DK Pemicu 2

4
Mengapa keluhan tidak hilang dengan pemberian oains (as. Mefenamat)? Dalam penatalaksanaan nyeri, WHO menganjur kan tiga langkah bertahap dalam penggunaan analgesik. Langkah 1 digunakan untuk nyeri ringan dan sedang seperti obat golongan nonopioid seperti aspirin, asetaminofen, atau AINS, obat ini diberikan tanpa obat tambahan lain. Jika nyeri masih menetap atau meningkat, dilanjutkan langkah 2. Langkah 2 ditambah opioid, untuk non opioid diberikan dengan atau tanpa obat tambahan lain. Jika nyeri terus menerus atau intensif, langkah 3 meningkatkan dosis potensi opioid atau dosisnya sementara dilanjutkan non opioid dan obat tambahan lain. Klasifikasi obat analgesic menurut intensitas nyeri yang menjadi sasarannya, terbagi dalam 2 kelompok: 1) Analgetika non-narkotik (non-opioid) dengan kerja perifer 2) Analgetika narkotik dengan kerja sentral Nyeri kolik yang dialami Tn.urino terjadi karena aktivitas peristaltic otot polos system kalises maupun ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltic tersebut mneyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat sehingga terjadi peregagangan dari terminal saraf yang memberikan rasa nyeri. Pada nyeri ini, melibatkan saraf spinal yaitu perangsangan pada radiks posterior yang juga melibatkan dermatom. Asam mefenamat merupakan analgesik yang digunakan untuk nyeri ringan sampai sedang dan merupakan golongan OAINS dengan menghambat enzim siklo oksigenasi sehingga dapat menghambat pembentukan prostaglandin. Namun, padakasus,

description

hvhj

Transcript of DK Pemicu 2

Page 1: DK Pemicu 2

Mengapa keluhan tidak hilang dengan pemberian oains (as. Mefenamat)?

Dalam penatalaksanaan nyeri, WHO menganjur kan tiga langkah bertahap dalam penggunaan

analgesik. Langkah 1 digunakan untuk nyeri ringan dan sedang seperti obat golongan nonopioid

seperti aspirin, asetaminofen, atau AINS, obat ini diberikan tanpa obat tambahan lain. Jika nyeri

masih menetap atau meningkat, dilanjutkan langkah 2. Langkah 2 ditambah opioid, untuk non

opioid diberikan dengan atau tanpa obat tambahan lain. Jika nyeri terus menerus atau intensif,

langkah 3 meningkatkan dosis potensi opioid atau dosisnya sementara dilanjutkan non opioid

dan obat tambahan lain.

Klasifikasi obat analgesic menurut intensitas nyeri yang menjadi sasarannya, terbagi dalam 2

kelompok:

1) Analgetika non-narkotik (non-opioid) dengan kerja perifer 

2) Analgetika narkotik dengan kerja sentral

Nyeri kolik yang dialami Tn.urino terjadi karena aktivitas peristaltic otot polos system kalises

maupun ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih.

Peningkatan peristaltic tersebut mneyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat sehingga

terjadi peregagangan dari terminal saraf yang memberikan rasa nyeri. Pada nyeri ini, melibatkan

saraf spinal yaitu perangsangan pada radiks posterior yang juga melibatkan dermatom. Asam

mefenamat merupakan analgesik yang digunakan untuk nyeri ringan sampai sedang dan

merupakan golongan OAINS dengan menghambat enzim siklo oksigenasi sehingga dapat

menghambat pembentukan prostaglandin. Namun, padakasus, nyeri yang

dialamiakibatpereganganpada terminal saraf yang akan merangsang jaras nyeri malalui

perangsangan padaradiks posterior (sarf spinal). Sehingga, jika obat OAINS yang bersifat

sebagai analgesic perifer tidak dapat meringankan nyeri tersebut, dapat digunakan kombinasi

anatara obat analgesic perifer (OAINS) dan obat analgesic sentral (opioid lemahataukuat) yang

bekerja langsung pada system saraf pusat. Pilihan obat analgesik yang dapat diberikan yaitu

golongan narkotik (meperidine, morfinsulfat, kombinasi parasetamol dan kodein, atau injeksi

morfin), golongan analgesik opioid (morphine sulfate, oxycodone dan acetaminophen,

hydrocodone dan acetaminophen), golongan analgesic narkotik (butorphanol), golongan anti-

inflamasi non steroid (ketorolac, diclofenac, celecoxib, ibuprofen).

Sumber :

Page 2: DK Pemicu 2

Gunawan, SulistiaGan dkk.2011. FarmakologidanTerapi. Jakarta:Badanpenerbit FKUI

Sudoyo WA, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. IlmuPenyakitDalam. Jakarta:

PusatPenerbitanIlmuPenyakitDalam. 2006. h.1182-1183

Purnomo, Basuki B.2003. Dasar-DasarUrologiEdisiKedua.Jakarta:CV.SagungSeto

Adakahpengaruhlingkungan (gunungkelud) terhadappembentuksnurin ?

Saat meletus gunung berapi akan menyemburkan uap air ( H2O), karbondioksida ( CO2 ), sulfur

dioksida ( SO2 ), asamklorida ( HCl ), asamfluorida ( HF ),

danabuvulkanikkeatmosfertermasukgunungsinabungdangunungkelud. Selainitu,

kandungansepertisilika, mineral, sulfat,  klorida, natrium, kalsium, kalium, magnesium, fluoride,

seng, kadmium, timah dan bebatuan juga

akanikutkeluarsaatgunungberapitersebutmeletus.Karenazat yang dikandungnya,

abuvulkanikbisamengancamkesehatanmanusia, baikmelaluipaparanabulangsung,

jugadaribahayamengonsumsi air yang tercemar.Kandunga mineral tersebutdapatmengendap di

dalamtubuhmanusia, jikamengendapdalamdarahakanmenimbulkantekanandarahsangattinggi,

sedangkanjikamengendappadaginjalmengakibatkanbatuginjaldanjikamengendapdalampersendian

akanmengakibatkanpengapuran.Bagimasyarakat yang terkenadampakabuvulkanik,

masyarakatsebaiknyamenggunakan air kemasanatau air yang

sudahdipastikanberasaldarisumbertertutupdantidakmungkinterpaparabu. Hindarimenggunakan

air darisumurterbuka, jugadaritempatpenampungan yang

tidaksempatditutupsaatterjadihujanabuvulkanik.

Persarafanapayang terlibatdalamkasusini ?

Serabut saraf nyeri pada renal umumnya saraf simpatis preganglion yang mencapai korda spinal

T-11 sampai L-2 melalui dorsal nerve roots. Transmisi sinyal nyeri terjadi melalui traktus

spinotalamikus asenden. Pada ureter bagian bawah, sinyal nyeri juga didistribusikan melalui

saraf genitofemoral dan n. ilioinguinal. Kebanyakan reseptor nyeri di traktus urinarius atas yang

bertanggung jawab atas persepsi kolik renal berada di submukosa dari pelvis renal, kalix dan

ureter bagian atas. Di ureter, peningkatan peristaltic proksimal melalui aktivasi intrinsic ureteral

pacemakers berperan penting pada persepsi nyeri. Spasme otot, peningkatan peristaltic

Page 3: DK Pemicu 2

proksimal, inflamasi lokal, iritasi, dan edema di tempat obstruksi berperan terhadap

perkembangan nyeri melalui aktivasi kemoreseptor dan peregangan ujung saraf bebas

submukosa. Nyeri ini terjadi di sekitar dermatom T-10 sampai S-4.

Sumber :

Purnomo, Basuki B.2003. Dasar-DasarUrologiEdisiKedua.Jakarta:CV.SagungSeto