dk Pemicu 1

25
LAPORAN HASIL DISKUSI MODUL REPRODUKSI PEMICU 1 KELOMPOK DISKUSI 2 1. Elizabeth I11108026 2. Dede Achmad Basofi I11112011 3. Qurratul Aini I11112021 4. Karolus Sangapta Ketaren I11112026 5. Chandra I11112028 6. Chelsia I11112037 7. Rosalina Oktaviana I11112054 8. Syf. Rizka Maulida I11112059 9. Sujono I11112061 10. Yehuda Lutfi Wibowo I11112066 11. Adinda Hari Utary I11112072 12. Dea Erica I11112081 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA 1

description

ok

Transcript of dk Pemicu 1

Page 1: dk Pemicu 1

LAPORAN HASIL DISKUSI

MODUL REPRODUKSI

PEMICU 1

KELOMPOK DISKUSI 2

1. Elizabeth I11108026

2. Dede Achmad Basofi I11112011

3. Qurratul Aini I11112021

4. Karolus Sangapta Ketaren I11112026

5. Chandra I11112028

6. Chelsia I11112037

7. Rosalina Oktaviana I11112054

8. Syf. Rizka Maulida I11112059

9. Sujono I11112061

10. Yehuda Lutfi Wibowo I11112066

11. Adinda Hari Utary I11112072

12. Dea Erica I11112081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2014

1

Page 2: dk Pemicu 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pemicu

Pasangan suami istri, Tn. Amir (31 tahun) dan Ny. Mira (24 tahun) datang

ke dokter untuk berkonsultasi. Pasangan tersebut ingin berkonsultasi karena

belum memiliki anak. Saat ini usia perkawinan mereka sudah memasuki

tahun ke-5. Ny. Mira seorang atlet lari marathon dan memiliki siklus haid

yang tidak teratur. Tn. Amir mengeluhkan terdapat benjolan diatas testis kiri,

terasa ngilu bila sedang dalam posisi berdiri dan berkurang saat posisi tidur.

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan massa berbentuk seperti kumpulan

cacing diatas testis kiri, testis kiri teraba lebih kecil dari testis kanan.

1.2 Klarifikasi Dan Definisi Masalah

Haid: aliran darah setiap bulan dari traktu genitalis wanita.1

1.3 Kata Kunci

1. Ny. Mira 24 tahun, Tn. Amir 31 tahun

2. Usia perkawinan 5 tahun

3. Siklus haid tidak teratur

4. Ny. Mira seorang atlet marathon

5. Terdapat benjolan diatas testis kiri (Tn. Amir)

1.4 Rumusan Masalah

Pasangan suami istri telah menikah selama 5 tahun dan belum memiliki

keturunan..

2

Page 3: dk Pemicu 1

1.5 Analisis Masalah

1.6 Hipotesis

Tidak terjadi proses fertilisasi akibat gangguan pada sistem reproduksi

pasangan suami istri tersebut.

1.7 Pertanyaan Diskusi

3

5 tahun menikah

Ny. Mira 24 tahuna. Atlet

marathonb. Siklus haid

tidak teratur

Tn. Amir 31 tahun- Terdapat benjolan

di testis kiri- Terasa ngilu- Masa seperti

kumpulan cacing- Testis kiri lebih

kecil dari testis kanan

Sistem Reproduksi Wanita

Belum memiliki anak

- Proses fertilisasi- Faktor yang

mempengaruhi

Sistem Reproduksi Pria

Anatomi AnatomiHistologi Fisiologi Histologi Fisiologi

Page 4: dk Pemicu 1

1. Bagaimana anatomi sistem reproduksi pria dan wanita ? (kak elis, yuda,

rosa)

2. Bagaimana fisiologi sistem reproduksi pria dan wanita ? (bg de2, dinda,

rizqa)

3. Bagaimana histologi sistem reproduksi pria dan wanita ? (aini, dea, jono)

4. Jelaskan proses fertilisasi ? (karol, kak elis, yuda)

5. Apa saja kelainan yang dapat mempengaruhi kesuburan ? (can2, bg de2,

dinda)

6. Mengapa terjadi menstruasi yang tidak teratur ? ( ceci, aini, dea)

7. Bagaimana cara menghitung masa subur pada wanita ? (rosa, karol, kak

elis)

8. Jelaskan macam-macam gangguan menstruasi ? (rizqa, can2, bg de2)

9. Bagaimana pengaruh aktivitas terhadap menstruasi ? (jono, ceci, aini)

10. Bagaimana edukasi yang seharusnya diberikan pada pasangan yang

belum memilki anak ? (yuda, rosa, karol)

11. Bagaimana pemeriksaan fertilitas pada pria dan wanita ? (dinda, rizqa,

can2)

12. Mengapa pada testis Tn. Amir terasa ngilu saat berdiri dan berkurang

saat posisi tidur ? (dea, jono, ceci)

13. Adakah hubungan antara varikokel terhadap kesuburan ? (kak eliz, yuda,

rosa)

14. Jelaskan mengenai varikokel !

a. Definisi (bg de2, dinda)

b. Etiologi ( aini, dea)

c. Epidemiologi (karol,kak eliz)

d. Patofisiologi (can2, bg de2)

e. Faktor resiko (ceci, aini)

f. Gejala klinis (rosa, karol)

g. Diagnosis (rizqa, can2)

4

Page 5: dk Pemicu 1

h. Tatalaksana (jono, ceci)

15.

5

Page 6: dk Pemicu 1

BAB II

PEMBAHASAN

A. Apa saja kelainan yang dapat mempengaruhi kesuburan

1. Pada pria

a. Varikokel => karena adanya pelebaran pembuluh darah balik vena di

testis pria dan mengakibatkan peningkatan suhu testis, suhu panas

dapat mempengaruhi jumlah atau bentuk sperma

b. Adanya gangguan pada produksi sperma sehingga sperma yang

dihasilkan terlalu sedikit atau tidak ada sama sekali

c. Gerakan sperma, hal ini mungkin disebabkan oleh bentuk sperma,

kadang- kadang luka atau kerusakan lain pada sistem reproduksi

menghambat keluarnya sperma ke vas deferens ( saluran sperma )

d. Cystic fibrosis

Yang meningkatkan resiko

a. Obat- obatan

b. Merokok

c. Usia

d. Masalah kesehatan seperti gangguan tiroid, penyakit ginjal, atau

masalah horrmonal

e. Terapi radiasi dan kemoterapi untuk kanker

2. Pada wanita

a. Sindrom ovarium polikistik (SOPK) => akibat ketidakseimbangan

hormon yang dapat menimbulkan gangguan ovulasi

b. Insufisiensi ovarium primer (IOP) => terjadi ketika ovarium seorang

wanita berhenti bekerja normal sebelum dia berumur 40 tahun.

Faktor yang dapat meningkatkan resiko

a. Usia

b. Merokok

6

Page 7: dk Pemicu 1

c. Konsumsi alkohol berlebih

d. Stres

e. Diet yang buruk

f. Latihan fisik berat

g. Kelebihan berat badan dan kurus

h. Infeksi menular seksual (IMS)

i. Gangguan kesehatan yang menyebabkan perubahan hormonal, seperti

sindrom ovarium polikistik dan insufisiensi ovarium primer

B. Jelaskan macam-macam gangguan menstruasi?Gangguan haid dan siklusnya khususnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan dalam :

1. Perubahan pada siklus haid a. Polimenorea

Yaitu siklus haid pendek dari biasanya (kurang dari 21 hari pendarahan).Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, akan menjadi pendeknya masa luteal. Penyebabnya ialah kongesti ovarium karena peradangan, endometritis, dan sebagainya.

b. Oligomenorea

Yaitu siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari. Perdarahan pada oligomenorea biasanya berkurang. Penyebabnya adalah gangguan hormonal, ansietas dan stress, penyakit kronis, obat-obatan tertentu, bahaya di tempat kerja dan lingkungan, status penyakit nutrisi yang buruk, olah raga yang berat, penurunan berat badan yang signifikan.

c. Amenorea

Merupakan perubahan umum yang terjadi pada beberapa titik dalam sebagian besar siklus menstruasi wanita dewasa. Sepanjang kehidupan individu, tidak adanya menstruasi dapat berkaitan dengan kejadian hidup yang normal seperti kehamilan, menopause, atau penggunaan metode pengendalian kehamilan. Selain itu, terdapat beberapa keadaan atau kondisi yang berhubungan dengan amenorea yang abnormal. Amenorea dibagi menjadi dua bagian besar :

- Amenorea primer di mana seorang wanita tidak pernah mendapatkan sampai umur 18 tahun. Terutama gangguan poros

7

Page 8: dk Pemicu 1

hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan tidak terbentuknya alat genitalia.

- Amenorea sekunder, pernah beberapa kali mendapat menstruasi sampai umur 18 tahun dan diikuti oleh kegagalan menstruasi dengan melewati waktu 3 bulan atau lebih. Penyebabnya sebagian besar bersumber dari penyebab yang mungkin dapat ditegakkan.

Sebab terjadinya amenorea: a. Fisiologis :

- sebelum menarche - hamil dan laktasi - menopause senium

b. Kelainan congenital c. Didapatkan :

- infeksi genitalia - tindakan tertentu - kelainan hormonal - tumor pada poros hipotalamus-hipofisis atau ovarium - kelainan dan kekurangan gizi

(Manuaba, 2008). 2. Perubahan jumlah darah haid

- Hipermenorea atau menoragia

Hipermenorea adalah pendarahan haid yang lebih banyak dari normal (lebih dari 8 hari). Terjadinya pada masa haid yang mana haid itu sendiri teratur atau tidak. Pendarahan semacam ini sering terjadi dan haidnya biasanya anovoasi penyebab terjadinya menoragia kemungkinan terdapat mioma uteri, polip endometrium atau hyperplasia endometrium (penebalan dinding rahim, dan biasanya terjadi pada ketegangan psikologi (chalik, 1998).26

- Hipomenorea

Hipomenorea adalah pendarahan haid yan lebih pendek dari biasa dan/atau lebih kurang dari biasa penyebabnya kemungkinan gangguan hormonal, kondisi wanita dengan penyakit tertentu.

3. Gangguan pada siklus dan jumlah darah haid

Pada keadaan ini terdapat gangguan siklus menstruasi, perdarahan terjadi dengan interval yang tidak teratur, dengan jumlah darah menstruasi bervariasi, pola menstruasi ini disebut metrorargia. (Jones, 2002)

8

Page 9: dk Pemicu 1

E. Penyebab Terganggunya Siklus Haid

Banyak penyebab kenapa siklus haid menjadi panjang atau sebaliknya. Penanganan kasus dengan siklus haid yang tidak normal, tidak berdasarkan kepada panjang atau pendeknya sebuah siklus haid, melainkan berdasarkan kelainan yang dijumpai : 1. Fungsi hormon terganggu

Haid terkait erat dengan sistem hormon yang diatur di otak, tepatnya di kelenjar hipofisa. Sistem hormonal ini akan mengirim sinyal ke indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila sistem pengaturan ini terganggu, otomatis siklus haid pun akan terganggu.

2. Kelainan Sistemik Tubuhnya sangat gemuk atau kurus dapat mempengaruhi siklus haidnya karena sistem metabolisme di dalam tubuhnya tak bekerja dengan baik, atau wanita yang menderita penyakit diabetes, juga akan mempengaruhi sistem metabolisme sehingga siklus haidnya pun tak teratur.27 3. Stress

Stress akan mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh, karena stress, wanita akan menjadi mudah lelah, berat badan turun drastis, bahkan sakit-sakitan, sehingga metabolisme terganggu. Bila metabolisme terganggu, siklus haid pun ikut terganggu.

4. Kelenjar Gondok

Terganggunya fungsi kelenjar gondok/tiroid juga bias menjadi penyebab idak teraturnya siklus haid. Gangguan bisa berupa produksi kelenjar gondok yang terlalu tinggi (hipertiroid) maupun terlalu rendah (hipertiroid), yang dapat mengakibatkan sistem hormonal tubuh ikut terganggu.

5. Hormon prolakin berlebih

Hormon prolaktin dapat menyebabkan seorang wanita tidak haid, karena memang hormon ini menekan tingkat kesuburan. Pada wanita yang tidak sedang menyusui hormone prolaktin juga bisa tinggi, buasanya disebabkan kelainan pada kelenjar hipofisis yang terletak di dalam kepala

F. Intervensi yang dilakukan berdasarkan perubahan pada lamanya siklus haid a. Polimenorea

Pemberian kontrasepsi oral yang dapat mengatur periode menstruasi. b. Oligomenorea

9

Page 10: dk Pemicu 1

Dalam rangka terapi umum dilakukan tindakan memperbaiki keadaan kesehatan, termasuk perbaikan gizi, kehidupan dalam lingkungan yang sehat dan tenang, pengurangan berat badan pada wanita yang obesitas serta pemberian hormon gonadotropin.28

c. Amenorea

Menetapkan gangguan penyebab amenorea karena kelainan hormonal 1. Memberikan progestin 2. Kemungkinan gangguan ovarium 3. Dilakukan induksi ovulasi dangan pemeriksaan hormonal 4. Prolaktin 5. Pada disfungsi karena hiperprolaktikemia menstrual dapat diobati

dengan bromokprit (pardoled). 6. Bila gagal menentukan sebab amenorea, dilakukan :

- Laparoskopi - Foto kepala untuk mencari penyebab sentral

G. Gangguan yang Berhubungan dengan Haid a. Sindrom prmenstruasi (pre-menstrual syndrom/ PMS)

Merupakan keluhan-keluhan yang biasanya terjadi mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid yang menghilang sesudah haid datang walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti. Penyebab terjadinya tidak jelas, tetapi mungkin faktor penting ialah ketidakseimbangan estrogen dan progesteron dengan akibat retensi cairan dan natrium, penambahan berat badan, dan kadang-kadang edema. Dalam hubungan dengan kelainan hormonal, pada premenstrual syndrom terdapat defisiensi luteal dan pengurangan produksi progesterone. Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial juga memegang peranan penting. Yang lebih mudah menderita keluhan-keluhan ini adalah wanita 29

10

Page 11: dk Pemicu 1

yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid dan terhadap faktor-faktor psikologis.

Keluhan terdiri dari gangguan emosional berupa emosional berupa iritabilitas, gelisah, insomnia, nyeri kepala, perut kembung, mual, pembesaran dan rasa nyeri pada mammae, dsb. Sedang pada kasus yang berat terdapat depresi, rasa ketakutan, gangguan konsentrasi, dan peningkatan gejala-gejala tersebut di atas (Manuaba, 2002).

b. Dismenorea

Dismenorea adalah nyeri atau rasa sakit yang menyertai menstruasi sehingga dapat menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-hari. Nyeri sering bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah, dll. Keluhan ini biasanya baru timbul 2 atau 3 tahun sesudah menarche. Umumnya hanya terjadi pada siklus haid yang disertai pelepasan sel telur. Kadang-kadang juga pada siklus haid yang tidak disertai pengeluaran sel telur (disebut siklus anovulatory), terutama bila darah haid membeku di dalam rahim. Jadi rasa sakit terjadi ketika beku-bekuan itu didorong keluar rahim. Rasa sakit yang menyerupai kejang ini terasa di perut bagian bawah. Biasanya dimulai 24 jam sebelum haid datang dan berlangsung sampai 12 jam pertama dari masa haid. Sesuatu itu semua rasa tidak enak tadi hilang. Derajat rasa nyerinya bervariasi mencakup ringan (berlangsung beberapa saat dan masih dapat meneruskan aktivias sehari-hari), sedang (karena sakitnya diperlukan obat untuk menghilangkan rasa sakit, tetapi masih dapat meneruskan pekerjaannya), berat (rasa nyerinya demikian beratnya sehingga memerlukan isirahat dan pengobatan untuk menghilangkan nyerinya).30

Sebab dismenorea dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu dismenorea primer,

semata-mata berkaitan dengan aspek hormonal yang mengendalikan uterus dan

tidak dijumpai kelainan anatomis, umumnya dijumpai pada wanita dengan siklus

haid berevolusi. Dismenorea sekunder, rasa nyeri yang terjadi saat menstruasi

berkaitan dengan kelainan anatomis uterus seperti endometriosis dan infeksi

kronik genitalia interna (Manuaba, 2002).

Bagaimana pemeriksaan fertilitas pada pria dan wanita

a. Pemeriksaan pada perempuan Gangguan ovulasi terjadi pada sekitar 15% pasangan infertilitas dan

menyumbang sekitar 40% infertilitas pada perempuan. Pemeriksaan infertilitas yang dapat dilakukan diantaranya: 1

Pemeriksaan ovulasi

11

Page 12: dk Pemicu 1

- Frekuensi dan keteraturan menstuasi harus ditanyakan kepada seorang perempuan. Perempuan yang mempunyai siklus dan frekuensi haid yang teratur setiap bulannya, kemungkinan mengalami ovulasi (Rekomendasi B)

- Perempuan yang memiliki siklus haid teratur dan telah mengalami infertilitas selama 1 tahun, dianjurkan untuk mengkonfirmasi terjadinya ovulasi dengan cara mengukur kadar progesteron serum fase luteal madya (hari ke 21-28) (Rekomendasi B)

- Pemeriksaan kadar progesteron serum perlu dilakukan pada perempuan yang memiliki siklus haid panjang (oligomenorea). Pemeriksaan dilakukan pada akhir siklus (hari ke 28-35) dan dapat diulang tiap minggu sampai siklus haid berikutnya terjadi

- Pengukuran temperatur basal tubuh tidak direkomendasikan untuk mengkonfirmasi terjadinya ovulasi (Rekomendasi B)

- Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur disarankan untuk melakukan pemeriksaan darah untuk mengukur kadar hormon gonadotropin (FSH dan LH).

- Pemeriksaan kadar hormon prolaktin dapat dilakukan untuk melihat apakah ada gangguan ovulasi, galaktorea, atau tumor hipofisis (Rekomendasi C)

- Penilaian cadangan ovarium menggunakan inhibin B tidak direkomendasikan (Rekomendasi C)

- Pemeriksaan fungsi tiroid pada pasien dengan infertilitas hanya dilakukan jika pasien memiliki gejala (Rekomendasi C)

- Biopsi endometrium untuk mengevaluasi fase luteal sebagai bagian dari pemeriksaan infertilitas tidak direkomendasikan karena tidak terdapat bukti bahwa pemeriksaan ini akan meningkatkan kehamilan. (Rekomendasi B)

Tabel 4.1. Pemeriksaan untuk melihat ovulasi dan cadangan ovarium

12

Ovulasi Cadangan Ovarium

- Riwayat menstruasi - Progesteron serum - Ultrasonografi transvaginal - Temperatur basal - LH urin - Biopsi Endometrium

- Kadar AMH - Hitung folikel antral - FSH dan estradiol hari ke-3

Page 13: dk Pemicu 1

Untuk pemeriksaan cadangan ovarium, parameter yang dapat digunakan adalah AMH dan folikel antral basal (FAB). Berikut nilai AMH dan FAB yang dapat digunakan:14

1. Hiper-responder (FAB > 20 folikel / AMH > 4.6 ng/ml

2. Normo-responder (FAB > 6-8 folikel / AMH 1.2 - 4.6 ng/ml)

3. Poor-responder (FAB < 6-8 folikel / AMH < 1.2 ng/ml)

Pemeriksaan Chlamydia trachomatis 1

- Sebelum dilakukan pemeriksaan uterus, pemeriksaan untuk Chlamydia trachomatis sebaiknya dilakukan dengan teknik yang sensitif (Rekomendasi B)

- Jika tes Chlamydia trachomatis positif, perempuan dan pasangan seksualnya sebaiknya dirujuk untuk mendapatkan pengobatan (Rekomendasi C)

- Antibiotika profilaksis sebaiknya dipertimbangkan sebelum melakukan periksa dalam jika pemeriksaan awal Chlamydia trachomatis belum dilakukan

Penilaian kelainan uterus 1

- Pemeriksaan histeroskopi tidak dianjurkan apabila tidak terdapat indikasi, karena efektifitas pembedahan sebagai terapi kelainan uterus untuk meningkatkan angka kehamilan belum dapat ditegakkan. (Rekomendasi B)

Tabel 4.2. Beberapa metode yang dapat digunakan dalam penilaian uterus

HSG USG-TV SIS Histeroskopi

Sensitivitas dan PPV

rendah untuk

mendeteksi patologi

intrakavum uteri

Dapat mendeteksi

patologi

endometrium dan

myometrium

PPV dan NPV tinggi,

untuk mendeteksi

patologi intra kavum

uteri

Metode definitif invasif

Penilaian lendir serviks pasca senggama 1

- Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada pasien dengan infertilitas dibawah 3 tahun.

- Penilaian lendir serviks pasca senggama untuk menyelidiki masalah fertilitas tidak dianjurkan karena tidak dapat meramalkan terjadinya kehamilan. (Rekomendasi A)

Penilaian kelainan tuba 1

13

Page 14: dk Pemicu 1

- Perempuan yang tidak memiliki riwayat penyakit radang panggul (PID), kehamilan ektopik atau endometriosis, disarankan untuk melakukan histerosalpingografi (HSG) untuk melihat adanya oklusi tuba. Pemeriksaan ini tidak invasif dan lebih efisien dibandingkan laparaskopi. (Rekomendasi B)

- Pemeriksaan oklusi tuba menggunakan sono-histerosalpingografi dapat dipertimbangkan karena merupakan alternatif yang efektif (Rekomendasi A)

- Tindakan laparoskopi kromotubasi untuk menilai patensi tuba, dianjurkan untuk dilakukan pada perempuan yang diketahui memiliki riwayat penyakit radang panggul, (Rekomendasi B)

Pemeriksaan Fisik15

o Pemeriksaan fisik pada laki-laki penting untuk mengidentifikasi adanya penyakit tertentu yang berhubungan dengan infertilitas. Penampilan umum harus diperhatikan, meliputi tanda-tanda kekurangan rambut pada tubuh atau ginekomastia yang menunjukkan adanya defisiensi androgen. Tinggi badan, berat badan, IMT, dan tekanan darah harus diketahui.

o Palpasi skrotum saat pasien berdiri diperlukan untuk menentukan ukuran dan konsistensi testis. Apabila skrotum tidak terpalpasi pada salah satu sisi, pemeriksaan inguinal harus dilakukan. Orkidometer dapat digunakan untuk mengukur volume testis. Ukuran rata-rata testis orang dewasa yang dianggap normal adalah 20 ml.16

o Konsistensi testis dapat dibagi menjadi kenyal, lunak, dan keras. Konsistensi normal adalah konsistensi yang kenyal. Testis yang lunak dan kecil dapat mengindikasikan spermatogenesis yang terganggu.

o Palpasi epididimis diperlukan untuk melihat adanya distensi atau indurasi. Varikokel sering ditemukan pada sisi sebelah kiri dan berhubungan dengan atrofi testis kiri. Adanya perbedaan ukuran testis dan sensasi seperti meraba “sekantung ulat” pada tes valsava merupakan tanda-tanda kemungkinan adanya varikokel. Konsensus Penanganan Infertilitas 23

14

Page 15: dk Pemicu 1

o Pemeriksaan kemungkinan kelainan pada penis dan prostat juga harus dilakukan. Kelainan pada penis seperti mikropenis atau hipospadia dapat mengganggu proses transportasi sperma mencapai bagian proksimal vagina. Pemeriksaan colok dubur dapat mengidentifikasi pembesaran prostat dan vesikula seminalis.

1. RCOG. Fertility: assessment and treatment for people with fertility problems. 2004. 2. Schorge J, Schaffer J, Halvorson L, Hoffman B, Bradshaw K, Cunningham. Williams Gynecology: McGraw-Hill 3. Aleida G, Huppelschoten, Noortje T, Peter FJ, van Bommel , Kremer J, Nelen W. Do infertile women and their partners have equal experiences with fertility care. Fertil Steril. 2013;99(3). 4. WHO. Infertility. 2013.

Patofisiologi varikokel

Varikokel terjadi akibat peningkatan tekanan vena dan ketidakmampuan vena spermatika interna. Aliran retrograde vena spermatika interna merupakan mekanismepada perkembangan varikokel. Varikokel ekstratestikular merupakan suatu kelainan yang umum terjadi. Sebagian besar kasus asimptomatik atau berhubungan dengan riwayat orchitis, infertilitas, pembengkakan skrotum dengan nyeri. Varikokel intratestikular merupakan suatu keadaan yang jarang, ditandai oleh dilatasi vena intratestikular.

Varikokel lebih sering ditemukan pada sebelah kiri karena beberapa alasan berikut ini: (a) vena testikular kiri lebih panjang;(b) vena testikular sinistra memasuki vena renal sinistra pada suatu right angle; (c) arteri testikular sinistra pada beberapa pria melengkung diatas vena renal sinistra, dan menekan vena renal sinistra;dan (d) distensi colon descendens karena feses dapat mengkompresi vena testikularsinistra.

15

Page 16: dk Pemicu 1

DiagnosisDiagnosis varikokel ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan radiologi dan analisis semen. Pemeriksaan fisik harus dilakukan dalam posisi berdiri. Refluks vena dapat dievaluasi dengan cara manuver valsava.Pemeriksaan radiologi yang dapat digunakan yaitu pemeriksaan ultrasonografi, CT scan, MRI dan angiografi. Pemeriksaan Utrasonografi merupakan pilihan pertam dalam mendeteksi varikokel. Pemeriksaan ultrasonografi dan terutama Color Doppler menjadi metode pemeriksaan paling terpecaya dan berguna dalam mendiagnosis varikokel subklinis. Gambaran varikokel pada ultrasonografi tampak sebagai stuktur serpiginosa predominan echo free dengan ukuran diameter lebih dari 2 mm. Pada CT scan dapat menunjukkan gambaran vena – vena serpiginosa berdilatasi menyangat.Pada MRI varikokel tampak sebagai suatu massa dari dilatasi, serpiginosa pembuluh darah, biasanya berdekatan dengan caput epididimis. Spermatic canal melebar, dan intrascrotal spermatic cord atau pleksus pampiniformis prominen. Spermatic cord memiliki intensitas signal heterogen. Spermatic cord memuat struktur serpiginosa dengan intensitas signal tinggi. Peranan MRI dalam diagnosis varikokel belum terbukti karena tidak cukupnya jumlah pasien yang telah diperiksa dengan MRI.

Venografi dapat menunjukkan dilatasi vena testikular, dapat menunjukkan aliran retrograde bahan kontras ke arah skrotum.Sebagian besar varikokel digambarkan sebagai primer atau idiopatik dandiperkirakan terjadi karena kelainan perkembangan katup dan / atau vena. Varikokel primer jauh lebih mungkin pada sebelah kiri, dimana setidaknya dijumpai 95%. Sebagian kecil terjadi akibat tidak langsung dari suatu lesi yang mengkompresi atau mengoklusi vena testikular. Varikokel sekunder akibat dari peningkatan tekanan pada vena spermatik yang ditimbulkan oleh proses penyakit seperti hidronefrosis, sirosis, atau tumor abdominal.Varikokel klinis didefinisikan sebagai pembesaran pleksus pampiniformisyang dapat diraba, dimana dapat dibagi menjadi derajat 1, 2, 3 menurut klasifikasi Dubin and Amelar. Varikokel subklinis didefinisikan sebagai refluks melalui vena spermatika interna, tanpa distensi yang dapat teraba dari pleksus pampiniformis.

Dubin and Amelar menemukan suatu sistem penilaian yang berguna untuk varikokel yang dapat teraba.

derajat 1: varikokel dapat diraba hanya pada waktu manuver valsava; derajat 2: varikokel dapat diraba tanpa manuver valsava; derajat 3:varikokel tampak pada pemeriksaan sebelum palpasi.

Kelainan analisis semen berupa oligozoospermia, asthenozoospermia dapatdisebabkan oleh varikokel. Mac Leod (1965) pertama kali mengemukakan triasoligospermia, penurunan motilitas sperma, dan peningkatan persentase sel-sel sperma immatur merupakan karakteristik semen yang khas pada pria infertil

16

Page 17: dk Pemicu 1

dengan varikokel. Koreksi varikokel sering menghasilkan peningkatan kualitas semen, beberapa penelitian menghubungkan ukuran dengan efektivitas tatalaksana pembedahan varikokel.

17

Page 18: dk Pemicu 1

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hipotesis di

18

Page 19: dk Pemicu 1

DAFTAR PUSTAKA

1. Dorland.KamusKedokteran. Edisi 31. Jakarta: EGC. 2010

19