KUMPULAN PEMICU DK MET-END.docx

199
PEMICU 1 METABOLIK ENDOKRIN Pemicu 1: Tn B, 40 tahun, mengeluh semakin lemas sejak 3 bulan terakhir. Terdapat penurunan nafsu makan, mual, dan berat badan menurun. Pasien memiliki riwayat alergi makanan dan rutin mengkonsumsi obat alergi yang dibeli sendiri dari toko obat sejak 5 tahun terakhir. Tiga bulan terakhir pasien menghentikan obat alerginya atas saran temannya. Kata Kunci: Laki-laki 40 tahun Lemas sejak 3 bulan Nafsu makan turun Mual BB turun Alergi makanan Rutin konsumsi obat alergi sejak 5 tahun terakhir Henti obat alergi sejak 3 bulan terakhir Kata Sulit: Alergi Identifikasi Masalah: Laki-laki, 40 tahun, mengeluh lemas sejak 3 bualn terakhir. Riwayat alergi makanan dan rutin mengkonsumsi obat alergi yang dibeli sendiri sejak 5 tahun terakhir. 1

Transcript of KUMPULAN PEMICU DK MET-END.docx

PEMICU 1METABOLIK ENDOKRIN

Pemicu 1:Tn B, 40 tahun, mengeluh semakin lemas sejak 3 bulan terakhir. Terdapat penurunan nafsu makan, mual, dan berat badan menurun. Pasien memiliki riwayat alergi makanan dan rutin mengkonsumsi obat alergi yang dibeli sendiri dari toko obat sejak 5 tahun terakhir. Tiga bulan terakhir pasien menghentikan obat alerginya atas saran temannya.

Kata Kunci: Laki-laki 40 tahun Lemas sejak 3 bulan Nafsu makan turun Mual BB turun Alergi makanan Rutin konsumsi obat alergi sejak 5 tahun terakhir Henti obat alergi sejak 3 bulan terakhir

Kata Sulit: Alergi

Identifikasi Masalah: Laki-laki, 40 tahun, mengeluh lemas sejak 3 bualn terakhir. Riwayat alergi makanan dan rutin mengkonsumsi obat alergi yang dibeli sendiri sejak 5 tahun terakhir. Menghentikan pemakaian obat alergi sejak 3 bulan terakhir

Analisis Masalah:

Hipotesis:Laki-laki, 40 tahun mengalami lemas disebabkan oleh menghentikan obat alergi (glukokortikoid) secara mendadak yang rutin di konsumsi sejak 5 tahun terakhir.

Spyder Web:

Pertanyaan Terjaring:1. Jelaskan anatomi kelenjar adrenal!Kelenjar adrenal adalah sepasang kelenjar ductless (tanpa saluran) terletak dekat kutub atas ginjal, terbenam dalam jaringan lemak. Kelenjar ini ada 2 buah, berwarna kekuningan serta berada di luar (ekstra) peritoneal. Bagian sebelah kanan berbentuk pyramid dan membentuk topi (melekat) pada kutub atas ginjal kanan. Sedangkan yang sebelah kiri berbentuk seperti bulan sabit, menempel pada bagian tengah ginjal mulai dari kutub atas sampai daerah hilus ginjal kiri. Kelenjar adrenal pada manusia panjangnya 4-6 cm, lebar 1-2 cm, dan tebal 4-6 mm. Kelenjar ini dikelilingi oleh jaringan ikat padat kolagen yang mengandung jaringan lemak. Selain itu masing-masing kelenjar ini dibungkus oleh kapsul jaringan ikat yang cukup tebal dan membentuk sekat/septa ke dalam kelenjar. Kelenjar adrenal terdiri dari korteks adrenal, dan medulla adrenal. Bagian dalam dari kelenjar adrenal (medulla) melepaskan hormone adrenalin (epinefrin) yang mempengaruhi tekanan darah, denyut jantung, berkeringat dan aktivitas lainnya juga diatur oleh system saraf simpatis.Medula adrenal berfungsi sebagai bagian dari system saraf otonom. Stimulasi serabut saraf simpatik pra ganglion yang berjalan langsung ke dalam sel-sel pada medulla adrenal akan menyebabkan pelepasan hormone kotekolamin yaitu epinephrine dan norepinephrine.

2. Jelaskan fisiologi kelenjar adrenal!Setiap kelenjar adrenal terdiri dari dua organ endokrin, satu mengelilingi yang lain. Lapisan terluar terdiri dari korteks adrenal mengeluarkan beragam hormon steroid; bagian dalam, medula adrenal, mengeluarkan katekolamin. Korteks adrenal mengeluarkan sejumlah hormon adenokorteks yang semuanya adalah steroid. mineralokortikoid, glukokortikoid, dan hormon seks. Mineralokortikoid : terutama aldosteron, mempengaruhi keseimbangan mineral, khususnya keseimbangan Na+ dan K+. Glukokortikoid : terutama kortisol, berperan besar dalam metabolisme glukosa serta metabolisme protein dan lemak. Hormon seks : identik atau serupa dengan yang dihasilkan oleh gonad. Hormone seks adrenokorteks yang paling banyak dan penting secara fisiologis adalah dehidroepiandrosteron, suatu hormone seks pria.Glukokortikoid Efek metabolik : peningkatan konsentrasi glukosa darah dengan mengorbankan simpanan lemak dan protein. Efek permisif : orang yang kekurangan kortisol, jika tidak di obati, dapat mengalami syok sirkulasi pada situasi penuh stress yang membutuhkan vasokontriksi luas dalam waktu cepat.

hipotalamusMekanisme regulasi umpan balik tempat hormon kelenjar target mengumpan balik hipotalamus.

CRH

Hipofisis anterior

-

ACTH

Korteks adrenal

kortisol

Pada sistem hipotalamus-hifofisis-adrenal, hipotalamus mengeluarkan CRH (corticotropin-realising hormone menyebabkan hifofisis anterior melepaskan ACTH (adrenocorticotropic hormone). Kemudian, ACTH merangsang korteks adrenal untuk menyekresi kortisol. Selanjutnya kortisol kembali memberikan umpan balik terhadap aksi hipotalamus-hifofisis, dan menghambat produksi CRH-ACTH. Sistem mengalami fluktuasi, bervariasi menurut kebutuhan fisiologis akan kortisol. Jika sistem menghasilkan terlalu banyak ACTH, sehingga terlalu banyak kortisol, maka kortisol akan mempengaruhi kembali dan menghambat produksi CRH dan ACTH. Sistem ini peka, karena produksi kortisol atau pemberian kortisol atau glukokortikoid sintetik lain secara berlebihan dapat dengan cepat menghambat aksis hipotalamus-hipofisis dan menghentikan produksi ACTH. Konsep pengaturan umpan balik mempunyai implikasi yang praktis pada pasien-pasien dengan terapi kortikosteroid menahun. Pada pasien ini pelepasan ACTH tertekan. Jika steroid dihentikan secara tiba-tiba, pasien dapat mengalami insufisiensi adrenal.

3. Jelaskan biokimia kelenjar adrenal!Korteks adrenalKelenjar adrenal terdiri dari korteks adrenal dan medula adrenal, yang mengeluarkan hormon yang berbeda.Korteks adrenal terdiri dari lapisan sel-sel epitel dan jaringan kapiler yang terkait. Lapisan ini membentuk tiga wilayah yang berbeda: sebuah zona glomerulosa luar yang menghasilkan mineralokortikoid, sebuah zona fasikulata menengah yang memproduksi glukokortikoid, dan zona retikularis dalam yang memproduksi androgen, yaitu hormon seks yang mempromosikan maskulinitas. Androgen yang diproduksi dalam jumlah kecil oleh korteks adrenal pada laki-laki dan perempuan. Mereka tidak mempengaruhi karakteristik seksual dan dapat menambah hormon seks yang dilepaskan dari gonad.Hormon-hormon yang dibuat oleh korteks memasok tanggapan jangka panjang adrenal terhadap stres. Dua hormon utama yang dihasilkan adalah mineralokortikoid dan glukokortikoid. Mineralokortikoid mengatur garam dan keseimbangan air, sehingga terjadi peningkatan volume darah dan tekanan darah. Mineralokortikoid utama adalah aldosteron, yang mengatur konsentrasi ion natrium dalam urin, keringat, pankreas, dan air liur. Aldosteron dilepasan dari korteks adrenal dirangsang oleh penurunan konsentrasi ion natrium darah, volume darah, atau tekanan darah, atau dengan peningkatan kadar kalium darah.

Glukokortikoid mengatur peningkatan glukosa darah dan juga mengurangi respon inflamasi tubuh. Ketiga hormon glukokortikoid utama adalah kortisol, kortikosteron, dan kortison. Glukokortikoid merangsang sintesis glukosa dan glukoneogenesis (mengkonversi non-karbohidrat menjadi glukosa) oleh sel-sel hati. Mereka juga meningkatkan pelepasan asam lemak dari jaringan adiposa. Hormon-hormon ini meningkatkan kadar glukosa darah untuk mempertahankan tingkat dalam kisaran normal antara waktu makan. Kortisol adalah salah satu glukokortikoid yang paling aktif. Biasanya mengurangi efek peradangan atau pembengkakan di seluruh tubuh. Hal ini juga merangsang produksi glukosa dari lemak dan protein, yang merupakan proses yang disebut sebagai glukoneogenesis. Aldosteron adalah salah satu contoh sebuah mineralokortikoid. Ia memberikan sinyal tubulus di nefron ginjal untuk menyerap kembali natrium sementara mensekresi atau menghilangkan kalium. Jika kadar natrium yang rendah dalam darah, ginjal mengeluarkan lebih banyak renin, enzim yang merangsang pembentukan angiotensin dari molekul yang terbuat dari hati. Angiotensin menstimulasi sekresi aldosteron. Akibatnya, lebih banyak sodium diserap karena memasuki darah. Aldosteron, yang mineralokortikoid utama, merangsang sel-sel tubulus kontortus distal ginjal untuk mengurangi penyerapan kembali kalium dan meningkatkan penyerapan kembali sodium. Hal ini pada gilirannya menyebabkan peningkatan penyerapan kembali klorida dan air. Hormon-hormon ini, bersama-sama dengan hormon seperti insulin dan glukagon, adalah regulator penting dari ionik lingkungan cairan internal.Kelenjar Medula AdrenalMedulla Adrenal mengandung sesuatu yang besar, sel berbentuk tidak teratur yang berkaitan erat dengan pembuluh darah. Sel-sel ini dipersarafi oleh serabut saraf otonom pre-ganglionik dari sistem saraf pusat. Medula adrenal berisi dua jenis sel sekretori: salah satu yang menghasilkan epinefrin (adrenalin) dan lain yang menghasilkan norepinefrin (noradrenalin). Epinefrin adalah hormon adrenal medulla utama, terhitung 75 sampai 80 persen dari sekresi. Epinefrin dan norepinefrin meningkatkan denyut jantung, laju pernapasan, kontraksi otot jantung, tekanan darah, dan kadar glukosa darah. Mereka juga mempercepat pemecahan glukosa di otot rangka dan lemak disimpan dalam jaringan adiposa.

Pelepasan epinefrin dan norepinefrin dirangsang oleh impuls saraf dari sistem saraf simpatik. Sekresi hormon ini dirangsang oleh asetilkolin dilepasan dari pre-ganglionik serat simpatis menginervasi medula adrenal. Impuls saraf berasal dari hipotalamus dalam respon terhadap stres untuk mempersiapkan tubuh untuk respon fight-or-flight (darurat).Dua hormon utama yang dihasilkan oleh korteks adrenal adalah mineralokortikoid, yang mengatur garam dan keseimbangan air, dan glukokortikoid, yang dapat mengatur glukosa darah dan respon inflamasi tubuh. Ada tiga glukokortikoid utama: kortisol, kortikosteron, dan kortison. Ini medula adrenal menghasilkan hormon epinefrin dan norepinefrin, hormon ini mengatur denyut jantung, laju, kontraksi otot jantung, tekanan darah, dan kadar glukosa darah bernapas.

4. Jelaskan histologi kelenjar adrenal!Secara histologis korteks adrenal terdiri dari sel-sel epitel besar yang mengandung lipid dinamakan sel foam yang tersusun melingkari sinusoid-sinusoid. Korteks adrenal berasal dari mesodermal dan sudah dapat dikenal sebagai organ yang terpisah pada janin berumur 2 bulan. Pada kehamilan 2 bulan komposisi korteks terdiri dari zona fetal dan zona defenitif yang serupa dengan korteks adrenal pada dewasa. Waktu kehidupan fetal, adrenal manusia besar dan dibawah pengawasan hipofisis, tetapi zona dari korteks yang permanen hanya terdapat pada 20% kelenjar, sisanya yang 80% adalah korteks adrenal fetal yang besar dan cepat mengalami degenerasi pada saat kelahiran.

5. Jelaskan definisi, etiologi, faktor resiko sindrom cushing!Definisi Sindrom CushingSindrom cushing adalah suatu keadaan yang di akibatkan oleh efek metabolik gabungan dari peninggian kadar glukortikoid dalam darah yang menetap. Kadar yang tinggi ini dapat terjadi secara spontan atau karena pemberian dosis farmkologik senyawa-senyawa glukokortikoid.Etiologi Sindrom CushingSindrom cushing disebabkan oleh pemberian glukortikoid jangka panjang dalam dosis farmakologik atau oleh sekresi kortisol yang berlebihan akibat gangguan aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal (spontan). Sindrom cushing terjadi ketika jaringan tubuh yang terkena tingkat tinggi kortisol terlalu lama. Banyak orang mengembangkan sindrom cushing karena mereka mengambil hormon glukokortikoid-steroid yang secara kimiawi mirip dengan kortisol yang diproduksi secara alami seperti prednisone untuk asma, rheumatoid arthritis, lupus, dan penyakit inflamasi lainnya. Bahan tersebut juga digunakan untuk menekan sistem kekebalan tubuh setelah transplantasi untuk menjaga tubuh dari menolak organ baru atau jaringan. Orang lain mengembangkan sindrom cushing karena tubuh mereka memproduksi terlalu banyak hormon kortisol. Penyebab paling umum dari sindrom Cushing adalah pemberian glukokortikoid eksogen ditentukan oleh seorang praktisi kesehatan untuk mengobati penyakit lain (disebut sindrom cushing iatrogenik's). Hal ini dapat menjadi efek pengobatan steroid dari berbagai gangguan seperti asma dan rheumatoid arthritis, atau dalam imunosupresi setelah transplantasi organ. Penambahan ACTH sintetik juga mungkin, tapi ACTH kurang sering diresepkan karena biaya dan kegunaan yang lebih rendah. Meskipun jarang, Sindrom Cushing juga dapat disebabkan penggunaan medroksiprogesteron. Selain itu, beberapa kekacauan sistem tubuh sendiri akan merespon untuk mensekresi kortisol. Biasanya, ACTH dilepaskan dari kelenjar pituitari bila diperlukan untuk merangsang pelepasan kortisol dari kelenjar adrenal. Dalam pituitari Cushing, seorang adenoma jinak mengeluarkan ACTH hipofisis. Ini juga dikenal sebagai penyakit Cushing dan bertanggung jawab atas 70% dari sindrom Cushing endogen's. Sindrom Cushing juga disebabkan oleh tumor hipofisis atau tumor yang melepaskan ACTH.Pada tumor korteks adrenal dapat terjadi tanpa bergantung pada kontrol ACTH yang dengan kemampuannya untuk menyekresi kortisol secara autonomi dalam korteks adrenal. Tumor korteks adrenal yang akhirnya menjadi sindrom cushing yang jinak (adenoma) atau yang ganas (karsinoma). Adenoma korteks adrenal dapat menyebabkan sindrom cushing berat, namun biasanya berkembang secara lamba dan gejala dapat timbul bertahun-tahun sebelum diagnosis ditegakkan. Sebaliknya, karsinoma adreokortikal berkembang secara cepat dan dapat menyebabkan metastasis serta kematian .Faktor Resiko Sindrom CushingSindrom cushing bisa terjadi juga pada orang yang harus menggunakan kortikosteroid dosis tinggi karena keadaan medis serius. Mereka yang harus mengggunakan dosis tinggi memiliki gejala yang sama dengan mereka yang menghasilkan terlalu banyak hormon tersebut. Gejala-gejalanya bisa kadangkala terjadi bahkan jika kortikosteroid dihirup, seperti untuk asma, atau digunakan khususnya untuk sebuah kondisi kulit Pada sindrom cushing, kadar kortikosteroid berlebihan, biasanya dari produksi berlebihan pada kelenjar adrenal. Sindrom cushing biasanya diakibatkan dari tumor yang menyebabkan kelenjar adrenalin menghasilkan kortikosteroid berlebihan. Orang dengan sindrom cushing biasanya menghasilkan lemak berlebihan melalui torso dan mempunyai bentuk wajah yang besar.

6. Jelaskan pemeriksaan penunjang sindrom cushing! Pemeriksaan laboratorik diagnostik. Pemeriksaan kadar kortisol dan overnight dexamethasone suppression test yaitu memberikan 1 mg dexametason pada jam 11 malam, esok harinya diperiksa lagi kadar kortisol plasma. Pada keadaan normal kadar ini menurun. Pemerikaan 17 hidroksi kortikosteroid dalam urin 24 jam (hasil metabolisme kortisol), 17 ketosteroid dalam urin 24 jam. Tes-tes khusus untuk membedakan hiperplasi-adenoma atau karsinoma : Urinary deksametasone suppression test. Ukur kadar 17 hidroxikostikosteroid dalam urin 24 jam, kemudian diberikan dexametasone 4 X 0,5 mg selama 2 hari, periksa lagi kadar 17 hidroxi kortikosteroid bila tidak ada atau hanya sedikit menurun, mungkin ada kelainan. Berikan dexametasone 4 x 2 mg selama 2 hari, bila kadar 17 hidroxi kortikosteroid menurun berarti ada supresi-kelainan adrenal itu berupa hiperplasi, bila tidak ada supresi kemungkinan adenoma atau karsinoma.

Short oral metyrapone test. Metirapone menghambat pembentukan kortisol sampai pada 17 hidroxikortikosteroid. Pada hiperplasi, kadar 17 hidroxi kortikosteroid akan naik sampai 2 kali, pada adenoma dan karsinoma tidak terjadi kenaikan kadar 17 hidroxikortikosteroid dalam urine. Pengukuran kadar ACTH plasma. Test stimulasi ACTH, pada adenoma didapati kenaikan kadar sampai 2 3 kali, pada karsinoma tidak ada kenaikan.

7. Mengapa nafsu makan dan berat badan menurun pada pemicu? Pada orang dewasa penggunaan jangka panjang obat alergi dapat menyebabkan manifestasi keracunan, biasanya berupa depresi pada pemulaan, kemudian eksitasi dan akhirnya depresi SSP lebih lanjut.Tubuh manusia selalu melakukan regulasi untuk mencapai homeostasis energi. Pemasukan energi berasal dari asupan makanan, sedangkan pengeluaran berupa pemakaian untuk metabolisme basal, termogenesis dan aktifitas fisik. Bagian otak yang berperan penting adalah hipotalamus, dimana sistem neuropeptida sentral secara langsung diatur oleh sinyal-sinyal metabolik dan hormon.

Sinyal metabolik berupa kadar nutrien (glukosa, protein, lemak) dalam darah, sinyal mekanik dan kimia dari pencernaan serta hormon pencernaan bekerja secara primer sebagai patokan tubuh untuk rasa kenyang sehingga membatasi jumlah makanan yang masuk. Sinyal- sinyal tersebut akan mempertahankan homeostasis energi dalam jangka pendek. Hormon leptin dan insulin sudah lama diketahui mempunyai peran dalam homeostasis energi jangka panjang. Pelepasan kedua hormon tersebut menyebabkan modulasi neuropeptida hipotalamus yang mengatur perilaku makan dan berat badan. Pada tahun 1999, ditemukan hormon ghrelin yang dihasilkan lambung. Selain berperan dalam homeostasis energi jangka panjang, ghrelin diketahui mempunyai peran dalam regulasi nafsu makan jangka pendek.Homeostasis energi diregulasi melalui berbagai mediator sebagai sinyal yang kelak akan di integrasikan di hipotalamus dan korteks serebri. Mediator tersebut dibagi menjadi 2 yaitu neuropeptida yang diproduksi di otak dan bekerja sebagai suatu komponen dari sirkuit saraf, serta mediator perifer yang bersirkulasi dalam darah dan memberikan input ke otak.Neuropeptida adalah peptida yang disekresikan oleh neuron di otak atau medulla spinalis yang digunakan untuk komunikasi antar sel.Neuropeptida yang berperan dalam regulasi homeostasis energi diantaranya adalah: Agouti related peptide (AgRP) melanocytes stimulating hormon suatu peptida dengan 13 asam amino yang dihasilkan oleh proopiomelanocortin (PMOC) dan juga di sintesis dalam nukleus akuarta hipotalamus, nukleus traktus solitarius di otak belakang dan hipofises. -MSH menginhibisi asupan makanan dan menyebabkan penurunan berat badan dengan mengaktivasi Mc3r dan Mc4r dalam otak. Cocaine- and amphetamine-regulated transcript (CART)Molekul ini akan mengkode neuropeptida (Cart4289), yang diekspresikan dalam berbagai area otak dan diekspresikan bersama POMC pada nukleus arkuata hipotalamus.Fungsi CART ini sama dengan -MSH yaitu menginhibisi asupan makanan dan penurunan berat badan. Hypocretin 1 dan 2 Melanin-concentrating hormone (MCH) Neuropeptida Y (NPY) Thyrotropin-releasing hormone (TRH) Molekul Perifer: Leptin Kolesistokinin Ghrelin Insulin

8. Jelaskan patofisiologi dan tanda & gejala sindrom cushing!Patofisiologi Sindrom CushingGlukokortikoid meningkat karena berbagai faktor baik dari luar maupun dalam tubuh, seperti yang sudah dijelaskan pada poin etiologi chusing syndrome. Fungsi metabolik glukokortikoid atau kortisol yang stabil dipengaruhi oleh jumlah sekresi glukokortikoid atau kortisol. Kelebihan glukokortikoid dapat menyebabkan perubahan berbagai kondisi di dalam tubuh khususnya fungsi metabolik seperti dibawah ini: Metabolisme protein Efek katabolik dan antianabolik pada protein yang dimiliki glukokortikoid menyebabkan menurunnya kemampuan sel-sel pembentuk protein untuk mensistesis protein. Kortisol menekan pengangkutan asam amino ke sel otot dan mungkin juga ke sel ekstrahepatika seperti jaringan limfoid menyebabkan konsentrasi asam amino intrasel menurun sehingga sintesis protein juga menurun. Sintesis protein yang menurun memicu peningkatan terjadinya proses katabolisme protein yang sudah ada di dalam sel. Proses katabolisme protein ini dan proses kortisol memobilisasi asam amino dari jaringan ekstrahepatik akan menyebabkan tubuh kehilangan simpanan protein pada jaringan perifer seperti kulit, otot, pembuluh darah, dan tulang atau seluruh sel tubuh kecuali yang ada di hati. Oleh karena itu secara klinis dapat ditemukan kondisi kulit yang mengalami atropi dan mudah rusak, luka-luka sembuh dengan lambat. Ruptura serabut-serabut elastis pada kulit menyebabkan tanda regang pada kulit berwarna ungu (striae). Otot-otot mengalami atropi dan menjadi lemah. Penipisan dinding pembuluh darah dan melemahnya jaringan penyokong pembuluh darah menyebabkan mudah timbul luka memar. Matriks protein tulang menjadi rapuh dan menyebabkan osteoporosis, sehingga dapat dengan mudah terjadi fraktur patologis. Kehilangan asam amino terutama di otot mengakibatkan semakin banyak asam amino tersedia dalam plasma untuk masuk dalam proses glukoneogenesis di hati sehingga pembentukan glukosa meningkat.

Metabolisme karbohidrat Efek kortisol terhadap metabolisme karbohidrat untuk merangsang glukoneogenesis yaitu pembentukan karbohidrat dari protein dan beberapa zat lain oleh hati. Seringkali kecepatan glukoneogenesis sebesar 6 sampai 10 kali lipat. Salah satu efek glukoneogenesis yang meningkat adalah jumlah penyimpanan glikogen dalam sel-sel hati yang juga meningkat. Kortisol juga menyebabkan penurunan kecepatan pemakaian glukosa oleh kebanyakan sel tubuh. Glukokortikoid menekan proses oksidasi nikotinamid-adenin-dinukleotida (NADH) untuk membentuk NAD+. Karena NADH harus dioksidasi agar menimbulkan glikolisis, efek ini dapat berperan dalam mengurangi pemakaian glukosa sel. Peningkatan kecepatan glukoneogenesis dan kecepatan pemakaian glukosa oleh sel berkurang dapat meningkatkan konsentrasi glukosa darah. Glukosa darah yang meningkat merangsang sekresi insulin. Peningkatan kadar plasma insulin ini menjadi tidak efektif dalam menjaga glukosa plasma seperti ketika kondisi normal. Tingginya kadar glukokortikoid menurunkan sensitivitas banyak jaringan, terutama otot rangka dan jaringan lemak, terhadap efek perangsangan insulin pada ambilan dan pemakaian glukosa. Efek metabolik meningkatnya kortisol dapat menganggu kerja insulin pada sel-sel perifer, sebagai akibatnya penderita dapat mengalami hiperglikemia. Pada seseorang yang mempunyai kapasitas produksi insulin yang normal, maka efek dari glukokortikoid akan dilawan dengan meningkatkan sekresi insulin untuk meningkatkan toleransi glukosa. Sebaliknya penderita dengan kemampuan sekresi insulin yang menurun tidak mampu untuk mengkompensasi keadaan tersebut, dan menimbulkan manifestasi klinik DM.

Metabolisme lemak gliserofosfat yang berasal dari glukosa dibutuhkan untuk penyimpanan dan mempertahankan jumlah trigliserida dalam sel lemak. Jika gliserofosfat tidak ada maka sel lemak akan melepaskan asam lemak. Asam lemak akan dimobilisasi oleh kortisol sehingga konsentrasi asam lemak bebas di plasma meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan pemakaian untuk energi dan penumpukan lemak berlebih sehingga obesitas. Distribusi jaringan adiposa terakumulasi didaerah sentral tubuh menimbulkan obesitas wajah bulan (moon face). Memadatnya fossa supraklavikulare dan tonjolan servikodorsal (punguk bison), Obesitas trunkus dengan ekstremitas atas dan bawah yang kurus akibat atropi otot memberikan penampilan klasik perupa penampilan Chusingoid.

Sistem kekebalan Ada dua respon utama sistem kekebalan yaitu pembentukan antibodi humoral oleh sel-sel plasma dan limfosit B akibat ransangan antigen yang lainnya tergantung pada reaksi-reaksi yang diperantarai oleh limfosit T yang tersensitasi. Pemberian dosis besar kortisol akan menyebabakan atrofi yang bermakna pada jaringan limfoid di seluruh tubuh. Hal ini akan mengurangi sekresi sel-sel T dan antibodi dari jaringan limfoid. Akibatnya tingkat kekebalan terhadap sebagian besar benda asing yang memasuki tubuh akan berkurang. Glukokortikoid mengganggu pembentukan antibodi humoral dan menghambat pusat-pusat germinal limpa dan jaringan limpoid pada respon primer terhadap anti gen. Gangguan respon imunologik dapat terjadi pada setiap tingkatan berikut ini yaitu proses pengenalan antigen awal oleh sel-sel sistem monosit makrofag, Induksi dan proleferasi limfosit imunokompeten, produksi anti bodi, reaksi peradangan,dan menekan reaksi hipersensitifitas lambat.

Elektrolit Glukokortikoid memiliki efek minimal pada kadar elektrolit serum. Glukokortikoid yang diberikan atau disekresikan secara berlebih akan menyebabkan retensi natrium dan pembuangan kalium sehingga menyebabkan edema, hipokalemia dan alkalosis metabolik.

Sekresi lambung Sekeresi asam lambung dapat ditingkatkan sekresi asam hidroklorida dan pepsin dapat meningkat. Faktor-faktor protekitif mukosa dirubah oleh steroid dan faktor-faktor ini dapat mempermudah terjadinya tukak.

Fungsi otak Perubahan psikologik terjadi karena kelebihan kortikosteroid, hal ini ditandai dengan oleh ketidak stabilan emosional, euforia, insomnia, dan episode depresi singkat.

Eritropoesis Kortisol mengurangi jumlah eosinofil dan limfosit di dalam darah. Involusi jaringan limfosit, menyebabkan rangsangan untuk pelepasan neutrofil dan peningkatan eritropoiesis.

Tanda & Gejala Sindrom Cushing

Tanda dan gejala sindrom cushing bervariasi, akan tetapi kebanyakan orang dengan gangguan tersebut memiliki obesitas tubuh bagian atas, wajah bulat, peningkatan lemak di sekitar leher, dan lengan yang relatif ramping dan kaki. Anak-anak cenderung untuk menjadi gemuk dengan tingkat pertumbuhan menjadi lambat. Manifestasi klinis yang sering muncul pada penderita cushing syndrome antara lain : Rambut tipis Moon face Penyembuhan luka buruk Mudah memar karena adanya penipisan kulit Petekie Kuku rusak Kegemukan dibagian perut Kurus pada ekstremitas Striae

Osteoporosis Diabetes mellitus Hipertensi Neuropati periferTanda-tanda umum dan gejala lainnya termasuk Kelelahan yang sangat parah Otot-otot yang lemah Tekanan darah tinggi Glukosa darah tinggi Rasa haus dan buang air kecil yang berlebihan Mudah marah, cemas, bahkan depresi Punuk lemak (fatty hump) antara dua bahu

9. Jelaskan edukasi dan pencegahan sindrom cushing!Pencegahan Sindrom CushingUpaya preventif adalah upaya untuk mencegah timbulnya penyakit atau kondisi memperberat penyakit Cushing sindrom yang meliputi pencegahan primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan primer adalah pengendalian melalui jalur kesehatan (medical control) : Pendidikan kesehatan : gaya hidup, gizi, faktor lingkungan, cara pengobatan, dll Pemeriksaan kesehatan awal , berkalaPencegahan sekunder untuk menemukan tanda dan gejala sindrom cushing, seperti case-finding secara aktif mencakup identifikasi sindrom cushing pada orang yang dicurigai dan rujukan kadar kortisol yang tinggi didalam plasma darahEdukasi Sindrom Cushing Penggunaan obat anti alergi harus dari resep dokter dan dikonsultasikan terlebih dahulu. Apabila memiliki riwayat alergi makanan juga sebaikanya dikonsultasikan ke dokter. Terpai obat anti alergi tidak boleh putus. Istirahat yang cukup dan dijaga pola makan serta berusaha hindari makan-makanan yang membuat alergi pada tubuh.

10. Jelaskan mekanisme mual pada pemicu!Fungsi sekresi korteks adrenal sangat dipengaruhi oleh hormon adrenokortikotropik (ACTH). Sistem saraf tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap fungsi sekresi korteks adrenal. Akibat pengaruh ACTH, zona fasikulata korteks adrenal akan mensekresi kortisol dan kortikosteron. Bila kadar kedua hormon tersebut dalam darah meningkat, terutama kortisol, maka akan terjadi penghambatan sekresi ACTH.Penggunaan kortikosteroid (glukokortioid) lebih dari 2 minggu atau peningkatan dosis dapat menimbulkan peningkatan kadar kortisol di tubuh yang menyebabkan penghambatan sekresi ACTH sehingga terjadi supresi adrenal. Selain itu pengurangan dosis terlalu cepat atau penghentian konsumsi obat secara mendadak pada penderita yang mendapat terapi glukokortikoid dapat menimbulkan bahkan meningkatkan intensitas gejala supresi adrenal berupa anoreksia, mual, muntah, penurunan BB, letargi, sakit kepala, demam, nyeri sendi/otot dan menunjukkan adanya ketergantungan terhadap glukokortikoid.Aksis Hipotalmik-Pituitari-Adrenal (HPA) dengan cepat disupresi setelah onset terapi glukokortikoid. Bila terapi dibatasi selama 1-3 minggu, aksis HPA akan membaik dengan cepat. Terapi harian glukokortikoid yang lebih lama, akan menyebabkan supresi aksis HPA yang menetap sampai satu tahun setelah terapi dihentikan. Gejala-gejala dari supresi adrenal antara lain, letargi, lemah, mual, anoreksia, demam, hipotensi ortostatik, hipoglikemi, dan penurunan berat badan. Dijumpai pula sindrom withdrawal dari steroid, dimana pasien mengalami gejala-gejala insufisiensi adrenal, meskipun tampaknya memiliki respon kortisol terhadap adreno-corticotropic hormone (ACTH) yang normal. Gejala-gejala utamanya, termasuk anoreksia, letargi, malaise, mual, penurunan berat badan, deskuamasi kulit, sakit kepala, dan demam. Sedangkan gejala-gejala yang jarang terjadi, muntah, mialgia, dan artralgia.

11. Jelaskan komplikasi dan prognosis sindrom cushing!Prognosis Sindrom CushingSindrom cushing yang tidak diobati akan fatal dalam beberapa tahun oleh karena gangguan kardiovaskuler dan sepsis. Setelah pengobatan radikal kelihatan membaik, bergantung kepada apakah gangguan kerusakan kardiovaskuler irreversibel. Pengobatan sustitusi permanen memberikan risiko pada waktu klien mengalami stres dan diperlukan perawatan khusus. karsinoma adrenal atau yang lainnya cepat menjadi fatal oleh karena kakeksia dan atau metastasis.Komplikasi Sindrom CushingSindrom cushing jika tidak diobati menghasilkan morbiditas serius dan bahkan kematian. Pasien mungkin menderita dari salah satu komplikasi hipertensi atau diabetes. Kerentanan terhadap infeksi meningkat. Kompresi patah tulang belakang osteoporosis dan nekrosis aseptik kepala femoral dapat menyebabkan kecacatan. Nefrolitiasis dan psikosis dapat terjadi. Setelah adrenalektomi bilateral, seorang dengan adenoma hipofisis dapat memperbesar progesifitas, menyebabkan kerusakan lokal dan hiperpigmentasi; komplikasi ini dikenal dengan sindrom Nelson.

12. Jelaskan tatalaksana sindrom cushing!Jika sindrom cushing merupakan akibat dari pemberian kortikoteroid eksternal (eksogen), pemberian obat tersebut harus diupayakan untuk dikurangi atau dihentikan secara bertahap hingga tercapai dosis minimal yang adekuat untuk mengobati penyakit dibaliknya.

13. Mengapa lemas pada pemicu?Lemas pada pemicu mungkin disebabkan penggunan glukokortikoid dalam dosis farmakologik dengan jangka panjang atau oleh sekresi kortisol yang berlebihan akibat gangguan aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal (spontan). Terlihat pada pemicu pasien rutin mengkonsumsi obat sejak 5 tahun terakhir. Dan dimungkinkan jugan karena akibat penghentian terapi steroid. Karena ada dua kategori efek toksis akibat dari pemakaian glukokortikoid yaitu akibat penghentian terapi dan penggunaan jangka panjang.

14. Jelaskan mekanisme alregi pada pemicu!Kegagalan tubuh untuk dapat mentoleransi suatu makanan akan merangsang imunoglobulin E (IgE), yang mempunyai reseptor pada sel mast, basofil dan juga pada sel makrofag, monosit, limfosit, eosinofil dan trombosit dengan afinitas yang rendah. Ikatan IgE dan alergen makanan akan melepaskan mediator histamin, prostaglandin dan leukotrien dan akan menimbulkan vasodilatasi, kontraksi otot polos dan sekresi mukus yang akan menimbulkan gejala reaksi hipersensitivitas tipe I. Sel mast yang aktif akan melepaskan juga sitokin yang berperan pada reaksi hipersensitivitas tipe I yang lambat. Bila alergen dikonsumsi berulang kali, sel mononuklear akan dirangsang untuk memproduksi histamin releasing factor (HRF) yang sering terjadi pada seorang yang menderita dermatitis atopi.

15. Bagaimana hubungan riwayat pemutusan obat dengan keluhan yang muncul pada pemicu?Pada pemberiankortikoid dengan dosis berlebihan secara jangka panjang dapat mengakibatakan Sindrom Cushing dengan gejala tubuh terlihat kelemahan otot akibat hipokalemia atau penurunan massa otot akibat peningkatan katabolisme. Namun, pasien pada kasu diatas mengkonsumsi kortikosteroid sintetis dengan pemberhentian secara mendadak. Pemberhentian secara mendadak ini mengakibatkan insufisiensi adrenal akibat asupan hormon yang secara mendadak dihentikan. Penggunaan kortikosteroid sintetis selama bertahun-tahun telah menyebabkan ACTH menjadi malas dalam memproduksi hormon kostikoid secara endogen akibat asupan eksogen yang berlebihan. Sehingga pada saat pemakaiandihentikan secara mendadak, ACTH justru tidak memproduksi hormon kortikoid secara mencukupi.

16. Jelaskan farmakodinamik obat alergi!

Farmakodinamik antagonis reseptor AH1:AH1 menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan bermacam-macam otot polos; selain itu AH1 bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas atau keadaan lain yang disertai penglepasan histamin endogen berlebihan. Efektivitas AH1 melawan beratnya reaksi hipersensitivitas berbeda-beda tergantung beratnya gejala akibat histamin.

Farmakodinamik adrenokortikosteroid dan analog sintetiknya:Kortisol dan analog sintetiknya dapat mencegah atau menekan timbulnya gejala inflamasi akibat radiasi, infeksim zat kimia, mekanik atau alergen. Gejala ini umumnya kemerahan, rasa sakit dan panas, pembengkakan ditempat radang. Secara mikroskopik obat ini menghambat fenomena inflamasi dini yaitu edema, deposit fibrin, dilatasi kapiler, migrasi leukosit ke tempat radang dan aktivitas fagositosis. Selain itu juga dapat menghambat manifestasi inflamasi yang telah lanjut yaitu proliferasi kapiler dan fibroblas, pengumpul kolagen dan pembentukan sikatriks. Penggunaan klinik kortikosteroid sebagai antiinflamasi merupakan terapi paliatif, yaitu hanya gejalanya yang dihambat sedangkan penyebab penyakit tetap ada.

17. Jelaskan pemeriksaan alergi makanan atau obat!Alergi makanan adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan sistem tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap makanan. Pemeriksaan untuk mencari penyebab alergi makanan sangat beragam dilakukan oleh beberapa klinisi. Meskipun sebenarnya gold standard atau standar baku emas untuk memastikan makakan penyebab alergi harus menggunakan Provokasi Makanan Secara Buta (Double blind placebo control food challenge = DBPCFC). Tes DBPCFC gunanya yaitu mengetahui alergi terhadap makanan tertentu. Dapat dilakukan pada usia berapapun Diagnosis alergi makanan dibuat berdasarkan diagnosis klinis. Selanjutnya, untuk memastikan makanan penyebab alergi, digunakan metode DBPCFC yang merupaka standar baku. Akan tetapi tes tersebut rumit, butuh biaya dan waktu yang cukup lama, dapat dilakuka modifikasi terhadap metode tersebut. Salah satunya dengan melakukan Eliminasi Provokasi Makanan Terbuka Sederhana. Caranya : dalam diet sehari-hari, dilakukan eliminasi (dihindari) beberapa makanan penyebab alergi selama 2-3 minggu. Setelah itu bila sudah tidak ada keluhan alergi, maka dilanjutkan dengan provokasi makanan yang dicurigai. Selanjutnya, dilakukan diet provokasi 1 bahan makanan dalam 1 minggu dan bila timbul gejala dicatat. Disebut sebagai penyebab alergi bila dalam 3 kali provokasi menimbulkan gejala. Provokasi Obat Dapat dilakukan pada usia berapa pun. Metode yang digunakan adalah DBPC (Double Bind Placebo Control) atau uji samar ganda. Caranya, pasien minum obat dengan dosis dinaikkan secara bertahap, lalu ditunggu reaksinya dengan interval 15-30 menit. Dalam satu hari, hanya boleh satu macam obat yang dites. Bila perlu dilanjutkan dengan tes obat lain, jaraknya minimal satu minggu, bergatung dari jenis obatnya.

Tes Tusuk Kulit (Skin Prick Test) Gunanya untuk memeriksa alergi terhadap allergen yang dihirup (debu, tungau, serbuk bunga) dan allergen makanan (susu, udang, kepiting), hingga 33 jenis allergen lain. Tes Tempel (Patch Tes)Gunanya untuk mengetahui alergi yang disebabkan kontak terhadap bahan kimia, misalnya pada kasus dermatitis atau eksim. Tes RAST (Radio Allergo Sorbent Test) Gunanya untuk mengetahui alergi terhadap allergen hirup dan allergen makanan. Tes Kulit Intrakutan Gunanya untuk mengetahui alergi terhadap obat yang disuntikkan.

18. Jelaskan apa saja golongan, jenis, nama obat alergi yang kortikosteroid dan non kortikosteroid!Anti alergi Golongan Non- kortikosteroid Antihistamin (Antagonis Reseptor H1 ( AH1)Antagonis terhadap antihistamin. AH1 menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus, dan bermacam-macam otot polos; selain itu AH1 bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas atau keadaan lain yang disertai penglepasan histamin endogen berlebihan. Reaksi anafilaksis dan alergi. Reaksi anafilaksis dan beberapa reaksi alergi refrakter terhadap pemberian AH1 karena disini bukan histamin saja yang berperan tetapi autakoid lain yang dilepaskan. Efektivitas AH1 melawan beratnya reaksi hipersensitivitas berbeda-beda, tergantung beratnya gejala akibat histamin. Setelah pemberian oral atau parenteral, AH1, diabsorbsi secara baik. Efeknya timbul 15-30 menit setelah pemberian oral dan maksimal setelah 1-2 jam. Lama kerja AH1 generasi I setelah pemberian dosis tunggal umumnya 4-6 jam, sedangkan beberapa derivat piperizin seperti meklizin dan hidroksizin memiliki masa kerja yang lebih panjang, seperti juga umumnya antihistamin generasi II. Difenhidramin yang diberikan secara oral akan mencapai kadar maksimal dalam darah setelah kira-kira 2 jam, dan menetap pada kadar tersebut untuk 2 jam berikutnya, kemudian dieliminasi dengan masa paruh kira-kira 4 jam. Kadar tertinggi terdapat pada paru-paru sedangkan pada limpa, ginjal, otak, otot dan kulit kadarnya lebih rendah. Tempat utama bio transformasi AH1 ialah hati, tetapi dapat juga pada paru-paru dan ginjal. Tripelenamin mengalami hidroksilasi dan konjugasi, sedangkan klorsiklizin dan siklizin tertutama mengalami demetilasi. Hidroksizin merupakan prodrug, dan metabolit aktif hasil karboksilasi adalah setirizin, sedangkan feksofenadin merupakan metabolit aktif hasil karboksilasi terfenadin. AH1 diekskresikan melalui urin setelah 24 jam, terutama dalam bentuk metabolitnya. Berguna unruk pengobatan simtomatik beragai penyakit alergi dan mencegah atau mengobati mabuk perjalanan. Penyakit alergi, AH1 berguna untuk mengobati alergi tipe eksudatif akut misalnya pada polinosis dan urtikaria. Efeknya bersifat paliatif, membatasi dan menghambat efek histamin yang dilepaskan sewaktu reaksi antigen-antibodi terjadi. AH1 tidak berpengaruh terhadap instensitas reaksi antigen antobodi yang merupakan penyebab berbagai gangguan alergik. Keadaan ini dapat diatasi hanya dengan menghindari alergen, desensitisasi atau menekan reaksi tersebut dengan kortikosteroid.Pada dosis terapi, semua AH1 menimbulkan efek samping walaupun jarang bersifat serius dan kadang-kadang hilang bila pengobatan diteruskan. Efek samping yang paling sering ialah sedasi, yang justru mengungkan pasien yang dirawat di RS atau pasien yang perlu anyak tidur. Tetapi efek ini menggangu bagi pasien yang memerlukan kewaspadaan tinggi sehingga kemungkinan terjadinya kecelakaan. Penggolongan antihistamin (AH1), dosis, masa kerja, aktivitas antikolinergiknyaGolongan dan contoh obatDosis dewasaMasa KerjaAktivitas antikolinergikKomentar

ANTIHISTAMIN GENERASI I

Etanolamin

Karbinoksamin4-8 mg3-4 jam+++Sedasi ringan sampai sedang

Difenhidramin25-50 mg4-6 jam++++Sedasi kuat, anti-motion sickness

Dimenhidrinat (gram difenidramin)25-50 mg4-6 jam+++Sedasi kuat, anti-motion sickness

Etilenediamin

Pirilamin 25-50 mg4-6 jam+Sedasi sedang

tripelenamin25-50 mg4-6 jam+Sedasi sedang

Piperazin

Hidroksizin25-100 mg6-24 jamSedasi kuat

Siklizin25-50 mg4-6 jam-Sedasi ringan, amti-motion sickness

Meklizin25-50 mg12-24 jam-Sedasi ringan, anti-motion sickness

Alkilamin

Klorfeniramin4-8 mg4-6 jam+Sedasi ringan, komponen obat flu

Bromfeniramin4-8 mg4-6 jam+Sedasi ringan

Derivat fenotiazid

prometazin10-25 mg4-6 jam++Sedasi kuat, antiemetik

Lain-lain

Siprohepatin4 mg+/- 6 jam+Sedasi sedang, juga antiserotonin

Mebhidrolin napadisilat50-100 mg+/-+

ANTIHISTAMIN GENERASI II

Astemizol10 mg< 24 jam-Mula kerja lambat

feksofenidin60 mg12-24 jam-Risiko aritmia lebih rendah

Lain-lain

Loratadin10 mg24 jam-Masa kerja lebih lama

Setirizin 5-10 mg12-24 jam

Antialergi lainNatrium klromolinIndikasi: Penggunaan utama kromolin untuk terapi profilaksis serangan asma bronkial pada pasien asma bronkial ringan sampai sedang. Penggunaan teratur selama lebih dari 2-3 bulan mengurangi hiperaltivitas bronkus. Kromolin tidak bermanfaat untuk terapi asma bronkial akut atau pada status asmatikus. Kromolin diindikasikan pula untuk rinitis alergika dan penyakit atopik pada mata. Nedokromil dan KetotifenIndikasi: Ketotifen telah digunakan untuk profilaksis asma bronkial. Untuk tujuan ini ketotifen digunakan secara oral untuk jangja waktu 12 bulan.Anti Alergi Golongan KortikosteroidKortikosteroid adalah hormon yang dihasilkan oleh korteks adrenal. Hormon ini dapat mempengaruhi volume dan tekanan darah, kadar gula darah, otot dan resistensi tubuh. Berbagai jenis kortikosteroid sintetis telah dibuat dengan tujuan utama untuk mengurangi aktivitas mineralokortikoidnya dan meningkatkan aktivitas antiinflamasinya,misalnya deksametason yang mempunyai efek antiinflamasi 30 kali lebih kuat dan efek retensi natrium lebih kecil dibandingkan dengan kortisol.Kortikosteroid merupakan derivat dari hormon kortikosteroid yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Hormon ini memainkan peran penting pada tubuh termasuk mengontrol respon inflamasi. Kortikosteroid terbagi menjadi dua golongan utama yaituglukokortikoid dan mineralokortikoid. Golongan glukokortikoid adalah kortikosteroidyang efek utamanya terhadap penyimpanan glikogen hepar dan khasiat anti-inflamasinyanyata, sedangkan pengaruhnya pada keseimbangan air dan elektrolit kecil atau tidak berarti. Prototip untuk golongan ini adalah kortisol dan kortison, yang merupakan glukokortikoid alam. Terdapat juga glukokortikoid sintetik, misalnya prednisolon,triamsinolon, dan betametason.Golongan mineralokortikoid adalah kortikosteroid yangefek utamanya terhadap keseimbangan air dan elektrolit, sedangkan pengaruhnya terhadap penyimpanan glikogen hepar sangat kecil. Prototip dari golongan ini adalah desoksikortikosteron. Umumnya golongan ini tidak mempunyai khasiat anti-inflamasiyang berarti, kecuali 9 -fluorokortisol, meskipun demikian sediaan ini tidak pernah digunakan sebagai obat anti-inflamasi karena efeknya pada keseimbangan air danelektrolit terlalu besar.Mekanisme kerja: Kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintesis protein. Molekul hormon memasuki sel melewati membran plasma secara difusi pasif. Hanya di jaringan target hormon ini bereaksi dengan reseptor protein yang spesifik dalam sitoplasma sel dan membentuk kompleks reseptor-steroid. Kompleks ini mengalami perubahan konfirmasi, lalu bergerak menuju nukleus dan berikatan dengan kromatin. Ikatan ini menstimulasi transkripsi RNA dan sintesis protein spesifik. Induksi sintesis protein yang akan menghasilkan efek fisiologik steroid.Pada beberapa jaringan, ,misalnya hepar, hormon steroid merangsang transkripsi dan sintesis protein spesifik; pada jaringan lain, misalnya sel limfoid dan fibroblas hormon steroid merangsang sintesis protein yang sifatnya menghambat atau toksik terhadap sel-sel limfoid, hal ini menimbulkan efek katabolik. Penyakit alergi gejala penyakit alergi yang hanya berlangsung dalam waktu tertentu, dapat diatasi dengan glukokortikoid sebagai obat tambahan di samping obat primernya.

19. Jelaskan proses glukoneogenesis terhadap lemak dan protein!

Glukoneogenesis terjadi jika sumber energi dari karbohidrat tidak tersedia lagi. Maka tubuh menggunakan lemak sebagai sumber energi. Jika lemak juga tidak tersedia, barulah memecah protein untuk energi yang sesungguhnya, protein berperan pokok sebagai pembangun tubuh. Dapat disimpulkan bahwa glukoneogenesis merupakan proses pembentukan glukosa dari senyawa-senyawa non-karbohidrat, bisa dari lipid maupun protein. Secara ringkas , jalur glukoneogenesis dari bahan lipid maupun protein dijelaskan sebagai berikut :Lipid terpecah menjadi komponen penyusunnya yaitu asam lemak dan gliserol. Aasam lemak dapat dioksidasi menjadi asetil KoA. Selanjutnya asetil KoA masuk dalam siklus krebs. Sementara itu gliserol masuk dalam jalur glikolisis. Untuk protein, asam-asam amino penyusunnya akan masukl kedalam siklus krebs. Untuk dapat masuk kedalam proses glukoneogenesis asam amino perlu melakukan deaminasi. Masing-masing jenis asam amino memiliki jalur yang berbeda tergantung dari sifatnya. Namun, pada umunya asam amino tersebut bersifat glukogenik dan campuran, hanya leusin yang bersifat kotogenik murni. Sisa dari metabolisme asam amino dalam darah berupa amonia yang kemudian akan disintesis oleh hati menjadi urea. Selanjutnya akan dikeluarkan melalui urin dan keringat.

20. Jelaskan sintesis glukokortikoid!Semua hormone steroid pada mamalia disintesis dari kolesterol via pregnenolon melalui sederet reaksi yang terjadi di dalam mitokondria maupun di dalam reticulum endoplasma sel korteks adrenal, dalam hal ini diperlukan hidroksilase dan NADPH, dalam keadaan tertentu juga diperlukan dehidrogenase, isomerase dan lipase. Sintesis glukokortikoid membutuhkan tiga hidroksilase yang beraksi secara beruntun pada posisi C17, C21, dan C11. Dua reaksi hidroksilase yang pertama berlangsung cepat, sedangkan hidroksilase pada C11 berlangsung lebih lambat.Senyawa metirapon adalah penghambat efektif dari 1 hidroksilase dan digunakan untuk tes diagnostik cadangan hipotalamus-hipopisa. Tes ini berguna untuk mengetahui bahwa glukokortikoid merupakan hormone yang menghambat secara umpan balik pelepasan ACTH. Bila sintesis glukokortikoid dihambat dengan memberi orang normal dosis metipan balik pelepasan ACTH , metirapon secara oral pada tengah malam, keesokan harinya terjadi pelepasan ACTH berlebihan, pembentukan steroid dirangsang dan 11 deoksikortisol menumpuk karena tidak terjadi pembentukan glukokortikoid.

21. Jelaskan reseptor, zat pengangkut, dan persinyalan dari glukokortikoid!Reseptor glukokortikoid ini dijumpai hampir disemua jaringan. akan tetapi sebagian besar berada didalam sitoplasma (90% disitoplasma, 10%di nukleus). Glukokortikosteroid secara langsung bekerja pada sel epithelia, sel otot dan eusinofil pada sistem imun. Sel target untuk glukokortikosteroid yaitu suatu membrane yang bersifat lipid atau lemak. Sehingga glukokortikosteroid dapat menembus membrane sel tersebut dan dapat masuk kedalam sitoplasma. Setelah masuk maka glukokortikosteroid akan berikatan dengan reseptornya yaitu Glukokortikoid Reseptor (GR) yang akan membentuk suatu kompleks glukokortikosteroid reseptor. (GR) merupakan suatu protein yang sebagian besar terdapat didalam sitoplasma dan dapat berikatan dengan suatu hormon yang bersifat lipofilik dan reseptor ini pada umumnya berada pada sel epithelium awal dan pembuluh darah diseluruh sel. Kompleks glukokortikosteroid reseptor akan menghasilkan efek jika berikatan dengan suatu protein aktivasi yaitu AP-1. Efek dari AP-1 yakni menghambat respon sel terhadap pesan kimiawi sehingga dapat mengurangi respon inflamasi. Setelah itu masuk kedalam intisel. Dimana terdapat Glukokortikoid Respon Elements (GRE) yaitu suatu landasan untuk GR. Kemudian antara GR dan GRE akan meregulasi transkrpsi gen yang mana akan berefek seperti mengontrol produksi protein.

22. Jelaskan fungsi, sintesis, reseptor, dan zat pengangkut kortisol!Sintesis KortisolKortisol adalah golongan glukokortikoid alam yang merupakan kortikosteroid dengan 21 atom karbon dibentuk dari kolesterol di korteks adrenal yang berapa di bagian atas ginjal. Kortikosteroid dibedakan menjadi dua golongan besar, glukokortikoid dan mineralkortikoid. Glukokortikoid adalah kortikosteroid yang berfungsi utamanya menyimpan glikogen hepar (hati) dan sebagai anti inflamasi (anti radang).Sintesis kortisol memerlukan tiga hidroksilase yang terletak di zona fasikulata dan retikularis di korteks adrenal yang bekerja secara berurutan pada posisi C17, C21, dan C11. Dua reaksi pertama berlangsung cepat, sedangkan hidroksilasi C11 relatif lambat. Jika posisi C11 mengalami hidroksilasi, kerja 17 alpha hidroksilase terhambat dan jalur reaksi yang diikuti adalah jalur mineralkortikoid (membentuk kortikosteron atau aldosteron, bergantung pada jenis sel). 17 alpha hidroksilase adalah suatu enzim RE halus yang bekerja pada progresteron atau lebih sering pada pregnenolon. 17 alpha hidroksiprogresteron mengalami hidroksilasi di C21 untuk membentuk 11-deoksikortisol yang kemudian mengalami hidroksilasi di C11 untuk membentuk kortisol, hormon glukokortikoid yang paling kuat pada manusia. Fungsi Kortisol (glukokortikoid)Efek terhadap metabolisme: meningkatkan produksi glukosa di hati dengan cara : Meningkatkan pengangkutan asam amino dari jaringan perifer Meningkatkan laju glokoneogenesis melalui peningkatan jumlah (dan aktivitas) beberapa enzim penting. Memungkinkan berlangsungnya reaksi metabolik yang penting lainnya pada laju rekasi optimal. meningkatkan deposisi glikogen hepatic dengan meningkatkan aktivitas enzim glikogen sintetase mendorong lipolisis (di ekstremitas) tapi dapat menimbulkan lipogenesisi di tempat lain (muka dan badan) melelbihi taraf fisiologisEfek terhadap mekanisme pertahanan: supresi respon imun. Hormon glukokortikoid menyebabkan penghancuran (lisis) limfosit yang spesfik menurut tipe sel dan spesiesnya. supresor respon inflamasi dengan cara : menurunkan jumlah leukosit yang beredar didalam darah dan migrasi leukosit jaringan. menghambat proliferasi fibroblast. mengumpulkan produksi molekul-molekul anti inflamasi yaitu prostaglandin dan leukotrien.Reseptor KortisolHormon bekerja melalui pengikatan dengan reseptor spesifik. Distribusi dari reseptor hormon memperlihatkan variabilitas yang besar sekali. Reseptor untuk bebrapa hormon, seperti insulin dan glukokortikoid, terdistribusi secara luas, sementara reseptor untuk sebagian besar hormon mempunyai distribusi yang lebih terbatas. Efek dari glukokortikoid diperantarai oleh 2 reseptor berbeda, yaitu : Reseptor dari mineralkortikoid (MR = Mineralcorticoid Receptor, type I) yang mempunyai afinitas tinggi terhadap kortisol. Reseptor Glukokortikoid (GR = Glucocorticoid Receptor, type II) yang mempunyai afinitas rendah bahkan hinggal 10 kali lipat terhadap kortisol. MR terdapat dalam jumlah yang besar pada sistem limbic. GR terletak lebih menyebar dan diekspresikan pada glia sebagaimana halnya dengan neuron; reseptor menduduki sel yang sama di hipokampus. Pada sekresi kortisol keadaan basal MR banyak ditempati, sedangkan GR ditempati hanya saat konsentrasi kortisol meninggi, misalnya saat pagi hari.

Zat pengangkut Kortisol Kortisol menyebabkan pengangkutan asam-asam amino dari jaringan ekstrahepatik, terutama dari otot. Akibatnya, semakin banyak asam amino tersedia dalam plasma untuk masuk dalam proses glikoneogenesis di hati dan oleh karena itu akan meningkatkan pembentukan glukosa.

23. Jelaskan mekanisme glukokortikoid mempengaruhi kelenjar adrenal!Efek samping dan reaksi yang merugikan dari glukokortikoid karena dosis tinggi atau pemakain yang lama mencakup peningkatan gula darah, deposit lemak yang abnormal di wajah dan tubuh (moon face) dan buffalo hump penimbunan lemak di daerah supraklavikular dan dibelakang leher) dan pengecilan ukuran ekstremitas, muscle wasting, edema, retensi natrium dan air, hipertensi, euphoria atau psikosis. Kulit tipis dengan purpura, meningkatkan tekanan intraocular (glaucoma), tukak peptic, dan retardasi pertumbuhan. Pemakaian glukortikoid jangka panjang dapat menyebabkan atrofi adrenal (hilangnya fungsi kelenjar). Jika terapi dihentikan, dosis harus diturunkan perlahan-lahan untuk memberikan kesempatan bagi korteks adrenal memproduksikan kortisol dan kortikosteroid lain. Penghentian obat secara mendadak dapat menyebabkan insufisiensi adrenokortikal berat.Glukokortikoid meningkatkan kadar glukosa darah dengan merangsang glukoneogenesis (perubahan lemak dan protein menjadi glukosa di hati). Glukokortikoid juga meningkatkan kadar glukosa darah dengan merangsang otot, lemak, dan jaringan limfe untuk memakai asam-asam lemak bebas sebagai energy dan bukan glukosa. Demikian juga, glukortikoid merangsang lapar,mendorong penimbunan lemak di daerah badan wajah dan menghambat pertumbuhan dengan menekan hormone pertumbuhan dan melawan efek-efek hormone pertumbuhan pada pembuat protein. Glukokortikoid meningkatkan efek hormone pertumbuhan pada jaringan lemak dan meningkatkan efek katekolamin, sehingga terjadi peningkatan frekuensi jantung dan tekanan darah.

24. Jelaskan secara spesifik tentang insufisiensi adrenal!Definisi Insufiensi AdrenalInsufisiensi adrenal adalah keadaan dimana kurangnnya produksi glukokortikoid atau mineralokortikoid di adrenal, yang terjadi karena kerusakan atau disfungsi dari kortek atau akibat kekurangan sekresi ACTH pituitary. Kerusakan pada kortek adrenal akan menimbulkan Insufiensi adrenal primer sedangkan Insufiensi Adrenal sekunder terjadi akibat adanya gangguan pituitary atau hipotalamus.KlasifikasiInsufisiensi adrenal dibagi menjadi 3 tipe, tergantung dari dimana terjadinya masalah pada kelenjar hipothalamik pituitary-adrenal dan seberapa cepat turunnya hormon hormon tersebut. Chronic primary adrenal insufiiciency ( Addison disease) Chronic secondary adrenal insufficiency Acute adrenal insufficiency ( Adrenal Crisis )Chronic primary adrenal insufisiency ( Addison disease )Penyakit ini berhubungan dengan kerusakan secara lambat dari kelenjar adrenal, dengan defisiensi kortisol, aldosterone, dan adrenal androgen dan kelebihan dari ACTH dan CRH yang berhubungan dengan hilangnya feedback negatif.Patofisiologi Insufisiensi adrenal kronis terjadi ketika kelenjar adrenal gagal untuk mengeluarkan hormon dalam jumlah yang adekwat, untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, walaupun ACTH keluar dari kelenjar pituitari. Etiologi Autoimun ( kurang lebih 70-90 kasus) Infeksi ( TBC, Histoplasmosis, HIV, Syphilis) Keganasan ( metastase dari paru paru, mamae, carcinoma colon, melanoma,lymphoma)

Tanda dan Gejala Gejala yang berhubungan dengan kekurangan kortisol Lemah badan, cepat lelah, anoreksia, mual mual, muntah, diare,hipoglikemi, hipertensi ortostatik ringan, hiponatremi, eosinophilia. Gejala yang berhubungan dengan kekurangan aldosteron Hipertensi ortostatik, hiperkalemia, hiponatremia Gejala yang berhubungan dengan kekurangan androgen Kehilangan bulu bulu axilla dan pubis Gejala yang berhubungan dengan kelebihan ACTH Hiperpigmentasi kulit dan permukaan mukosa DiagnosisPeriksa kadar kortisol baseline pada pagi hari dan ACTH, lalu dilakukan cosyntropin (ACTH) stimulation test. Kadar kortisol biasanya rendah dan kadar ACTH tinggi dan eksogen ACTH tidak meningkatkan kortisol karena kelenjar adrenal tidak berfungsi. Pemeriksaan lebih lanjut tergantung dari kemungkinan penyebab penyakit yaitu autoimun, infeksi dan keganasan.Penanganan Pemberian kortisol po 15 mg pagi hari dan hidrokortison po 10 mg sore hari ( dosis dikurangi secara bertahap, lalu gunakan dosis terendah yang masih dapat ditoleransi ). Gantikan aldosteron dengan fludrikortison 50-200mcg/hari, dosis titrasi sesuai dengan tekanan darah dan kadar Kalium Yang paling penting adalah memakai tanda ditangan yang menerangkan penyakit penderita dan instruksi untuk meningkatkan duakali lipat atau tiga kali lipat dosis hidrokortison selama stress fisiologik.

Chronic Secondary Adrenal InsuficiencyAdalah penurunan kadar kortisol yang berlebihan, berhubungan dengan kehilangan fungsi secara lambat dari hypothalamus dan pituitari. Kadar kortisol dan ACTH keduanya menurun, tetapi kadar aldosteron dan adrenal androgen biasanya normal karena keduanya diregulasi diluar jalur hipotalamus hipofise.PatofisiologiInsufisiensi adrenal kronis sekunder terjadi ketika steroid eksogen menekan hypothalamus-pituitary-adrenal axis (HPA). Bila terjadi penurunan dari steroid eksogen ini akan mencetuskan suatu krisis adrenal.atau stess yang akan meningkatkan kebutuhan kortisol. Etiologi Terapi glukokortikoid jangka lama ( mensupresi CRH ) Tumor pituitari atau hipotalamus Radiasi pituitari Penyakit infeksi dan infiltrasi dari kelenjar pituitari ( sarkoid, hystiosistosis,TB, histoplasmosis) Tanda dan GejalaYang berhubungan dengan kekurangan hormon kortisol adalah: lemah badan, cepat lelah, anoreksia, mual-mual, muntah, diare, hipoglikemi, eosinophilia, hipotensi ortostatik yang ringan.Diagnosis Periksa kadar kortisol baseline pada pagi hari dan kadar ACTH, lalu dilakukan test stimulasi cosyntropin (ACTH). Kadar kortisol dan ACTH biasanya rendah eksogen ACTH meningkatkan kortisol pada kasus yang ringan atau onset baru dari insufisiensi adrenal sekunder. Jika kelainan yang terjadi sudah sangat lama maka cosyntropin test akan negatif karena berhubungan dengan kejadian adrenal atropi. Pikirkan alternative pemeriksaan endokrin yang lain seperti test insulin , metyrapone atau CRH stimulation test. Periksa lebih lanjut penyakit yang mendasarinya contoh pituitary makro adenoma.

Penatalaksanaan Berikan kortisol 15 mg pada pagi hari dengan hidrocortison 10 mg pada sorehari ( dosis dapat di turunkan, gunakan dosis terendah yang masih dapat ditoleransi.atau gunakan glukokortikoid dan kemudian lakukan tappering off. Yang paling penting adalah memakai tanda ditangan yang menerangkan penyakit penderita dan instruksi untuk meningkatkan duakali lipat atau tiga kali lipat dosis hydrokortison selama stres fisiologis. Acute Adrenal Insuficiency ( Krisis Addison)Suatu keadaan gawat darurat yang berhubungan dengan menurunnya atau kekurangan hormon yang relatif dan terjadinya kolaps sistem kardiovaskuler dan biasanya gejala gejalanya non spesifik, seperti muntah dan nyeri abdomen.PatofisiologiKortek adrenal memproduksi 3 hormon steroid yaitu hormon glukokortikoid (kortisol), mineralokortikoid (aldosteron, 11-deoxycoticosterone) dan androgen (dehydroepiandrosterone). Hormon utama yang penting dalam kejadian suatu krisis adrenal adalah produksi dari kortisol dan adrenal aldolteron yang sangat sedikit. Kortisol meningkatkan glukoneogenesis dan menyediakan zat - zat melalui proteolisis, penghambat sintesis protein, mobilisasi asam lemak,dan meningkatkan pengambilan asam amino di hati. Kortisol secara tidak langsung meningkatkan sekresi insulin untuk mengimbangi hperglikemi tetapi juga menurunkan sensitivitas dari insulin. Kortisol juga mempunyai efek anti inflamasi untuk mestabilkan lisosom, menurunkan respon leukositik dan menghambat produksi sitokin. Aktivitas fagositik dipertahankan tetapi sel mediated imunity hilang pada keadaan kekurangan kortisol dan mensupresi sintesis adrenokortikotropik hormon ( ACTH).Aldosteron di keluarkan sebagai respon terhadap stimulasi dari angiotensin II melalui system renin angiotensin, hiperkalemi, hiponatremi dan antagonis dopamin. Efek nya pada target organ primer.

Ginjal meningkatkan reabsorpsi dari natrium dan sekresi dari kalium dan hidrogen. Mekanismenya masih belum jelas, peningkatan dari natrium dan kalium mengaktivasi enzim adenosine triphosphatase ( Na/K ATPase) yang bertangung jawab untuk trasportasi natrium dan juga meningkatkan aktivitas dari carbonic anhidrase, efek nya adalah meningkatkan volume intravaskuler. System rennin angiotensin-aldosteron tidak dipengaruhi oleh glukokortikoid eksogen dan kekurangan ACTH mempuyai efek yang sangat kecil untuk kadar aldosteron kekurangan hormone adrenokortikal menyebabkan efek yang berlawanan dengan hormon ini dan menyebabkan gejala klinis yang dapat ditemukan pada krisis adrenal. Insidensi dari krisis adrenal sangat jarang yaitu : sekitar 4 dari 100.000 orang. EtiologiPenyebab primer adalah perdarahan kelenjar adrenal bilateral, trombosis atau nekrosis selama terjadi sepsis atau ketika mendapat antikoagulan. Bila kehilangan kelenjar adrenal unilateral tidak akan menyebabkan insufisiensi adrenal. Penyebab sekunder adalah peripartum pituitary infark (Sheehan`s syndrom), Pituitary apoplexy ( perdarahan pada kelenjar pituitary), trauma kepala dengan gangguan batang kelenjar pitutari, tetapi biasanya tidak seberat pada keadaan adrenal insuficiency primer karena sekresi aldosteron tidak dipengaruhi. Faktor ResikoPenggunaan steroid , kurang lebih 20 mg sehari dari prednison atau persamaannya sekurang kurangnya 5 hari pada 1 tahun terahir, penderita menerima dosis yang mendekati kadar fisiologis yang dibutuhkan selama 1 bulan untuk memulihkan fungsi dari kelenjar adrenal. Stres fisiologik yang berat seperti sepsis, trauma, luka bakar, tindakan pembedahan. Berikut ini adalah keadaan yang terjadi pada hipotalamik-pituitaryadrenal axis pada keadaan normal, keadaan stress fisiologis yang berat dan dalam keadaan critical illness. Organisme yang berhubungan dengan krisis adrenal yaitu haemophilus Influenza, staphilokokus aureus, streptokokus pneumonia, jamur. Selain itu penggunaan obat inhalasi fluticasone, setelah injeksi steroid intra artikular, dan pada pengguna obat-obatan ketokonazole, phenitoin, rifampisin.

Tanda dan Gejala Syok yang sulit dijelaskan etiologinya biasanya tidak ada pengaruh dengan pemberian resusitasi cairan atau vasopresor. Hipotermia atau hipertermia Yang berhubungan dengan kekurangan kortisol yaitu cepat lelah, lemah badan, anoreksia, mual mual dan muntah , diare, hipoglikemi, hipotensi, hiponatremi. Yang berhubungan dengan kekurangan hormon aldosteron yaitu hiperkalemia dan hipotensi berat yang menetap Lain lain tergantung dari penyebab, mungkin didapatkan panas badan, nyeri abdomen dan pinggang yang berhubungan dengan perdarahan kelenjar adrenal.Pemeriksaan PenunjangData laboratorium memperlihatkan kadar glukosa darah yang rendah. Biasanya kadar natrium plasma juga rendah tetapi jarang dibawah 120 meq/L dan kadar kalium dalah meningkat, tetapi jarang diatas 7 meq.L. Penderita biasanya mengalami asidosis dengan kadar bikarbonat plasma antara 15-20 meq /L. Kadar ureum juga meningkat. Kemungkinan diagnosa juga dapat di lihat dari adanya eosinofilia dan limpositosis pada SADT, dan adanya gangguan kadar serum tiroid 4 Diagnosa paling spesifik yaitu dengan memeriksa kadar ACTH dan kortisol, jika terdapat banyak waktu. Serum kotisol biasanya kadarnya kurang dari 20 mcg/dl tetapi kita dapat menunggu untuk melakukan pemeriksaan ini bila pasien sudah dapat distabilkan. Jika akan dilakukan test untuk menstimulasi ACTH setelah memulai stess dose steroid, pastikanlah steroid sudah diganti ke dexametason karena tidak akan mempengaruhi test. Cara melakukan ACTH test adalah pertama tetapkan kadar kortisol plasma baseline, kemudian berikan ACTH 250 mcg intavena yang diberi tekanan kemudian pantau serum kortisol 30-60 menit setelah diberikan ACTH. Kenaikan kurang dari 9 mcg dapat dipikirkan sebagai insuficiensi adrenal.Pada foto thorax harus dicari tanda tanda tuberculosis, histoplasmosis, keganasan, sarkoid dan lymphoma.

Pada pemeriksaan CT scan abdomen menggambarkan kelenjar adrenal mengalami perdarahan, atropi, gangguan infiltrasi, penyakit metabolik. Perdarahan adrenal terlihat sebagai bayangan hiperdens, dan terdapat pembesaran kelenjar adrenal yang bilateral. Pada pemeriksaan EKG mempelihatkan adanya pemanjangan dari interval QT yang dapat mengakibatkan ventikular aritmia, gelombang t inverted yang dalam dapat terjadi pada akut adrenal krisis. Pemeriksaan histologis tergantung dari penyebab kegagalan adrenal. Pada kegagalan adrenokotikal yang primer, terlihat gambaran infeksi dan penyakit infiltratif. Pada kegagalan adrenokotikal yang sekunder dapat menyebabkan atrofi kelenjar adrenal. Gambaran dari perdarahan adrenal bilateral mungkin hanya ditemukan gambaran darah saja. Tatalaksana Cairan isotonik seperti NaCl 9% diberikan untuk menambah volume dan garam. Jika penderita hipoglikemi dapat di berikan cairan dextrose 50% Steroid IV secepatnya : dexametason 4 mg atau hydrokortisone 100 mg. Setelah penderita stabil lanjutkan dengan dexametasone 4 mg IV tiap 12 jam atau hydrokortison 100 mg IV tiap 6-8 jam. Obati penyakit dasarnya seperti infeksi dan perdarahan, untuk infeksi dapat diberikan antibiotik. Untuk meningkatkan tekanan darah dapat diberikan dopamin atau norepineprin. Terapi pengganti mineralokortikoid dengan fludricortisone Penderita harus dikonsultasikan dengan endokrinologist, spesialis penyakit Infeksi, ahli critical care, kardiologis, ahli bedah.

25. Apa saja dampak insufisiensi adrenal? Apakah bersifat reversibel atau ireversibel?Insufisiensi adrenal kronis sekunder terjadi ketika steroid eksogen menekan hypothalamus-pituitary adrenal axis (HPA). Bila terjadi penurunan dari steroid eksogen ini akan mencetuskan suatu krisis adrenal atau stess yang akan meningkatkan kebutuhan kortisol. Manifestasi klinis dari chronic secondary adrenal insufficiency adrenal yaitu yang berhubungan dengan kekurangan hormon kortisol adalah: lemah badan, cepat lelah, anoreksia, mual-mual, muntah, diare, hipoglikemi, eosinophilia, hipotensi ortostatik yang ringan. Insufisiensi adrenal sekunder memiliki prognosis yang baik dan reversibel jika dilakukan program terapi subtitusi glukokortikoid yang tepat.

26. Jelaskan efek samping glukokrtikoid jika dihentikan mendadak!Kortek adrenal memproduksi 3 hormon steroid yaitu hormon glukokortikoid (kortisol), mineralokortikoid (aldosteron, 11 deoxycoticosterone) dan androgen (dehydroepiandrosterone). Hormon utama yang penting dalam kejadian suatu krisis adrenal adalah produksi dari kortisol dan adrenal aldolteron yang sangat sedikit. Kortisol meningkatkan glukoneogenesis dan menyediakan zat - zat melalui proteolisis, penghambat sintesis protein, mobilisasi asam lemak,dan meningkatkan pengambilan asam amino di hati. Kortisol secara tidak langsung meningkatkan sekresi insulin untuk mengimbangi hperglikemi tetapi juga menurunkan sensitivitas dari insulin. Kortisol juga mempunyai efek anti inflamasi untuk mestabilkan lisosom, menurunkan respon leukositik dan menghambat produksi sitokin. Aktivitas fagositik dipertahankan tetapi sel mediated imunity hilang pada keadaan kekurangan kortisol dan mensupresi sintesis adrenokortikotropik hormon( ACTH).Aldosteron di keluarkan sebagai respon terhadap stimulasi dari angiotensin II melalui system renin angiotensin, hiperkalemi, hiponatremi dan antagonis dopamin. Efek nya pada target organ primer. Ginjal meningkatkan reabsorpsi dari natrium dan sekresi dari kalium dan hidrogen. Mekanismenya masih belum jelas, peningkatan dari natrium dan kalium mengaktivasi enzim adenosine triphosphatase ( Na/K ATPase) yang bertangung jawab untuk trasportasi natrium dan juga meningkatkan aktivitas dari carbonic anhidrase, efek nya adalah meningkatkan volume intravaskuler. System renin angiotensin - aldosteron tidak dipengaruhi oleh glukokortikoid eksogen dan kekurangan ACTH mempuyai efek yang sangat kecil untuk kadar aldosteron kekurangan hormon adrenokortikal menyebabkan efek yang berlawanan dengan hormon ini dan menyebabkan gejala klinis yang dapat ditemukan pada krisis adrenal. Gejala yang berhubungan dengan kekurangan kortisol Lemah badan, cepat lelah, anoreksia, mual mual, muntah, diare, hipoglikemi, hipertensi ortostatik ringan, hiponatremi, eosinophilia.

27. Jelaskan efek samping glukokortikoid jika penggunaan jangka panjang!Penggunaan glukokortikoid untuk jangka lama dapat menyebabkan peningkatan glukagon plasma yang dapat merangsang glukoneogenesis. Keadaan ini dapat pula merupakan salah satu penyebab bertambahnya sintesis glukosa. Peningkatan penyimpanan glikogen di hepar setelh pemberian glukokortikoid diduga akibat aktivasi dlikogen sintetase di hepar.Penggunaan glukokortikoid dosis besar jangka panjang atau pada sindrom Cushing, terjadi gangguan distribusi lemak tubuh yang khas. Lemak akan terkumpul secara berlebihan pada depot lemak; leher bagian belakang (bufffalo hump), daerah supraklavikula dan juga di muka (moon face), sebaliknya lemak di daerah ekstremitas akan menghilang. Salah satu hipotesis yang menerangkan keadaan diatas adaslah sebagai berikut: kadar insulin meningkat akibat hiperglikemia yang ditimbulkan oleh glukokortikoid, insulin ini mempunyai efek lipogenik dan antilipolitik pada jaringan lemak di batang tubuh sehingga lemak terkumpul di tempat-tempat yang disebut tadi. Sedangkan sel lemak di ekstremitas kurang sensitif terhadap insulin dan lebih sensitif terhadap efek lipolitik hormon lain (epinefrin, norepinefrin dan hormon pertumbuhan) yang diinduksi oleh glukokortikoid.Pada pasien sindrom Cushing atau pemberian glukokortikoid dosis besar untuk waktu lama dapat timbul wasting otot rangka yaitu pengurangan massa otot. Mekanisme miopati pada pemakaian glukokortikoid, diduga disebabkan oleh efek kataabolik dan efek antianaboliknya pada protein otot yang disertai hilangnya massa otot, penghambatan aktivitas fosforilase dan adanya akumulasi kalsium otot yang menyebabkan penekanan fungsi mitokondria. Penggunaan glukokortikoid untuk waktu lama dapat menimbulkan serangkaian reaksi yang berbeda-beda. Sebagian besar mengalami perbaikan semangat (mood) yang mungkin disebabkan hilangnya gejala penyakit yang sedang diobati; yang lain memperlihatkan keadaan euforia, insomnia, kegelisahan dan peningkatan aktivitas motorik. Kortisol juga dapat menimbulkan depresi. Pasien yang sebelumnya pernah mengalami gangguan jiwa sering memperlihatkan reaksi psikotik.

Pada pasien sindrom Cushing sering terdapat neurosis dan psikosis. Semua kelainan ini bersifat reversibel bila pemberian hormon dihentikan atau sindrom diobati secara efektif. Glukokortikoid dosis tinggi dalam waktu lama dapat menimbulkan gejala pseudotumor cerebri karena tekanan intrakranial yang meningkat. Glukokortikoid dapat meningkatkan kadar hemoglobin dan jumlah sel darah merah, hal ini terbukti dari seringnya timbul polisitemia pada sindrom Cushing. Penggunaan glukokortikoid pada waktu lama untuk anak dapat menghambat pertumbuhan, karena efek antagonisnya terhadap kerja hormon pertumbuhan di perifer.

28. Jelaskan nafsu makan secara umum terkait hormon leptin dan ghrelin!

Nafsu makan tersebut dipengaruhi oleh hormon yang diproduksi tubuh sebagai neuromodulators, yakni hormon yang mempengaruhi perilaku kognitif terhadap nafsu makan. Hormon tersebut adalah ghrelin dan leptin. Leptin dan ghrelin adalah dua hormon yang telah diakui memiliki pengaruh besar pada keseimbangan energy. Ghrelin adalah hormon yang diproduksi oleh sel-sel di dalam perut dan 'bekerja sama' dengan otak untuk memberi sinyal lapar. Tingkat ghrelin meningkat sebelum makan dan menurun setelah makan. Kadar hormon ghrelin akan menurun secara berkala setelah tubuh mulai menyerap nutrisi dari makanan.Selain itu, ghrelin juga dapat mengaktifkan pusat kesenangan di otak dan membuat seseorang mengonsumsi makanan lebih banyak. Ghrelin bekerja pada hipotalamus otak dengan cara meningkatkan nafsu makan. Hipotalamus adalah struktur kecil di dasar otak yang mengatur banyak fungsi tubuh, termasuk nafsu makan dan suhu tubuh.Para peneliti di Rumah Sakit Universitas Navarra menemukan bahwa, selain merangsang hipotalamus untuk menghasilkan nafsu makan, ghrelin juga mengakumulasi lipid dalam jaringan lemak visceral. Lipid adalah golongan senyawa yang tidak larut dalam air, dan lemak adalah salah satu bagian dari lipid. Dengan kata lain, ghrelin dapat memicu akumulasi lemak terutama di daerah perut (obesitas visceral/omentum) yang dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi hingga diabetes tipe-2.

Jumlah ghrelin dalam tubuh bisa dikurangi. Olahraga berintensitas tinggi seperti aerobik, kickboxing atau jogging bermanfaat menurunkan tingkat ghrelin. Itulah sebabnya latihan fisik merupakan kunci utama dalam menghilangkan lemak dan menjaga berat badan tetap ideal.Leptin merupakan hormon yang membantu mengatur metabolisme dan nafsu makan. Leptin berinteraksi dengan otak, memerintahkan tubuh untuk makan lebih sedikit dan membakar lebih banyak kalori. Hormon leptin diproduksi secara alami oleh sel lemak di dalam tubuh yang berasal dari makanan sehari-hari, dan diedarkan oleh darah menuju otak. Leptin memberitahu otak kapan harus berhenti mengunyah dan berhenti makan, membantu merespon rasa kenyang, mengendalikan nafsu makan dan mencegah makan berlebihan.

29. Jelaskan definisi serta fase mual dan muntah secara umum!Mual adalah perasaan tidak enak didalam perut yang sering berakhir dengan muntah. Muntah adalah pengeluaran isi lambung melalui mulut. Pada mual, terdapat berbagai perubahan aktivitas saluran cerna yang berkaitan dengan mual,seperti meningkatnya salvias, menurunnya tonus lambung, dan peristaltik. Peningkatan tonus duodenum dan jejunum menyebabkan terjadinya reflux isi duodenum ke lambung. Tanda dan gejalanya sering kaliu adalah pucat, hendak muntah, hendak pingsan, berkeringat, takikardia. Pada muntah, muntah terjadi akibat rangsangan pada pusat muntah, yang terletak di daerah postrema medulla oblongata. Muntah dapat dirangsang melalui jalur saraf aferen oleh rangsangan nevus vagus dan simpatis atau oleh rangsangan emetic yang menimbulkan muntah dengan aktivasi CTZ. Jalur aferen menerima sinyal yang menyebabkan terjadinya gerakan ekspulsif otot abdomen, gastrointestinal, dan pernapasan yang terkoordinasi dengan epifenomena emetic yang menyertai disebut muntah. Pusat muntah secara anatomis berada di dekat pusat pernapasan, sehingga pada waktu muntah sering terjadi hipersalivasi dan gerakan pernapasan.

30. Jelaskan edukasi secara farmakologi tentang penggunaan glukokortikoid berdasarkan dosis, cara pemberian dan efek samping! Berdasarkan dosis: Dewasa Secara intramuskular atau intravena, 10-40 mg (base), diulangi sesuai keperluan. Untuk dosis tinggi (pulse terapi): intravena, 30 mg (base) per kg berat badan diberikan sekurang-kurangnya 30 menit. Dosis dapat diulangi setiap 4-6 jam sesuai kebutuhan. Bayi dan anak: Insufisiensi adrenokortikal: intramuskular, 117 mikrogram (0,117 mg) (base) per kg berat badan atau 3,33 mg (base) permeter persegi permukaan tubuh sehari (dalam dosis terbagi tiga) setiap hari ke tiga; atau 39 sampai 58,5 mikrogram (0,039 sampai 0,0585 mg) (base) per kg berat badan atau 1,11 sampai 1,66 mg (base) permeter persegi permukaan tubuh sekali sehari. Berdasarkan cara pemberian:Untuk intramuskular atau intravena, rekonstitusi serbuk dengan larutan injeksi yang telah disediakan (mengandung benzyl alkohol 0,9%), kocok hingga larut. Pemberian dengan intravena langsung dapat diberikan selama sekurang-kurangnya 1 menit, atau dapat diberikan secara infus intravena dalam 5% dekstrosa, NACl 0,9% atau dektrosa 0,5% dalam NaCl 0,9% selama sekurang-kurangnya 30 menit. Larutan stabil secara fisika dan kimia selama 48 jam. Berdasarkan efek samping: Insufisiensi adrenokortikalDosis tinggi untuk periode lama dapat terjadi penurunan sekresi endogeneous kortikosteroid dengan menekan pelepasan kortikotropin pituitary insufisiensi adrenokortikal sekunder. Efek muskuloskeletalNyeri atau lemah otot, penyembuhan luka yang tertunda, dan atropi matriks protein tulang yang menyebabkan osteoporosis, retak tulang belakang karena tekanan, nekrosis aseptik pangkal humerat atau femorat, atau retak patologi tulang panjang.

Gangguan cairan dan elektrolit Retensi sodium yang menimbulkan edema, kekurangan kalium, hipokalemik alkalosis, hipertensi, serangan jantung kongestif. Efek pada mataKatarak subkapsular posterior, peningkatan tekanan intra okular, glaukoma, eksoftalmus. Efek endokrin:Menstruasi yang tidak teratur, timbulnya keadaan cushingoid, hambatan pertumbuhan pada anak, toleransi glukosa menurun, hiperglikemia, bahaya diabetes mellitus. Efek pada saluran cerna:Mual, muntah, anoreksia yang berakibat turunnya berat badan, peningkatan selera makan yang berakibat naiknya berat badan, diare atau konstipasi, distensi abdominal, pankreatitis, iritasi lambung, ulceratif esofagitis. Efek sistem saraf:Sakit kepala, vertigo, insomnia, peningkatan aktivitas motor, iskemik neuropati, abnormalitas EEG, konvulsi. Efek dermatologi: Atropi kulit, jerawat, peningkatan keringat, hirsutisme, eritema fasial, striae, alergi dermatitis, urtikaria, angiodema. Efek samping lain: Penghentian pemakaian glukokortikoid secara tiba-tiba akan menimbulkan efek mual, muntah, kehilangan nafsu makan, letargi, sakit kepala, demam, nyeri sendi, deskuamasi, mialgia, kehilangan berat badan, dan atau hipotensi.

31. Jelaskan edukasi secara non farmakologi untuk mengatasi alergi dan keluhan akibat penghentian obat secara mendadak! Menghindari makanan yang dapat menimbulkan alergi itu kambuh Memberikan pengetahuan kepada pasien mengenai patogenesis alergi, tanda dan gejala awal, serta penggunaan obat yang tepat sesuai resep dokter. Istirahat yang cukup Olahraga secara teratur

32. Jelaskan terapi farmakologi yang tepat untuk pasien insufisiensi adrenal akibat penggunaan glukokortikoid!Terapi substitusi adalah pemberian kortikosteroid yang bertujuan memperbaiki kekurangan akibat inusfisiensi sekresi korteks adrenal akibat gangguan fungsi atau struktur adrenal maupun hipofisis. Insufisiensi adrenal akut disebabkan oleh kelainan pada adrenal atau penghentian pengobatan kortikosteroid dosis besar secara tiba-tiba. Bila insufisiensi primer, 20-30 mg hidrokortison harus diberikan tiap hari, dinaikan bila dalam keadaan stress. Perlu diberi juga preparat mineralokortikoid yang dapat menahan Na dan air. Preparat sintesis yang kecil efek menahan airnya jangan dipakai untuk kondisi ini. Bila yang terjadi insufisiensi akibat kortikosteroid dosis besar jangka lama yang dihentikan tiba-tiba, pasien harus secepatnya diberi air, natrium, klorida, glukosa, kortisol serta pencegahan terhadap infeksi, trauma, dan perdarahan. Gejalanya cukup berat antara lain berupa gangguan saluran cerna, dehidrasi, rasa lemah dan hipotensi. Pasien mudah mengalami intoksikasi air karena menurunnya fungsi diuresis sehingga sering terjadi hidrasi sel. Selain pemberian larutan NaCl isotonik IV, dapat ditambahkan glukosa untuk mengatasi hipoglikemi. Jumlah cairan yang diberikan dalam waktu 24 jam pertamatidak boleh lebih dari 5% dari BB ideal. Pasien harus terus dimonitor karena sewaktu-waktu dapat terjadi peningkatan tekanan vena dan edema paru, mengingat kapasitas kerja sistem kardiovaskular dapat menurun. Hidrokortison diberikan secara bolus IV awal 100 mg dan dilanjutkandengan pemberian dalam cairan IV yang diberikan dengan kecepatan 100 mg tiap 8 jam sampai pasien stabil. Jumlah ini sesuai dengan sekresi kortisol maksimal per hari dalam keadaan stress. Setelah pasien stabil, dosis hidrokortison dikurangi hingga 25 mg tiap 6-8 jam.

Daftar Pustaka Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi: Konsep klinis Proses-Proses Penyakit. 6th ed. Jakarta : EGC, 2005. Sherwood. L. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Ed. 6th ed. Jakarta: EGC. 2012. Syarif, Amir. Farmakologi dan Terapi. 5th ed. Jakarta: FKUI. 2012. Ikawati, Z. Pengantar Farmakologi Molekuler. Yogyakarta: UGM Press 2008. Murray, R.K., Granner, D. K., Rodwell, V. W. Biokimia Harper. 27th ed. Jakarta: EGC. 2009. http://pustaka.unpad.ac.id http://saripediatri.idai.or.id http://repository.usu.ac.id

PEMICU 2METABOLIK ENDOKRINPemicu 2:Ny. D 50 tahun datang kepoliklinik dengan keluhan berat badan bertambah sejak 1 tahu terakhir. Pada pemeriksaan fisik, tinggi badan 158 cm, berat badan 85 kg.

Kata Kunci: Wanita 50 tahun BB naik sejak 1 tahun terakhir TB 158 cm BB 185 kg

Identifikasi Masalah: Perempuan, 50 tahun, mengalami penambahan berat badan sejak 1 tahun terakhir.

Analisis Masalah:

Hipotesis:Perempuan, 50 tahun, mengalami obesitas grade 1 disebabkan oleh penimbunan lemak tubuh berlebihan.

Spyder Web:

Pertanyaan Terjaring:1. Apa yang dimaksud dengan metabolisme serta jelaskan fungsi metabolisme!Metabolisme adalah sebuah rangkaian reaksi bersifat kimia yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup. Reaksi ini terjadi sebagai modal/sumber makhluk hidup untuk mempertahankan kehidupannya. Metabolisme merupakan seluruh rangkaian reaksi kimia yang berlangsung di dalam sel makhluk hidup. Metabolisme terdiri atas dua proses , yaitu anabolisme dan katabolisme. Anabolisme merupakan serangkaian reaksi kimia berupa proses penyusunan zat kompleks dari zat yang lebih sederhana. Katabolisme merupakan kebalikan dari anabolisme yakni zat kompleks serangkaian reaksi kimia berupa proses pemecahan zat kompleks menjadi zat lebih sederhana yang disertai dengan pelepasan energi berupa adenosin triphosphate.Fungsi metabolisme: Racun merupakan zat yang jelas tidak dibutuhkan oleh tubuh. Masuknya zat ini ke dalam tubuh tidak selamanya dilakukan dengan sengaja, sebagian besar malah justru tidak sengaja, alias keracunan. Dan tahukah Anda bahwa proses metabolisme ini bisa mengubah zat beracun menjadi senyawa yang sama sekali tidak beracun tidak hanya mengubahnya menjadi tidak beracun, metabolisme juga dapat mengeluarkan racun dari tubuh. Menjaga Kesehatan Tubuh. Metabolisme merupakan sebuah proses yang membantu tubuh untuk mengolah aneka zat yang masuk ke dalam tubuh. Hasil akhir dari pengolahan tersebut nantinya berperan dalam membentuk identitas kesehatan tubuh. Jika proses metabolime berjalan lancar, tubuh akan jauh lebih merasa sehat dan bugar. Penghasil senyawa ATP. ATP merupakan senyawa kimia berenergi tinggi, tetapi mempunyai ikatan yang bersifat labil. Senyawa tersebut nantinya akan menyumbang energi pada proses-proses dalam metabolisme seperti fotosintesis, respirasi, sintesis protein, kemosintesis, dan lemak.2. Jelaskan perhitungan BMI pada pemicu!Indeks massa tubuh adalah sebuah pengukuran dalam statistik yang membandingkan berat badan dan tinggi badan seseorang. Walaupun hal ini tidak sebenarnya mengukur persentasi lemak tubuh, tetapi Indeks masa tubuh adalah sebuah alat yang berguna untuk mengestimasi berat badan yang sehat berdasarkan tinggi orang tersebut. Karena pengukuran dan penghitungan yang mudah indeks ini banyak digunakan secara luas sebagai alat diagnostik untuk mengidentifikasi masalah berat badan dalam populasi, biasanya untuk individu yang kurus (dibawah normal), kelebihan berat badan dan obesitas. Indeks massa tubuh didefinisikan sebagai berat badan seseorang dibagi dengan tinggi badannya pangkat kuadrat. Fomula ini secara universal digunakan dalam pengobatan dengan memproduksi per unit ukuran kg/m2.

BMI= BMI= = = 34 kg/m2Jadi, dapat diketahui BMI pada pemicu 34 kg/m2 yang termasuk kategori obese I.

3. Jelaskan metabolisme karbohidrat pada tubuh?Struktur KH adalah CnH2nOn (glukosa (6C) = C6H12O6). Fungsi KH yaitu sebagai sumber energi, cadangan energi (dalam bentuk glikogen yang disimpan di hati dan otot), dan sintesis (bahan struktur sel seperti glikoprotein dan glikolipid, senyawa non-karbohidrat seperti TAG (lipid) dan asam amino, juga laktosa). Metabolisme di tubuh kita ada yang normal, contohnya adalah adaptasi saat kelaparan/puasa, latihan fisik, kehamilan, dan laktasi, serta abnormal, contohnya adalah defisiensi nutrisi, defisiensi enzim, sekresi hormon regulasi metabolisme tidak normal, efek obat dan racun. Normalnya, kebutuhan kalori seseorang dengan BB 70 kg adalah 2400-2900 kcal, jika berlebih maka dapat menimbulkan obesitas (IMT >26 jika di asia), sedangkan jika kekurangan terus-menerus dapat menginduksi tubuh untuk melakukan katabolisme protein tanpa replacement, disebut emaciation. Sedangkan pada kondisi lapar/puasa, system saraf dan eritrosit akan menerima sinyal terhadap kekurangan glukosa, dan saat cadangan glikogen menipis, maka tubuh melakukan glukoneogenesis.Hormon pengatur metabolisme: Insulin. Jika patologis dapat menyebabkan diabetes mellitus (kadar gula darah . DM tipe I karena defisiensi sekresi insulin, sedangkan tipe II karena sel tidak sensitif terhadap insulin). Glukagon. Berperan dalam glukoneogenesis sehingga kadar gula darah meningkat kembali ke normal. Glukosa merupakan bahan bakar universal (untuk semua sel), dan ada dua sel yang paling tergantung hidup-matinya terhadap adanya glukosa, yaitu eritrosit dan otak. Masuknya glukosa ke dalam sel yaitu melalui difusi terfasilitasi sehingga memerlukan protein transporter, yaitu GLUT (adiposa, otot, dan langerhans memerlukan GLUT 4 yang dipengaruhi insulin). Karena jumlah sel adipose dan otot rangka luar biasa besar, maka pemasukan glukosa lewat GLUT 4 sangat membutuhkan kehadiran insulin, sehingga insulin pun juga turut berperan besar dalam pengaturan kadar glukosa darah. Beberapa jaringan membutuhkan suplai glukosa terus-menerus, sehingga kadar glukosa darah juga harus tetap dipertahankan di 70-100 mg/dL (4-5 mmol/L). Pada keadaan puasa, kadar glukosa dipertahankan oleh hati, awalnya dengan pemecahan glikogen (glikogenolisis), kemudian dengan sintesis glukosa dari prekursor non karbohidrat (glukoneogenesis). Jalur utama metabolisme karbohidrat :Glikolisis adalah proses pemecahan heksosa (6C, contoh: glukosa) menjadi senyawa 3C atau 2C dan menghasilkan ATP. Glikolisis terjadi di semua jaringan/ubiquitos pathway (tepatnya di sitosol), dan berupa oksidasi glukosa yang berujung pada pembentukan piruvat (aerob) dan laktat (anaerob) . Fungsi utama sebagai pembentuk energi dan biosintesis (sintesis senyawa lain yang diperlukan dari glukosa). a. Glikolisis aerob: piruvat yang dihasilkan dapat diubah menjadi asetil-KoA yang selanjutnya dioksidasi di TCA, sehingga banyak menghasilkan banyak NADH dan FADH2 (yang oleh oksigen direoksidasi menjadi NADH dan FADH, masuk ke transport elektron) sehingga ATP meningkat.b. Glikolisis anaerob: rantai transpor elektron tidak berlangsung (karena tidak ada O2) sehingga NADH yang terbentuk mengalami reoksidasi menjadi NAD yang terjadi melalui reduksi piruvat berganti menjadi laktat sehingga ATP lebih sedikit. Reaksi ini terdiri dari 3 tahap: Pembentukan glukosa 6-fosfat (G 6-P) Awal reaksinya, glukosa mengalami fosforilasi menjadi flukosa 6-fosfat melalui pemindahan sebuah fosfat dari ATP. Langkah pertama glikolisis ini pakai ATP Reaksi ini membutuhkan dua jenis enzim yang berfungsi sebagai katalisator, yaitu heksokinase dan glukokinase. Pemecahan G-6P menjadi 2 triosa-P (3C) G-6P tadi mengalami isomerisasi (molekulnya bertransformasi jadi bentuk isomernya: komposisi sama tapi strukturnya beda) menjadi fruktosa-6-fosfat, lalu mengalami fosforilasi menjadi fruktosa-1,6-bifosfat (perlu ATP), dan diuraikan menjadi dua senyawa 3-karbon terfosforilasi (triosa fosfat). Reaksi ini ireversibel, sehingga glukosa jika sudah sampai sini, pasti masuk ke jalur glikolitik.

Oksidasi triosa-P menjadi piruvat (aerob) Reaksi pertama adalah oksidasi triosa-P, menghasilkan NADH, berlanjut kereaksi hidrolisis yang energinya sangat tinggi sehingga mampu membentuk ATP dan piruvat. Piruvat (aerob) akan dioksidasi menjdi asetil-KoA di mitokondria (oleh kompleks piruvat dehidrogenase), dihasilkan NADH. Asetil Ko-A adalah senyawa berenergi tinggi, tidak hanya dihasilkan dari glukosa tapi juga dari lipid, asam lemak, asetat, dan asam amino ketogenik, juga merupakan sumber gugus asetil pada proses sintesis (kolesterol, asam lemak, steroid, benda keton).

4. Jelaskan metabolisme lipid pada tubuh ?Lipid yang kita peroleh sebagai sumber energi utamanya adalah dari lipid netral, yaitu trigliserid (ester antara gliserol dengan 3 asam lemak). Secara ringkas, hasil dari pencernaan lipid adalah asam lemak dan gliserol, selain itu ada juga yang masih berupa monogliserid. Karena larut dalam air, gliserol masuk sirkulasi portal (vena porta) menuju hati. Asam-asam lemak rantai pendek juga dapat melalui jalur ini. Sebagian besar asam lemak dan monogliserida karena tidak larut dalam air, maka diangkut oleh miselus (dalam bentuk besar disebut emulsi) dan dilepaskan ke dalam sel epitel usus (enterosit).Di dalam sel ini asam lemak dan monogliserida segera dibentuk menjadi trigliserida (lipid) dan berkumpul berbentuk gelembung yang disebut kilomikron. Selanjutnya kilomikron ditransportasikan melalui pembuluh limfe dan bermuara pada vena kava, sehingga bersatu dengan sirkulasi darah. Kilomikron ini kemudian ditransportasikan menuju hati dan jaringan adiposa. Di dalam sel-sel hati dan jaringan adiposa, kilomikron segera dipecah menjadi asam-asam lemak dan gliserol. Selanjutnya asam-asam lemak dan gliserol tersebut, dibentuk kembali menjadi simpanan trigliserida. Proses pembentukan trigliserida ini dinamakan esterifikasi. Sewaktu-waktu jika kita membutuhkan energi dari lipid, trigliserida dipecah menjadi asam lemak dan gliserol, untuk ditransportasikan menuju sel-sel untuk dioksidasi menjadi energi. Proses pemecahan lemak jaringan ini dinamakan lipolisis. Asam lemak tersebut ditransportasikan oleh albumin ke jaringan yang memerlukan dan disebut sebagai asam lemak bebas (free fatty acid/FFA).

Secara ringkas, hasil akhir dari pemecahan lipid dari makanan adalah asam lemak dan gliserol. Jika sumber energi dari karbohidrat telah mencukupi, maka asam lemak mengalami esterifikasi yaitu membentuk ester dengan gliserol menjadi trigliserida sebagai cadangan energi jangka panjang. Jika sewaktu-waktu tak tersedia sumber energi dari karbohidrat barulah asam lemak dioksidasi, baik asam lemak dari diet maupun jika harus memecah cadangan trigliserida jaringan. Proses pemecahan trigliserida ini dinamakan lipolisis.Transpor Lipid dan Metabolisme Lipoprotein Lipid yang tidak larut di darah perlu bentuk transport khusus. Asam lemak bebas ditranspor dengan albumin. Kalau TAG, PL, dan kolesterol ditranspor bersama dengan protein, maka itu disebut lipoprotein Terdapat 4 jalur transport lipid, yaitu: Albumin : Asam lemak, Adipose -> Jaringan Kilomikron : Lipid, Usus -> Jaringan VLDL, LDL : Lipid sintesis sendiri, Hati -> Jaringan HDL : Jaringan -> Hati -> Bile

5. Jelaskan metabolisme protein pada tubuh?

6. Jelaskan definisi, etiologi, faktor resiko obesitas?Definisi ObesitasObesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi perluasan ke dalam jaringan organnya. Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan antara tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan yang melampaui ukuran ideal.Etiologi Obesitas GenetikYang dimaksud factor genetik adalah faktor keturunan yang berasal dari orang tuanya. Pengaruh faktor tersebut sebenarnya belum terlalu jelas sebagai penyebab kegemukan . Namun demikian, ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa factor genetic merupakan faktor penguat terjadinya kegemukan. Menurut penelitian , anak - anak dari orang tua yang mempunyai berat badan normal ternyata mempunyai 10 % resiko kegemukan. Bila salah satu orang tuanya menderita kegemukan