DK 1 Chem 2

37
1. Apakah yang dimaksud dengan vector? Vektor adalah arthropoda yang dapat menularkan atau memindahkan dan atau menjadi sumber penular penyakit terhadasp manusia. (Permenkes RI No. 374/MENKES/PER/III/2010) 2. Sebutkan macam macam vector dan penyakit yang ditularkan pada scenario kasus diatas ! Sebutkan vector penular penyakit yang lainnya ! Beberapa vektor yang dapat teridentifikasi serta penyakit yang dapat ditularkan melalui vektor tersebut menurut skenario diatas adalah 1. Kecoa Kecoa mempunyai peranan yang cukup penting dalam penularan penyakit. Kecoa addalah vektor mekanik bagi beberapa mikro organisme patogen; sebagai inang perantara bagi beberapa spesies cacing; dapat menyebabkan timbulnya reaksi-reaksi alergi seperti dermatitis, gatal-gatal dan pembengkakan kelopak mata. Serangga ini dapat memindahkan beberapa mikro organisme patogen antara lain Streptococcus, Salmonella dan lain-lain sehingga mereka berperan dalam penyebaran penyakit antara lain, Disentri, Diare, Cholera, Hepatitis A, Polio pada anak, dan lain-lain. Penularan penyakit dapat terjadi

description

tentang chem 2

Transcript of DK 1 Chem 2

Page 1: DK 1 Chem 2

1. Apakah yang dimaksud dengan vector?

Vektor adalah arthropoda yang dapat menularkan atau memindahkan dan atau menjadi

sumber penular penyakit terhadasp manusia. (Permenkes RI No.

374/MENKES/PER/III/2010)

2. Sebutkan macam macam vector dan penyakit yang ditularkan pada scenario kasus

diatas !

Sebutkan vector penular penyakit yang lainnya !

Beberapa vektor yang dapat teridentifikasi serta penyakit yang dapat ditularkan melalui

vektor tersebut menurut skenario diatas adalah

1. Kecoa

Kecoa mempunyai peranan yang cukup penting dalam penularan penyakit. Kecoa

addalah vektor mekanik bagi beberapa mikro organisme patogen; sebagai inang perantara

bagi beberapa spesies cacing; dapat menyebabkan timbulnya reaksi-reaksi alergi seperti

dermatitis, gatal-gatal dan pembengkakan kelopak mata.

Serangga ini dapat memindahkan beberapa mikro organisme patogen antara lain

Streptococcus, Salmonella dan lain-lain sehingga mereka berperan dalam penyebaran

penyakit antara lain, Disentri, Diare, Cholera, Hepatitis A, Polio pada anak, dan lain-lain.

Penularan penyakit dapat terjadi melalui organisme patogen sebagai bibit penyakit yang

terdapat pada sampah atau sisa makanan, dimana organisme tersebut terbawa oleh kaki

atau bagian tubuh lainnya dari kecoa, kemudian melalui organ tubuh kecoa, organisme

sebagai bibit penyakit tersebut menkontaminasi makanan.

Hubungan kecoa dengan berbagai penyakit belum jelas, tetapi menimbulkan gangguan

yang cukup serius, karena dapat merusak pakaian, buku-buku dan mencemari makanan.

Kemungkinan dapat menularkan penyakit secara mekanik karena pernah ditemuka telur

cacing, protoza, virus dan jamur yang patogen pada tubuh kecoa.

2. Nyamuk

Page 2: DK 1 Chem 2

Nyamuk adalah vektor yang termasuk ordo Diphtera dimana beberapa jenisnya adalah

pembawa agent penyakit seperti nyamuk anopheles sebagai vektor penyakit malaria yang

membawa agent Plasmodium, nyamuk aedes sebagai vektor penyakit demam berdarah

yang membawa agent Dengue, dan sebagainya.

Nyamuk memiliki empat stadia dalam siklus kehidupannya dimana 3 stadium

berkembang di dalam air—yakni telur, larva, dan pupa—dan satu stadium hidup dialam

bebas—yakni nyamuk dewasa itu sendiri. Dalam perkembang biakan nyamuk selalu

memerlukan tiga macam tempat yaitu tempat berkembang biak, tempat untuk

mendapatkan unpan atau darah, dan tempat untuk beristirahat.

Tempat berkembang biak nyamuk berbeda-beda setiap jenisnya seperti nyamuk culex

dapat berkembang di sembarangan tempat air, sedangkan aedes hanya dapat berkembang

biak di air yang cukup bersih dan tidak beralaskan tanah langsung, mansonia senang

berkembang biak di kolam-kolam, rawa-rawa danau yang banyak tanaman airnya dan

lain-lain.

Kebiasaan mengigit nyamuk juga berbeda-beda setiap jenisnya misalnya nyamuk yang

aktif pada malam hari mengigit adalah anopheles dan culex, sedangkan nyamuk yang

aktif pada siang hari mengigit adalah aedes. Pada umumnya nyamuk yang menghisap

darah manusia adalah nyamuk betina.

Setelah menggigit biasanya nyamuk akan beristirahat selama dua hingga tiga hari

misalnya di bagian dalam rumah sedangan diluar rumah seperti gua, lubang lebab, tempat

yang berwarna gelap dan lain-lain merupakan tempat yang disenangi nyamuk untuk

berisitrahat.

3. Lalat

Lalat dikatakan sebagai salah satu vektor penyakit karena kegiatannya yang terbang ke

berbagai tempat, termasuk tempat-tempat yang kotor dan membawa patogen dari tempat-

tempat tersebut lalu menyebarkannya ke makanan manusia. Penyakit yang dapat

Page 3: DK 1 Chem 2

ditransmisikan oleh lalat umumnya berupa penyakit dengan jenis foodborne atau

waterborne disease seperti kolera dengan membawa agent Vibrio cholera, demam tifus

dengan membawa agnet Salmonella typhi, dan disentri dengan membawa agent Sygella

dysentriae.

Lalat melewati tahap metamorfosis lengkap dengan empat stadia yakni stadium telur,

stadium larva, stadium pupa, dan stadium lalat dewasa. Siklus hidupnya sekitar kurang

lebih tiga puluh hari. Suhu dapat mempengaruhi panjang lama waktu hidup lalat dan

perkembangan biakkan lalat seperti pada suhu rendah—sekitar 13 hingga dibawah 12

derajat celcius—telur lalat tidak akan menetas.

Lalat memiliki kebiasaan (1)dimana saat hinggap, lalat mengeluarkan ludah dan tinja

yang membentuk titik hitam; (2)istirahat pada pinggiran tempat makanan, kawat listrik

dibawah dari lima meter; (3)berkembang biak di sekitar sumber makanannya;

(4)menyukai tempat dengan kelembaban tinggi (sekitar sembilan puluh persen);

(5)bergerombol atau berkumpul di siang hari.

Sumber ; pengendalian vektor lalat Tikus

Tikus dan mencit adalah hewan mengerat atau rondensia yang belum banyak diketahui

dan disadari bahwa kelompok hewan ini juga membawa, menyebarkan dan menularkan

berbagai penyakit kepada manusia, ternak dan hewan peliharaan. Penyakit yang

ditularkan dapat disebabkan oleh infeksi berbagai agen penyakit dari kelompok virus,

rickettsia, bakteri, protozoa dan caning. Penyakit tersebut dapat ditularkan kepada

manusia secara langsung oleh ludah, urun dan fesenya atau melalui gigitan ektoparasitnya

(kutu, pinjal, caplak dan tungau). Beberapa penyakit penting yang dapat ditularkan ke

manusia antara lain

a. Pes

Penyakit pes disebabkan oleh gigitan pinjal yakni ektoparasit dari tikus yang

membawa agent pes, Yersinia pestis.

b. Leptospirosis

Page 4: DK 1 Chem 2

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Leptospira melalui selaput lendir atau luka

dikulit bila terpapar oleh air yang tercemar dengan urin tikus.

c. Demam gigitan tikus disebabkan oleh bakteri Spirillum atau Stretobakcillus melalui

luka gigitan tikus

3. Bagaimanakah penyebaran penyakit oleh vector pada manusia?

Penyebaran secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu

A. Penyebaran Mekanik ( Pasif )

Pindahnya bibit penyakit yang dibawa vektor kepada bahan-bahan yang digunakan

manusia (umumnya makanan), dan jika makanan tersebut dimakan oleh manusia

maka timbul penyakit. Jadi pada penyebaran secara mekanik agen penyakit dalam

tubuh vektor tidak mengalami perkembangan. Contohnya adalah penyakit disentri

(gosokan pada tangan dengan selaput lendir ).

B. Penyebaran Biologi ( Aktif )

Bibit penyakit hidup serta berkembang biak di dalam tubuh vektor dan jika vektor

tersebut menggigit manusia, maka bibit penyakit masuk ke dalam tubuh sehingga

timbul penyakit.

Penularan penyakit pada manusia melalui vektor yang termasuk penyebaran secara

biologi adalah arthropodborne disease. Pada arthropodborne disease terdapat 3 jenis

penularan yaitu,

1) Kontak Langsung

Arthropoda secara langsung memindahkan penyakit atau infestasi dari satu

orang ke orang lain melalui kontak langsung. Contoh skabies dan pedikulus.

2) Transmisi secara mekanis

Agen penyakit ditularkan secara mekanis oleh arthropoda, misalnya penularan

penyakit diare, tifoid, keracunan makanan, dan trakoma oleh lalat. Secara

karakteristik, arthropoda sebagai vektor mekanis membawa agens penyakit

dari manusia yang berasal dari tinja, darah, ulkus superfisial atau eksudat.

Kontaminasi bisa terjadi pada permukaan tubuh arthropoda saja, tetapi bisa

juga berasal dari agen yang ditelan dan lkemudian dimuntahkan atau

dikeluarkan melalui kotoran arthropoda.

Page 5: DK 1 Chem 2

3) Transmisi secara biologis

Agens penyakit mengalami perubahan siklus dengan atau tanpa mulitiplikasi.

Ada 3 macam transmisi biologis, yaitu

a) Propagative

Agens penyakit tidak mengalami perubahan siklus, tetapi bermultiplikasi

di dalam tubuh vektor. Contoh, plague bacilli pada pinjal tikus.

b) Cyclo-propagative

Agens penyakit mengalami perubahan siklus dan bermultiplikasi di dalam

tubuh vektor. Contoh, parasit malaria pada nyamuk anopheles.

c) Cyclo-developmental

Agens penyakit mengalami perubahan siklus,tetapi tidak bermultiplikasi di

dalam tubuh arthropoda. Contoh, parasit filaria pada nyamuk culex dan

cacing pita pada cyclops.

 (Azwar, 1995):

1. Penyebaran secara biologi, yang disebut pula penyebaran aktif. Disini. Contoh : nyamuk.

2. Penyebaran secara mekanik, disebut juga penyebaran pasif, yakni. Contoh : lalat

4. Apa yang dimaksud dengan pengawasan vector ?

1. Vektor penyakit

Mengakut agen penyakit patogen baik virus, bakteri, hewan

Hewan yg memindahkan parasit stadium infektif dari penderita ke hewan/manusia

penerima

Organisme yg berperan sbg vektor adalah arthropoda

Vektor mekanis: hewan pengangkut dimana parasit yg ada di dlm tbh vektor tersebut tdk

mengalami pertumbuhan dan perkembangbiakan

Vektor biologis: mengalami pertumbuhan dan perkembangbiakan.

Page 6: DK 1 Chem 2

Pengertian vektor penyakit adalah organisme hidup yang dapat menularkan agent

penyakit dari satu hewan ke hewan lain atau ke manusia. Penularan penyakit pada

manusia melalui vektor berupa serangga dikenal sebagai vectorborne disease (Chandra,

2007).

Vektor penyakit adalah organisme yang dapat memindahkan/menularkan agent infeksi

dari sumber infeksi kepada host yang rentan.

2. P e n y a k i t y g d i t u l a r k a n d g p e r a n t a r a nyamuk (mosquitos-borne disease)

>>culex (filariasis), anopheles (malaria),aedes (DBD, chikungunya)

Pen ya k i t   yg  d i t u l a rkan  dg  pe ran t a r a l a l a t (fly-borne disease)>> kolera,

disentri, tifus,relapsing fever

Pen ya k i t   yg d i t u l a rkan  dg  pe ran t a r a p in j a l / tikus (flea-borne

disease)>> pest

P e n y a k i t y g d i t u l a r k a n   d g p e r a n t a r a k u t u / t u n g a u ( l o u s e - b o r n e

d i s e a s e ) > > scabies, toxoplasmosis, rickettsia

P e n y a k i t   y g d i s e b a b k a n   o l e h upas/bisa yg dikeluarkan oleharthropoda

(venomouse arthropods)>> kalajengking, lipan

3. Penyebaran vector :

- Penyebaran mekanik = pasif

Yaitu pindahnya bibit penyakit yang dibawa vektor pada bahan makanan yang

digunakan manusia.

Contoh : melalui makanan (penyakit dysentri), melalui gosokan tangan ke selaput

lendir.

- Penyebaran biologi = aktif

Kuman penyakit hidup dan berkembangbiak dalam tubuh vektor

Contoh : Melalui gigitan ditularkan pada manusia

4. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengawasan vektor :

Page 7: DK 1 Chem 2

Siklus kehidupan vektor

Ekologi vektor

Tingkah laku vektor

Cara berpindahnya bibit penyakit

Cara transmisi vector

Pengawasan vector adalah semua upaya yang dilakukan untuk mengurangi atau

menurunkan tingkay populasi vector sampai serendah-rendahnya sehingga tidak

membahayakan manusia.

Konsep dasarnya :

Dapat menekan densitas vector

Tidak membahayakan manusia

Tidak mengganggu keseimbangan lingkungan

U s a h a p e n c e g a h a n   ( p r e v e n t i o n )   > > mencegah kontak dg vektor >>

pemberantasan nyamuk, kelambu

U s a h a p e n e k a n a n ( s u p p r e s s i o n ) > > menekan populasi vektor shg tdk

membahayakan kehidupan manusia

U s a h a p e m b a s m i a n ( e r a d i c a t i o n ) > > menghilangkan vektor sampai habis

5. Sebutkan macam-macam pengawasan vector !

1. Macam pengawasan vektor

Beberapa metode pengendalian vektor sebagai berikut :

a. Metode pengendalian fisik dan mekanis adalah upaya-upaya untuk mencegah,

mengurangi, menghilangkan habitat perkembangbiakan dan populasi vektor

secara fisik dan mekanik.

contohnya :

Page 8: DK 1 Chem 2

- Modifikasi dan manipulasi lingkungan tempat perindukan (3M, pembersihan

lumut, penanaman bakau, pengeringan, pengaliran/drainase, dan lain-lain)

- Pemasangan kelambu

- Memakai baju lengan panjang

- Penggunaan hewan sebagai umpan nyamuk (Cattle barrier)

- Pemasangan kawat

b. Metode pengendalian dengan menggunaan agen biotik

- predator pemakan jentik (ikan, mina padi dan lain-lain)

- bakteri, virus, fungi

- manipulasi gen (penggunaan jantan mandul, dll)

c. Metode pengendalian secara kimia

- Surface spray (IRS)

- Kelambu berinsektisida

- Larvisida

- Space spray (pengkabutan panas/fogging dan dingin/ULV)

- Insektisida rumah tangga (penggunaan repelen, anti nyamuk bakar,

liquid vaporizer, paper vaporizer, mat, aerosol

6. Jelaskan mengenai pengawasan dan pengendalian nyamuk !

Pengawasan dan pengendalian nyamuk

Terdapat beberapa cara pengendalian vektor nyamuk. Beberapa usaha pencegahan

dan pengendalian terhadap serangan nyamuk demam berdarah dengue tidak akan berjalan

jika dilakukan secara simultan dan terpadu. Jika salah satu lingkungan saja tidak ikut

berpatisipasi, lingkungan tersebut bisa menjadi sumber infeksi serangan nyamuk demam

berdarah.

Usaha-usaha pencegahan dan pengendalian yang bisa dilakukan sebagai berikut

(Kardinan, 2007):

Pencegahan

Usaha ini dilakukan dengan menggunakan repellent atau pengusir, misalnya

lotion yang digosokkan ke kulit sehingga nyamuk takut mendekat. Banyak bahan

Page 9: DK 1 Chem 2

tanaman yang bisa dijadikan lotion anti nyamuk. Hal ini yang dapat dilakukan untuk

mengusir nyamuk adalah menanam tanaman yang tidak disukai serangga, termasuk

nyamuk Ae. aegypti. Tanaman ini bisa diletakkan di sekitar rumah atau di dalam.

Pengendalian

Pengendalian vektor adalah semua usaha yang dilakukan untuk menurunkan atau

menekan populasi vektor pada tingkat yang tidak membahayakan kesehatan masyarakat

(Kusnoputranto, 2000). Menurut data dari Direktorat Pemberantasan Penyakit Menular,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, keberhasilan pencegahan penyakit DBD

sangat bergantung pada pengendalian vektornya, yaitu Ae. aegypti/ Ae. albopictus

(Bermawie, 2006).

Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa

metode yang tepat, yaitu :

Secara Lingkungan

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), misalnya sarang nyamuk dengan cara

mengeringkan genangan air yang menjadi tempat berkembangbiaknya, membakar

sampah yang menjadi tempat lalat bertelur dan tempat-tempat persembunyian serangga

pengganggu. Termasuk dalam pengendalian serangga adalah mencegah terjadinya kontak

antara serangga dengan manusia, misalnya dengan memasang kawat kasa atau kawat

nyamuk (insect-screen) di jalan angin, pintu atau jendela rumah (Soedarto, 1992).

Cara yang hingga saat ini masih dianggap paling tepat untuk mengendalikan

penyebaran penyakit demam berdarah adalah dengan mengendalikan populasi dan

penyebaran vektor.

Program yang sering dikampanyekan di Indonesia adalah 3M+1T (Wikipedia, 2008),

yaitu:

1. Menguras bak mandi, untuk memastikan tidak adanya larva nyamuk yang berkembang di

dalam air dan tidak ada telur yang melekat pada dinding bak mandi. 

Page 10: DK 1 Chem 2

2. Menutup tempat penampungan air sehingga tidak ada nyamuk yang memiliki akses ke

tempat itu unutk bertelur. 

3. Mengubur barang bekas sehingga tidak dapat menampung air hujan dan dijadikan tempat

nyamuk bertelur. 

4. Telungkupkan barang bekas sehingga tidak dapat menampung air hujan dan dijadikan

tempat nyamuk bertelur.

Secara Biologi

Pengendalian secara biologi adalah pengendalian serangga dengan menggunakan

predator (binatang pemangsa serangga), menyebarkan parasit penyebab penyakit pada

serangga dengan tujuan untuk menurunkan populasinya secara alami tanpa mengganggu

ekologi (Soedarto, 1992). Contoh Predator tersebut terdiri dari Ikan pemakan larva yaitu

ikan kepala timah, cupang dan gambus yang sudah semakin banyak digunakan untuk

mengendalikan nyamuk Ae. aegypti di kumpulan air yang banyak atau di kontainer air

yang besar, bakteri penghasil endotoksin yaitu Bacillus Thuringies serotipe H-14 (Bt: H-

14) dan Bacillus sphaericus(Bs) adalah efektif untuk mengendalikan nyamuk.

Secara Kimia

Bahan kimia yang banyak digunakan dalam pemberantasan Ae. aegypti ialah

golongan organophospat. Malathion digunakan untuk memberantas nyamuk dewasa,

sedangkan temephos digunakan untuk jentiknya. Malathion digunakan dengan cara

pengasapan (fogging), karena kebiasaan beristirahat Ae. aegypti ialah pada benda yang

bergantungan. Temephos yang biasa digunakan berebentuk butiran pasir (sandgranules)

dan ditaburkan di tempat penampungan air. Penggunaan larvasida ini dalam posisi 1 ppm

mampu mencegah infestasi jentik Ae. aegypti selama 2 - 3 bulan. Pengaruh residu

temephos ini disebabkan karena bahan aktifnya dilepas secara perlahan (slow release)

dan menempel pada pori – pori dinding sebelah dalam dari tempat penampungan air.

Upaya lain dalam memutus mata rantai kehidupan nyamuk yakni dengan

perangkap telur (ovitrap). Ovitrap adalah alat pemancing nyamuk untuk bertelur di

dalamnya. Ketika telur berkembang menjadi nyamuk dewasa, nyamuk akan terperangkap

di dalam ovitrap, dan akhirnya mati (Anonimous, 2008). Ovitrap dapat berupa bejana,

Page 11: DK 1 Chem 2

misalnya, cangkir (cup) kaleng (seperti bekas kaleng susu atau gelas plastik) yang

dinding sebelah dalamnya di cat hitam, dan ember kemudian diberi air secukupnya. Ke

dalam bejana tersebut dimasukkan paddle berupa potongan kayu, bilah bambu atau kain

yang tenunannya kasar dan berwarna gelap sebagai tempat meletakkan telur bagi

nyamuk.

7. Jelaskan mengenai pengawasan dan pengendalian lalat !

Langkah pengendalian lalat secara garis besar ialah kontrol manajemen, biologi,

mekanik dan kimia.

Kontrol manajemen

Penanganan feses dengan baik sehingga feses tetap kering merupakan teknik

pengendalian lalat yang paling efektif. Kita tahu, feses yang lembab menjadi tempat

perkembangbiakan lalat yang sangat baik (termasuk tempat perkembangbiakan bibit

penyakit). Dalam 0,45 kg feses yang lembab dapat dijadikan tempat berkembang biak

(melangsungkan siklus hidup) 1.000 ekor lalat.

Kontrol biologi

Terdengar asing ditelinga kita dengan istilah ini. Memang, karena teknik ini relatif

jarang diaplikasikan peternak. Meskipun demikian, teknik ini terbukti ampuh dalam

mengendalikan populasi lalat. Terbukti, dari sepasang lalat dalam waktu 3-4 hari tidak

bisa menghasilkan lalat sebanyak 191,01 x 1018 ekor karena secara alami larva lalat telah

dibasmi oleh “lawan” lalat. Selain itu, penggunaan teknik ini akan menjaga

keseimbangan ekosistem kandang.

Parasit lalat biasanya membunuh lalat pada saat fase larva dan pupa. Spalangia

nigroaenea merupakan sejenis tawon (lebah penyengat) yang menjadi parasit bagi pupa

lalat. Mekanismenya ialah tawon dewasa bertelur pada pupa lalat, yaitu dibagian

puparium (selubung pupa) dan perkembangan dari telur tawon memangsa pupa lalat

Page 12: DK 1 Chem 2

(pupa lalat mati). Selain tawon, tungau (Macrochelis muscaedomesticae dan

Fuscuropoda vegetans) dan kumbang (Carnicops pumilio, Gnathoncus nanus) juga

merupakan “lawan” lalat.

Aplikasi dari teknik pengendalian lalat ini memerlukan suatu menajemen yang relatif

sulit. Siklus hidup hewan pemangsa lalat tersebut juga relatif lebih lama. Selain itu,

hewan pemangsa lalat ini dapat juga menjadi agen penularan penyakit. Meskipun

demikian, keseimbangan ekosistem akan tetap terjaga, terlebih lagi keberadaan lalat di

kandang juga membantu dalam proses dekomposisi (penguraian) feses atau sampah

organik lainnya sehingga baik jika digunakan sebagai pupuk kompos.

Kontrol mekanik

Teknik pengendalian lalat ini relatif banyak diaplikasikan oleh masyarakat pada

umumnya. Di pasaran, juga telah banyak dijual perangkat alat untuk membasmi lalat,

biasanya disebut sebagai perangkap lalat. Perangkap tersebut bekerja secara elektrikal

(aliran arus listrik) dan dilengkapi dengan bahan yang dapat menarik perhatian lalat untuk

mendekat. Perangkap lalat seringkali diletakkan di tengah kandang. Di tempat

penyimpanan telur sebaiknya juga diletakkan perangkap lalat ini.

Lalat tidak akan bergerak atau terbang melawan arus atau arah angin. Oleh karenanya

tempatkan fan atau kipas angin dengan arah aliran angin keluar kandang atau ke arah

pintu kandang. Penggunaan plastik yang berisi air (biasanya di warung makan) juga bisa

digunakan untuk mengusir lalat meskipun mekanisme kerjanya belum diketahui. Teknik

pengendalian lalat ini (kontrol mekanik) relatif kurang efektif untuk diaplikasikan ji-ka

populasi lalat banyak.

Kontrol kimiawi

Teknik pengendalian lalat ini, seringkali menjadi andalan bagi peternak. Sedikit

terlihat adanya peningkatan populasi lalat, peternak segera memberikan obat lalat.

Namun, saat populasi lalat tidak menurun meski telah diberikan obat lalat, maka peternak

Page 13: DK 1 Chem 2

akan langsung memberikan klaim maupun komplain ke produsen obat lalat tersebut.

Kasus ini relatif sering terjadi. Lalu bagian manakah yang kurang tepat?

Point dasar yang perlu kita pahami bersama, bahwa pemberian obat lalat (kontrol

kimiawi) bukan merupakan inti dari teknik pengendalian lalat, melainkan menjadi

penyempurna dari teknik pengendalian lalat melalui teknik sanitasi dan desinfeksi

kandang (teknik manajemen). Oleh karenanya, kita tidak bisa menggantungkan

pembasmian lalat hanya dari pemberian obat lalat dan teknik pemberian obat lalat juga

harus dilakukan dengan tepat.

Dari data yang kami peroleh, obat pembasmi lalat yang beredar di lapangan

(Indonesia) dapat diklasifikasikan (berdasarkan kerja obat lalat pada tahapan siklus hidup

lalat) menjadi 2 kelompok, yaitu obat lalat yang bekerja membunuh larva lalat dan

membasmi lalat dewasa. Agar daya kerja obat lalat bisa optimal, maka pemilihan jenis

obat harus disesuaikan dengan tahapan siklus hidup lalatnya. Jika tidak maka daya kerja

obat tidak akan optimal. Cyromazine merupakan zat aktif yang digunakan untuk

membunuh larva lalat sedangkan azamethipos dan cypermethrin merupakan zat aktif

yang bekerja membunuh lalat dewasa. Penggunaan cyromazine untuk membasmi lalat

dewasa tidak akan memberikan hasil yang optimal (lalat dewasa tidak bisa mati) dan

begitu juga sebaliknya (pemberian cypermethrin tidak akan bisa membunuh larva lalat).

Perlu kita sadari bersama, keberadaan lalat di dalam kandang seperti fenomena

gunung es. Lalat yang berkeliaran dan berterbangan di dalam kandang hanya 20%

sedangkan lalat yang “tersembunyi” (telur, larva dan pupa) sesungguhnya jauh lebih

banyak, yaitu 80%. Selain itu, pembasmian lalat dewasa akan menjadi lebih sulit karena

mobilitas lalat yang tinggi dan kemampuan lalat untuk menghindar (mata majemuk).

Oleh karena itu, pengendalian lalat sejak dini, yaitu saat stadium larva menjadi sebuah

langkah teknik aplikatif yang bagus dalam membasmi keberadaan lalat.

8. Jelaskan mengenai pengawasan dan pengendalian kecoa !

Kecoa termasuk ke dalam phyllum Arthropoda, klas Insekta. Kecoa merupakan serangga

yang hidup di dalam rumah, restoran, hotel, rumah sakit, gudang, kantor, perpustakaan, dan lain-

Page 14: DK 1 Chem 2

lain. Seranga ini sangat dekat kehidupannya dengan manusia, menyukai bangunan yang hangat,

lembab dan banyak terdapat makanan. Hidupnya berkelompok, dapat terbang, aktif pada malam

hari seperti di dapur, di tempat penyimpanan makanan, sampah, saluran-saluran air kotor,

umumnya menghindari cahaya, siang hari bersembunyi di tempat gelap dan sering bersembunyi

dicela-cela. Serangga ini dikatakan pengganggu karena mereka biasa hidup di tempat kotor dan

dalam keadaan terganggu mengeluarkan cairan yang berbau tidak sedap. Makanya kadang jika

saat kita sedang tidur, kecoa melintas di dekat kita suka tercium bau prengus. Berdasarkan

pengalaman, kecoa sangat aktif dalam keadaan gelap, dalam keadaan yang sedikit cahaya

aktivitas kecoa ini luar biasa, terbang kesana-kemari, kadang juga aktivitas kawin dilakukan.

Siklus  Hidup 

Mula-mula, telur kecoak akan menetas menjadi nimfa. Nimfa ialah tahapan tubuh hewan muda.

Nimfa pada kecoak memiliki bentuk tubuh yang hampir serupa dengan kecoak dewasa, tetapi

ukuran nimfa lebih kecil dan belum bersayap. Dalam perkembangannya, nimfa akan mengalami

pergantian kulit (ekdisis) berkali-kali hingga menjadi kecoak dewasa. Setelah dewasa, kecoak

tersebut akan bertelur. Telur tersebut akan menetas. Tahapan perubahan bentuk akan terulang

lagi.

Di alam bebas, ia menjadi santapan predatornya seperti burung, mamalia kecil, dan binatang

amfibi. Namun kecoak kota (kecoak di perkotaan) nyaris tidak punya musuh, kecuali ya kita ini

yang mati-matian berusaha untuk membunuh kecoak itu. Faktanya, kecoak memiliki pelindung

yang kuat di punggungnya yang membuat ia tidak mudah mati dipukul. Jangan kira kecoak

langsung mati ketika dipukul,  beberapa menit kemudian kecoak itu akan kembali berjalan dan

kabur entah kemana. 

Kecoak bisa menghasilkan 40 ekor kecoak Junior dalam sebulan. Mereka adalah kaum

Omnivora yang bisa memakan Feses, lem, sisa makanan di dapur, organisme mati (termasuk

mayat manusia), bahkan keturunannya sendiri. 

Page 15: DK 1 Chem 2

Pengawasan kecoa :

Dilakukan dengan cara memeriksa secara rutin pada tempat-tempat yang disenangi kecoa seperti

kolong meja, sudut lemari, tempat cucian piring. Untuk lokasi yang sulit dijangkau, digunakan

alat bantu seperti cermin bertangkai dan senter. Diperiksa apakah tampak telur kecoa maupun

wujud dewasanya.

Pengendalian kecoa :

A. SURVEILANS

1. Tujuan

Untuk melihat keberadaan kecoa di Rumah Sakit. Keberadaan kecoa ini dilihat

dengan adanya tanda-tanda kecoa seperti kotoran, kapsul dan adanya kecoa itu

sendiri.

2. Pelaksanaan

Surveilans kecoa dilakukan dengan cara melihat secara visual tanda-tanda yang

menyatakan adanya kecoa seperti adanya kotoran (fecal) dan kasul (ootheca)

kecoa. Disamping itu dengan melihat ada (hidup atau mati) dan tidak adanya

kecoa disetiap ruangan.

Page 16: DK 1 Chem 2

a) Keberadaan Kotoran dan kapsul

- Bentuk fisik : kapsul Blattella Germanica dapat berisi 30-40 telur, Blatta

orientalis sekitar 16 telur, Supella longipalpa 13-18 telur dan Periplaneta

americana sekitar 14 telur

- Tempat : kotoran, pada lantai, pada tempat-tempat yang tersembunyi, pada

tempat-tempat yang sering dilalui, sedangkan kapsul pada sudut-sudut

bagian dari meja, almari, celah-celah pada dinding.

- Cara : Visual dan perabaan.

- Alat : Senter serta formulir pencatatan pengamatan.

- Waktu : Untuk melihat kecoa dilakukan pada malam hari, mulai pukul 18.00

s/d 20.00 WIB , pukul 23.00 s/d 1.00 WIB, pukul 04.00 s/d 06.00 WIB

.frekwensi pelaksanaan pengamatan setiap 2 (dua) minggu.

b) Keberadaan kecoa

- Bentuk Fisik : Tergantung Jenisnya.

- Tempat : Kecoa dilihat dibawah rak, dibagian bawah daun meja, dilipatan

tempat tidur, pada celah-celah dinding dengan almari, pada celah-celah yang

terdapat pada dinding itu sendiri.

- Cara : Visual.

- Alat : Cermin bertangkai dan senter formulir pencatatan pengamatan.

- Waktu : Untuk melihat kecoa dilakukan pada malam hari, mulai pukul 18.00

s/d 20.00 WIB, pukul 23.00 s/d 1.00 WIB, pukul 04.00 s/d 06.00 WIB.

Frekwensi pelaksanaan pengamatan setiap 2 (dua) minggu.

3. Pencatatan

Hasil pengamatan dicacat kedalam formulir seperti pada lampiran 1.

4. Analisis hasil pengamatan

- Tidak ditemukan tanda-tanda keberadaan kecoa, baik dari kotoran, kapsul

maupun kecoanya sendiri.

- Bila ditemukan tanda-tanda keberadaan kecoa maka segera dilakukan upaya

pemberantasan.

B. PEMBERANTASAN

Upaya pemberantasan ditujukan terhadap kapsul telur dan kecoa.

Page 17: DK 1 Chem 2

1) Pembersihan kapsul telur yang dilakukan dengan cara :

Mekanis yaitu mengambil kapsul telur yang terdapat pada celah-celah dinding,

celah-celah almari, celah-celah peralatan, dan dimusnakan dengan membakar/

dihancurkan.

2) Pemberantasan Kecoa

Pemberantasan kecoa dapat dilakukan secara fisik dan kimia.

Secara fisik atau mekanis dengan :

- Membunuh langsung kecoa dengan alat pemukul atau tangan'

- Menyiram tempat perindukkan dengan air panas.

- Menutup celah-celah dinding.

Secara Kimiawi :

- Menggunakan bahan kimia (insektisida) dengan formulasi spray (pengasapan),

dust (bubuk), aerosol (semprotan) atau bait (umpan).

Cara menghitung kepadatan kecoa di rumah :

Dilakukan dengan cara memasang pellet pada lem lalat. Kemudian lem ditempatkan di ujung

dapur atau lemari atau tempat yang disukai kecoa selama 24 jam.

Bila jumlah kecoa tertangkap <2 = kondisi normal

Jumlah kecoa tertangkap >2 = perlu diwaspadai

Jumlah kecoa tertangkap >5 = perlu tindak lanjut

9. Jelaskan mengenai pengawasan dan pengendalian tikus !

Tikus dan mencit merupakan masalah rutin di Rumah Sakit, karena itu

pengendaliannya harus dilakukan secara rutin. Hewan mengerat ini menimbulkan

kerugian ekonomi yang tidak sedikit, merusak bahan pangan, instalasi medik, instalasi

listrik, peralatan kantor seperti kabel-kabel, mesin-mesin komputer, perlengkapan

Page 18: DK 1 Chem 2

laboratorium, dokumen/file dan lain-lain, serta dapat menimbulkan penyakit. Beberapa

penyakit penting yang dapat ditularkan ke manusia antara lain, pes, salmonelosis,

leptospirosis, murin typhus.

Kemampuan alat indera

1) Mencium

Rodensia mempunyai daya cium yang tajam, sebelum aktif/keluarsarangnya ia

akan mencium-cium dengan menggerakkan kepala kekiridan kekanan. Mengeluarkan

jejak bau selama orientasi sekitar sarangnya sebelum meninggalkannya. Urin dan

sekresi genital yang memberikan jejak bau yang selanjutnya akan dideteksi dan diikuti

olehtikus lainnya. Bau penting untuk Rodensia karena dari bau ini dapat membedakan

antara tikus sefamili atau tikus asing. Bau juga memberikan tanda akan bahaya yang

telah dialami.

2) Menyentuh

Rasa menyentuh sangat berkembang dikalangan rodensia komensal, ini untuk

membantu pergerakannya sepanjang jejak dimalam hari.Sentuhan badan dan kibasan

ekor akan tetap digunakan selama menjelajah, kontak dengan lantai, dinding dan

benda lain yang dekat sangat membantu dalam orientasi dan kewaspadaan binatang ini

terhadap ada atau tidaknya rintangan didepannya.

3) Mendengar.

Rodensia sangat sensitif terhadap suara yang mendadak. Disamping itu rondesia

dapat mendengar suara ultra. Mengirim suara ultrapun dapat.

4) Melihat.

Mata tikus khusus untuk melihat pada malam hari, Tikus dapat mendekteksi

gerakan pada jarak lebih dari 10 meter.

Page 19: DK 1 Chem 2

Penangkapan tikus dengan perangkap (trapping)

Apabila terdapat tanda-tanda keberadaan tikus, pada sore hari dilakukan

pemasangan perangkap yang tempatnya masing-masing lokasi sebagai berikut. Core

perangkap diletakan dilantai pada lokasi dimana ditemukan tanda-tanda keberadaan

tikus, di Inner Bound perangkap diletakan di pinggir saluran air, taman, kolam, di dalam

semak-semak, sekitar TPS, tumpukan barang bekas. Untuk menentukan jumlah

perangkap dipasang, digunakan rumus sebagai berikut : Untuk setiap ruangan dengan

luas sampai dengan 10 m2 dipasang satu perangkap. Setiap kelipatan 10 m2 ditambah

satu perangkap. Perangkap yang belum berisi tikus dibiarkan sampai tiga malam untuk

memberi kesempatan pada tikus yang ada untuk memasuki perangkap dan diperiksa

setiap pagi harinya untuk mengumpulkan hewan yang tertangkap.Perangkap bekas terisi

tikus dan mencit harus dicuci dengan air dan sabun dan dikeringkan segera. Pemasangan

perangkap dalam upaya pemberantasan ini dilakukan selama tiga hari berturut-turut.

Pemberantasan tikus dan mencit secara kimiawi dengan umpan beracun

Page 20: DK 1 Chem 2

Pemberantasan tikus secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan umpan

beracun. Pengendalian tikus dengan menggunakan umpan beracun atau perangkap

berumpan racun mempunyai efek sementara, racun perut (Rrodentisia campuran,

antikoagulan kronik) adalah umpan beracun yang hanya dianjurkan digunakan

didaerah/tempat yang tidak dapat dicapai oleh hewan Domestik dan anak-anak.

Pengendalian tikus dengan umpan beracun sebaiknya sebagai pilihan terakhir. Bila tidak

teliti cara pengendalian ini sering menimbulkan bau yang tidak sedap akibat bangkai

tikus yang tidak segera ditemukan. Selain itu racun tikus juga sangat berbahaya bagi

manusia hewan/binatang lainnya. Ada 2 macam racun tikus yang beredar saat ini yaitu

racun akut dan kronis. Racun akut harus diberikan dalam dosis letal, karena kalautidak

maka tikus tidak mati dan tidak mau lagi memakan umpan yang beracun sejenis.

Sedangkan kalau racun diberikan dalam dosis letal maka tikus akan mati dalam setengah

jam kemudian. Menurut Departemen Pertanian (2001) Pestisida untuk pengendalian

tikus (Rrodentiisida).

10. Bagaimanakah pengukuran kepadatan vector ?

Menghitung kepadatan populasi nyamuk Aedes aegypti

Menurut Ditjen P2M dan PL tahun 2007, kepadatan populasi nyamuk Aedes aegypti dapat

diketahui dengan cara :

1. Survei nyamuk

Pada survei ini penangkapan nyamuk dilakukan di dalam maupun di luar rumah dalam

kurun waktu masing-masing 20 menit. Penangkapan nyamuk ini menggunakan alat yang

dinamakan aspirator.

Indeks-indeks nyamuk yang digunakan yaitu :

a. Landing Rate

Jumlah Aedes aegyptibetina tertangkapumpanJumlah penangkapan x jumlah jam penangkapan

b. Resting per rumah

Page 21: DK 1 Chem 2

Jumlah Aedesaegyptibetina pada penangkapan nyamuk hinggapJumlah rumah yangdilakukan penangkapan

2. Survei jentik

a. Memeriksa semua tempat maupun bejana yang dapat menjadi tempat perindukan

nyamuk Aedes aegypti dengan mata telanjang untuk mengetahui adanya jentik.

b. Pada tempat penampungan air yang berukuran besar sebaiknya menunggu kira-kira ½

- 1 menit untuk memastikan adanya jentik apabila pada penglihatan pertama tidak

menemukan adanya jentik.

c. Pada tempat-tempat penampungan air yang berukuran kecil seperti vas bunga, pot

tanaman air, botol yang airnya keruh, dan lain-lain sebaiknya dipindahkan terlebih

dahulu ke wadah yang agak luas sehingga bisa dilihat ada tidaknya jentik.

d. Pada saat memeriksa jentik di tempat yang agak gelap atau airnya keruh, sebaiknya

menggunakan bantuan senter.

Ukuran-ukuran yang digunakan untuk mengetahui kepadatan jentik nyamuk Aedes

aegypti yaitu :

1. Angka Bebas Jentik (ABJ)

Jumlahrumah yang tidak ditemukan jentikJumlahrumah yangdiperiksa

x100 %

Perhitungan ini dilakukan untuk menggambarkan luasnya persebaran nyamuk di

suatu wilayah.

2. House Index (HI)

Jumlahrumah yang ditemukan jentikJumlahrumah yang diperiksa

x100 %

3. Container Index (CI)

Page 22: DK 1 Chem 2

Jumlahcontainer dengan jentikJumlahcontainer yang diperiksa

x100 %

Container adalah tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat perindukan

nyamuk Aedes aegypti.

4. Breteau Index (BI)

Nilai ukuran ini dapat diketahui dengan melihat jumlah kontainer yang terdapat

jentik dalam 100 rumah.

3. Survei perangkap telur (ovitrap)

Survei ini dilakukan dengan memasang ovitrap, yaitu wadah yang berupa bejana seperti

potongan bambu, kaleng, gelas plastik, dan lain-lain yang bagian dalamnya diberi cat

warna hitam kemudian diberi air secukupnya. Setelah itu dimasukkan padel berupa

potongan bilah bambu atau kain yang tenunannya kasar dan berwarna gelap ke dalam

bejana sebagai tempat meletakkan telur bagi nyamuk. Ovitrap dapat diletakkan di dalam

dan di luar rumah pada tempat yang gelap dan lembab. Pemeriksaan ada tidaknya telur

nyamuk di padel dapat dilakukan 1 minggu kemudian.

Ovitrap index dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut :

jumlah padel yangmengandung telurJumlah padel yangdiperiksa

x100 %

Kepadatan populasi nyamuk Aedes aegypti dapat diketahui secara lebih tepat dengan

mengumpulkan telur-telur yang terdapat pada padel dan menghitung jumlahnya dengan

perhitungan sebagai berikut :

Jumlah telurJumlahovitrap yangdigunakan

=…telur per ovitrap

Menghitung kepadatan populasi tikus

Page 23: DK 1 Chem 2

Pada perhitungan kepadatan populasi tikus, maka dilakukan beberapa pengamatan yaitu :

- Core : Pemeriksaan secara visual. Yaitu dengan melihat adanya tanda-tanda keberadaan

tikus berupa kotoran tikus dan/atau jejak kaki tikus. Selain itu harus diperhatikan tanda-

tanda lain seperti : sisa keratan pada pintu/kasa/buku dan kawat kasa yang berlubang

bekas lewat tikus.

- Inner Bound : Pemeriksaan secara visual, yaitu lubang di tanah, bangkai tikus, kotoran

tikus, serpihan bekas keratan tikus.

Dalam melakukan pengamatan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti :

a. Saat pengamatan

Secara visual dilakukan pada pagi hari yaitu pukul 06.00-08.00 wib dan pada malam hari

dilakukan antara pukul 22.00-24.00 wib.

b. Lama pengamatan

Pemeriksaan dilakukan selama 5- 10 menit per tempat per orang sehingga petugas dapat

melakukan pemeriksaan minimum 12 tempat per orang.

Lama pengamatan= Jumlah tempat12 x jumlah petugas

Keterangan : 12 adalah pemeriksaan minimum dalam 2 jam.

c. Periode pengamatan

Pengamatan dilakukan setiap dua bulan pada setiap tahunnya dengan dasar

pertimbangannya adalah masa reproduksi tikus.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 374/MENKES/PER/III/2010 tentang

Pengendalian Vektor, pengendalian vektor yaitu semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan

untuk menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga keberadaannya tidak lagi

berisikio untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah atau menghindari

kontak masyarakat dengan vektor sehingga penularan penyakit tular vektor dapat dicegah.

Page 24: DK 1 Chem 2

Sedangkat pengendalian vektor terpadu (PVT) yaitu pendekatan yang menggunakan kombinasi

beberapa metode pengendalian vektor yang dilakukan berdasarkan azas keamanan, rasionalitas

dan efektivitas pelaksanaannya serta dengan mempertimbangkan kelestarian keberhasilannya.

Prinsip-prinsip PVT meliputi :

a. Pengendalian vektor harus berdasarkan data tentang bioekologi vektor setempat,

dinamika penularan penyakit, ekosistem, dan perilaku masyarakat yang bersifat spesifik

lokal.

b. Pengendalian vektor dilakukan dengan partisipasi aktif berbagai sektor dan program

terkait, LSM, organisasi profesi, dunia usaha/swasta serta masyarakat.

c. Pengendalian vektor dilakukan dengan meningkatkan penggunaan metode non kimia dan

menggunakan pestisida secara rasional serta bijaksana.

d. Pengendalian vektor harus mempertimbangkan kaidan ekologi dan prinsip ekonomi yang

berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

Page 25: DK 1 Chem 2

DAFTAR PUSTAKA

Adnan,agnesa.2011.Pengendalian vector epidemiologi. Di akses di

http://www.depkes.go.id/downloads/Pengendalian%20Tikus.pdf pada tanggal 18

mei 2013

Chandra, Budiman.2006 .Ilmu kedokteran pencegahan komunitas. Jakarta : EGC

Departemen Kesehatan Repbik Indonesia. 2011. Pedoman Penendalian Tikus di akses di

http://www.depkes.go.id/downloads/Pengendalian%20Tikus.pdf pada tanggal 20

Mei 2013

Gandahusada ,srisasi ,et al. 2006. Parasitologi kedokteran. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Prinsip Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta:

Rineka Cipta

Purnama, Sang Gede. 2010. Pengendalian vector DBD: materi Kuliah Prodi IKM.