Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

download Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

of 44

Transcript of Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    1/44

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1Pemicu

    Inneke, seorang anak tunggal, perempuan, usia 5 tahun 9 bulan, mempunyai

    tinggi badan 120 cm dan berat 32 kg. Sejak usia 1 tahun hingga saat ini, ibu

    Inneke masih memberikan bubur dan susu dengan porsi yang cukup banyak

    setiap 3-4 jam sekali. Inneke hingga saat ini belum mampu makan makanan

    padat. Bila diberikan makanan padat Inneke menolak, kadang disertai muntahsehingga ibu akhirnya melanjutkan pemberian bubur dan susu dengan

    frekuensi sekitar 5-6 kali sehari. Selain itu Inneke sering mengkonsumsi es

    krim. Di rumah, Inneke gemar menonton televisi dan bermain video game

    sampai lupa belajar. Pergi dan pulang sekolah selalu diantar naik kendaraan

    pribadi. Olahraga hanya dilakukan pada jam yang dijadwalkan di sekolah.

    Ayahnya bekerja sebagai direktur di sebuah perusahaan dan ibunya bekerja

    sebagai dokter di Puskesmas Kecamatan. Pada pemeriksaan fisis tampak

    tungkai bawah melengkung seperti huruf O.

    1.2Klarifikasi dan Definisi

    -

    1.3Kata Kunci

    1. Anak perempuan 5 tahun, 9 bulan

    2. BB 32 kg, TB 120 cm

    3. Belum mampu makan makanan padat

    4.

    Frekuensi makan 5-6 kali sehari

    5. Sering mengkonsumsi es krim

    6.

    Gemar menonton televisi dan bermain video game

    7. Olahraga hanya pada jam sekolah

    8. Ayah bekerja sebagai direktur, ibu bekerja sebagai dokter

    9.

    Tungkai bawah melengkung seperti huruf O

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    2/44

    1.4Rumusan Masalah

    Mengapa Inneke mengalami obesitas?

    1.5Analisis Masalah

    1.6Hipotesis

    Inneke mengalami obesitas karena ketidakseimbangan asupan makanan.

    Inneke, 5 tahun 9 bulan

    Ketidakseimbangan pemenuhan

    kebutuhan dasar

    Pola Asuh

    Status Gizi

    Obesitas

    BB 32 kg, TB 120 cm

    Kaki melengkung

    se erti huruf O

    Gangguan Tumbuh dan

    Kemban

    Perkembangan Oral Motor

    Pola Makan Aktivitas

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    3/44

    1.7Pertanyaan Diskusi

    1. Metabolisme energi pada anak

    2. Gizi yang seimbang

    3.

    Pola makan yang tepat bagi tumbuh kembang anak

    4. Status Gizi

    a. Definisi

    b. Klasifikasi

    c. Cara perhitungan

    d. Cara memperbaiki ststus gizi anak

    5.

    Kebutuhan dasar bagi tumbuh kembang anak

    6. Pola asuh yang tepat bagi tumbuh kembang anak

    7. Obesitas

    a.

    Definisi

    b. Metabolisme pada obesitas

    c. Etiologi

    d.

    Faktor risiko

    e.

    Manifestasi klinis

    f. Komplikasi

    g.

    Pemeriksaan

    h. Tatalaksana

    i. Pencegahan

    8.

    Bagaimana hubungan obesitas dengan tungkai bawah melengkung seperti

    huruf O?

    9.

    Blount disease

    a.

    Definisi

    b. Tanda dan gejala

    c. Diagnosis

    d. Tatalaksana

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    4/44

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1Metabolisme Energi pada Anak1

    A. Sumber Energi dalam Tubuh

    Kebutuhan energi dapat dipenuhi melalui sumber-sumber energi

    yang tersimpan di dalam tubuh yaitu melalui pembakaran karbohidrat,

    pembakaran lemak, serta kontribusi sekitar 5% melalui pemecahan protein.

    Diantara ketiganya, simpanan protein bukanlah merupakan sumber energiyang langsung dapat digunakan oleh tubuh dan protein baru akan terpakai

    jika simpanan karbohidrat ataupun lemak tidak lagi mampu untuk

    menghasilkan energi yang dibutuhkan oleh tubuh.

    Glikogen merupakan simpanan karbohidrat dalam bentuk glukosa di

    dalam tubuh yang berfungsi sebagai salah satu sumber energi. Terbentuk

    dari mokekul glukosa yang saling mengikat dan membentuk molekul yang

    lebih kompleks, simpanan glikogen memilik fungsi sebagai sumber energi

    tidak hanya bagi kerja otot namun juga merupakan sumber energi bagi

    sistem pusat syaraf dan otak.

    Di dalam tubuh, jaringan otot dan hati merupakan dua kompartemen

    utama yang digunakan oleh tubuh untuk menyimpan glikogen. Pada

    jaringan otot,glikogen akan memberikan kontribusi sekitar 1% dari total

    massa otot sedangkan di dalam hati glikogen akan memberikan kontribusi

    sekitar 8-10% dari total massa hati. Walaupun memiliki persentase yang

    lebih kecil namun secara total jaringan otot memiliki jumlah glikogen 2

    kali lebih besar di bandingkan dengan glikogen hati.

    Pada jaringan otot, glukosa yang tersimpan dalam bentuk glikogen

    dapat digunakan secara langsung oleh otot tersebut untuk menghasilkan

    energi. Begitu juga dengan hati yang dapat mengeluarkan glukosa apabila

    dibutuhkan untuk memproduksi energi di dalam tubuh. Selain itu glikogen

    hati juga mempunyai peranan yang penting dalam menjaga kesehatan

    tubuh yaitu berfungsi untuk menjaga level glukosa darah. Sebagai sumber

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    5/44

    energi simpanan glikogen yang terdapat di dalam tubuh secara langsung

    akan mempengaruhi kapasitas/ performa seorang atlet saat menjalani

    program latihan ataupun juga saat pertandingan.

    Secara garis besar hubungan antara konsumsi karbohidrat, simpanan

    glikogen dan performa olahraga dapat di simpulkan sebagai berikut:

    1. Konsumsi karbohidrat yang tinggi akan meningkatkan simpanan

    glikogen tubuh.

    2. Semakin tinggi simpanan glikogen maka kemampuan tubuh untuk

    melakukan aktivitas fisik juga akan semakin meningkat

    3. Level simpanan glikogen tubuh yang rendah menurunkan/membatasi

    kemampuan tubuh untuk mempertahankan intensitas dan waktu

    beraktifitas.

    4. Level simpanan glikogen tubuh yang rendah menyebabkan tubuh

    menjadi cepat lelah jika dibandingkan dengan tubuh dengan simpanan

    glikogen tinggi.

    5. Konsumsi karbohidrat setelah beraktifitas akan

    mempercepat penyimpanan glikogen.

    B. Metabolisme Aerobik dan Anaerobik

    Proses produksi energi di dalam tubuh dapat berjalan melalui dua

    proses metabolisme yaitu metabolisme aerobik dan metabolisme

    anaerobik. Metabolisme energi pembakaran lemak dan karbohidrat

    dengan kehadiran oksigen (O2) yang akan diperoleh melalui proses

    pernafasan disebut dengan metabolisme aerobik.Sedangkan proses

    metabolisme energi tanpa kehadiran oksigen (O2) disebut dengan

    metabolisme anaerobik.

    Metabolisme energi secara aerobik dapat menyediakan energi bagi

    tubuh untuk jangka waktu yang panjang sedangkan metabolisme energi

    anerobik mampu untuk menyediakan energi secara cepat di dalam tubuh

    namun hanya untuk waktu yang tebatas yaitu sekitar 5-10

    detik. Pada olahraga dengan intensitas rendah tubuh secara dominan

    akan mengunakan metabolisme aerobic untuk menghasilkan energi. Dan

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    6/44

    apabila terjadi peningkatan intensitas olahraga hingga mencapai titik

    dimana metabolisme energi aerobik tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan

    energi sesuai dengan laju yang dibutuhkan, maka energi secara anaerobik

    akan diperoleh dari simpanan creatine phosphate (PCr) dan juga

    karbohidrat yang tersimpan sebagai glikogen di dalam otot. Metabolisme

    energi secara aerobik disebutkan merupakan proses yang bersih karena

    tidak menghasilkan produk samping. Hal ini berbeda dengan sistem

    anaerobik yang akan menghasilkan produk samping berupa asam laktat

    yang akumulasinya akan membatasi efektivitas kontraksi otot yang juga

    dapat menimbulkan rasa nyeri.

    1. Glikolisis Aerob.

    Reaksi keseluruhan gliolisis aerob adalah:

    Glukosa + 2 NAD+ + 2 Pi + 2 ADP ? 2 piruvat + 2 NADH + 4H+ + 2

    ATP + 2 H2O

    Bila sel mempunyai kapasitas oksidasi yang tinggi, dalam hal ini

    tersedia sejumlah mitokondria, enzim-enzim mitokondria dan oksigen.

    NADH akan ditransfer ke rantai transport electron mitokondria dan

    piruvat akan dioksidasi lengkap menjadi CO2 via siklus asam

    trikarboksilat (TCA). Membran mitokondria impermiabel untuk

    NADH, karena itu transfer ekivalen tereduksi dari sitosol ke dalam

    mitokondria memerlukan mekanisme shuttle (ulang-alik), baik proses

    ulang-alik malat-aspartat maupun ulang-alik gliserol 3-fosfat.

    Dalam oksidasi aerobic glukosa menjadi piruvat dan subsekuen

    oksidasi menjadi CO2, permolekul glukosa menghasilkan fosfat energi

    tinggi sebesar 38 ATP.

    2. Glikolisis Anaerob

    Pada kondisi kapasitas oksidatif oleh sel mitokondria terbatas atau

    karena ketidakadaan oksigen, NADH yang dihasilkan glikolisis

    direoksidasi melalui perubahan piruvat menjadi laktat oleh laktat

    dehidrogenase. Perubahan glukosa menjadi laktat tersebut disebut

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    7/44

    glikolisis anaerob, yang maksudnya proses ini tidak memerlukan

    molekul oksigen.

    Reaksi keseluruhannya:

    Glukosa + 2 ADP + 2 Pi ? 2 laktat + 2 ATP + 4 H+ +2 H2O

    Energi yang dihasilkan dari glikolisis anaerobic hanya 2 molekul

    ATP permolekul glukosa, jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan

    kondisi aerobik.

    C. Metabolisme Energi dalam Tubuh

    Proses ini tentu saja menyangkut proses pembentukan dan

    penggunaan energi. Karena itu tingkat aktifitas metabolisme seseorang

    dapat dinilai dengan melihat besarnya energi yang digunakan yang dapat

    dilihat dari besarnya panas yang dilepaskan oleh badan atau besarnya

    pemakaian oksigen.

    Untuk mengetahui keadaan metabolisme seseorang dilakukan

    pengukuran kecepatan pemakaian energi oleh tubuh baik selama kerja

    eksternal maupun internal yang dikenal sebagai laju metabolic (metabolic

    rate).

    Laju metabolik = pemakaian energy/satuan waktu= Kkal/m2 luas

    badan/jam. Karena sebagian besar penggunaan energi tubuh pada akhirnya

    muncul sebagai panas, maka laju metabolik dinyatakan sebagai kecepatan

    produksi panas dalam satuan Kilokalori per jam. Satu kalori adalah jumlah

    panas yang diperlukan untuk menaikkan 1oC suhu dari 1 gram H2O.

    Besarnya laju metabolik dipengaruhi oleh :

    1.

    Aktivitas Tubuh (Olahraga) .

    Jadi pada saat orang coba sebelum melakukan tes maka

    diperlukan istirahat fisik dan mental agar mendapatkan nilai keadaan

    basal sebagai standar keadaan basal. Apabila seseorang tersebut

    sebelumnya melakukan aktivitas maka hasil Metabolic Rate yang

    didapat bisa saja meningkat karena seiring dengan adanya

    aktivitas.Semakin banyak aktivitas semakin banyak membakar kalori

    dalam penggunaan energi.

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    8/44

    2. PemasukanMakanan (SDA) .

    Orang coba harus puasa tidak makan protein dan lemak 2 hari

    sebelum pemeriksaan , dan selama 10-12 jam terakhir tidak boleh

    makan (tetapi boleh minum air tawar). Hal tersebuut disebabkan karena

    setelah makan yang mengandung banyak karbohidrat dan lemak maka

    kecepatan metabolisme meningkat 4% dan protein mempercepat

    metabolisme hingga 30%.

    3. Suhu Tubuh

    Orang coba tidak boleh melakukan aktivitas tubuh (misalnya

    berolahraga) karena jika seseorang melakukan aktivitas maka suhu

    tubuh akan meningkat. Ini berpengaruh dalam hasil volume oksigen

    dalam kondisi Standart Temperatur pressure Dry (STPD).

    4. Suhu Lingkungan (panas, dingin)

    Jika suhu lingkungan lebih rendah dari suhu tubuh, akan

    diaktifkan mekanisme penghasil panas seperti menggigil dan kecepatan

    metabolisme pun meningkat. Kecepatan metabolisme meningkatkan

    sekitar 14% untuk setiap peningkatan satu derajat celcius.

    5. Emosi (cemas)

    Emosi mempengaruhi proses metabolisme jika seseorang

    mengalami peningkatan emosi maka meningkat pula hormon

    adrenalin. Jika adrenalin meningkat maka pacu jantung juga meningkat

    maka suhu tubuh ikut meningkat.

    6. Tinggi Badan, Berat Badan, Luas Permukaan Tubuh

    Dalam perhitungan metabolic rate tinggi badan dan berat badan

    digunakan untuk menentukan luas permukaan tubuh. Jika luas

    permukaan tubuh telah diketahui maka kita dapat mencari metabolic

    rate dengan pemakaian oksigen dikali satu liter O2 yang setara dengan

    4,825 dibagi dengan luas permukaan tubuh dengan satuan pada hasil

    kilokalori per meter persegi per jam.

    Orang dengan berat badan yang besar dan proporsi lemak yang

    sedikit mempunyai metabolisme basal lebih besar dibanding dengan

    http://airlanggastudyclub.com/7-makanan-bikin-anda-cepat-tua/http://airlanggastudyclub.com/7-makanan-bikin-anda-cepat-tua/
  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    9/44

    orang yang mempunyai rat badan yang besar tapi proporsi lemak yang

    besar.Demikian pula orang dengan berat badan yang besar dan proporsi

    lemak yang sedikit mempunyai metabolisme basal yang lebih besar

    dibanding dengan orang yang mempunyai berat badan kecil dan

    proporsi lemak sedikit.

    7. Sex

    Karena laki-laki dan perempuan berbeda dalam produksi sekresi

    hormon tyroid. Metabolisme basal seorang laki-laki lebih tinggi

    dibanding dengan wanita

    8. Umur

    Semakin umur seseorang tua maka metabolisme yang dihasilkan

    semakin rendah atau kecil karena fungsi jaringan tubuh juga berkurang

    sehingga energi yang dihasilkanpun juga sedikit.

    9. Masa Pertumbuhan, Laktasi, Kehamilan

    Hal ini berpengaruh dalam penurunan dan peningkatan hormon

    dan laju metabolisme dalam tubuh.

    10.Hormon Tyroid, Epineprin, Norepineprin

    Hormon tiroid berfungsi untuk Mengatur laju metabolisme tubuh.

    Baik T3 dan T4 kedua-duanya meningkatkan metabolisme karena

    peningkatan komsumsi oksigen dan produksi panas. Efek ini

    pengecualian untuk otak,lien, paru-paru dan testes.

    Semua ini akan mempengaruhi besarnya laju metabolisme. Oleh

    sebab itu laju metabolik seseorang ditentukan pada kondisi basal

    standar = Basal Metabolic Rate (BMR) dimana variable yang

    mempengaruhinya dapat dikontrol. BMR mencerminkan tingkat

    terkecil pemakaian energi internal dalam keadaan terjaga (tidak tidur)

    namun orang yang bersangkutan dalam keadaan istirahat fisik maupun

    mental dan berada dalam keadaan lingkungan yang bersuhu nyaman.

    http://airlanggastudyclub.com/ilmu-pengetahuan-tentang-cinta-part-ii/http://airlanggastudyclub.com/ilmu-pengetahuan-tentang-cinta-part-ii/
  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    10/44

    2.2Gizi yang Seimbang2

    1) Panduan Makanan Seimbang

    Setiap gram protein atau karbohidrat dalam makanan menyediakan

    sekitar 4 Kalori; 1 gram lemak (lipid) menyediakan sekitar 9 kalori. Kita tidak

    tahu dengan pasti apa yang tingkat dan jenis karbohidrat, lemak, dan protein

    yang optimal dalam diet. Populasi yang berbeda di seluruh dunia makan diet

    yang berbeda secara radikal yang disesuaikan dengan gaya hidup khusus

    mereka. Namun, banyak ahli merekomendasikan pembagian sebagai berikut

    kalori: 50-60% dari karbohidrat, dengan kurang dari 15% dari gula sederhana;

    kurang dari 30% dari lemak (trigliserida adalah tipe utama dari lemak

    makanan), dengan tidak lebih dari 10% sebagai lemak jenuh; dan sekitar 12-

    15% dari protein.2

    Pedoman untuk makan sehat adalah untuk:

    a. Makan berbagai makanan

    b. Menjaga berat badan yang sehat

    c.

    Pilih makanan rendah lemak, lemak jenuh, dan kolesterol

    d.

    Makan banyak sayuran, buah-buahan, dan produk gandum

    e. Gunakan gula secukupnya saja.

    Pada tahun 2005, Amerika Serikat Departemen Pertanian (USDA)

    memperkenalkan piramida makanan disebut MyPyramid, yang merupakan

    pendekatan pribadi untuk membuat pilihan makanan sehat dan menjaga

    aktivitas fisik secara teratur. Sebagai contoh bagaimana MyPyramid bekerja,

    mari asumsikan berdasarkan konsultasi tabel bahwa tingkat kalori dari

    perempuan cukup aktif 18 tahun adalah 2000 Kalori dan seorang laki-laki

    cukup aktif 18-tahun adalah 2800 Kalori. Dengan demikian, disarankan agar

    makanan berikut harus dipilih dalam jumlah berikut:2

    2) Kalori Tingkat 2000 dan 28002

    a. Buah (mencakup semua segar, beku, kalengan, 2 cangkir 2,5 cangkir

    dan buah-buahan kering dan jus buah)

    b. Sayuran (mencakup semua segar, beku, kalengan, 2,5 cangkir 3,5

    cangkir dan sayuran kering dan jus sayuran)

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    11/44

    c.

    Biji-bijian (termasuk semua makanan yang terbuat dari gandum, beras,

    6 oz 10 oz gandum, tepung jagung, dan barley seperti roti, sereal,

    oatmeal, nasi, pasta, kerupuk, tortilla, dan bubur jagung)

    d.

    Daging dan kacang-kacangan (termasuk daging tanpa lemak, unggas,

    ikan, 5.5 oz 7 telur oz, selai kacang, kacang, kacang-kacangan, dan biji-

    bijian)

    e. Kelompok susu (termasuk produk susu dan makanan 3 cangkir 3

    cangkir yang terbuat dari susu yang mempertahankan kadar kalsium

    mereka seperti keju dan yogurt)

    f.

    Minyak (pilih sebagian besar lemak yang mengandung 6 sdt 8 sdt tak

    jenuh tunggal dan asam lemak tak jenuh ganda seperti ikan, kacang-

    kacangan, biji-bijian, dan minyak sayur)

    2.3Pola Makan yang Tepat bagi Tumbuh Kembang Anak3,4

    Anak usia diatas dua tahun direkomendasikan agar tidak mengonsumsi

    susu yang berlebihan (>24oz/hari), karena dapat mengurangi konsumsi anak

    terhadap berbagai makanan padat dengan nutrisi yang baik dan

    mengakibatkan anemia karena defisiensi zat besi; selain itu juga dapat

    mengkibatkan jumlah kalori yang berlebihan. Sejak anak menginjak usia 1

    tahun, harus makan-makanan keluarga, memiliki jadwal makan dan camilan,

    dan harus dapat makan sendiri (sellf-feed) dengan kemampuan yang baik

    (appropriate finger foods).

    Panduan pemberian makan The Food Guide Pyramid yang

    dikembangkan oleh Departemen Agrikultur Amerika Serikat memberikan

    orang tua panduan umum untuk jenis-jenis makanan yang dapat diberikan

    kepada anak. Rekomendasi berdasarkan MyPyramid yaitu 5 kelompok

    makanan (biji-bijian, sayur-sayuran, buah-buahan, susu, dan daging dan

    kacang-kacangan) ditambah minyak, dengan rekomendasi untuk makan, dari

    waktu ke waktu, dengan varietas makanan dari masing-masing kelompok

    makanan tersebut.

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    12/44

    Dari grafik tersebut menggambarkan irisan-irisan dari segita yang

    melambangkan jumlah rata-rata porsi yang harus dikonsumsi setiap hari dari

    masing-masing kelompok. Selain kelompok makanan, MyPyramid

    merekomendasikan aktivitas fisik untuk mencapai keseimbangan energi yang

    sehat.

    Peran orang tua dibutuhkan dalam menentukan apa, kapan, dan dimana

    anak makan. Pola makan regular bersama keluarga di meja makan, dengan

    menghindari makan sendiri di ruang tamu, atau menonton televisi berkaitan

    dengan meningkatkan kualitas makan, mungkin karena meningkatnya

    kesempatan pengasuhan secara positif (positive parenting) selama makan.

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    13/44

    Panduan Makan untuk Anak-anak Usia Lebih dari 2 Tahun

    REKOMENDASI UMUM

    Mengonsumsi 3 kali makanan regular setiap hari dengan camilan yangsehat (2-3/hari) berdasarkan selera, aktivitas, dan kebutuhan pertumbuhan

    termasuk varietas makanan dengan sayur-sayuran dan buah-buahan

    NUTRISI KUNCI

    Karbohidrat

    Karbohidrat yang kompleks harus tersedia 55%-60% kalori setiap hari;

    setengah dari seluruh biji-bijian harus whole-grain, makanan dengan

    tinggi serat

    Gula sederhana harus dibatasi

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    14/44

    2.4Status Gizi

    a. Definisi5

    Keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah

    asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement) oleh

    tubuh untuk berbagai fungsi biologis (pertumbuhan fisik, perkembangan,

    aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya).

    b. Klasifikasi6

    INDEKS STATUS GIZI AMBANG

    BATAS *)

    Berat badan menurut

    umur (BB/U)

    Gizi Lebih > + 2 SD

    Gizi Baik -2 SD sampai +2

    SD

    Gizi Kurang < -2 SD sampai

    -3 SD

    Gizi Buruk + 2 SD

    Normal -2 SD sampai +

    2 SD

    Kurus (wasted) < -2 SD sampai

    -3 SD

    Kurus sekali

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    15/44

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    16/44

    Klasifikasi indeks massa tubuh untuk anak-anak dan dewasa

    Persentil IMT terhadapumur

    Status berat

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    17/44

    yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh, baik kualitas maupun

    kuantitas dapat menimbulkan masalah gizi.

    2. Infeksi

    Timbulnya KEP tidak hanya karena makanan yang kurang,

    tetapi juga karena penyakit. Anak mendapatkan makanan cukup baik

    tetapi sering diserang diare atau demam, akhirnya dapat menderita

    KEP. Sebaliknya anak yang makannya tidak cukup baik, daya tahan

    tubuh dapat melemah. Dalam keadaan demikian mudah diserang

    infeksi, kurang nafsu makan, dan akhirnya mudah terserang KEP.

    B.Faktor tidak langsung9

    1.Tingkat Pendapatan

    Pendapatan keluarga merupakan penghasilan dalam jumlah

    uang yang akan dibelanjakan oleh keluarga dalam bentuk makanan.

    Kemiskinan sebagai penyebab gizi kurang menduduki posisi

    pertama pada kondisi yang umum. Hal ini harus mendapat

    perhatian serius karena keadaan ekonomi ini relatif mudah diukur

    dan berpengaruh besar terhadap konsumen pangan. Golongan miskin

    menggunakan bagian terbesar dari pendapatan untuk memenuhi

    kebutuhan makanan, dimana untuk keluarga di negara berkembang

    sekitar dua pertiganya.

    2.Pengetahuan Gizi

    Pengetahuan gizi ibu merupakan proses untuk merubah sikap

    dan perilaku masyarakat untuk mewujudkan kehidupan yang sehat

    jasmani dan rohani. Pengetahuan ibu yang ada kaitannya dengan

    kesehatan dan gizi erat hubungannya dengan pendidikan ibu.

    Semakin tinggi pendidikan akan semakin tinggi pula pengetahuan

    akan kesehatan dan gizi keluarganya. Hal ini akan mempengaruhi

    kualitas dan kuantitas zat gizi yang dikonsumsi oleh anggota

    keluarga.

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    18/44

    3.

    Sanitasi Lingkungan

    Keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik memungkinkan

    terjadinya berbagai jenis penyakit antara lain diare, kecacingan,dan

    infeksi saluran pencernaan. Apabila anak menderita infeksi saluran

    pencernaan, penyerapan zat-zat gizi akan terganggu yang

    menyebabkan terjadinya kekurangan zat gizi. Seseorang kekurangan

    zat gizi akan mudah terserang penyakit,dan pertumbuhan akan

    terganggu.

    4.Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan

    Angka Kecukupan Energi (AKE) merupakan rata-rata tingkat

    konsumsi energi dengan pangan yang seimbang yang disesuaikan

    dengan pengeluaran energi pada kelompok umur, jenis kelamin,

    ukuran tubuh, dan aktivitas fisik. Angka Kecukupan Protein (AKP)

    merupakan rata-rata konsumsi protein untuk menyeimbangkan

    protein agar tercapai semua populasi orang sehat disesuaikan dengan

    kelompok umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan aktivitas fisik.

    Kecukupan karbohidrat sesuai dengan pola pangan yang baik

    berkisar antara 50-65% total energi, sedangkan kecukupan lemak

    berkisar antara 20-30% total energi.10

    2.5Kebutuhan dasar bagi tumbuh kembang anak

    Secara umum digolongkan menjadi 3 kebutuhan dasar:11

    1. Kebutuhan Fisik-bio-medis (ASUH)

    Meliputi :

    a.

    Pangan / gizi merupakan kebutuhan terpenting

    b. Perwatan kesehatan dasar, antara lain imunisasi, pemberian ASI,

    penimbangan bayi / anak yang teratur, pengobatan kalau sakit, dll.

    c. Pemukiman yang layak

    d. Higiene perorangan, sanitasi lingkungan

    e. Sandang

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    19/44

    2. Kebutuhan Emosi/Kasih Sayang (ASIH)

    Pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra dan

    selaras antara ibu atau pengganti ibu dengan anak merupakan syarat

    mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental

    maupun psikososial.

    Kekurangan kasih sayang ibu pada tahun-tahun pertama kehidupan

    mempunyai dampak negatif pada tumbuh kembang anak baik fisik, mental

    maupun sosial emosi. Kasih sayang dari orang tuanya (ayah, ibu) akan

    menciptakan ikatan yang erat (bonding) dan kepercayaan dasar (basic

    trust)

    3. Kebutuhan akan Stimulasi Mental (ASAH)

    Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar

    (pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental (ASAH) ini

    mengembangkan perkembangan mental psikososial: kecerdasan,

    keterampilan, kemandirian, kretivitas, agama, kepribadian, moral-etika,

    produktivitas.

    2.6Pola Asuh yang Tepat bagi Tumbuh Kembang Anak

    Terdapat empat jenis pola pengasuhan anak sebagai berikut12.

    1.Authoritative Parenting

    Pola pengasuhan tipe ini dikarakteristikkan oleh pendekatan yang

    berpusat pada anak (child-centered) yang memegang harapan yang tinggi

    pada maturitas. Orang tua yang authoritative dapat mengerti bagaimana

    perasaan anak dan mengajari mereka bagaimana mengatur perasaannya.

    Mereka sering membantu anak mereka untuk menemukan cara yang sesuai

    untuk menyelesaikan masalah. Orang tua authoritative mendorong anak

    mereka untuk mandiri tetapi masih dalam kontrol dan batasan orang tua.

    Pola pengasuhan yang mengajarkan anak give-and-take, dan orang tua

    mencoba untuk hangat dalam mengasuh anaknya. Orang tua authoritative

    akan membolehkan anaknya untuk berekspolarasi lebih bebas, dengan

    demikian anak-anak dapat membuat keputusannya sendiri berdasarkan

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    20/44

    alasan mereka. Orang tua authoritative mejadikan anaknya lebih mandiri

    dan self-reliant. Orang tua authoritative akan mengatur standar untuk

    anaknya, mengawasi batasan yang mereka buat, dan juga mengizinkan

    anaknya untuk mmengembangkan autonomi. Mereka juga mengharapkan

    kematangan, kemandirian, dan perilaku yang sesuai dengan usia anaknya.

    Hukuman untuk perilaku yang tidak sesuai terukur dan konsisten, tidak

    sewenang-wenang atau kasar.

    2. Authori tarian Parenting

    Orang tua menuntut tetapi tidak bertanggung jawab, rumit menjadi

    totaliter. Pengasuhan otoriter disebut juga pola pengasuhan yang ketat

    (strict parenting), yang berkarakteristik oleh harapan yang tinggi dari

    kesesuaian dan kepatuhan terhadap peraturan dan arahan orangtua,

    sementara dialog terbuka antara orang tua dan anak sedikit. Pengasuhan

    otoriter merupakan pengasuhan yang bersifat membatasi, menghukum,

    yang mana orang tua membuat anak mereka untuk mengikuti arahan dan

    menghormati kerja dan usaha. Orang tua otoriter berharap banyak terhadap

    anaknya, tetapi pada umumnya tidak menjelaskan alasan untuk aturan dan

    batasan yang mereka buat. Orang tua otoriter kurang responsif terhadap

    kebutuhan anak mereka, dan lebih mungkin menghukum daripada

    membahas masalah tersebut. Hukuman fisik adalah pilihan umum dalam

    pemberian hukuman. Berteriak adalah cara yang sering diguanakan untuk

    memarahi anak.

    3. I ndulgent Parenting

    Pola pengasuhan ini juga sering disebut pengasuhan permisif/serba

    membolehkan, tidak ada arahan, dan toleran terkarateristikkan oleh

    harapan pada beberapa tingkah laku anak. Pengasuhan yang memanjakan

    adalah jenis pengasuhan orang tua yang mana orang tua sangat terlibat

    dalam pengasuhan anaknya tetapi sedikit tuntutan atauu kontrol kepada

    anaknya. Orang tua mengasuuh dan bertanggung jawab dengan memenuhi

    segala kebutuhan dan keinginan anak. Pola pengasuhan ini tidak mendidik

    anak untuk mengatur dirinya sendiri atau berperilaku seharusnya. Anak

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    21/44

    dengan orang tua yang permisif lebih cenderung bersifat impulsif, dan

    apabila beranjak remaja dapat terlibat dalam kejahatan atau penggunaan

    obat-obatan terlarang anak tidak pernah belajar untuk mengontrol

    perilakunya dan ingin selalu mendapatkan apapun yang diinginkannya.

    4.Neglectful Parenting

    Pola pengasuhan dimana orang tua tidak menuntut maupun

    bertanggung jawab terhadap anaknya. Orang tua rendah kehangatan dan

    kontrol, umumnya tidak terlibat dalam kehidupan anaknya, tidak

    menuntut, tidak bertanggung jawab, dan tidak mengatur batasan. Orang tua

    secara emosional tidak mendukung anaknya, tetapi masih memenuhi

    kebutuhan dasar anaknya. Kebutuhan dasar disini dalam artian: makan,

    papan, uang.

    Berdasarkan pemaparan jenis-jenis pola pengasuhan anak tersebut, pola

    pengasuhan yang ideal bagi tumbuh kembang anak adalah jenis Authoritative

    Parenting.

    2.7Obesitas

    a. Definisi13

    Obesitas atau overnutrisi adalah akumulasi lemak yang berlebihan dan

    luas di subkutan dan jaringan lain. Ukuran yang digunakan untuk

    membedakan remaja gemuk dan kelebihan berat badan relatif, indeks berat

    badan-tinggi badan, lingkaran tubuh, dan ketebalan lipatan kulit, biasanya

    triseps.

    b. Metabolisme pada Obesitas

    Pada penderita obesitas akan berkembang resistensi terhadap aksi

    seluler insulin yang dikarakterisktikkan oleh berkurangnya kemampuan

    insulin untuk menghambat pengeluaran glukosa dari hati dan

    kemampuannya untuk mendukung pengambilan glukosa pada lemak dan

    otot. Resistensi insulin terkait obesitas adalah risiko utama untuk penyakit

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    22/44

    kardiovaskuler dan diabetes mellitus tipe 2, penyakit yang jumlah

    penderitanya telah mencapai proporsi endemik.14

    Adiposit mensekresi protein yang aktif secara metabolik. Penemuan

    leptin mengawali era penerimaan bahwa jaringan adiposa adalah organ

    endokrin, dan bahwa peningkatan massa adiposa pada obesitas dapat

    menyebabkan perubahan patologis pada hormon adiposity (adipokin) yang

    mengatur sensitivitas insulin.15

    Adiponektin merupakan adipokin yang memiliki sifat

    insulinomimetik. Hormon ini dikarakteristikkan pada 1995 dan 1996 oleh

    kelompok ilmuwan menggunakan metode yang berlainan. Kadar

    adiponektin ditemukan rendah pada obesitas, dan pemberian adiponektin

    memperbaiki keadaan resistensi insulin pada model hewan.16 Di hati,

    adiponektin meningkatkan sensitivitas insulin, menurunkan influks asam

    lemak dan mengurangi output glukosa hepatic.17 Di otot, adiponektin

    merangsang penggunaan glukosa dan oksidasi asam lemak mungkin

    dengan aktivasi sensor bahan bakar seluler, AMP-activated protein kinase

    (AMPK).18

    c. Etiologi19

    1.

    Faktor Genetik

    Parental fatness merupakan faktor genetik yang berperanan besar.

    Bila kedua orang tua obesitas, 80% anaknya menjadi obesitas. Bila

    salah satu orang tua obesitas, kejadian obesitas menjadi 40% dan bila

    kedua orang tua tidak obesitas, prevalensi menjadi 14%.

    2.

    Suku/bangsa.

    3.

    Pandangan masyarakat yang salah, yaitu bayi yang sehat adalah bayi

    yang gemuk.

    4. Anak cacat, anak aktifitasnya kurang karena problem fisik/cara

    mengasuh.

    5. Umur orang tua yang sudah lanjut saat punya anak, anak tunggal, dan

    lain-lain.

    6.

    Meningkatnya keadaan sosial ekonomi seseorang

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    23/44

    7.

    Gaya hidup masa kini

    Kecenderungan suka makanan fast food yang berkalori tinggi

    seperti hamburger, pizza, ayam goreng dengan kentang goreng, es

    krim, aneka macam mie, dan lain-lain.

    8. Penggunaaan kalori yang kurang

    Berkurangnya pemakaian energi dapat terjadi pada anak yang

    kurang aktivitas fisiknya, seharian menonton televisi, dan lain-lain.

    Apalagi jika menonton sambil tidak berhenti makan, maka

    kecenderungan menjadi obesitas akan lebih besar.

    9. Hormonal

    Penyebab yang jarang dari obesitas adalah fungsi hipotalamaus

    yang abnormal. Sehingga terjadi hiperfagia (nafsu makan yang

    berlebihan), karena gangguan pada puasat kenyang otak. Nafsu makan

    dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang meliputi gangguan

    psikologis; hipotalamus; pituitaria; atau lesi otak lain, dan

    hiperinsulinisme.

    1) Gangguan Endokrin Klasik Terkait dengan Kenaikan Berat

    Badan

    a. Hipotiroidisme

    Hipotiroidisme terkait dengan kenaikan berat badan, dan dapat

    menyebabkan kenaikan BMI pada anak-anak mencapai 1-2 unit

    BMI26. Hipotiroidisme mengakibatkan peningkatan permeabilitas

    dinding kapiler, yang mana membuat kebocoran ekstravaskuler dan

    retensi terhadap air, yang menyebabkan berat badan yang

    berlebihan; akibatnya sebagian besar penderita hipotiroidisme berat

    diperoleh badan diperoleh dari kelebihan cairan daripada

    trigliserida. Pengeluaran energi istirahat juga dapat berkurang,

    berpotensi bias pada keseimbangan energi terhadap penyimpanan

    kalori.27

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    24/44

    b.

    Defisiensi Growth Hormone (GH)

    Kecepatan pertumbuhan baik normal ataupun supranormal dan

    konsentrasi IGF-1 umumnya normal atau hanya sedikit menurun

    pada obesitas,28sementara kecepatan pertumbuhan dan IGF-1

    berkurang pada defisiensi GH. Berkurangnya pertumbuhan linear

    disertai dengan terus bertambahnya berat badan yang mengarah

    pada defisiensi GH. Selain itu, GH memiliki kemampuan untuk

    menstimulasi sintesis protein dan meningkatkan masa bebas lemak.

    GH juga dapat menstimulasi lipolisis adiposit. Defisiensi GH

    dengan demikian dapat meningkatkan masa lemak, khususnya pada

    distribusi sentral. Pada anak-anak dengan defisiensi GH, perbaikan

    komposisi tubuh dapat dideteksi sedini mungkin yaitu 6 minggu

    setelah inisiasi terapi GH.29

    c. Insulinoma

    Insulinoma terjadi jarang pada anak-anak, dengan insiden

    kejadian 4 per 5.000.000 per tahun pada seluruh populasi; kurang

    dari 10% terjadi sebelum usia 20 tahun. Peningkatan produksi

    insulin menyebabkan meningkatnya asupan makanan untuk

    mengatasi kadar gula darah yang rendah dan oleh karena itu dapat

    mengarah pada obesitas.30

    2)Gangguan Struktural pada Hipotalamus Terkait dengan

    Peningkatan Berat Badan

    Hypothalamic obesity dapat terjadi setelah injuri, atau malformasi

    kongenital pada hipotalamus. Ventromedial hypothalamic nucleus

    (VMH), arcuate nucleus (ARC), paraventricular nucleus (PVN),

    dorsomedial nucleus (DMH), dan lateral hypothalamic area (LHA)

    seluruhnya terlibat dalam mengontrol nafsu makan dan pengeluaran

    energi. Area-area ini menghasilkan beberapa neuropeptida yang

    terlibat dalam pengaturan nafsu makan, termasuk orexigenic peptides

    seperti neuropeptide Y dan anorexigenic peptides seperti

    melanokortin.31

    Injuri atau malformasi dapat berefek pada pengikatan

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    25/44

    peripheral intake-related signals, termasuk cholecystokinin (CCK),

    glucagon-like peptide (GLP-1), ghrelin, insulin, dan leptin. Peptida-

    peptida ini akan melewati sawar darah otak dan mengikat reseptornya

    di hipotalamus untuk meregulasi nafsu makan. Kehilangan fungsi

    pada faktor perkembangan Sim1 pada hipotalamus menyebabkan

    obesitas pada mencit. Delesi kromosomal menginaktivasi satu kopian

    Sim1 yang juga ditemuka terkait dengan obesitas pada manusia, 32

    meskipun mutasi poin Sim1 yang terkait dengan obesitas jarang

    terjadi.33 Banyak kelainan kongenital yang terkait dengan disrupsi

    pada neuroanatomi hipotalamus terkait dengan obesitas.34

    3) Obesitas Sindromik

    Sindrom genetik multipel terlibat dalam obesitas, meskipun pasien

    dengan sindrom-sindrom ini jarang menjadi perhatian medis karena

    obesitas.27

    Sindrom Genetik Terkait dengan

    Obesitas

    Achondroplasia

    Sindrom Alstrm

    Sindrom Bannayan-Riley-Ruvalcaba

    Sindrom Bardet Biedl

    Sindrom Beckwith-Wiedemann

    Sindrom Borjeson-Forssman-Lehmann

    Sindrom Capenter

    Sindrom Cohen

    Fragile XSindrom Mehmo

    Meningomyelocoele

    Sindrom Prader Willi

    Psdeuohypoparathyroidism 1a

    Sindrom Simpson-Golabi-Behmel

    Sindrom Smith-Magenis

    Sindrom Turner

    Sindrom Ulnar-Mammary Schinzel

    Sindrom Weaver

    Sindrom Wilson-Turner

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    26/44

    d. Faktor risiko13

    1. Genetik

    2. Pola fungsi kesehatan

    3. Obatobatan

    4. Aktifitas

    5. Pola fikir konsentrasi intake makanan

    - Makanan yang adekuat

    - Intake yang berlebihout put yang kurang

    -

    Non balance intake and out put

    - Akumulasi lemak pada seluruh jaringan adiposa (subkutan)

    - Timbunan Lemak : pada daerah abdomen

    6.

    Intoleransi aktivitas

    7. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan

    e. Manifestasi klinis20

    Obesitas dapat terjadi pada setiap umur dan gambaran klinis obesitas

    pada anak dapat bervariasi dari yang ringan sampai dengan yang berat

    sekali. Gejala klinis umum pada anak yang menderita obesitas adalah

    sebagai berikut:

    1. Pertumbuhan berjalan dengan cepat/pesat disertai adanya

    ketidakseimbangan antara peningkatan berat badan yang berlebihan

    dibandingkan dengan tinggi badannya.

    2. Jaringan lemak bawah kulit menebal sehingga tebal lipatan kulit lebih

    daripada yang normal dan kulit nampak lebih kencang.

    3.

    Kepala nampak relatif lebih kecil dibandingkan dengan tubuhnya atau

    dibandingkan dengan dadanya (pada bayi).

    4. Bentuk pipi lebih tembem, hidung dan mulut tampak relatif lebih kecil,

    mungkin disertai dengan bentuk dagunya yang berganda (dagu ganda).

    5. Pada dada terjadi pembesaran payudara yang dapat meresahkan bila

    terjadi pada anak lakilaki.

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    27/44

    6.

    Perut membesar menyerupai bandul lonceng, dan kadang disertai garis-

    garis putih atau ungu kemerahan.

    7. Kelamin luar pada anak wanita tidak jelas ada kelainan, akan tetapi

    pada anak lakilaki tampak relatif kecil.

    8. Pubertas pada anak lakilaki terjadi lebih awal dan akibatnya

    pertumbuhan kerangka lebih cepat berakhir sehingga tingginya pada

    masa dewasa relative lebih pendek.

    9. Lingkar lengan atas dan paha lebih besar dari normal, tangan relatif

    lebih kecil dan jarijari bentuknya meruncing.

    10.Dapat terjadi gangguan psikologis berupa : gangguan emosi, sukar

    bergaul, senang menyendiri dan sebagainya.

    11. Pada kegemukan yang berat mungkin terjadi gangguan jantung dan

    paru, dengan gejala sesak napas, sianosis, pembesaran jantung dan

    sebagainya.

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    28/44

    f. Komplikasi

    Komplikasi obesitas pada anak-anak dan remaja dapat berefek secara

    virtual pada setiap organ sistem yang penting. Komplikasi medis biasanya

    berhubungan dengan tingkat obesitas dan biasanya berkurang

    keparahannya dengan pengurangan berat badan.4

    KOMPLIKASI OBESITAS

    Komplikasi Efek

    Psikososial Diskriminasi teman sebaya, diejek,

    penolakan, isolasi, pengurangan promosi

    pekerjaan*

    Pertumbuhan Kemajuan pertumbuhan tulang,

    meningkatnya tinggi, menarche dini

    Sistem Saraf Pusat Pseudomotor cerebri

    Pernapasan Sleep apnea, pickwickian syndrome

    Cardiovascular Hipertensi, hipertrofi kardiak, penyakit

    jantung iskemik,* kematian mendadak*

    Ortopedik Slipped capital femoral epiphysis, Blount

    disease

    Metabolisme Resistensi iinsulin, diabetes mellitus tipe 2,

    hipertrigliseridemia, hypercholesterolemia,

    hepatic sterosis, penyakit ovary polikistik,

    cholelithiasis

    *komplikasi yang tidak biasa sampai dewasa

    Hasil penelitian membuktikan bahwa kegemukan dan obesitas

    menimbulkan banyak masalah dan memperbesar risiko seseorang

    terserang penyakit degeneratif (penyakit yang timbul akibat ada perubahan

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    29/44

    atau kerusakan tingkat seluler yang meluas ke jaringan yang sama).

    Beberapa penyakit yang disebabkan oleh obesitas, antara lain:21

    1. Hipertensi

    Penderita kegemukan mempunyai risiko yang tinggi terhadap

    hipertensi. Seseorang dikatakan menderita hipertensi bila tekanan

    systole >140 mmHg dan diastole >90 mmHg. Penderita obesitas tipe

    buah apel beresiko lebih tinggi dalam kemungkinan menderita

    hipertensi dibandingkan dengan orang yang kurus dan penderita

    obesitas tipe buah pear.

    Berat badan yang berlebih sudah tentu akan meningkatkan beban

    jantung dalam memompa darah keseluruh tubuh. Hal ini menyebabkan

    tekanan darah cenderung akan lebih tinggi. Selain itu, pembuluh darah

    pada lansia lebih tebal dan kaku atau disebut aterosklerosis, sehingga

    tekanan darah akan meningkat. Untuk itu lansia hendaknya

    mengurangi konsumsi natrium (garam), karena garam yang berlebih

    dalam tubuh dapat meningkatkan tekanan darah.

    2.

    Diabetes Mellitus (DM)

    Obesitas dapat menyebabkan penyakit diabetes mellitus tipe II.

    Sebagaimana diketahui, diabetes mellitus adalah suatu

    keadaan/kelainan dimana terdapat gangguan metabolisme karbohidrat,

    lemak, dan protein yang disebabkan oleh kekurangan insulin atau tidak

    berfungsinya insulin, akibatnya gula dalam darah tertimbun (tinggi).

    Biasanya 75% penderita DM tipe II adalah orang yang mengalami

    obesitas atau riwayat obesitas.

    Diabetes mellitus sebenarnya merupakan penyakit keturunan,

    tetapi kondisi tersebut tidak selalu timbul jika seseorang tidak

    kelebihan berat badan. Pada umumnya, penderita diabetes mempunyai

    kadar lemak yang abnormal dalam darah.

    3. Kanker

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa laki-laki yang mengalami

    obesitas akan berisiko lebih tinggi untuk menderita kanker usus besar,

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    30/44

    rektum, dan kelenjar prostat. Adapun pada wanita penderita obesitas,

    akan mengalami risiko terkena penyakit kanker payudara dan rahim.

    Wanita yang telah menopause, umumnya pada usia lebih dari 50 tahun

    dan mengalami kelebihan berat badan akan mudah terserang penyakit

    kanker payudara. Untuk mengurangi risiko terkena kanker, konsumsi

    lemak total harus dikurangi.

    4. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

    Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang terjadi akibat

    penyempitan pembuluh darah koroner (pembuluh darah yang

    mendarahi dinding jantung). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari

    500 penderita kegemukan sekitar 88% mendapat risiko terserang

    penyakit jantung koroner. Meningkatnya faktor risiko penyakit jantung

    koroner sejalan dengan terjadinya penambahan berat badan seseorang.

    Konsumsi lemak jenuh dan kolesterol yang berlebihan akan

    meningkatkan risiko penyakit ini. Lemak jenuh dan kolesterol hanya

    terdapat pada bahan makanan hewani. Oleh karena itu, usia lanjut lebih

    disarankan mengkonsumsi ikan karena dapat menurunkan risiko

    menderita penyakit jantung dibandingkan sumber protein hewan lain.

    Pengaruh kegemukan pada penyakit jantung koroner tidak selalu

    berdiri sendiri, tetapi biasanya diperburuk oleh faktor risiko lain seperti

    hipertensi, diabetes, dan hiperlipidemia.

    5. Arthritis dan Gout

    Orang yang menderita kegemukan dan obesitas mempunyai risiko

    tinggi terhadap penyakit arthritis (radang sendi) yang lebih serius bila

    dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan ideal atau

    gemuk.

    Gout merupakan salah satu bentuk penyakit arthritis atau lebih

    tepatnya radang sendi akibat meningkatnya kadar asam urat dan

    terbentuknya kristal asam urat pada sendi. Penyakit ini sering

    menyerang penderita kegemukan yang mengalami kelebihan berat

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    31/44

    badan > 30% dari berat badan ideal dan kandungan asam urat dalam

    darahnya tinggi.

    6. Batu Empedu

    Sewaktu tubuh mengubah kelebihan lemak makanan menjadi lemak

    tubuh, cairan empedu lebih banyak diproduksi di dalam hati dan di

    simpan dalam kantong empedu. Hal inilah yang meningkatkan risiko

    terkena penyakit batu empedu (adanya endapan zat-zat berbentuk

    seperti batu di dalam empedu). Lebih sering terjadi pada penderita

    obesitas tipe buah apel. Penurunan berat badan tidak akan mengobati

    penyakit batu empedu, tetapi hanya akan membantu dalam

    pencegahannya.

    g. Pemeriksaan

    Diagnosis obesitas pada orang dewasa di dasarkan pada perhitungan

    IMT (Indeks Masa Tubuh) dengan membagi berat tubuh dalam kilogram

    dengan tinggi dalam meter kuadrat (kg / m2). IMT dihitung bisa

    memperkirakan adipositas pada atlet terlatih atau anak-anak otot, tetapi

    umumnya diakui sebagai metode yang paling dapat diandalkan untuk

    menentukan adipositas sehat dan tidak sehat. Metode lain untuk

    menentukan adipositas (kualitas atau keadaan untuk menjadi gemuk),

    tetapi terlalu mahal untuk penggunaan praktis dalam pengaturan klinis

    (ultrasound, CT, MRI, DEXA, jumlah konduktivitas tubuh, perpindahan

    udara plethysmography), memerlukan pelatihan khusus (ketebalan lipatan

    kulit), memiliki reproduktifitas rendah (rasio pinggang-pinggul), atau

    kekurangan data yang normatif luas pada anak-anak (analisis impedansi

    bioelectric). Oleh karena itu, IMT dalam kombinasi dengan penilaian

    klinis sudah cukup untuk membuat diagnosis.

    Angka mutlak untuk IMT pada orang dewasa menentukan adipositas

    (Tabel 44-2). Mengingat perubahan adipositas masa kanak-kanak,

    persentil IMTyang digunakan untuk klasifikasi (Tabel 44-3 dan Tabel. 44-

    2). Adipositas anak naik pada tahun 1 kehidupannya, mencapai titik nadir

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    32/44

    sekitar 5-6 tahun dari usia, dan kemudian naik kembali sepanjang masa

    tumbuh kembangnya. Ini disebut adiposity rebound.3

    Tabel 44-2 -- Indeks Masa Tubuh (IMT) Pada Dewasa

    IMT (kg/m2) STATUS

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    33/44

    h. Tatalaksana

    Algoritma untuk tata laksana pada anak-anak dengan obesitas27

    Mengingat penyebab obesitas bersifat multifaktor, maka

    penatalaksanaan obesitas seharusnya dilaksanakan secara multidisiplin

    dengan mengikut sertakan keluarga dalam proses terapi obesitas. Prinsip

    dari tatalaksana obesitas adalah mengurangi asupan energi serta

    meningkatkan keluaran energi, dengan cara pengaturan diet, peningkatan

    aktifitas fisik, dan mengubah / modifikasi pola hidup.22,23

    1. Menetapkan target penurunan berat badan

    Untuk penurunan berat badan ditetapkan berdasarkan: umur anak,

    yaitu usia 2 - 7 tahun dan diatas 7 tahun, derajat obesitas dan ada

    tidaknya penyakit penyerta/komplikasi. Pada anak obesitas tanpa

    komplikasi dengan usia dibawah 7 tahun, dianjurkan cukup dengan

    mempertahankan berat badan, sedang pada obesitas dengan komplikasi

    pada anak usia dibawah 7 tahun dan obesitas pada usia diatas 7 tahun

    dianjurkan untuk menurunkan berat badan. Target penurunan berat

    badan sebesar 2,5 - 5 kg atau dengan kecepatan 0,5 - 2 kg per bulan.22

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    34/44

    2. Pengaturan diet

    Prinsip pengaturan diet pada anak obesitas adalah diet seimbang

    sesuai dengan RDA, hal ini karena anak masih mengalami

    pertumbuhan dan perkembangan.22 Intervensi diet harus disesuaikan

    dengan usia anak, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta.

    Pada obesitas sedang dan tanpa penyakit penyerta, diberikan diet

    seimbang rendah kalori dengan pengurangan asupan kalori sebesar

    30%. Sedang pada obesitas berat (IMT > 97 persentile) dan yang

    disertai penyakit penyerta, diberikan diet dengan kalori sangat rendah

    (very low calorie diet).23

    Dalam pengaturan diet ini perlu diperhatikan tentang 22:

    a.

    Menurunkan berat badan dengan tetap mempertahankan

    pertumbuhan normal.

    b. Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 20-

    30% dengan lemak jenuh < 10% dan protein 15-20% energi total

    serta kolesterol < 300 mg per hari.

    c. Diet tinggi serat, dianjurkan pada anak usia > 2 tahun dengan

    penghitungan dosis menggunakan rumus: (umur dalam tahun + 5)

    gram per hari.

    3. Pengaturan aktifitas fisik

    Peningkatan aktifitas fisik mempunyai pengaruh terhadap laju

    metabolisme. Latihan fisik yang diberikan disesuaikan dengan tingkat

    perkembangan motorik, kemampuan fisik dan umurnya. Aktifitas fisik

    untuk anak usia 6-12 tahun lebih tepat yang menggunakan ketrampilan

    otot, seperti bersepeda, berenang, menari dan senam. Dianjurkan untuk

    melakukan aktifitas fisik selama 20-30 menit per hari.22

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    35/44

    Tabel Jenis kegiatan dan jumlah kalori yang dibutuhkan

    Jenis kegiatan Kalori yang digunakan/jamJalan kaki 3 km/jam

    Jalan kaki 6 km/jam

    Joging 8 km/jam

    Lari 12 km/jam

    Tenis tunggal

    Tenis ganda

    Golf

    Berenang

    Bersepeda

    150

    300

    480

    600

    360

    240

    180

    350

    660

    4. Mengubah pola hidup/perilaku

    Untuk perubahan perilaku ini diperlukan peran serta orang tua

    sebagai komponen intervensi, dengan cara:

    a. Pengawasan sendiri terhadap: berat badan, asupan makanan dan

    aktifitas fisik serta mencatat perkembangannya.

    b.

    Mengontrol rangsangan untuk makan. Orang tua diharapkan dapat

    menyingkirkan rangsangan disekitar anak yang dapat memicu

    keinginan untuk makan.

    c.

    Mengubah perilaku makan, dengan mengontrol porsi dan jenis

    makanan yang dikonsumsi dan mengurangi makanan camilan.

    d. Memberikan penghargaan dan hukuman.

    e.

    Pengendalian diri, dengan menghindari makanan berkalori tinggi

    yang pada umumnya lezat dan memilih makanan berkalori rendah.22

    5. Peran serta orang tua, anggota keluarga, teman dan guru.

    Orang tua menyediakan diet yang seimbang, rendah kalori dan

    sesuai petunjuk ahli gizi. Anggota keluarga, guru dan teman ikut

    berpartisipasi dalam program diet, mengubah perilaku makan dan

    aktifitas yang mendukung program diet.23

    6. Terapi intensif22,23

    Terapi intensif diterapkan pada anak dengan obesitas berat dan

    yang disertai komplikasi yang tidak memberikan respon pada terapi

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    36/44

    konvensional, terdiri dari diet berkalori sangat rendah (very low calorie

    diet), farmakoterapi dan terapi bedah.

    a. Indikasi terapi diet dengan kalori sangat rendah bila berat badan >

    140% BB Ideal atau IMT > 97 persentile, dengan asupan kalori

    hanya 600-800 kkal per hari dan protein hewani 1,5 - 2,5 gram/kg

    BB Ideal, dengan suplementasi vitamin dan mineral serta minum >

    1,5 L per hari. Terapi ini hanya diberikan selama 12 hari dengan

    pengawasan dokter.

    b. Farmakoterapi dikelompokkan menjadi 3, yaitu: mempengaruhi

    asupan energi dengan menekan nafsu makan, contohnya sibutramin;

    mempengaruhi penyimpanan energi dengan menghambat absorbsi

    zat-zat gizi contohnya orlistat, leptin, octreotide dan metformin;

    meningkatkan penggunaan energi. Farmakoterapi belum

    direkomendasikan untuk terapi obesitas pada anak, karena efek

    jangka panjang yang masih belum jelas.

    c.

    Terapi bedah di indikasikan bila berat badan > 200% BB Ideal.

    Prinsip terapi ini adalah untuk mengurangi asupan makanan atau

    memperlambat pengosongan lambung dengan cara gastric banding,

    dan mengurangi absorbsi makanan dengan cara membuat gastric

    bypass dari lambung ke bagian akhir usus halus. Sampai saat ini

    belum banyak penelitian tentang manfaat dan bahaya terapi ini pada

    anak.

    i. Pencegahan

    Pencegahan harus sedini mungkin yang dimulai sejak dari bayi, yaitu

    dengan memberikan ASI. Bayi yang minum ASI jarang yang menjadi

    obesitas, karena komposisi ASI mempunyai mekanisme tersendiri dalam

    mengontrol berat badan bayi. Selain itu, pencegahan juga dapat dilakukan

    dengan tidak memberikan minuman/makanan setiap anak menangis,

    kecuali kalau kita yakin bahwa anak tersebut memang lapar. Memantau

    terus pertumbuhan anak sehingga kita dapat mengetahui setiap

    penyimpangan arah dari grafik berat badan anak. Anak sedini mungkin

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    37/44

    juga harus dikenalkan dengan aktivitas fisik, baik melalui bermain atau

    olahraga.11

    KEHAMILAN POSTPARTUM & MASA BAYI

    Normalkan BMI sebelum kehamilan.

    Tidak merokok.

    Mengatur latihan rutin

    Pada diabetes gestasional, penuhi kontrol kadar

    gula darah dengan sekasama

    ASI dipenuhi minimum usia 3 bulan

    Tunda pengenalan terhadap

    makanan-makanan padat dan

    cairan manis

    KOMUNITAS INDUSTRI

    Meningkatkan latihan pada keluarga yang

    menyenangkan dan fasilitas bermain untuk

    anak-anak seluruh usia.

    Mengurangi penggunaan elevator dan lebih sering

    dengan moving-walkways

    Menyediakan informasi bagaimana menjual

    menyiapkan makanan dengan versi yang lebihsehat.

    Pemandatan pelabelan usia yang

    sesuai pada produk-produk anak-

    anak (mis. Lampu merah/lampu

    hijau, dengan porsi yang sesuai)

    Mendorong pemasaran video games

    yang interaktif dimana anak-anak

    harus melakukan latihan/exercisepada saat bermain

    Menggunakan selebriti untuk

    pengiklanan makanan yang sehat

    dalam promosi kebiasaan sarapan

    dan makan regular

    2.8 Hubungan Obesitas dengan Tungkai Bawah Melengkung seperti Huruf

    O13,24

    Ada hubungan antara obesitas dengan tungkai berbentuk O, di

    karenakan adanya faktor yang mempengaruhi tungkai berbentuk O yaitu

    Blount disease. Blount disease merupakan kelainan bentuk tungkai bawah

    KELUARGA Health Care Providers

    Makan makanan keluarga pada waktu dan tempat

    yang tepat.

    Jangan melewatkan waktu makan, khususnya

    sarapan.

    Tidak makan sambil menonton televisi.

    Gunakan piring kecil, dan meyiapkan makanan

    ditempat yang jauh dari meja makan.Jauhi makanan yang manis-manis atau berlemak

    dansoft-drink

    Pindahkan televisi dari kamar tidur anak; batasi

    waktu untuk menonton televisi dan bermain

    video games.

    Menjelaskan kontribusi biologis dan

    genetik pada obesitas

    Memberikan ekspektasi usia yang

    sesuai bagi masa tubuh anak

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    38/44

    akibat beban tubuh yang terlalu berat sehingga tungkai bawah berbentuk

    seperti huruf O. Gangguan ini ditandai oleh kelainan pertumbuhan sisi

    media epifisis pada proksimal, mengakibatkan angulasi varus progressif

    dibawah lutut. Walaupun penyebab tibia vara pasti belum diketahui, kelainan

    ini tampaknya akibat supresi pertumbuhan dari kenaikan gaya kompresif sisi

    media lutut.

    Kelompok tibia vara :

    a. Infantil (1-3 tahun)

    Tibia vara paling lazim, terutama mengenai anak perempuan & kulit

    hitam, terdapat obesitas nyata,tonjolan metafisis media hebat, torsi tibia

    interna & ketidak sesuaian panjang kaki.

    b. Juvenil (4-10 tahun) dan Remaja

    Didominasi laki-laki & kulit hitam, obesitas nyata, tinggi normal & diatas

    normal, deformitas genu varum progresif lambat, nyeri, tidak teraba

    benjolan metafisis medial proksimal, torsi tibia interna minimal,

    kelemahan ligamentum kolateral,ketidak sesuaian panjang tungkai bawah

    yang ringan.

    2.9Blount Disease

    a. Definisi13

    Blount disease merupakan kelainan bentuk tungkai bawah akibat

    beban tubuh yang terlalu berat sehingga tungkai bawah berbentuk seperti

    huruf O.

    b.

    Tanda dan gejala25

    Gejala yang paling jelas dari penyakit Blount adalah membungkuk

    kaki di bawah lutut. Pada anak-anak muda ini biasanya tidak menyakitkan,

    meskipun kadang-kadang dapat mempengaruhi cara mereka berjalan.

    Untuk praremaja dan remaja, ketidaknyamanan bisa lebih buruk dan, pada

    awalnya, bisa salah untuk tumbuh sakit.

    Sebuah tibia membungkuk juga dapat menyebabkan masalah lain

    terutama disebabkan oleh pergeseran dalam cara kaki bagian bawah

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    39/44

    menanggung berat tubuh. Misalnya, tibia benar-benar dapat mulai untuk

    memutar ke dalam, menyebabkan kondisi yang disebut intoeing (ketika

    kaki menunjuk ke dalam bukannya langsung keluar).

    Seiring waktu, penyakit Blount juga dapat menyebabkan radang

    sendi dari sendi lutut dan, dalam kasus yang sangat parah, kesulitan

    berjalan. Jarang, satu kaki juga bisa menjadi sedikit lebih pendek dari yang

    lain.

    c. Diagnosis13

    Pada anak dengan blount disease (tibia vara) biasanya dilakukan foto

    rontgen AP pada kedua ekstremitas bawah dan posisi lateral pada

    ekstremitas yang terkena. Posisi anak berdiri dengan pembebanan

    memungkinkan terlihatnya deformitas klinis maksimal. Fragmentasi

    dengan deformitas tahap penonjolan dan penonjolan metafisis tibia medial

    proksimal merupakan tanda-tanda utama kelompok infantil. Perubahan

    dalam metafisi tibiale medialis kurang mencolok pada bentuk-bentuk

    mulai awal, yang ditandai oleh adanya baji bagian medial epifisis, depresi

    artikuler posteromedial ringan, fisis lengkung ke arah kepala serpiginosa,

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    40/44

    dan tidak ada fragmentasi atau ringan atau tonjolan metafisis medial

    proksimal. Kadang-kadang, atrografi, foto resonansi magnetik, atau

    tomografi diperlukan untuk menilai meniskus, permukaan artikuler tibia

    proksimal, atau integritas fisis tibia proksimal. Ini biasanya dicadangkan

    untuk deformitas yang lebih berat.

    d. Tatalaksana13

    Penatalaksanaan tibia vara dapat nonoperatif maupun operatif pada

    bentuk infantilnya. Tibia vara mulai lambat ditangani secara operatif.

    1. Non-operatif

    Penatalaksanaan ortotik dapat dipertimbangkan pada anak dengan

    tibia vara infantil yang berumur 3 tahun atau lebih muda dengan

    deformitas ringan. Pada sekitar 50% anak yang memenuhi kriteria ini,

    deformitas dapat terkoreksi secara memadai. Orthosis lutut-pergelangan

    kaki-kaki harus digunakan dengan satu medial tegak, tampa lutut

    bergantung. Bantalan dan tali pengikat harus ditempatkan pada femur

    distal dan tibia proksimal untuk mempergunakan gaya valgus. Orthosis

    harus dipasang 22-23 jam setiap hari. Trial maksimum 1 tahun

    manajemen orthotik sekarang dianjurkan. Jika koreksi total tidak

    dicapai sesudah 1 tahun atau jika penjelekan terjadi selama waktu ini,

    kemudian terindikasi osteotomi korektif.

    2. Operatif

    Indikasi penanganan bedah tibia infantil adalah usia 4 tahun atau

    lebih, kegagalan penatalaksanaan ortotik, dan deformitas lebih berat.

    Osteotomi valgus tibia proksimal dan osteotomi diafisis fibula terkait

    biasanya merupakan prosedur pilihan. Pada tibia vara yang mulai

    lambat, koreksi juga diperlukan untuk memperbaiki sumbu mekanik

    lutut. Pilihan bedah yang sama seperti disajikan pada anak yang lebih

    tua dengan tibia vara infantil dapat diterapkan pada kelompok umur ini.

    Osteotomi valgus tibia proksimal dan osteotomi diafisis fibula

    merupakan prosedur yang paling lazim.

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    41/44

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Inneke mengalami obesitas karena ketidaksesuaian asupan makanan

    terhadap Angka Kecukupan Gizi, aktivitas fisik, dan pola asuh yang diterima.

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    42/44

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi IX. Penerjemah:

    Setiawan I, Tengadi LMAKA, Santoso A, Jakarta: EGC. 2007

    2. Tortora, Gerard J., Derrickson, Bryan. Principles of Anathomy & Physiology

    : 13thEdition. John Wiley & Sons, Inc : USA. 2012

    3. Kliegman, Bonita, Stanton, St. Geme, Schor, and Behrman. Nelson

    Textbook of Pediatrics : Expert Consult Premium Edition - Enhanced Online

    Features and Print, 19e. 19 edition. Philadelphia, PA: Saunders; 2011. 2680 p.

    4. Marcdante, Kliegman, and Behrma. Nelson Essentials of Pediatrics: With

    STUDENT CONSULT Online Access, 6e. 6 edition. Philadelphia, PA:Saunders; 2010. 864 p.

    5. Beck, M.E. 2000. Ilmu Gizi dan Diet. Jakarta: Yayasan Essential Medika

    6. Departemen Kesehatan. Keputusan Menteri Kesehatan RI

    No.920/Menkes/SK/VIII/2002 tentang Klasifikasi Status Gizi Anak. Jakarta.

    2002

    7. Departemen gizi dan kesehatan masyarakat FKM UI. Gizi dan Kesehatan

    masyarakat. PT Raja Grafindo Perkasa. Jakarta. 2007

    8. B.Jenson Hal, E.Behrman Richard, J. Marcdante Karen, M. Kliegman Robert.

    Nelson Ilmu Kedokteran Kesehatan Anak Esensial. Ed.6. Singapore:

    Saunders Elsveir;2014.

    9. Arsad.RA. Perbedaan Hemoglobin, Status Gizi dan Prestasi Belajar Anak SD

    Wilayah Gunung dan Pantai di Kabupaten Polewali Mandar tahun 2006,

    FKM-UNHAS, Makassar. 2006

    10.Depkes, RI, Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta. 2004

    11.Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

    EGC. 2010

    12.Santrock, J.W. A topical approach to life-span development, third Ed. New

    York: McGraw-Hill; 2007.

    13.

    Nelson, Waldo. E. Ilmu Kesehatan Anak Nelson.Vol 1 Ed. 15. Jakarta: EGC.

    2000

    14.Park J. Increase in Glucose-6-Phospate Dehydrogenase in Adipocytes

    Stimulates Oxidative Stress and Inflammatory Signals. Diabetes, 2006:

    (55),2939-2949

    15.Qatani M. Mechanisms of obesity-as-sociated insulin resistance: many

    choices. 2007

    16.Diez JJ & Iglesias P. The role of the novel adipocyte derived hormone

    adiponectin in human disease. Eur J Endocrinol, 2003: (148),293-300

  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    43/44

    17.

    Bays. Role of the Adipocyte, Free Fatty Acids, and Ectopic Fat in

    Pathogenesis of Type 2 Diabetes Mellitus: Peroxisomal Proliferator-

    Activated Receptor Agonists Provide a Rational Therapeutic Approach.

    Journal of Endocrinology, 2002: 6(7), 75-80

    18.de la maza MP. Weight increase and overweight are associated with DNA

    oxidative damage in skeletas muscle. Clin Nutr, 2006: 25(6),968-76

    19.Nugraha, G. I. Etiologi dan Patofisiologi Obesitas. Dalam: Soegih,

    R. R., dan Wiramihardja, K. K. (Editor). Obesitas Permasalahan dan Terapi

    Praktis. Jakarta: Sagung Seto. 2009, 9-18

    20.Taitz, L.S. Obesity, Dalam Textbook Of Pediatric Nutrition, IIIrd ed,

    McLaren, D.S., Burman, D., Belton, N.R., Williams A.F. (Eds). London:

    Churchill Livingstone, 1991; 485509.21.

    Hermawan, Guntur A. Komplikasi Obesitasdan Usaha Penanggulangannya.

    Cermin Dunia Kedokteran, no 8. 1991

    22.

    Syarif, D.R. Childhood Obesity: Evaluation and Management, Dalam Naskah

    Lengkap National Obesity Symposium II, Editor: Adi S., dkk. Surabaya,

    2003; 123139.

    23.Kiess W., et al. Multidisciplinary Management of Obesity in Children and

    Adolescents-Why and How Should It Be Achieved?. Dalam Obesity in Childhood

    and Adolescence, Kiess W., Marcus C., Wabitsch M.,(Eds). Basel: Karger AG,

    2004; 194-206

    24.

    Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Kegemukan dan Obesitas pada

    Anak Sekolah. Kementrian kesehatan republic Indonesia tahun 2012.2012

    25.Canale ST. Osteochondrosis or epiphysitis and other miscellaneous

    affections. In: Canale ST, Beatty JH, eds. Campbell 's Operative

    Orthopaedics . 11th ed. Philadelphia, Pa: Mosby Elsevier; 2007:chap 29

    26.Ning C, Yanovski JA. Endocrine disorders associated with pediatric

    obesity. In: Goran M, Sothern M, editors. Handbook of Pediatric

    Obesity. Boca Raton, FL: CRC Press; 2006. p. 135.

    27.

    Crocker MK, Yanovski JA. Pediatric Obesity: Etiology and Treatment.Endocrinol Metab Clin North Am. Sep 2009; 38(3): 525548.

    28.Kamoda T, Saitoh H, Inudoh M, et al. The serum levels of proinsulin and

    their relationship with IGFBP-1 in obese children.Diabetes Obes

    Metab. 2006;8(2):192.

    29.Hoos MB, Westerterp KR, Gerver WJ. Short-term effects of growth

    hormone on body composition as a predictor of growth. J Clin Endocrinol

    Metab. 2003;88(6):2569.

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/eutils/elink.fcgi?dbfrom=pubmed&retmode=ref&cmd=prlinks&id=19717003http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/eutils/elink.fcgi?dbfrom=pubmed&retmode=ref&cmd=prlinks&id=19717003http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/eutils/elink.fcgi?dbfrom=pubmed&retmode=ref&cmd=prlinks&id=19717003http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/eutils/elink.fcgi?dbfrom=pubmed&retmode=ref&cmd=prlinks&id=19717003
  • 8/11/2019 Laporan DK Pemicu 3 - Tumbang

    44/44

    30.

    Bonfig W, Kann P, Rothmund M, et al. Recurrent hypoglycemic seizures

    and obesity: delayed diagnosis of an insulinoma in a 15 year-old boy--final

    diagnostic localization with endosonography. J Pediatr Endocrinol

    Metab. 2007;20(9):1035.

    31. Woods SC, DAlessio DA. Central control of body weight and appetite. J

    Clin Endocrinol Metab. 2008;93(11 Suppl 1):S37.

    32.Hung CC, Luan J, Sims M, et al. Studies of the SIM1 gene in relation to

    human obesity and obesity-related traits. Int J Obes (Lond)2007;31(3):429.

    33.Holder JL, Jr, Butte NF, Zinn AR. Profound obesity associated with a

    balanced translocation that disrupts the SIM1 gene. Hum Mol

    Genet. 2000;9(1):101.

    34.Srinivasan S, Ogle GD, Garnett SP, et al. Features of the metabolic

    syndrome after childhood craniopharyngioma. J Clin Endocrinol

    Metab.2004;89(1):81.