Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

76
HASIL DISKUSI KELOMPOK PEMICU 1 MODUL SARAF JIWA KELOMPOK 4 FASILITATOR : dr. FRANCISCA DIANA A, M.SC PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

description

dk

Transcript of Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

Page 1: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

HASIL DISKUSI KELOMPOK PEMICU 1

MODUL SARAF JIWA

KELOMPOK 4

FASILITATOR : dr. FRANCISCA DIANA A, M.SC

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

PALANGKA RAYA 2015

Page 2: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

KELOMPOK 4

Finkainarae FAA 113 038

Inda Yanti FAA 113 039

Jean Stepani Saragih FAA 113 042

Theresia Alfionita Sinulingga FAA 113 043

Alamul Huda FAA 113 044

Muhammad Yamin FAA 113 046

Azka Rizky Pamula FAA 113 047

Rera Richard Rabi Mewo FAA 113 048

Anggini Tsamaratul Qolby FAA 113 049

Al Fattah Nandayu Setiawan FAA 113 050

Page 3: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

PEMICU 1

Ny S, 56 tahun, ditemukan pingsan saat tidur malam oleh suaminya. Kemudian suami

memanggil tetangganya, seorang dokter, saat diperiksa pasien tidak sadar. Pasien kemudian

dibawa ke rumah sakit, dalam pemeriksaan status generalis tidak didapatkan adanya kelainan.

Pasien tidak memberikan kontak yang adekuat selama 1 hari dalam. Hari kedua perawatan,

pasien mulai sadar dan mengenali keluarganya, tetapi tidak dapat berbicara karena lidah

terasa kaku dan tertarik ke belakang. Pada hari ketiga perawatan, pasien mulai dapat

berbicara kembali dengan lancar.

Pemeriksaan neurologis pada hari kedua, tidak dijumpai adanya tanda rangsang meningeal,

pupil bulat diameter 3 mm, isokor, refleks cahaya langsung dan tak langsung (+/+), tidak ada

kelumpuhan saraf kranialis, fungsi motorik dengan kekuatan 5 pada keempat ekstremitas,

refleks fisiologis dalam batas normal, tidak dijumpai adanya refleks patologis, sistem

sensorik dalam batas normal, serta fungsi otonom dalam batas normal.

Dalam riwayat penyakitnya didapatkan informasi bahwa, empat bulan terakhir ini pasien

sibuk mengurus cucu pertamanya yang tinggal 300 m dari rumah pasien. Pasien merasakan

sangat repot karena harus mengurus 2 rumah sehingga ia merasa kelelahan dan tidak dapat

mengikuti pengajian lagi seperti biasanya (sebelum dia mempunyai cucu), serta tidak

mempunyai waktu untuk mengurus keuangan pengajian.

KATA KUNCI

Wanita, 56 tahun

Pingsan saat tidur

Status generalis normal

Tidak ada kontak adekuat selama 1 hari

Hari kedua mulai sadar, tidak dapat berbicara karena lidah kaku dan tertarik ke

belakang

Hari ketiga mulai dapat berbicara kembali dengan lancar

Pemeriksaan neurologis : > rangsang meningeal (-)

> pupil bulat, d = 3 mm

> kelumpuhan saraf kranialis (-)

> kekuatan fungsi motorik = 5, pada semua ekstremitas

Page 4: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

> refleks patologis (-)

> refleks fisiologis normal

> refleks sensorik normal

> refleks otonom normal

IDENTIFIKASI MASALAH

Wanita 56 tahun pingsan

4 bulan terakhir merasa kelelahan

Hari pertama : tidak memberikan kontak yang adekuat

Hari kedua : tidak dapat berbicara karena lidah kaku dan tertarik ke belakang.

ANALISIS MASALAH

Wanita, 56 tahun

Pingsan saat tidur

Datang ke dokter

Anamnesis Pemeriksaan

Riwayat Dulu Riwayat Sekarang Status generalis Pemeriksaan Neurologis

4 bulan terakhir mengalami kelelahan

- Kehilangan kesadaran saat tidur

- Hari pertama tidak ada kontak yang adekuat.

- Hari kedua tidak dapat berbicara, lidah kaku dan tertarik ke belakang

Normal Normal

Gangguan

Kesadaran

Gangguan Normal

SSP SST Fisiologi kesadaran

Derajat kesadaran

Anatomi SSP

RIND

Page 5: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

HIPOTESIS

Nyonya S 56 tahun mengalami gangguan kesadaran pada sistem saraf pusat akibat kelelahan

dan stress.

PERTANYAAN TERJARING

1. Jelaskan anatomi sistem saraf pusat!

2. Bagaimana fisiologi kesadaran?

3. Jelaskan tingkat kesadaran!

4. Jelaskan mengenai gangguan pada Sistem Saraf Pusat!

5. Jelaskan mengenai gangguan pada Sistem Saraf Tepi!

6. Jelaskan hubungan kelelahan dengan gangguan kesadaran pada pemicu!

7. Apa saja faktor yang mempengaruhi hilangnya kesadaran?

8. Bagaimana cara pemeriksaan kesadaran?

9. Apa saja yang termasuk pemeriksaan neurologis? Jelaskan!

10. Jelaskan mengenai RIND (Reversible Ischemic Neurologist Deficit)!

a. Definisi

b. Patofisiologi

c. Etiologi

d. Tatalaksana

e. Pemeriksaan Fisik

f. Pemeriksaan penunjang

g. Faktor resiko

h. Edukasi

11. Mengapa lidah kaku dan tertarik ke belakang sehingga tidak dapat berbicara?

12. Mengapa terjadi kontak yang tidak adekuat?

13. Apa hubungan status generalis dan pemeriksaan neurologis yang normal dengan

gangguan kesadaran pada pasien di pemicu?

14. Bagaimana pemeriksaan penunjang dengan gejala tidak sadar atau sinkop?

15. Apa saja pemeriksaan psikiatri yang perlu dilakukan pada pasien di pemicu?

Page 6: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

JAWABAN PERTANYAAN TERJARING

1. Jelaskan anatomi sistem saraf pusat!

Sistem saraf pusat (SSP) meliputi otak (ensephalon) dan sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan. Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3 lapisan selaput meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi radang yang disebut meningitis.

Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:

Durameter; terdiri dari dua lapisan, yang terluar bersatu dengan tengkorak sebagai endostium, dan lapisan lain sebagai duramater yang mudah dilepaskan dari tulang kepala. Di antara tulang kepala dengan duramater terdapat rongga epidural.

Arachnoidea mater; disebut demikian karena bentuknya seperti sarang labah-labah. Di dalamnya terdapat cairan yang disebut liquor cerebrospinalis; semacam cairan limfa yang mengisi sela sela membran araknoid. Fungsi selaput arachnoidea adalah sebagai bantalan untuk melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik.

Piameter. Lapisan terdalam yang mempunyai bentuk disesuaikan dengan lipatan-lipatan permukaan otak.

Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:

badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea) serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba) sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di dalam

sistem saraf pusat

Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks) dan bagian putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi putih.

Otak

Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak tengah (mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla oblongata), dan jembatan varol.

Page 7: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

Otak besar (serebrum)

Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivitas mental, yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan. Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks otak besar yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua area tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian belakang.

Otak tengah (mesensefalon)

Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran.

Otak kecil (serebelum)

Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.

Sumsum sambung (medulla oblongata)

Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga memengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin, batuk, dan berkedip.

Jembatan varol (pons varoli)

Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.

Berdasarkan letaknya, otak dapat dibagi menjadi lima yaitu:

Telensefalon (end brain) Diensefalon (inter brain) Mesensefalon (mid brain) Metensefalon (after brain) Mielensefalon (marrow brain)

Telensefalon(end brain) terdiri dari:

Hemisfer serebri

Page 8: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

kortek serebri sistem limbik (Bangsal ganglia, hipokampus, Amigdala)

Diensefalon (inter brain) terdiri dari:

Epitalamus Talamus Subtalamus Hipotalamus

Mesensefalon (mid brain) terdiri dari:

Kolikulus superior Kolikulus inferior Substansia nigra

Metensefalon (after brain) terdiri dari:

Pons Serebelum Mielensefalon Medula oblongata

Sumsum tulang belakang (medula spinalis)

Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar berwarna putih, sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan berwarna kelabu. Pada penampang melintang sumsum tulang belakang ada bagian seperti sayap yang terbagi atas sayap atas disebut tanduk dorsal dan sayap bawah disebut tanduk ventral. Impuls sensori dari reseptor dihantar masuk ke sumsum tulang belakang melalui tanduk dorsal dan impuls motor keluar dari sumsum tulang belakang melalui tanduk ventral menuju efektor. Pada tanduk dorsal terdapat badan sel saraf penghubung (asosiasi konektor) yang akan menerima impuls dari sel saraf sensori dan akan menghantarkannya ke saraf motor

Suplai darah otak

Otak mendapat suplai darah dari 2 arteri besar, yaitu :

1. Arteri karotis interna

2. Arteri vertebro basiler

Sistem saraf tepi adalah sistem saraf di luar sistem saraf pusat, untuk menjalankan otot dan organ tubuh. Tidak seperti sistem saraf pusat, sistem saraf tepi tidak dilindungi tulang, membiarkannya rentan terhadap racun dan luka mekanis.

Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadai dan sistem saraf tak sadar (sistem saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak antara lain denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi keringat.

Page 9: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

Saraf tepi dan aktivitas-aktivitas yang dikendalikannya

1. Sistem Saraf Sadar

Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang.

Saraf otak ada 12 pasang yang terdiri dari:

3 pasang saraf sensori, yaitu saraf nomor 1, 2, dan 8 5 pasang saraf motor, yaitu saraf nomor 3, 4, 6, 11, dan 12 4 pasang saraf gabungan sensori dan motor, yaitu saraf nomor 5, 7, 9, dan 10.

Page 10: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

Otak dilihat dari bawah menunjukkan saraf kranial

Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali nervus vagus yang melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan rongga perut. Nervus vagus membentuk bagian saraf otonom. Oleh karena daerah jangkauannya sangat luas maka nervus vagus disebut saraf pengembara dan sekaligus merupakan saraf otak yang paling penting.

Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang saraf gabungan. Berdasarkan asalnya, saraf sumsum tulang belakang dibedakan atas 8 pasang saraf leher, 12 pasang saraf punggung, 5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul, dan satu pasang saraf ekor.

Beberapa urat saraf bersatu membentuk jaringan urat saraf yang disebut pleksus. Ada 3 buah pleksus yaitu sebagai berikut.

a. Pleksus cervicalis merupakan gabungan urat saraf leher yang mempengaruhi bagian leher, bahu, dan diafragma.

b. Pleksus brachialis mempengaruhi bagian tangan.

c. Pleksus Jumbo sakralis yang mempengaruhi bagian pinggul dan kaki.

2. Saraf Otonom

Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion.

Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu.

Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan "nervus vagus" bersama cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum sambung.

Page 11: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

Parasimpatik

mengecilkan pupil menstimulasi aliran ludah memperlambat denyut jantung membesarkan bronkus menstimulasi sekresi kelenjar pencernaan mengerutkan kantung kemih

Simpatik

memperbesar pupil menghambat aliran ludah mempercepat denyut jantung mengecilkan bronkus menghambat sekresi kelenjar pencernaan menghambat kontraksi kandung kemih

SUMBER :

Feriyawati, Lita. 2006. Anatomi Sistem Saraf dan Peranannya dalam Regulasi Kontraksi Otot Rangka. Medan : Fakultas Kedokteran USU

Irianto, Kus. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis. Bandung : Yrama Widya

Sari,Mega. 2004. Sistem Ventrikel dan Liquor Cerebrospinal. Medan : Fakultas Kedokteran USU

Sinaga, Erlintan dkk. 2011. Anatomi Fisiologi Manusia. Medan : FMIPA Unimed

Page 12: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

2. Bagaimana fisiologi kesadaran?

Otak memiliki kurang lebih 15 miliar neuron yang membangun substansia alba dan

substansia grisea. Otak merupakan organ yang sangat kompleks dan sensitif.

Fungsinya sebagai pengendali dan pengatur seluruh aktivitas, seperti : gerakan

motorik, sensasi, berpikir, dan emosi. Sel-sel otak bekerja bersama- sama dan

berkomunikasi melalui sinyal-sinyal listrik.

Kata kesadaran merujuk kepada keadaan mengetahui secara subyektif tentang dunia

luar dan diri sendiri, termasuk mengetahui alam pikirannya sendiri-yaitu, kesadaran

akan pikiran, persepsi, mimpi dan sebagainya. Meskipun tingkat akhir kesadaran

terletak di korteks serebri dan sensasi kasar tentang kesadaran terdeteksi oleh talamus

namun pengalaman sadar bergantung pada terintegrasinya fungsi berbagai bagian

saraf.

SUMBER :

Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia : Dari Sel Ke Sistem. Edisi 6.

Jakarta : EGC, h. 181

3. Jelaskan tingkat kesadaran!

Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap

rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadarankesadaran dibedakan menjadi :

1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat

menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.

2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan

sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.

3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,

berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.

4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor

yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang

(mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.

5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon

terhadap nyeri.

Page 13: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap

rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga

tidak ada respon pupil terhadap cahaya).

Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan dari berbagai faktor, termasuk

perubahan dalam lingkungan kimia otak seperti keracunan, kekurangan oksigen

karena berkurangnya aliran darah ke otak, dan tekanan berlebihan di dalam rongga

tulang kepala.

Adanya defisit tingkat kesadaran memberi kesan adanya hemiparese serebral atau

sistem aktivitas reticular mengalami injuri. Penurunan tingkat kesadaran berhubungan

dengan peningkatan angka morbiditas (kecacatan) dan mortalitas (kematian).

Jadi sangat penting dalam mengukur status neurologikal dan medis pasien. Tingkat

kesadaran ini bisa dijadikan salah satu bagian dari vital sign.

Penyebab Penurunan Kesadaran

Penurunan tingkat kesadaran mengindikasikan difisit fungsi otak. Tingkat kesadaran

dapat menurun ketika otak mengalami kekurangan oksigen (hipoksia); kekurangan

aliran darah (seperti pada keadaan syok); penyakit metabolic seperti diabetes mellitus

(koma ketoasidosis) ; pada keadaan hipo atau hipernatremia ; dehidrasi; asidosis,

alkalosis; pengaruh obat-obatan, alkohol, keracunan: hipertermia, hipotermia;

peningkatan tekanan intrakranial (karena perdarahan, stroke, tomor otak); infeksi

(encephalitis); epilepsi.

4. Jelaskan mengenai gangguan pada Sistem Saraf Pusat!

STROKE

Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak

tiba-tiba terganggu yang menyebabkan serangkaian reaksi bio-kimia, yang dapat

merusak atau mematikan sel-sel otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan

hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu.

Berdasarkan etiologinya, penyakit stroke dibagi ke dalam 2 kategori, yaitu: stroke

perdarahan/stroke hemoragik dan stroke iskemik/stroke non hemoragik.

Page 14: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

STROKE HEMORAGIK merupakan sekitar 15-20% dari semua stroke. Stroke

hemoragik dapat terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami rupture

sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung ke dalam

jaringan otak. Sebagian dari lesi yang dapat menyebabkan perdarahan subaraknoid

(PSA) adalah aneurisma sakular dan malformasi arteriovena (MAV). Mekanisme

lain pada stroke hemoragik adalah pemakaian kokain atau amfetamin.

Yang menjadi penyebab dari stroke hemoragik adalah hipertensi, gangguan

perdarahan, pemberian antikoagulan yang terlalu agresif (terutama pada pasien usia

lanjut), dan pemakaian amfetamin dan kokain intranasal. Biasanya stroke

hemoragik secara cepat menyebabkan kerusakan fungsi otak dan kehilangan

kesadaran. Tindakan pencegahan utama untuk perdarahan otak adalah mencegah

cedera kepala dan mengendalikan tekanan darah.

STROKE ISKEMIK didefinisikan secara patologis sebagai kematian jaringan otak

karena pasokan darah yang tidak adekuat. Pada stroke iskemik, penyumbatan bisa

terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke

otak disuplai oleh dua arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis.

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya stroke iskemik, antara

lain:

- Lakunar

- Trombosis pembuluh besar dengan aliran pelan

- Embolisme

- Kriptogenik

- Displasia fibromuskular

- Arteritis (Arteritis temporalis, poliarteritis nodosa)

- Gangguan hiperkoagulasi

Jenis stroke iskemik berdasarkan penyebabnya, yaitu:

Stroke Trombotik Pembuluh Besar

Sebagian besar stroke trombotik disebabkan oleh trombosis yang menjadi

penyulit aterosklerosis. Sebagian besar stroke trombotik terjadi pada saat

Page 15: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

tidur dan evolusi gejala dan tanda cenderung bertahap selama beberapa hari

sejak awitan.

Penurunan tekanan darah sistemik yang mendadak dan besar dapat

mengurangi CBF dan memicu stroke, terutama pada pasien dengan lesi

aterosklerotik stenotik dan hipertensi kompensatorik.

Stroke Embolik

Sebagian besar embolus yang menyebabkan stroke berasal dari trombus.

Asal tersering adalah jantung atau dari suatu lesi aterosklerotik.

Stroke embolik biasanya terjadi saat aktivitas dan menimbulkan defisit

neurologic mendadak dengan efek maksimum saat awitan.

Faktor Resiko utama untuk penyakit stroke adalah hipertensi kronik. Selain itu ada

beberapa faktor resiko lainnya yang berpengaruh terhadap timbulnya penyakit

stroke yaitu: fibrilasi atrium, diabetes mellitus, apnea tidur, kecanduan alcohol,

merokok, kegemukan (obesitas), faktor demografik (usia lanjut, ras, etnis, dan

riwayat stroke dalam keluarga) dan penyakit jantung koroner (PJK).

EPILEPSI

Epilepsi merupakan suatu penyakit yang terjadi karena dilepaskannya letusan-

letusan listrik (impuls) pada neuron-neuron di otak. Epilepsi adalah gangguan

susunan saraf pusat (SSP) yang dicirikan oleh terjadinya bangkitan (seizure, fit,

attact, spell) yang bersifat spontan (unprovoked) dan berkala.

Etiologi epilepsi:

- Faktor genetik/turunan (meski relatif kecil antara 5-10 persen)

- Kelainan pada menjelang-sesudah persalinan.

- Cedera kepala, radang selaput otak, tumor otak, kelainan pembuluh darah otak,

adanya genangan darah/nanah di otak, atau pernah mengalami operasi otak.

- Selain itu, setiap penyakit atau kelainan yang mengganggu fungsi otak dapat

pula menyebabkan kejang. Bisa akibat trauma lahir, trauma kepala, tumor otak,

radang otak, oerdarahan di otak, hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan),

gangguan elektrolit, gangguan metabolism, gangguan peredaran darah,

keracunan, alergi dan cacat bawaan.

Klasifikasi epilepsi, dapat menjadi 3 golongan utama antara lain:

Page 16: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

- Epilepsi Grand Mal

Ditandai dengan timbulnya lepas muatan listrik yang berlebihan dari neuron di

seluruh area otak-di korteks, di bagian dalam serebrum, dan bahkan di batang

otak dan thalamus. Kejang grand mal berlangsung selama 3 atau 4 menit.

- Epilepsi Petit Mal

Biasanya ditandai dengan timbulnya keadaan tidak sadar atau penurunan

kesadaran selama 3 sampai 30 detik,dimana selama waktu serangan ini

penderita merasakan beberapa kontraksi otot seperti sentakan (twitch-like),

biasanya di daerah kepala, terutama pengedipan mata.

- Epilepsi Fokal

Epilepsi fokal dapat melibatkan hamper setiap bagian otak, baik region

setempat pada korteks serebri atau struktur-struktur yang lebih dalam pada

serebrum dan batang otak. Epilepsi fokal disebabkan oleh lesi organik setempat

atau adanya kelainan fungsional.

Trauma Kepala

Trauma kepala merupakan suatu trauma yang mengenai kulit kepala, tulang

tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak

langsung pada kepala. Etiologinya kecelakaan, jatuh, kecelakaan saat olahraga,

anak dengan ketergantungan, dan cedera akibat kekerasan.

Manifestasi Klinik hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih,

kebingungan, iritabel, pucat, mual muntah, pusing kepala, terdapat hematoma,

kecemasan sukar untuk dibangunkan, bila fraktur mungkin adanya cairan

serebrospinal yang keluar dari hidung (rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila

fraktur tulang temporal.

PENYAKIT INFEKSI PADA SISTEM SARAF PUSAT

MENINGITIS

Radang dari cairan serebrospinal yang meliputi serebrum dan medulla spinalis.

ABSES OTAK

Peradangan piogenik dalam jaringan otak.

TROMBOFLEBITIS SINUS

Peradangan dan thrombosis dari sinus venosus intra-kranial.

Page 17: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

TETANUS

POLIOMYELITIS

MALARIA SEREBRAL

CYSTICERCOSIS CEREBRAL

BOVINE SPONGIOFORM ENCEPHALOPATY/MAD COW DISEASE

5. Jelaskan mengenai gangguan pada Sistem Saraf Tepi!

Neuropati diabetik

Neuropati diabetik berawal muncul sebagai akibat perubahan biokimiawi dimana

belum terdapat kelainan patologik dan masih reversible. Fase ini di kenal dengan

neuropati fungsional (subklinis).

Ketika gejala sudah dapat dikeluhkan oleh pasien beari kerusakan sudah

melibatkan struktur serabut saraf, namun masih terdapat komponen yang

reversible. Fase ini disebut neuropati struktural (klinis). Kerusakan struktural yang

dibiarkan begitu saja kematian neuro yang sifatnya irreversible.

Neurofibromatosis

Merupakan salah satu jenis tumor jinak yang berasal dari jarigan ikat pembungkus

saraf tepi.Bermanifestasi pada kulit sebagai suatu benjolan-benjolan lunak berbatas

tegas, tidak nyeri, mudah digerakkan, serta ditemukan adanya bercak yang

berwarna merah sampai cokelat. Benjolan-benjolan yang tumbuh pada kulit ini

penyebarannya bisa sampai ke semua anggota tubuh, dari kepala sampai kaki,

sepanjang saraf tepi.

Gambaran klinis, utamanya di samping benjolan atau tumor jinak dengan diameter

beberapa milimeter atau >8 cm, bercak kecokelatan didaerah ketiak dan

selangkangan, juga adanya gangguan pada mata berupa iris hamartoma (lesi kecil

berwarna kuning sampai cokelta di daerah iris mata, yang akan mengganggu

penglihatan).

Selain itu, muncul gejala tambahan yang bisa terjadi atau komplikasinya berupa

stenosis arteri ginjal (hilangnya elastisitas pembuluh darah ginjal), stenosis

adueduct (kekakuan saluran kelenjar air mata sehingga mata sering berair), optic

Page 18: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

glicoma (tumor pada saraf mata yang dapat menyebabkan kebutaan), gangguan

pendengaran, dan berbagai variasi gangguan pada tulang belakang seperti skoliosis

(tulang belakang yang bengkok ke kanan atau kiri), kolap vertebral (penyempitan

tulang belakang) dan gangguan tulang panjang seperti pseudoarthrosis tulang kaki,

tibia, dan fibula.

Neuropati perifer

Neuropati perifer (peripheral neuropathy.PN), yaitu penyakit pada saraf perifer.

Kurang lebih 30% ODHA mengalami PN. Sebagian PN diakibatkan kerusakan

pada sumbu serabut saraf (akson), yang mengirimkan perasaan pada otak.

Kadang, PN disebabkan kerusakan pada selubung serabut saraf (mielin) yang

mempengaruhi isyarat nyeri (sakit) yang di kirimkan ke otak.

Gejala yang nampak dari penyakit ini adalah kesemutan, pegal, mati rasa atau rasa

seperti terbakar pada kaki dan jari kaki, tetapi juga dapat dialami pada tangan dan

jari, juga dapat dirasakan seperi di gelitiki, nyeri tanpa ada alasan, atau rasa yang

tampak lebih hebat dari biasanya. Gejala PN dapat bersifat sementara : kadang

sangat sakit, kemudian tiba-tiba hilang. PN parah dapat menggangguan waktu

berjalan kaki atau berdiri.

Polineuropati

Gangguan fungsi saraf tepi secara stimultan. Ada beberapa penyebab, antara lain

adalah infeksi, gangguan metabolisme, dan gangguan endokrin. Degenerasi akson

dan demielinisasi segmental dapat terjadi, dan badan sel neuron juga dapat terlibat.

Pada kasus yang ringan, keadaan ini bersifat reversibel, tetapi pada kasus berat

dapat bersifat permanen.

Polineuropati Idiopatik Akut (Sindrom Guillan-Barre)

Sindrom klinis yang penyebabkan belum diketahui yang menyakut serabut saraf

perifer dan kranial. Suatu penelitian menyatakan bahwa infeksi virus menyebabkan

reaksi autoimun yang menyerang mielin saraf perifer.

Gejalanya diawali dengan parestesia (kesemutan dan kebas) serta kelemahan otot

kaki dan dapat berkembang ke ekstremitas atas, otot wajah. Saraf kranial lebih

Page 19: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

sering terkena daripada saraf perifer, seperti paralisis otot wajah, okuler,

oropharing yang menyebabkan susah berbicara, mengunyah, dan menelan.

Disfungsi otonom sering memperlihatkan reaksi berlebihan atau kurangnya reaksi

SSP ( gangguan frekuensi jantung dan ritme, perubahan TS, dan dapat juga nyeri

berat dan menetap pada punggung dan daerah kaki, kehilangan sensasi.

Penatalaksanaannya :

Pertimbangkan kedaruratan medis dan pasien di tangani di unit perawatan

intensif

Plasmaferesis digunakan pada pasien yang terserang dengan hebat untuk

membatasi penyimpangan dan demielinisasi

Pemantauan EKG kontinu : amati dan tangani disritmia jantung. Atropin untuk

menghindari bradikardi

Fibroma jinak atau sarkoma ganas dapat timbul dalam jaringan ikat saraf dan tidak

berbeda dengan tumor-tumr serupa di tempat lain. Neurilemmoma diduga berasal

dari sel Schwann. Tumor tersebut dapat timbul dari trunkus saraf, saraf spina atau

kranal, dan dapat ditemukan disemua bagian saraf tersebut. Tumor primer dari

akson sangat jarang ditemukan.

6. Jelaskan hubungan kelelahan dengan gangguan kesadaran pada pemicu!

Pada dasarnya aktivitas kerja merupakan pengerahan tenaga dan pemanfaatan organ-

organ tubuh melalui koordinasi dan perintah oleh pusat syaraf.Besar kecilnya

pengerahan tenaga oleh tubuh sangat tergantung dari jenis pekerjaan (fisik atau

mental).Secara umum jenis pekerjaan yang bersifat fisik memerlukan pengerahan

tenaga yang lebih besar dibandingkan jenis pekerjaan yang bersifat mental.Bekerja

mengakibatkan aktivitas persyarafan bertambah, otot-otot menegang, meningkatnya

peredaran darah ke organ-organ tubuh yang bekerja, napas menjadi lebih dalam,

denyut jantung dan tekanan darah meningkat. Pada kerja fisik, peranan pengerahan

tenaga otot lebih menonjol dan untuk kerja mental peranan kerja otak yang lebih

dominan.

Bekerja adalah katabolisme yaitu menguraikan atau menggunakan bagian-bagian

tubuh yang telah dibangun sebelumnya. Dalam keadaan demikian, sistem saraf utama

Page 20: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

yang berfungsi adalah komponen simpatis. Maka pada kondisi seperti itu, aktivitas

tidak dapat dilakukan secara terus-menerus, melainkan harus diselingi istirahat untuk

memberi kesempatan tubuh melakukan pemulihan. Penggunaan energi harus

memperhatikan keseimbangan antara kebutuhan energi (untuk bekerja) dengan

penggantian kembali sejumlah energi yang telah digunakan (istirahat). Kedua proses

tersebut merupakan suatu bagian integral dari kerja otot, kerja jantung dan

keseluruhan fungsi biologis tubuh.

Kelelahan akibat kerja diatur secara sentral oleh otak.Pada susunan syaraf pusat

terdapat sistem aktivasi (bersifat simpatis) dan inhibisi (bersifat parasimpatis).Istilah

kelelahan akibat kerja biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap

individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan

kapasitas kerja serta ketahanan tubuh.

Menurut Nurmianto perasaan adanya kelelahan akibat kerja ditandai dengan berbagai

kondisi, antara lain kelelahan visual (indera penglihatan) disebabkan oleh penerangan

dan seringnya akomodasi mata; kelelahan di seluruh tubuh; kelelahan urat syaraf;

stres (pikiran tegang) dan rasa malas untuk bekerja (circadianfatigue).

Ada beberapa pendapat mengenai tipe kelelahan akibat kerja. Muchinsky menyatakan

ada empat tipe kelelahan yakni:

a. Kelelahan otot (muscular fatigue), disebabkan oleh aktivitas yang membutuhkan

tenaga fisik yang banyak dan berlangsung lama. Tipe ini berhubungan dengan

perubahan biokimia tubuh dan dirasakan individu dalam bentuk sakit yang akut

pada otot. Kelelahan ini dapat dikurangi dengan mendesain prosedur kerja baru

yang melindungi individu dari pekerjaan yang terlalu berat, misalnya dengan

mendesain ulang peralatan atau penemuan alat-alat baru serta melakukan sikap

kerja yang lebih efisien.

b. Kelelahan mental (mental fatigue), berhubungan dengan aktivitas kerja yang

monoton. Kelelahan ini dapat membuat individu kehilangan kendali akan pikiran

dan perasaan, individu menjadi kurang ramah dalam berinteraksi dengan orang

lain, pikiran dan perasaan yang seharusnya ditekan karena dapat menimbulkan

konflik dengan individu lain menjadi lebih mudah diungkapkan. Kelelahan ini

Page 21: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

diatasi dengan mendesain ulang pekerjaan sehingga membuat karyawan lebih

bersemangat dan tertantang untuk menyelesaikan pekerjaan.

c. Kelelahan emosional (emotional fatigue), dihasilkan dari stres yang hebat dan

umumnya ditandai dengan kebosanan. Kelelahan ini berasal dari faktor-faktor luar

di tempat kerja, perusahaan dapat mengatasi kelelahan ini dengan memberikan

pelayanan konseling bagi karyawan agar kelelahan emosional yang dirasakan

karyawan dapat teratasi dan performansi kerja karyawan meningkat.

d. Kelelahan ketrampilan (skills fatigue), berhubungan dengan menurunnya perhatian

pada tugas-tugas tertentu seperti tugas pilot atau pengontrol lalu lintas udara. Pada

kelelahan tipe ini standar akurasi dan penampilan kerja menurun secara progresif.

Penurunan ini diperkirakan menjadi penyebab utama terjadinya kecelakaan mobil

dan pesawat terbang, sehingga karyawan harus selalu diawasi dan diupayakan agar

terhindar dari kelelahan ini dengan pemberian waktu istirahat yang cukup.

Pada kondisi kelelahan akan mempengaruhi suplai nutrisi sebagai sumber metabolism

dan distribusi oksigen ke berbagai jaringan tubuh. Pada kondisi seperti kelelahan otot

suplai nutrisi dan distribusi oksigen akan cendrung meningkat pada jaringan otot

sedang pada jaringan lain seperti otak akan menurun. Kondisi yang demikian, yaitu

terjadi penurunan suplai nutrisi oleh karena hipoglikemi ataupun distribusi oksigen

(hipoksia) pada jaringan otak, jika terjadi pada bagian sistem saraf pusat yang

berfungsi sebagai pusat kesadaran maka dapat menimbulkan penurunan kesadaran.

7. Apa saja faktor yang mempengaruhi hilangnya kesadaran?

Kesadaran adalah kesiagaan seseorang terhadap diri dan sekitarnya. Secara

patofisiologi, kesadran normal tergantung dari input sensorik ke otak dan aktivitas

intrinsik sistem aktivasi retikuler, formasio retikularis asendens di batang otak dan

hubungan rostralnya yang mempertahankan korteks serebri tetap dalam keadaan

siaga. Penyebab atau faktor yang mempengaruhi perubahan tingkat kesadaran yaitu

adanya lesi struktural fokal di otak atau oleh proses yang lebih difus :

Struktural : Infratentorial (secara langsung melibatkan batang otak) misalnya trauma,

infark, perdarahan, tumor, demielinisasi. Supratentorial (menekan batang otak) Penyebab patologi serupa terutama yang mengenai hemisfer serebri kanan.

Difus :

Page 22: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

o Penurunan ketersidiaan substansi yang dibutuhkan untuk metabolisme normal

otak (hipoksia,hipoglikemia)o Penyakit metabolik lainnya (misalnya gagal ginjal, gagal hati, hipotermia,

defisiensi vitamin)o Epilepsi ( mempengaruhi aktivitas listrik normal batang otak)

o Inflamasi otak atau selaput otak (ensefalitis, meningitis)

o Obat-obatan dan tosin (opiat, antidepresan, hipnotik, alkohol)

Pada pemicu termasuk struktural karena adanya infark sirkulasi posterior (vertebrobasilar) dengan ditandai lesi batang otak misalnya perubahan kesadaran.

8. Bagaimana cara pemeriksaan kesadaran?

Mengukur Tingkat Kesadaran

Salah satu cara untuk mengukur tingkat kesadaran dengan hasil seobjektif mungkin

adalah menggunakan GCS (Glasgow Coma Scale). GCS dipakai untuk menentukan

derajat cidera kepala. Reflek membuka mata, respon verbal, dan motorik diukur dan

hasil pengukuran dijumlahkan jika kurang dari 13, makan dikatakan seseorang

mengalami cidera kepala, yang menunjukan adanya penurunan kesadaran.

Metoda lain adalah menggunakan sistem AVPU, dimana pasien diperiksa apakah

sadar baik (alert), berespon dengan kata-kata (verbal), hanya berespon jika dirangsang

nyeri (pain), atau pasien tidak sadar sehingga tidak berespon baik verbal maupun

diberi rangsang nyeri (unresponsive).

Ada metoda lain yang lebih sederhana dan lebih mudah dari GCS dengan hasil yang

kurang lebih sama akuratnya, yaitu skala ACDU, pasien diperiksa kesadarannya

apakah baik (alertness), bingung / kacau (confusion), mudah tertidur (drowsiness),

dan tidak ada respon (unresponsiveness).

Pemeriksaan GCS

GCS (Glasgow Coma Scale) yaitu skala yang digunakan untuk menilai tingkat

kesadaran pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai

respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan.

Page 23: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka mata ,

bicara dan motorik. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan

rentang angka 1 – 6 tergantung responnya.

Eye (respon membuka mata)

(4) : spontan

(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).

(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari)

(1) : tidak ada respon

Verbal (respon verbal)

(5) : orientasi baik

(4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi

tempat dan waktu.

(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak

dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)

(2) : suara tanpa arti (mengerang)

(1) : tidak ada respon

Motor (respon motorik)

(6) : mengikuti perintah

(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang

nyeri)

(4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat

diberi rangsang nyeri)

(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi

saat diberi rangsang nyeri).

(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari

mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).

(1) : tidak ada respon

Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol E…

V…M…Selanjutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu

E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1V1M1.

Jika dihubungkan dengan kasus trauma kapitis maka didapatkan hasil :

GCS : 14 – 15 = CKR (cidera kepala ringan)

Page 24: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

GCS : 9 – 13 = CKS (cidera kepala sedang)

GCS : 3 – 8 = CKB (cidera kepala berat)

9. Apa saja yang termasuk pemeriksaan neurologis? Jelaskan!

Kepala dan Leher

- Bentuk                    : simetris atau asimetris

- Fontanella            : tertutup atau tidak

- Transiluminasi

Rangsang meningeal

- Kaku kuduk : Untuk memeriksa kaku kuduk dapat dilakukan sbb: Tangan

pemeriksa ditempatkan dibawah kepala pasien yang sedang berbaring,

kemudian kepala ditekukan (fleksi) dan diusahakan agar dagu mencapai dada.

Selama penekukan diperhatikan adanya tahanan. Bila terdapat kaku kuduk kita

dapatkan tahanan dan dagu tidak dapat mencapai dada. Kaku kuduk dapat

bersifat ringan atau berat

- Kernig sign : Pada pemeriksaan ini , pasien yang sedang berbaring difleksikan

pahanya pada persendian panggul sampai membuat sudut 90°. Setelah itu

tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut sampai membentuk sudut

lebih dari 135° terhadap paha. Bila teradapat tahanan dan rasa nyeri sebelum

atau kurang dari sudut 135°, maka dikatakan Kernig sign positif.

- Brudzinski I (Brudzinski’s neck sign) : Pasien berbaring dalam sikap

terlentang, dengan tangan yang ditempatkan dibawah kepala pasien yang

sedang berbaring , tangan pemeriksa yang satu lagi sebaiknya ditempatkan

didada pasien untuk mencegah diangkatnya badan kemudian kepala pasien

difleksikan sehingga dagu menyentuh dada. Test ini adalah positif bila

gerakan fleksi kepala disusul dengan gerakan fleksi di sendi lutut dan panggul

kedua tungkai secara reflektorik.

- Brudzinski II (Brudzinski’s contralateral leg sign) : Pasien berbaring

terlentang. Tungkai yang akan dirangsang difleksikan pada sendi lutut,

kemudian tungkai atas diekstensikan pada sendi panggul. Bila timbul gerakan

secara reflektorik berupa fleksi tungkai kontralateral pada sendi lutut dan

panggul ini menandakan test ini postif.

- Lasegue sign  : Untuk pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang berbaring

lalu kedua tungkai diluruskan (diekstensikan), kemudian satu tungkai diangkat

Page 25: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

lurus, dibengkokkan (fleksi) persendian panggulnya. Tungkai yang satu lagi

harus selalu berada dalam keadaan ekstensi (lurus). Pada keadaan normal

dapat dicapai sudut 70° sebelum timbul rasa sakit dan tahanan. Bila sudah

timbul rasa sakit dan tahanan sebelum mencapai 70° maka disebut tanda

Lasegue positif. Namun pada pasien yang sudah lanjut usianya diambil

patokan 60°.

Saraf-saraf otak

o Nervus I (olfaktorius)

- Anosmia adalah hilangnya daya penghiduan.

- Hiposmia adalah bila daya ini kurang tajam.

- Hiperosmia adalah daya penghiduan yang terlalu peka.

- Parosmia adalah gangguan penghiduan bilamana tercium bau yang tidak

sesuai misalnya minyak kayu putih tercium sebagai bau bawang goreng.

- Kakosmia adalah mempersepsi adanya bau busuk, padahal tidak ada.

- Halusinasi penciuman adalah bila tercium suatu modalitas olfaktorik tanpa

adanya perangsangan maka kesadaran akan suatu jenis bau ini

o Nervus II (optikus)

- Tajam penglihatan : membandingkan ketajaman penglihatan pemeriksa

dengan jalan pasien disuruh melihat benda yang letaknya jauh misal jam

didinding, membaca huruf di buku atau koran.

- Lapangan pandang : Yang paling mudah adalah dengan munggunakan

metode Konfrontasi dari Donder. Dalam hal ini pasien duduk atau berdiri

kurang lebih jarak 1 meter dengan pemeriksa, Jika kita hendak memeriksa

mata kanan maka mata kiri pasien harus ditutup, misalnya dengan

tangannya pemeriksa harus menutup mata kanannya. Kemudian pasien

disuruh melihat terus pada mata kiri pemeriksa dan pemeriksa harus selalu

melihat ke mata kanan pasien. Setelah pemeriksa menggerakkan jari

tangannya dibidang pertengahan antara pemeriksa dan pasien dan gerakan

dilakukan dari arah luar ke dalam. Jika pasien mulai melihat gerakan jari –

jari pemeriksa, ia harus memberitahu, dan hal ini dibandingkan dengan

pemeriksa, apakah iapun telah melihatnya. Bila sekiranya ada gangguan

kampus penglihatan (visual field) maka pemeriksa akan lebih dahulu

Page 26: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

melihat gerakan tersebut. Gerakan jari tangan ini dilakukan dari semua

jurusan dan masing masing mata harus diperiksa.

- Melihat warna

- Refleks ancaman

- Refleks pupil 

o Nervus III (okulomotorius)

- Pergerakan bola mata ke arah : atas, atas dalam, atas luar, medial, bawah,

bawah luar.

- Diplopia (melihat kembar)

- Strabismus (juling)

- Nistagmus (gerakan bola mata diluar kemauan pasien)

- Eksoftalmus (mata menonjol keluar)

- Pupil : lihat ukuran, bentuk dan kesamaan antara kiri dan kanan

- Refleks pupil (refleks cahaya)

Direk/langsung : cahaya ditujukan seluruhnya kearah pupil. Normal, akibat

adanya cahaya maka pupil akan mengecil (miosis). Perhatikan juga apakah

pupil segera miosis, dan apakah ada pelebaran kembali yang tidak terjadi

dengan segera.

Indirek/tidak langsung: refleks cahaya konsensuil. Cahaya ditujukan pada

satu pupil, dan perhatikan pupil sisi yang lain.

- Rima palpebra

- Deviasi konjugae

o Nervus IV (trochlearis)

- Pergerakan bola mata ke bawah dalam

o Nervus V (trigeminus)

- Pemeriksaan motorik : membuka dan menutup mulut; palpasi otot

maseter dan temporalis; kekuatan gigitan.

Cara :

Page 27: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

o pasien diminta merapatkan gigi sekuatnya, kemudian meraba M.

masseter dan M. temporalis. Normalnya kiri dan kanan kekuatan, besar

dan tonus nya sama.

o Pasien diminta membuka mulut dan memperhatikan apakah ada deviasi

rahang bawah, jika ada kelumpuhan maka dagu akan terdorong kesisi

lesi. Sebagai pegangan diambil gigi seri atas dan bawah yang harus

simetris.Bila terdapat parese disebelah kanan, rahang bawah tidak

dapat digerakkan kesamping kiri. Cara lain pasien diminta

mempertahankan rahang bawahnya kesamping dan kita beri tekanan

untuk mengembalikan rahang bawah keposisi tengah.

- Pemeriksaan sensorik : dengan kapas dan jarum dapat diperiksa rasa nyeri

dan suhu, kemudian lakukan pemeriksaan pada dahi, pipi dan rahang

bawah.

- Refleks kornea : Kornea disentuh dengan kapas, bila normal pasien akan

menutup matanya atau menanyakan apakah pasien dapat merasakan.

- Refleks masseter : Dengan menempatkan satu jari pemeriksa melintang

pada bagian tengah dagu, lalu pasien dalam keadaan mulut setengah

membuka dipukul dengan ”hammer reflex” normalnya didapatkan sedikit

saja gerakan, malah kadang kadang tidak ada. Bila ada gerakan hebat yaitu

kontraksi M. masseter, M. temporalis, M. pterygoideus medialis yang

menyebabkan mulut menutup ini disebut refleks meninggi.

- Refleks bersin : menggunakan kapas.

Nervus VI (abdusens)

- Pergerakan bola mata ke lateral

Nervus VII (fasialis)

- Pemeriksaan fungsi motorik : mengerutkan dahi (dibagian yang lumpuh

lipatannya tidak dalam), mimik, mengangkat alis, menutup mata (menutup

mata dengan rapat dan coba buka dengan tangan pemeriksa), moncongkan

bibir atau menyengir, memperlihatkan gigi, bersiul (suruh pasien bersiul,

dalam keadaan pipi mengembung tekan kiri dan kanan apakah sama kuat.

Bila ada kelumpuhan maka angin akan keluar kebagian sisi yang lumpuh).

Page 28: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

- Pemeriksaan fungsi sensorik :

o 2/3 bagian depan lidah : Pasien disuruh untuk menjulurkan lidah,

kemudian pada sisi kanan dan kiri diletakkan gula, asam,garam atau

sesuatu yang pahit. Pasien cukup menuliskan apa yang terasa diatas

secarik kertas. Bahannya adalah: glukosa 5 %, NaCl 2,5 %, asam sitrat

1 %, kinine 0,075 %.

o Sekresi air mata : Dengan menggunakan Schirmer test (lakmus merah).

Ukuran : 0,5 cm x 1,5 cm. Warna berubah jadi biru; normal: 10–15 mm

(lama 5 menit).

Nervus VIII (vestibulo-koklearis)

- Pemeriksaan fungsi n. koklearis untuk pendengaran

o Pemeriksaan Weber : Maksudnya membandingkan transportasi

melalui tulang ditelinga kanan dan kiri pasien. Garputala

ditempatkan didahi pasien, pada keadaan normal kiri dan kanan

sama keras (pasien tidak dapat menentukan dimana yang lebih

keras). Pendengaran tulang mengeras bila pendengaran udara

terganggu, misal: otitis media kiri, pada test Weber terdengar kiri

lebih keras. Bila terdapat “nerve deafness” disebelah kiri, pada test

Weber dikanan terdengar lebih keras.

o Pemeriksaan Rinne : Maksudnya membandingkan pendengaran

melalui tulang dan udara dari pasien. Pada telinga yang sehat,

pendengaran melalui udara didengar lebih lama daripada melalui

tulang. Garputala ditempatkan pada planum mastoid sampai pasien

tidak dapat mendengarnya lagi. Kemudian garpu tala dipindahkan

kedepan meatus eksternus. Jika pada posisi yang kedua ini masih

terdengar dikatakan test positip. Pada orang normal test Rinne ini

positif. Pada “conduction deafness” test Rinne negatif.

o Pemeriksaan Schwabah : Pada test ini pendengaran pasien

dibandingkan dengan pendengaran pemeriksa yang dianggap

normal. Garpu tala dibunyikan dan kemudian ditempatkan didekat

telinga pasien. Setelah pasien tidak mendengarkan bunyi lagi, garpu

tala ditempatkan didekat telinga pemeriksa. Bila masih terdengar

Page 29: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

bunyi oleh pemeriksa, maka dikatakan bahwa Schwabach lebih

pendek (untuk konduksi udara). Kemudian garpu tala dibunyikan

lagi dan pangkalnya ditekankan pada tulang mastoid pasien. Dirusuh

ia mendengarkan bunyinya. Bila sudah tidak mendengar lagi maka

garpu tala diletakkan di tulang mastoid pemeriksa. Bila pemeriksa

masih mendengar bunyinya maka dikatakan Schwabach (untuk

konduksi tulang) lebih pendek.

- Pemeriksaan fungsi n. vestibularis untuk keseimbangan

o Pemeriksaan dengan tes kalori

Bila telinga kiri didinginkan (diberi air dingin) timbul nystagmus

kekanan. Bila telinga kiri dipanaskan (diberi air panas) timbul

nistagmus kekiri. Nystagmus ini disebut sesuai dengan fasenya yaitu

: fase cepat dan fase pelan, misalnya nystagmus kekiri berarti fase

cepat kekiri. Bila ada gangguan keseimbangan maka perubahan

temperatur dingin dan panas memberikan reaksi.

o Pemeriksaan ‘past pointing test’

Pasien diminta menyentuh ujung jari pemeriksa dengan jari

telunjuknya, kemudian dengan mata tertutup pasien diminta untuk

mengulangi. Normalnya pasien harus dapat melakukannya.

o Tes Romberg

Pada pemeriksaan ini pasien berdiri dengan kaki yang satu didepan

kaki yang lainnya. Tumit kaki yang satu berada didepan jari kaki

yang lainnya, lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup.

Orang yang normal mampu berdiri dalam sikap Romberg yang

dipertajam selama 30 detik atau lebih.

o Stepping test

Pasien disuruh berjalan ditempat, dengan mata tertutup, sebanyak 50

langkah dengan kecepatan seperti jalan biasa. Selama test ini pasien

diminta untuk berusaha agar tetap ditempat dan tidak beranjak dari

tempatnya selama test berlangsung. Dikatakan abnormal bila

kedudukan akhir pasien beranjak lebih dari 1 meter dari tempatnya

semula, atau badan terputar lebih dari 30 derajat. 

Page 30: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

Nervus IX

- Pemeriksaan motorik : disfagia, palatum molle, uvula, disfonia, refleks

muntah.

o Cara 1 : Pasien diminta untuk membuka mulut dan mengatakan

huruf “a”. Jika ada gangguan maka otot stylopharyngeus tak dapat

terangkat dan menyempit dan akibatnya rongga hidung dan rongga

mulut masih berhubungan sehingga bocor. Jadi pada saat

mengucapkan huruf “a” dinding pharynx terangkat sedang yang

lumpuh tertinggal, dan tampak uvula tidak simetris tetapi tampak

miring tertarik kesisi yang sehat

o Cara 2 : Pemeriksa menggoreskan atau meraba pada dinding

pharynx kanan dan kiri dan bila ada gangguan sensibilitas maka

tidak terjadi refleks muntah.

- Pemeriksaan sensorik : pengecapan 1/3 belakang lidah

Nervus X

Pemeriksaan bersamaan dengan nervus IX.

Nervus XI

- Memeriksa tonus m. sternocleidomastoideus : Dengan menekan pundak

pasien dan pasien diminta untuk mengangkat pundaknya.

- Memeriksa tonus m. trapezius : Pasien diminta untuk menoleh kekanan dan

kekiri dan ditahan oleh pemeriksa , kemudian dilihat dan diraba tonus dari

m. sternocleidomastoideus.

Nervus XII

Dengan adanya gangguan pergerakan lidah, maka perkataan-perkataan tidak

dapat diucapkan dengan baik, hal demikian disebut: dysarthria. Dalam

keadaan diam lidah tidak simetris, biasanya tergeser kedaerah lumpuh karena

tonus disini menurun. Bila lidah dijulurkan maka lidah akan membelok kesisi

yang sakit. Melihat apakah ada atrofi atau fasikulasi pada otot lidah. Kekuatan

otot lidah dapat diperiksa dengan menekan lidah kesamping pada pipi dan

dibandingkan kekuatannya pada kedua sisi pipi.

Page 31: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

Pemeriksaan sistem motorik

Pemeriksaan sistim motorik sebaiknya dilakukan dengan urutan urutan tertentu

untuk menjamin kelengkapan dan ketelitian pemeriksaan.

Pengamatan

Gaya berjalan dan tingkah laku.

Simetri tubuh dan ektremitas.

Kelumpuhan badan dan anggota gerak, dll.

Gerakan volunter

Yang diperiksa adalah gerakan pasien atas permintaan pemeriksa,

misalnya:

Mengangkat kedua tangan pada sendi bahu.

Fleksi dan ekstensi artikulus kubiti.

Mengepal dan membuka jari-jari tangan.

Mengangkat kedua tungkai pada sendi panggul.

Fleksi dan ekstensi artikulus genu.

Plantar fleksi dan dorso fleksi kaki.

Gerakan jari- jari kaki

Palpasi otot

Pengukuran besar otot.

Nyeri tekan.

Kontraktur.

Konsistensi (kekenyalan).

Konsistensi otot yang meningkat terdapat pada: 

Spasmus otot akibat iritasi radix saraf spinalis, misal: meningitis,

HNP

Kelumpuhan jenis UMN (spastisitas)

Gangguan UMN ekstrapiramidal (rigiditas)

Kontraktur otot

Konsistensi otot yang menurun terdapat pada

Kelumpuhan jenis LMN akibat denervasi otot.

Kelumpuhan jenis LMN akibat lesi di “motor end plate”

Perkusi otot

Page 32: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

Normal : otot yang diperkusi akan berkontraksi yang bersifat setempat

dan berlangsung hanya 1 atau 2 detik saja.

Miodema : penimbunan sejenak tempat yang telah diperkusi (biasanya

terdapat pada pasien mixedema, pasien dengan gizi buruk).

Miotonik : tempat yang diperkusi menjadi cekung untuk beberapa detik

oleh karena kontraksi otot yang bersangkutan lebih lama dari pada

biasa.

Tonus otot

Pasien diminta melemaskan ekstremitas yang hendak diperiksa

kemudian ekstremitas tersebut kita gerak-gerakkan fleksi dan ekstensi

pada sendi siku dan lutut. Pada orang normal terdapat tahanan yang

wajar.

Flaccid : tidak ada tahanan sama sekali (dijumpai pada kelumpuhan

LMN).

Hipotoni : tahanan berkurang.

Spastik : tahanan meningkat dan terdapat pada awal gerakan, ini

dijumpai pada kelumpuhan UMN.

Rigid : tahanan kuat terus menerus selama gerakan misalnya pada

Parkinson.

Kekuatan otot

Pemeriksaan ini menilai kekuatan otot, untuk memeriksa kekuatan otot

ada dua cara:

Pasien disuruh menggerakkan bagian ekstremitas atau badannya

dan pemeriksa menahan gerakan ini.

Pemeriksa menggerakkan bagian ekstremitas atau badan pasien

dan ia disuruh menahan.

Cara menilai kekuatan otot:

0 : Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot, lumpuh total.

1 : Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan

gerakan pada persendiaan yang harus digerakkan oleh otot

tersebut.

2 : Didapatkan gerakan,tetapi gerakan ini tidak mampu melawan

gaya berat (gravitasi).

3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat.

Page 33: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

4 : Disamping dapat melawan gaya berat ia dapat pula mengatasi

sedikit tahanan yang diberikan.

5 : Tidak ada kelumpuhan (normal)

Sistem sensibilitas

Eksteroseptif : terdiri atas rasa nyeri, rasa suhu dan rasa raba.

Rasa nyeri bisa dibangkitkan dengan berbagai cara, misalnya dengan

menusuk menggunakan jarum, memukul dengan benda tumpul,

merangsang dengan api atau hawa yang sangat dingin dan juga dengan

berbagai larutan kimia.

Rasa suhu diperiksa dengan menggunakan tabung reaksi yang diisi dengan

air es untuk rasa dingin, dan untuk rasa panas dengan air panas. Penderita

disuruh mengatakan dingin atau panas bila dirangsang dengan tabung

reaksi yang berisi air dingin atau air panas. Untuk memeriksa rasa dingin

dapat digunakan air yang bersuhu sekitar 10-20 °C, dan untuk yang panas

bersuhu 40-50 °C. Suhu yang kurang dari 5 °C dan yang lebih tinggi dari

50 °C dapat menimbulkan rasa-nyeri.

Rasa raba dapat dirangsang dengan menggunakan sepotong kapas, kertas

atau kain dan ujungnya diusahakan sekecil mungkin. Hindarkan adanya

tekanan atau pembangkitan rasa nyeri. Periksa seluruh tubuh dan

bandingkan bagian-bagian yang simetris.

Proprioseptif : rasa raba dalam (rasa gerak, rasa posisi/sikap, rasa getar dan

rasa tekanan)

Rasa gerak : pegang ujung jari jempol kaki pasien dengan jari telunjuk

dan jempol jari tangan pemeriksa dan gerakkan keatas kebawah maupun

kesamping kanan dan kiri, kemudian pasien diminta untuk menjawab

posisi ibu jari jempol nya berada diatas atau dibawah atau disamping

kanan/kiri.

Rasa sikap : Tempatkan salah satu lengan/tungkai pasien pada suatu posisi

tertentu, kemudian suruh pasien untuk menghalangi pada lengan dan

tungkai. Perintahkan untuk menyentuh dengan ujung ujung telunjuk

kanan, ujung jari kelingking kiri dsb.

Page 34: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

Rasa getar : Garpu tala digetarkan dulu/diketuk pada meja atau benda

keras lalu letakkan diatas ujung ibu jari kaki pasien dan mintalah pasien

menjawab untuk merasakan ada getaran atau tidak dari garputala tersebut.

Diskriminatif : daya untuk mengenal bentuk/ukuran; daya untuk mengenal

/mengetahui berat sesuatu benda dsb.

Rasa gramestesia : untuk mengenal angka, aksara, bentuk yang digoreskan

diatas kulit pasien, misalnya ditelapak tangan pasien.

Rasa barognosia : untuk mengenal berat suatu benda.

Rasa topognosia : untuk mengenal tempat pada tubuhnya yang disentuh

pasien.

Refleks

Refleks fisiologis

Biseps

- Stimulus : ketokan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon

m. biseps brachii, posisi lengan setengah ditekuk pada sendi siku.

- Respons : fleksi lengan pada sendi siku.

- Afferent : n. musculucutaneus (C5-6)

- Efferenst : idem

Triseps

- Stimulus : ketukan pada tendon otot triseps brachii, posisi lengan fleksi

pada sendi siku dan sedikit pronasi.

- Respons : extensi lengan bawah disendi siku

- Afferent : n. radialis (C 6-7-8)

- Efferenst : idem

KPR

- Stimulus : ketukan pada tendon patella

- Respons : ekstensi tungkai bawah karena kontraksi m. quadriceps

emoris.

- Efferent : n. femoralis (L 2-3-4)

- Afferent : idem

APR

- Stimulus : ketukan pada tendon achilles

- Respons : plantar fleksi kaki karena kontraksi m. Gastrocnemius

Page 35: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

- Efferent : n. tibialis ( L. 5-S, 1-2 )

- Afferent : idem

Periosto-radialis

- Stimulus : ketukan pada periosteum ujung distal os radii, posisi lengan

setengah fleksi dan sedikit pronasi

- Respons : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi karena

kontraksi m. Brachioradialis

- Afferent : n. radialis (C 5-6)

- Efferenst : idem

Periosto-ulnaris

- Stimulus : ketukan pada periosteum proc. styloigeus ulnea, posisi

lengan setengah fleksi & antara pronasi – supinasi.

- Respons : pronasi tangan akibat kontraksi m. pronator quadratus

- Afferent : n. ulnaris (C8-T1)

- Efferent : idem

Refleks patologis

Babinski

- Stimulus : penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke

anterior.

- Respons : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan (fanning) jari – jari

kaki.

Chaddock

- Stimulus : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral, sekitar

malleolus lateralis dari posterior ke anterior.

- Respons : seperti babinski

Oppenheim

- Stimulus : pengurutan crista anterior tibiae dari proksimal ke distal

- Respons : seperti babinski

Gordon

- Stimulus : penekanan betis secara keras

- Respons : seperti babinski

Schaeffer

Page 36: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

- Stimulus : memencet tendon achilles secara keras

- Respons : seperti babinski

Gonda

- Stimulus : penekukan ( planta fleksi) maksimal jari kaki keempat

- Respons : seperti babinski

Hoffman

- Stimulus : goresan pada kuku jari tengah pasien

- Respons : ibu jari, telunjuk dan jari – jari lainnya berefleksi

Tromner

- Stimulus : colekan pada ujung jari tengah pasien

- Respons : seperti Hoffman

Koordinasi

Termasuk dalam pemeriksaan koordinasi :

- Lenggang

- Bicara : berbicara spontan, pemahaman, mengulang, menamai.

- Menulis : mikrografia pada Parkinson’s disease

- Percobaan apraksia : ketidakmampuan dalam melakukan tindakan yang

terampil : mengancing baju, menyisir rambut, dan mengikat tali sepatu

- Mimik

- Tes telunjuk : pasien merentangkan kedua lengannya ke samping sambil

menutup mata. Lalu mempertemukan jari-jarinya di tengah badan.

- Tes telunjuk-hidung : pasien menunjuk telunjuk pemeriksa, lalu menunjuk

hidungnya.

- Disdiadokokinesis : kemampuan melakukan gerakan yang bergantian secara

cepat dan teratur.

- Tes tumit-lutut : pasien berbaring dan kedua tungkai diluruskan, lalu pasien

menempatkan tumit pada lutut kaki yang lain.

Vegetatif

Pemeriksaan vegetatif :

- Vasomotorik : pembuluh darah à digores merah

- Sudomotorik : berkeringat

Page 37: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

- Pilo-erektor : merinding à tangan pemeriksa setelah memegang es, lalu

memegang pasien

- Miksi

- Defekasi

- Potensi libido

Vertebra

- Bentuk, scoliosis, hiperlordosis, kifosis

Tanda-tanda perangsangan radikuler

1. Laseque    : kaki difleksikan pada sendi panggul dengan sendi lutut tetap

ekstensi à tahanan dengan sudut > 60°

2. Cross Laseque : lakukan tes Laseque, nyeri pada kaki yang berlawanan

3. Patrick

4. Contra-Patrick

Gejala-gejala Cerebellar

o Ataksia : gangguan gerakan jalan yang tidak teratur oleh karena impuls

proprioseptif tidak dapat diintegrasikan (gangguan koordinasi gerakan).

o Disartria : gangguan kata-kata.

o Tremor : intention tremor : iregular, bertambah kasar bila tangan menuju suatu

arah atau sasaran.

o Nistagmus : tes kalori

o Fenomena Rebound : tidak mampu menghentikan gerakan tepat pada

waktunya. Penderita memfleksikan tangan dan disuruh menahan tahanan oleh

pemeriksa, lalu pemeriksa melepaskan tangannya dengan tiba-tiba à ditahan

oleh otot-otot triseps à normal.

o Vertigo : gangguan orientasi ruangan dimana perasaan dirinya bergerak

berputar terhadap ruangan di sekitarnya atau ruangan sekitarnya bergerak

terhadap dirinya.

Gejala-gejala ekstrapiramidal

o Tremor : resting tremor/Parkinson tremor

o Rigiditas : hipertonus otot-otot

Page 38: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

o Bradikinesia : gerakan melambat

Fungsi Luhur

1. Kesadaran kualitatif

2. Ingatan baru

3. Ingatan lama

4. Orientasi : diri, tempat, waktu, situasi

5. Inteligensia : normal, terganggu

6. Daya pertimbangan : baik, kurang

7. Reaksi emosi : normal, terganggu

8. Afasia : gangguan berbahasa (gangguan dalam memproduksi atau memahami

bahasa)

- Ekspresif : motorik, area Brocca

- Reseptif : area Wernicke

9. Agnosia : ketidakmampuan mengenali benda-benda yang telah dikenali 

sebelumnya.

- Agnosia visual : tidak mampu mengenali objek secara visual

- Agnosia jari : ketidakmampuan mengidentifikasi jarinya atau jari orang

lain → pasien menutup mata, pemeriksa memegang salah satu jari pasien,

dan pasien membuka mata dan menunjukkan jari yang diraba tadi.

10.Akalkulia : ketidakmampuan berhitung

11.Disorientasi kanan-kiri

10. Jelaskan mengenai RIND (Reversible Ischemic Neurologist Deficit)!

a. Definisi

RIND (Reversible Ischemic Neurological Deficit) atau Transient Ischemic Attack

(TIA) adalah cedera pada otak yang disebabkan oleh gangguan sementara pasokan

darah. Sebuah TIA seperti stroke, kecuali itu berlangsung hanya dalam waktu

singkat.

b. Patofisiologi

Selama serangan iskemik transien, ada kurangnya aliran darah ke bagian otak. Hal

ini menyebabkan gejala pada tubuh tergantung pada bagian otak yang

terpengaruh. Sebuah TIA dapat bertahan hingga 24 jam. Namun, TIA khas sering

berlangsung kurang dari 30 menit. Orang tetap sadar selama episode.

c. Etiologi

Page 39: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

Faktor nonmodifiable adalah orang yang tidak dapat diubah oleh individu dan

mencakup:

- Bertambahnya usia. Risiko seseorang terkena stroke ganda setiap tahun setelah

usia 55.

- Ras. Stroke terjadi sekitar dua kali lebih sering pada orang kulit hitam dan

hispanik seperti yang mereka lakukan dalam putih.

- Gender. Pria memiliki kesempatan 50% lebih tinggi stroke daripada wanita.

- Riwayat keluarga stroke atau serangan iskemik transien

Terdokumentasi dengan baik faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah mereka

yang dapat diubah oleh individu dalam hubungannya dengan penyedia layanan

kesehatan nya. Faktor-faktor ini terkait dengan stroke temuan penelitian yang

kuat, dan ada didokumentasikan bukti bahwa mengubah faktor risiko menurunkan

risiko seseorang terkena stroke. Faktor-faktor ini meliputi:

- Tekanan darah tinggi

- Rokok

- Diabetes

- Stenosis karotis asimtomatik, atau penyempitan salah satu arteri di leher

- Anemia sel sabit, gangguan darah yang membentuk sel-sel darah merah yang

abnormal

- Tingkat tinggi kolesterol dalam darah, termasuk kolesterol total dan ldl atau

"kolesterol jahat." rendahnya tingkat hdl atau "kolesterol baik" juga

memprihatinkan.

- Fibrilasi atrium, irama jantung yang abnormal

d. Tatalaksana

Kebanyakan orang dengan serangan iskemik transien diperlakukan langsung

dengan aspirin dan kemudian dengan pengencer darah jika mereka tidak memiliki

perdarahan ke dalam otak. Pengencer darah membantu mencegah TIA lebih lanjut

atau stroke.

Karena gejala TIA adalah sama dengan stroke, sistem medis darurat harus segera

dihubungi. Gejala-gejala ini termasuk mendadak:

- Sakit kepala parah

Page 40: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

- Kelemahan atau mati rasa pada wajah, lengan, atau kaki, terutama pada satu

sisi tubuh

- Pusing

- Kesulitan berjalan atau kehilangan keseimbangan, yang dikenal sebagai

ataksia

- Kebingungan

- Gangguan bicara, termasuk kesulitan berbicara atau memahami pembicaraan

- Tunanetra

Tipe tertentu dari obat mungkin diperlukan dalam kasus-kasus khusus. Misalnya,

orang-orang dengan infeksi jantung dapat diberikan antibiotik. Mereka dengan

arteritis sering diberikan kortikosteroid, seperti prednison, untuk mengurangi

peradangan di otak.

Jika seseorang memiliki penyempitan yang signifikan dari arteri karotid, sebuah

endarterektomi karotid mungkin disarankan untuk memperluas mereka. Prosedur

bedah ini menghilangkan plak kolesterol dan dapat mencegah stroke di masa

depan. Keputusan untuk melakukan operasi akan tergantung pada status

neurologis seseorang, jenis plak yang menyumbat arteri, dan apakah plak

memiliki istirahat di dalamnya, yang dikenal sebagai pecah

Efek samping tergantung pada perawatan yang digunakan. Misalnya, aspirin dapat

menyebabkan reaksi alergi, sakit perut, atau perdarahan. Obat penghilang

gumpalan-bisa menyebabkan perdarahan yang berlebihan. Sebuah ventilator

kadang-kadang dapat menyebabkan kerusakan paru-paru atau infeksi.

Sebuah endarterektomi arteri karotis dapat menyebabkan perdarahan, infeksi, dan

reaksi alergi terhadap anestesi. Pada kesempatan langka, endarterektomi dapat

menyebabkan stroke atau serangan jantung terjadi.

Umumnya, seseorang pulih dari TIA tanpa masalah lebih lanjut. Namun, penting

untuk menghubungi penyedia layanan kesehatan untuk tindak lanjut, sejak TIA

mungkin menjadi tanda peringatan dari stroke yang akan datang.

Page 41: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

Pemantauan ini terkait dengan penyebab serangan iskemik transien. Misalnya,

orang-orang dengan gumpalan dalam hati mereka perlu mengulang tes darah,

seperti tes PT (Prothrombin Time), untuk memantau efek dari obat yang

digunakan untuk mengencerkan darah. Sejak TIA adalah indikator signifikan

bahwa orang tersebut berisiko stroke, gejala baru atau memburuk harus dilaporkan

ke dokter.

e. Pemeriksaan Fisik

Pada Pemeriksaan fisik, ada beberapa hal yang dilihat antara lain.

- Masalah dengan gerakan, seperti kelemahan, kecanggungan, atau kelumpuhan.

Ini sering hanya pada satu sisi tubuh. Dalam beberapa kasus, orang mungkin

hanya memiliki kelemahan atau kejanggalan di tangan mereka. Dalam kasus

lain, salah satu setengah dari seluruh tubuh menjadi lumpuh.

- Sakit kepala

- Mati rasa atau kurangnya perasaan, yang juga sering hanya pada satu sisi

tubuh

- Gangguan bicara, termasuk bicara cadel atau kesulitan menemukan kata yang

tepat

- Kesulitan melakukan matematika atau menulis

- Tunanetra

- Kesulitan memahami pembicaraan atau menulis

- Ketidakmampuan untuk mengenali anggota keluarga atau benda-benda umum

- Pusing

- Mual atau muntah

- Kesulitan menelan

- Masalah keseimbangan, yang dikenal sebagai ataksia

f. Pemeriksaan penunjang

MRI tengkorak dan CT scan kranial mungkin diperintahkan untuk membedakan

TIA dari stroke. Mereka juga dapat menunjukkan apakah atau tidak ada

perdarahan di otak, yang dapat membantu dengan beberapa keputusan

pengobatan.

Page 42: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

Tes-tes lain mungkin diperintahkan untuk membantu menentukan penyebab TIA.

Misalnya, tes X-ray khusus dari arteri leher dapat mendeteksi sumbatan. Tes X-

ray tertentu jantung dapat menunjukkan gagal jantung atau perubahan dari

serangan jantung. Sebuah tracing jantung, atau EKG, dapat menunjukkan detak

jantung abnormal, seperti fibrilasi atrium, atau perubahan tertentu dari serangan

jantung.

g. Faktor resiko

Kurang terdokumentasi dengan baik atau faktor risiko yang berpotensi

dimodifikasi untuk stroke adalah mereka yang memiliki kurang bukti baik link ke

stroke atau dampak dari memodifikasi faktor risiko. Faktor-faktor ini meliputi:

- Kegemukan

- Gaya hidup

- Penyalahgunaan alkohol

- Tingkat darah tinggi homosistein, komponen darah kadang-kadang dikaitkan

dengan risiko yang lebih tinggi stroke

- Penyalahgunaan narkoba

- Kelainan darah, seperti bekuan darah yang mudah atau kekurangan dari

berbagai komponen darah

- Terapi penggantian hormon (hrt). AHA (American Heart Association ) saat ini

menyatakan bahwa risiko stroke terkait dengan hrt muncul rendah tetapi

memerlukan penelitian lebih lanjut.

- Penggunaan pil kb, atau kontrasepsi oral

- Proses peradangan, seperti infeksi kronis dengan klamidia

Beberapa penelitian terbaru telah mengidentifikasi faktor-faktor yang tampaknya

meningkatkan atau menurunkan risiko stroke pada kelompok orang tertentu.

Studi-studi ini, yang menjamin penyelidikan lebih lanjut, termasuk temuan ini:

- Orang-orang yang dirawat karena tekanan darah tinggi dengan diuretik

thiazide, seperti hydrochlorothiazide, memiliki risiko stroke lebih rendah

daripada orang-orang di ACE inhibitor atau calcium channel blockers.

- Wanita usia 39-50 yang makan lebih banyak ikan dan omega-3 asam lemak

tak jenuh ganda memiliki penurunan risiko stroke. Hal ini terutama terjadi

pada wanita yang tidak mengambil aspirin secara teratur.

Page 43: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

- Wanita usia 15-44 yang memiliki 2 minuman anggur sehari memiliki risiko

40% sampai 60% lebih rendah terkena stroke daripada wanita yang tidak

minum alkohol.

- Fenilpropanolamin, senyawa yang terkandung dalam penekan nafsu makan

dan obat dingin, secara signifikan meningkatkan risiko stroke hemoragik pada

wanita 18-49 tahun. The Food and Drug Administration (FDA) sejak telah

meminta produsen untuk menghapus phenylpropanolamine dari produk

mereka.

h. Edukasi

Serangan iskemik transien dapat diminimalkan dengan mengatasi faktor risiko

yang diketahui untuk stroke. The American Heart Association pedoman untuk

alamat pencegahan stroke kedua faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan kurang

terdokumentasi dengan baik atau berpotensi dimodifikasi.

Langkah-langkah untuk mengurangi risiko yang dapat dimodifikasi dari tekanan

darah tinggi meliputi:

- Pengukuran tekanan darah pada orang dewasa setidaknya setiap 2 tahun untuk

menyaring tekanan darah tinggi

- Kontrol berat

- Aktivitas fisik

- Moderasi dalam asupan alkohol

- Asupan natrium moderat

- Bagi mereka yang merokok, berhenti merokok

- Obat untuk mengobati tekanan darah tinggi jika tekanan darah seseorang

adalah 140/90 lebih setelah 3 bulan dari modifikasi gaya hidup ini, atau jika

tekanan darah awal adalah lebih 180/100

Langkah-langkah lain untuk mengurangi faktor risiko yang dapat dimodifikasi

individu untuk stroke mungkin termasuk:

- Berhenti merokok menggunakan patch nikotin, konseling, dan program

merokok resmi

- Kontrol kadar gula darah pada orang dengan diabetes melalui obat-obatan,

diet, dan olahraga

Page 44: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

- Penggunaan ramipril pada orang dengan diabetes. Sebuah penelitian baru

menunjukkan bahwa orang dengan diabetes memiliki risiko 33% lebih rendah

terkena stroke jika mereka mengambil ramipril.

- Evaluasi yang cermat dari tanpa gejala stenosis karotis untuk menentukan

kebutuhan untuk operasi. Operasi arteri koroner, seperti endarterektomi, dapat

diindikasikan. Sebuah endarterektomi membuka bagian sempit arteri dan

meningkatkan aliran darah ke otak. Orang dengan stenosis karotis juga harus

bekerja sama dengan penyedia layanan kesehatan mereka untuk

mengendalikan faktor risiko lain untuk stroke.

- Skrining setengah tahunan dari anak-anak dengan anemia sel sabit,

menggunakan ultrasound untuk menentukan risiko anak stroke

- Pengobatan fibrilasi atrium dengan pengencer darah seperti aspirin atau

warfarin, tergantung pada usia seseorang dan faktor risiko lain

- Pemantauan tingkat tinggi kolesterol total atau ldl, serta rendahnya tingkat hdl.

Tergantung pada tingkat darah dan faktor risiko lain orang tersebut, obat untuk

menurunkan kolesterol dapat diberikan.

Langkah-langkah untuk mengurangi kurang terdokumentasi dengan baik atau

berpotensi risiko dimodifikasi untuk stroke mungkin termasuk:

- Penurunan berat badan pada orang yang kelebihan berat badan

- 30 atau lebih menit latihan moderat hari bagi sebagian besar individu. Orang

dengan penyakit jantung atau cacat harus dalam program latihan diawasi

secara medis.

- Diet yang sehat untuk mencegah penyakit jantung, yang mengandung

setidaknya 5 buah dan sayuran sehari

- Bagi mereka yang minum alkohol, minum secukupnya. Aha mendefinisikan

minum moderat tidak lebih dari 2 gelas sehari untuk pria dan 1 gelas sehari

untuk wanita.

- Mencari pengobatan untuk penyalahgunaan narkoba

- Pemantauan kadar homosistein. Bagi kebanyakan orang, diet seimbang berikut

makanan panduan piramida akan memberikan asam folat yang cukup dan

vitamin b untuk menjaga tingkat homocysteine yang sehat. Bagi orang-orang

dengan kadar homosistein yang tinggi, suplemen yang mengandung asam folat

dan vitamin b dapat direkomendasikan.

Page 45: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

- Menghindari penggunaan kontrasepsi oral pada wanita dengan faktor risiko

stroke lainnya

SUMBER :

Tim Allen, MD. 2007. Reversible Ischemic Neurologic Disease (RIND)-Transient

Ischemic Attack (TIA). University of Kentucky, College of Medicine, Lexington.

Availlable From http://www.medicineonline.com/articles/r/2/ReversibleIschemic-

Neurologic-Disease-RIND/Transient-Ischemic-Attack.html.

11. Mengapa lidah kaku dan tertarik ke belakang sehingga tidak dapat berbicara?

Nervus hipoglosus berinti di nukleus hipoglosus yang terletak di samping bagian

dorsal dari fasikulus longitudinalis medialis pada tingkat kaudal medula

oblongata.Pada perjalanannya menuju lidah, nervus ini melewati arteria karotis

interna dan eksterna.Otot-otot lidah yang menggerakan lidah terdiri dari muskulus

stiloglosus, hipoglosus, genioglosus longitudinalis inferior dan genioglosus

longitudinalis superior di persarafi oleh nervus hipoglosus.Lesi nervus hipoglosus

sering terletak di perifer, maka atrofi otot cepat terjadi.Pada kelumpuhan paralisis

nervus hipoglosus terdapat gejala-gejala berupa sukar menelan dan bicara

pelo.Namun bicara pelo juga dapat terjadi walaupun lidah tidak lumpuh tetapi

keleluasaannya terbatas karena frenula lingua mengikat lidah sampai ujungnya.

Pada disartria hanya pengucapannya saja yang terganggu tetapi tata bahasanya baik.

Disartria emeiliki beberapa penyebab. Disartria UMN yang berat timbal akibat lesi

UMN bilateral, seperti pada paralisis pseudobulbaris. Di situ lidah sukar dikeluarkan

dan umumnya kaku untuk digerakkan ke seluruh jurusan. Lesi UMN lain yang bisa

menimbulkan disartria terletak di jaras-jaras yang menghantarkan impuls koordinatif

yang bersumber pada serebelum, atau yang menyalurkan impuls ganglio basalis. Pada

disartria serebelar, kerjasama otot lidah, bibir, pita suara dan otot-otot yang membuka

dan menutup mulut bersimpang siur, sehingga kelancaran dan kontinuitas kalimat

yang diucapkan sangat terganggu. Sedangkan pada disartria LMN akan terdengar

berbagai macam disartria tergantung pada kelompok otot yang terganggu.

SUMBER :

Page 46: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

Sidharta, Priguna dan Mardjono, Mahar. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta:

Dian Rakyat.

12. Mengapa terjadi kontak yang tidak adekuat?

Kontak yang tidak adekuat pada pasien dapat menjadi salah satu gejala awalnya

stroke. Stroke dapat muncul kapan saja, di manapun dan pada siapa saja, baik saat

seseorang sedang melakukan aktivitas maupun ketika sedang beristirahat, bahkan

terkadang tanpa gejala penyerta sehingga kondisi sebelumnya benar-benar normal.

Hal ini dipengaruhi oleh defisit neurologis fokal yang ditandai dengan gangguan

fungsi bagian tubuh tertentu seperti wajah yang asimetris, artikulasi bicara menjadi

tidak jelas atau tidak dapat berbicara sama sekali, atau lengan dan tungkai menjadi

lemah. Pada defisit neurologis global terjadi karena adanya gangguan pada ARAS

(Ascending Reticular Activating System), yang merupakan area otak yang mengatur

kesadaran. Gangguan pada ARAS dapat berupa kerusakan setempat atau penekanan

oleh bekuan darah/ kenaikan tekanan di dalam tengkorak.

Seseorang dikatakan menderita stroke jika mengalami defisit neurologis selama lebih

dari 24 jam. Bila gangguan saraf berlangsung selama kurang dari 24 jam maka

keadaannya disebut sebagai suatu Transient Ischemik Attack (TIA) atau stroke ringan.

Perlu diingat bahwa TIA / stroke ringan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya

stroke di kemudian hari, sehingga keadaan ini tidak bisa diabaikan begitu saja. Gejala

klinis stroke murni disebabkan oleh adanya gangguan pada pembuluh darah otak,

berupa penyumbatan ataupun pecah pembuluh darah otak, dan bukan disebabkan oleh

penyakit lain seperti tumor otak, infeksi otak ataupun gangguan saraf perifer.

13. Apa hubungan status generalis dan pemeriksaan neurologis yang normal dengan

gangguan kesadaran pada pasien di pemicu?

Gangguan kesadaran pada pemicu diakibatkan karena suplai darah yang tidak adekuat

ke pembuluh darah di otak, HB didalam darah yang berfungsi membawa oksigen

keseluruh tubuh termasuk otak. Jika suplai darah tidak adekuat menyebabkan pasokan

oksigen keotak juga berkurang sehingga mengakibatkan penurunan kesadaran.

Hilangnya pada setiap jenis penurunan kesadaran disebabkan oleh penurunan

oksigenasi pada bagian-bagian otak yang merupakan bagian kesadaran. Terdapat

Page 47: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

penurunan aliran darah, penggunaan oksigen dan serebral. Jika iskemia hanya

berakhir beberapa menit, tidak terdapat efek otak.

SUMBER :

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42116/4/Chapter%20II.pdf

14. Bagaimana pemeriksaan penunjang dengan gejala tidak sadar atau sinkop?

- Pencitraan neurologis : pencitraan otak dan medulla spinalis.

Foto polos : tengkorak dan tulang belakang pada pemeriksaan penunjang

trauma akut, yaitu untuk mendeteksi fraktur.

CT scan : pencitraan medula spinalis (dengan penyuntikan medium kontras

intravena yang mengandung iodium, yang akan memperjelas area dengan

peningkatan vaskularisasi atau area dimana terjadi pecahnya sawar darah otak.

MRI : informasi mengenai sifat fisik jaringan terutama yang mengandung

cairan pada fosa kranial posterior dan tulang belakang dan sangat membantu

dalam pemeriksaan penyakit pada substansia alba dapat digunakan pula

medium kontras intravena gadolinium untuk memperjelas.

Pemeriksaan penunjang invasif

Mielografi

Angiografi

Neuroradiologi intervensional

Pencitraan fungsional

- Neurofisiologi klinis

Electroensefalografi (EEG) : perekaman aktivitas listrik spontan dari otak

dengan menggunakan elektroda-elektroda pada kulit kepala akan

memperlihatkan perubahan potensi listrik dengan waktu, biasanya antara

sepasang elektroda yang berdekatan.

Potensial bangkitan (evoked potensial) : potensial bangkitan visual (direkam

setelah stimulasi retina dengan kilatan stroboskopik), potensial bangkitan

auditorik batang otak ( dirangsang dengan bunyi klik), potensial bangkitan

somatosensorik (dengan stimulasi listrik nervus perifer), waktu konduksi

motorik sentral (membandingkan latensi terhadap respon otot setelah stimulasi

korteks motorik dengan respon stimulus listrik eksternal di medula spinalis

yang diletakkan pada leher).

Page 48: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

Elektromiografi (EMG) dan studi konduksi saraf : penyakit pada sistem saraf

perifer, sinaps neuromuskular, dan otot.

Cairan dan jaringan : cairan serebrospinal

Pemeriksaan darah : hematologi, biokimia dan imunologi.

Biopsi neurologis : biopsi otak, biopsi saraf, dan biopsi otot.

SUMBER :

Ginsberg, lionel. 2007. Lecture Notes : Neurologi. Edisi kedelapan. Jakarta:

Erlangga.

15. Apa saja pemeriksaan psikiatri yang perlu dilakukan pada pasien di pemicu?

PSIKIATRI

Adalah cabang ilmu kedokteran yang memfokuskan diri kepadaPembelajaran

pelbagai aspek perlaku manusia (behavioral sciences) secara komprehensif yang

meliputi:

Siklus kehidupan perkembangan manusia

Otak dan perilaku

Ilmu –ilmu psikososial

Teori-teori kepribadian dan perkembangan:

Terapi Perilaku, Terapi Kognitif, Terapi Keluarga, Terapi Interpersonal

Pemeriksaan Psikiatrik

Gangguan Jiwa , Psikiatri Anak dan Remaja, Psikiatri Geriatri, Psikiatri Forensik

Catatan: Definisi Gangguan Jiwa: Suatu kelompok gejala atau perilaku yang secara

klinis bermakna dan yang disertai penderitaan (distress) pada kebanyakan kasus, dan

berkaitan dengan terganggunya fungsi (disfungsi) seseorang:

Terapi Psikiatrik: Terapi Biologik , Psikoterapi

Pelbagai problem yang berhubungan dengan Kesehatan Jiwa

Psikiatri mempunyai dwifungsi

1. Sebagai ilmu kedokteran dasar yang menekankan pendekatan manusia (termasuk

pasien dari pelbagai cabang ilmu kedokteran) secara komprehensif dari

perspektif biologis, psikologis dan sosial

Page 49: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

2. Sebagai cabang ilmu kedokteran yang secara khusus mempelajari dan

menatalaksana pelbagai gangguan jiwa, problem kesehatan jiwa, serta saling

keterkaitan pelbagai cabang ilmu kedokteran dengan psikiatri (Consultation

Liaison Psychiatry)

Pemeriksaan Psikiatrik

I. Wawancara Psikiatri

II. Riwayat Psikiatrik

III. Pemeriksaan Status Mental

WAWANCARA PSIKIATRIK

Tujuan

Mengenal faktor-faktor:

genetik-biologik-fisik-medik

temperamen – psikologik – perkembangan – pendidikan

sosial- budaya yang mempengaruhi pasien dan penyakitnya

Menentukan evaluasi ( multiaksial ) yang tepat. Agar bersama dengan pasien, dapat

melakukan terapi ( obat, manipulasi lingkungan atau psikoterapi ) yang komprehensif

dan efektif.

Caranya

Terapis harus menunjukkan : keprihatinan, respek, empati dan kompetensi

Agar terbina RAPPORT & KEPERCAYAAN, Supaya pasien dapat berbicara

jujur, terbuka dan intim / pribadi

Terapis harus : terampil, menguasai tehnik wawancara dan bersifat

fleksibel, agar Pasien dapat mendeskripsikan : gejala gejala , sehingga dapat

dikumpulkan menjadi sindrom , dan dirumuskan menjadi diagnosis

(evaluasi multi aksial)

Bersifat :Umum, Spesifik ( mis. mendalami tiap aspek dari evaluasi

multiaksial, atau psikodinamik dari suatu psikopatologi

Syarat penting untuk wawancara

Menjadi pendengar aktif dan bersifat fleksibel sewaktu mencari data-data

tentang pasien

Mampu berempati dengan kondisi dan perasaan pasien

Page 50: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

Tidak didorong oleh suatu keharusan untuk mendapat riwayat penyakit atau

status mental secara berurutan

Dapat mendeteksi tema yang tidak disadari oleh pasien atau mendeteksi hal

yang tersirat dari pembicaraan pasien

RIWAYAT PSIKIATRIK

Adalah catatan ttg. riwayat penyakit, gangguan jiwa dan riwayat hidup pasien,

untuk mengerti: Siapa, dari mana, & kira-kira kemana pasien akan selanjutnya

Diceritakan oleh pasien dari sudut pandang pasien sendiri (Catatan: kadang-

kadang perlu keterangan tambahan dari sumber lain: orang tua / pasangan -

alloanamsesis).

Hal-hal yang ditelusuri :

- Data konkrit tentang kronologi gejala/ gangguan

- Riwayat gangguan psikiatrik dan gangguan medik

- Ciri-ciri kepribadian termasuk kekuatan dan kelemahan pasien

- Hubungan pasien dengan orang-orang yang dekat dirinya di masa sekarang dan

lampau

- Riwayat perkembangan pasien

Garis besar riwayat psikiatrik:

I. Data pribadi

II. Keluhan utama

III. Riwayat gangguan sekarang:

1. Onset

2. Faktor presipitasi

IV. Penyakit / gangguan sebelumnya

1. Psikiatrik

2. Medik

3. Penggunaan zat

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

Adalah kesimpulan menyeluruh yang mendeskripsikan hasil observasi dan kesan

dari pasien selama wawancara. Status mental pasien dapat berubah dengan waktu

Page 51: Hasil Dk Pemicu 1 Modul Saraf Jiwa 2015

Status mental = deskripsi: penampilan, pembicaraan, perilaku, pikiran pasien selama

wawancara.

I. Deskripsi umum

A. Penampilan

B. Perilaku dan aktivitas psikomotor

C. Sikap terhadap pemeriksa

II. Mood dan afek

A. Mood

B. Afek

C. Keserasian afek

III. Ciri pembicaraan

IV. Persepsi

V. Isi pikiran dan arah pikiran ( mental trends )

A. Proses / bentuk pikiran

B. Isi pikiran

VI. Kesadaran dan kognisi

VII. Pengendalian impuls

VIII.Daya nilai dan tilikan

IX. Taraf dapat dipercaya