,510,7

1 (besar)0250(3)30,520,6611

Gaya Tekanan (kecil)t = 4S = 62 cmN = 4cmA = 0,35cm

LTH= 2 x A = 2 x 0,35 = 0,7

Gaya Tekanan 1 (besar)t = 3S = 62 cmN = 3cmA = 0,5cm

LTH= 2 x A = 2 x 0,5 = 1

Grafik Pengukuran Gelombang

Data Pengukuran Cahaya yang tembus Konsentrasisubstrat/ tepung (gr)Panjangcahaya (cm)Panjang akuarium(cm)Presentase(%)

0

394097,5

5

1947,5

10

1742,5

15

1537,5

20

12,631,5

25

9,523,75

persentase

Grafik Pengukuran Intesitas cahaya